• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN PERSONAL DALAM KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI ATLET BULU TANGKIS TINGKAT NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMAMPUAN PERSONAL DALAM KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI ATLET BULU TANGKIS TINGKAT NASIONAL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Humaniora Psikologi

Semester Ganjil tahun 2013

KEMAMPUAN PERSONAL DALAM

KECERDASAN EMOSI DENGAN

PRESTASI ATLET BULU TANGKIS

TINGKAT NASIONAL

Silvia Apriyanti

Apriyanti11@gmail.com Drs. Johannes A. A. Rumeser, M.Psi.

Binus University : Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530. Telp. (62-21) 535 0660 Fax. (62-21) 535 0644

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau tidak antara kemampuan personal dalam kecerdasan emosi dengan prestasi pada atlet bulu tangkis tingkat nasional. Selain itu juga untuk melihat hubungan antara kemampuan personal dalam kecerdasan emosi dan prestasi yang dimiliki oleh atlet laki–laki dan perempuan berlaku dengan sama atau tidak. Penelitian ini didasarkan pada kemampuan personal dalam kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Goleman (2001). Penelitian ini menggunakan 45 atlet bulu tangkis nasional. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan dengan teori dari Goleman (2001) tentang kemampuan personal dalam kecerdasan emosi dan data prestasi atlet didapatkan melalui tabel poin yang telah ditentukan oleh BWF dan PBSI. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan personal dalam kecerdasan emosi dengan prestasi atlet bulu tangkis tingkat nasional yaitu nilai skor korelasi = 0,210 dengan signifikansi 0,167 (p>0,05). Begitu juga hasil pada atlet perempuan, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan personal dalam kecerdasan emosi dengan prestasi, nilai skor korelasi yaitu -0.239 dengan signifikansi 0,297 (p>0,05). Sedangkan pada atlet laki-laki terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan personal dalam kecerdasan emosi dengan prestasi, nilai skor korelasi yaitu 0,440 dengan signifikansi 0,031 (p>0,05).

(2)

Kata Kunci : Kemampuan Personal, Kecerdasan Emosi, Prestasi,

Atlet Bulu Tangkis.

ABSTRACT

Research aims to know whether there was an correlation or not between personal ability in emotion intelligence by accomplishments on athletes badminton national level. In addition to viewing the corellation between personal abilities in emotional intelligence and achievement shared by athletes men and women applies with equal or not. This research is based on personal ability in emotional intelligence propounded by Goleman (2001). This research uses 45 national badminton athletes. Measuring instrument used in this research based on the theory of Goleman (2001) about personal abilities in emotional intelligence and data achievement athletes been gained through a table points which has been determined by BWF and PBSI. The results showed there was no significant relationship between personal abilities in emotional intelligence with the achievement of national level badminton athletes the value score correlation = 0,167 0,210 with significance (p>0.05). So also result in athletes women, there is not a significant correlation between personal ability in emotional intellegence with achievement, value score correlation namely -0.239 with significant 0.297 (p>44.70). While the male athletes, there is a significant correlation between the ability of personal in emotional intelligence and accomplishment, the value score correlation = 0,440 with significance 0,031 (p>0,05).

Keywords: Personal Ability, Emotional Intellegence, Achievement,

Badminton Athletes.

PENDAHULUAN

Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas. Psikologi olahraga di Indonesia merupakan cabang psikologi yang sangat baru, sekalipun pada praktiknya kegiatan para psikolog pada berbagai cabang olahraga di Indonesia telah berlangsung beberapa tahun lamanya. Secara resmi Ikatan Psikologi Olahraga (IPO) di Indonesia yang berada dibawah naungan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) baru dibentuk tanggal 3 Maret 1999 dan ditandatangani secara resmi pada tanggal 24 Juli 1999 (Satiadarma, 2000).

Psikologi olahraga merupakan cabang Ilmu Psikologi yang memiliki prospek keilmuan yang cukup luas. Hal ini berkaitan dengan tuntutan olahraga yang semakin

(3)

tinggi karena adanya perubahan dalam bidang industri yang melibatkan nominal yang besar. Selain itu, kebutuhan untuk membangun kesehatan diri sendiri melalui pendekatan kejiwaan akan memunculkan kesadaran dalam berkonsultasi dengan para ahli yang memahami kedua bidang tersebut yaitu olahraga dan industri.

Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional bab I ketentuan umum pasal 1 yaituolahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Peran psikologi dalam olahraga prestasi telah dijelaskan dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor: 3 tahun 2005 tentang sistem Keolahragaan Nasional yang lebih dikenal dengan undang–undang olahraga, secara eksplisit menegaskan bahwa olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan (Dimyati, 2006).

Menurut Setyobroto (2002) mengatakan bahwa dunia olahraga kini tidak lagi sekedar mengandalkan bakat, kekuatan, kecepatan, dan kelenturan yang didapat dari fisik. Di samping itu ada faktor lain yang diluar dari konteks fisik yaitu psikis. Suatu latihan fisik yang telah dilakukan dengan mengikuti semua prosedur dengan benar akan sia–sia tanpa adanya faktor psikologis. Seorang atlet juga harus meningkatkan stabilitas emosional khususnya untuk menghadapi perasaan negatif seperti rasa kecewa, khawatir, takut kalah dan lainnya. Hal ini didukung oleh Santosa (2005, dalam Yulianto, 2006) berpendapat bahwa untuk dapat berprestasi atlet perlu dipersiapkan mentalnya agar mereka mampu mengatasi ketegangan yang sering dihadapinya baik pada saat berlatih berat maupun pada saat berkompetisi. Pembinaan mental dilakukan agar atlet mudah berlatih dan dapat melakukan konsentrasi serta

(4)

pengendalian diri, sehingga pada saat-saat kritis tetap dapat mengambil keputusan dan melakukan koordinasi diri dengan baik.

Goleman (2007) mengemukakan kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan kecerdasan, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosi dapat berkaitan dengan prestasi karena adanya rasa emosi yang memuncak sehingga menimbulkan suatu tindakan ceroboh. Sejalan dengan pandangan Suranto (2005, dalam Anggraeni, 2013) mengatakan bahwa kecerdasan merupakan faktor penting yang menentukan kemenangan dalam pertandingan olahraga. Selain faktor kecerdasan, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi atlet dalam meraih prestasi yaitu aspek mental atau psikologis.

Pada awalnya Goleman menjelaskan ada dua puluh lima kemampuan (competence) dalam kecerdasan emosi, kemudian kemampuan (competence) tersebut diperbaharui menjadi lima kemampuan (competence), yaitu: kesadaran diri, peraturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Dari lima kemampuan (competence) tersebut Goleman menyempurnakannya kembali menjadi dua kemampuan (competence) yaitu kemampuan personal (personal competence) dan sosial.

Melanjutkan dari penjelasan di atas, kemampuan personal (personal competence) adalah untuk mengetahui dan mengelola emosi dalam diri sendiri, yang terdiri dari tiga dimensi yaitu kesadaran diri, peraturan diri, dan motivasi. Sedangkan kemampuan (competence) sosial adalah untuk mengetahui dan mengelola emosi diri sendiri dengan orang lain, yang terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi empati, dan keterampilan sosial (Goleman, 2001).

(5)

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa untuk meraih sebuah prestasi yang tinggi, seorang atlet tidak hanya memperhatikan aspek fisik dan teknik saja melainkan adanya kesinambungan antara faktor teknik, fisik maupun psikologis. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara kemampuan personal (personal competence) personal dalam kecerdasan emosi dengan prestasi pada atlet bulu tangkis tingkat nasional.

METODE PENELITIAN

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode survey dan korelasional. Metode survey yang dimaksud adalah suatu upaya untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi faktual yang mendetail tentang gejala yang ada dari berbagai individu dengan menggunakan instrument daftar pernyataan (kuesioner) yang terpola dan terstruktur sesuai dengan kebutuhan data yang mengacu pada judul penelitian.

Teknik sampling yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah teknik sampling non-random, yaitu teknik sampling bertujuan (purposive sampling). Purposive Sampling digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya (dalam Usman & Akbar, 2011). Dengan karakteristik subjek yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu atlet bulu tangkis yang dimaksud sudah mempunyai pengalaman bertanding lebih dari satu tahun pada saat di klub dan atlet bulu tangkis tersebut harus mempunyai prestasi tingkat nasional.

Peneliti menggunakan validitas isi (content validity), yaitu berupa uji keterbacaan dan expert judgment oleh Bapak Drs. Johannes A. A. Rumeser, M.Psi. Pengujian pada butir item menggunakan metode korelasi Pearson atau metode Corrected item-total correlation. Pengolahan data dilakukan dalam penelitian ini

(6)

yaitu dengan menggunakan perangkat lunak SPSS v.19.0 for windows. Teknik korelasi digunakan oleh peneliti karena peneliti ingin melihat ada atau tidak hubungan antara variabel satu dengan variabel dua.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas secara keseluruhan, dapat diketahui bahwa nilai reliabilitas alat ukur kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi memiliki nilai sebesar 0.839 dengan total item 54 termasuk dalam nilai reliabilitas yang tergolong baik. Setelah item yang tidak valid dihapus, item yang tersisa adalah 38 item, dengan nilai reliabilitasnya meningkat menjadi 0.894, yang masih tergolong dalam klasifikasi nilai reliabilitas baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi spearman yang merupakan sebuah metode yang diperlukan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel dimana keduanya tidak mempunyai joint normal distribution dan conditional variance-nya tidak diketahui sama. Dua variabel dinyatakan berhubungan/memiliki korelasi jika menghasilkan signifikansi < 0,05, begitu pula kebalikannya. Ho diterima jika signifikansi > 0,05 sedangkan Ho ditolak jika signifikansi < 0,05.

Hasil signifikansi antara kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan prestasi yaitu tidak memiliki hubungan. Hal ini ditunjang oleh uji hipotesa dimana nilai signifikan 0.167 yang ditunjukkan oleh nilai (p>0,05) sehingga H1 diterima.

Hasil korelasi (r = 0.210) dengan nilai signifikan 0.167 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan prestasi. Hasil korelasi (r = 0.440) dengan nilai signifikan

(7)

0,031 pada atlet laki-laki, menunjukkan ada hubungan antara kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan prestasi. Serta hasil korelasi (r = -0.239) dengan nilai signifikan 0,297 pada atlet perempuan, menunjukkan tidak ada hubungan antara kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan prestasi

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan pengolahan serta analisa data yang peneliti lakukan, diperoleh hasil tidak ada hubungan antara kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan prestasi pada atlet bulu tangkis tingkat nasional secara keseluruhan dan pada atlet perempuan sedangkan pada atlet laki-laki terdapat hubungan.

Dari hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti, peneliti memberikan saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan alat ukur kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi yang sudah ada. Hal ini bertujuan agar peneliti mendapatkan hasil validitas dan reliabel yang lebih baik lagi.

REFERENSI

Adisasmito, L, S, . (2007). Mental Juara Modal Atlet Berprestasi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Anggraeni, Y. (2013). Kontribusi IQ (Intelligence Quontient) Dan EQ (Emotional Quotient) Terhadap Prestasi Atlet Pelatda Pencak Silat Pada PON Ke-XVIII Tahun 2012. Jurnal Mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi, 1 (1), 1-11. Diunduh dari

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/penjaskesrek/article/view/958 Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktika. Jakarta:

(8)

Azwar, S. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Departemen Pendidikan Nasional. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke

4).Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dimyati. (2006). Menggagas Upaya Pengembangan Psikologi Olahraga Dalam Pembangunan Olahraga Prestasi Di Indonesia. Jurnal olahraga Prestasi, 2. (1), 29-45.

Djamarah, S.B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Gunarsa, S. D. (2008). Psikologi olahraga prestasi. Jakarta: Gunung Mulia. Goleman, D. (2001). An Ei-Based Theory Of Performance dalam Goleman, D. &

Cherniss C.(ed.) The Emotionally Intelligent Workplace: How to Select For,

Measure, and Improve Emotional Intellegence in Individuals, Groups, and Organizations. San Fransisco: Jossey-Bass.

Goleman, D. (2007). Emotional Intelligence. Mengapa EI Lebih Penting Daripada

IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hadiati, H. (2012). Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap

Peningkatan Keterampilan Dropshot Dalam Pembelajaran Bulu Tangkis Di SMKN 1. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Herumawan. (2012). Bulutangkis, Saatnya Bangkit!. Diunduh dari

http://olahraga.kompasiana.com/raket/2012/08/04/bulutangkis-saatnya-bangkit-483257.html.

Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia. (2012). Sistem

Kejuaraan PBSI Edisi V. Jakarta: PBSI.

Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia. (2012). Sistem Ranking

PBSI Edisi IV. Jakarta: PBSI.

Priyatno, D. (2011). Buku Saku SPSS, Analisis Statistik Data. Yogyakarta: MediaKom.

(9)

Sarwono, J. (2012). Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif menggunakan

prosedur SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Satiadarma, M. P. (2000). Dasar-dasar psikologi olahraga. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sedarmayanti & Hidayat, S. (2011). Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju.

Setyobroto, S. (2002). Psikologi Olahraga. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Sudarsono, R. P. (2012). DPR Minta Penjelasan Turunnya Prestasi Indonesia

Olimpiade. Ditemukan kembali 30 Januari 2013. Diunduh dari

http://olahraga.kompas.com/read/2012/08/28/20371171/DPR.Minta.Penjelas

an.Turunnya.Prestasi.Indonesia.di.Olimpiade.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta.

Sullivan, M, A. (2006). The effectiveness of executive coaching in the development

of emotional intelligence competencies: disertasi tidak dipublikasikan. The

School Of Education Spalding University Louisville, KY.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 3 Tahun 2005 Tentang Sistem

Keolahragaan Nasional 2005. Jakarta: Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Usman, H., Akbar, P. S. (2011) Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Yulianto, F., & Nashori, F. (2006). Kepercayaan Diri Dan Prestasi Atlet Tae Kwon

Do Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3 (1), 57. Diunduh dari

Referensi

Dokumen terkait

hipotesis peneliti, dilakukan analisis statistik dengan analisis regresi. Cara pengambilannya menggunakan teknik random sampling, yaitu cara pengambilan/pemilihan

The proposed model, adapted and updated from [41] had three key components: (i) input components have user interface elements on them consists of four elements

Pada pencarian dan penelusuran tersebut, penelitian yang dilakukan penulis dengan judul “Eksistensi Mediator Hubungan Industrial dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan

HAFISZ TOHIR DAERAH PEMILIHAN SUMATERA SELATAN I.. Oleh karena itu Anggota DPR RI berkewajiban untuk selalu mengunjungi ke daerah pemilihan telah ditetapkan sesuai dengan

Pengendali temperatur industri menerima data temperatur dari objek, membandingkan dengan referensi atau set point, mengeksekusi perhitungan metode kontrol, dan

Penelitian ini merupakan replikasi dari Widyasari (2015), yang meneliti pengaruh good corporate governance yang diukur dengan proporsi komisaris independen,

Tidak ada jawaban benar atau salah pada kuesioner ini, segala masukan Anda merupakan informasi berharga bagi penelitian ini. Informasi yang Anda berikan hanya untuk kepentingan

Sektor perikanan merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara, mengingat konsumsi ikan di merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara,