• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF LEARNING TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Eksperimental Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pangudi Luhur Bandar Lampung Ta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF LEARNING TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Eksperimental Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pangudi Luhur Bandar Lampung Ta"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIFLEARNING TIPESTADDAN TIPEJIGSAWTERHADAP AKTIVITAS BELAJAR

DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

(Eksperimental Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pangudi Luhur Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2012/2013) Oleh

CICILIA RINA FITRIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ii

ABSTRAK

PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIFLEARNING

TIPESTADDAN TIPEJIGSAWTERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA

PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

(Eksperimental Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pangudi Luhur Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

CICILIA RINA FITRIANI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penggunaan model

kooperatifLearningtipeSTADdan tipeJigsawterhadap aktivitas belajar dan

penguasaan materi oleh siswa.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretes postes

non-equivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIAdan VIICyang dipilih dari

populasi secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif

dan kualitatif. Data kuantitatif berupa penguasaan materi oleh siswa yang

diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes dan N-gainyang dianalisis secara

statistik menggunakan uji-t dan uji U dengan taraf 5%. Data kualitatif berupa

aktivitas belajar siswa dan angket tanggapan siswa yang dianalisis secara

deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran

(3)

Cicilia Rina Fitriani

iii

materi oleh siswa secara signifikan. Akan tetapi penguasaan materi pokok

Ekosistem yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranJigsaw(

N-gain68,94) lebih tinggi dibandingkan siswa yang menggunakan modelSTAD(

N-gain59,17). Indikator C4 (Aplikasi) merupakan indikator tertinggi yang dicapai

siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

(N-gain81,43), sedangkan pada kelas yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipeSTADadalah indikator C5 (N-gain64,57). Selain itu, penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipeSTADdanJigsawjuga sama-sama

meningkatkan aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw( 82) lebih tinggi dibandingkan

dengan modelSTAD( 73). Aspek mengemukakan pendapat merupakan aktivitas

tertinggi yang dilakukan siswa pada kelas yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipeJigsaw( 84). Selain itu, sebagian besar siswa

memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan modelSTADdanJigsaw.

Dengan demikian, penggunaan modelSTADdanJigsawberpengaruh terhadap

peningkatan aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok

Ekosistem.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Pikir. ... 7

G. Hipotesis... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. ModelCooperatif Learning(Pembelajaran Kooperatif) ... 11

B. Model Pembelajaran TipeStudent Team Achievement Divisions (STAD)... 18

C. Model Pembelajaran TipeJigsaw... 24

D. Aktivitas Belajar... 30

E. Penguasaan Materi ... 33

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Populasi dan Sampel ... 38

C. Desain Penelitian ... 38

D. Prosedur penelitian... 39

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 47

F. Teknik Analisis Data ... 49

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 57

B. Pembahasan ... 63

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 79

B. Saran ... 80

(8)

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 88

3. Lembar Kerja Kelompok ... 100

4. Soal Pretes dan Postes ... 136

5. Data Hasil Penelitian ... 140

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang

diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat

membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri

(Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-UndangRepublik

IndonesiaNo. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara

(Depdiknas, 2003: 1).

Dewasa ini, mutu pendidikan di Indonesia terbilang masih rendah. Hal ini

karena sekolah belum optimal menyiapkan pendidikan yang bermutu bagi

siswa. Hasil pendidikan yang bermutu dapat dicapai dengan kegiatan

pembelajaran yang bermutu. Pendidikan yang bermutu menekankan pada

pembelajaran siswa yang aktif. Hasil belajar yang bermutu tidak akan

(10)

siswa yang aktif dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan

materi.

Menurut para Ahli (Slavin dan Aronson), banyak model pembelajaran yang

dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa diantaranya adalah

STAD danJigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipeSTADmerupakan

salah satu tipe pembelajaran kooperatif dalam kelompok kecil yang

menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling

memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna

mencapai prestasi yang maksimal (Slavin, 2009: 140).

Model pembelajaran kooperatif tipeSTADmempunyai beberapa keunggulan

yaitu : siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi

norma-norma kelompok, siswa aktif membantu dan memotivasi semangat

untuk berhasil bersama, siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih

meningkatkan keberhasilan kelompok dan Interaksi antar siswa seiring dengan

peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat (Slavin, 1995: 17).

Selain itu,STADjuga memiliki beberapa kelemahan diantaranya,

membutuhkan waktu lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target

kurikulum, membutuhkan waktu lebih lama untuk guru sehingga pada

umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif,

membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat

melakukan pembelajaran kooperatif, dan menuntut sifat tertentu dari siswa,

(11)

3

Sedangkan model pembelajaranJigsawadalah suatu pembelajaran kooperatif

yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung

jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian

tersebut kepada anggota lain di dalam kelompoknya (Arends dalam Ainy,

2000: 26).

Kelebihan atau keunggulan pembelajaran kooperatif tipeJigsawyaitu dapat

mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi

pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal, meningkatkan rasa

tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga

pembelajaran orang lain serta siswa mempunyai banyak kesempatan untuk

mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Selain

itu, kelemahan Jigsawadalah memerlukan persiapan yang lebih lama dan

lebih kompleks misalnya seperti penyusunan kelompok asal dan kelompok

ahli yang tempat duduknya nanti akan berpindah, guru harus mempersiapkan

pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga,

pemikiran dan waktu.

Pendapat di atas diperkuat oleh penelitian- penelitian sebelumnya, antara lain

Sulastri (2011: 31) menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipeSTADdapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi

pokok ekosistem oleh siswa. Selain itu, penelitian Sari (2007: 28) juga

menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD

dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Begitu juga dengan penelitian

Yati (2008: 33) yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran tipeJigsaw

(12)

Berdasarkan hasil observasi di SMP Pangudi Luhur Bandar Lampung,

diketahui bahwa guru dalam pembelajaran Biologi khususnya pada materi

Ekosistem masih bersifatteacher centereddan kadang-kadang dengan

pemberian tugas saja. Hal ini berdampak terhadap aktivitas dan penguasaan

materi yang diserap oleh siswa menjadi tidak optimal sehingga secara tidak

langsung dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan data

ulangan harian pada materi pokok ekosistem siswa kelas VII semester genap

SMP Pangudi Luhur Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012

menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 60

mencapai 70 % siswa. Kenyataan ini menunjukkan hasil belajar Biologi

siswa masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

ditentukan oleh sekolah yaitu 60.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui model pembelajaran

kooperatif manakah yang cocok dan tepat terhadap materi ekosistem dengan

cara membandingkan penggunaan model kooperatif learning tipeSTAD

dengan tipeJigsawterhadap aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh

siswa di SMP Pangudi Luhur Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara penguasaan materi pokok

(13)

5

tipeSTADdan penguasaan materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar

melalui model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw?

2. Manakah yang lebih tinggi penguasaan materi pada materi pokok

ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif

tipeSTADdengan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw?

3. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaranSTADdibandingkan dengan model

pembelajaranJigsaw?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui :

1. Perbedaan penguasaan materi pada materi pokok ekosistem oleh siswa

yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipeSTADdan

penguasaan materi pada materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar

melalui model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw.

2. Tingkat penguasaan materi pada materi pokok ekosistem oleh siswa yang

lebih tinggi antara siswa yang diajar melalui model pembelajaran

kooperatif tipeSTADdibandingkan dengan siswa yang diajar melalui

model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw.

3. Aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipeSTADdibandingkan dengan model

(14)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, bekal, dan pengalaman

berharga bagi peneliti sebagai calon guru biologi yang profesional,

terutama dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD

dan tipeJigsaw.

2. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai model pembelajaran

kooperatif tipeSTADdanJigsawsehingga dapat dijadikan alternatif dalam

memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk

meningkatkan penguasaan materi siswa dalam pembelajaran ekosistem.

3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga

diharapkan mampu menumbuhkan rasa kerjasama yang positif antar siswa,

sdapat meningkatkan aktivitas dan dapat meningkatkan penguasaan materi

oleh siswa.

4. Bagi sekolah, yaitu memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya

meningkatkan mutu pembelajaran IPA (biologi) disekolah dengan

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipeSTADdan tipeJigsaw.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan

dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Model PembelajaranSTADyang dimaksud dalam penelitian ini menurut

(15)

7

kelompok siswa yang heterogen, penyajian materi oleh guru, pemberian

tugas kelompok, tes individu, evaluasi, dan pemberian penghargaan

kelompok.

2. Model pembelajaran kooperatif tipeJigsawyang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari langkah-langkah berikut : (1) siswa mengkaji dan

membaca bahan ajar, (2) diskusi kelompok ahli, (3) diskusi kelompok asal,

(4) penguatan guru, dan tes/kuis, (5) pemberian penghargaan kelompok.

3. Aktivitas belajar siswa yang diamati adalah (1) kemampuan

mengemukakan pendapat/ ide; (2) berdiskusi/bekerjasama dalam

mengerjakan LKK; (3) mengajukan pertanyaan; (4) menanggapi/

menjawab pertanyaan; dan (5) mempresentasikan hasil diskusi.

4. Penguasaan materi diukur berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil

pretest,postest, danN-Gainpada materi pokok ekosistem.

5. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas kelas VII SMP Pangudi

Luhur Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013, yang terdiri dari kelas

VIIA(untuk model pembelajaran kooperatif tipeSTAD) dan VIIC(untuk

model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw).

6. Materi pokok pada penelitian ini adalah ekosistem dengan kompetensi

dasar menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen

ekosistem yang terdapat pada KD 7.1 IPA terpadu SMP kelas VII.

F. Kerangka Pikir

Biologi merupakan cabang IPA yang membutuhkan pemahaman konsep yang

(16)

menganalisa, dan memecahkan masalah yang erat kaitannya dengan

kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran biologi siswa diharapkan tidak

hanya mampu menghafal materi tetapi memahami dan menguasai materi serta

aktif mencari tahu dengan membangun pengetahuannya. Hal ini karena proses

pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa yang

aktif baik individual maupun kelompok, sedangkan guru hanya bertindak

sebagai pembimbing dan fasilitator. Keaktifan siswa dapat ditumbuhkan

melalui pembelajaran kooperatif yaitu dalam bekerjasama dalam kelompok.

Dengan bekerjasama dapat menumbuhkan rasa saling membutuhkan, hormat

menghormati, dan tanggung jawab bersama mengenai tugas yang diberikan

kepada kelompok. Model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan

diantaranya adalah tipeSTADdan tipeJigsaw.

Model pembelajaran kooperatifSTADmemungkinkah siswa lebih banyak

melakukan aktivitas pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini

dintunjukkan dengan adanya tuntutan siswa untuk mengungkapkan pendapat,

menjawab pertanyaan, aktif dalam menyampaikan gagasan, aktif dalam

membuat laporan hasil diskusi, aktif mengerjakan soal, aktif mendengarkan

guru menyampaikan penghargaan untuk kelompok berprestasi. Diskusi dan

kerjasama yang dilakukan siswa dengan kelompoknya dapat membuat siswa

lebih aktif, karena siswa harus bertanggung jawab terhadap keberhasilannya

sendiri dan keberhasilan kelompoknya. Selain itu, pada tahap kemajuan

individual dan rekognisi/penghargaan tim juga dapat memotivasi siswa untuk

meraih skor yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan prestasi

(17)

9

Sama halnya dengan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD,Jigsawjuga

memungkinkah siswa lebih banyak melakukan aktivitas pada saat kegiatan

belajar mengajar berlangsung. Jigsawmenitikberatkan siswa untuk aktif

membangun pengetahuannya. Dalam hal ini siswa tidak hanya mempelajari

materi yang diberikan, tetapi siswa juga harus siap memberikan dan

mengerjakan materi yang ada pada anggota kelompok lain. Aktivitas siswa

dalamJigsawterlihat pada saat siswa mengungkapkan pendapat, menjawab

pertanyaan, menyampaikan gagasan, membuat laporan hasil diskusi,

mengerjakan soal, mendengarkan guru menyampaikan penghargaan untuk

kelompok berprestasi. Pada tahap kemajuan individual dan rekognisi/

penghargaan tim dapat memotivasi siswa untuk meraih skor yang lebih tinggi

sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya dengan cara siswa

menguasai materi pembelajaran.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperatif tipeSTAD(X1) dan tipeJigsaw(X2). Sedangkan

untuk variabel terikatnya yaitu (Y1) adalah aktivitas belajar dan (Y2) adalah

penguasaan materi pokok ekosistem.

Hubungan antara variabel tersebut digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat Keterangan : X1 = model pembelajaranSTAD, X2 = model pembelajaran

Jigsaw, Y1= Aktivitas belajar siswa, Y2 = penguasaan materi oleh siswa

X2 Y2

(18)

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ho = Tidak ada perbedaan yang signifikan antara penguasaan materi

pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model

pembelajaran kooperatif tipeSTADdan penguasaan materi pokok

ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran

kooperatif tipeJigsaw.

H1= Ada perbedaan yang signifikan antara penguasaan materi pokok

ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran

kooperatif tipeSTADdan penguasaan materi pokok ekosistem oleh

siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw.

2. H0= Penguasaan materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui

model pembelajaranSTADlebih rendah daripada penguasaan

materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model

pembelajaranJigsaw.

H1= Penguasaan materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui

model pembelajaranSTADlebih tinggi daripada penguasaan materi

pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model

pembelajaranJigsaw.

3. Aktivitas belajar siswa meningkat selama pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeSTADdan model

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. ModelCooperative Learning(Pembelajaran Kooperatif)

Pakar pendidikan sains menyakini bahwa ketakjuban, antusiasme, dan

keingintahuan harus mendominasi pembelajaran sains. Untuk

membangkitkan hal tersebut dalam biologi, berbagai model pembelajaran

dapat diterapkan. Menurut Dahar (1996: 5), model ialah suatu struktur

konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang, dan

sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berfikir

dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang.

Sebuah model pembelajaran adalah sebuah rencana atau pola yang

mengorganisasi pembelajaran dalam kelas dan menunjukan cara penggunaan

materi pembelajaran.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan

perangkat-perangkat pembelajaran termasuk buku-buku, film, komputer, kurikulum,

dan lain-lain (Joyce dalam Trianto, 2009: 22). Selanjutnya Joyce

(20)

mendesain pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga

tujuan pembelajaran tercapai.

Widianingrum (2010: 15) menyatakan bahwaCooperative learningatau

pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini

banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang

berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi

permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak

dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli

pada yang lain. Cooperative learningmerupakan strategi belajar dengan

sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap

siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu

untuk memahami materi pelajaran. Dalamcooperative learning, belajar

dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum

menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2009: 12).

Nurhadi dan Senduk (dalam Wena, 2009: 188) menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar

menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa

bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Menurut

Priyatno (dalam Wena, 2009: 189) pembelajaran kooperatif merupakan

salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan

tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk

(21)

13

bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang

kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar

dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu

dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah

menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara

aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.

Ide utama dari dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk

belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai

tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan

kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok

mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin dalam Trianto, 2009: 57).

Model pembelajaran kooperatif akan mencapai hasil yang maksimal bila

mengandung lima unsur, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung

jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi

proses kelompok (Roger dan Johnson dalam Lie, 2010: 31). Jika kelima

unsur tersebut dilaksanakan dengan baik, maka akan tercipta suasana kerja

kelompok yang maksimal dan dapat memberikan semangat belajar yang

tinggi. Unsur-unsur tersebut yaitu:

1. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada usaha setiap

anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru

perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota

(22)

mencapai tujuan mereka. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang

unik, setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok.

Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung

jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.

2. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika

tugas dan penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran

kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk

melakukan yang terbaik. Guru juga harus kreatif dalam membuat tugas

sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan

tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa

dilaksanakan.

3. Tatap Muka

Para anggota kelompok harus diberi waktu untuk mengenal lebih dalam

anggota kelompok agar mereka mengenal satu sama lain yang

berbeda-beda. Interaksi (tatap muka) antar anggota kelompok akan membentuk

sinergi yang menguntungkan. Sinergi ini adalah menghargai

perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan

masing-masing.

4. Komunikasi Antar Anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai

keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga

bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling

(23)

15

mereka. Tetapi tidak semua anggota kelompok mampu lihai berbicara

dan mendengarkan. Di sinilah peran guru untuk memotivasi siswanya

agar berani mengutarakan pendapat. Proses ini merupakan proses yang

sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman

belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5. Evaluasi proses kelompok

Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama dengan

mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif.

Model pembelajaran kooperatif mengandung konsep-konsep penting yang

membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari

belajar kooperatif menurut Slavin (dalam Trianto, 2009: 61), adalah sebagai

berikut:

1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai

kriteria yang ditentukan.

2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok

tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.

Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain

dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapai

evaluasi tanpa bantuan yang lain.

3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah

membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.

(24)

rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa

kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan

pembelajaran seperti yang dikatakan Muslimin Ibrahim (2000: 7), yaitu :

1. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial,

juga memperbaiki hasil belajar peserta didik atau tugas-tugas akademis

penting lainnya.

2. Penerimaan terhadap keberagaman

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penenrimaan secara

luas dari orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial,

kemampuan, dan ketidakmampuannya.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting lainnya adalah mengajarkan kepada peserta didik dalam

keterampilan bekerja sama dan berkolaborasi.

Menurut Nur yang dikutip oleh Widyantini (2006: 4), Prinsip dasar dalam

pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1) Setiap anggota kelompok

(siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam

kelompoknya, 2) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa

semua nggota kelompok mempunyai tujuan yang sama, 3) Setiap anggota

kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama

diantara kelompoknya, 4) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai

(25)

17

membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses

kelompoknya.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi

dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir

kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan

menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai

kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Terdapat enam

langkah dalam model pembelajarankooperatif.

Tabel 1. Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif

Langkah Indikator Tingkah Laku Langkah

1

Guru menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Langkah

2

Menyampaikan informasi Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan

Langkah 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompokbelajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Langkah 4

Membimbing kelompok belajar

Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Langkah

5

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Langkah

6

Memberikan penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok

Sumber: Ismail (2003: 21).

Johnson (dalam Lie, 2007: 7) mengatakan: Suasana belajarcooperative

learningmenghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih

positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana

(26)

Hal ini juga yang dinyatakan oleh Yurnetti (2002: 3) ada tiga kebaikan

dalam pembelajaran kooperatif yaitu : 1) Terjadi hubungan saling

menguntungkan diantara anggota kelompok yang akhirnya menghasilkan

motivasi yang tinggi untuk menemukan konsepsi yang benar,

2) Mengembangkan semangat kerja kelompok dan semangat kebersamaan

diantara anggota kelompok, dan 3) Menumbuhkan komunikasi yang efektif

dan semangat kompetisi diantara anggota kelompok.

B. Model PembelajaranTipe Student Team Achievement Divisions (STAD) Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan

model pembelajaran yang paling baik untuk permulaan bagi pendidik yang

baru menggunakan model pembelajaran kooperatif (Slavin, 2008: 143).

Model Pembelajaran tipeSTADdikembangkan oleh Robert Slavin dan

teman-temannya di Universitas John Hopkin. Menurut Slavin (dalam

Rusman, 2010: 213), modelSTADmerupakan variasi pembelajaran

kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah

diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris,

teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai

perguruan tinggi.

Pembelajaran kooperatif tipeSTADmerupakan salah satu tipe belajar

kooperatif dalam kelompok kecil yang menekankan pada aktivitas dan

interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu

(27)

19

Oleh karena itu, dalam pembelajaran kooperatif tipeSTADmembutuhkan

persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan

(Trianto, 2009: 69). Persiapan-persiapan tersebut antara lain:

1. Perangkat pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran tipeSTAD, guru perlu

menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi rencana

pembelajaran, buku siswa, lembar kerja siswa beserta lembar

jawabannya.

2. Membentuk kelompok kooperatif

Penentuan anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipeSTAD

diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen

dan kemampuan antar kelompok adalah homogen. Jika di dalam kelas

terdapat berbagai agama, ras, jenis kelamin, dan latar belakang sosial,

hendaknya anggota dalam satu kelompok merupakan perpaduan dari

agama, ras, jenis kelamin, dan latar belakang yang berbeda. Tetapi jika

tidak memungkinkan, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan

pada prestasi akademik saja.

3. Menentukan skor awal

Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai

ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis.

Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka

(28)

4. Pengaturan tempat duduk

Pengaturan tempat duduk dalam pembelajaran kooperatif tipeSTADjuga

perlu diperhatikan. Hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan

pembelajaran kooperatif. Apabila tidak ada pengaturan tempat duduk

dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya

pembelajaran pada kelas kooperatif.

5. Kerja kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe

STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini

bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam

kelompok.

Kemudian Slavin (2009: 143) menyatakan bahwaSTADmemiliki lima

tahapan, yaitu (a) tahap penyajian materi, (b) tahap kegiatan kelompok, (c)

tahap tes individu, (d) tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan

(e) tahap pemberian penghargaan kelompok. Secara rinci tahap-tahap

pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan tipeSTADadalah sebagai

berikut :

a. Tahap penyajian materi

Pada tahap ini guru memulainya dengan menyiapkan materi yang akan

dipelajari dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang kandungan

materi tersebut.

b. Tahap kerja kelompok

Dalam kerja kelompok ini siswa saling berbagi tugas, saling membantu

(29)

21

sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai

fasilitator dan motivator.

c. Tahap tes individu

Tahap ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar

telah dicapai, diadakan tes secara individual atau kuis mengenai materi

yang telah dipelajari dengan menggunakan pertanyaan atau lembar kerja.

d. Tahap perhitungan skor perkembangan individu

Perhitungan skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor

awal. Dalam penelitian ini didasarkan pada nilaipretest. Berdasarkan

skor awal, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk

memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan

skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu

dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik

sesuai dengan kemampuannya. Adapun penghitungan skor

perkembangan individu dapat diambil dari penskoran perkembangan

individu yang dikemukakan oleh Slavin (2009: 159) seperti terlihat pada

tabel berikut :

Tabel 2. Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu

Skor Poin

Kemajuan

> 10 poin di bawah skor awal 5 10–1 poin di bawah skor awal 10

(30)

Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan

masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai

jumlah anggota kelompok.

e. Tahap pemberian penghargaan kelompok

Penskoran kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan

masing-masing perkembangan skor individual yang kemudian dirata-ratakan.

Selanjutnya pemberian penghargaan kelompok jika skor rata-rata mereka

mencapai kriteria tertentu. Menurut Slavin (2009: 160) dikategorikan

sebagai kelompok baik, kelompok sangat baik, dan kelompok super

dengan kriteria sebagai berikut : (a) kelompok dengan skor rata-rata 15

sebagai tim baik, (b) kelompok dengan skor rata-rata 16 sebagai tim

sangat baik, dan (c) kelompok dengan skor rata-rata 17 sebagai tim super.

Pembelajaran kooperatif tipeSTADdapat memberikan kesempatan kepada

siswa untuk saling bertukar pikiran dengan siswa lainnya ataupun dengan

guru, memudahkan pemahaman siswa, tidak ada persaingan individu dan

siswa dapat lebih bebas bertanya kepada siswa lainnya sebab siswa merasa

enggan bertanya kepada guru apabila menemukan permasalahan. Dalam

memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran, guru

memberikan kuis kepada seluruh siswa dan pada saat kuis berlangsung,

tidak diperbolehkan saling membantu.

Model pembelajaran kooperatif tipeSTADmempunyai beberapa

(31)

23

1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi

norma-norma kelompok.

2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

3. Siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan

keberhasilan kelompok.

4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka

dalam berpendapat.

Selain keunggulan diatas, pembelajaran kooperatif tipeSTADjuga memiliki

kekurangan-kekurangan seperti yang dikemukakan oleh Slavin ( dalam

Asma, 2006 : 27),kekurangan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD

diantaranya adalah:

1. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.

2. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran

anggota yang pandai lebih dominan.

3. Terjadi situasi kelas yang gaduh sehingga siswa tidak dapat bekerja

secara efektif dalam kelompok.

Namun demikian, kekurangan-kekurangan yang ada pada pembelajaran

kooperatif tipeSTADmasih dapat diatasi atau diminimalkan. Dengan

menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) dapat mengatasi kurang

efektifnya waktu yang digunakan sehingga siswa dapat bekerja secara

efektif dan efisien. Kemampuan khusus yang dimiliki guru dapat diatasi

dengan melakukan latihan terlebih dahulu. Sedangkan untuk mengatasi

(32)

hidup manusia tidak bisa sendirian tetapi membutuhkan bantuan orang lain.

Oleh karena itu, siswa merasa perlu bekerja sama dalam belajar secara

berkelompok.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipeSTADbertujuan untuk

mendorong siswa agar mampu melakukan kerjasama dengan teman dalam

kelompoknya, saling membantu menyelesaikan tugas-tugas, dan

menerapkan keterampilan yang diberikan guru, dalam hal ini keterampilan

proses sains. Dengan melaksanakan hal tersebut, maka akan terjadi

kegiatan belajar mengajar sesuai yang diharapkan. Siswa dan guru

mendapatkan kemudahan untuk memahami materi pelajaran dan mampu

menuntaskan pelajaran.

C. Model Pembelajaran TipeJigsaw

Pembelajaran kooperatif tipeJigsawadalah suatu pembelajaran kooperatif

yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung

jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan

bagian tersebut kepada anggota lain di dalam kelompoknya (Arends, dalam

Ainy, 2000: 26). Pembelajaran kooperatif tipeJigsawtelah dikembangkan

dan diuji coba pertama kali oleh Elliot Arroson dan teman-teman dari

universitas Texas, serta diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di

Universitas John Hopkins.

Menurut Arends (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 4) pembelajaran

(33)

25

terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab

atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi

tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Pembelajaran kooperatif

tipeJigsawmerupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam

kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan

keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab

untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan

menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Pada model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw, terdapat kelompok asal

dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang

beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga

yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.

Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok

asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik

tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya

untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Langkah-langkah dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipeJigsaw

(Amri dan Ahmadi, 2010: 96-97) adalah sebagai berikut:

1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap

kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda.

Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok

asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan

(34)

Dalam pembelajaran kooperatif tipeJigsawini, setiap siswa diberi tugas

mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua

siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam

kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam

kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang

sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada

temannya jika kembali kekelompok asal. Kelompok asal ini oleh

Aronson disebut kelompokJigsaw(gigi gergaji). Misal suatu kelas

dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai

sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi

pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang

beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa.

Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal

memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam

kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada

kelompok ahli maupun kelompok asal.

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar 2. Hubungan yang terjadi antara kelompok asal dan kelompok ahli (modifikasi dari Suyatna, 2008: 104)

(35)

27

2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,

selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau

dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil

diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan

persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

3. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

4. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor

penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar

individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

5. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian

materi pembelajaran.

6. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakanJigsawuntuk belajar materi

baru maka perlu disiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta

cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipeJigsawini diatur secara

instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995: 30):

1. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi.

2. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.

3. Diskusi kelompok: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya.

4. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik. 5. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan

(36)

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok.

Untuk menentukan poin peningkatan kelompok digunakan rumus:

PK =

Dengan PK adalah poin peningkatan kelompok

Tabel 3. Kriteria poin peningkatan kelompok

Peningkatan Penghargaan

PK < 15 Tim yang bagus (good team) 15≤ PK < 25 Tim yang hebat (great team) PK≥ 25 Tim yang super (super team)

Sumber: modifikasi dari Slavin (dalam Widiyaningrum, 2010: 22)

Suatu model pambelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Demikian pula model pembelajaran kooperatif tipeJigsawjuga memiliki

kelebihan dan kekurangan. Isjoni (2007: 54), Amri dan Ahmadi (2010: 94)

memaparkan tentang kelebihan pembelajaran kooperatif tipeJigsawyaitu

dapat mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi

pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal, meningkatkan rasa

tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga

pembelajaran orang lain serta siswa mempunyai banyak kesempatan untuk

mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Menurut para ahli (Isjoni, 2007: 25), Kelemahan model pembelajaran

kooperatif tipeJigsawadalah memerlukan persiapan yang lebih lama dan

lebih kompleks misalnya seperti penyusunan kelompok asal dan kelompok

ahli yang tempat duduknya nanti akan berpindah, guru harus

(37)

29

lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. Dalam pembelajaran kooperatif

tipeJigsawmasing-masing anggota kelompok asal bertanggung jawab atas

unit yang berbeda dalam tugas kelompok, dan bahaya dari tugas-tugas yang

terspesialisasi semacam ini adalah para siswa mungkin hanya akan belajar

banyak mengenai bagian yang mereka kerjakan sendiri, sementara bagian

yang lainnya tidak dipelajari secara mendalam. Agar proses pembelajaran

berjalan dengan lancar maka dibutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang cukup

memadahi. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada

kecenderungann topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga

banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Saat diskusi

kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang

lainnya menjadi pasif.

Jigsawdidesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak

hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap

memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya

yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang

lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi

yang ditugaskan”(Lie dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 95). Pembelajaran

kooperatif tipeJigsawjuga dapat digunakan secara efektif di tiap level

dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman,

membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama (Isjoni,

2010: 58). Selain itu, pembelajaran kooperatif tipeJigsawjuga

(38)

gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah

informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Amri dan

Ahmadi, 2010: 94)

D. Aktivitas Belajar

Dalam proses belajar mengajar salah satu faktor penting yang dapat

mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran siswa adalah aktivitas

belajar siswa. Aktivitas belajar siswa sangat di perlukan agar proses

pembelajaran menjadi berkualitas dengan melibatkan langsung siswa dalam

kegiatan pembelajaran.

Sardiman (2007: 95) mengungkapkan bahwa dalam belajar sangat

diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas, belajar tidak mungkin

berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar

merupakam rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam

mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat,

mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan dapat

menunjang prestasi belajar. Siswa yang beraktivitas akan memperoleh

pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta

mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

Dierich (dalam Hamalik, 2004: 172) membagi kegiatan belajar dalam 8

kelompok kegiatan, yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar,

mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain

(39)

31

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau

prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,

memberikan saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan

interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, dan mendengarkan

suatu permainan.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan,

memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman,

mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik,

chart, diagram peta, dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat,

melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,

menari, dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan

masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan dan mengambil

keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang,

dan lain-lain.

Aktivitas belajar dalam proses pembelajaran memiliki beberapa manfaat

menurut Hamalik (2003: 91) adalah:

a. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

(40)

c. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada

gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.

d. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri,

sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individu.

e. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar demokrasi, kekeluargaan,

musyawarah, dan mufakat.

f. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, guru

dengan orang tua, siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.

g. Pembelajaran dan belajar di laksanakan secara realistik dan konkrit,

sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis.

h. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya

kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

Hanafiah dan Suhana (2010: 24) menyatakan aktivitas dalam belajar dapat

memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik, antara lain:

a. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai

wujud adanya motivasi internal (driving forco) untuk belajar sejati.

b. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang

dapat memberikan dampak terhadap pembentukkan pribadi yang integral.

c. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.

d. Menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang

demokratis dikalangan peserta didik.

e. Pembelajaran dilaksanakan secara kongkret sehingga dapat

menumbuhkembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta

(41)

33

f. Menumbuhkembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik

sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan kehidupan

masyarakat disekitarnya.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

aktivitas belajar merupakan serangkaian dari proses kegiatan pembelajaran

untuk menunjang prestasi belajar. Adapun aktivitas siswa yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa yang terjadi selama proses

pembelajaran berlangsung, yang terdiri dari kemampuan mengemukakan

pendapat/ ide di dalam kelompok, berkomunikasi dalam kelompok, dan

bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok.

E. Penguasaan Materi

Materi pembelajaran merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan

guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran

(Awaluddin, 2008: 1). Sedangakan Muhammad (2003: 17) menyatakan

bahwa materi pelajaran merupakan bahan ajar utama minimal yang harus

dipelajari oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang sudah

dirumuskan dalam kurikulum. Dengan materi pelajaran siswa dapat

mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan

sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua

kompetensi secara utuh dan terpadu.

Dalam kegiatan pembelajaran tidak lain adalah agar siswa dapat menguasai

(42)

sejauh mana penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang

disampaikan oleh guru (Djamarah dan Zain, 1996: 159). Penguasaan materi

merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang

dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang

pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai

proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis

(Arikunto, 2003: 115).

Penguasaan materi siswa merupakan hasil belajar dalam kecakapan kognitif.

Menurut Sudijono (2008: 50), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku

sebagai berikut :

1. Pengetahuan(knowledge)adalah kemampuan seseorang untuk

mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama

istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan

kemampuan untuk menggunakannya.

2. Pemahaman(comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk

mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan

diingat. Dengan kata lain mamahami adalah mengetahui tentang sesuatu

dan dapat melihatnya dari berbagai sisi. Seorang siswa dikatakan

memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau

memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan

kata-katanya sendiri.

3. Penerapan atau aplikasi(Application)adalah kesanggupan seseorang

(43)

35

metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan

sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret.

4. Analisis(Analysis)adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau

menguraikan suatu suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian

yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara

bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain.

5. Sintesis (Synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan

kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses

yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga

menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

6. Penilaian atau evaluasi(Evaluation)adalah kemampuan seseorang untuk

membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai, atau ide, misalnya jika

seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu

memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau

kriteria yang ada.

Sedangkan Slameto (1991: 131) menyatakan bahwa penguasaan materi

merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Hasil belajar dari ranah

kognitif mempunyai hirarki atau bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat

yang dimaksud adalah: 1) informasi non verbal; 2) informasi fakta dan

pengetahuan verbal; 3) konsep dan prinsip; dan 4) pemecahan masalah dan

kreatifitas. Informasi nonverbal dikenal atau dipelajari dengan cara

penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung.

Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara

(44)

penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu

penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu

penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas.

Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan

evaluasi. Menurut Thoha (1994: 1), evaluasi merupakan kegiatan yang

terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan

instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh

kesimpulan. Salah satu manfaat evaluasi bagi siswa adalah untuk

mengetahui apakah siswa sudah menguasai pelajaran secara menyeluruh

(Arikunto, 2003: 25). Instrumen atau alat ukur yang bisa digunakan dalam

evaluasi adalah tes. Menurut Arikunto (2003: 53) tes merupakan alat atau

prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan

cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Sedangkan menurut

Fathurrohman dan sutikno (2009: 174) Tes adalah pengukuran berupa

pertanyaan perintah dan petunjuk yang ditujukan kapan testee untuk

mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu.

Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran

dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postes

atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru

mengadakan tes awal atau pretes. Kegunaan tes ini ialah untuk dijadikan

bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal

ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu

(45)

37

Seorang siswa dikatakan telah menguasai materi pelajaran yang telah

diajarkan oleh guru jika dia mampu menyelesaikan soal-soal tes yang

diberikan dan mencapai target penguasaan materi yang telah ditentukan.

Dalam hal ini guru mengukur tingkat penguasaan materi dengan cara

memberikan tes pada akhir pembelajaran. Melalui hasil tes tersebut maka

dapat diketahui sejauh mana tingkat penguasaan materi siswa. Tingkat

penguasaan materi oleh siswa dapat diketahui malalui pedoman penilaian.

Bila nilai siswa≥ 66 maka dikategorikan baik, bila 55 ≤ nilai siswa < 66

maka dikategorikan cukup baik, dan bila nilai siswa < 55 maka

(46)

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Pelajaran

2012/2013, yaitu pada bulan Mei bertempat di SMP Pangudi Luhur Kota

Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP

Pangudi Luhur Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang

terdiri dari tiga kelas. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah

siswa-siswi kelas VII C sebagai kelas eksperimen I dan VII A sebagai kelas

eksperimen II yang dipilih dengan teknikpurposive sampling.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimental

semu (kuasi eksperimen). Peneliti menggunakan secara utuh kelompok

subyek yang telah ditentukan dan kelompok tersebut telah diorganisasikan

dalam kelompok yaitu kelas-kelas. Peneliti memanipulasi perlakuan pada

kedua kelas eksperimental. Desain eksperimental semu yang digunakan

(47)

39

perlakuan dengan model pembelajaran tipeSTADsedangkan kelas eksperimen 2

diberi perlakuan dengan model pembelajarantipe Jigsaw. Kedua kelas diberipretest

danposttestyang sama kemudian hasilnya dibandingkan.

Struktur desain penelitian ini sebagai berikut:

Kelas Pretest Perlakuan Posttest I O1 X1 O2

II O1 X2 O2

Gambar 3. Desain Penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen (dimodifikasi dari Hadjar, 1999: 335)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke FKIP untuk sekolah

tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen I dan kelas

eksperimen II.

d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang

digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.

(48)

e. Membentuk kelompok diskusi pada kelas eksperimen I dan kelas

eksperimen II yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik

siswa dan jenis kelamin.

f. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok

(LKK) untukJigsawdan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk STAD.

g. Membuat instrumen evaluasi yaitu soalpretestuntuk pertemuan

pertama, dan soalposttestuntuk pertemuan kedua.

h. Membuat lembar observasi aktivitas siswa.

i. Membuat angket tanggapan siswa terhadap penerapan model

pembelajaranSTADdanJigsaw.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipeSTADuntuk kelas eksperimen I dan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeJigsawuntuk kelas

eksperimen II. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan.

Pretestdiberikan sebelum pembelajaran danposttestdiberikan setelah

pembelajaran (di akhir pertemuan). Langkah-langkah pembelajaran dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1) Kelas Eksperimen I (STAD) a. Pendahuluan

a) Tes awal pada pertemuan pertama.

(49)

41

c) Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan

pertanyaan pada pertemuan:

1) Pertama :

Menanyakan kepada siswa:“Siapakah yang dirumahnya

mempunyai kebun?” “Komponen apa sajakah yang ada

dikebun?”

2) Kedua :

Menanyakan kepada siswa:“Apakah kalian pernah

memperhatikan kupu-kupu, selain terbang kupu-kupu hinggap

pada bunga?” “Apa yang terjadi pada peristiwa itu?” “Apakah

yang dilakukan kupu-kupupada bunga merugikan? Mengapa?”

“Apakah semua hewan seperti itu?”

d) Guru memberikan motivasi kepada siswa pada pertemuan:

1) Pertama : Memberikan informasi mengenai manfaat

mempelajari komponen-komponen dan satuan-satuan dalam

ekosistem.

2) Kedua : Memberikan informasi mengenai manfaat mempelajari

tentang interaksi antar komponen ekosistem terhadap kehidupan.

b. Kegiatan Inti

a) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok yang terdiri dari 5- 6

orang siswa (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya

(50)

b) Guru menjelaskan pembelajaran kooperatif tipeSTADyang

dilaksanakan dalam proses pembelajaran, bahwa siswa belajar

dalam suatu kelompok yang telah disiapkan untuk menyelesaikan

tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

c) Guru menyajikan materi pengantar tentang ekosistem.

d) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi tugas

(sesuai dengan topik pertemuan) kepada setiap kelompok yang

harus dikerjakan bersama, dan menjelaskan cara mengerjakan LKS

tersebut.

- Pertemuan I : LKS tentang: komponen-komponen penyusun

ekosistem, satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem, dan

macam-macam ekosistem.

- Pertemuan II : LKS tentang: Saling ketergantungan antar

komponen ekosistem dan pola-pola interaksi antarorganisme

dalam ekosistem.

e) Guru membimbing siswa berdiskusi dalam kelompok hingga

selesai.

f) Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi kedepan kelas.

g) Guru memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk

memberikan sanggahan atau melengkapi jawaban yang

disampaikan

h) Guru membahas kembali LKS dan membenahi jawaban yang telah

(51)

43

c. Penutup

a) Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang mendapat

nilai tertinggi.

b) Guru bersama-sama siswa, membuat kesimpulan dari pembelajaran

yang telah berlangsung

c) Siswa diberikan tes akhir (posttest) untuk pertemuan terakhir (pertemuan ke-2).

2) Kelas Eksperimen II (Jigsaw) a. Pendahuluan

a) Siswa mengerjakan soalpretestmengenai mengenai ekosistem

untuk pertemuan pertama.

b) Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan

pertanyaan pada pertemuan:

1) Pertama:

Menanyakan kepada siswa: “Siapakah yang dirumahnya

mempunyai kebun?” “Komponen apa sajakah yang ada

dikebun?”

2) Kedua:

Menanyakan kepada siswa: “Apakah kalian pernah

memperhatikan kupu-kupu, selain terbang kupu-kupu hinggap

pada bunga?” “Apa yang terjadi pada peristiwa itu?” “Apakah

yang dilakukan kupu-kupu pada bunga merugikan? Mengapa?”

“Apakah semua hewan seperti itu?”

(52)

1) Pertama: Memberikan informasi mengenai manfaat

mempelajari komponen-komponen dan satuan-satuan

dalam ekosistem.

2) Kedua: Memberikan informasi mengenai manfaat

mempelajari tentang interaksi antar komponen ekosistem

terhadap kehidupan.

c) Guru menjelaskan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

menyampaikan materi yang dipelajari dan tujuan pembelajaran,

keterampilan sosial, dan karakter yang harus dicapai.

b. Kegiatan Inti

a) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok asal yang heterogen,

setiap kelompok terdiri dari 5 orang (pembagian kelompok

dilakukan pada hari sebelumnya, pembagian berdasarkan tingkat

intelegensi dan jenis kelamin).

b) Guru membagi kartu nama berwarna berbeda-beda dalam setiap

kelompok. Apabila dalam satu kelompok ada 5 orang siswa,

maka dibuat:

siswa 1 : kartu warna merah

siswa 2: kartu warna kuning

siswa 3: kartu warna hijau

siswa 4: kartu warna biru

(53)

45

kelima kartu di atas dibagikan kepada masing-masing kelompok,

bila ada 7 kelompok maka harus membuat 35 kartu tanda

berwarna, dengan rincian sebagai berikut:

warna merah: 7

warna kuning: 7

warna hijau: 7

warna biru: 7

warna ungu: 7

c) Guru menempatkan kelompok ahli sesuai dengan warna kartunya,

yaitu siswa yang memiliki kartu merah berkumpul membentuk

kelompok ahli pertama, siswa yang memiliki kartu kuning

berkumpul membentuk kelompok ahli kedua, siswa yang

memiliki kartu berwarna hijau berkumpul membentuk kelompok

ahli ketiga, siswa yang memiliki kartu berwarna biru berkumpul

membentuk kelompok ahli keempat dan siswa yang memiliki

kartu berwarna ungu membentuk kelompok ahli kelima.

d) Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) Ahli yang

berisi tugas (sesuai dengan topik pertemuan) kepada setiap

kelompok yang harus dikerjakan bersama, dan menjelaskan cara

mengerjakan LKK tersebut.

- Pertemuan I :

1) Kelompok ahli 1 mendapatkan materi mengenai

komponen-komponen penyusun ekosistem pada ekosistem

(54)

2) Kelompok ahli 2 mendapatkan materi mengenai

komponen-komponen penyusun ekosistem pada ekosistem

hutan hujan tropis.

3) Kelompok ahli 3 mendapatkan materi mengenai

komponen-komponen penyusun ekosistem pada ekosistem

sabana.

4) Kelompok ahli 4 mendapatkan materi mengenai

satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem pada ekosistem sawah.

5) Kelompok ahli 5 mendapatkan materi mengenai

satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem pada ekosistem hutan

hujan tropis.

- Pertemuan II :

1) Kelompok ahli 1 mendapatkan materi saling

ketergantungan antara komponen ekosistem sawah.

2) Kelompok ahli 2 mendapatkan materi mengenai saling

ketergantungan antara komponen ekosistem hutan hujan

tropis.

3) Kelompok ahli 3, 4, dan 5 mendapatkan materi mengenai

pola interaksi antar organisme.

e) Setiap siswa bekartu warna yang sama dalam kelompok ahli

berdiskusi dan mengerjakan bagian materi mereka.

f) Guru memantau dan membimbing siswa dalam berdiskusi di

(55)

47

g) Setiap siswa kembali kekelompok asal dan menjelaskan pada

teman satu kelompoknya mengenai hasil diskusi dengan

kelompok ahli. Dalam kegiatan ini siswa saling melengkapi dan

berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya.

h) Guru meminta salah satu perwakilan dari kelompok asal

mempresentasikan hasil diskusinya. Kemudian kelompok lain

membandingkan dengan hasil diskusi kelompoknya.

i) Siswa dan guru mengadakan refleksi dengan melakukan

tanya-jawab tentang materi yang belum dipahami atau belum dikuasai

oleh siswa.

c. Penutup

a) Guru memberikan penghargaan pada kelompok asal yang

mendapat nilai LKS tertinggi.

b) Guru bersama-sama siswa, membuat kesimpulan dari

pembelajaran yang telah berlangsung.

c) Siswa diberikan tes akhir (post test) untuk pertemuan terakhir

(pertemuan ke-2).

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data penguasaan materi yang diperoleh dari

nilaipretestdanpostest pada materi pokok ekosistem. Rata-rata

(56)

kemudian dihitung selisih nilai antara nilaipretestdenganpostest.

Selisih tersebut disebut sebagaiN-gainpada setiap pertemuan

menggunakan formula Rulon ( dalam Sudijono, 2006: 215).

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa lembar observasi aktivitas siswa selama proses

pembelajaran dan data angket tanggapan siswa terhadap penerapan

model pembelajaranSTADdanJigsaw.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penguasaan materi (pretestdanposttest)

Data dalam penelitian penguasaan materi diperoleh dari hasilpretest

danposttest.Pretest dilakukan pada pertemuan I danposttest

dilakukan pada pertemuan II. Soalpretestdanposttestini diberikan

dalam bentukessay. Nilaipretestdiambil sebelum pembelajaran baik

pada kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II, sedangkan nilai

postestdiambil setelah pembelajaran baik pada kelas eksperimen I

maupun kelas eksperimen II.

Teknik penskoranpretestdanposttestyaitu :

100

x N

R

S

Gambar

Tabel 1. Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif
Tabel 2. Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu
Gambar 2. Hubungan yang terjadi antara kelompok asal dan kelompokahli (modifikasi dari Suyatna, 2008: 104)
Tabel 3. Kriteria poin peningkatan kelompok
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian penulis melalui angket yang telah dibagikan kepada mahasiswa fakultas hukum UMS tahun angkatan 2003 s/d 2006 selaku responden, sebanyak 100 angket,

Tren  nilai  CPUE  dari  ikan  teri  terlihat  mengalami  peningkatan  yang  sangat  signifikan  sejak  tahun  2006.  Hal  ini  disebabkan  oleh  jumlah  catch

konsep, menyelesaikan soal, dan memecahkan masalah matematika.. Aktivitas belajar Matematika pada siswa kelas IV SD Negeri I Mojoreno,. Sidoharjo, Wonogiri. Aktivitas siswa

Pada titik B beban mencapai maksimum dan titik ini biasa disebut tegangan tarik maksimum atau kekuatan tarik bahan (  B ).. Pada titik ini terlihat jelas benda kerja

Pengembangan teknologi perlakuan karantina perlu dilakukan untuk mengeliminasi OPTK yang terbawa umbi sekaligus menghilangkan daya tumbuh (devitalisasi) umbi bawang

Fenomena yang terjadi di PUSLITBANG Sumber Daya Air yaitu adanya sumber daya manusia yang masih rendah, ini ditandai dengan beberapa pernyataan yang didukung oleh beberapa data

[r]