• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PELAJARAN SEJARAH YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN SNOWBALL THROWING TERHADAP SISWA KELAS X SMA N 1 KETAPANG TAHUN AJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PELAJARAN SEJARAH YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN SNOWBALL THROWING TERHADAP SISWA KELAS X SMA N 1 KETAPANG TAHUN AJARAN 2012/2013"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PELAJARAN SEJARAH YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL TEAMS

GAMES TOURNAMENT DENGAN SNOWBALL THROWING TERHADAP SISWA KELAS X SMA N 1 KETAPANG

TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh: Afip Firmansyah

Penelitian pendahuluan yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ketapang, diketahui

beberapa faktor yang diindikasikan sebagai penyebab rendahnya nilai ujian

sejarah semester yang lalu, salah satunya adalah motivasi siswa dalam mengikuti

pembelajaran masih kurang karena pelajaran sejarah terkesan hanya hafalan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, solusi yang dapat dilakukan untuk

memperbaikinya adalah dengan cara mencoba memvariasikan model

pembelajaran yang lain. Dalam penelitian ini dipilih model pembelajaran Team

Games Tournament (TGT) dan Snowball Throwing (ST).

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi

belajar siswa sebelum dan setelah diajar menggunakan model Team Games

Tournament (TGT) dan Snowball Throwing (ST) serta membandingkan motivasi

belajar siswa setelah diajar menggunakan model Team Games Tournament (TGT)

(3)

Desain penelitian adalah pretest-postest control group design. Sampel pada

penelitian ini adalah siswa kelas X2 dan X3 di SMA Negeri 1 Ketapang.

Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan teknik analisis

data menggunakan uji independent samples t-test.

Berdasarkan hasil penelitian, motivasi belajar siswa pada kelas yang diajar

menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) lebih tinggi

dengan akumulasi nilai rata-rata angket sebesar 84,25 dibandingkan dengan kelas

yang menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing (ST) dengan

rata-rata nilai angket sebesar 81,62. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) lebih efektif dalam meningkatkan

motivasi belajar dibandingan dengan model pembelajaran Snowball Throwing

(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka ... 12

1. Konsep Model Pembelajaran ... 12

2. Konsep Model Pembelajaran Teams Games Tournament ... 13

3. Konsep Model Snowball Throwing ... 16

4. Konsep Motivasi Belajar ... 18

B.Kerangka Pemikiran ... 21

C.Paradigma ... 24

D.Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 26

III. METODE PENELITIAN A.Metode yang Digunakan ... 27

B.Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

C.Populasi dan Sampel ... 27

D.Desain Penelitian ... 28

E. Prosedur Penelitian ... 29

F. Variabel Penelitian ... 30

G.Teknik Pengumpulan Data ... 30

H.Kisi-Kisi Instrumen ... 31

I. Analisis Instrumen ... 32

1. Validitas ... 32

2. Reliabilitas ... 33

J. Teknik Analisis Data ... 34

1. Menghitung Sekor Gain ... 35

2. Uji Normalitas ... 35

3. Uji Homogenitas ... 36

4. Uji Paired Sample t-test ... 36

(7)

2. Kelas Team Games Tournament (TGT) ... 44

3. Kelas Snowball Throwing (ST) ... 48

4. Perbandingan antara Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Snowball Throwing (ST). ... 52

B. Pembahasan ... 55

1. Kelas Team Games Tournament (TGT) ... 55

2. Kelas Snowball Throwing (ST) ... 59

3. Perbandingan antara Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Snowball Throwing (ST). ... 62

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

(8)

Tabel Halaman

3.1 Jumlah populasi ... 28

3.2 Kisi-kisi instrumen ... 31

4.1 Hasil Uji Reliabilitas Angket Motivasi Belajar ... 43

4.2 Distribusi frekuensi nilai motivasi awal kelas TGT ... 45

4.3 Distribusi frekuensi nilai motivasi akhir kelas TGT ... 47

4.4 Data Kenaikan Motivasi Belajar siswa Kelas TGT ... 47

4.5 Distribusi frekuensi nilai motivasi awal kelas ST ... 49

4.6 Distribusi frekuensi nilai motivasi akhir kelas ST ... 51

4.7 Data Kenaikan Motivasi Belajar siswa Kelas ST ... 51

(9)

Gambar Halaman 3.1 Desain eksperimen Pretest-Posttest Control Group Design ... 28 4.1 Perbandingan rata-rata motivasi belajar siswa antara model

(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masih banyak anggapan mata pelajaran sejarah yang kurang menarik,hal ini

dikarenakan dalam pembelajaran sejarah di berbagai sekolah lebih menekankan

pada fakta sejarah dan hafalan fakta seperti pelaku, tahun kejadian, dan tempat

kejadian. Menurut Mulyadi kurangnya motivasi dan rendahnya prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran Sejarah salah satunya disebabkan oleh faktor guru

yang kurang optimal dalam melibatkan siswa pada kegiatan belajar, sehingga

siswa menjadi pasif yaitu hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh

guru (Mulyadi, 2005). Selain itu guru dalam mengajarkan mata pelajaran sejarah

langsung kepada materi pelajaran tanpa mengkaitkannya dalam kehidupan

sehari–hari terlebih dahulu. Model yang digunakan dalam pembelajaran sejarah

kurang bervariasi yang menyebabkan rasa ketertarikan terhadap mata pelajaran

sejarah menjadi berkurang sehingga motivasi belajar siswa menjadi rendah.

Motivasi belajar adalah suatu dorongan baik dari dalam diri maupun dari luar diri

untuk berusaha mendapatkan apa yang diinginkan sehingga suatu tujuan dapat

tercapai sesuai keinginan. Dalam hal ini proses belajar sangat berhubungan

(11)

wujud, bentuk, dan pemahaman akan suatu hal. Tanpa adanya motivasi belajar

baik dari diri sendiri, keluarga, lingkungan, dan sekolah maka tidak akan muncul

semangat untuk mencapai suatu tujuan.

Keberhasilan suatu pembelajaran dapat diukur dengan ketercapaian siswa dalam

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Permasalahannya adalah hampir

semua siswa dari suatu sekolah kurang bisa mencapai kriteria ketuntasan

minimal. Hal terpenting yang harus dilakukan oleh guru dalam memperbaiki

keadaan siswanya sehingga tercapai KKM dimulai dari penerapan metode,

pendekatan, atau model yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, dan

selalu berusaha menghadirkan pembelajaran yang menarik dan diminati oleh

siswa.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan di SMA Negeri 1

Ketapang, melalui penggalian sumber data yang diperoleh peneliti dari guru

mata pelajaran sejarah peneliti mengetahui bahwa siswa kelas X2 dan X3

memperoleh nilai yang beragam pada mata pelajaran sejarah. Nilai rata-rata uji

blok kelas X2 dan X3 pada semester ganjil SMA Negeri 1 Ketapang tahun

pelajaran 2012/2013, di kelas X2 siswa yang mendapat nilai 65 ke atas hanya 18

siswa dari 40 siswa, sedangkan untuk kelas X3 siswa yang mendapat nilai 65 ke

atas hanya 15 siswa dari 36 siswa. Hal ini menunjukkan hasil belajar siswa

belum mencapai target (KKM) yang telah ditetapkan di SMA Negeri 1 Ketapang

yaitu sebesar 70,0 % siswa yang harus mencapai kentutasan minimal dengan

(12)

beberapa faktor utama yang diindikasikan sebagai penyebab rendahnya nilai

ujian sejarah siswa semester yang lalu adalah motivasi belajar siswa terutama

pada mata pelajaran sejarah sangat rendah, sehingga menyebabkan siswa belum

mampu menyerap materi dengan baik. Kemudian mata pelajaran sejarah terkesan

hanya hafalan sehingga mengakibatkan siswa merasa bosan dan hanya membuat

siswa merasa terpaksa mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan di atas, solusi yang dapat dilakukan oleh guru untuk

memperbaiki proses pembelajaran salah satunya adalah dengan cara

membangkitkan motivasi belajar siswa yang masih kurang melalui variasi model

pembelajaran. Tidak ada satupun pola model pembelajaran yang dapat dianggap

paling baik diantara pola model pembelajaran yang lain, karena masing-masing

mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Model pembelajaran tertentu kemungkinan baik untuk materi, situasi, dan

kondisi tertentu, namun kemungkinan dapat juga kurang tepat untuk keadaan

yang lain.

Dalam proses pembelajaran guru harus memiliki model pembelajaran yang tepat

agar siswa dapat belajar secara efektif, efisien, dan sesuai dengan tujuan yang

diharapkan. Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dan Snowball

Throwing (ST) adalah bagian dari strategi pembelajaran Cooperative learning.

Menurut Isjoni:

(13)

memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasanya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok”. (Isjoni, 2007:21).

Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang cukup berhasil

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada kelompok-kelompok kecil, di

mana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa yang heterogen

melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka

tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari.

Team Games Tournament (TGT) adalah suatu model pembelajaran yang di

dalamnya terdapat unsur permainan akademik atau turnamen. Terdapat tiga

struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament

(TGT) menurut Deutsch:

“… 1). Kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi konstribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain. 2). Kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.

3). Individualistik, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsenkuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya (Deutsch dalam Slavin, 2008:31).”

Model Pembelajaran Snowball Throwing (ST) merupakan pembelajaran untuk

melatih siswa agar lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk

bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada

temannya dalam satu kelompok. Menurut Bayor, Snowball Throwing (ST)

merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang dalam pelaksanaannya

(14)

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan Model Snowball

Throwing (ST) dipilih karena diindikasikan dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa yang diharapkan mampu membangkitkan semangat siswa dalam mengikuti

pembelajaran sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang diharapkan.

Bedasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian dengan judul

Perbandingan Motivasi Belajar Siswa dalam Pelajaran Sejarah yang Diajar

Menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) dengan Model Snowball

Throwing (ST) Terhadap Siswa Kelas X SMA N 1 Ketapang Tahun Pelajaran

2012/2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini

sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa pada mata pelajaran

sejarah sebelum dan sesudah diajar dengan menggunakan model Teams

Games Tournament (TGT)?

2. Adakah perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa pada mata pelajaran

sejarah sebelum dan sesudah diajar dengan menggunakan model Snowball

Throwing (ST)?

3. Adakah perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa dalam pembelajaran

sejarah setelah diajar menggunakan model Teams Games Tournament (TGT)

(15)

C. Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1. perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah

sebelum dan sesudah diajar dengan menggunakan model Teams Games

Tournament (TGT)

2. perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah

sebelum dan sesudah diajar dengan menggunakan model Snowball

Throwing (ST)

3. Perbedaan motivasi belajar siswa dalam pelajaran sejarah yang diajar

diajar menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) dan

Snowball Throwing (ST).

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan bahwa model

pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dan Snowball Throwing

(ST) dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa.

(16)

a. Sebagai bahan pertimbangan guru atau calon guru untuk memilih

model pembelajaran dalam mengajar sejarah.

b. Dengan diterapkan model yang sesuai dengan penyusunan materi,

siswa dapat memahami materi secara jelas.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini dapat mencapai sasaran sebagaimana yang telah

dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut :

1. Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) adalah suatu model

pembelajaran kooperatif yang di dalamnya terdapat unsur permainan

akademik atau turnamen untuk mengganti tes individu. Sehingga siswa

tidak merasakan bosan karena ada unsur turnamen. Menurut Slavin

pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 komponen utama, yaitu :

presentasi di kelas, tim (kelompok), game (permainan), turnamen

(pertandingan), dan rekognisi tim (penghargaan kelompok) (Slavin,

2008). Langkah-langkah pembelajarannya meliputi para siswa

dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang

heterogen, guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim

mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai dan

Games Tournament di masukkan sebagai tahapan review setelah setelah

siswa bekerja dalam tim.

2. Snowball Throwing (ST) disebut juga model pembelajaran gelundungan

(17)

tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang

terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya

dalam satu kelompok. Model ini memiliki kelebihan diantaranya ada

unsur permainan yang menyebabkan model ini lebih menarik perhatian

siswa. Menurut Komalasari model pembelajaran Snowball Throwing (ST)

menggali potensi kepemimpinan murid dalam kelompok dan

keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui

permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju (Komalasari,

2010). Langkah-langkahnya meliputi tahapan : pemberian materi,

pembentukan kelompok heterogen, diskusi kelompok, games dan

evaluasi.

3. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri

maupun dari luar siswa yang menjamin kelangsungan dan memberikan

arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek

belajar itu dapat tercapai. Definisi motivasi belajar yang dikemukakan

Sardiman yaitu keseluruhan daya dan penggerak psikis di dalam diri

seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan

belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar demi mencapai tujuan

(Sardiman, 2012). Menurut Winkel motivasi belajar merupakan faktor

psikis, yang bersifat nonintelektual yang berperan dalam hal

meningkatkan gairah belajar (Wingkel ,1983). Siswa yang memiliki

motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan

(18)

4. Objek penelitian ini adalah siswa kelas X2 dan X3 semester genap SMA

Negeri 1 Ketapang

5. Materi yang akan disampaikan dalam penelitian ini adalah Kebudayaan

(19)

REFERENSI

Sardiman, A.M. 2012. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raya Grafindo Persada. Halaman 149

Ishaq, Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Halaman 21.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning, Teori Riset dan Praktik . Bandung : Nusa Media. Halaman 31

Salsabila. Fitri. 2011. Stad And Snowball Throwing. Diakses Pada Pukul 20:30 Tanggal 20 Februari 2013. Http://Salsabilafitri.Blogspot. Com

/2011_05_01_Archive. Html. Halaman 1.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Pustaka

(a) Konsep Model pembelajaran

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pola atau acuan yang

dibuat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model

pembelajaran Menurut Soekamto kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar (Soekamto dalam Endang, 2011). Model

pembelajaran dapat diartikan sebagai konsep pembelajaran yang tergambar

dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.

Model pembelajaran juga dapat diartikan juga sebagai suatu perangkat

rencana atau pola pembelajaran yang dirancang oleh guru yang bermuara

pada terjadinya proses belajar siswa seperti yang dikemukakan Soekamti

dalam Trianto :

(21)

Selain memperhatikan, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model

pembelajaran memiliki lima unsur dasar, menurut Joyce dan Weil :

“. . . Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran,

Social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran,

Principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa,

Support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan

Instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan”.(Joyce dan Weil, 1980)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

adalah pola atau kerangka dalam mempersiapkan dan melaksanakan

pembelajaran di dalam kelas dengan penuh makna sehingga dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa.

(b) Konsep Model Teams Games Tournament (TGT)

Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah salah

satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan

aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, dan mengandung

unsur permainan. Aktivitas belajar yang dirancang dalam pembelajaran

kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa

dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab,

kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Langkah-langkah model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

(22)

“… a) Penyajian kelas, pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, b)Kelompok, kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi. c) Game, game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor. d)Penghargaan kelompok, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Kriterianya adalah ≥ 45 Super Team, 40 – 45 Great Team, 30 – 40 Good Team”. (Slavin, 2008: 171)

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) memiliki keunggulan

Menurut Suarjana yaitu:

“… (a) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas, (b)Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu. (c)Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam, (d)Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa, (e)Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain, (f)Motivasi belajar lebih tinggi, (g)Hasil belajar lebih baik, (h)Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi”. (Suarjana, 2000:10)

Selain itu, Slavin mengemukakan bahwa keunggulan model pembelajaran

Teams Games Tournament (TGT) diantaranya yaitu dalam model

pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ini, membuat siswa lebih

bersemangat dalam mengikuti pelajaran serta dalam pembelajaran membuat

siswa menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan

(23)

Melihat kelebihan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) di

atas, maka model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) yang

berhasil akan meningkatkan motivasi belajar yang diharapkan.

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) sama seperti model

pembelajaran lain yang juga memiliki beberapa kekurangan seperti yang

dikemukakan oleh Suarjana :

“…1). Bagi guru: sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.

2). Bagi Siswa.Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya”. (Suarjana, 2000:10)

Kelemahan-kelemahan yang ada dapat diatasi jika guru yang bertindak

sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok

dengan cara menguasai kelas secara menyeluruh.

Terdapat tiga struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournament (TGT) yang dapat diidentifikasikan menurut Deutsch,

yaitu:

“… a) Kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi konstribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain.

b) Kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.c) Individualistik, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsenkuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya”. (Deutsch dalam Slavin, 2008:31)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran

Teams Games Tournaments (TGT) menjadikan siswa lebih aktif dan efektif

(24)

kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah dalam materi pelajaran yang

diberikan. Sehingga interaksi siswa yang terjadi di kelas dalam proses

belajar akan lebih meningkat dan peran hubungan kerja dapat dibangun

dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok. Sehingga

dengan adanya pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa karena siswa dapat belajar lebih rileks, serta dapat

menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan

keterlibatan belajar.

(c) Konsep Model Snowball Throwing (ST)

Selain Teams Games Tournaments (TGT) model lain yang digunakan pada

penelitian ini sebagai variabel bebas adalah model Snowball Throwing (ST),

Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya

melempar. Snowball Throwing (ST) secara keseluruhan dapat diartikan

melempar bola salju. Seperti yang dikatakan Saminanto yang menyatakan

bahwa model Pembelajaran Snowball Throwing (ST) disebut juga model

pembelajaran gelundungan bola salju (Saminanto, 2010:37).

Pembelajaran Snowball Throwing (ST) dalam praktiknya bola salju

merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian

dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Model pembelajaran ini

melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam

(25)

kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena siswa

memiliki kesempatan untuk membuat butir soal. Model pembelajaran

Snowball Throwing (ST) menurut Kisworo,:

“…Suatu model pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh”. (Kisworo dalam Mukhtari, 2010 : 6)

Model pembelajaran ini menggali potensi kepemimpinan murid dalam

kelompok dan keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang dipadukan

melalui permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Snowball Throwing (ST) Menurut Hanafiah

dan Suhana :

“… a) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan,

b) Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memberikan penjelasan tentang materi kapada ketua kelompok,

c) Masing-masing ketua kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya,

d) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok,

e) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit. f) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian,

g) Evaluasi”. (Hanafiah dan Suhana dalam Endang 2011:11)

Model Snowball Throwing (ST) mempunyai beberapa kelebihan yang

semuanya melibatkan dan keikutsertaan siswa dalam pembelajaran.

(26)

“… (a)Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain, (b) Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan pada siswa lain, (c) Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa, (d)Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, (e) Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam praktek, (f)Pembelajaran menjadi lebih efektif, (g) Ketiga aspek yaitu aspek koknitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai”. (Suprijono, 2009:130)

Di samping terdapat kelebihan tentu saja model Snowball Throwing (ST)

juga mempunyai kekurangan. Kelemahan dari model ini menurut Suprijono :

“… (a) Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan, (b) Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. tapi tdk menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok, (c)Memerlukan waktu yang panjang, (d) Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar, (e)Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid”. (Suprijono, 2009:130)

Berdasarkan uraian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran Snowball Throwing (ST) dapat menciptakan pembelajaran

yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan aktivitas proses

pembelajaran siswa serta siswa mampu membangun sendiri pengetahuan dan

pengalamannya. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran Snowball

Throwing (ST) dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan

(27)

(d) Konsep Motivasi belajar

Motivasi menjadi sesuatu hal yang sangat penting apabila seseorang akan

melakukan suatu pelajaran karena motivasi merupakan keseluruhan daya

penggerak di dalam diri sesorang yang menimbulkan, memberikan arah dan

memberi kekuatan, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Menurut Purwanto motivasi berasal dari kata motif yang berarti semua

penggerak, alasan-alasan, dorongan-dorongan dalam diri manusia yang

menyebabkan seseorang berbuat sesuatu (Purwanto, 1998). Menurut

Sardiman motivasi dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin

melakukan sesuatu (Sardiman, 2012:75). Berdasarkan beberapa pendapat

tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah

keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan

menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu

yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga

tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang menyangkut aspek

pengetahuan, ketrampilan dan sikap seseorang setelah memperoleh

informasi yang disengaja. Menurut Hamalik belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku akibat latihan (Hamalik, 2007). Berdasarkan

(28)

merupakan suatu proses usaha perubahan tingkah laku sehingga

menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, nilai dan sikap

yang dilakukan oleh seorang individu melalui latihan serta pengalaman

dalam interaksinya dengan lingkunganya.

Berdasarkan uraian yang tersebut di atas, dapat diartikan bahwa motivasi

belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari

luar siswa yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan

belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat

tercapai. Definisi motivasi belajar yang dikemukakan Sardiman merupakan

keseluruhan daya dan penggerak psikis di dalam diri seseorang yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberi

arah pada kegiatan belajar demi mencapai tujuan (Sardiman, 2012).

Sedangkan menurut Winkel motivasi belajar merupakan faktor psikis, yang

bersifat nonintelektual yang berperan dalam hal gairah belajar (Winkel,

1983). Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi

untuk melakukan kegiatan. Dalam motivasi belajar terdapat jenis-jenis

motivasi belajar yaitu motivasi dari dalam diri dan motivasi dari luar diri

seperti yang dikemukakan oleh Purwanto :

(29)

Motivasi belajar dapat berfungsi sebagai pendorong usaha pencapaian

prestasi seseorang melakukan suatu usaha dalam proses pembelajaran.

Fungsi motivasi Menurut Sardiman adalah :

“…a). Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisikan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut”. (Sardiman, 2012: 85)

Motivasi belajar memiliki beberapa kekuatan, untuk mengetahui kekuatan

motivasi belajar siswa menurut Handoko yaitu kuatnya kemauan untuk

berbuat, jumlah waktu yang disediakan untuk belajar lebih banyak, lebih rela

meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain serta lebih tekun dalam

mengerjakan tugas (Handoko, 1992: 59). Menurut Hamalik motivasi belajar

penting artinya dalam proses belajar siswa, karena fungsinya yang

mendorong, menggerakan, dan mengarahkan kegiatan belajar (Hamalik,

2011: 156). Karena itu, prinsip-prinsip penggerak motivasi belajar sangat

erat kaitannya dengan prinsip-prinsip belajar itu sendiri . Indikator motivasi

belajar menurut Sardiman adalah sebagai berikut :

(30)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan belajar,

motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri

siswa yang menjamin proses dan memberikan arah kegiatan belajar,

sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi

sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam

belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar dengan

sunguh-sungguh.

2.

Kerangka Pikir

Kegiatan pembelajaran di kelas, peneliti mengutamakan keterlibatan aktif siswa

secara langsung sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena

suasana lebih menyenangkan. Pada pelaksanaannya, siswa dibedakan menjadi

dua kelas yaitu kelas pertama dibelajarkan model pembelajaran Teams Games

Tournaments (TGT), kelas kedua dibelajarkan model Snowball Throwing (ST).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model Teams Games Tournaments

(TGT) (X1) dan Snowball Throwing (ST)(X2), sedangkan variabel terikatnya

adalah motivasi belajar melalui model Teams Games Tournament (TGT) (Y1) dan

motivasi belajar melalui model Snowball Throwing (ST)(Y2). Sebelum

dilaksanakan pembelajaran maka dilakukan pengukuran motivasi awal kepada

masing-masing kelas untuk mengetahui rata-rata motivasi awal siswa sebelum

(31)

Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu

model pembelajaran kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa

harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan. Pada pelaksanaannya model Teams Games

Tournament (TGT), kelas akan dibagi menjadi 4-5 siswa perkelompok. Saat

game dimulai dipersilahkan perwakilan dari masing-masing kelompok untuk

melakukan turnamen.

Pelaksanaan turnamen terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk

menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar

kelompok. Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban

singkat. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang

sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan

mendapatkan skor. Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,

masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor

memenuhi kriteria yang ditentukan.

Snowball Throwing (ST) diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran

Snowball Throwing (ST), bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan

yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk

dijawab. Model pembelajaran Snowball Throwing (ST) diawali dengan

pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas

(32)

seperti bola lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab

pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Setelah pembelajaran, masing-masiang siswa diberikan bentuk pernyataan yang

disebut pengukuran motivasi akhir untuk mengetahui seberapa besar peningkatan

motivasi siswa. Kemudian selanjutnya masing-masing pengukuran motivasi

akhir antara pembelajaran yang diajar menggunakan model TGT dan ST

dibandingkan agar diketahui mana yang lebih tepat atau cocok digunakan untuk

(33)

3. Paradigma

Keterangan :

: Garis perlakuan : Garis perbandingan

O1 : Pengukuran motivasi awal sebelum diajar menggunakan model TGT

O2 : Pengukuran motivasi awal sebelum diajar menggunakan model ST

O3 : Pengukuran motivasi akhir setelah diajar menggunakan model TGT

O4 : Pengukuran motivasi akhir setelah diajar menggunakan model ST

Siswa

O1 O2

Siswa yang diajar menggunakan model

Teams Games Tournaments

(TGT) (X1)

Siswa yang diajar menggunakan model

Snowball Throwing

(ST)(X2)

(34)
(35)

4. Angapan Dasar dan Hipotesis Penelitian

1. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penelitian berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir

adalah:

1) Kedua kelas sampel memiliki pengalaman belajar yang setara.

2) Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah berbeda-beda.

3) Faktor-faktor lain di luar penelitian diabaikan.

2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran, maka diajukan

hipotesis sebagai berikut:

1. Ada peningkatan rata-rata motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah

diajar menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) dan model

Snowball Throwing (ST)

2. Ada perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa setelah diajar

menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) dengan model

(36)

REFERENSI

Cahaya, Endang N. 2011. “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa SMPN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Halaman 15

Trianto. 2009. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka. Jakarta. Halaman 56

Joyce, Bruce dan Weil Marsha.1980. models of teaching. New jersey : prentice-hall, inc. Halaman 30.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning, Teori Riset dan Praktik . Bandung : Nusa Media. Halaman 171.

Suarjana. (2000). Model pembelajaran kooperatif TGT. Diakses Pada Pukul 22:00 Tanggal 20 Februari 2013. http://asemcuka.wordpress.com /2012/07/16/ model-pembelajaran-kooperatif-tgt/

Slavin, Robert E. 2005. Op Cit. Halaman 31.

Cahaya, Endang N. 2011. Op Cit. Halaman 11

Sardiman, A.M. 2012. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raya Grafindo Persada. Halaman 75.

Hamalik, Oemar, 2011. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 56.

Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. Halaman 71.

Sardiman, A.M. 2012. Op Cit. Halaman 85.

Hamalik, Oemar, 2011. Op Cit. Halaman 156.

(37)

1. Metode yang Digunakan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono metode eksperimen adalah

metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono,

2012).

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di

SMA Negeri 1 Ketapang.

3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Semester

Genap SMA Negeri 1 Ketapang pada tahun pelajaran 2012/2013.

Tabel 3.1 Jumlah Populasi

No Kelas Siswa Jumlah

Total

L P

1 X 1 21 21 42

2 X 2 23 17 40

3 X 3 15 21 36

Jumlah 59 59 117

(38)

X1

X2

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

sampling purposive. Menurut Sugiyono teknik sampling purposive

merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2012). Teknik ini ditentukan berdasarkan hasil belajar semester

sebelumnya, sehingga akan diperoleh sampel yang memiliki hasil belajar

yang rata-rata sama.

Sampel yang diperoleh untuk dipakai dalam penelitian ini adalah kelas X2

sebagai kelompok eksperimen 1 yang berjumlah 40 siswa dan kelas X3

berjumlah 36 siswa sebagai kelompok eksperimen 2. Kedua kelas yang

dipilih menjadi sampel adalah homogen yaitu yang memiliki rata-rata

kemampuan akademik siswa pada kedua kelas tersebut tidak berbeda.

4. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan tipe Pretest-Posttest

Control Group Design. Pada desain ini, terdapat pengukuran awal sebelum

diberi perlakuan dan pengukuran akhir setelah diberi perlakuan. Dengan

demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat

membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain

eksperimen tipe Pretest-Posttest Control Group Design digambarkan

menurut Sugiyono :

X1

X2

(39)

- : Hasil pengukuran motivasi awal - : Hasil pengukuran motivasi akhir

X1 : pembelajaran kooperatif tipeTeams Games Tournament(TGT)

X2 : pembelajaran kooperatif tipeSnowball throwing(ST)

5. Prosedur Penelitian

Dalam pembelajaran yang menggunakan model Teams Games

Tournament (TGT), siswa ditempatkan dalam kelompok yang heterogen,

pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi biasanya dilakukan

dengan pengajaran langsung. Selanjutnya setelah pemberian materi

dibentuk kelompok heterogen. Kelompok biasanya terdiri atas empat

sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih

mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk

mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal

pada saat game. Setelah game berakhir, guru kemudian mengumumkan

kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau

hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.

Pada pembelajaran Snowball Throwing (ST) pada awal mengajar, guru

menyampaikan materi yang akan disajikan. Selanjutnya guru membentuk

siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk

memberikan penjelasan tentang materi. kemudian ketua kelompok kembali

ke kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan materi yang

disampaikan oleh guru kepada teman kelompoknya. Setelah itu

(40)

ketua kelompok. Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola

dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit. Setelah

siswa mendapat satu bola yang di dalamnya berisi satu pertanyaan

kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan

yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut.

6. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan

veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran

dengan menggunakan model Teams Games Tournaments (TGT) (X1) dan

Snowball Throwing (ST) (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah

motivasi belajar melalui modelTeams Games Tournament (TGT) (Y1) dan

motivasi belajar melalui modelSnowball Throwing(ST) (Y2).

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Adapun data yang akan dikumpulkan ada dua jenis

yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penelitian

lapangan yaitu dari sampel penelitian. Data sekunder diperoleh dari arsip

SMA Negeri 1 Ketapang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah angket. Menurut Sugiyono angket merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

(41)

menggunakan skala likert. Menurut Sukardi :

“...Skala likert digunakan untuk menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju“

(Sukardi, 2008:146).

Dalam penelitian ini digunakan skala likert lima poin, setiap pilihan

jawaban mempunyai bobot antara lain yaitu :

a. sangat tidak setuju : 1

1 Tekun menghadapi tugas. 12,18 7 3

2 Ulet menghadapi kesulitan. 2,19 3,5 4

3 Keinginan mendalami materi

(42)

(a) Validitas

Validitas digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang

digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut

Sugiyono hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara

data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada

obyek yang diteliti (Sugiyono, 2012:172). Dapat dicontohkan seperti

misalnya dalam obyek berwarna merah, sedangkan data yang

terkumpul berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid.

Dapat disimpulkan bahwa instrumen yang valid merupakan syarat

mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid. Untuk menguji

validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang

dikemukakan oleh Pearson :

( )( )

* ( ) +* ( ) +

(Pearson dalam Sukardi, 2007: 90)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total

lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau

sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3

maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r

(43)

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated itemtotal correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data

merupakanconstruckyang kuat (valid).

(b) Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan

data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas

instrumen didasarkan pada rumus Alpha Cronbach’s. Dalam menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, menurut Alpha

Cronbach’s yaitu :

( ) ( )

(Alpha Cronbach’s dalam Arikunto, 2008: 109) Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2 = varians total

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen

diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran.

Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang

(44)

Menurut Sujianto kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai

koefisien alpha (Sujianto dalam Sayuti, 2009: 97). Oleh sebab itu

digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai

berikut:

1. Nilai Alpha 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.

2. Nilai Alpha 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.

3. Nilai Alpha 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.

4. Nilai Alpha 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.

5. Nilai Alpha 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel.

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada

sampel yang sesungguhnya.

10. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian adalah data yang berbentuk skala

ordinal. Untuk menganalisis data, sebelumnya data motivasi belajar

diterjemahkan ke dalam skor gain, kemudian dilakukan uji prasyarat

analisis, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah kedua uji

prasyarat dilakukan, maka tahapan berikutnya adalah uji Uji Paired

Samples T Test untuk mengetahui perbedaan sampel setelah dilakukan

perlakuan. Selanjutnya dilakukan uji Independet SampleT-Test untuk

mengetahui perbedaan motivasi belajar antara model Teams Games

(45)

Menurut Meltzer untuk mendapatkangaindigunakan rumus sebagai berikut :

(Meltzer, 2000 : 34)

Keterangan:

g = N - Gain

= Skor hasil pengukuran motivasi awal = Skor hasil pengukuran motivasi akhir = Skor max

Skor gain ini dihitung setelah dilakukannya pengukuran motivasi awal dan

pengukuran motivasi akhir.

Kategori:

Tinggi : 0,7 N-gain 1 Sedang : 0,3 N-gain< 0,7 Rendah :N-gain< 0,3

Pengukuran motivasi siswa digunakan skor pengukuran motivasi awal dan

pengukuran motivasi akhir yang bertujuan untuk menganalisis peningkatan

motivasi. Peningkatan skor antara pengukuran awal dan pengukuran akhir

dari variabel tersebut merupakan indikator adanya peningkatan atau

penurunan motivasi siswa pada pembelajaran sejarah yang diajar dengan

menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) dengan Snowball

Throwing(ST).

(b) Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui distribusi data normal atau

(46)

smirnov. Dasar pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung

menggunakan program SPSS 17,0 dengan metode kolmogorov smirnov

berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai ( ),

nilai yang digunakan adalah 0,05 dengan demikian kriteria uji sebagai

berikut: (1) jika nilai sig atau signifikan atau probabilitas < 0,05 maka Ho

diterima dengan arti bahwa data tidak terdistribusi normal. (2) jika nilai sig

atau signifikan atauprobabilitas> 0,05 maka H1diterima dengan arti bahwa

data terdistribusi normal.

(c) Uji Homogenitas

Syarat dalam analisis varians adalah homogenitas sampel. Sebelum

dilakukan uji t terlebih dahulu dilakukan uji kesamaan varian

(homogenitas). Dengan menentukan hipotesis:

Ho : Keduavariansadalah sama (varian kelompok kelas A dan kelas B

adalah sama)

Ha : Keduavariansadalah berbeda (varian kelompok kelas A dan kelas B

adalah berbeda).

Kriteria Pengujian (berdasar probabilitas / signifikansi)

Ho diterima jika Pvalue> 0,05 = kedua varians sama

Ho ditolak jika Pvalue< 0,05 = kedua varians berbeda

(d) UjiPaired Samples T Test

Uji Paired Sample T Test atau lebih dikenal dengan pre-post design

(47)

pengukuran motivasi akhir belajar siswa. Dasar pemikiran sederhana, yaitu

apabila suatu perlakuan tidak memberi pengaruh maka perbedaan rata-rata

adalah nol. Pada uji ini juga akan terlihat peningkatan atau penurunan

motivasi belajar secara signifikan. Ketentuannya bila t hitung lebih kecil

dari t tabel, maka H0 diterima, dan H1 ditolak. Tetapi sebaliknya bila t

hitung lebih besar dari t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Secara

signifikan bila Sig (2-tailed) < 0,025, maka H0 ditolak dan sebaliknya.

Untuk memudahkan dalam menguji hal tersebut maka dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 17.0 yaitu ujiPaired Samples T Test.

(e) UjiIndependet Sample t-test

Pengujian Independet Samples t-test dilakukan untuk mengetahui apakah

ada perbedaan motivasi belajar antara siswa yang diberi model Teams

Games Tournament (TGT) dengan Snowball Throwing (ST) dalam

pembelajaran sejarah. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

HO: Tidak ada perbedaan motivasi belajar siswa yang diajar

menggunakan modelTeams Games Tournament(TGT) dengan

ModelSnowball Throwing(ST) pada mata pelajaran sejarah.

H1 : Adanya perbedaan motivasi belajar siswa yang diajar

menggunakan modelTeams Games Tournament(TGT) dengan

(48)

Cara menguji hipotesis penelitian ini, yaitu membandingkan nilaiSig.

(2-tailed) pada Independet Sample test dengan nilai α (0,025) dengan kriteria uji sebagai berikut:

(49)

Sugiyono. 2012. Metode Penelitan Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&B. Bandung : Alfabeta. Halaman 110

Sukardi. 2008.Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara. Halaman 146.

(50)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Rata-rata kelas yang diajar menggunakan modelTeams Games Tournament

(TGT) nilai motivasi siswa meningkat dari 55,97 menjadi 84,25 dengan

perolehan skor N-gain 0,61.

2. Rata-rata kelas yang diajar menggunakan modelSnowball Throwing(ST)

nilai motivasi siswa meningkat dari 61,05 menjadi 81,62 dengan perolehan

skor N-gain yaitu 0,47.

3. Terdapat perbedaan motivasi belajar siswa yang disebabkan oleh perbedaan

model pembelajaranTeams Games Tournament(TGT) danSnowball

Throwing(ST). SkorN- gainkelas yang menggunakan model pembelajaran

Teams Games Tournament(TGT) lebih tinggi 0,14 dari kelas yang

menggunakan model pembelajaranSnowball Throwing(ST). Sehingga

model pembelajaranTeams Games Tournament(TGT) lebih efektif

(51)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaranTeams Games Tournament(TGT) danSnowball

Throwing(ST) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru-guru

di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar

siswa

2. Guru harus memahami dan menerapkan setiap tahapan pada model

pembelajaranTeams Games Tournament(TGT) danSnowball Throwing

(ST) agar siswa lebih termotivasi sehingga siswa mampu memahami materi

pelajaran secara baik.

3. Pengelolaan waktu saat pembelajaran harus tepat agar pembelajaran sesuai

dengan rencana yang telah dibuat sehingga mendapatkan hasil yang

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1996. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 142 Halaman.

Aristya. 2011. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Penguasaan Konsep Biologi oleh Siswa pada Materi Pokok Kingdom Plantae Kelas X SMA Mutiara Natar Lampung Selatan”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. 130 Halaman.

Cahaya, Endang N. 2011. “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa SMPN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta. 90 Halaman.

Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. 170 Halaman.

Hamalik, Oemar, 2011. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara. 240 Halaman.

Ishaq, Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 245 Halaman

Joyce, bruce dan weil marsha.1980. Model Pengajaran. New jersey : prentice-hall, inc. 215 Halaman

Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. 259 Halaman

Nasution. 2010. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. 157 Halaman.

Priyatno, Duwi. 2012. Belajar Praktis Analisis Parametrik dan Non Parametrik dengan SPSS. Yokyakarta. Gava media. 168 Halaman.

(53)

Sardiman, A.M. 2012. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raya Grafindo Persada. 236 Halaman.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 110 Halaman.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning, Teori Riset dan Praktik . Bandung : Nusa Media. 236 Halaman.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitan Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&B. Bandung : Alfabeta. 456 Halaman.

Sukardi. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara. 176 Halaman.

Surahman, winarno. 2001. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung : Trasindo. 124 Halaman.

Suryabrata, sumadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Press. 237 Halaman.

Syamsudin, Abin. 2008. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Bandung: Remaja Rosdakarya. 126 halaman.

Winardi, Ahmad. Mengukur Motivasi Belajar Dan Minat Belajar Siswa. Jakarta: Alfabeta. 134 Halaman.

Sumber Lain :

Atika, Pratiwi. Model Pembelajaran Snowball Throwing. Diakses Pada Pukul 20:14 Tanggal 20 Februari 2013. Http://Atika-Fa.Blogspot.Com/

Salsabila. Fitri. 2011. Stad And Snowball Throwing. Diakses Pada Pukul 20:30 Tanggal 20 Februari 2013. Http://Salsabilafitri.Blogspot. Com

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Populasi
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen

Referensi

Dokumen terkait

static boolean addUser(String username, String password) throws Exception { return userDirectory.add(username, password);. static String getPassword(String username) {

[r]

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menggelar workshop Kelas Manajemen Keuangan Usaha Bagi UKM Kreatif bagi para pelaku usaha di bidang ekonomi kreatif guna meningkatan pengetahuan

[r]

[r]

Frenzied giant size billboards placed on city infrastructure on Jalan Pandanaran (2014).. Billboard is a form of Out-of-Home advertising or simply put an outdoor

W dengan Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Nakula RSUD Banyumas”, adalah hasil karya sendiri dan bukan penjiplakan dari karya orang lain.. Demikian pernyataan ini saya buat

ardyanth07@gmail.com Cari Bibit Ayam Petelur Cari Bibit Ayam Petelur Sudah dijawab. 29 31-08-2016 Ahmad Zakky ahmadzakky.1982@gmail.com Lokasi Peternakan Lokasi