• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI VIABILITAS BENIH PADI DARI SUMBER GENETIK YANG BERBEDA BERDASARKAN KARAKTER KUANTITATIF JUMLAH ANAKAN DAN JUMLAH BULIR PADA TANAMAN INDUKNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI VIABILITAS BENIH PADI DARI SUMBER GENETIK YANG BERBEDA BERDASARKAN KARAKTER KUANTITATIF JUMLAH ANAKAN DAN JUMLAH BULIR PADA TANAMAN INDUKNYA"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Ade Yunike Larassati

ABSTRAK

EVALUASI VIABILITAS BENIH PADI DARI SUMBER GENETIK YANG BERBEDA BERDASARKAN KARAKTER KUANTITATIF JUMLAH

ANAKAN DAN JUMLAH BULIR PADA TANAMAN INDUKNYA

Oleh

ADE YUNIKE LARASSATI

Peningkatan produksi padi dapat dilakukan melalui salah satu program

intensifikasi yaitu penggunaan benih unggul. Dalam usaha mendapatkan benih unggul, diperlukan pemuliaan tanaman untuk memperoleh varietas-varietas unggul sehingga dihasilkan benih bermutu.

(2)

Ade Yunike Larassati

Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Benih Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2013 hingga November 2013. Rancangan perlakuan disusun secara faktorial menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna dengan tiga ulangan yang masing-masing ulangan terdapat duplo. Faktor pertama adalah karakter kuantitatif dan faktor kedua adalah varietas ataupun sumber genetik lokal. Homogenitas data diuji dengan uji Bartllet dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi analisis ragam terpenuhi, selanjutnya dilakukan pemisahan nilai tengah dengan perbandingan kelas menggunakan uji orthogonal kontras.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) adanya perbedaan viabilitas benih yang ditunjukkan antarkarakter kuantitatif; (2) adanya perbedaan respons viabilitas antara varietas nasional dengan sumber genetik lokal; (3) sumber genetik lokal Lampung dan lokal luar Lampung tidak menunjukkan adanya perbedaan respons viabilitas; (4) perbedaan respons viabilitas antarsumber genetik lokal Lampung ditunjukkan oleh Kesit, Tewe, dan Gendut; (5) respons viabilitas antarkarakter kuantitatif dipengaruhi oleh sumber genetik.

(3)
(4)

EVALUASI VIABILITAS BENIH PADI DARI SUMBER GENETIK YANG BERBEDA BERDASARKAN KARAKTER KUANTITATIF

JUMLAH ANAKAN DAN JUMLAH BULIR PADA TANAMAN INDUKNYA

(Skripsi)

Oleh

ADE YUNIKE LARASSATI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

iii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak percobaan. ... 14

2. Diagram bobot 1000 butir benih pra penelitian. ... 25

3. Diagram daya kecambah benih. ... 26

4. Diagram bobot kering kecambah normal. ... 27

5. Diagram kecepatan kecambah benih. ... 28

6. Diagram keserempakan kecambah benih. ... 29

7. Diagram indeks vigor. ... 30

8. Diagram panjang radikula. ... 31

9. Diagram panjang tajuk. ... 32

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori ... 4

1.4 Kerangka Pemikiran ... 6

1.5 Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Tanaman Padi ... 9

2.2 Padi Varietas Nasional dan Padi Sumber Genetik Lokal ... 9

2.3 Benih dan Mutu Benih ... 10

III. BAHAN DAN METODE ... 13

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

3.2 Bahan dan Alat ... 13

3.3 Metode Penelitian ... 14

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 15

3.4.1 Persiapan benih ... 15

3.4.2 Penyiapan media perkecambahan ... 15

3.4.3 Pengecambahan benih ... 15

(7)

ii

3.5 Variabel Pengamatan ... 16

3.5.1 Daya kecambah benih ... 16

3.5.2 Bobot kering kecambah normal ... 17

3.5.3 Kecepatan kecambah ... 18

3.5.4 Keserempakan kecambah ... 18

3.5.5 Indeks vigor ... 19

3.5.6 Panjang radikula ... 19

3.5.7 Panjang tajuk ... 19

3.5.8 Daya hantar listrik ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Hasil Penelitian ... 20

4.2 Pembahasan ... 34

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1 Kesimpulan ... 39

5.2 Saran ... 40

PUSTAKA ACUAN ... 41

(8)

iii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi respons viabilitas dari sumber genetik

yang berbeda. ... 21

2. Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik dalam viabilitas benih. ... 23

3. Korelasi antarvariabel pengamatan. ... 26

4. Koefisien ortogonal kontras. ... 44

5. Data daya kecambah benih. ... 45

6. Uji homogenitas daya kecambah benih. ... 45

7. Analisis ragam daya kecambah. ... 46

8. Respons daya kecambah terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. ... 46

9. Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik lokal pada daya kecambah benih. ... 47

10. Data bobot kering kecambah normal. ... 47

11. Uji homogenitas untuk bobot kering kecambah normal. ... 48

12. Analisis ragam untuk bobot kering kecambah normal. ... 48

13. Respons bobot kering kecambah normal terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. ... 49

(9)

iv

15. Data kecepatan kecambah. ... 50

16. Uji homogenitas untuk kecepatan kecambah. ... 50

17. Analisis ragam untuk kecepatan kecambah. ... 51

18. Respons kecepatan kecambah terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. ... 51

19. Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik pada kecepatan kecambah. ... 52

20. Data keserempakan kecambah. ... 52

21. Uji homogenitas untuk keserempakan kecambah. ... 53

22. Analisis ragam untuk keserempakan berkecambah. ... 53

23. Respons keserempakan kecambah terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. ... 54

24. Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik pada keserempakan kecambah. ... 54

25. Data persen indeks vigor. ... 55

26. Uji homogenitas untuk persen indeks vigor. ... 55

27. Analisis ragam untuk persen indeks vigor. ... 56

28. Respons indeks vigor terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. ... 56

29. Data panjang radikula. ... 57

30. Uji homogenitas untuk panjang radikula. ... 57

31. Analisis ragam untuk panjang radikula. ... 58

32. Respons panjang radikula terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. ... 58

33. Data panjang tajuk. ... 59

(10)

v

35. Analisis ragam untuk panjang tajuk. ... 60

36. Respons panjang tajuk terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. ... 60

37. Data daya hantar listrik. ... 61

38. Uji homogenitas untuk DHL. ... 61

39. Analisis ragam untuk daya hantar listrik. ... 62

40. Respons daya hantar listrik terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. ... 62

41. Deskripsi varietas padi Ciherang. ... 63

42. Deskripsi varietas padi Ciliwung. ... 64

43. Deskripsi sementara sumber genetik lokal PB-Bogor. ... 65

44. Deskripsi sementara sumber genetik lokal Lampung Mutiara. ... 66

45. Deskripsi sementara sumber genetik lokal Lampung Kesit. ... 67

46. Deskripsi sementara sumber genetik lokal Lampung Tewe. ... 68

(11)
(12)
(13)
(14)

PERSEMBAHAN

Segala puji syukur miliki Allah SWT, Tuhan Semesta Alam. Dengan segala kerendahan hati ku persembahkan skripsi ini kepada

Kedua orangtua ku tercinta,

yang tak pernah berhenti mendoakan ku tuk menjadi orang yang berguna. Kakak-kakak serta adikku tersayang,

yang selalu memberikan dorongan semangat untuk keberhasilanku, serta seluruh keluarga tersayang yang tidak pernah berhenti menyemangati

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda, pada tanggal 24 Juni 1993 dan penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Atam Yuda dan Anova Martha Lena. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 4 Ciwaduk, tahun 2007 di SMP Negeri 2 Kalianda, dan tahun 2010 di SMA Negeri 1 Kalianda. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi setrata satu Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Penulis pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Tanjung Raja Sakti Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan pada bulan Januari– Februari 2013. Penulis juga melaksanakan Praktik Umum di Nusantara Tropical Farm, Lampung Timur, Lampung pada bulan Juli–Agustus 2013.

(16)

SANWACANA

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Evaluasi Viabilitas Benih Padi dari Sumber Genetik yang Berbeda Berdasarkan

Karakter Kuantitatif Jumlah Anakan dan Jumlah Bulir pada Tanaman Induknya”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Paul Benyamin Timotiwu, M.S., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, nasihat, kritik, dan saran yang membangun kepada penulis selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi;

2. Bapak Dr. Agustiansyah, S.P.,M.Si., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, nasihat, kritik, dan saran yang diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi;

3. Ibu Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S., selaku Penguji Utama atas segala kritik dan saran yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi;

(17)

5. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

6. Bapak Dr. Ir.Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan

Agroteknologi, untuk bimbingan dan pengarahan yang diberikan selama penulis menjadi Mahasiswa di Universitas Lampung;

7. Ibu Dr. Ir. Maria Viva Rini, M.Sc., selaku pembimbing akademik yang telah menjadi ibu kedua bagi penulis selama menjadi mahasiswa;

8. Kedua orangtua, kakak-kakakku Desti Maria Rahmawati dan Julia Risqitika Permata Sari serta adikku tercinta Salsabila Ayu Safitri untuk kasih sayang, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis;

9. Muda Gona Maolina, S.E., sekeluarga serta om Hendra Mahdian Putra, S.E., yang telah banyak membantu penulis secara moril dan materil serta

sekeluarga besar yang selalu mendukung;

10. Teman-teman seperjuangan penelitian benih dan teman-teman AGT’10 yang selalu menemani dalam suka dan duka, Alawiyah, Anissa, Septiana, Agung, Bangun, Galih, Novri, Sherly, Tibor dan teman semua yang tidak bisa disebutkan satu per satu;

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis

(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi padi yang tinggi pula agar kebutuhan akan beras tersebut dapat terpenuhi.

Menurut Badan Pusat Statistik (2013), produktivitas padi di Indonesia pada tahun 2012 adalah sebesar 51,5 ku/ha, dengan total produksi sebesar 71,27 juta ton pada luasan areal panen padi sebesar 13,83 juta ha. Dengan tingkat produksi padi yang rendah, Indonesia memiliki masalah pangan yang mengharuskan adanya

peningkatan produksi padi. Pemecahan masalah terhadap peningkatan produksi padi dilakukan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi.

Program intensifikasi adalah upaya peningkatan hasil pertanian melalui pemanfaatan sarana produksi dengan sebaik-baiknya sedangkan program ekstensifikasi adalah upaya meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan pertanian. Program ekstensifikasi menemukan beberapa kendala karena makin sempitnya luasan areal lahan pertanian khususnya untuk tanaman padi. Oleh karena itu, program intensifikasi dilakukan untuk

(19)

2 untuk memperoleh varietas-varietas padi yang unggul dan mampu berproduksi tinggi serta menghasilkan benih yang bermutu baik.

Varietas-varietas yang sudah dilepas dan berproduksi tinggi adalah varietas unggul nasional yang telah dirilis, tetapi masih adanya kemungkinan bahwa sumber genetik lokal juga memiliki potensi untuk berproduksi tinggi. Sumber genetik lokal berpotensi untuk digunakan sebagai sumber gen yang

mengendalikan sifat penting pada tanaman. Menurut Hairmansis dkk. (2005), keragaman genetik yang tinggi pada padi lokal dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan padi untuk upaya perbaikan tetua padi secara umum. Dalam pemanfaatan sumber genetik lokal ini tentunya perlu diketahui mutu benih yang akan dihasilkan. Keragaman genetik yang tinggi tersebut telah terlihat selama proses budidaya dilakukan dilapangan. Keragaman genetik yang ditunjukan dari varietas nasional dan sumber genetik lokal menghasilkan fenotipe yang berbeda dengan tanaman lainnya.

Sejumlah tanaman padi varietas nasional dan sumber genetik lokal yang ditanam pada lingkungan yang sama telah menunjukkan fenotipe yang lebih baik

(20)

3 karakter kuantitatif yang ditunjukkan tanaman induk yang berasal dari sumber genetik yang berbeda terhadap viabilitas benih yang dihasilkan.

Oleh karena itu pengujian benih terhadap sumber genetik, baik varietas nasional maupun sumber genetik lokal yang menunjukan karakater kuanitatif jumlah anakan dan jumlah bulir perlu dilakukan. Apabila mutu benih dari tanaman tersebut tinggi, maka akan memiliki potensi untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik.

Mutu benih terdiri dari mutu fisik, mutu genetik dan mutu fisiologis. Mutu fisik benih berkaitan dengan performa benih yang terlihat dari kebersihan benih, warna, bentuk, ukuran, dan kadar air benih sedangkan mutu genetik benih ditentukan oleh derajat kemurnian genetik. Mutu fisiologis benih dapat dilihat melalui viabilitas dan vigor benih dan yang akan diteliti dalam penelitian ini.

Menurut Sadjad (1993), mendefinisikan viabilitas sebagai daya hidup benih yang ditunjukkan oleh gejala metabolisme dan pertumbuhan benih. Vigor adalah sejumlah atribut yang dimiliki benih yang dapat menentukan potensi kecambah untuk muncul cepat dan merata serta berkembangnya kecambah normal pada kisaran lapang yang luas.

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

(21)

4 2. Apakah terdapat perbedaan respons viabilitas benih antarvarietas nasional

dengan sumber genetik lokal?

3. Apakah terdapat perbedaan respons viabilitas benih antarsumber genetik asal Lampung dengan luar Lampung?

4. Apakah terdapat perbedaan respons viabilitas benih antarsumber genetik asal Lampung?

5. Apakah respons viabilitas benih antarkarakter kuantitatif ditentukan oleh sumber genetik?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah maka penelitian ini dilakukan untuk:

1. Mengetahui perbedaan respons viabilitas benih yang ditunjukkan antarkarakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir.

2. Mengetahui perbedaan respons viabilitas benih antarvarietas nasional dengan sumber genetik lokal.

3. Mengetahui perbedaan respons viabilitas benih antarsumber genetik asal Lampung dengan luar Lampung.

4. Mengetahui perbedaan respons viabilitas benih antarsumber genetik asal Lampung.

(22)

5 1.3 Landasan Teori

Untuk mendukung penjelasan teoritis yang diajukan maka disusun landasan teori sebagai berikut:

Kegiatan intensifikasi padi ini diwujudkan dengan program peningkatan produksi per satuan luas, dan peningkatan indeks penanaman. Untuk intensifikasi padi, program yang diusulkan salah satunya meliputi program penyediaan benih bermutu sehingga diperlukan pendekatan pemuliaan tanaman.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan terhadap karakter-karakter kuantitatif yang ditunjukkan tanaman selama budidaya berlangsung. Dua varietas nasional Ciliwung dan Ciherang serta lima sumber genetik lokal Mutiara, Kesit, Gendut, Tewe dan PB-Bogor telah menunjukkan karakter

kuantitatif yang berbeda dengan tanaman lainnya yaitu dalam hal jumlah anakan dan jumlah bulir. Tanaman-tanaman tersebut menghasilkan benih yang

diharapkan akan memiliki mutu benih yang tinggi melihat keunggulan karakter kuantitatif yang dimiliki. Mutu benih khususnya mutu fisiologis benih dapat dilihat melalui viabilitas dan vigor benih tersebut.

Menurut Sadjad (1989), viabilitas benih adalah gejala hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui metabolisme benih dan gejala pertumbuhan. Daya kecambah benih memperlihatkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman pada kondisi optimum sedangkan bobot kering kecambah normal

(23)

6 cadangan makanan yang tersedia sehingga mampu tumbuh dan berkembang dengan baik bila dikondisikan pada lingkungan yang sesuai.

Menurut Sadjad (1993), vigor adalah kemampuan benih atau bibit tumbuh menjadi tanaman normal yang berproduksi normal dalam keadaan yang sub-optimal, dan di atas normal dalam keadaan optimum. Vigor benih terdiri dari vigor kekuatan tumbuh (VKT) dan vigor daya simpan (VDS). Vigor kekuatan tumbuh benih diukur dengan tolok ukur kecepatan tumbuh dan vigor daya simpan benih dengan tolok ukur keserempakan tumbuh benih.

1.4 Kerangka Pemikiran

Kebutuhan beras yang terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk menjadikan produksi padi sebagai salah satu masalah pangan yang penting. Pendekatan pemuliaan tanaman merupakan upaya untuk memperoleh varietas unggul sehingga mampu menghasilkan benih yang bermutu.

(24)

7 jumlah anakan yang ditunjukkan sejumlah tanaman memiliki jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman lainnya setelah dilakukan

pengamatan dan perhitungan pada saat tanaman masih dalam fase vegetatif. Tanaman dengan keunggulan karakter kuantitatif lainnya yaitu jumlah bulir adalah jumlah bulir yang lebih banyak daripada tanaman lain pada saat panen. Keunggulan ini diduga akan mendukung perolehan benih bermutu baik khususnya mutu fisiologis benih.

Benih sebagai produk akhir dari suatu program pemuliaan tanaman pada umumnya memiliki karakteristik keunggulan yang berperanan penting dalam menentukan produksi tanaman. Teknologi benih memfokuskan pada mutu benih yang dihasilkan dari pemulia tanaman khususnya pengujian viabilitas dan vigor benih. Oleh karena itu mutu fisiologis benih perlu diuji pada benih-benih yang dihasilkan dari tanaman dengan keunggulan karakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir.

Varietas unggul nasional Ciherang dan Ciliwung serta sumber genetik lokal seperti Gendut, Mutiara, Kesit, Tewe, dan PB-Bogor diharapkan menghasilkan benih yang memiliki daya kecambah, bobot kering kecambah, kecepatan kecambah, dan keserempakan kecambah yang baik. Varietas unggul nasional tersebut diduga memiliki tingkat viabilitas dan vigor yang lebih tinggi

(25)

8 keragaman dalam hal tingkat viabilitas maupun vigor benihnya. Oleh karena itu pengujian tingkat viabilitas dan vigor benih pada varietas nasional dan sumber genetik lokal berdasarkan karakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir yang ditunjukkan tanaman induknya perlu diketahui.

1.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan viabilitas benih dari sumber genetik yang berbeda berdasarkan karakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir. 2. Varietas nasional memiliki viabilitas yang lebih tinggi daripada sumber

genetik lokal.

3. Terdapat perbedaan viabilitas benih antarkarakter kuantitatif sumber genetik lokal Lampung dengan luar Lampung.

4. Terdapat perbedaan viabilitas benih antarsumber genetik lokal Lampung. 5. Respons viabilitas benih antarkarakter kuantitatif ditentukan oleh sumber

(26)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Padi

Dalam meningkatkan produksi beras dalam rangka pencapaian swasembada pangan, diperlukan upaya terobosan rekayasa teknologi, sosial, ekonomi, dan kelembagaan yang dapat diterapkan dalam waktu segera. Salah satunya adalah peningkatan produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Beberapa komponen teknologi budidaya padi sawah dengan pendekatan PTT adalah (1). varietas unggul baru; (2) bibit bermutu dan sehat; (3) bibit muda umur 15-20 hari setelah sebar; (4) pengolahan tanah; (5) penggunaaan bahan organik; (6) pengelolaan tanaman sistem legowo 4:1; (7) irigasi berselang; (8) pemupukan spesifik lokal; (9) pupuk mikro; (10) PHT sesuai OPT; (11)

pengendalian gulma; dan (12) penanganan panen dan pasca panen (Yusuf, 2010).

2.2 Padi Varietas Nasional dan Padi Varietas Lokal

(27)

10

kekeringan, hama, dan penyakit, tingkat kesuburan tanah rendah, pH tanah, keracunan dan defisiensi hara, petani subistem, dan ketersediaan modal usaha rendah. Varietas lokal merupakan varietas padi yang ditanam oleh petani sendiri dan menjadi sumber utama penyediaan pangan bagi penduduk sekitar. Varietas tradisional atau varietas lokal menjadi gudang keanekaragaman genetik sehingga punahnya varietas ini berimplikasi pada perlunya konservasi. Keberadaan varietas modern dan varietas tradisional dalam satu ekosistem dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan keragaman genetik yang ada di agroekosistem yang bersangkutan.

2.3 Viabilitas dan Vigor Benih

Menurut Sadjad (1993), benih merupakan faktor penentu dalam upaya

peningkatan produksi tanaman. Benih yang memiliki kemampuan tumbuh normal dan berproduksi tinggi dapat diketahui melalui parameter viabilitas dan vigor benih. Viabilitas sebagai daya hidup benih yang ditunjukkan oleh gejala metabolisme dan pertumbuhan benih.

Dalam menilai suatu mutu benih Sadjad (1972), membedakan mutu benih berdasarkan mutu genetik, mutu fisiologis dan mutu fisik. Mutu genetik

(28)

11

Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain: tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dan tinggi rendahnya produksi tanaman (Sutopo, 1985).

Menurut Sadjad (1999), vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang

mengindikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan dan perkembangan

kecambah. Vigor benih bukan merupakan pengukuran sifat tunggal, tetapi merupakan sejumlah sifat yang menggambarkan beberapa karakteristik yang berhubugan dengan penampilan suatu lot benih yang antara lain:

1. Kecepatan dan keserempakan daya berkecambah dan pertumbuhan kecambah.

2. Kemampuan munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan.

(29)

12

(30)

13

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai dengan November 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih yang dihasilkan dari tanaman dengan keunggulan karakter kuantitatif jumlah anakan dan jumlah bulir varietas nasional yang terdiri dari Ciherang dan Ciliwung, serta sumber genetik lokal yang berasal dari Lampung yaitu Mutiara, Gendut, Kesit dan Teweh dan yang berasal dari luar Lampung yaitu PB-Bogor. Bahan lainnya yang

digunakan adalah air, kertas koran, karet gelang, air akuades, air bebas ion, plastik pelapis substrat dan kertas merang.

(31)

14

Gambar 1. Tata letak percobaan Keterangan:

q2 = QTL jumlah anakan q3 = QTL jumlah bulir v1 = varietas Ciherang v2 = varietas Ciliwung

v3 = sumber genetik lokal Mutiara v4 = sumber genetik lokal Kesit v5 = sumber genetik lokal Tewe v6 = sumber genetik lokal Gendut v7 = sumber genetik lokal PB-bogor

3.3 Metode Penelitian

(32)

15

pemisahan nilai tengah perlakuan dengan perbandingan kelas pada taraf nyata 1% dan 5%.

1.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Benih

Benih diperoleh dari pemulia Dr. Saiful Hikam, M.Sc. yang merupakan hasil dari penelitian sebelumnya. Benih yang digunakan pada penelitian ini adalah benih yang telah dipanen pada bulan April tahun 2012 sehingga telah mengalami masa simpan selama kurang lebih satu tahun. Benih yang telah diperoleh kemudian akan dilakukan pengacakan menggunakan alat pembagi tepat. Sebelum dikecambahkan, benih telah diuji daya kecambahnya untuk mengetahui

kemampuan kecambah yang masih dimiliki benih tersebut. Benih telah dihitung menggunakan penghitung benih untuk melihat kecukupan jumlah benih sebagai bahan percobaan.

1.4.2 Penyiapan Media Perkecambahan

Media perkecambahan untuk viabilitas benih 5 lembar kertas merang setiap satuan percobaan yang telah dilapisi dengan plastik. Kertas merang sebelumnya telah dibasahi dengan air, lembar pertama digunakan sebagai media alas dan dua lainnya digunakan sebagai penutup.

1.4.3 Pengecambahan Benih

(33)

16

berjumlah 50 benih. Setiap varietas maupun sumber genetik lokal memiliki 3 ulangan dan setiap ulangan memiliki duplo. Benih disusun berbaris dengan pola 5 x 10. Setelah benih diletakan, kertas merang kemudian digulung dan dimasukan ke dalam germinator. Untuk memudahkan pengamatan maka diberi label untuk setiap perlakuan.

1.4.4 Uji Daya Hantar Listrik

Uji daya hantar listrik dilakukan dengan menimbang benih padi sebanyak 10 g kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah diberikan 100 ml air bebas ion. setelah dilakukan perendaman maka dilakukan pengamatan dengan menggunakan alat conductivity meter.

3.5 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah daya kecambah benih,

kecepatan kecambah benih, keserempakan kecambah benih, indeks vigor, panjang radikula, panjang tajuk dan daya hantar listrik.

3.5.1 Daya kecambah benih

(34)

17

Benih dianggap normal apabila:

a. Kecambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik terutama akar primer dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan tanaman yang memiliki akar seminal tidak boleh kurang dari dua.

b. Perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna dengan daun yang bewarna hijau dan tumbuh baik, di dalam akan muncul koleoptil atau pertumbuhan epikotil yang sempurna dari kuncu yang normal.

c. Memiliki satu kotiledon untuk berkecambah.

d. Kecambah yang busuk akibat infeksi oleh kecambah lain , akan dianggap normal , kalau jelas pada bagian-bagian penting dari kecambah tersebut semua masih ada.

Benih dianggap abnormal apabila:

a. Tidak tumbuhnya kotiledon pada benih, embrio benih pecah, dan memiliki akar primer yang tidak proporsional.

b. Ukuran antara bagian-bagian perkecambahan benih tidak proporsional. Benih dianggap telah mati apabila dalam jangka waktu tertentu benih tersebut tidak berkecambah. Dari pengamatan tersebut maka dapat ditentukan benih normal, benih abnormal maupun benih yang mati. Setelah itu maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:

DB = Jumlah benih kecambah normal x 100% Jumlah benih yang dikecambahkan

3.5.2 Bobot Kering Kecambah Normal

(35)

18

terakhir menggunakan oven yang bersuhu 70oC selama 3x24 jam, kemudian dibuang bagian kariopsisnya dan ditimbang sehingga didapatkan nilai bobot kering kecambah yang diperlukan.

3.5.3 Kecepatan kecambah benih

Kecepatan kecambah benih diukur dengan jumlah tambahan perkecambahan setiap hari atau etmal pada kurun waktu perkecambahan dalam kondisi optimum (Sadjad, 1993). Pengamatan bentuk-bentuk kecambah normal dan abnormal dilakukan setiap hari sampai dengan 7 HST. Kecambah abnormal dibuang setiap kali pengamatan, demikian juga kecambah yang telah busuk dan mati. Pengamatan dilakukan pada hari ke-2 sampai hari ke-5. Setelah itu dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(Xi + X1 – 1) Ti Keterangan :

Xi = Persentase kecambah normal Ti = Hari ke – i

3.5.4 Keserempakan kecambah benih

Pengamatan dilakukan dengan melihat kecambah normal yang kuat dan kurang kuat, dan kemudian dihitung pada umur kecambah 6 HST. Setelah itu persentase keserempakan perkecambahan benih dapat dihitung sebagai berikut :

KK total benih Keterangan

KST = keserempakan kecambah benih

KK = Jumlah kecambah kuat

Total Benih = Jumlah keseluruhan benih yang ditan

KCT = x 100%

(36)

19

3.5.5 Indeks Vigor

Perhitungan indeks vigor dilakukan dengan menghitung jumlah kecambah normal pada hari pengamatan daya kecambah pertama yaitu 5 HST.

3.5.6 Panjang Radikula

Pengukuran panjang radikula dilakukan dengan mengukur akar primer dari pangkal sampai ujung akar terpanjang dengan satuan sentimeter. Pengukuran dilakukan mulai sejak akar primer tumbuh sampai dengan hari 7 HST.

3.5.7 Panjang Tajuk

Pengukuran panjang tajuk diukur dari pangkal plumula sampai ujung tajukyang dilakukan pada hari ke tujuh setelah tanam dengan satuan sentimeter.

3.5.8 Daya Hantar Listrik

Pengukuran daya hantar listrik dilakukan dengan menggunakan alat pengukur daya hantar listrik yaitu conductivity meter. Perhitungan konduktivitas per gram benih untuk masing-masing ulangan menggunakan rumus sebagai berikut:

KK Konduktivitas sampel – blanko (µS/cm) berat benih per ulangan

(37)

39

V. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Adanya perbedaan viabilitas benih yang ditunjukkan antarkarakter kuantitatif dan secara umum karakter kuantitatif jumlah anakan memiliki viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah bulir hampir diseluruh variabel pengamatan.

2. Adanya perbedaan respons viabilitas antara varietas nasional dengan sumber genetik lokal yang ditunjukkan pada variabel daya kecambah, keserempakan kecambah, panjang tajuk dan daya hantar listrik.

3. Sumber genetik lokal Lampung dan lokal luar Lampung tidak menunjukkan adanya perbedaan respons viabilitas.

4. Perbedaan respons viabilitas antarsumber genetik lokal Lampung ditunjukkan oleh Kesit, Tewe, dan Gendut pada variabel daya kecambah, bobot kering kecambah normal, keserempakan kecambah, yang hampir diseluruh variabel ini Kesit memiliki nilai yang lebih tinggi.

(38)

40 bobot kering kecambah normal, kecepatan kecambah dan keserempakan kecambah.

4.2 Saran

(39)

41

PUSTAKA ACUAN

Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Padi Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian Bogor. 2009. Genetika Molekuler untuk Sifat Produktivitas Tinggi pada Padi. Tajuk Rencana.

http://biogen.litbang.deptan.go.id/index.php/2009/04/genetika-molekuler-untuk-sifat-produktivitas-tinggi-pada-padi/. Diakses pada tanggal 28 Maret 2014 pukul 16.50 WIB.

Fitmawati, Sujarwati, A. Betty. 2011. Viabilitas dan Vigor Lima Kultivar Durian Asal Kabupaten Kampar. (Skripsi). Universitas Riau.

Hadiarto, T. 2009. Genetika Molekuler untuk Sifat Produktivitas Tinggi pada Padi. Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Dipublikasikan online 23 Juli 2009. Hairmansis, A., H. Aswidinnoor, Trikoesoemaningtyas, dan Suwarno. 2005.

Evaluasi Daya Pemulihan Kesuburan Padi Lokal dari Kelompok Tropikal Japonica. Buletin Agron. 33 (3): 1–6.

Haryadi, D., L. Setyaningsih, dan O. Satjapradja. 2006. Pengaruh Ukuran Benih Terhadap Perkecambahan Benih Gmelina Arborea (Gmelina arborea. L) Asal Kebun Percobaan Cikampek dan Nagrak. Jurnal Nusa Sylva. 6 (1): 10 –16.

Ichsan, C. N. 2006. Uji Viabilitas Dan Vigor Benih Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) yang Diproduksi pada Temperatur yang Berbeda Selama Kemasakan. Jurnal Floratek. 2 : 37–42.

Idaryani, Suriany, dan A. Wahab. 2012. Pengaruh Jenis Kemasan dan Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Beberapa Varietas Padi. Jurnal Agrisistem. 8 (2) : 87 – 97.

(40)

42

Kurniasih, B., S. Fatimah, dan D. A. Purnawati. 2008. Karakteristik Perakaran Tanaman Padi Sawah IR 64 (Oryza sativa L.) pada Umur Bibit dan Jarak Tanam yang Berbeda. Jurnal Ilmu Pertanian 15 (1): 15–25.

Munir, R., dan W. Haryoko. 2009. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Padi Sawah pada Lahan Gambut. Jurnal Agronomi Indonesia. 2 (3): 108–113. Nuraida, D. 2012. Pemulian Tanaman Cepat dan Tepat Melalui Pendekatan Marka

Molekuler. Jurnal Biologi el-Hayah. 2 (2): 97–103.

Ramadhana, R. 2013. Evaluasi Fenotipe Quantitative Trait Loci (QTL) yang Tersegregasi Transgresif pada Varietas Padi Nasional dan Lokal di

Lingkungan Sawah Baru. (Skripsi). Universitas Lampung. Lampung. 44 pp. Sadjad, S. 1989. Konsepsi Steinbauer-Sadjad Sebagai Landasan Pengembangan

Matematika Benih di Indonesia. Makalah Orasi Ilmiah Pengukuhan Ilmu Benih IPB. Bogor. 42 pp.

Sadjad, S.1993. Dari Benih Kepada Benih. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.. Jakarta. 144 hlm.

Sadjad, S., E. Murniati, dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif Ke Simulatif. PT. Grasindo. Jakarta. 185 hlm.

Sianipar, J.E., P. Silitonga, S. Hartono, dan Sriwidodo. 2009. Analisis Fungsi Produksi Intensifikasi Usahatani Padi di Kabupaten Manokwari.

Informatika Pertanian. 18 (2): 107–118.

Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Cetakkan Pertama. PT. Sastra Hudaya. Jakarta. 320 hlm.

Suprayogi, L. 2011. Evaluasi Plasma Nutfah Padi yang Tersegregasi Transgresif sebagai Tetua Inbred pada Perakitan Padi Inbrida dan Hibrida. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sutopo, L. 1985. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 245 hlm. Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 245 hlm. Suwarno, F.C., dan D.B. Santana. 2009. Efisiensi Beberapa Substrat dalam

Pengujian Viabilitas Benih Berukuran Besar dan Kecil. Jurnal Agron. Indonesia. 37 (3): 249–255.

Yusuf, A dan D. Harnowo. 2010. Teknologi Budidaya Padi Sawah Mendukung Sl-PTT. BPTP. Sumatera Utara.

(41)

43

(42)

44 Tabel 4. Koefisien ortogonal kontras.

Perlakuan

Jumlah Anakan Jumlah Bulir

N

(43)

45 Tabel 5. Data daya kecambah.

(44)

46 Tabel 7. Analisis ragam unttuk daya kecambah.

SK db JK KT Fhit Ftab

Keterangan : KK = karakter kuantitatif; * = berbeda nyata pada taraf 5% ; ** = berbeda nyata pada taraf 1%; tn = tidak nyata.

Tabel 8. Respons daya kecambah terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik.

Sumber genetik lokal Lampung

C5 M vs K, T, G -110 72 168 2,1 tn 4,22 7,72

C6 K vs T, G 154 36 659 8 ** 4,22 7,72

C7 T vs G 18 12 27 0,3 tn 4,22 7,72

Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik

C8 C1 X C2 -240 420 137 1,7 tn 4,22 7,72

(45)

47 Tabel 9. Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik lokal pada daya

kecambah benih. Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; LL = sumber genetik lokal

Lampung; Ll = sumber genetik lokal luar Lampung; M = Mutiara; K = Kesit; T = Teweh; G = Gendut; tn = tidak nyata; ** = berbeda nyata pada taraf 1 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %.

Tabel 10. Data bobot kering kecambah normal

Perlakuan Kelompok total rerata

(46)

48 Tabel 11. Uji homogenitas untuk bobot kering kecambah normal.

Perlakuan

Tabel 12. Analisis ragam untuk bobot kering kecambah normal.

Keterangan : KK = karakter kuantitatif ; * = berbeda nyata pada taraf 5% ; ** = berbeda nyata pada taraf 1%; tn = tidak nyata.

(47)

49 Tabel 13. Respons bobot kering kecambah normal terhadap karakter kuantitatif

dan sumber genetik.

Sumber genetik lokal Lampung

C5 M vs sisa -18 72 4,63 0,77 tn 4,22 7,72

C6 K vs sisa 35 36 34 5,65 * 4,22 7,72

C7 T vs G 3 12 0,75 0,12 tn 4,22 7,72

Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik

C8 C1 X C2 -73 420 12,5 2,08 tn 4,22 7,72

Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; N = varietas nasional; L = sumber genetik lokal; LL= sumber genetik lokal Lampung; Ll = sumber genetik lokal luar Lampung; M = Mutiara; K = Kesit; T = Teweh; G = Gendut; tn = tidak nyata; ** = berbeda nyata pada taraf 1 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %.

Tabel 14. Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik lokal pada BKKN.

Interaksi Qi r x Σki JK Fhit Ftab

(48)

50 Tabel 15. Data kecepatan kecambah.

Perlakuan Kelompok

(49)

51 Tabel 17. Analisis ragam untuk kecepatan kecambah.

Keterangan : KK = karakter kuantitatif ; * = berbeda nyata pada taraf 5% ; ** = berbeda nyata pada taraf 1%; tn = tidak nyata.

Tabel 18. Respons kecepatan kecambah terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik. Sumber genetik lokal Lampung

C5 M vs K, T, G -20,7 72 5,9 0,804 tn Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik

C8 C1 X C2 -91,1 420 20 2,669 tn Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; N = varietas nasional;

(50)

52 Tabel 19. Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik pada

kecepatan kecambah. berbeda nyata pada taraf 5 %.

Tabel 20. Data keserempakan kecambah.

(51)

53 Tabel 21. Uji homogenitas untuk keserempakan kecambah.

Perlakuan

Tabel 22. Analisis ragam untuk keserempakan berkecambah.

(52)

54 Tabel 23. Respons keserempakan kecambah terhadap karakter kuantitatif dan

sumber genetik. Sumber genetik lokal Lampung

C5 M vs K, T, G -166 72 383 6,14 *

4,22 7,72

C6 K vs T, G 140 36 544 8,73 * 4,22 7,72

C7 T vs G 24 12 48 0,77 tn

4,22 7,72 Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik

C8 C1 X C2 -350 420 292 4,68 tn

Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; N = varietas nasional; L = sumber genetik lokal; LL= sumber genetik lokal Lampung; Ll = sumber genetik lokal luar Lampung; M = Mutiara; K = Kesit; T = Teweh; G = Gendut; tn = tidak nyata; ** = berbeda nyata pada taraf 1 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %.

(53)

55 Tabel 25. Data persen indeks vigor.

Perlakuan kelompok

Tabel 26. Uji homogenitas untuk persen indeks vigor.

(54)

56 Tabel 27. Analisis ragam untuk persen indeks vigor.

Keterangan : KK = karakter kuantitatif ; * = berbeda nyata pada taraf 5% ; ** = berbeda nyata pada taraf 1%; tn = tidak nyata.

Tabel 28. Respons indeks vigor terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik.

Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; N = varietas nasional; L = sumber genetik lokal; LL= sumber genetik lokal Lampung; Ll = sumber genetik lokal luar Lampung; M = Mutiara; K = Kesit; T = Teweh; G = Gendut; tn = tidak nyata; ** = berbeda nyata pada

Sumber genetik lokal Lampung

C5 M vs K, T, G -118 72 193,4 1,6 tn 4,22 7,72

C6 K vs T, G 134 36 498,8 4,1 tn 4,22 7,72

C7 T vs G 58 12 280,3 2,3 tn 4,22 7,72

Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik

(55)

57 Tabel 29. Data panjang radikula.

Perlakuan Kelompok

Tabel 30. Uji homogenitas untuk panjang radikula.

(56)

58 Tabel 31. Analisis ragam untuk panjang radikula.

SK DB JK KT Fhit Ftab berbeda nyata pada taraf 1%; tn = tidak nyata.

Tabel 32. Respons panjang radikula terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik.

Sumber genetik lokal Lampung

C5 M vs K, T, G -13,9 72 2,68 2,89 tn Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik

C8 C1 X C2 31,94 420 2,43 2,62 tn 4,22 7,72

(57)

59 Tabel 33. Data panjang tajuk.

Perlakuan kelompok

Tabel 34. Uji homogenitas untuk panjang tajuk.

(58)

60 Tabel 35. Analisis ragam untuk panjang tajuk.

SK db JK KT Fhit berbeda nyata pada taraf 1%; tn = tidak nyata.

Tabel 36. Respons panjang tajuk terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik.

Perbandingan Qi r x Sumber genetik lokal Lampung

C5 M vs K, T, G -8,59 72 1,025 3,35 tn

4,22 7,72

C6 K vs T, G -3,91 36 0,425 1,39 tn

4,22 7,72

C7 T vs G -2,59 12 0,559 1,83 tn 4,22 7,72

Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik

C8 C1 X C2 20,37 420 0,988 3,23 tn 4,22 7,72 Keterangan : JA = jumlah anakan; JB = jumlah bulir; N = varietas nasional;

(59)

61 Tabel 37. Data daya hantar listrik.

Perlakuan kelompok

Tabel 38. Uji homogenitas untuk DHL.

(60)

62 Tabel 39. Analisis ragam untuk daya hantar listrik.

SK db JK KT Fhit Ftab berbeda nyata pada taraf 1%; tn = tidak nyata.

Tabel 40. Respons daya hantar listrik terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik.

Sumber genetik lokal Lampung

C5 M vs K, T, G 8,18 72 0,929 0,037 tn 4,22 7,72

C6 K vs sisa -104 36 301,5 11,91 ** 4,22 7,72

C7 T vs G -8,4 12 5,913 0,234 tn 4,22 7,72

Interaksi karakter kuantitatif dan sumber genetik

C8 C1 X C2 159 420 60,49 2,39 tn 4,22 7,72

(61)

63

Deskripsi Varietas Padi Ciherang

Nama Varietas : Ciherang

Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41—3-1

Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3

1//IR19661 131-3-1///IR64////IR64 Golongan : Cere

Umur Tanaman : 116-125 hari

Bentuk Tanaman : Tegak

Tinggi Tanaman : 107-115 cm

Anakan Produktif : 14-17 batang kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dpl

Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan

(62)

64

Deskripsi Varietas Padi Ciliwung

Nama varietas : Ciliwung

Nomor seleksi : B4183-PN-33-6-1-2

Asal persilangan : IR38//2*Pelita I-1/IR4744-128-4-1-2

Golongan : Cere

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau tua

Muka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Miring sampai tegak

Bentuk gabah : Sedang sampai ramping

Warna gabah : Kuning bersih

Ketahanan Hama dan Penyakit : Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan rentan wereng coklat biotipe 3; Agak tahan terhadap HDB strain IV

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan irigasi sampai ketinggian 550 m dpl

Pemulia : I. Sahi, Taryat., dan H. Maknun

(63)

65

Deskripsi Sementara Padi Sumber Genetik Lokal PB Bogor

Hasil Seleksi : Sumber genetik lokal dari lokasi Way Jepara kab. Lamtim

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : tidak terdeteksi

Tekstur Nasi : Pulen

Kadar Amilosa : ± 23-30 %

Jumlah gabah total : 2420/rumpun

Jumlah gabah isi : 55.3 %

Bobot 100 gabah : 2.68 gr

Bobot gabah/rumpun : 39.96 gr

Produktivitas : 51.14 kw/ha

Ketahanan Hama dan Penyakit : Tahan terhadap hama wereng hijau Tahan terhadap penyakit Pyricularia spp.

Pemulia : Saiful Hikam, Denny Sudrajat, Paul

Benyamin Timotiwu , I Ketut Tri Swantike

(64)

66

Deskripsi Sementara Padi Sumber Genetik Lokal Mutiara

Hasil Seleksi : Sumber genetik lokal dari lokasi Way Jepara kab. Lamtim

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : tidak terdeteksi

Tekstur Nasi : Pulen

Kadar Amilosa : ± 23-30 %

Jumlah gabah total : 2050/rumpun

Jumlah gabah isi : 75.5 %

Bobot 100 gabah : 2.63 gr

Bobot gabah/rumpun : 40.7 gr

Produktivitas : 52.09 kw/ha

Ketahanan Penyakit : Tahan terhadap penyakit Pyricularia spp. Ketahanan Hama : Tahan terhadap hama wereng hijau

Pemulia : Saiful Hikam, Denny Sudrajat, Paul Benyamin

Timotiwu , I Ketut Tri Swantike

(65)

67

Deskripsi Sementara Padi Sumber Genetik Lokal Kesit

Hasil Seleksi : Sumber genetik lokal dari lokasi Kab. Tulang Bawang Barat

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : tidak terdeteksi

Tekstur Nasi : Pulen

Kadar Amilosa : ± 23-30 %

Jumlah gabah total : 1500/rumpun

Jumlah gabah isi : 78 %

Bobot 100 gabah : 2.73 gr

Bobot gabah/rumpun : 31.95 gr

Produktivitas : 40.89 kw/ha

Ketahanan Penyakit : Tahan terhadap penyakit Pyricularia spp. Ketahanan Hama : Tahan terhadap hama wereng hijau

Pemulia : Saiful Hikam, Denny Sudrajat, Paul , Linggar Suprayogi

(66)

68

Deskripsi Sementara Padi Sumber Genetik Lokal Tewe

Hasil Seleksi : Sumber genetik lokal dari lokasi Kab. Tulang Bawang Barat

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : tidak terdeteksi

Tekstur Nasi : Pulen

Kadar Amilosa : ± 23-30 %

Jumlah gabah total : 1872/rumpun

Jumlah gabah isi : 89 %

Bobot 100 gabah : 2.80 gr

Bobot gabah/rumpun : 45.27 gr

Produktivitas : 57.94 kw/ha

Ketahanan Penyakit : Tahan terhadap penyakit Pyricularia spp. Ketahanan Hama : Tahan terhadap hama wereng hijau

Pemulia : Saiful Hikam, Denny Sudrajat, Paul Benyamin

Timotiwu , Linggar Suprayogi

(67)

69

Deskripsi Sementara Padi Sumber Genetik Lokal Gendut

Hasil Seleksi : Sumber genetik lokal dari lokasi Way Jepara kab. Lamtim

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : tidak terdeteksi

Tekstur Nasi : Pulen

Kadar Amilosa : ± 23-30 %

Jumlah gabah total : 2033/rumpun

Jumlah gabah isi : 74 %

Bobot 100 gabah : 2.6 gr

Bobot gabah/rumpun : 39.57 gr

Produktivitas : 50.64 kw/ha

Ketahanan Penyakit : Tahan terhadap penyakit Pyricularia spp. Ketahanan Hama : Tahan terhadap hama wereng hijau

Pemulia : Saiful Hikam, Denny Sudrajat, Paul Benyamin

Timotiwu , I Ketut Tri Swantike

Gambar

Gambar 1. Tata letak percobaan
Tabel 6. Uji homogenitas daya kecambah benih.
Tabel 8. Respons daya kecambah terhadap karakter kuantitatif dan sumber genetik.
Tabel 10. Data bobot kering kecambah normal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan model pembelajaran Thinks Pair Share ( TPS ) dan Talking Stick

Semua pekerjaan instalasi sistem perpipaan air bersih tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknisnya, serta memenuhi semua persyaratan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan pengolahan serta analisa data yang peneliti lakukan, diperoleh hasil tidak ada hubungan antara kemampuan personal

Menurut pengakuan beberapa napi yang pernah mengandung di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Pekanbaru saat mengandung tidak ada perlakuan khusus terhadap narapidana

Metode yang digunakan dalam penyusunan analisa ini ada 2 Metode yang pertama Metode LogPerson Type III adapun langkah-langkahnya Uji Konsistensi Data Hujan, Data Hujan harian

Konsistensi dalam menerapkan kedisiplinan dalam setiap tindakan, penegakan aturan dan kebijakan akan mendorong munculnya kondisi keterbukaan, yaitu keadaan yang selalu

Namun demikian, karena keterbatasan dana dan prioritas yang berbeda, beberapa OPD seperti Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama (Kemenag) mengintegrasikan rencana partisipasi

persentase tanggapan siswa terhadap aspek kemenarikan e-book interaktif, maka dapat dikatakan bahwa e-book interaktif berbasis representasi kimia pada materi ikatan