• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIK MEDIA DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Pemberitaan Detik.com dan Vivanews.com tentang Isu Aburizal Bakrie Terkait Pemilihan Presiden 2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLITIK MEDIA DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Pemberitaan Detik.com dan Vivanews.com tentang Isu Aburizal Bakrie Terkait Pemilihan Presiden 2014)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

POLITIK MEDIA DALAM MEDIA ONLINE

(Analisis Framing Pemberitaan Detik.com dan Vivanews.com tentang Isu Aburizal Bakrie Terkait Pemilihan Presiden 2014)

Oleh VENY MALIDA

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

POLITICAL MEDIA IN ONLINE MEDIA

(FramingAnalysis News in the Detik.com and Vivanews.com about Aburizal Bakrie Issues Related to President Election 2014)

By

VENY MALIDA

Online media is the new thing, transformation of the printed-media and electronic. Mass media, particularly online media has a very important role in the spreading and transferring information, also as a medium for public to convey their aspiration and politic social control. In this case, news about Aburizal Bakrie related to president election 2014. Surely online media such as detik.com and vivanews.com have a different point of view when they construct that kind of politic news.

From the sentences above, the researcher found the main matter of this research is How did online media such as Detik.com and Vivanews.com capture Aburizal Bakrie as a figure related to Lapindo’s Mud issues and Bumi Plc, Internal conflict of Golkar Party, Electability and campaign which is done by Aburizal Bakrie goes to president election 2014. This type of research is qualitative descriptive, which is use framing analysis, particularly Zhongdang Pan and Gerald M.Kosicki models.

The result which gotten from the political news about Aburizal Bakrie issues related to president election 2014. that is Detik.com represent Aburizal Bakrie as an uncredible figure to be a nominator of president election so that they create negative image for Aburizal. In contrast, vivanews.com represent Aburizal Bakrie as a credible figure to be a nominator of president election, so that they create positive image for him. It can be seen by their political media is rhetorical structure that shows the photo which is presented by Detik.com describes Aburizal Bakrie is a figure who is surrounding troubles, in contrast Vivanews.com present Aburizal Bakrie is photo as a friendly figure and down to the earth with people.

(3)

ABSTRAK

POLITIK MEDIA DALAM MEDIA ONLINE

(Analisis Framing Pemberitaan Detik.com dan Vivanews.com tentang Isu Aburizal Bakrie Terkait Pemilihan Presiden 2014)

Oleh VENY MALIDA

Media online merupakan hal baru transformasi dari media cetak dan elektronik. Media massa dalam hal ini media online sangat berperan penting dalam penyebaran dan pertukaran informasi, serta menjadi sarana bagi publik untuk menyampaikan aspirasi dan kontrol sosial politik. Dalam hal ini mengenai pemberitaan Aburizal Bakrie terkait pemilihan presiden 2014 tentunya media online detik.com dan vivanews.com memiliki sudut pandang yang berbeda dalam mengkonstruksi berita politik tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana media online Detik.com dan Vivanews.com memotret sosok Aburizal Bakrie terkait dengan Isu Kasus Lumpur Lapindo dan Bumi Plc, Konflik Internal Partai Golkar, Elektabilitas dan Kampanye yang dilakukan Aburizal Bakrie menuju Pemilihan Presiden 2014. Jenis penelitian ini adalah deskripsi kualitatif, di mana penelitian ini menggunakan analisis Framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki.

Hasil yang didapat dalam berita politik mengenai isu Aburizal Bakrie terkait pemilihan presiden 2014 adalah Detik.com menggambarkan Aburizal Bakrie sebagai sosok yang tidak memiliki kredibilitas menjadi calon presiden sehingga menciptakan citra negatif pada Aburizal, sedangkan vivanews.com menggambarkan Aburizal Bakrie sebagai sosok yang memiliki kredibilitas menjadi calon presiden pada tahun 2014 sehingga menciptakan citra yang positif pada Aburizal Bakrie. Hal ini dapat dilihat dari politik medianya yang ditekankan pada struktur retoris di mana foto yang ditampilkan detik.com menggambarkan Aburizal Bakrie sebagai sosok yang lekat dengan berbagai permasalahan, berbeda dengan vivanews.com yang menampilkan foto Aburizal Bakrie sebagai sosok yang ramah dan menjadi pribadi yang dekat dan akrab dengan masyarakat.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Penelitian Sebelumnya ... 10

2.2 Tinjauan Tentang Peristiwa dan Berita Politik ... 13

2.2.1 Pengertian Peristiwa dan Berita Politik ... 13

2.3 Tinjauan tentang Media Online ... 14

2.3.1 Media Online ... 14

2.3.2 Karakteristik Media Massa Online ... 15

2.3.3 Etika Media Online ... 16

2.4 Tinjauan Analisis Teks Berita ... 17

2.5 Tinjauan Konstruksi Realitas ... 18

2.5.1 Pengertian Konstruksi Realitas ... 18

2.5.2 Bahasa Sebagai Unsur Utama Konstruksi Realitas ... 19

2.5.3 Konstruksi Realitas Dalam Bentuk Berita ... 20

2.5.4 Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada Pembentukan Realitas Media ... 20

2.5.5 Faktor Penyebab Konstruksi Realitas Oleh Media Massa ... 22

2.6 Tinjauan Tentang Politik Media ... 23

2.6.1 Pengertian Politik Media ... 23

2.6.2 Otonomi Politik Media ... 24

2.6.3 Konsep Peran Politik Media ... 25

(8)

2.7 Tinjauan Analisis Framing ... 30

2.7.1 Model Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ... 31

2.7.1.1 Proses Framing ... 31

2.7.5.2 Perangkat Framing ... 32

2.8 Kerangka Pemikiran ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 37

3.8 Analisa dan Interpretasi Data... 47

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Detik.com ... 49

4.1.1 Sejarah Berdiri Situs Berita Detik.com ... 49

4.1.2 Visi dan Misi Detik.com ... 51

4.1.3 Nilai Detik.com ... 52

4.1.4 Struktur Manajemen Detik.com ... 52

4.1.5 Struktur Organisasi Redaksi Detik.com ... 53

4.1.6 Situs-situs Detik.com ... 55

4.2 Gambaran Umum Vivanews.com ... 57

4.2.1 Sejarah Berdiri Situs Berita Vivanews.com ... 57

4.2.2 Struktur Manajemen dan Redaksi Vivanews.com ... 58

4.2.3 Situs-situs Vivanews.com ... 60

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penyajian Hasil Penelitian ... 62

5.1.1 Analisis Data ... 64

5.1.1.1 Kasus Aburizal Bakrie ... 64

5.1.1.2 Permasalahan Internal Partai Golkar Antara Aburizal Bakrie dan Akbar Tanjung ... 82

5.1.1.3 Elektabilitas dan Kampanye Aktor Politik ... 94

5.1.2 Rangkuman Hasil Penelitian ... 115

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 118

5.2.1 Pembahasan Berdasarkan Tema Mengenai Kasus Yang Membelit Aktor Politik ... 120

5.2.2 Pembahasan Berdasarkan Tema Mengenai Permasalahan Internal Partai Golkar ... 125

(9)

5.2.5.2 Pembahasan Hasil Penelitian Secara Praktis ... 132

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 133 6.2 Saran ... 135

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Adanya kemajuan teknologi canggih seperti saat ini, informasi bisa kita dapatkan

dari berbagai media. Informasi tersebut tidak lagi hanya kita dapatkan melalui media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti

televisi dan radio melainkan melalui media online yang menyajikan berita dan dapat kita akses secara cepat. Kita sebagai pembaca atau penikmat sajian berita

dimudahkan dengan berbagai situs yang memiliki konten berita sesuai dengan yang kita butuhkan atau yang sedang kita cari.

Media-media secara online dapat diakses untuk melihat berita yang akan mereka sajikan kepada khalayak sesuai dengan portal yang telah mereka sediakan.

Sehingga khalayak tidak lagi mengalami kesulitan untuk memperoleh informasi yang diinginkannya. Melihat keadaan yang serba digital seperti saat ini juga,

banyak media-media cetak yang membuat situs online agar tidak kehilangan pelanggannya atau khalayak yang telah lama bersinggungan dengan media

(11)

Seorang khalayak dapat dengan mudah mendapatkan informasi-informasi terbaru melalui situs-situs atau web dari handphone atau laptop yang memiliki akses internet. Selain biayanya yang dikatakan lebih terjangkau dari media cetak, aksesnya pun lebih cepat dan dapat kita nikmati di manapun, kapanpun, setiap jam, menit, ataupun detik. Misal seperti media detik.com. Dilihat dari nama

medianya sudah terlihat jelas bahwa media tersebut akan menyajikan sebuah informasi secara cepat bahkan dalam hitungan detik.

Detik.com merupakan salah satu situs berita terpopuler di Indonesia. Detik.com

merupakan yang terdepan dalam hal berita-berita baru (breaking news). Detik.com selalu mengupdate beritanya sesuai dengan kejadian-kejadian yang baru terjadi.

Detik.com dapat dikatakan sebagai pelopor media online Indonesia yang sebenarnya. Karena ia tidak mempunyai edisi cetak yang harus ia copy-paste, isinya ringkas, gratis dan beritanya cenderung real time. (Kompasiana.com)

Dengan adanya media online seperti Detik.com ini semua berita atau informasi bisa kita dapatkan dengan mudah, cepat, dan isinya yang selalu update. Menurut Agus Sudibyo mewakili Dewan Pers dalam diskusinya yang membahas mengenai

keberadaan media online seperti sekarang ini bahwa media online harus menjaga kenetralan dan keberimbangan berita yang merupakan esensi penting dari media

online yang semuanya serba cepat tayang.(Kompasiana.com)

Pada dasarnya kebutuhan publik akan media cetak maupun media online sebenarnya tetap sama. Banyak dari media cetak yang tetap fokus dengan berita

(12)

akan dipusatkan di versi online. Artinya, kebutuhan pembaca akan menjadi sama.(Kompasiana.com)

Jika pembaca butuh berita yang dapat dibaca saat itu juga, ia dapat mengaksesnya

secara online, namun jika kemudian ia merasa membutuhkan informasinya lebih mendalam tentang berita tersebut, ia tentu harus bersabar untuk membacanya

dalam edisi cetak yang akan terbit (Kompasiana.com). Media online seperti yang telah kita ketahui saat ini menjadi salah satu media praktis yang digemari oleh masyarakat. Pasalnya dengan adanya media online tersebut kita dapat mengetahui

perkembangan yang terjadi setiap menit ataupun detiknya baik dari kancah nasional maupun internasional mengenai berbagai hal dari segi ekonomi, politik,

sosial, hukum, budaya dan hiburan.

Dari pernyataan yang telah dikemukakan di atas memberikan suatu arahan bahwa media online sama seperti media massa lainnya yang menyajikan informasi kepada khalayak. Namun yang membedakan di sini ada pada kecepatan dalam

mengakses beritanya sehingga kita tidak perlu menunggu dalam sehari untuk mendapatkan informasi tersebut. Media online sama halnya seperti pada media massa lainnya merupakan sarana yang efektif untuk menginformasikan berbagai hal salah satunya mengenai dunia politik pada masa menjelang pemilihan presiden

yang akan diselenggarakan pada tahun 2014 nanti.

Media massa dalam hal ini media online sering dikatakan berperan penting dalam penyebaran dan pertukaran informasi, serta menjadi sarana bagi publik untuk

(13)

peran persnya dapat turut aktif melakukan pendidikan politik, membantu masyarakat menentukan pilihan politik mereka.

Namun, dalam hal ini terdapat kecenderungan memunculkan kembali semangat

partisan dalam sikap politik media. Partisan dalam arti media, tidak hanya sekedar menghadirkan realitas berita ke hadapan publik pembacanya, melainkan juga

menyertakan sejumlah penilaian atau evaluasi atas fakta berita yang dikonstruksikan dalam suatu kemasan sikap politik tertentu. Kecenderungan sementara yang diperlihatkan media mengarah pada munculnya kembali orientasi

politik berupa kedekatan maupun afiliasi sejumlah media dengan kekuatan maupun kecenderungan politik tertentu. Dengan kata lain ada kecenderungan ke

arah parsialitas. Media mengambil posisi tertentu dalam partisan-partisan berita yang terlibat. (Bimo 1999 dalam Widhiyatmoko (2008: 6))

Telah kita ketahui bahwa tahun 2014 akan diadakan sebuah prosesi pemilihan

presiden. Tentunya sudah dari tahun-tahun sebelumnya media gencar memberitakan isu mengenai calon kandidat yang akan maju pada pemilihan presiden 2014 nanti, seperti pada media online.Segala pemberitaan mengenai calon presiden yang telah resmi ditetapkan untuk maju pada pemilihan presiden 2014 nanti menjadi salah satu bahasan yang dipublikasikan pada media online.

Tahun 2012 merupakan awal kemunculan pemberitaan pada situs media online mengenai calon kandidat dari partai yang akan maju dalam pemilihan presiden 2014. Dari informasi yang peneliti dapatkan dari media online bahwa baru partai

(14)

salah satunya melalui media online seperti detik.com dan vivanews.com. Peneliti mengambil media Vivanews.com karena Vivanews.com merupakan media online

yang tergabung dalam PT Visi Media Asia (VIVA Group) milik Aburizal Bakrie. (Wordpress.com)

Media online tersebut menyajikan berita-berita terkait pemilihan presiden 2014 seperti pemberitaan yang mengangkat tentang calon presiden, latar belakang politik calon presiden yang nantinya akan meningkatkan atau menurunkan citra seorang calon presiden. Pengamat politik asal Universitas Gajah Mada Ary

Dwipayana mengatakan bahwa beragam cara akan dilakukan partai politik untuk mendongkrak citra mulai dari pasang iklan di media massa hingga rajin menebar

bantuan sosial (Prioritas Edisi 52- Tahun II).

Sebagian besar media massa di Indonesia telah dipegang oleh para elit kekuasaan atau elit bisnis. Dalam pernyataan tersebut muncul istilah konglomerasi media. Pada media online hampir semua kepemilikannya juga dikuasai oleh para kaum elitis, seperti Detik.com yang saat ini telah di merger oleh Transcorp di bawah naungan kepemilikan Chairul Tanjung. Kemudian media online Vivanews.com

yang kepemilikannya dikuasai oleh keluarga Bakrie Grup.

Para elit kekuasaan dan elit bisnis berkolaborasi mengatur isi media. Menurut Chomsky kebebasan pers yang dijiwai demokrasi dan liberalisme, telah disusupi

(15)

Saat ini bukan hanya satu media massa yang dikuasai elit bisnis atau elit kekuasaan melainkan sudah banyak media massa di Indonesia ini dikuasai oleh

mereka para kaum elitis. Segala jenis pemberitaan mengenai partai politiknya dimuat dalam media massa yang mereka kuasai dengan tujuan untuk mendongkrak citra mereka agar nantinya partai politik mereka bisa terpilih.

Aburizal Bakrie atau Ical merupakan salah satu kandidat calon presiden 2014 asal partai Golkar (Golongan Karya). Ketua Umum Golkar ini terpilih menjadi kandidat dari partai Golkar dikarenakan mempunyai kapabilitas untuk dicalonkan

dan bersedia untuk maju pada pemilihan presiden 2014. Namun, tentu saja proses menuju posisi RI-1 ini bukanlah gampang. Dan salah satu persoalan yang akan

menjadi ganjalan utama adalah soal lumpur lapindo di Sidoarjo.

Akibat tragedi itu, ribuan rumah dan puluhan hektar sawah terendam lumpur sehingga terjadi migrasi besar-besaran keluar wilayah Sidoarjo. Sebagian pihak

menuduh bahwa banjir lumpur itu terjadi karena kecerobohan pengeboran sumber gas yang dilakukan PT Lapindo Brantas milik Bakrie. Karena itu, Bakrie diminta

bertanggungjawab dengan menjamin kesejahteraan hidup para korban.

Ical sendiri sampai sekarang berkukuh dengan penjelasan bahwa malapetaka itu terjadi akibat gempa bumi di daerah tersebut. Kalaupun Bakrie sekarang

membantu korban, itu atas dasar alasan kemanusiaan semata. Kesimpulan akhir tak pernah dicapai. Pihak kepolisian sudah menyatakan menutup penyelidikan kasus. Berbagai tim pakar tiba dengan penjelasan berbeda. Akibatnya sampai

(16)

Waktu akan menunjukkan apakah lumpur itu akan menjadi faktor yang menentukan. (Indonesia 2014 No. 1 Edisi Desember 2012 hal 27). Selain itu

adanya penarikan kembali saham BUMI yang masih dipegang oleh Bumi Plc masih menuai perdebatan antara Grup Bakrie dengan Nathanield Rothschild apakah nantinya Grup Bakrie berhasil kembali memegang saham BUMI atau

tidak.

Kemudian adanya kasus internal Aburizal dengan Akbar Tandjung Ketua Dewan

Pertimbangan Partai Golkar perihal ditetapkannya Aburizal Bakrie sebagai calon presiden 2014 mewakili partai Golkar. Dalam hal ini yang menjadi pangkal persoalannya adalah surat Akbar ke DPP Golkar yang pada intinya meminta

Golkar membuka kemungkinan untuk mempertimbangkan kembali pencalonan Aburizal sebagai presiden seandainya elektabilitas Aburizal tak kunjung membaik

sampai Juli 2013. Surat Akbar ini nampaknya merujuk pada berbagai hasil survey tentang para calon Presiden 2014 yang secara konsisten menunjukkan rendahnya popularitas Aburizal di mata masyarakat umum, maupun di kalangan elit.

(Indonesia 2014 No.2 Edisi Januari 2013 hal 9). Selain itu juga pemberitaan mengenai perbandingan tingkat elektabilitasnya dengan mantan Ketua Umum

partai Golkar Jusuf Kalla. Di mana dalam beberapa hasil survey elektabilitas Jusuf Kalla lebih tinggi dibandingkan dengan Aburizal Bakrie Ketua Umum Partai Golkar saat ini. Hal ini menjadi suatu arahan untuk membentuk opini publik

ketika pemilihan presiden telah tiba nanti.

(17)

ingin melihat secara keseluruhan isi pemberitaan yang dibingkai oleh media online Detik.com dan Vivanews.com mengenai berita Aburizal Bakrie terkait Pemilihan Presiden 2014, sehingga penelitian ini lebih terfokus pada bagaimana politik media pada media online Detik.com dan Vivanews.com dalam memotret sosok Aburizal Bakrie terkait Pemilihan Presiden 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada pada usul penelitian ini penulis

merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu Bagaimana media online Detik.com dan Vivanews.com memotret sosok Aburizal Bakrie terkait dengan Isu Kasus

Lumpur Lapindo dan Bumi Plc, Konflik Internal Partai Golkar, Elektabilitas dan Kampanye yang dilakukan Aburizal Bakrie menuju Pemilihan Presiden 2014?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

Mengetahui media online Detik.com dan Vivanews.com dalam memotret sosok Aburizal Bakrie terkait dengan Isu Kasus Lumpur Lapindo dan Bumi Plc, Konflik Internal Partai Golkar, Elektabilitas dan Kampanye yang dilakukan Aburizal

(18)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu :

a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan

Analisis Framing.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Penelitian Sebelumnya

Iksan (1996) menyatakan bahwa tinjauan pustaka harus mengemukakan hasil

penelitian lain yang relevan dalam pendekatan permasalahan penelitian : teori, konsep-konsep, analisa, kesimpulan, kelemahan dan keunggulan pendekatan yang

dilakukan orang lain. Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang

dibuat oleh peneliti sebelumnya. (Masyhuri dan Zainuddin, 2008:100)

Tabel 1 : Penelitian Sebelumnya, Konstruksi Realitas Dalam Pemberitaan Evaluasi Program

100 Hari Suatu Pemerintahan

1 Judul Kontruksi Realitas Dalam Pemberitaan Evaluasi Program 100 Hari Suatu Pemerintahan (Analisis Framing Model Zhong Dang Pan dan Gerald M. Kosicki Pada Berita Pemerintahan SBY-Boediono Di SKH Kompas dan Republika Periode 25 Januari-12 Februari 2010

Penulis Feri Firdaus

(20)

Hasil SKH Kompas dan Republika tidak mengangkat secara khusus 15 program prioritas yang dicanangkan oleh pemerintah, namun kedua media tersebut mengangkat isu yang sama terkait korupsi, khususnya kasus Bank Century yang dianggap melibatkan Sri Mulyani dan Boediono. SKH Kompas dan Republika sama-sama membangun konstruksi realitas bahwa pemberantasan korupsi tidak memuaskan atau gagal. Berdasarkan temuan berita yang diteliti tersebut, terlihat bahwa SKH Kompas dan Republika cukup menjaga keberimbangan berita, meskipun cenderung lebih condong menilai negatif terhadap kinerja 100 hari pemerintahan SBY-Boediono. Hal ini menunjukkan bahwa kedua media tersebut cukup profesional dalam mengevaluasi program pemerintahan.

Kritik Dalam penelitian yang membahas mengenai program 100 hari pemerintahan SBY-Boediono hanya dilihat dari sisi etika jurnalistiknya saja mengenai keberimbangan berita dalam menganalisis isu tersebut dan keduanya sama-sama menilai negatif mengenai program tersebut. Namun, dalam hal ini tidak dikupas mengenai politik media antara SKH Kompas dan Republika dalam mengkonstruksi berita tersebut yang bisa dilihat dari pemilihan narasumber untuk mendapatkan informasi berdasarkan perspektif yang dibangun oleh seorang wartawan dalam menyajikan berita sesuai dengan isu yang diangkat.

Deskripsi Penelitian :

Penelitian tersebut membahas mengenai konstruksi realitas yang dibangun oleh

SKH Kompas dan Republika dalam mengangkat isu mengenai kinerja 100 hari pemerintahan SBY-Boediono. Kedua media tersebut mengangkat isu yang sama

terkait kasus korupsi, khususnya kasus Bank Century yang dianggap melibatkan Sri Mulyani dan Boediono. SKH Kompas dan Republika sama-sama membangun konstruksi realitas bahwa pemberantasan korupsi tidak memuaskan atau gagal.

(21)

condong menilai negatif terhadap kinerja 100 hari pemerintahan SBY-Boediono. Hal ini menunjukkan bahwa kedua media tersebut cukup profesional dalam

mengevaluasi program pemerintahan.

Tabel 2 : Penelitian Sebelumnya, Jurnalisme Politik Dalam Media

1. Judul Jurnalisme Politik Dalam Media (Analisis Framing Pemberitaan Harian Solo Pos Tentang Isu Kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008).

Penulis Yosep Yogo Widhiyatmoko

Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sebelas Maret 2008

Hasil Penelitian tersebut dilakukan pada surat kabar Harian Umum Solo Pos yang merupakan surat kabar kredibel di Jawa Tengah. Surat kabar tersebut menyajikan informasi se- putar Isu Kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah pada tahun 2008.

Isu yang muncul dalam perhelatan Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008, relatif lebih rentan karena kental akan muatan politis, sehingga mendorong Solo Pos untuk membuat kerangka agenda setting berita sebagai acuan kerja dalam peliputan berita, sesuai dengan visi misi institusi yang telah ditetapkan. Politik media yang diterapkan Solo Pos terkait dengan pemilihan narasumber, ialah pemilihan isu yang akan diangkat lebih kepada institusi pemerintah resmi serta,

lembaga masyarakat sebagai komoditas pemberitaannya, dari pada temuan fakta yang berasal dari kalangan elite politik maupun partai.

(22)

perbandingan dengan media yang kredibel lainnya di wilayah Jawa Tengah mengenai isu kampanye pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008.

Deskripsi Penelitian :

Penelitian ini membahas mengenai pemberitaan Calon Kandidat terkait Isu

Kampanye menjelang Pemilihan Gubernur di Jawa Tengah yang diadakan pada bulan Juni 2008. Pemberitaan yang dimuat pada media massa cetak Harian Umum

Solo Pos ini dikonstruksi berdasarkan perspektif jurnalisme politik.

Politik media yang diterapkan Solo Pos terkait dengan pemilihan narasumber, ialah

pemilihan isu yang akan diangkat lebih kepada institusi pemerintah resmi serta, lembaga masyarakat sebagai komoditas pemberitaannya, dari pada temuan fakta yang berasal dari kalangan elite politik maupun partai.

2.2 Tinjauan Tentang Peristiwa dan Berita Politik

2.2.1 Pengertian Peristiwa dan Berita Politik

Peristiwa politik adalah sebuah kejadian yang mencakup hal-hal yang berkaitan

dengan penyelenggaraan pemerintah dan Negara. Sedangkan berita politik merupakan sajian informasi berupa keterangan-keterangan mengenai isu

(23)

2.3 Tinjauan Tentang Media Online

2.3.1 Media Online

Media online adalah media massa yang tersaji secara online di situs web (website)

internet. Media online adalah media massa “generasi ketiga” setelah media cetak (printed media) koran, tabloid, majalah, buku dan media elektronik (electronic

media) radio, televisi, dan film/video. (wikipedia dalam Ramdan (2012 : 10)). Media online merupakan produk jurnalistik online. Jurnalistik online disebut juga cyber journalism didefinisikan sebagai pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet (wikipedia dalam Ramdan (2012 :10)).

Menurut Ashadi Siregar (dalam Kurniawan, 2005: 20) media online adalah

sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi dan multimedia (baca-komputer dan internet). Di dalamnya terdapat portal, website

(situs web), radio-online, TV-online, pers online, mail-online, dengan karakteristik masing-masing sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan user memanfaatkannya.

(24)

Salah satu pendekatan dalam memahami media online juga dipaparkan oleh Ashadi Siregar (dalam Kurniawan, 2005: 20). Ia melihat media online, melalui kacamata pendefinisian surat kabar digital, yakni sebuah entitas yang merupakan integrasi media massa konvensional dengan internet. Identifikasinya terhadap ciri-ciri yang melekat pada surat kabar digital ditulisnya sebagai berikut:

1. Adanya kecepatan (aktualitas) informasi.

2. Bersifat interaktif, melayani keperluan khalayak secara lebih personal.

3. Memberi peluang bagi setiap pengguna hanya mengambil informasi yang relevan bagi dirinya/ dibutuhkan.

4. Kapasitas muatan dapat diperbesar.

5. Informasi yang pernah disediakan tetap tersimpan (tidak terbuang), dapat ditambah kapan saja, dan pengguna dapat mencarinya dengan

menggunakan mesin pencari.

6. Tidak ada waktu yang diistimewakan (prime time) karena penyediaan informasi berlangsung tanpa putus, hanya tergantung kapan pengguna mau

mengakses.

2.3.2 Karakteristik Media Online

Media online memiliki beberapa karakteristik yang tidak bisa ditandingi oleh media elektronik ataupun media cetak. Beberapa diantaranya adalah :

1. Kapasitas luas, halaman web bisa menampung naskah sangat panjang 2. Pemuatan dan editing naskah bisa kapan saja dan di mana saja (selama ada

jaringan internet)

3. Jadwal terbit bisa kapan saja bisa, setiap saat.

(25)

5. Menjangkau seluruh dunia (www-worldwide web) yang memiliki akses internet.

6. Aktual, berisi info aktual karena kemudahan dan kecepatan penyajian. 7. Update, pembaruan informasi terus dan dapat dilakukan kapan saja.

8. Interaktif, dua arah, dan "egaliter" dengan adanya fasilitas kolom komentar, chat room, polling, dll

9. Terdokumentasi, informasi tersimpan di "bank data" (arsip) dan dapat ditemukan melalui "link", "artikel terkait", dan fasilitas "cari" (search). 10.Terhubung dengan sumber lain (hyperlink) yang berkaitan dengan

informasi tersaji.

2.3.3 Etika Media Online

Media online merupakan hal yang baru. Kode etiknya baru disahkan 3 Februari 2012 dengan nama “Pedoman Pemberitaan Media Siber”. Perkembangan media

online sangat pesat. Penyebab media online berkembang adalah tarifnya yang murah, jaringan global, teknologi yang mampu menampilkan semua jenis informasi, bisnis media online tumbuh dan tumbuhnya akses mobile.

Media online adalah media berita online maupun segala bentuk media online yang memuat berita, sebagaimana diatur Undang-Undang Pers, yang meliputi website,

blog, media agregator, maupun platform lain yang relevan. Pihak media online nasional yang ada di Jakarta mengatur kode etik media online yang disahkan Dewan Pers. Problematika media online yang sering muncul; running news, isu, akurasi, keberimbangan, hak cipta, jurnalisme warga, saling terhubung, dan

(26)

Keberimbangan tidak akan menjadi ukuran mutlak ketika berita itu menjadi kebutuhan publik yang mendesak. Selain itu yang tidak perlu dikonfirmasi adalah

sumber berita dari lembaga resmi yang mencantumkan identitas secara jelas dan subyek berita diketahui keberadaannya. Berita tetap dapat dipublikasikan dengan mencantumkan secara jelas upaya verifikasi yang telah dilakukan. Setelah

verifikasi didapatkan, hasil verifikasi dicantumkan pada berita sebelumnya secara lengkap.

Media online wajib membedakan antara iklan dan isi. Ini banyak terjadi di media

online. Sebagian besar yang paling banyak ditemui adalah soal link berita, akurasi dan hak cipta. Hak cipta merupakan kasus yang paling parah di media online.

2.4 Tinjauan Analisis Teks Berita

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Analisis berarti penyelidikan terhadap

suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Analisis ini juga berarti proses pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya. Yang dimaksud dengan teks berita menurut budayawan Mudji

Sutrisno SJ adalah tulisan yang merupakan wujud tertulis pengarang dengan

“makna” atau “meaning” di dalamnya. (Sutrisno SJ (2006) dalam Ariani (2008 :

33)).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa analisis teks berita merupakan suatu upaya penyelidikan atau penguraian bangunan teks berita

(27)

2.5 Tinjauan Konstruksi Realitas

2.5.1 Pengertian Konstruksi Realitas

Istilah konstruksi realitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L Beger dan Thomas Luckman dalam buku The Social Of Construction Reality. Realitas menurut Beger tidak dibentuk secara alamiah. Tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan, tetapi dibentuk dan dikonstruksi.

Dengan pemahaman ini realitas berwujud ganda atau prural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas, berdasarkan pengalaman, prefensi, pendidikan, dan lingkungan sosial yang dimiliki

masing-masing individu. (Eriyanto (2005:15)

Liputan setiap peristiwa di media massa secara tertulis atau rekaman adalah konstruksi realitas. Konstruksi realitas merupakan suatu upaya menyusun realitas

dari satu atau sejumlah peristiwa sebagaimana adanya (objective reality) yang semula terpenggal-penggal (acak) menjadi tersistematis hingga menjadi cerita

atau wacana yang bermakna (contruted reality).

(28)

2.5.2 Bahasa Sebagai Unsur Utama Konstruksi Realitas

Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama yang merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualisasi

dan alat narasi. Selanjutnya, penggunaan bahasa tertentu menentukan format narasi (dan makna) tertentu.

Lebih jauh dari itu, terutama dalam media massa, keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas-realitas media yang

akan muncul dibenak khalayak. Bahasa yang dipakai media, ternyata mampu memengaruhi cara melafalkan (pronounciation), tata bahasa (grammar), susunan kalimat (syntax), perluasan dan modifikasi pembendaharaan kata, dan akhirnya mengubah dan atau mengembangkan percakapan (speech), bahasa (language), dan makna (meaning).

Menurut De Fleur dan Ball-Rokeach, terdapat berbagai cara media massa memengaruhi bahasa dan makna ini, antara lain: mengembangkan kata-kata baru beserta makna asosiatifnya; memperluas makna baru; memantapkan konvensi

makna yang telah ada dalam suatu sistem bahasa. Oleh karena persoalan makna itulah, maka penggunaan bahasa berpengaruh terhadap konstruksi realitas, terlebih

atas hasilnya (baca, makna atau citra). Sebabnya adalah karena bahasa mengandung makna.

Penggunaan bahasa tertentu dengan demikian berimplikasi pada bentuk konstruksi

(29)

darinya. Dari perspektif ini, bahkan bahasa bukan hanya mampu mencerminkan realitas tetapi sekaligus dapat menciptakan realitas.

Lebih dari itu, menurut Giles dan Wiemann, bahasa (teks) mampu menentukan

konteks, bukan sebaliknya teks menyesuaikan diri dengan konteks. Dengan begitu, lewat bahasa yang dipakai (melalui pilihan kata dan penyajian) seseorang

bisa memengaruhi orang lain. Melalui teks yang dibuatnya, ia dapat memanipulasi konteks. (Ibid (hlm 13-14) dalam Ariani (2008 : 36)).

2.5.3 Konstruksi Realitas Dalam Bentuk Berita

Menurut Berger, berita harus dipandang sebagai konstruksi atas realitas. Pembuatan berita di media massa pada dasarnya adalah penyusunan

realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna. Karenanya sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi secara berbeda.

Setiap wartawan mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda atas suatu

peristiwa. Hal ini dapat dilihat bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dalam pemberitaannya. (Eriyanto(2005: 16)

2.5.4 Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada Pembentukan Realitas Media

Dalam mengkonstruksikan realitas, media massa dipengaruhi oleh banyak faktor

baik internal maupun eksternal. Salah satu faktor internal adalah kebijakan redaksi (redactional concept) media masing-masing yang sangat boleh jadi dipengaruhi oleh kepentingan idealis, ideologi, politis dan ekonomis. Tetapi apapun yang

(30)

bahkan dibesar-besarkan disamarkan atau bahkan tidak diangkat sama sekali dalam setiap pengkonstruksian realitas.

Faktor lain, sebagai kekuatan eksternal lain yang berpengaruh atas penampilan isi

media adalah khalayak dan pengiklan. Pelaporan sebuah peristiwa, jelas harus mempertimbangkan pasar. Semakin baik kualitas pelaporan (reportase), akan

semakin banyak khalayak yang mengkonsumsi dan ini secara otomatis pengiklan pun cenderung akan bertambah.

Reportase yang kurang memperhitungkan keberadaan khalayak cenderung membuat pembaca sebuah media itu sedikit dan ini berarti akan semakin sedikit

juga pemasang iklan. (Hamad (hlm 27-28)). Hal ini berpengaruh, bahkan mengancam konstruksi realitas secara objektif dalam sistem libretarian, yaitu

adanya kongsi antara penguasa dan pengusaha. Karena keterbatasan keuangan, pemerintah mengizinkan swasta membuka usaha media dengan kesepakatan tertentu. Di satu pihak pemerintah tidak mengganggu kehidupan media sambil

(31)

2.5.5 Faktor Penyebab Konstruksi Realitas Oleh Media Massa

Dalam pembentukan realitas oleh media massa penulis menyoroti dua unsur yang paling berpenagaruh, yaitu :

1. Ideologi Media

Menurut Matthew Kieren, Ideologi tidaklah selalu dikaitkan dengan

ide-ide besar. Ideologi juga bisa bermakna politik penandaan atau pemaknaan. Bagaimana kita melihat peristiwa dengan kacamata dan pandangan tertentu, dalam arti luas adalah sebuah ideologi.

Sebab dalam proses melihat dan menandakan peristiwa tersebut kita menggunakan titik melihat tertentu, titik atau posisi melihat itu

menggambarkan bagaimana peristiwa dijelaskan dalam kerangka pikir tertentu. (Eriyanto (2005) dalam Ariani (2008 : 39)).

Media massa mempunyai cara pandang, kacamata tersendiri dalam memahami peristiwa sehingga proses pengemasan sebuah peristiwa ke

dalam teks berita merupakan hasil konstruksi realitas. Cara pandang itu dipengaruhi oleh ideologi media yang terbentuk oleh faktor-faktor seperti

agama, ras, afiliasi politik, atau orientasi kepentingan.

2. Hubungan Media Massa antara Kekuasaan dan Kepentingan

Media massa jika kita tengok lebih jauh lagi, sesungguhnya berada pada realitas sosial yang sarat dalam berbagai kepentingan, konflik, dan fakta

(32)

Louis Althuser menulis bahwa media, dalam hubungannya dengan kekuasaan menempati posisi strategis, terutama karena anggapan akan

kemampuannya sebagai sasaran legitimasi. Media massa sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan, agama, seni, dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang secara ideologis digunakan untuk

membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa

(ideological state apparatus).

Media massa bukanlah sesuatu yang bebas dan independen. Tetapi juga

memiliki keterkaitan dengan berbagai kepentingan yang bermain di dalam media massa. Di samping ideologi antara kepentingan lain; misalnya

kepentingan kapitalisme pemilik modal, dan kepentingan politik media. Dalam kondisi dan posisi seperti ini, media massa tidak mungkin berdiri statis di tengah-tengah, dia akan bergerak dinamis antara pusaran-pusaran

kepentingan yang sedang bermain. Kenyataan inilah yang menyebabkan kepentingan di dalam media massa menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Dari hal tersebut yang membuat media massa memasukkan

kepentingannya di dalam pemberitaan terhadap fakta atau realitas dengan mengkonstruksikan realitas.

2.6 Tinjauan Politik Media

2.6.1 Pengertian Politik Media

Politik media adalah sebagai produk dari perilaku yang berorientasi pada tujuan

(33)

politisi, jurnalis, dan masyarakat. Media memakai bahasa dalam politiknya (politik media), karena membicarakan media massa, organik yang diekspresikan

melalui bahasa tulis dan lisan. Sebagai wacana baru (newspeak), bahasa bukanlah sekedar alat komunikasi. Ia merupakan kegiatan sosial yang terstruktur dan terikat pada keadaan sosial tertentu. (Aminah, 2006: 7) dalam Widhiyatmoko (2008 :

32))

Siti Aminah dosen Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga menyebutkan, ada tiga pelaku dalam politik media, ialah politisi, jurnalis, dan

orang-orang yang digerakkan oleh dorongan (kepentingan) khusus. Bagi politisi, tujuan dari politik media adalah dapat menggunakan komunitas massa untuk

memobilisasi dukungan publik yang mereka perlukan untuk memenangkan pemilihan umum dan memainkan program mereka ketika duduk diruangan kerja. Bagi jurnalis, tujuan politik media adalah untuk membuat tulisan yang menarik perhatian banyak orang dan menekankan apa yang disebutnya dengan “suara yang

independen dan signifikan dari para jurnalis”. Bagi masyarakat, bertujuan untuk

keperluan mengawasi politik dan menjaga politisi agar tetap akuntabel, dengan menggunakan basis usaha yang minimal. (Aminah, 2006: 7) dalam Widhiyatmoko (2008 : 32))

2.6.2 Otonomi Politik Media

Seiring dengan perkembangan media yang semakin menjadi arena primer dari

(34)

proses komunikasi publik sendiri merupakan bagian sentral dan integral dari struktur dan proses politik (1994: 361). Media memiliki keleluasaan gerak

politiknya, tidak hanya menyuarakan dan tunduk pada mekanisme pasar sesuai dengan model neoliberal ekonomi. Media dapat berperan mendukung konsolidasi demokrasi dan hal ini merupakan otonomi politik media. (Herbert, 1994 :361)

dalam Widhiyatmoko (2008 : 30))

2.6.3 Konsep Peran Politik Media

Hal menarik untuk menjelaskan tentang konsep peran politik dari media adalah bab yang ditulis oleh pengamat Jepang, Susan Pharr, yang mengemukakan adanya

empat pandangan yang saling berlawanan, yaitu: pertama media sebagai penonton (spectator); kedua, sebagai penjaga (watchdog); ketiga, sebagai pelayan (servant); dan keempat, sebagai penipu (trickster). Pharr memandang media sebagai penipu, sebuah kosakata yang dibuatnya sendiri. Menurutnya, penipu merupakan partisipan aktif dalam proses politik. (Pharr, 1996: 24-36).

Sebagai pemain yang berpengaruh, menurut pemikir politik Thomas Meyer, ada

tiga dimensi relasi antara media dan politik: (Masduki, 2004:75) dalam Widhiyatmoko (2008 : 31))

1. Media dapat menjadi ruang publik bagi terjadinya interaksi politik, ikut mempengaruhi pembentukan sistem komunikasi politik di kalangan publik, pembentukan karakter dan agenda politik yang berlangsung secara

(35)

2. Media tidak hanya menjadi cermin dari kehidupan politik, tetapi melakukan generalisasi realitas politik, mengkonstruksi realitas politik

sebagai sesuatu yang bersifat kompleks dan mengundang antusiasme respon publik.

3. Konstruksi realitas media atas dunia politik itu secara positif akan

memperkuat komitmen pencapaian tujuan politik ideal dari partai politik atau politisi dan kontrol publik yang tajam atas proses itu.

2.6.4 Politik Media dalam Kepentingan Ekonomi dan Politik

Menurut Masduki media juga dapat menjadi subyek yang memanipulasi

pernyataan atau peristiwa politik karena tekanan kepentingan ekonomi dan politik pemilik atau pengelola. Iklim politik yang transisional berpengaruh terhadap perilaku feodalistik media dalam bentuk pemberian ruang ekspresi lebih pada

tokoh publik (extra ordinary people), opinion leader, ketimbang kalangan biasa dalam masyarakat. Para pemimpin politik ditempatkan sebagai subyek aktif

produsen informasi dan isu-isu yang selalu bias dikorelasikan secara makro dan konstituennya sebagai obyek yang menerima begitu saja arus informasi top-down.

Kebanyakan realitas media tampak sebagai sebuah sajian spekulasi-spekulasi,

korelasi-korelasi instrumental, bukan korelasi substansial. Karena akses penguasaan informasi dan pengendalian jurnalis yang hanya lebih terpusat pada lingkaran elit sumber di masyarakat, media utama (mainstream) kerapkali lebih

(36)

masyarakat seperti partai politik atau politisi yang berkuasa. (Masduki : 2004) dalam Widhiyatmoko (2008 : 33))

2.6.5 Politik Media dan Kepemilikan Media

Pada sub bab ini akan membahas tentang pengertian ekonomi politik media dan

hakikatnya serta kepemilikan media. Dua hal ini menjadi persoalan penting dalam komunikasi politik untuk melihat keterkaitan antara kepemilikan media dan kepentingan politik pemiliknya.

2.6.5.1 Politik Media

Keberadaan media massa di Indonesia salah satunya seperti media online tidak lepas dari ekonomi politik media dan kepemilikan media. Ekonomi politik media

sebenarnya adalah pertarungan bagaimana aspek-aspek ekonomik dan politik telah memengaruhi produksi dan reproduksi budaya sebagai komoditas media

massa (Subiakto dan Ida (2012: 134).

Pendekatan ekonomi politik media lebih melihat bagaimana konsepsi materialisme didistribusikan dan disirkulasikan dalam praktik pelaksanaan

produksi kultural (Babe, 2009:8). Dalam pandangan klasik, ekonomi politik merupakan diskursus yang mempelajari tentang hubungan kekuasaan terhadap produksi, distribusi, dan konsumsi kekayaan (wealth), pendapatan, dan sumber-sumber ekonomi termasuk sumber-sumber-sumber-sumber informasi dan komunikasi (Babe, 2009). Selanjutnya, Herbert Schiller (1989) menyatakan bahwa sebenarnya tidak

(37)

Pemerintah atau kepentingan politik sebenarnya turut berpengaruh juga dalam menentukan pilihan itu. Schiller menyatakan bahwa kekuasaan pemerintah dan

institusi bisnis telah menentukan pilihan konsumen dalam industri media saat ini. Peter Golding dan Graham Murdock (2000), yang dikenal sebagai teoretisi ekonomi politik media, melihat secara berbeda. Menurut mereka media massa

adalah produsen budaya, yang lebih berperan sebagai mesin bisnis pencari keuntungan. (Subiakto dan Ida, 2012 :136).

Roger Fowler dalam Language in The News (Routledge-1991, page 1) menyampaikan bahwa news is not simply reported by the media, it is created by the media (berita tak hanya dilaporkan media tetapi diciptakan oleh media). Secara tidak langsung dikatakan bahwa besar-kecilnya peristiwa bisa dilakukan karena kreasi yang dilakukan oleh media. Kreasi yang berupa pengembangan ini bisa dilakukan dengan alasan keberpihakan terhadap suatu masalah, bisa juga

untuk alasan praktis: banyaknya pembaca/ pengakses. Masih kata Fowler, penciptaan isi berita dalam media massa (termasuk media online) itu bukanlah fakta tentang dunia tetapi dalam pengertian yang sangat umum, yakni karena “ide” yang berarti kecenderungan atau keberpihakan media. (Sapto Anggoro,

2012:107)

Membesar-besarkan berita di detikcom bisa dilakukan karena sentuhan divisi

informasi teknologi (IT) dalam hal penguasaan teknologi. Aplikasi canggih yang dapat memperlihatkan berita mana yang banyak diakses tersebut berjalan dengan

(38)

mekanisme (alur) pemberitaan yang baik memungkinkan detikcom menjalankan pemberitaan sedemikian rupa.

Sebagai media yang terus menerus menyampaikan informasi setiap saat, maka

detikcom memiliki deadline yang terus-menerus setiap saat: lebih cepat lebih baik, tapi tetap harus akurat. Wartawan pun harus mengikuti informasi dari

berbagai sumber, baik itu radio, Koran, televisi, internet, maupun dari narasumber langsung.

Sedangkan pada portal berita Vivanews.com lebih mengutamakan liputan yang mendalam dan dihadirkan sekaligus pada satu berita, dijleaskan secara detail, dan

tetap menjaga kepercayaan publiknya. Ada mekanisme redaksional di Vivanews.com yaitu melakukan liputan berita mendalam dan tetap menjaga

kepercayaan publik. (Wikipedia.org)

2.6.5.2 Kepemilikan Media

Ideologi kapitalisme telah meresap dalam institusi ini, termasuk mewarnai

hubungan antara pemilik dan para pekerjanya. Walau teks atau isi media tidak senantiasa mencerminkan dukungan terhadap paham kapitalisme, namun pada

dasarnya isinya lebih diarahkan secara profesional untuk melayani kepentingan atau kebutuhan orang banyak, alias pasar. Perusahaan media sebagai institusi kapitalis, bisnisnya cenderung menjadi semakin menggurita menjangkau

(39)

Setelah UU Penyiaran No. 32/2002 diberlakukan, ada tiga kategori bisnis media massa yang diakui oleh pemerintah, yakni media swasta nasional, media publik,

media lokal, dan media komunitas.

Media online yang merupakan transformasi dari media cetak dan media elektronik telah dikuasai oleh kaum elit bisnis ataupun elit politik. Seperti media online detik.com yang telah lama didirikan sejak tahun 1998 pada masa Orde Baru yang merupakan produk dari perusahaan PT Agranet Multicitra Siberkom (Agrakom) yang dimiliki empat orang kreatif: Budiono Darsono, Abdul Rahman, Didi

Nugrahadi dan Yayan Sopyan. Pada tahun 2011 detik.com resmi dibeli oleh CT Corp milik Chairul Tanjung. Untuk media online vivanews.com yang didirikan sejak tahun 2004 dan baru diluncurkan pada tahun 2008 merupakan media yang berada di bawah payung perusahaan Visi Media Tbk (PT Viva Media Baru) yang merupakan kelompok media milik Aburizal Bakrie beserta grupnya.

(Wikipedia.org)

2.7 Tinjauan Analisis Framing

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi.

Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa dipahami dengan bentukan tertentu. Hasilnya, pemberitaan media pada sisi

(40)

2.7.1 Model Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki 2.7.1.1 Proses Framing

Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju

pada pesan tersebut. Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan, yaitu :

1. Konsepsi Psikologi

Framing dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan

proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu. Framing di sini dilihat sebagai penempatan

informasi dalam suatu konteks yang unik/ khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari suatu isu/ peristiwa tersebut

menjadi lebih penting dalam memengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.

2. Konsepsi Sosiologi

Kalau pandangan psikologis lebih melihat pada proses internal seseorang, bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam cara

(41)

Bagi Pan dan Kosicki, framing pada dasarnya melibatkan kedua konsepsi tersebut. Dalam media, framing dipahami sebagai perangkat kognisi yang digunakan dalam

informasi untuk membuat kode, menafsirkan, dan menyimpannya untuk dikomunikasikan dengan khalayak yang ke semuanya dihubungkan dengan konvensi, rutinitas, dan praktik kerja profesional wartawan. Framing lalu

dimaknai sebagai suatu strategi atau cara wartawan dalam mengkonstruksi dan memproses peristiwa untuk disajikan kepada khalayak.

2.7.1.2 Perangkat Framing

Dalam pendekatan ini, perangkat framing, dapat dibagi ke dalam empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa-pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa ke dalam bentuk susunan umum berita.

Struktur semantik ini dengan demikian dapat dinikmati dari bagan berita (lead

yang dipakai, latar, headline, kutipan yang diambil dan sebagainya). Kedua, struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau

menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita.

Ketiga, struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih

(42)

Keempat, struktur retoris. Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana

wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya untuk mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca.

Keempat struktur tersebut meruapakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut. Dengan kata lain, ia dapat

diamati dari bagaimana wartawan menuliskan peristiwa ke dalam bentuk umum berita, cara wartawan mengisahkan peristiwa, kalimat yang dipakai, dan pilihan

(43)

Ketika menulis berita dan menekankan makna atau peristiwa, wartawan akan memaknai semua strategi wacana itu untuk meyakinkan khalayak pembaca bahwa

berita yang dia tulis adalah benar. Pendekatan itu dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1.

Kerangka Framing Pan dan Kosicki

Struktur Perangkat Framing Unit yang diamati

SINTAKSIS

Cara wartawan menulis fakta

Realitas yang teramati media merupakan realitas “semu” yang terbentuk oleh

proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial budaya dan ekonomi politik. Realitas

(44)

yang menulisnya. Wartawan bukanlah agen tunggal yang menafsirkan peristiwa, sebab paling tidak terdapat tiga pihak yang saling berhubungan: wartawan,

sumber, dan khalayak. (Eriyanto (2005) dalam Ariani (2008 : 50)). Ada tiga faktor yang memengaruhi wartawan dalam mengkonstruksi sebuah berita selain faktor pikirannya sendiri, yaitu:

1. Proses konstruksi melibatkan nilai sosial yang melekat dalam diri wartawan. Nilai-nilai sosial yang tertanam memengaruhi bagaimana

realitas dipahami. Hal ini umumnya dipahami bagaimana kebenaran diterima secara taken for granted oleh wartawan. Sebagai bagian dari lingkungan sosial, wartawan akan menerima nilai-nilai, dan kepercayaan

yang ada di dalam masyarakat.

2. Ketika menulis dan merekonstruksi berita wartawan bukanlah berhadapan

dengan publik yang kosong, bahkan ketika peristiwa ditulis dan kata mulai disusun, khalayak menjadi pertimbangan wartawan. Hal ini karena wartawan bukanlah menulis untuk dirinya sendiri, melainkan untuk

dinikmati dan dipahami oleh masyarakat.

3. Proses konstruksi itu juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu

melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik dan standar profesional dari wartawan.

(45)

Elektabilitas dan Kampanye yang dilakukan Aburizal Bakrie menuju pemilihan presiden 2014 nanti. Analisis framing penelitian ini berpedoman pada metode Pan

dan Kosicki. Adapun bagan kerangka pikirnya adalah sebagai berikut:

Bagan 1. Kerangka Pikir

Dari kerangka pikir framing ini diharapkan penelitian dapat memperlihatkan bagaimana politik media pada media online Detik.com dan Vivanews.com mengkonstruksikan berita politik dalam membentuk citra aktor politik.

Peristiwa Politik

Proses Konstruksi Realitas Oleh

Media Online Detik.com dan

Vivanews.com

Berita Politik dalam Media Online

Detik.com dan Vivanews.com

Citra Aktor Politik

membentuk opini publik

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

data objek penelitian.

Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, menguji hipotesis atau membuat prediksi (Rakhmat, 1991: 21). Sedangkan yang dimaksud dengan metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak mengadakan perhitungan

atau juga dengan penemuan-penemuan yang tidak dicapai atau diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari

kuantifikasi (Moleong, 2004: 2).

Menurut Sutopo penelitian deskriptif dengan metode kualitatif studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan

(47)

Dalam penggunaan jenis metodologi penelitian kualitatif data merupakan representasi simbolik yang lebih menekankan pada makna dan tujuan dari obyek

penelitian, dibandingkan dengan isi data secara definitif. Signifikansi makna bergantung pada fokus peneliti yang dihasilkan dari interpretasi data yang telah dipengaruhi faktor subyektif peneliti seperti : orientasi, pendekatan, maupun

refleksivitas dari lingkungan peneliti.

Secara lebih jelas, S. Nasution mengemukakan konsep dasar penelitian kualitatif dan masalah yang mendasar tentang penelitian ini sebagai berikut :

a. Penelitian ini tidak bertujuan menguji, membuktikan kebenaran suatu teori.

b. Tidak ada pengertian populasi dalam penelitian ini. Sampling bersifat purposive yakni tergantung tujuan dan fokus pada suatu saat.

c. Instrumen penelitian tidak bersifat eksternal melainkan internal, yakni

penelitian ini tanpa menggunakan eksperimen atau angket melainkan menyeleksi aspek-aspek khas yang berulang kali terjadi dan menyelidikinya lebih dalam.

d. Analisis data bersifat terbuka dan induktif yang membuka peluang untuk perubahan, perbaikan atau penyempurnaan berdasar data baru yang masuk.

e. Hipotesis tidak dirumuskan pada awal penelitian karena tidak ada maksud menguji kebenaran.

f. Hasil penelitian tidak bisa diramalkan atau dipastikan sebelumnya sebab

(48)

Penekanan utama dari metode penelitian kualitatif adalah menangkap maksud, tendensi dan tema dari pesan, di samping memahami organisasi dan proses pesan

yang disampaikan. Oleh karena, umumnya penelitian kualitatif bertujuan memahami proses dan maksud dari data hasil investigasi, yang analisisnya diperluas dan sejalan dengan konseptual dan aplikasi teoritis yang disesuaikan

dengan isu yang ada.

Penelitian ini mengambil metode penelitian dengan teknik analisis wacana dengan model Analisis Framing model Pan dan Kosicki sebagai pisau analisisnya. Pan dan Kosicki berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan

dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan.

Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Elemen yang menandakan pemahaman seseorang mempunyai bentuk yang

terstruktur dalam bentuk aturan atau konvensi penulisan sehingga ia dapat

menjadi “jendela” melalui mana makna yang tersirat dari berita menjadi terlihat.

(49)

3.2 Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel, yang dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak

menyimpang. Menurut Kerlinger konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan mengeneralisasikan hal-hal khusus. (Rahkmat (1999 :12)). Untuk menghindari

penyimpangan dan memberi arah dalam menafsirkan konsep-konsep yang ada, maka dalam penelitian ini definisi konseptual sebagai berikut:

1. Politik Media

Politik media merupakan sebuah sistem politik, istilah ini untuk membandingkannya dengan sistem-sistem lainnya, seperti politik

legislatif, politik birokrasi, politik yudisial, serta politik partai. Politik media pada sebuah media massa bisa dikatakan sebagai cara untuk mencapai sebuah keberhasilan suatu berita oleh media massa dalam

mempengaruhi khalayak sesuai dengan perspektif seorang pembuat berita atau wartawan dengan berbagai tujuan yang ingin mereka capai melalui pemberitaannya tersebut.

2. Berita Politik

Berita politik adalah sajian informasi berupa keterangan-keterangan mengenai isu perpolitikan yang terjadi dalam suatu wilayah tertentu.

Cakupan mengenai kegiatan perpolitikan tidak hanya dilaksanakan pada suatu pemerintahan di ibu kota tetapi juga di desa-desa yang memiliki

(50)

3. Memotret

Memotret memiliki pengertian mengambil gambar. Dalam hal ini

dikaitkan dengan penelitian makna memotret berarti cara wartawan mengambil gambar/ angle dari peristiwa yang telah terjadi untuk dijadikan sebuah berita yang nantinya dapat menarik perhatian dan antusias

pembacanya untuk menikmati sajian berita tersebut.

4. Konstruksi Realitas

Upaya media “menceritakan” suatu peristiwa salah satunya dalam bentuk

teks berita sehingga menjadi wacana yang bermakna. Konstruksi realitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya media online Detik.com

dan Vivanews.com menceritakan berita politik khususnya mengenai isu Aburizal Bakrie kaitannya dengan Pemilihan Presiden 2014.

5. Media Online

Yaitu media massa yang tersaji secara online di situs web (website)

internet. Media online merupakan produk jurnalistik online. Jurnalistik online disebut juga cyber journalism didefinisikan sebagai pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet (wikipedia). Media online yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Detik.com dan Vivanews.com.

6. Analisis Teks Berita

Untuk menganalisis bangunan teks atau wacana dalam sebuah berita yang dilakukan oleh suatu media dalam menjabarkan bagaimana strategi wacana

(51)

teks berita dengan menonjolkan bagian tertentu dan memarginalkan bagian lain sehingga mampu menarik pasar pembaca. Analisis teks berita yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah berita politik mengenai Aburizal Bakrie terkait Pemilihan Presiden 2014 yang termuat dalam media online Detik.com dan Vivanews.com.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk

melakukan sesuatu kegiatan atau pekerjaan (Widjono HS), maka dalam penelitian ini definisi operasional sebagai berikut:

1. Detik.com

Detik.com merupakan sebuah portal web yang berisi berita dan artikel daring di Indonesia. Detik.com merupakan salah satu berita terpopuler di

Indonesia. Detik.com merupakan salah satu media yang digunakan dalam penelitian ini khususnya untuk berita-berita politik mengenai Aburizal Bakrie yang tercantum pada situs detikfinance dan detikNews.

2. Vivanews.com

Vivanews.com merupakan portal berita daring yang dikelola oleh PT. Viva Media Baru. Vivanews.com selain memberikan jasa pemberitaan

yang dilaporkan wartawan, juga menerima informasi dari pembaca Vivanews yang berminat melaporkan berita yang mereka anggap penting.

(52)

Vivanews yang mengulas berbagai peristiwa baik itu politik, ekonomi, bisnis, olahraga, dan juga teknologi.

3. Aburizal Bakrie

Merupakan sosok politikus dan pengusaha di Indonesia yang juga akan mencalonkan diri menjadi presiden di tahun 2014 mewakili partainya yaitu

Partai Golkar (Golongan Karya).

3.4 Fokus Penelitian

Penerapan definisi konseptual merupakan sebuah abstraksi dari obyek penelitian

sehingga dalam realitanya diperlukan konsep yang lebih operasional untuk dapat memfokuskan penelitian. Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif adalah

fokus kajian atau pokok soal yang hendak diteliti, mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa yang menjadi pusat perhatian dan hal yang kelak dibahas secara mendalam dan tuntas. (Bungin 2003 : 41).

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah mendeskripsikan

bagaimana media online detik.com dan vivanews.com memotret sosok Aburizal Bakrie terkait dengan Isu Kasus Lumpur Lapindo dan Bumi Plc, Konflik Internal

Partai Golkar, Elektabilitas dan Kampanye yang dilakukan Aburizal Bakrie menuju Pemilihan Presiden 2014 yang dimuat dari tahun 2012 hingga tahun 2013 yang merupakan masa sejak diresmikannya Aburizal Bakrie menjadi calon

presiden mewakili Partai Golkar sesuai dengan hasil Rapat Pimpinan Nasional III (Rapimnas III) dan dalam masa setahun tersebut untuk mengevaluasi pencalonan

(53)

memunculkan isu negatif pada kandidat terpilih mewakili Partai Golkar yang akan maju pada pemilihan presiden 2014 yaitu Aburizal Bakrie. Ada yang pro dan

kontra terhadap calon presiden yang telah dikukuhkan secara resmi tersebut sehingga ada berbagai permasalahan yang diangkat secara berbeda antara media yang satu dengan yang lain guna meningkatkan atau menurunkan citra calon

presiden tersebut.

Untuk mengetahui bagaimana media online Detik.com dan Vivanews.com dalam mengangkat berita politik mengenai sosok Aburizal Bakrie terkait dengan Isu

Kasus Lumpur Lapindo dan Bumi Plc, Konflik Internal Partai Golkar, Elektabilitas dan Kampanye yang dilakukan Aburizal Bakrie menuju pemilihan

presiden 2014 yang termuat dari tahun 2012 hingga tahun 2013, maka penelitian ini dilihat dalam level teks. Dalam level teks, berita tersebut akan dianalisis dengan menggunakan elemen framing Pan dan Kosicki, yang meliputi empat struktur besar, yaitu: struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris. Menurut peneliti model analisis ini sangat memungkinkan untuk dapat mengungkapkan realitas sesungguhnya dibalik teks berita.

(54)

3.5 Sumber Data

Sumber data penelitian ini berasal dari :

1. Sumber Data Primer

Dokumentasi media online Detik.com dan Vivanews.com dari bulan Juni tahun 2012 sampai bulan Mei 2013.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder penelitian ini diperoleh dengan membaca, mengutip sumber-sumber tertulis seperti buku mengenai detik.com dan politik

media, artikel dari situs detik.com dan vivanews.com, dan sebagainya yang terkait dengan penelitian ini.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

(55)

3.7 Teknik Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan data, maka tahap selanjutnya adalah mengadakan

pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Tahap ini penulis memeriksa, melengkapi kembali data yang telah diperoleh

sehingga data dapat dipertanggungjawabkan. 2. Koding

Tahap ini penulis mengklasifikasikan data sesuai dengan jenisnya. Hal ini

(56)

3.8 Analisa dan Interpretasi Data

Dalam pendekatan ini langkah yang ditempuh untuk melihat framing sebuah pemberitaan adalah dengan melakukan pengamatan pada empat struktur yaitu: Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris dengan menggunakan batasan-batasan yang mengarah pada politik media. Berikut penjelasan dari ke empat elemen tersebut:

1. Struktur Sintaksis

Berhubungan dengan menganalisis bagaimana media online Detik.com dan Vivanews.com menyusun fakta ke dalam bentuk susunan umum berita. Unit yang diamati adalah headline, lead yang dipakai, dan kutipan

yang diambil. Intinya bagaimana media online Detik.com dan Vivanews.com memaknai berita politik dan menuangkannya dalam

penulisan berita.

2. Struktur Skrip

Berhubungan dengan bagaimana media online Detik.com dan Vivanews.com menceritakan realitas seputar isu politik mengenai Aburizal

Bakrie terkait pemilihan presiden 2014. Stuktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh media online Detik.com dan Vivanews.com dalam mengemas realitas politik ke dalam bentuk berita. Unit yang diamati adalah 5W+1H. Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian

(57)

3. Stuktur Tematik

Di dalam pengamatan struktur tematik ini, penulis akan melihat bagaimana

tema-tema yang diangkat oleh media online Detik.com dan Vivanews.com di dalam teks berita tentang politik untuk mendukung bingkai atau frame yang disajikan oleh media online Detik.com dan Vivanews.com dalam memaknai berita politik.

4. Struktur Retoris

Penulis akan melihat bagaimana pemilihan perangkat retoris, yaitu kalimat

pengandaian atau grafis yang digunakan untuk menekankan makna tertentu kepada khalayak pembaca untuk mendukung bingkai atau frame

Gambar

Tabel 1 : Penelitian Sebelumnya, Konstruksi Realitas Dalam Pemberitaan Evaluasi Program
Tabel 2 : Penelitian Sebelumnya, Jurnalisme Politik Dalam Media
Tabel 1. Kerangka Framing Pan dan Kosicki

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status resistensi nyamuk Aedes aegypti di daerah endemis DBD Kota Medan terhadap insektisida yang sering digunakan

[r]

[r]

[r]

[r]

[r]

Proposal usaha ini kami ajukan sebagai permohonan dana untuk usaha yang akan baru kami dirikan.Adapun nama usaha yang akan kami dirikan adalah Sugema Komputer, IT SUPPORT

[r]