EFEKTIFITAS PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN
WAKAF UANG PADA BAITULMAAL MUAMALAT
(BMM)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.sy)
Oleh:
MUHAMMAD APRIADI
NIM: 202046101238
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.sy)
Oleh
Muhammad Apriadi NIM: 202046101238
Di Bawah Bimbingan
Dr. Hendra Kholid, MA
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul EFEKTIFITAS PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG PADA BAITULMAAL MUAMALAT (BMM) telah diajukan dalam siding Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.sy) pada program studi Perbankan Syariah (Muamalat).
Jakarta, 23 September 2010 Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH. MA. MM NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN
Ketua : Drs. Djawahir Hejazziey, SH. MA ( ……… ) NIP. 195510151979031002
Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag ( ……… ) NIP. 196404121994031004
Pembimbing : Dr. Hendra Kholid, MA ( ……… )
Penguji I : Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA ( ……… ) NIP. 195703121985031003
Muamalat (BMM)
Perkembangan dan pertumbuhan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) khususnnya lembaga pengelolaan wakaf yang menghimpun dan mengelola wakaf uang cukup mengembirakan, apalagi setelah diputuskannya Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tanggal 11 Mei Tahun 2002 dan diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Tapi ironisnya, penghimpunan dan pengelolan wakaf uang di Indonesia belum begitu maksimal, faktanya wakaf uang yang terhimpun oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan lembaga-lembaga wakaf lainnya belum sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas muslim.
Berdasarkan beberapa fakta diatas maka penulis tertarik untuk membahas tentang penghimpunan dan pengelolaan lembaga wakaf uang di Baitulmaal Muamalat (BMM). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif dengan metode deskriftif, yaitu dengan mengumpulkan data-data aktual dengan melaksanakan studi kepustakaan dan beberapa literature tertulis.
Kesimpulan penelitian ini adalah: Pertama, Penghimpunan wakaf uang pada Baitulmaal Muamalat kurang efektif. Faktanya, kenaikan jumlah dana wakaf uang yang terhimpun tidak terjadi secara terus menerus bahkan cendrung menurun, yakni pada tahun 2008 dana wakaf uang yang terhimpun sebesar Rp.42.431.091.- dan tahun 2009 dana wakaf uang yang terhimpun hanya sebesar Rp.13.129.595.- Kedua,
Pengelolaan wakaf uang Baitulmaal Muamalat kurang efektif. Faktanya, penambahan hasil pengelolaan dana wakaf yang dikelola relatif masih kecil dan tidak terjadi kenaikan secara siknifikan. Yaitu tahun 2008 penambahan hasil wakaf sebesar Rp. 9.395.275,- dan tahun 2009 penambahan hasil wakaf hanya sebesar Rp. 2.253.769,-.
Kata Pengantar
ﻢﻴﺣﺮﻟا
ﻦﻤﺣﺮﻟا
ﷲا
ﻢﺴﺑ
Al-hamdulillah segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan berbagai ragam kenikmatan dan kekuatan, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada sang pejuang Islam dan suri tauladan umat manusia, yaitu baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya dan sahabatnya yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk mempertahankan agama Allah.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa ridho dari Allah SWT serta bantuan tenaga maupun Do'a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ayahanda Aswan (Alm) dan Ibunda Juriyah tercinta yang senantiasa ikhlas dan sabar dalam mengarungi pahit getirnya perjuangan hidup demi kelangsungan pendidikan penulis dan juga yang telah memberikan Do'a restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
2. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Amin Suma, MA. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum. 4. DR. Euis Amelia, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah yang selalu
memberikan dukungan dan motivasi untuk penyusunan skripsi ini.
meluangkan waktunya, kesabaran dan keikhlasannya telah membimbing, memberikan saran masukan serta mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
7. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, SH. MA selaku Ketua Program Non Reguler dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag. selaku Sekretaris Program Non Reguler beserta staf Program Non Reguler Fida dan Fi’i yang telah memberikan pelayanan akademik serta membina penulis selama melaksanakan pendidikan di Program Non Reguler Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syahid Jakarta.
8. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, khususnya Jurusan Perbankan Syariah yang dengan ketulusan dan kesabaran telah berbagi ilmu pengetahuan serta pengalaman yang berharga kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
9. Ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Bapak Harun Asfar Selaku mantan Dekan Fakultas Dakwah, Ibu An Aliyah, Mas Fadil, Mas Laling, Ka Leni, Danial Vanderas dan Sarif (Udin) yang telah sabar membimbing, memberikan arahan motivasi dan meluangkan waktu dan pikirannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Direktur BMM (Bapak. Bambang Kusnadi), Ibu.Yayan selaku Bag.Administrasi dan Keuangan. Ibu. Narti selaku Staf Muamalat Institut dan Bapak Yayan
Daryunanti selaku Manajer Administrasi, yang baik hati telah memberikan suport dan memberikan data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
11.Pimpinan Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Muamalat Institut yang telah rela bersedia memberikan layanan dengan baik dan tersedianya buku-buku yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Teman-teman Jurusan Perbankan Syariah Program Non Reguler Ade, Romi, Orkhan Thorik, Jamal, Fuad, Ojie, Randi, Musadad, fuji yang telah bersama-sama dalam berjuang menuntut ilmu dan tak lupa pula, seluruh teman-teman Fakultas Syariah dan Hukum Program Non Reguler angkatan 2002, Apip, Komeng, Nurul dan semuanya...
13.Teman-teman SEMARI Banten dan IKAPDH cab Jakarta, Ilham Syaputra, Erdiansyah, Supriyadi, Heri Damhudi, Herika Marlinda, Afifah Aini, Harianto Arbi, Wahyu, Hafidz, Karyono, Sukasih Nur. Serta teman-teman angkringan Ulum, Fery, Hendrik, Rohib, Feni, Ely, Halsa, Fi’i, Nandar dan masih banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, yang selalu setia menemani, memberikan motivasi dan dorongan sehingga terselesaikan skripsi ini, yang tidak akan pernah penulis lupakan.
14. Tambatan hatiku Susanti dan seluruh keluarga besar, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas ketulusan hatinya, kesabaran dalam
vi
tantangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT akan selalu melindungi, meridhoi dan memberikan balasan yang lebih besar kepada kalian semua. Akhirnya semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat buat kita semua.
Ciputat, September 2010
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... vii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 9
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 9
D. Metode Penelilitian ... 11
E. Kerangka Teori... 9
F. Tinjauan Pustaka……… ... 13
G. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II : LANDASAN TEORI A. Penghimpunan Wakaf Uang ... 17
1. Pengertian Penghimpunan... 17
2. Metode Penghimpunan ... 18
3. Unsur-Unsur Penghimpunan... 20
B. Pengelolaan Wakaf Uang... 22
1. Pengertian Pengelolaan ... 22
2. Pengelolaan Wakaf Secara Profesional... 23
3. Dasar Hukum Wakaf Uang ... 32 4. Rukun dan Syarat Wakaf Uang... 34 5. Tujuan dan Manfaat Wakaf Uang ... 36 BAB III : MEKANISME PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN
WAKAF UANG BAITULMAL MUAMALAT
A. Sejarah Berdirinya Baitul Mal Muamalat ... 38 B. Struktur dan Mekanisme Kerja Baitul Mal Muamalat... 41 C. Mekanisme Penghimpunan Wakaf Uang Pada Baitulmal
Muamalat ... 48 D. Mekanisme Pengelolaan Wakaf Uang pada Baitul Mal
Muamalat. ... 49 BAB IV : ANALISA PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN
WAKAF UANG BAITULMAL MUAMALAT
A. Efektifitas Penghimpunan Wakaf Uang Terhadap Penambahan Jumlah Dana Wakaf pada Baitulmal Muamalat... 54 B. Efektifitas Pengelolaan Terhadap Penambahan hasil Wakaf
pada Baitulmaal Muamalat ... 58
ix BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 65 B. Saran-Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA………. 68
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sejak terjadinya krisis multi dimensi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, peranan wakaf menjadi semakin penting sebagai salah satu instrumen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesadaran berwakaf menjadi perekat sosial bangsa Indonesia.1 Karena itu institusi wakaf dapat dikategorikan sebagai amal jariyah yang pahalanya tidak pernah putus, wakaf sangat berperan penting dalam pengembangan kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi dan kebudayaan masyarakat seperti telah banyak mempasilitasi para sarjana dan mahasiswa dengan berbagai sarana dan prasarana yang memadai untuk melakukan riset dan pendidikan, sehingga dapat mengurangi ketergantungan dana pada pemerintah.2
Perkataan waqf, yang menjadi wakaf di dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata kerja bahasa Arab waqafa yang berarti menghentikan, wakaf secara harfiyah berarti berhenti, menahan, atau diam.3 Secara teknis syariah, wakaf sering kali diartikan sebagai aset yang dialokasikan untuk kemanfaatan umat di
1
Sumuran Harahap dan Nasaruddin Umar, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf “Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakaf Islam”, 2006), ed ke-3, h.1
2
Ibid., h.39
3
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, (Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1988), h. 80
2
mana substansi atau pokoknya ditahan, sementara manfaatnya boleh dinikmati untuk kepentingan umum.4
Secara administratif wakaf dikelola oleh nadzir orang atau badan yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sebaik-baiknya sesuai dengan wujud dan tujuannya, Contoh yang paling klasik dari wakaf adalah tanah yang mana tanah itu atau benda itu tidak boleh dijual atau dialih tangankan selain untuk kepentingan umat, yang diamanahkan oleh waqif kepada nadzir waqaf.5
Wakaf sangat dianjurkan dalam Islam, karena sangat potensial untuk lebih dikembangkan guna membantu orang-orang fakir dan miskin bahkan wakaf menjadi modal untuk membangun lembaga pendidikan, membangun perpustakaan dan membayar gaji para stafnya.
Praktik wakaf dikenal sejak awal Islam, bahkan masyarakat sebelum Islam telah mempraktikan sejenis wakaf, tapi dengan nama lain bukan wakaf antara lain ialah praktik-praktik sosial seperti halnya praktik menderma sesuatu dari seseorang demi kepentingan umum. Karena praktik sejenis wakaf telah ada pada masyarakat sebelum Islam, tidak terlalu menyimpang kalau wakaf dikatakan sebagi kelanjutan dari praktik masyarakat sebelum Islam. Sedang wakaf tunai mulai dikenal pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir.6
4
Efri Syamsul Bahri, “Peranan Wakaf Tunai Dalam Pembangunan,”Artikel Diakses pada tanggal 11 Maret 2009 dari (http.gratis45.com).
5
Mohammad Daud Ali, System Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, h.91 6
Wakaf merupakan amalan yang terkandung dalam Islam yang menghendaki agar harta wakaf itu tidak boleh hanya dipendam tanpa hasil yang akan dinikmati oleh mauquf ‘alaih. Semakin banyak hasil harta wakaf yang dapat dinikmati orang, akan semakin besar pula pahala yang akan mengalir kepada pihak waqif. Berdasarkan hal tersebut, dari sisi hukum fiqih, pengembangan harta wakaf secara produktif merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh pengelola (nadzir).7
Di Indonesia, peraktek wakaf uang mulai dikenal setelah dikeluarkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tanggal 11 Mei 2002 tentang wakaf dan diperkuat dengan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004. Padahal didalam catatan sejarah Islam wakaf uang telah diamalkan sejak abad kedua Hijrah. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Imam Al Zuhri (wafat 124 H) menganjurkan wakaf dinar atau dirham (uang) untuk pembangunan dakwah sosial dan pendidikan umat. Caranya adalah dengan menjadikan uang wakaf tersebut sebagai modal usaha dan investasi yang abadi dan menyalurkan keuntungan yang dihasilkan sebagai dana wakaf.8
Bahkan, pada abad kedelapan H, pernah dilaporkan oleh Muhammad, yaitu putera dari Abdullah Al Ansari, yang merupakan sahabat zufar, bahwa dirham (uang) boleh diwakafkan dengan memutarkan uang wakaf tersebut
7
Mustofa Edwin Nasution dan Uswatun Hasanah, Wakaf Tunai Inovasi FinanSial Islam, (Jakarta: Universitas Indonesia Press),h.95
8
4
sebagai modal abadi dalam bentuk investasi. Hasilnya boleh diwakafkan untuk tujuan amal.
Perlu diketahui potensi wakaf di Indonesia saat ini sungguh sangat luar biasa, oleh karena itu banyak lembaga-lembaga wakaf melakukan Inovasi atau terobosan yang konsen atau fokus dalam penghimpunan dan pendistribusian wakaf diantaranya adalah Baitulmal Muamalat (BMM).
Baitulmaal Muamalat adalah sebuah Lembaga Amil Zakat Plus yang ruang lingkup kegiatannya meliputi pemberdayaan terhadap masyarakat fakir dan miskin melalui pendayagunaan zakat, infak, shadaqah dan wakaf. Baitulmaal Muamalat sebelumnya merupakan bagian dari Bank Muamalat Indonesia sebagai divisi / unit Lembaga Keuangan Syairiah (LKS) ini di bentuk untuk menangani berbagai masalah sosial kemanusiaan, khususnya di lingkungan Bank Muamalat Indonesia, dengan sumber dana utamanya berasal dari dana zakat para karyawan dan zakat perusahaan Bank Muamalat Indonesia.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis sangat tertarik dan ingin menuangkannya dalam bentuk tulisan, oleh sebab
itu skripsi ini penulis beri judul: “
EFEKTIFITAS PENGHIMPUNAN
DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG PADA BAITULMAAL
MUAMALAT (BMM)”
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah :
Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan batasan-batasan dari masalah penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi, faktor mana saja yang tidak termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian.9
Dalam penelitian ini, karena masalah yang akan diteliti cukup luas oleh karena itu penulis memberi batasan yaitu, efektifitas penghimpunan dan pengelolaan wakaf uang pada Baitulmaal Muamalat (BMM).
2. Perumusan Masalah :
Agar mempermudah dalam penyusunan skripsi ini, maka perlu kiranya dirumuskan beberapa permasalah sebagi berikut :
a. Bagaimana efektif penghimpunan wakaf uang terhadap penambahan jumlah dana wakaf di Baitulmaal Muamalat?
9
6
b. Bagaimana efektif pengelolaan wakaf uang terhadap penambahan hasil wakaf di Baitulmaal Muamalat ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian sudah barang tentu memiliki tujuan dan manfaat. Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui efektifitas penghimpunan wakaf uang terhadap penambahan jumlah dana wakaf di Baitulmaal Muamalat.
2. Mengetahui efektifitas pengelolaan wakaf uang terhadap penambahan hasil wakaf di Baitulmaal Muamalat.
Adapun manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu : 1. Manfaat bagi Praktisi.
a. Sebagai bahan acuan dalam menentukan kebijakan di Baitulmaal Muamalat (BMM) khususnya dan badan-badan yang lain yang mengelola dana wakaf pada umumnya.
b. Sebagai tambahan literatur terutama yang berkaitan dengan masalah wakaf uang pada baitulmal muamalat.
c. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya mengenai wakaf uang. 2. Manfaat bagi Akademisi.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan referensi bagi masyarakat yang ingin menginvestasikan dananya kelembaga pengelolaan wakaf.
c. Sebagai kontribusi pemikiran bagi jurusan Perbankan Syariah Muamalat.
D. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian ini terbagi dalam beberapa cara, diantaranya adalah:
1. Metode Penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis metode deskriptif, yaitu metode untuk mengungkapkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan situasi atau peristiwa dari penelitian. Teknik pengumpulan datanya dengan cara, Penelitian Lapangan/ Survey, sedangkan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah : a. Observasi.
Observasi adalah pengamatan langsung yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala dan subjek yang diteliti.10
10
8
b. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara tatap muka antara penanya dengan responden, dan diharapkan dapat memberikan informasi yang benar yang berkaitan dengan topik penelitian.
c. Dokumentasi
Untuk melengkapi data-data yang ingin diperoleh, penulis melakukan penelitian dokumentasi yaitu dengan cara meneliti berbagai literatur baik itu berupa buku, majalah dan sumber yang lain seperti hasil laporan dari penelitian Baitulmaal Muamalat.
2. Waktu Dan Tempat Penelitian.
Penelitian ini akan dilaksanakan di BaitulMaal Muamalat yang bertempat di JL. Letjend S. Parman Kav. 56 Jakarta 11410, Telp.(021) 5326744 Fax.(021) 5326731. Gd. Dana Pension Telkom Lt.2. Adapun waktu pelaksanaannya dimulai dari bulan Januari 2009 sampai selesai.
3. Teknik Analisis Data.
4. Sumber Data.
Pada penyusunan skripsi ini, penulis akan mengambil data yang akan dijadikan subyek penelitian sebagi berikut :
a. Data primer adalah data lapangan yang didapat dari sumber pertama, seperti hasil wawancara dan observasi. Dalam data primer, peneliti atau observer melakukan sendiri observasi dilapangan. Pelaksanaan dapat berupa survey.11
b. Data sekunder adalah data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen yang menjadi data skunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, brosur, majalah dan bahan informasi lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian sebagai bahan penunjang penelitian.
E. Kerangka Teori
Untuk mempermudah tulisan ini ada beberapa hal yang perlu dijelaskan:
Pertama: Pengertian efektifitas, menurut Siagian, efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dana jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankanya. Efektifitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semangkin mendekati sasaran, berarti semangkin
11
10
tinggi efektifitasnya.12 Sementara itu menurut Fathoni “Efektifitas adalah pemanfaatan sumberdaya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya”.13
Kedua: Pengertian penghimpunan, dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan mengumpulkan, penghimpunan, pengerahan.14 Menghimpun dana merupakan sebuah proses, menggalang dana bukan sekedar meminta uang akan tetapi menjual ide dan meyakinkan pemberi, bahwa memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan akan dapat memberikan perubahan kepada masyarakat, dengan demikian pemberi akan menerima ide dan mau menyumbangkan hartanya untuk kepentingan masyarakat luas.15
Ketiga: Pengertian pengelolaan, dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pengelolaan berasal dari kata "kelola" yaitu mengendalikan, menyelenggarakan, mengurus.16 Dan didefinisikan juga pengelolaan adalah langkah-langkah yang dilakukan dengan cara apapun yang
12
Siagian, Sondang P, Kiat Meningkatkat Produktivitas Kerja, 2006, h.24
13
Fathoni, Analisa Efektifitas Kerja dalam sebuah Organisasi, 2003, h.92
14
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-9, hal. 612.
15
Michael Norton, Menggalang Dana, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Dan Kemitraan Untuk Perubahan Tata Pemerintahan Di Indonesia,2002), ed Pertama, h. 15
16
mungkin, guna untuk membuat data yang dapat dipergunakan bagi suatu maksud tertentu.17
Keempat: Pengertian wakaf Uang, wakaf uang dalam definisi Departemen Agama18 adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang. Dengan demikian, wakaf uang merupakan salah satu bentuk wakaf yang diserahkan oleh seorang wakif kepada nadzir dalam bentuk uang kontan. Hal ini selaras dengan definisi wakaf yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (2003: 85) tanggal 11 Mei 2002 saat merilis fatwa tentang wakaf uang.
Kelima: Baitulmaal Muamalat adalah sebuah Lembaga Amil Zakat Plus yang ruang lingkup kegiatannya meliputi pemberdayaan terhadap masyarakat fakir dan miskin melalui pendayagunaan zakat, infak, shadaqah dan wakaf. Baitulmaal Muamalat sebelumnya merupakan bagian dari Bank Muamalat Indonesia sebagai divisi / unit Lembaga Keuangan Syairiah (LKS) ini di bentuk untuk menangani berbagai masalah sosial kemanusiaan, khususnya di lingkungan Bank Muamalat Indonesia, dengan sumber dana utamanya berasal dari dana zakat para karyawan dan zakat perusahaan Bank Muamalat Indonesia.
17
Aliminsyah, Kamus Istilah Manajemen Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris. (Bandung: CV Yrama Widya,2004). h. 232
18
12
Dari beberapa penjelasan dan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan. Hal ini sangat mempengaruhi sistem penghimpunan dan pengolahan wakaf uang pada Baitulmaal Muamalat (BMM).
F. Tinjauan Pustaka
Adapun setelah penulis mengadakan kajian kepustakaan, penulis tidak menemukan judul yang sama. Namun ada beberapa penelitian yang hampir sama, diantaranya:
1. Skripsi berjudul ”Strategi Penghimpunan, Pengelolaan Dan Pengembangan Harta Wakaf Di Majlis Wakaf Dan ZIS Pimpinan Cabang Muhammadiyah Rawamangun Pulo Gadung” yang ditulis oleh Ikhsanuddin Fadhillah, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Muamalat ( Ekonomi Islam), NIM 203046101708. Pada skripsi ini membahas tentang, Analisis Terhadap Strategi Penghimpunan, Pengelolaan Dan Pengembangan Harta Wakaf Pada Majlis Wakaf Pimpinan Cabang Muhammadiyah Rawamagun Pulo Gadung.
membahas tentang, Landasan Hukum Wakaf Uang Dan Menganalisa Aplikasi Wakaf Uang Di Lembaga Amil Zakat Dhompet Dhuafa Dan Pos Kepedulian Peduli Umat.
3. Skripsi berjudul ”Efektivitas Pengelolaan Dan Pemberdayaan Wakaf Tunai Pada Tabung Wakaf Indonesia (TWI)” yang ditulis oleh Idik Komarudin, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam, NIM 103044228110. Pada skripsi ini membahas tentang, Pengelolaan Dan Pemberdayaan Wakaf Tunai Pada Tabung Wakaf Indonesia Dengan Ketentuan Yang Diatur Oleh Undang-Undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
Berbeda dengan Karya ilmiah di atas, bahwa penelitian yang akan penulis
lakukan dengan judul “
Efektifitas Penghimpunan Dan Penegelolaan
Wakaf Uang Pada Baitulmaal Muamalat (BMM)”.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, adapun pembahasannya secara rinci adalah sebagi berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
14
penelitian, metodelogi penelitian , kerangka teori, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Menjelaskan kerangka teoritis mengenai :A. Penghimpunan yang terdiri dari: Pengertian, Penghimpunan, Metode-metode Penghimpunan, Unsur-unsur Penghimpunan B. Pengelolaan yang terdiri dari: Pengertian Pengelolaan, Pengelolaan Wakaf Secara Profesional C. Wakaf Uang yang terdiri dari: Pengertian Wakaf Uang, Sejarah Wakaf Uang, Dasar-dasar wakaf uang, Rukun dan Syarat Wakaf Uang.
BAB III : MEKANISME PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN
WAKAF UANG PADA BAITULMAL MUAMALAT
Sejarah berdirinya Baitulmaal Muamalat, Struktur dan mekanisme Kerja Baitulmal Muamalat, Mekanisme Penghimpunan dan wakaf uang pada Baitulmaal Muamalat, Mekanisme Pengelolaan Wakaf Uang pada Baitulmaal Muamalat.
BAB IV : ANALISA PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG PADA BAITULMAL MUAMALAT
BAB V : PENUTUP
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penghimpunan Wakaf Uang 1. Pengertian Penghimpunan
Penghimpunan dana dalam kamus Indonesia-Inggris adalah
Fund-Raising, sedangkan orang yang mengumpulkan dana disebut Fand-Raiser.1
Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan
pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan mengumpulkan, penghimpunan,
pengerahan.2
Menghimpun dana merupakan sebuah proses, menggalang dana bukan
sekedar meminta uang akan tetapi menjual ide dan meyakinkan pemberi,
bahwa memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan akan dapat
memberikan perubahan kepada masyarakat, dengan demikian pemberi akan
menerima ide dan mau menyumbangkan hartanya untuk kepentingan
masyarakat luas.3
Dalam prinsip penghimpunan dalam Perbankan Syariah yang dikenal
dengan perinsip Wadiah, dan prinsip Mudharabah, dari hasil penghimpunan
itu pengelola dana mempunyai tanggung jawab penuh sehingga pemilik dana
1
Peter Salim, Salim’s Nith Collegiate English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: Erlangga), h. 20
2
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-9, hal. 612.
3
Michael Norton, Menggalang Dana, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Dan Kemitraan Untuk Perubahan Tata Pemerintahan Di Indonesia,2002), ed Pertama, h. 15
tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan dana, sehinga yang mengetahui
hasil usaha penghimpunan dana adalah penghimpun atau yang dikenal dengan
Fand-Reiser .4
Sebagai lembaga Financial Intermediary, salah satu kegiatan
utamanya adalah melakukan penghimpunan dana. Secara umum
penghimpunan dana dapat diartikan sebagai aktivitas perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian terhadap dana yang diperoleh dari masyarakat.5
2. Metode Penghimpunan
Melaksanakan kegiatan penghimpunan dana, banyak metode dan teknik yang dapat dilakukan. Adapun yang dimaksud metode disini adalah
suatu bentuk kegiatan yang khas yang dilakukan oleh sebuah organisasi dalam
rangka menghimpun dana dari masyarakat.6 Metode ini pada dasarnya dapat
dibagi kepada dua jenis, yaitu langsung “mudharabah”(Direct Fundraising)
dan tidak langsung“wadiah”(Indirect).
Diantaranya adalah:
a. Metode Penghimpunan Langsung “mudharabah” (Direct Fundraising)
Metode ini merupakan perjanjian atas suatu jenis dimana pihak pertama
menyediakan dana dan pihak kedua bertanggung jawab atas pengelolaan.7
4
Wiroso, Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT.Grasindo, 2005), h. 19-20
5
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transakasi Perbankan Syari’ah, (Jakarta: Zikrul Hikam, 2003), h. 93
6
Wiroso, Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, h.137
7
18
Yang dimaksud dengan metode ini adalah metode yang
menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi
wakif secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk penghimpunan dimana
proses interaksi dan daya akomodasi terhadap respon wakif bisa seketika
(langsung) dilakukan.8
b. Metode Penghimpunan Tidak Langsung “wadiah” (Indirect fundraising)
Metode ini diartikan sebagai titipan dari satu pihak kepihak lain.9 Suatu
metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang tidak
melibatkan partisipasi wakif secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk
fundraising dimana tidak dilakukan dengan memberikan daya akomodasi
langsung terhadap respon wakif seketika, sebagai contoh dari metode ini
adalah: advertorial, image compain dan penyelenggaraan Event, melalui
perantara, menjalin relasi, melalui referensi, dan mediasi.10
Pada umumnya sebuah lembaga melakukan kedua metode fundraising
(langsung atau tidak langsung). Karena keduanya memiliki kelebihan serta
tujuannya sendiri. Metode fundraising langsung sangat diperlukan, karena
tanpa metode langsung, wakif akan kesulitan untuk mendonasikan dananya.
Sedangkan jika semua bentuk fundraising dilakukan secara langsung, maka
8
Ibid., h.134 9Ibid., h.20
10
tampak akan menjadi kaku dan fleksibel, oleh karena itu semua lembaga harus
pandai-pandai mengkombinasikan metode tersebut.11
3. Unsur-Unsur Penghimpunan
Penghimpunan adalah proses mempengaruhi masyarakat untuk
berwakaf dan dalam pelaksanaannya meliputi unsur-unsur berikut: Analisis
kebutuhan, segmentasi, identifikasi profil wakif, produk, harga biaya
transaksi, dan promosi.12
a. Analisis kebutuhan
Analisis kebutuhan meliputi: Kesesuaian dengan syariat, Laporan
dan pertanggung jawaban, Manfaat bagi kesejahteraan umat, Pelayanan
yang berkualitas\ Silaturrahmi dan komunikasi
b. Segmentasi Calon Wakif/ Donatur
Segmentasi wakif sesuai undang-undang adalah perorangan,
organisasi, dan lembaga berbadan hukum. Tetapi di lihat dari sudut
pandang geografis juga dapat dilakukan misalnya dengan sigmentasi lokal,
regional, nasional, dan internasional. Di lihat dari sudut pandang
demografis misalnya menurut jenis kelamin, kelompok usia, status
11
Suparman IA, Bendahara Badan Wakaf Indonesia,” Manajemen Fundraising Dalam Penghimpunan Harta Wakaf ” (Bagian 2), Artikel diakses pada tanggal 5 April 2009 dari (http.bw-indonesia.net)
12
20
perkawinan, dan ukuran keluarga, Selanjutnya secara psikologis misalnya
status ekonomi, pekerjaan, gaya hidup, hoby, dll.
c. Identifikasi Profil Donatur/ calon wakif
Dalam hal ini sangat penting untuk mengetahui profil calon wakif
maupun calon donator serta biaya operasional pengelolaan harta benda
wakaf. Profil calon wakif perseorangan dapat berbentuk biodata atau CV,
untuk calon wakif organisasi atau lembaga hukum dalam bentuk company
profile lembaga.
d. Produk
Nazhir seyogyanya mempunyai satu atau beberapa produk wakaf
sesui perundangan yang akan ditawarkan kepada para calon wakif. Produk
ini mengacu kepada peruntunan wakaf sesuai perundang-undangan yang
berlaku.13 Berdasarkan uraian diatas nazhir yang akan melakukan
penghimpunan mengajak masyarakat untuk berwakaf, kemudian dana
wakaf yang terhimpun akan dikelola oleh Manajer Investasi Syariah,
seperti deposito, reksadana, obligasi yang manfaatnya akan digunakan
untuk aktivitas pemberdayaan masyarakat yang membutuhkan.14
13
Suparman IA, Bendahara Badan Wakaf Indonesia,” Manajemen Fundraising Dalam Penghimpunan Harta Wakaf ” (Bagian 2), Artikel diakses pada tanggal 5 April 2009 dari (http.bw-indonesia.net)
14
e. Harga
Harga dimaksudkan besaran nilai harta benda yang akan
diwakafkan atau kemampuan nazhir untuk mengelolanya. Misalnya untuk
Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai nazhir, dalam wakaf tunai dengan
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di empat Bank Syariah telah
disepakati minimal dengan harga/ nilai dua ratus lima puluh ribu rupiah
sampai satu juta rupiah dan seterusnya calon wakif dapat melaksanakan
ikrar wakaf uang.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian penghimpunan
sudah dilakukan secara benar dengan melibatkan semua unsur-unsur yang
berkaitan dengan tata cara penghipunan dana wakaf uang.
B. Pengelolaan Wakaf Uang 1. Pengertian Pengelolaan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pengelolaan berasal dari kata
"kelola" yaitu mengendalikan, menyelenggarakan, mengurus.15 Dan
didefinisikan juga pengelolaan adalah langkah-langkah yang dilakukan
dengan cara apapun yang mungkin, guna untuk membuat data yang dapat
15
22
dipergunakan bagi suatu maksud tertentu.16 Dan pengelolaan mempunyai
arti:
a. Proses, cara, perbuatan mengelola.
b. Poses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga
orang lain.
c. Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan
organisasi.
d. Proses yang membalikkan pengawasan pada semua hal yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.17
Oleh karena itu untuk mencapai pengelolaan dana wakaf yang efektif,
tidak akan tercipta tanpa adanya pengelolaan atau manajemen yang baik.
Suatu pengelolaan atu manajemen yang baik dapat dilaksanakan dengan
mengatur dan mengerahkan berbagi sumber daya yang sudah dirumuskan
menjadi 6M: Men (Manusia), Money (Uang), Material (Barang), Machine
(Mesin), Method (Metode), Market (Pasar) demi tercapainya suatu tujuan.18
2. Pengelolaan Wakaf Secara Profesional
16
Aliminsyah, Kamus Istilah Manajemen Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris. (Bandung: CV Yrama Widya,2004). h. 232
17
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 625
18
Pengeloaan wakaf secara profesional ditandai dengan pemberdayaan
potensi wakaf di masyarakat secara produktif yang meliputi beberapa aspek,
diantaranya :
a. Manajemen
Aspek manajemen merupakan salah satu aspek yang perlu
diperhatikan. Pengelolaan wakaf memerlukan sistem manajemen yang
terorganisir dengan baik untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan
pemberdayaan harta wakaf agar lebih produktif dan memperoleh hasil
yang baik.
Dari segi corak kepemimpinannya, Mempunyai Standar
operasional wakaf yang jelas, Sistem keuangan yang baik, baik dalam segi
akuntansi, maupun auditing, Kehumasan (pemasaran) wakaf, Pola
pemanfaatan hasil wakaf yang bersifat produktif, sistem kontrol dan
pertanggungjawaban yang kuat.19
b. Sumberdaya Manusia Kenazhiran
Kualifikasi profesiaonalisme nazhir secara umum menurut hukum
fiqih, yaitu beragama Islam, mukallaf (memiliki kecakapan dalam
melakukan perbuatan hukum), baligh (dewasa), aqil (berakal sehat),
19
24
memiliki kemampuan dalam mengelola wakaf (profesional), memiliki sifat
amanah, jujur, dan adil.20
c. Bentuk Wakaf Benda Bergerak
Langkah pengembangan bentuk wakaf benda bergerak merupakan
sebuah trobosan yang cukup signifikan dalam dunia perwakafan. Karena
wakaf benda bergerak seperti uang, saham atau surat berharga lainnya
merupakan variabel penting dalam pengembangan ekonomi.
d. Pola Kemitraan Usaha
Untuk mendukung keberhasilan pengelolaan wakaf secara
produktif. Salah satunya adalah dengan membentuk dan menjalin
kerjasama (networking) dengan lembaga-lembaga usah yang memiliki
reputasi baik dalam perekonomian, seperti :
1) Perusahaan Modal Ventura.
2) Lembaga Perbankan Syariah atau Lembaga Keuangan Syariah
lainnya sebagai pihak yang memiliki dana pinjaman.
3) Lembaga investasi usaha yang berbentuk badan usaha non lembaga
jasa keuangan.
4) Investasi perseorangan yang memiliki modal cukup.
5) Lembaga Perbankan Internasional yang cukup peduli dengan
pengembangn wakaf di Indonesia.
20
6) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yeng peduli terhadap
pemberdayaan ekonomi umat, baik dalam atau luar negeri.
Jalinan kerjasama ini tentunya memiliki komitmen bersama agar
harta wakaf yang strategis dapat diberdayakan untuk kepentingan
peningkatan keuntungan ekonomi.21
e. Undang-Undang Perwakafan.
Perundang-undangan tentang wakaf di Indonesia telah menjadi
persoalan yang cukup lama karena belum ada undang-undang yang secara
khusus mengatur masalah wakaf. Pada awalnya, perwakafan di Indonesia
diatur dalam PP No.28 Tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik dan
sedikit disinggung dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang
peraturan dasar pokok agraria. Namun karena keterbatasan cakupanya,
kedua peraturan perundang-undangan tersebut belum memberikan peluang
yang maksimal bagi pemberdayaan harta benda wakaf secara produktif
dan profesional.22
Pada tanggal 27 0ktober 2004, muncul Undang-Undang No. 41
tentang wakaf. Undang-undang ini memiliki beberapa substansi tentang
wakaf yang sifatnya lebih menyeluruh dan merupakan penyempurnaan
dari beberapa peraturan perundang-undangan wakaf yang sudah ada,
21
Ibid.,h.104
22
26
dengan melengkapi hal-hal baru sebagi upaya pemberdayaan wakaf secara
produktif dan profesional.23
Kemudian keberadaan peraturan perundang-undangan wakaf
semakin dilengkapi dengan adanya peraturan pemerintah No. 42 Tahun
2006 tentang pelaksanaan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang
wakaf yang memperjelas dan memperinci berbagai aspek dan tata cara
yang berkaitan dengan pelaksanaan wakaf.24
C. Wakaf Uang
1. Pengertian Wakaf Uang
Wakaf uang merupakan terjemahan langsung dari istilah Cash Waqf
yang populer di Bangladesh, tempat A. Mannan menggagas idenya. Dalam
beberapa literatur lain, Cash Waqf juga dimaknai sebagai wakaf tunai. Hanya
saja, makna tunai ini sering disalahartikan sebagai lawan kata dari kredit,
sehingga pemaknaan cash waqf sebagai wakaf tunai menjadi kurang pas.
Untuk itu, dalam tulisan ini, cash waqf akan diterjemahkan sebagai wakaf
uang, kecuali jika sudah termaktub dalam hukum positif dan penamaan
produk, seperti Sertifikat Wakaf Tunai.
23
Achmad Djunaidi dan Thobib Al-Asyahar, Menuju Era Wakaf Produktif, Jakarta: mitra abadi perss, 2006, h.89
24
Selanjutnya, wakaf uang dalam definisi Departemen Agama25 adalah
wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan
hukum dalam bentuk uang. Dengan demikian, wakaf uang merupakan salah
satu bentuk wakaf yang diserahkan oleh seorang wakif kepada nadzir dalam
bentuk uang kontan. Hal ini selaras dengan definisi wakaf yang dikeluarkan
oleh Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (2003: 85) tanggal 11 Mei 2002
saat merilis fatwa tentang wakaf uang.
Dalam definisi di atas, wakaf tidak lagi terbatas pada benda yang tetap
wujudnya, melainkan wakaf dapat berupa benda yang tetap nilainya atau
pokoknya. Uang masuk dalam kategori benda yang tetap pokoknya. Dengan
demikian, definisi MUI di atas memberikan legitimasi kebolehan wakaf uang.
2. Sejarah Wakaf Uang
Praktik wakaf telah dikenal sejak awal Islam. Bahkan, masyarakat
sebelum Islam pun telah mempraktikkan sejenis wakaf, tapi dengan nama
lain, bukan wakaf. Karena praktik sejenis wakaf telah ada sebelum Islam,
tidak terlalu menyimpang kalau kemudian dikatakan bahwa wakaf adalah
kelanjutan dari praktik masyarakat sebelum Islam.26 Dalam catatan sejarah
Islam, wakaf tunai sudah dipraktikkan sejak awal abad kedua hijriyah.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari (t.th./IX: 330),[4] bahwa imam al-Zuhri (w. 124
H) salah satu ulama terkemuka dan peletak dasar tadwin al-hadis
25
Djunaidi, Achmad (et.al.) 2007a, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat Departemen Agama RI.
26
28
memfatwakan, dianjurkannya wakaf dinar dan dirham untuk pembangunan
sarana sosial, dakwah, dan pendidikan umat Islam. Adapun caranya adalah
dengan menjadikannya uang tersebut sebagai modal usaha kemudian
menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf.
Wakaf uang juga dikenal pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir. Pada
masa itu, perkembangan wakaf sangat menggembirakan. Wakaf tidak hanya
sebatas pada benda tidak bergerak, tapi juga benda bergerak semisal wakaf
uang. Tahun 1178, dalam rangka menyejahterakan ulama dan kepentingan
misi madhab Sunni, Salahuddin al-Ayyubi menetapkan kebijakan bahwa
orang Kristen yang datang dari Iskandaria untuk berdagang wajib membayar
bea cukai. Tidak ada penjelasan, orang Kristen yang datang dari Iskandaria itu
membayar bea cukai dalam bentuk barang atau uang. Namun lazimnya, bea
cukai dibayar dalam bentuk uang. Uang hasil pembayaran bea cukai itu
dikumpulkan dan diwakafkan kepada para fuqaha’ dan para keturunannya.27
Selain memanfaatkan wakaf untuk kesejahteraan masyarakat seperti
para ulama, dinasti Ayyubiyyah juga memanfaatkan wakaf untuk kepentingan
politiknya dan misi alirannya, yaitu madhab Sunni, dan mempertahankan
kekuasaannya. Dinasti Ayyubiyah juga menjadikan harta milik negara yang
berada di baitul mal sebagai modal untuk diwakafkan demi perkembangan
27
madhab Sunni untuk menggantikan madhab Syi’ah yang di bawah dinasti
sebelumnya, yaitu Fatimiyah28.
Salahuddin al-Ayyubi juga banyak mewakafkan lahan milik negara
untuk kegiatan pendidikan, seperti mewakafkan beberapa desa untuk
pengembangan madrasah mazhab asy-Syafi’i, madrasah madhab Maliki, dan
mazhab Hanafi dengan dana melalui model mewakafkan kebun dan lahan
pertanian, seperti pembangunan madrasah mazhab Syafi’i dan kuburan Imam
Syafi’i dengan cara mewakafkan kebun pertanian dan pulau al-Fil.29
Di era modern ini, wakaf uang yang menjadi populer berkat sentuhan
piawai dengan berdirinya sebuah lembaga yang ia sebut Social Investment
Bank Limited (SIBL) di Bangladesh yang memperkenalkan produk Sertifikat
Wakaf Tunai untuk yang pertama kali di dunia. SIBL mengumpulkan dana
dari para aghniya’ (orang kaya) untuk dikelola secara profesional sehingga
menghasilkan keuntungan yang dapat disalurkan kepada para Mustadh’afin
(orang fakir miskin).30
Melihat Perkembangan pengelolaan wakaf di Indonesia mulai
diperhatikan secara serius oleh Majlis Ulama Indonesia (MUI) karena melihat
potensi wakaf uang yang sangat besar.31 Di Indonesi, kontroversi wakaf uang
ini telah dijawab oleh Majlis Ulama Indonesia (MUI), Pada Tanggal 11 Mei
28
Ibid
29
Ibid
30
Ibid
31
30
2002 M, Bertepatan dengan Tanggal 28 Shafar 1423 H. Majlis Ulam
Indonesia (MUI) menetapkan fatwa tentang wakaf uang yang meliputi :
a. Wakaf uang (Cash Wakaf) adalah wakaf yang dilakukan seseorang,
kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.
b. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
c. Wakaf Uang hukumnya jawaz (boleh).
d. Wakaf Uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
dibolehkan secara syar’i.
e. Nilai pokok Wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual,
dihibahkan atau diwariskan.32
Fatwa uang tersebut ditetapkan setelah memperhatikan :
a. Pendapat Imam Az-Zuhri bahwa mewakafkan dinar hukumnya boleh,
dengan cara menjadikan dinar tersebut sebagai modal usaha kemudian
keuntungannya disalurkan kepada mauquf’alaih.
b. Mutaqaddimin darai ulama mazhab hanafi yang membolehkan wakaf uang
dinar dan dirham sebagai pengecualian, atas dasar istihsan bil ‘urf.
c. Pendapat sebagian ulama mazhab Syafii : Abu Tsaur meriwayatkan dari
Imam Syafii tentang kebolehan wakaf dinar dan dirham (uang).
32
Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang sekelompok,
sekelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang
tunai.33
3. Dasar Hukum Wakaf Uang
Secara umum dasar hukum wakaf uang adalah bagian dari dasar
hukum wakaf yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist :
a. Al-Qur’an
Dalil yang menjadi dasar disyariatkannya ibadah wakaf bersumber
dari:
1) Ayat Al-Quran, antara lain:
)
ﺤ ا
/
22
:
77
(
“Hai orarang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”(Qs. Al-Haji(22):77)
Dan diayat lain dikatakan :
33
32
☺
⌧
)
لا
ناﺮ
/
3
:
92
(
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.”(Qs.Ali-Imran(3):92)Kemudian dikuatkan dengan ayat berikut, sebagai landasan hukum
wakaf uang :
☺⌧
☺
)
ةﺮ ا
/
2
:
261
(
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.(QS. Al-Baqarah(2)261).
Dalam ayat tersebut Allah SWT menyerukan kepada manusia untuk
berbuat kebajikan yaitu mewakafkan harta miliknya yang didasarkan pada hati
yang ikhlas semata-mata karena Allah, dan kasih sayang antara sesama.34
b. Al-Hadist
34
Selain dari ayat-ayat yang mendorong manusia berbuat baik untuk
kebaikan orang lain dengan membelanjakan (menyedekahkan) hartanya
tersebut diatas, menurut Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim
berasal dari Abu Hurairah :
ْ
أ
ه
ﻰ
ﺮ
ْﺮ
ة
ر
ﺿ
ﷲا
ْ
أ
ْن
ا
ﷲا
ﻰ
ْ
و
:
إذ
ا
تﺎ
ْا
أ
د
م
ْا
ﻄ
أ
ْ
ﺛ
ث
ﺪ
ﺔ
ﺎ
ر
ﺔ
أ
ْو
ْ
ْ
أ
ْو
و
ﺪ
ﺎ
ﺢ
ْﺪ
ْﻮ
)
اور
(
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “Apabila seseorang manusia telah meninggal, putuslah semua amalnya kecuali tiga perkara yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendo’akan kedua orang tuanya.” (H.R. Muslim) 35
Adapun hadist yang lain menyebutkan :
ْ
ﻰ
ﷲا
ْ
ﺪا
,
ﷲا
ﻰ
ْﺎ
ْا
ﻰ
ﺔ
)
ﺔ ﺎ
ا
اور
(
Artinya : “Barang siapa yang membangun masjid karena Allah, maka akan membangun tempat tinggal baginya di surga”(HR. Ibnu Majah)36
Kemudian dikuatkan dengan hadist berikut :
ا
ن
ﷲا
ﺎ
ﻰ
ْ
ا
لﺎ
ا
آ
ﺎ
نﺎ
ﺎﺧ
ﺎ
,
و
ْا
ﻐ
ﻰ
و
ْﻬ
)
ﺔ ﺎ
ﻰ ا
ئﺎ ا
اور
(
Artinya : “ Sesungguhnya Allah tidak menerima perbuatan seseorang tanpa dilandasi dengan keikhlasan” (HR. Imam Nasaai dari Abi Mamah)37
35
Imam Abu Al-Husaini Muslim Bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi Al-Naisaburi, Sahih Muslim,
(Beirut Dar Al-Fikri,1988), Cet Ke-1.h.75
36
As-Syahid Ahmad Al-Hasyim Baek, Mukhatarul Ahaist Annabawiyyah, Darul Ikhya Al-maktab Al-Arabiyah. Cet ke-6 1948. Hal.166
37
34
Dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi Saw diatas maka dapat dijalankan
legalitas hukum dalam wakaf uang, yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada
dan dapat mengacu pada Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan
diperkuat dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tanggal 11 Mei Tahun 2002.
4. Rukun Dan Syarat Wakaf Uang a. Rukun Wakaf Uang
Rukun artinya sudut, tiang penyangga, yang merupakan sendi
utama atau unsur pokok dalam pembentukan suatu hal. Tanpa rukun
sesuatu tidak akan tegak berdiri. Tanpa unsur itu, wakaf tidak dapat
berdiri. Oleh karena itu menurut jumhur, Mazhab Syafi’i dan Maliki serta
Hambali,rukun wakaf ada empat,yaitu :38
1) Wakif (orang yang mewakafkan hartanya)
2) Mauquf (harta yang diwakafkan)
3) Mauquf Alaih (tujuan wakaf)
4) Sighat Wakaf (pernyataan)
b. Syarat Wakaf Uang
Masing-masing rukun wakaf mempunyai syarat-syarat tertentu,
yaitu:
1. Syarat Waqif (orang yang mewakafkan)
38
Ulama menetapkan syarat-syarat perwakafan (waqif) sebagai
berikut:
a) Berakal yaitu orang yang mempunyai akal sehat, oleh sebab itu
tidaklah sah wakaf yang diberikan oleh orang gila.
b) Dewasa (balig), tidak akan sah perwakafan apabila wakaf
diberikan oleh anak kecil yang belum balig.
c) Tidak dalam tanggungan, karena boros dan bodoh.
d) Kemauan sendiri, bukan atas tekanan atau paksaan dari pihak
manapun.
e) Merdeka. 39
2. Syarat Mauquf (benda yang diwakafkan)
Para fuqaha sepakat bahwa barang atau harta yang diwakafkan
itu harus berupa barang yang kongkrit dan pasti, diketahui dan
betul-betul milik penuh bagi orang yang mewakafkannya.40
Adapun syarat sahnya suatu perwakafan benda atau harta
seseorang, adalah sebagi berikut :
a) Perwakafan benda itu tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu
saja, tetapi untuk selama-lamanya.
b) Tujuannya,seperti disebutkan diatas, harus jelas, tanpa
menyebutkan tujuannya secara jelas perwakafan tidak sah.
39
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, (Jakarta: IIMA,2003), h. 219
40
36
c) Wakaf harus segera dilaksanakan setelah ikrar wakaf dinyatakan
oleh waqif tanpa menggatungkan pelaksanaanya pada suatu
peristiwa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
d) Wakaf yang sah wajib dilaksanakan, karena ikrar wakaf yang
dinyatakan oleh waqif berlaku seketika dan untuk
selama-lamnya.41
5. Tujuan Dan Manfaat Wakaf Uang a. Tujuan Wakaf Uang
Tujuan dari penggalangan wakaf uang dari masyarakat antara lain
sebagi berikut.42
1) Membantu pihak yang miskin, baik miskin dalam arti ekonomi
maupun miskin tenaga.
2) Bertujuan untuk meningkatkan pembangunan keagamaan, seperti
pembangunan rumah ibadah, sarana pendidikan dan sarana sosial
lainnya.
3) Membentuk jiwa sosial ditengah-tengah masyarakat.
4) Mendidik manusia agar manusia mempunyai tenggang rasa terhadap
sesamanya.43
b. Manfaat Wakaf Uang
41
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, h. 84-87
42
Heri Sudarsono, Bank Dan Lembga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia, 2004), Ed ke-2, h. 264
43
Agar wakaf uang memberikan manfaat yang riil terhadap
masyarakat luas, seyogyannya lembaga pengelola wakaf uang
menggunakan manajemen yang profesional. Dengan demikian manfaat
yang akan dirasakan oleh masyarakat akan terasa adanya.44 Diantaranya
manfaat wakaf uang:
1) Menunjukan kepedulian dan tanggung jawab terhadap kebutuhan
masyarakat.
2) Keuntungan moril bagi wakif dengan mendapatkan pahala yang akan
mengalir terus menerus di dunia dan Akhirat.
3) Memperbanyak aset-aset yang digunakan untuk kepentingan umum
yang sesuai dengan ajaran islam.
4) Merupakan sumber dana potensial bagi kepentingan peningkatan
kualitas umat, seperti pendidikan, kesehatan, kesejahtraan ekonomi,
dakwah dan lain sebagainya.
5) Sebagai peluang amal sholeh untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
6) Sebagai instrumen penting dalam membangkitkan sistem ekonomi
umat Islam di Indonesi.45
44
Sumuran Harahap dan Nasaruddin Umar, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, h. 49
45
BAB III
MEKANISME PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG BAITULMAAL MUAMALAT (BMM)
A. Sejarah Berdirinya Baitulmaal Muamalat
Baitulmaal Muamalat adalah sebuah Lembaga Amil Zakat Plus yang ruang lingkup kegiatannya meliputi pemberdayaan terhadap masyarakat fakir dan miskin melalui pendayagunaan zakat, infak, dan shadaqah. Lembaga ini berkedudukan di Gedung Dana Pensiun Telkom Jl. Letjen S. Parman Kavling 55 Slipi Jakarta Barat. Baitulmaal Muamalat mulai dirintis oleh Bank Muamalat Indonesia sejak tahun 1994. Berawal dari keresahan beberapa orang yang peduli dengan Kondisi umat yang semakin terpuruk secara ekonomi. Kemudian tanggal 16 Juni 2000 Baitulmaal Muamalat diresmikan oleh Menteri Agama RI. Bapak Tolcha Hasan. Sesuai dengan Akta Yayasan Baitulmaal Muamalat No. 76 tanggal 22 Desember 2000 pasal 4 bahwa maksud dan tujuan yayasan adalah membantu pemerintah dalam usaha mensejahterakan kehidupan bangsa dengan memajukan bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.1
Dukungan dari pemerintah semakin nyata setelah Baitulmaal Muamalat dikukuhkan legalitasnya oleh Menteri Agama RI Kabinet Presiden Megawati Soekarno Putri, KH. Dr. Said Agil Munawar, sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional melalui Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 481/2001.
1
Baitulmaal Muamalat. Standar Operasional Perusahaan, (Jakarta, Baitulmaal Muamalat)
Hal ini semakin mendorong, memotivasi Baitulmaal Muamalat untuk terus melakukan pemberdayaan secara lebih komprehensif dan berkelanjutan kepada masyarakat, terutama pada saat ini masyarakat sangat membutuhkan peran serta semua pihak untuk mengembalikan kondisi perekonomian kearah yang lebih baik.2
Baitulmaal Muamalat sebelumnya merupakan bagian dari Bank Muamalat Indonesia sebagai divisi / unit Lembaga Keuangan Syairiah (LKS) ini di bentuk untuk menangani berbagai masalah sosial kemanusiaan, khususnya di lingkungan Bank Muamalat Indonesia, dengan sumber dana utamanya berasal dari dana zakat para karyawan dan zakat perusahaan Bank Muamalat Indonesia. Proses berdirinya Baitulmaal Muamalat hampir mirip dengan Muamalat Institute (MI). Keduanya merupakan lembaga yang dibentuk oleh Yayasan Penelitian, pengembangan dan penerapan Keuangan Syariah (YP3KS) yang juga dibentuk Bank Muamalat. Jika Muamalat Institute lebih berkonsentrasi pada bidang pendidikan dan penelitian serta pengembangan lembaga syariah, Baitulmaal Muamalat lebih kepada peran sosial.3
Berdirinya Baitulmaal Muamalat didorong oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu adanya pertimbangan pengurusan masalah sosial dan juga perlunya pengelolaan zakat secara indepeden. Sedangkan faktor eksternal adalah karena adanya UU No. 38 Tahun
2
Baitulmaal Muamalat, Empowering & Caring Sociey, (Jakarta, Baitulmaal Muamalat)
3
39
1999. Maka beberapa pimpinan Bank Muamalat Indonesia dan Divisi LKS Bank Muamalat Indonesia Yakni Bapak A. Riawan Amin, Ir. Suhaji Lestiadi, Wahyu Dwi Agung yang kemudian mendirikan Lembaga Zakat yang dinamakan Baitulmaal Muamalat. Baitulmaal Muamalat berhasil memperoleh pengakuan sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional melalui Surat Keputusan Menteri Agama No. 481 / 20 - 01. Setelah menjalani proses awal sebagai Lembaga Amil Zakat, Tahun 2001 pun dicanangkan sebagai Tahun Baitumaal Muamalat. Hal ini merupakan motivasi untuk menjadikan Tahun 2001 sebagai tonggak eksistensi Baitulmaal Muamalat di masyarakat.4
Baitulmaal Muamalat memiliki landasan kerja yang menjadi pedomannya dalam menjalankan aktivitas, yaitu :
a. Profesionalisme
Zakat dikelola dengan manajemen yang profesional dan transparan serta memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
b. Independen
Independen dalam membuat kebijakan yang berpihak pada rakyat serta mandiri dalam membangun dan mengembangkan organisasi
c. Amanah
Dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai Lembaga Amil Zakat, setiap insan Baitulmaal Muamalat akan menjunjung tinggi amanah yang diemban dengan penuh dedikasi dalam kerja serta memiliki integritas.
4
d. Sesuai Kaidah
Sesuai kaidah maksudnya adalah Baitulmaal Muamalat dalam beroperasinya berusaha sesuai dengan syariat Islam.5
Pada awal berdirinya Baitulmal Muamalat (BMM) lembaga ini melaksanakan program diantaranya dana Zakat, Infaq, Shodaqoh serta dana Wakaf. Dalam hal ini Baitulmal Muamalat belum memfokuskan kepada program wakaf uang, namun pelaksanaannya telah dilakukan sejak awal berdirinya lembaga ini.
Sejak disahkannya Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tanggal 11 Mei Tahun 2002 telah menetapkan Fatwa tentang Wakaf Uang dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Baitulmal Muamalat sendiri telah menghimpun dana wakaf sejak awal berdirinya lembaga ini. Akan tetapi perkembangannya belum menunjukkan kemaksimalan seperti lembaga-lembaga lainnya yang memfokuskan pada penghimpunan dana wakaf.
.
B. Struktur Dan Mekanisme Kerja Baitulmaal Muamalat
Struktur organisasi pada Baitulmaal Muamalat diciptakan menurut perkembangan kebutuhan setiap tahunnya. Oleh karena itu struktur organisasinya dapat berubah jika kebutuhan juga berubah. Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat kita ketahui bahwa struktur organisasi Baitulmaal Muamalat adalah
5
41
fleksibel, karena dapat berubah menurut perkembangan serta pengaruh dari pihak-pihak tertentu yang membutuhkannya. Jadi kebutuhan dalam menentukan struktur organisasi adalah mutlak dan fleksibel demi pelaksanaan kebutunan itu sendiri, khususnya dalam bidang usaha yang memerlukan tanggung jawab besar.
STRUKTUR ORGANISASI BAITULMAAL MUAMALAT6
DEWAN PERTIMBANGAN DEWAN PENGAWAS
DIREKTUR GENERAL MANAJER PENGHIMPUNAN & PENDAYAGUNAAN ADMINISTRASI & KEUANGAN 6
Baitulmaal Muamalat, Profil Baitulmaal Muamalat ( Jakarta, Diktat, T.P., T.Th.), h.137
43
Pembenahan dibidang struktur atau kelembagaan (organisasi) merupakan syarat mutlak atas keberhasilan dalam segala urusan. Lebih-lebih urusan yang berkaitan dengan masalah pengumpulan dan pendayagunaan dana, seperti halnya urusan zakat, infak/sedekah, dan wakaf. Karena itu sangat wajar apabila pengurusan memperoleh perhatian secara khusus, mengingat tugas ini tidak hanya menyangkut pertanggungjawaban yang bersifat duniawi, tetapi juga pertanggungjawaban ukhrowi, karena terkait langsung dengan salah satu rukun agama. Salah dalam mengambil kebijaksanaan, berarti harus siap-siap mempertanggungjawabkan langsung kepada Allah SWT, di hari akhir nanti dalam menghadapi Pengadilan Agung.
Adapun tugas dan wewenang pengurus dalam melaksanakan operasionalnya adalah:
1. Dewan Pertimbangan, mereka yang memberikan pembinaan dan masukan- masukan untuk pelaksanaan program.
2. Dewan Pengawas, mereka yang mengawasi jalannya program yang dilakukan oleh lembaga.
3. Direktur, mengetahui dewan pelaksanaan untuk merencanakan dan membagi tugas kepada setiap koordinator untuk - melaksanakan program yang telah ditetapkan.
4. General Manager / Kantor Pusat Operasional, tugasnya adalah:
b. Menetapkan program pendayagunaan dan penghimpunan yang telah disesuikan dan masing-masing bidang untuk diusulkan kepada direksi. c. Mengawasi pelaksanaan program pendayagunaan dan penghimpunan
yang menjadi tanggung jawabnya. 5. Administrasi Program, tugasnya adalah:
a. Merencanakan dan membuat program-program pendayagunaan yang memiliki nilai jual Baitulmaal Muamalat dan bersifat Nasional.
b. Mengkonsep dan membuat petunjuk pelaksanaan program tersebut ke perwakilan BMM Selindo.
c. Mengkoordinasikan atau mencatat seluruh pendayagunaan dan data mustahik BMM.
Wewenangnya adalah:
a. Mengajukan usulan program.
b. Merekomendasikan pihak lain dalam rangka membantu kelancaran tugas. 6. Sistem dan Teknologi, tugasnya adalah:
a. Membuat dan mengembangkan sistem informasi yang diperlukan guna menunjang profesionalisme operasional kerja BMM.
b. Membuat dan mengembangkan sistem informasi muzaki sebagai data base pendayagunaan dana ZIS BMM.
c. Membuat dan mengembangkan sistem informasi B-BMT. Wewenangnya adalah:
45
tugas-tugas yang sedang berjalan.
7. Penghimpunan dan Pendayagunaan, tugasnya adalah:
a. Kelancaran pelaksanaan program Penghimpunan dan Pendayagunaan sesuai target dan rencana yang telah ditetapkan.
b. Ketepatan waktu pelaporan dari masing-masing bidang Penghinlpunan dan Pendayagunaan.
c. Kelancaran laporan dan koordinasi kegiatan kepada Direksi. Wewenangnya adalah:
a. Membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan Penghinpunan maupun Pendayagunaan atas persetujuan Direktur.
b. Menyetujui dan menolak usulan dan kegiatan dari masing-masing bidang, baik Penghimpunan dan Pendayagunaan.
c. Mengembangkan potensi fungsi operasional. 8. Customer Care, tugasnya adalah:
a. Bersama-sama bidang pemasaran dan pendayagunaan KPO menyiapkan program kerja, jadwal kegiatan dan rencana keuangan (budget) masing-masing bidang kepada GIM.
b. Mengawasi perhimpunan yang diperoleh melalai rekanan di wilayah kerja Jakarta seperti BCA dan counter-counter BMI.
Wewenangnya adalah:
a. Meminta rekapitulasi penghimpunan dan pendayagunaan secara berkala. b. Mengusulkan format pelaporan berkala.
c. Mengajukan usulan materi publikasi yang berkaitan dengan pelaporan kepada muzaki yang berada di wilayah kerja Jakarta.
9. Administrasi, Keuangan dan Personalia, tugasnya adalah: a. Administrasi Keuangan
1) Mengatur dalam pelaksanaan dan penyelesaian tugas-tugas administrasi dan keuangan BMM unfuk mencapai kelancaran dan pertumbuhan kegiatan yang optimal.
2) Membuat dan melaksanakan rencana anggaran yang telah disetujui direksi.
3) Membuat anggaran. b. Administrasi Personali
1) Bertanggung jawab terhadap proses rekrutmen karyawan. 2) Bertanggung jawab atas kontrak kerja karyawan.
3) Bertanggung jawab atas kelengkapan file karyawan Wewenangnya adalah:
a. Mengusulkan kenaikan grade, gaji dan tunjangan berdasarkan persetujuan Direktur.
47
c. Memberikan informasi dan mengusulkan pengaturan penggunaan biaya-biaya di masing-masing wilayah kerja BMM.
Dari penjelasan diatas, struktur organisasi Baitulmaal Muamalat (BMM) sudah sangat memenuhi persyaratan yang baik, karna pada dasarnya struktur organisasi Baitulmaal Muamalat ini tidak dibawah Bank Muamalat Indonesia dan Baitulmaal Muamalat ini hanya sebuah Yayasan/ Lembaga Amil Zakat Nasional yang telah dikukuhkan oleh Menteri Agama RI, melalui Surat Keputusan Menteri Agama RI .No. 481/2001.
C. Mekanisme Penghimpunan Wakaf Uang pada Baitulmaal Muamalat
Menghimpun dana merupakan sebuah proses, menggalang dana bukan sekedar meminta uang akan tetapi menjual ide dan meyakinkan pemberi, bahwa memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan akan dapat memberikan perubahan kepada masyarakat, dengan demikian pemberi akan menerima ide dan mau menyumbangkan hartanya untuk kepentingan masyarakat luas.
Dalam prinsip penghimpunan dalam Perbankan Syariah yang dikenal dengan perinsip Wadiah, dan prinsip Mudharabah, dari hasil penghimpunan itu pengelola dana mempunyai tanggung jawab penuh sehingga pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan dana, sehinga yang mengetahui hasil usaha penghimpunan dana adalah penghimpun atau yang dikenal dengan Fand-Reiser.
dimana pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua bertanggung jawab atas pengelolaan, kedua: tidak langsung “Wadiah” (Indirect Fundrasing) yang diartikan sebagai titipan dari satu pihak kepihak lain.
Adapun dana yang digunakan oleh Baitulmaal Muamalat (BMM) di dalam melaksanakan program dan aktivitasnya antara laian:
1. Dana Zakat,Infaq, dan Shodaqah serta dana wakaf uang dari masyarakat perseorangan maupun lembaga.
2. Bantuan bersyarat dari intansi pemerintah, swasta dalam dan luar negeri. 3. Dana kemanusiaan, perseorangan ataupun perusahaan.
4. Dana sosial perusahaan, seperti dana sosial dari perusahaan Hutama Karya. 5. Proyek, seperti Program Peningkatan Kemandirian Ekonomi Rakyat (P2KER)
dan Dana Bergulir Syariah (DBS) dari kantor kementrian Negara koperasi dan UKM.7
D. Mekanisme Pengelolaan Wakaf Uang pada Baitulmaal Muamalat.
Dalam melaksanakan kewajibannya selaku Nazhir, Baitulmal Muamalat harus melakukan pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf yang dihimpunnya sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Ada dua cara mekanisme pengelolaan dana wakaf di Baitulmal Muamalat dia antaranya:
7
49
1. Program Baitulmaal Muamalat a. B-BMT
Program penguat Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS), sebagai bagian dari penguat institusi keuangan syariah. Garis program terdiri atas penguatan SDM, permodalan, dan sistem keuangan.
b. B-Community
Program pengembangan, komunitas dengan upaya pengembangan potensi ekonomi lokal. Pengembangan potensi ekonomi dengan memperhatikan Keunggulan kompetitif terdiri atas permodalan, pelatihan, penguatiin SDM. tunjangan kesehatan, pendidikan anak, hingga supervisi aspek pemasaran. Target akhir dari program ini adalah perubahan status dari mustahik menjadi muzakki.
c. B-Smart
Program beasisiwa bagi mahasiswa berprestasi yang dilengkapi dengan kurikulum pemberdayaan. Mahasiswa peserta program dilibatkan dalam program pemberdayaan Baitulmaal Muamalat. Melalui program ini diharapkan jarak interaksi antara kampus dan masyarakat dapat dikurangi sehingga muncul sense ofisicial responsibility.
d. B-Healt
bersifat subsidi diharapkan mampu menumbuhkan kepedulian terhadap muzaki/wakif.
e. B-Share
Program anak asuh dengan santunan manajemem. Berupa penanggungan biaya pendidikan dan kebutuhan belajar untuk siswa sekolah dasar hingga menengah umum. Baitulmaal berperan sebagai manager pendidikan dan mediator bagi anak asuh peserta program. Nilai lebih dari program ini adalah secara perlahan memindahkan ketergantungan anak asuh, dari individu kepada lembaga.
f. B-Care
Program penanggungan masalah sosial yang timbul sebagai dampak musibah dan bencana alam. Titik tekan pada pemulihan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan mendasar, dengan memancing partisipasi masyarakat. Program yang dimaksudkan sebagai pelengkap atas program sosial sejenis yang dikelola oleh pemerintah dan masyarakat.
2. Produk a. IB-Dinar
Keping emas Baitulmaal Muamalat yang menginspirasikan wacana pemurnian ekonomi dan kestabilan nilai tukar, berfungsi sebagai
51
b. Waqtumu
Wakaf Tunai Muamalat, sebuah ijtihad untuk memlasilitasi keinginan masyarakat berwakaf. Pilihan wakaf tunai tersedia dalam beberapa pecahan rupiah sperti contoh, RP.250,000,- sampai RP.1000,000 dan seterusnya. Dana tersebut disimpan pada Bank Muamalat, sementara Baitulmaal Muamalat berperan sebagai manager investasi.
c. B-Care
Kartu apresiasi bagi muzakki yang menyalurkan zakatnya secara rutin melalui Baitulmaal Muamalat. B-Care memiliki beberapa kelebihan seperti cover asuransi, merchant, dan sebagi kartu ATM yang dapat dipergunakan pada seluruh jaringan BMI dan BCA. kartunya bisa sebagai ATM ), sebagai kartu diskon.
d. B-Rice
e. B-Fresh
Air minum mineral yang diproduksi oleh Baitulmaal Muamalat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain sebagai investasi berskala mikro dalam sektor strategis, air minum tersebut merupakan bagian dari B-Community.
f. B-Family
Majalah keluarga yang berisi informasi seputar rumah tangga, pendidikan anak, kesehatan dan hobi. Dilengkapi pula dengar berita pemberdayaan dan laporan keuangan Baitulmaal Muamalat. B-Familiy