• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan bimbingan agama dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak Sekolah Alam Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan bimbingan agama dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak Sekolah Alam Depok"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ANAK DI SEKOLAH ALAM DEPOK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh :

INA NURUL LESTARI

NIM : 105052001747

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA

DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL

ANAK DI SEKOLAH ALAM DEPOK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh :

Ina Nurul Lestari NIM : 105052001747

Di bawah Bimbingan :

Drs. Azwar Chotib NIP. 19550501 198503 1006

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak di Sekolah Alam Depok” telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tanggal 9 Maret 2010, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 9 Maret 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Drs. M. Lutfi, MA Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA NIP: 19671006 199403 1006 NIP : 19710412 200003 2001

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. M. Lutfi, MA Nasichah, MA NIP: 19671006 199403 1006 NIP: 19671126 199603 2001

Pembimbing

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 Maret 2010 Penulis

(5)

Pelaksanaan Bimbingan Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak di Sekolah Alam Depok

Anak-anak adalah masa depan kita sendiri. Adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi setiap orang tua, bila memiliki anak-anak yang cerdas. Dengan generasi yang cerdas itu berarti kita telah memberikan masa depan yang cerah bagi mereka. Kecerdasan spiritual itu sangat penting dalam kehidupan apalagi dalam dunia pendidikan. Namun bila dilihat pada saat sekarang ini orang tua kurang memperhatikan mengenai kecerdasan spiritual (SQ) anaknya, sehingga bila dilihat kenyataan yang terjadi pada saat sekarang ini banyaknya anak-anak yang sukses tetapi dia tidak mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan bathin, walaupun ia mendapatkan kebahagiaan tersebut itupun hanya sementara. Permasalahan pokok penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan bimbingan agama dalam meningkatkan kecerdasan spiritual kecerdasan anak disekolah alam.

Adapun tujuan penulis membuat skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaam bimbingan agama dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak di sekolah alam depok, dan berhasil tidaknya bimbingan agama yang dilaksanakan di sekolah alam depok.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan pengamatan langsung yang dilakukan dengan wawancara kepada narasumber di sekolah alam depok.

Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis ialah pelaksanaan bimbingan agama cukup signifikan, hasil dari bimbingan agama ini cukup menunjukan ke arah yang positif. Para pembimbing yang bertugas dalam bimbingan ini berkewajiban memberikan bimbingan dalam upaya memecahkan masalah. Materi yang disampaikan bersumber dari Al-Qur’an, Al-Hadis, alam sekitar. Selain itu juga menggunakan media yang lainnya seperti selebaran fotocopy dan waktu yang digunakan setelah shalat dzuhur.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada allah SWT yang telah melimpahkan berbagai nikmat serta karunianya. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalu tercurah kapada Nabi Muhammad SAW yang semoga mampu menjadi tuntunan hidup dalam setiap langkah penulis.

Alhamdulillah, berkat dorongan dari semua pihak, maka skripsi ini yang berjudul “Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Anak di Sekolah alam Depok” dapat terselesaikan dengan baik. Dengan kerendahan dan ketulusan hati, penulis menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan menghaturkan terima kasih kepada semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Terutama kepada :

1. Bapak. Dr. H. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak. Drs. M. Lutfi, M. dan Sekertaris Jurusan Ibu Nasichah, MA. Yang telah memacu penulis untuk bangkit kembali melangkahkan kaki menuju cahaya.

3. Secara khusus penulis haturkan terima kasih kepada Bapak. Drs. Azwar Chotib, sebagai Dosen Pembimbing, atas ketulusan, kesabaran, dan kebaikan hatinya memotivasi dan membimbing dengan penuh keikhlasan di tengah kesibukannya.

(7)

penulis. Serta seluruh karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas dalam penulisan ini.

6. Kepala Sekolah Alam Depok yaitu Bapak Ir. Edi Frizal Darma, MT serta seluruh guru-guru di Sekolah Alam Depok. Yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian dan membantu dalam memperoleh informasi yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.

7. Orang tua penulis, Bapak. Maksum Umar (Alm) dan Ibu Hj. Mardiyah Mansyur, yang sudah merawat, membesarkan serta menyekolahkan penulis sampai saat ini. Serta kakak-kakak penulis yang sangat penulis sayangi Hayati Nufus, Darodjah Khairunissa, Lisa Prihatin dan kakak ipar penulis. Serta sepupu-sepupu penulis Dewi, Vivi, Wati, Bule, Bani, Arief dan yang lainnya. Atas dukungannya selama ini baik moril maupun materil. Dan juga kepada Raffi, Ryan, Dzaky yang selalu menghibur penulis di kala jenuh.

8. Keluarga besar BEM Jurusan BPI terutama angkatan 2005 (Yenni, Antie, Maya Mulya, Qori, Galuh, Via, Riri, Dwika, Wahyu, Laily, Astuti, M. Jaya Supriatna, Mualbar, Fitri, Pratiwi dan lainnya), serta sahabat-sahabat penulis di 3 Ipa yaitu Reni, Ari, Feri, Dedeh, Handi, Andri yang telah memberikan semangat kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.

(8)

iv

Alhamdulillah, akhirnya dengan segala keterbatasan penulis hanya dapat menyerahkan semuanya kepada Allah SWT untuk membalas kebaikan mereka yang telah membantu penulis. Mudah-mudahan dapat bermanfaat untuk penulis dan yang membacanya. Amin yaa Robbal alamin.

Jakarta, 9 Maret 2010

(9)

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI……….... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Pembatasan dan Perumusan masalah………. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 5

D. Tinjauan Pustaka………... 5

E. Metodologi Penelitian………. 6

F. Sistematika Penulisan………. 9

BAB II TINJAUAN TEORI A. Bimbingan Agama ……… 10

1. Pengertian Bimbingan Agama……… 10

2. Tujuan Bimbingan Agama……….. 13

3. Fungsi dan Prinsip Bimbingan Agama………….. 14

B. Kecerdasan Spiritual………. 16

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual……… 16

2. Kecerdasan Spiritual Anak………. 21

BAB III GAMBARAN UMUM SEKOLAH ALAM DEPOK A. Sejarah Berdirinya ………. 26

B. Visi dan Misi ………... 27

C. Struktur Organisasi ………... 28

D. Konsep dan Program ………. 28

E. Kurikulum……… 29

F. Sarana dan Prasarana ……… 32

(10)

v i

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Temuan Data………. 33

1. Deskripsi Responden……….. 33

2. Pelaksanaan Bimbingan Agama……… 34

3. Metode Bimbingan Agama……… 35

4. Faktor Pendukung dan Penghambat……… 39

B. Analisa Data……….……… 40

1. Penyajian Data……… 40

2. Analisis……… 53

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……… 56

B. Saran……….. 57

DAFTAR PUSTAKA

(11)

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan yang selalu berorientasi kepada kemajuan dalam bidang material telah melantarkan supra empiris manusia, sehingga terjadi pemiskinan rohaniyah dalam dirinya. Kondisi ini ternyata sangat kondusif bagi perkembangannya masalah-masalah pribadi dan sosial yang terekspresikan dalam suasana psikologis yang kurang nyaman, seperti, perasaan cemas dan perasaan terasing, serta terjadinya penyimpangan moral atau sistem nilai.

Sebagai dampak negatif dari kehidupan modern ini adalah semakin kompleksnya jenis-jenis dan syarat-syarat pekerjaan, jenis dan pola kehidupan, jenis dan kesempatan pendidikan, persaingan antar individu dan sebagainya. Dengan demikian individu dituntut untuk lebih mampu menghadapi berbagai masalah seperti masalah perencanaan dan pemilihan pendidikan, masalah-masalah keuangan dan masalah pribadi dan masalah tiu terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang agama yang dapat meningkatkan kecerdasan spiritualnya.

Betapa besarnya pengaruh kecerdasan spiritual dalam menunjang kesuksesan hidup seorang anak untuk mencapai kecerdasan spiritual yang lebih tinggi, yang berkembang dari individu masing-masing dan lingkungannya, yang mana untuk mencapai kematangan kecerdasan spiritual

(12)

2

sangat bergantung pada tingkat kesadaran baik secara individu maupun melalui proses pelatihan, pendidikan dan bimbingan yang continue.1

Untuk dapat menyeimbangkan emosi maka, spiritual sangat dibutuhkan dikarenakan dapat membantu kita dalam menyembuhkan dan membangun diri secara utuh, dan kecerdasan spiritual juga berkaitan dengan pemaknaan manusia terhadap setiap tindakan dan jalan hidup.

Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan, memegang peranan penting dalam mengembangkan kecerdasan intelektual tersebut, kurikulum sebagai perangkat pengajaran sangat memfokuskan pada peningkatan kecerdasan ini. Sebagai suatu lembaga pendidikan formal, sekolah bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri dimasyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya, kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu diantara kegiatan yang diberikan oleh sekolah, namun sesungguhnya kegiatan itu saja belum cukup memadai dalam menyiapkan agar siswa untuk terjun kemasyarakat dengan berhasil. Agar siswa mampu memecahkan masalahnya diperlukannya bimbingan agama dan kegiatan ekstrakurikuler yang lainnya termasuk tentang alam, yang dapat menambah wawasan dalam hal apapun dan juga meningkatkan kecerdasan spiritualnya.

Kebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi oleh anak yang terlihat dalam kehidupannya. Semakin rumit struktur lingkungannya semakin banyak dan rumit pula masalah yang dihadapi anak. Landasan religius bimbingan pada dasarnya ingin

1

(13)

menetapkan siswa sebagai mahkluk tuhan dengan segenap kemuliaannya, menjadi fokus sentral pelaksanaan bimbingan agama.

Oleh karena itu sekolah alam adalah salah satu wadah untuk mengembangkan pendidikan dan pengajaran dan dengan mudah membimbing dengan memberikan kegiatan belajar yang berbeda terhadap anak siswanya agar mampu berkembang dnegan keterampilan wawasan yang diterima disekolah itu dan mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia maupun akhirat. Dan sekolah alam ini juga mengembangkan potensi anak kembali fitrah, salah satunya dengan cara meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ).

Sekolah mampu dapat meningkatkan kecerdasan spiritual, hal tersebut perlu mendapat perhatian. Kecerdasan spiritual harus mendapat perhatian, dikaji dan diteliti, karena kecerdasan spiritual sangat menentukan mutu hasil kependidikan siswa, generasi muda dan penerus bangsa. Jika hal ini tidak mendapat perhatian maka siswa boleh jadi bisa menjadi pintar namun kering secara spiritual.

Pada kenyataannya banyak sekolah yang kurang memperhatikan persoalan kecerdasan spiritual siswa. Disamping itu ada pula sekolah yang cukup memperhatikan persoalan ini dengan mengadakan upaya-upaya tertentu, menangani persoalan-persoalan kecerdasan spiritual siswa, seperti Sekolah Alam Depok, dengan kegiatan bimbingan keagamaan.

(14)

4

sekolah alam depok, dan berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Kecerdsan Spiritual Anak Di Sekolah

Alam Depok”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Persoalan kecerdasan spiritual siswa sangat berhubungan, bisa dipengaruhi, ditentukan oleh banyak hal antara lain sebagai berikut :

1. Orang tua, karena orang tua sangat berpengaruh dalam kehidupan sang anak.

2. Lingkungan belajar. 3. Pemanfaatan waktu luang.

4. Kegiatan bimbingan yang dilakukan disekolah. 5. Dan sebagainya.

2. Pembatasan Masalah

Persoalan yang diteliti untuk skripsi ini dibatasi pada bimbingan agama (kegiatan bimbingan yang dilakukan disekolah alam depok) dalam kaitannya dengan kecerdasan spiritual siswa.

3. Perumusan Masalah

(15)

C. Tujuan dan Manfaat

Sesuai dengan perumusan masalah tersebut maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pelaksanaan bimbingan agama dalam meningkatkan kecerdasan spiritual.

3. Mengetahui berhasil atau tidaknya bimbingan agama disekolah alam depok dalam meningkatkan kecerdasan spiritual.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, memberikan wawasan keilmuan khususnya. Bimbingan dan Penyuluhan Islam, dan manfaat praktis yaitu dapat bermanfaat sebagai bahan masukan untuk pihak manapun. Dan dapat memberikan sumbangan bagi kajian-kajian konseling yang membahas tentang bagaimana informasi penelitian mengenai kecerdasan spiritual disekolah alam depok dapat terus berkembang dalam masyarakat.

D. Tinjauan Pustaka

(16)

6

Kecerdasan Spiritual Anak di Sekolah Alam. Sedangkan penulis menganalisa tentang Efektifitas Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di Sekolah Alam Depok.

Penulis memilih judul tersebut karena belum adanya judul yang mengemukakan tentang Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam meningkatkan Kecerdasan Spiritual Anak di Sekolah Alam Depok. Maka saya tertarik unutk meneliti hal tersebut, dikarenakan seluruh masyarakat dapat berdakwah atau belajar untuk meningkatkan kecerdasan spiritual dengan cara yang berbeda di sekolah alam ini. Demikian alasan penulis dalam mengajukan judul skripsi dengan judul Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di Sekolah Alam Depok.

E. Metodologi Penelitian

a. Pendekatan dan Metodelogi Penelitian

Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodelogi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu mode, jadi metodelogi penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraruran-peraturan yang terdapat dalam penelitian. Ditinjau dari sudut filsafat, metodelogi penelitian merupakan epitimologi penelitian yaitu yang menyangkut bagaimana mengadakan penelitian.2

Metode yang digunakan dalam metode ini adalah metode deskriptif. Menurut Winarto Surachman (1993 : 63) metode deskriptif adalah “suatu metode yang memiliki sifat menuturkan dan menafsirkan data

2

(17)

yang ada tentang suatu proses yang berlangsung”. Sedangkan metode pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy, J. Moleong, pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.3

Menurut Hesti R. Wijaya (1996) penelitian kualitatif akan lebih diuntungkan karena disannya lebih fleksibel dan berkembang dalam proses penelitiannya. Dan juga lebih bias menjelaskan, memberikan pengertian, serta pemahaman yang mendalam.4 Oleh karena itu Poerwandari (2001) menyatakan : “ hal-hal yang membutuhkan pemahaman mendalam dan khusus sangat sulit diteliti dengan pendekatan kualitatif.5

b. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi : adalah tehnik yang digunakan untuk mengamati secara langsung peristiwa atau kegiatan pelaksanaan bimbingan agama yang sedang dilaksanakan disekolah alam depok.6

2. Wawancara : penulis melakukan tanya jawab dan wawancara langsung dengan pihak yang sedang diteliti.

3

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007) cet, ke- 23, h. 6

4

Wijaya Hesti R, Penelitian Berperspektif Gender Dalam Jurnal Analisis Sosial : Analisis Gender dalam memahami persoalan perempuan, Edisi 4/ November (b\Bandung : Akatiga, 1996), h. 4.

5

Poerwandari, Kristi E. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian perilaku Manusia, (Jakarta : LPSP3 UI, 2001), h. 12

6

(18)

8

3. Telaah Kepustakaan : dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini, selain itu telaah kepustakaan juga bertujuan untuk memperjelas teori yang digunakan, telaah kepustakaan didapat dari sumber informasi seperti buku-buku, surat kabar dan internet.

c. Tehnik Analisa Data

Tehnik analisa data dalam penelitian ini menggunakan tiga sub proses yang saling berhubungan, yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk gabungan informasi dan ringkasan serta synopsis terstruktur sehingga memungkinkan untuk penarikan kesimpulan berdasarkan pada kerangka teori dan permasalahan penelitian. Setelah itu, penelitian melakukan verifikasi data yang mencakup proses penafsiran dan pemaknaan data yang ditampilkan.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan ini adalah :

Bab I : Merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang pentingnya permasalahan dalam penelitian, pembatasan dan perumusan masalah yang akan diteliti, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

(19)

Bab III : Membicarakan deskriptif objek penelitian yang mencakup sejarah dan latar belakang berdirinya, Visi, Misi, dan Tujuan. Serta program, struktur organisasi, sarana dan prasarana.

Bab IV : Menyelesaikan pelaksanaan bimbingan agama yang dilaksanakan disekolah Alam. Dan Hasil penelitian tersebut.

(20)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Bimbingan Agama

1. Pengertian Bimbingan Agama

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bimbingan berarti petunjuk ataupun penjelasan tentang tata cara mengerjakan sesuatu.1 Secara harfiah (bahasa) bimbingan adalah “menunjukan, memberi jalan, atau menuntun orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan dimasa kini dan masa yang akan datang”.2

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang berarti menunjukan kepada dua hal, yang masing-masing berdiri sendiri, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh WS.Wingkel yaitu :

a. Memberikan informasi, yaitu memberikan petunjuk, bahkan memberikan nasehat kepada seseorang atau kelompok maka atas dasar pengetahuan tersebut orang dapat menentukan pilihan dan mengambil keputusan.

b. Menuntun atau mengarahkan kepada suatu tujuan yang akan dituju, yang mungkin tempat tersebut hanya diketahui oleh yang menuntun saja.3

1

Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995). Cet ke-2, h.133

2

H.M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Agama, (Jakarta : Golden Terayon Press. 1996). H 1

3

WS.Wingkel.FKIP.IKIP. Senata Darma, Bimbingan dan Penyuluhan Di sekolah, (Jakarta : PT. Gramedia, 1997). h 18

(21)

Pakar bimbingan yang lain mengungkapkan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa atau seseorang agar dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi mandiri.

Pelayanan bimbingan merupakan proses. Jadi dalam pelayanan bimbingan ini harus berkesinambungan, sebab dalam membimbing itu tidak langsung menjadi pribadi yang mandiri, tetapi bertahap dan terkadang harus melalui liku-liku tertentu sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam pelayanan itu.

Dengan membandingkan pengertian tentang bimbingan yang telah dikemukakan di atas, bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus yang diberikan kepada seseorang dalam upaya menemukan pribadi agar dapat menjadi pribadi mandiri dan dapat membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian yang bijaksana.

Kemudian definisi agama yang diberikan para ilmuan belum sepenuhnya seragam. Arif Budiman melihat agama dalam dua kategori. “pertama, agama sebagai keimanan (doktrin), dimana orang percaya terhadap kehidupan kekal di kemudian hari, lalu orang mengabdikan dirinya untuk kepercayaan tersebut, kedua, agama sebagai yang mempengaruhi perilaku manusia. Dengan demikian ia identik dengan kebudayaan”.4

Menurut Zakiah Daradjat, “agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan, dan cara menghadapi tiap-tiap masalah”.5 Dalam kamus sosiologi

4

Arif Budiman, Agama, Demokrasi dan Keadilan, dalam M. imam Azis,red) Agama Demokrasi dan keadilan. (Jakarta : PT. Gramedia,1993),h.20

5

(22)

12

pengertian agama (religion) mencakup 3 hal : 1. Kepercayaan pada hal-hal spiritual, 2. Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek yang dianggap sebagai tujuan sendiri. 3. Idiologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural.6

Ada juga pengertian lain tentang agama, yang berarti “Peraturan tuhan yang diturunkannya kepada manusia dalam melaksanakan kehidupan dan penghidupan mereka dalam segala aspeknya agar mencapai kejayaan hidup lahir batin di dunia dan akhirat.7

Mengacu pada beberapa definisi agama, maka dapat dicermati bahwa agama dipercayai sebagai sebuah sistem kepercayaan dan praktis memiliki potensi untuk membuat sebuah masyarakat moral (moral community) yang terikat norma-norma dan nilai-nilai yang mereka yakini kebenarannya.

Berdasarkan pengertian bimbingan dan agama diatas menurut Aunur Rahim Faqih yang dimaksud dengan pengertian bimbingan agama yaitu : “proses pemberian bantuan terhadap inidividu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat”.8 Bimbingan agama dilaksanakan dalam upaya memberikan kecerahan batin kepada seseorang dalam

6

Soerjono Sukanto, Kamus Sosiologi (Jakarta : CV.Rajawali, 1990). H. 430

7

Syahmin Zaeni, Mengapa Manusia Harus Beragama, (Jakarta : Kalam Mulia, 1986), cet ke-1. h-2

8

(23)

menghadapi segala macam persoalan, dan bimbingan agama yang dilakukan sesuai dengan ajaran agama.9

2. Tujuan Bimbingan Agama

Secara umum, tujuan bimbingan agama adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhya, agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.10

Dalam menjalankan kehidupannya, manusia pasti mengalami hambatan-hambatan dalam mewujudkan keinginannya, sehingga diperlukan bimbingan agama, untuk itulah bimbingan agama berusaha untuk membantu individu agar mampu menghadapi masalah dalam hidupnya.

Secara khusus bimbingan agama memiliki tujuan-tujuan antara lain 1. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah

2. Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapi

3. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.11

Dengan memperhatikan tujuan-tujuan diatas, diharapkan bimbingan agama yang dilaksanakan akan membantu individu dalam menyelesaikan segala permasalahnnya dengan segala potensi yang ada pada dirinya.

3. Fungsi Bimbingan Agama

9

H.M. Arifin. Pokok-pokok Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta : Bulan bintang, 1976), h-25

10

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, opcit. H. 35

11

(24)

14

Dalam melakukan bimbingan kepada individu, bimbingan itu dimaksudkan bukan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi, tetapi dengan bimbingan agama diharapkan berfungsi sebagai alternativ dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu, dengan memperhatikan tujuan umum dan tujuan khusus bimbingan agama diatas, maka dapatlah dirumuskan fungsi dari bimbingan agama menurut Aunur Rahim Faqih, yaitu :

1. Fungsi Preventif, yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.

2. Fungsi Kuratif atau korektif, yaitu membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.

3. Fungsi Preservatif, yaitu membantu individu agar situasi yang semula tidak baik menjadi baik dan kebaikkan itu bertahan lama.

4. Fungsi Development atau pengembangan, yaitu membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.12

Berdasarkan beberapa fungsi bimbingan di atas, dapat dipahami bahwa fungsi bimbingan agama berfungsi mengarahkan individu supaya terhindar dari masalah dan berusaha untuk mengembalikan kondisinya untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk mencapai tujuan yang sejalan dengan fungsi-fungsinya maka menurut penulis kegiatan bimbingan agama dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagi berikut :

a) Membantu individu dalam meningkatkan kembali individu akan fitrahnya sebagai mahkluk Allah, agar memahami dirinya sendiri sebagai mahkluk Tuhan.

b) Membantu individu bertawakal atau berserah diri kepada Allah. Dengan demikian dapat menyadari bahwa apa yang terjadi semuanya adalah cobaan dari Allah SWT.

12

(25)

c) Membantu individu dalam memahami keadaan (situasi dan kondisi) yang dihadapinya. Seringkali seseorang menghadapi masalah yang tidak dapat dipahami olehnya, atau tidak menyadari dirinya sedang menghadapi masalah.

d) Membantu individu dalam mencari alternative pemecahan masalah.13

Berdasarkan uraian diatas bimbingan agama dapat dikaitkan dengan pendekatan islami dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor.

Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Selalu memiliki prinsip landasan dan prinsip dasar yaitu hanya beriman kepada Allah Swt.

2. Memiliki prinsip kepercayaan, yaitu beriman kepada Malaikat.

3. Memiliki prinsip kepemimpinan, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya.

4. Selalu memiliki prinsip pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Qur’an Al Karim.

5. Memiliki prinsip masa depan, yaitu beriman kepada hari kemudian 6. Memiliki prinsip keteraturan, yaitu beriman kepada ketentuan Allah14

13

ibid h. 40

14

Hasil telurusi internet

(26)

16

Jika pembimbing memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan counselee kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan konselor perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu dua kalimat syahadat, kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus symbol kehidupan yaitu shalat lima waktu, dan ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan puasa. Prinsip dan langkah tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). Dengan mengamalkan hal tersebut akan memberi keyakinan dan kepercayaan bagi counselee yang melakukan bimbingan dan konseling.

B. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual

(27)

menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan abadi. Seperti dua bentuk kecerdasan lainnya, kecerdasan spiritual dapat meningkat dan menurun.15

Ketika kecerdasan spiritual kosong dalam diri manusia, maka perannya digantikan oleh emosi dan kesombongan dan kehancuranlah akibatnya bagi semua. Dalam bahasa Al-Qur’an dinyatakan bahwa barang siapa menolak pengajaran tuhan, maka ia akan dikendalikan oleh setan. Tentunya, kita tidak menginginkan anak-anak hanya handal dalam kecerdasan intelektual tetapi kesadaran spiritualnya dapat berkembang denganbaik. Dalam hal ini kecerdasan spiritual dapat diibaratkan sebagi cahaya ilahi, sehingga segala sesuatu nampak sebagaimana adanya. Ketika manusia mengetahui hakekat sesuatu, maka ia tentu menjadi bijak dan arif untuk menggunakan sesuatu itu dan tidak menyelewengakannya.16

Sebab proses pencerdasan bangsa baru bisa terlaksanakan secara integrasi oleh sektor-sektor pembangunan. Salah satu sektor pembangunan itu adalah pendidikan. Namun betapapun tinggi ilmu pengetahuan seseorang, apabila ia tidak beragama, maka pengetahuannya itu akan digunakannya untuk mencari kesenangan dan keuntungan sendiri tanpa memperhatikan orang lain. Sedangkan kendali jiwa yang menahan dan pengontrolan tindakan dan perbuatannya tidak ada, yaitu kepercayaan kepada Tuhan dan ketekunannya dalam mengindahkan ajaran-ajaran agamanya. Disinilah letak tragisnya pengetahuan yang tidak disertai oleh jiwa taqwa kepada Tuhan. Maka dari itulah disini guru sangat berpengaruh besar sekali dalam mengembalikan serta meningkatkan kecerdasan spiritual atau jiwa

15

Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik, (Jakarta Kencana, 2004). Cet. 1, h. xvi

16

(28)

18

seseorang, karena kecerdasan spiritualnya adalah kecerdasan jiwa. Ia adalah kecerdasan yang dapat membantu kita menyembuhkan dan membangun diri kita secara utuh. Banyak sekali diantara kita yang saat ini menjalani hidup yang penuh luka dan berantakan. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berada dibagian diri yang dalam, berhubungan dengan kearifan diluar ego atau pikiran sadar.17

Kehidupan manusia memiliki dua aspek, yaitu aspek lahiriah dan batiniah. Aspek batiniah manusia meliputi akal, nafsu, jiwa, hati dan roh. Unsur batiniah inilah yang menjadikan manusia secara spiritual. Semua unsur batiniah atau spiritual manusia terdapat dalam Al-Qur’an.18

Dalam islam kecerdasan spiritual sangat berkaitan dengan unsur manusia yang terdalam yang banyak disebut oleh Al-Qur’an sebagai ruh. Islam menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual tidak hanya dilihat sebagai sebuah potensi dalam salah satu titik saraf di otak, tetapi lebih dari itu kecerdasan spiritual adalah fitrah yang sudah dimiliki manusia ketika berada dalam ruh, alam ketika manusia dibekali kemampuan mengenal dan mengakui Allah SWT. Fitrah menurut Al-Qur’an sebagian berarti sebagai penciptaan manusia yang memiliki potensi, sifat dasar, watak alami dan bawaan tertentu, seperti dijelaskan dalam surat al-Rum ayat : 30 yang berbunyi sebagai berikut :

Ù2µˆŒß

Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ : Memanfaatkan Kecerdasan spiritual Dalam Berfikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Dari SQ : Spiritual Intelligence The Ultimate Intellegence oleh Rahmani Astuti, Ahmad Nadjib Burhani dan Ahmad Baiquni, (Bandung : Mizan, 2001) cet. 2. h. xxii.

18

(29)

Artinya

“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah (tetaplah atas)

fitrah (naluri) Allah yang telah menciptakan manusia menurut naluri itu,

tidak ada perubahan pada naluri dari Allah itu. Itulah agama yang lurus,

akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Ar-Rum : 30)

Siswa menggunakan kecerdasan spiritual untuk menjadi kreatif, lebih cerdas spiritual dalam beragama. Untuk itu, menghadapi persoalan yang dihadapi manusia modern sekarang ini kiranya kecerdasan spiritual bisa menjadi salah satu upaya untuk mengembalikan jati diri manusia kepada fitrah dan penciptaannya untuk berbakti kepada Allah dan kerinduan kepadanya.

(30)

20

Merupakan konsekuensi logis bahwa kecerdasan harus dibuktikan dan dimanfaatkan bagi kehidupan. Tidak hanya untuk manusia semata, tetapi sampai kesegenap unsur yang ada didalam kehidupan alam semesta. Kecerdasan yang diperoleh harus dimanfaatkan untuk :

a. Mengajak untuk dekat kepada Allah Swt.

b. Mengajarkan Al-Qur’an dan menegakkan agama. c. Menebarkan cahaya petunjuk dan syafaat hasanah d. Memakmurkan bumi dan memperbaiki kehidupan. e. Mencegah bencana dan menciptakan kemaslahatan. f. Menyebarkan kasih sayang antar sesama.

g. Membawa manusia kejalan keselamatan.

Melalui pendekatan ruhani, kecerdasan dapat diberdayakan dengan peningkatan keimanan, bertaqwa dengan sebenarnya, berdoa tanpa henti dan berdzikir tanpa batas. Dengan kecerdasan manusia mampu mengenal Allah dengan sebenarnya, mengetahui kehidupan dunia secara batiniah, menyingkap tabir-tabir rahasia dan menjadi hamba dan menyucikannya.

Pendidikan menurut pandangan islam berlangsung selama hidup. Tujuan umum proses pendidikan ini berkaitan dengan upaya pemunculan seluruh potensi ruhiyah dan jasmaniyah yang merupakan fitrah manusia dalam mencapai bentuk-bentuk pribadi insan kamil dalam setiap diri anak. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhi. Karena itulah pendidikan islam berlangsung selama hidup untuk menumbuhkan pendidikan yang telah dicapai. Orang yang sudah mencapai tingkat ketaqwaan tertentu, tetap masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan. Ini dilakukan agar proses pemenuhan amanah khalifah Allah dibumi dapat terealisasikan.

(31)

Sederet penelitian telah menyimpulkan bahwa potensi dan bakat kecerdasan spiritual justru dimiliki anak sejak usia dini. Bila dalam islam terdapat hadits nabi yang intinya mengajarkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka sebenarnya hadits itu merujuk pada potensi dan bakat spiritual anak yang sejak dini sudah melekat secara intrinsik.

Jika kecerdasan spiritual disandarkan pada hati, maka hati anak pada masa kecil mengerti bahwa kecerdasan dan kebajikan akan menjadikan sesuatu berakhir menyenangkan. Dan tanpa langsung diberi tahu, anak-anak kecil yang terihlami, ingat kecerdasan spiritual adalah pemikiran terihlami dapat memahami apa yang terkandung dalam spiritual.19

Sinetar menceritakan kisah menarik seorang perempuan yang sejak dini sudah memiliki kecerdasan spiritual, meskipun ia memiliki orangtua yang agnotis. Katanya : “orangtua saya agnotis. Sekalipun tanpa restu mereka, sebagai seorang gadis kecil, saya tahu bahwa apabila ada spiritualitas, tak kan ada perpecahan dan tidak ada pula rintangan. Penghormatan terhadap hidup adalah sesuatu yang melekat pada watak seseorang spiritual”.20

Maka, kita pun dapat mengenali anak-anak yang memiliki kesadaran diri yang mendalam, intuisi, dan kekuatan “keakuan”, atau otoritas bawaan. Kedua, adanya pandangan luas terhadap dunia : melihat diri sendiri dan orang-orang lain saling terkait, menyadari tanpa diajari bahwa bagaimanapun kosmos ini hidup dan bersinar, memiliki sesuatu yang disebut

19

Hasil dari internet “Jalaludin Rahmat, Sq For Kids : Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Sejak Dini, (Jakarta, 2008).” Artikel ini diakses pada tanggal 2 november 2009 di http://book.store.co.id/SQ_FOR_KIDS:_mengembangkan_Kecerdasan_Spiritual_Anak_Sejak_Di ni_buku_7968.html

20

(32)

22

“cahaya subjektif”. Ketiga, bermoral tinggi, pendapat yang kukuh, kecendrungan untuk merasa gembira, “pengalaman puncak”. Dan atau bakat-bakat estetis. Keempat, memiliki pemahaman tentang tujuan hidupnya : dapat merasakan arah nasibnya, melihat berbagai kemungkinan, seperti cita-cita suci atau sempurna, dari hal-hal yang biasa. Kelima, adanya “rasa haus yang tidak dapat dipuaskan” akan hal-hak selektif yang diminati, seringkali membuat mereka menyendiri atau memburu tujuan tanpa berpikir lain. Pada umunya ia mementingkan kepentingan orang lain. Keenam, memiliki gagasan-gagasan yang segar dan aneh, rasa humor yang dewasa. Kepada mereka, kita sering terdorong untuk bertanya dari mana kamu dapatkan gagasan-gagasan itu? Bahkan kita bisa ragu, jangan-jangan mereka adalah penjelmaan jiwa-jiwa tua yang tinggal dalam tubuh yang masih muda. Ketujuh, adanya pandangan pragmatis dan efiesien tentang realitas, yang sering (tetapi tidak selalu) menghasilkan pilihan-pilihan yang sehat dan hasil-hasil praktis(sinetar, h. 8).21

Oleh karena kecerdasan spiritual ternyata sudah “built-in” dalam diri anak-anak, maka tak berlebihan sekiranya puluhan tahun lalu ahli psikiatri RD Laing yang agak keduniawian mengakui bahwa masing-masing anak adalah makhluk baru, seorang calon nabi, seorang pangeran (atau putri) spiritual yang baru, percikan cahaya baru menembus kegelapan luar.22

Contoh Kisah Yang Memiliki Kecerdasan Secara Spiritual

(33)

terbangun karena mendengar derak pintu terbuka. Dipasangnya telinganya tajam-tajam. Mereka yakin suara itu berasal dari kamar anaknya, yang berusia tujuh tahun. Langkah-langkah kecil, terdengar seperti berjingkat-jingkat, bergerak menuju satu-satunya kamar mandi di rumah itu. Mereka mendengar suara air mengalir yang disusul dengan suara gerakan membasuh. Langkah-langkah kecil itu kembali ke kamarnya. Walaupun sayup, karena dinihari yang hening, mereka mendengar suara bacaan Al-Quran Anak itu rupanya sedang melakukan salat malam. Tiba-tiba keduanya merasakan airmata hangat membasahi pipinya.23

Kisah ini disampaikan kepada saya oleh Pak Rahman, ketika saya masih menjadi guru mengaji anak-anak di kampung tempat tinggal saya. Karena kejadian itu, kedua orang tua itu mulai melakukan salat dan meninggalkan perjudian populer- lotto. Ini terjadi kira-kira tiga puluh tahun yang lalu. Saya mendengar kejadian lain yang hampir mirip dengan itu dua atautiga tahun tahun yang lalu.24

Kali ini, saya menjadi direktur SMU (Plus) Muthahhari. Seorang ibu, orang tua murid yang baru lulus, datang dari Banten. Ia meminta bantuan saya untuk mengirim Rahmat ke Jerman. Ia sudah meyakinkan anaknya bahwa ia tidak akan mampu untuk membiayainya. Tetapi anaknya berulang-kali meyakinkan orangtuanya, bahwa Tuhan pasti akan memberikan jalan. Di tengah-tengah pembicaraan, ibu itu bercerita tentang perubahan perilaku anaknya setelah masuk sekolah kami. Waktu pulang kampung, ia banyak menaruh perhatian pada tetangga-tetangganya yang

23

ibid

24

(34)

24

miskin. Menjelang Lebaran, seperti biasanya, ibu itu memberi anaknya uang untuk membeli pakaian baru. Rahmat menerima uang itu seraya minta izin untuk memberikannya pada tukang becak tetangganya. “Uang ini jauh lebih berharga bagi dia ketimbang saya, Bu,” kata Rahmat. Ibunya bercerita sambil meneteskan air mata.25

Kedua kisah nyata di atas menyajikan contoh anak yang cerdas secara spiritual. Keduanya terjadi jauh sebelum konsep kecerdasan spiritual ramai diperbincangkan. Karena saya tidak ingin bertele-tele mendiskusikan apa yang disebut SQ, dan hanya untuk menyamakan pengertian SQ, saya akan mengutip lima karakteristik orang yang cerdas secara spiritual menurut Roberts A. Emmons,

The Psychology of Ultimate Concerns :

(1) kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material; (2) kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak; (3) kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari;

(4) kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual buat menyelesaikan masalah;

(5) dan kemampuan untuk berbuat baik.

Dua karakteristik yang pertama sering disebut sebagai komponen inti kecerdasan spiritual. Anak yang merasakan kehadiran Tuhan atau makhluk ruhaniyah di sekitarnya mengalami transendensi fisikal dan material. Ia memasuki dunia spiritual. Ia mencapai kesadaran kosmis yang menggabungkan dia dengan seluruh alam semesta. Ia merasa bahwa alamnya tidak terbatas pada apa yang disaksikan dengan alat-alat indrianya.

25

(35)

Anak Pak Rahman pada kisah pertama memiliki kedua ciri ini, terutama ketika ia menyampaikan doa-doa personalnya dalam salat malamnya.26

Sanktifikasi pengalaman sehari-hari, ciri yang ketiga, terjadi ketika kita meletakkan pekerjaan biasa dalam tujuan yang agung. Konon, pada abad pertengahan seorang musafir bertemu dengan dua orang pekerja yang sedang mengangkut batu-bata. Salah seorang di antara mereka bekerja dengan muka cemberut, masam, dan tampak kelelahan. Kawannya justru bekerja dengan ceria, gembira, penuh semangat. Ia tampak tidak kecapaian. Kepada keduanya ditanyakan pertanyaan yang sama, “Apa yang sedang Anda kerjakan? ”Yang cemberut menjawab, “Saya sedang menumpuk batu.” Yang ceria berkata,“Saya sedang membangun katedral!” Yang kedua telah mengangkat pekerjaan “menumpuk bata” pada dataran makna yang lebih luhur. Ia telah melakukan sanktifikasi.27

Orang yang cerdas secara spiritual tidak memecahkan persoalan hidup hanya secara rasional atau emosional saja. Ia menghubungkannya dengan makna kehidupan secara spiritual. Ia merujuk pada warisan spiritual –seperti teks-teks Kitab Suci atau wejangan orang-orang suci- untuk memberikan penafsiran pada situasi yang dihadapinya, untuk melakukan definisi situasi. Ketika Rahmat diberitahu bahwa orang tuanya tidak akan sanggup menyekolahkannya ke Jerman, ia tidak putus asa. Ia yakin bahwa kalau orang itu bersungguh-sungguh dan minta pertolongan kepada Tuhan, ia akan diberi jalan. Bukankah Tuhan berfirman, “Orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, Kami akan berikan kepadanya

26

ibid

27

(36)

26

jalan Kami”? Bukankah Heinrich Heine memberikan inspirasi dengan kalimatnya “Den Menschen macht seiner Wille gro=DF und klein”? Rahmat memiliki karakteristik yang keempat.28

28

(37)

A. Sejarah Berdirinya

Pada awalnya, konseptor secara keseluruhan yaitu Bapak Lendo novo, beliau prihatin dengan kondisi pendidikan Indonesia. Beliau adalah seorang dosen di ITB, ia prihatin karena banyaknya korupsi, pendidikan Indonesia diangap tidak bisa memperbaikai akhlak dan perilaku menciptakan orang yang cerdas secara spiritual dan emosional. Pak Lendo ingin memberikan konsep yang terbaik yang ingin ia buat, dia juga mempunyai pengalaman sekolah Sekolah Dasar yang dulu ia alami tidak begitu menyenangkan, tidak memberikan kebebasan berekspresi, karena itu ia mendirikan sekolah alam yang program atau kegiatan belajarnya 70% di alam. Pak Lendo mendirikan sekolah ini agra anak-anak bisa berekspresi, keberanian, kejujuran, kemndirian, percaya diri dan merugikan orang lain.1

Diresmikan tanggal 22 April 2006, dengan maksud merintis terbangunnya peradaban baru dalam hangar bingar dunia pendidikan. Keberadaan Sekolah Alam yang telah ada di beberapa titik dengan konsep yang sama menginspirasi lahirnya Sekolah Alam Depok (Sa De) di daerah Sawangan yang unik dengan konteks lokalnya. Ditempat yang bernuansa pedesaan, Sa De bermaksud menjadi community center. Dari mulai memiliki empat kelas dari PG sampai SD, yang bernaung di sebuah saung

1

Hasil wawancara dengan Bapak Edi Frizal (kepala sekolah) pada tanggal 2 oktober 2009

(38)

27

besar, sebuah saung bamboo kecil yang semi besar permanent, teras 2x6 meter persegi yang disulap sebagai ruang kantor sekaligus perpustakaan, sebuah ruang tamu seluas, 3x3,5 meter persegi yang disiasati sebagai ruang computer, diatas lahan seluas 2300 meter persegi. Perjuangan merintis sebuah cita-cita bermula.2

B. Visi dan Misi Sekolah Alam Depok

Visi Sekolah Alam Depok yaitu :

Menjadi sekolah berbasis alam dan budaya untuk mempersiapkan generasi tangguh yang bijaksana.3

Misi Sekolah Alam Depok yaitu :

1. Membangun nilai-nilai intelektual, emosional, dan spiritual melalui interaksi optimal dengan lingkungan alam sekitar.

2. Mengembangkan sistem pendidikan yang di dasarkan pada pembangunan daya hidup dan kemampuan enttepreneurial. 3. Mengutamakan pengembangan sikap kepemimpinan, integritas

karakter, kepekaan budaya dan kemampuan kerjasama untuk mempersiapkan para siswa menjadi agen perubah ditengah masyarakat.4

C. Struktur Organisasi Sekolah Alam Depok

Sekolah alam depok memiliki struktur organisasi sebagai berikut: Kepala Sekolah : Edi Frizal

Tata Usaha : Shifa Fauziah

2

In ternet.www.sekolahalamdepok.com diakses pada tanggal 6 agustus 2009.

3

In ternet.www.sekolahalamdepok.com diakses pada tanggal 6 agustus 2009.

4

(39)

Bidang Pendidikaan : Baka Senjaya, SPI Bidang Kerumahtanggaan : Rosmalawati Bidang Humas : Suwilin, Shut Bidang Perpustakaan : Sri Wahyuni Bidang Extra Kurikuler : Mulyana, SPd

Bidang Intra Kurikuler : Gedwina Nur Azizah, SSn Bidang Akhlaq : Sopyan, S .si

Bidang Leadership : Suwilin, Shut

Bidang Matematika : Gedwina Nur Azizah, SSn Bidang Sains : Maharani P, SE

Bidang Logika Sains : Maharani P, SE Bidang Sosial : Ikan Ovan, Sos

D. Konsep dan Program Sekolah Alam Depok

1. Konsep Sekolah Alam Depok

Sekolah Alam Depok memiliki konsep yang disadari atas kesadaran bahwa pendidikan harus mngacu pada tujuan dasar penciptaan manusia di bumi, yaitu sebagai khalifahtullah fil ardh (pemimpin dimuka bumi) dengan pra syarat :

a. Memahami cara tunduk kepada Allah SWT.

b. Memahami cara tunduk makhluk lain / alam semesta terhadap Allah SWT (sunatullah).

c. Memahami cara memimpin makhluk / alam semesta sesuai dengan hokum Allah SWT.

(40)

29

Sebagai institusi pendidikan yang terus mengembangkan diri saat ini dalam gerakan Sa De Reach, diadakan program berupa :

a. Parenting School b. Konsultasi Psikologi

c. TTRP (teach to reach program), program meningkatkan kualitas pengajaran

d. Pelatihan dan konsultasi pendidik e. Outbond Organizer

f. Observasi perilaku dalam kelas

g. Program pengembangan pitensi siswa (dalam bentuk eskul) h. Psycho –educational assessment

i. Reduse, reduce, recycle

E. Kurikulum Sekolah Alam Depok

Inti kurikulum adalah Indonesia, dan dengan pendekatan holistic banyak hal dilakukan untuk memperkaya kurikulum tersebut dan memungkinkan pembelajaran yang diterima memenuhi standar nasional dan internasioanal. Berdasarkan jenisnya, kurikulum dikelompokkan menjadi : kurikulum akhlak, kurikulum sains, dan kurikulum logika sains. 1. Preschool

(41)

Pada tahap pra sekolah, siswa diarahkan melalui bimbingan yang bersifat personal melalui aktifitas bermain yang menyenangkan dan membebaskan dalam kerangka pengembangan akhlak mulia. Pembentukan ketaatan dan intruksi diarahkan agar siswa memiliki sikap terbuka pada komunitasnya dan mampu melayani dirinya sendiri.

Mata pelajaran di sekolah ingkat dasar : Agama, Bahasa Indonesia, Ipa, Ips, Olah Raga (termasuk renang), Matematika, Ppkn (Pendidikan Kewarganegaraan), dan kesenian yang merupakan kombinasi isi kurikulum nasioanal dan internasional.

2. Tahap Sekolah Dasar 1-2

Penekanan materi kurikulum akhlak dan leadership yang diberikan di tingkat 1 dan 2 diarahkan pada pembangunan dan pemantapan nilai-nilai kebajikan dasar, berupa kamndirian, rasa percaya diri, dan empati dalam kerangka ketundukan pada pencipta. Muatan pendekatan kognitif dari mata pelajaran ditekankan pada hal-hal mendasar yang bersifat konkrit. Siswa secara berulang belajar tentang dasar membaca, menulis, prinsip sains sederhana, dalam aritmatika yang penting bagi kehidupan sehari-hari. Selain itu dilakukan penguatan untuk memasuki jenjang berikutnya.

3. Tahap Sekolah Dasar 3-6

(42)

31

pada pencipta. Tampilan karakter dimunculkan lewat ketrampilan berkomunikasi, kerja tim dalam komunitas sosialnya.

Muatan pendidikan kognitif diarahkan agar memiliki sikap ilmiah, dengan mengembangkan cara berfikir kritis, mengamati data, sehingga secara mandiri mampu mnghubungkan pengamatannya dengan konsep keilmuan yang dipelajarinya.

4. Spider Web

Mengacu pada pembelajaran holistik, maka stategi pengajaran menggunakan metode spider web secara tematik.

5. Outbond dan Renang

Kegiatan outbond dilakukan secara rutin setiap pekan. Semantara renang dilakukan 1 kali dalam setiap bulannya. Dalam kegiatan outbond yang terpantau dan sistematis, dibangun karakter yang tangguh secara emosi, social, kognitif dan fisik.

Kegiatan sekolah alam depok itu dari hari senin sampai hari jum’at, kalau hari biasa kegiatan belajar mengajar dimulai dari pukul 07.30 sampai 14.30, kalau hari jum’at dari pukul 07.30 sampai 13.00. di sekolah ini mengajarkan berbagai macam kreatifitas sehingga dapat membuat para siswa disini menjadi pandai dalam berkreatifitas dan juga dapat menambah daya pola piker mereka dan tumbuh kembang mereka., sehingga mereka bisa menjadi anak yang cerdas.

(43)

pengetahuan agama siswa dan juga bisa meningkatkan kecerdasan spiritual siswa.

F. Sarana dan Prasarana

(44)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Temuan Data

1. Deskripsi Responden

Dari hasil pengumpulan data penelitian yang penulis lakukan, selanjutnya penulis memilih 15 sampel siswa kelas 4 sekolah dasar di sekolah alam depok, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini :

Tabel 1. Data siswa menurut usia dan jenis kelamin

No Nama Usia Jenis Kelamin

1 Abdurrahman Al-Mahbub 10 Laki-laki

2 Aulia Dhita Pritaningtyas 10 Perempuan

3 Bagus Kusuma Putra 10 Laki-laki

4 Gibran Hatninsyah Al-Zhafran 10 Laki-laki 5 Hafiz Silmy Chostalani 10 Laki-laki

6 Khemal Rasya Adhiyaksa 10 Laki-laki

7 Maryam Azizah 10 Perempuan

8 Muhammad Al-Ghazali Nurfarizky 10 Laki-laki

9 Muhammad Iksan Al-Banna 10 Laki-laki 10 Muhammad Rizky Faras Syafaat 10 Laki-laki

11 Muhammad Uswatul Haq 10 Laki-laki

12 Nuriska aini Maulia 10 Perempuan

13 Raifa Mumtaza 10 Laki-laki

(45)

14 Viona Alliza Diandra Putri 10 Perempuan 15 Yahya Ayyas 10 Laki-laki

2. Pelaksanaan Bimbingan Agama

Secara umum pelaksanaan bimbingan agama di Sekolah Alam Depok ini sudah diprogramkan, yaitu setiap anak dipanti harus mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada, termasuk pelajaran agama, yang secara inklusif.

Para pembimbing yang aktif dalam memberikan pembelajaran terhadap anak-anak yaitu Sofian Hadi dan beberapa guru yang ada di Sekolah.

Tujuan bimbingan agama yang dilaksanakan di Sekolah Alam Depok agar membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya untuk mencapai kehidupan di dunia dan di akhirat. Dan menjadi individu yang memiliki kepribadian muslim yang cerdas secara jasmani dan rohani.

Materi yang disampaikan pembimbing adalah hal-hal yang berkaitan dengan kecerdasan spiritual, seperti : membaca dan menghafalkan Al-Qur’an, dzikir, akidah, fiqh, akhlak dan pengetahuan umum lainnya.

(46)

35

Media yang digunakan dalam proses bimbingan ini adalah ayat-ayat Al-Qur’an , hadist nabi dan pengetahuan umum yang berkaitan dengan kecerdasan. Media lain yang digunakan di sekolah ala mini adalah media alam, agar para siswa memahami bahwa semua yang ada di dunia ini adalah ciptaan Allah SWT.

Pembimbing juga biasanya menggunakan seklebaran stau fotocopy tentang materi yang akan disampaikan, biasanya selebaran itu diperoleh dari buku-buku, majalah, dan situs internet. Selanjutnya selebaran itu diberikan kepada siswa untuk dipelajari dan jika ada sesuatu yang tidak dipahami maka siswa dan siswi bisa menanyakannya kepada pembimbing.

3. Metode Bimbingan

Metode yang digunakan di sekolah alam ini adalah metode kelompok, dimana pembimbing juga berperan serta dalam bimbingan ini, sehingga para pembimbing bisa mengetahui sejauh mana siswa dan siswi pada usia tersebut mampu meningkatkan kecerdasan spiritual mereka.

(47)

dalam suatu kehidupan kelompok. Beberapa bentuk khusus teknik bimbingan kelompok yaitu :

a) Home Room Program

b) Karya Wisata atau Field Trip c) Diskusi Kelompok

d) Kegiatan Kelompok e) Organisasi murid f) Sosiodrama g) Psikodrama

h) Remedial Teaching

Beberapa bentuk khusus teknik bimbingan kelompok diatas sering digunakan di sekolah alam depok ini guna untuk meningkatkan kreatifitas dan kecerdasan spiritual siswa dan siswi.

(48)

37

memberikan tausiah dengan semudah mungkin agar para siswa tersebuttidak merasa jenuh dan mau bertanya jawab.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, sekolah alam depok secara organisasi dan personal memiliki kualitas yang kreatif, baik pelaksanaannya dalam meningkatkan kecerdasan spiritual anak. Dalam proses ini, sekolah alam depok berusaha bertindak sebagai orang tua yang baik.

Hal pertama yang dilakukan adalah mendekatkan diri secara personal dengan melakukan wawancara atau percakapan pribadi agar dapat mengetahui dan mendapatkan informasi yang tepat mengenai permasalahannya. Unsure kecerdasan spiritual adalah penjernihan emosi.

(49)

informasi tentang apa yang dirasakan oleh siswa dan siswi sehingga pembimbing dapat memberikan tausiah atau solusi dari hal tersebut.

Mengenai materi bimbingan agama yang diberikan pembimbing cukup bervariasi dan disesuaikan dengan tema yang ada di kelas, seperti membaca Al-Qur’an, dzikir,outbond, menanam pohon, aqidah, akhlak dan pengetahuan umum. Sedangkan materi pokok yang diberikan pembimbing bersumber dari Al-Qur’an dan hadist.

Dalam mengajarkan membaca Al-Qur’an siswa tidak hanya diajarkan membaca biasa tetapi benar-benar diajarkan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar, siswa juga diajrkan tajwidnya sehingga siswa dapat membaca dengan baik sesuai dengan perintah Allah SWT. Dan pada waktu istirahat pun mereka dibiasakan untuk shalat dhuha. Dan disini juga mereka diajarkan untuk hidup mandiri dengan berjualan.

Dengan metode kelompok ini, sekolah alam depok menggunakan dua pendekatan yaitu berupa kekeluargaan, kebersamaan, dan pemahaman tentang agama islam, kekeluargaan dalam arti agar labih intens dalam mendengar, mengarahkan dan membimbing para siswa dan siswi dalam meningkatkan kecerdasan spiritual.

(50)

39

Selama ini dua pendekatan ini relative cukup berhasil dalam meningkatkan kecerdasan spiritual para siswa di sekolah alam depok.

4. Faktor Penghambat dan Pendukung

Keberadaan Sekolah Alam Depok ini sangat penting dan sangat dibutuhkan karena dapat membantu masyarakat. Dalam setiap proses bimbingan baik yang bersifat pendidikan atau pengajaran yang mengarahkan kepada perbaikan dan keberhasilan pasti akan mengalami hambatan yang selalu meniringi setiap rencana yang akan dijalani seperti yang dijabarkan oleh pembimbing.

a. Eratnya nilai persaudaraan dan kekeluargaan diantara mereka. b. Adanya program-program yang variatif dan menarik sehingga

dapat memperakrab antara siswa dan guru. c. Lingkungan yang baik.

d. Adanya pelayanan dan kerjasama yang baik.

B. Analisis Data

1. Penyajian Data

Kegiatan bimbingan agama dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak sangan bervarian bentuknya, masalah-masalah ibadah sampai penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut yang penulis jadikan penelitian utama dan dituangkan dalam sebuah tabel, yaitu :

Tabel semester 1

Tabel 2.1. Komponen Baca Al-Qur’an

(51)

1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,7%

2. Bimbingan 8 53,3%

3. Mandiri 6 40%

Jumlah 15 100%

Mengamati tabel diatas bahwa 1 orang siswa membutuhkan banyak latihan dalam komponen Al-Qur’an dengan jumlah prosentase 6,7%, ada 8 orang yang masih d bombing atau diingatkan terhadap komponen Al-qur’an berarti 53,3%, dan yang mandiri ada 6 orang berarti 40%, kesimpulannya, siswa membutuhkan bimbingan dalam komponen Al-Qur’an.

Tabel 2.2 Komponen Aqidah

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 4 26,7%

2. Bimbingan 11 73,35

3. Mandiri - -

Jumlah 15 100%

Tabel diatas dijelaskan bahwa siswa masih membutuhkan bimbingan dalam aqidah, yang membutuhkan banyak latihan sebanyak 4 orang, dengan prosentase 26,7%, yang masih bimbingan dengan jumlah 11 orang berarti prosentasenya 73,3%

Tabel2. 3. Komponen Akhlak

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 3 20%

2. Bimbingan 6 40%

3. Mandiri 6 40%

(52)

41

Pada tabel diatas dijelaskan bahwa siswa masih membutuhkan bimbingan dalam akhlak, yang membutuhkan banyak latihan sebanyak 3 orang, dengan prosentase 20,%, yang masih bimbingan dengan jumlah 6 orang berarti prosentasenya 40% dan yang sudah mandiri jumlahnya 6 orang dengan prosentasenya 40%.

Tabel 2.4. Komponen sirah

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,7%

2. Bimbingan 10 66,6%

3. Mandiri 4 26,7%

Jumlah 15 100%

Tabel diatas menjelaskan bahwa pada komponen sirah yang membutuhkan banyak latihan berjumlah 1 orang yang prosentasenya 6,7%, dan yang masih bimbingan 10 orang dan prosentasenya 66,6% dan yang mandiri 4 orang prosentasenya 26,7%.

Tabel2. 5. Komponen santun dan ramah

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,6%

2. Bimbingan 7 46,7%

3. Mandiri 7 46,7%

Jumlah 15 100%

(53)

yang bimbingan 7 orang dan prosentasenya 46,7% begitu juga dengan yang mandiri dengan jumlah 7 orang dengan prosentasenya 46,7%.

Tabel 2.6. Komponen saling menghormati

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 3 20%

2. Bimbingan 9 60%

3. Mandiri 3 20%

Jumlah 15 100%

Mengenai tabel diatas dijelaskan bahwa siswa dapat saling menghormati, yang membutuhkan banyak latihan jumlahnya ada 3 orang dengan prosentasenya 20%, dan yang bimbingan 9 orang dengan prosentasenya 6o% dan yang dapat mandiri ada 20%.

Tabel 2.7. Komponen kerjasama dan persatuan

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 2 13,3%

2. Bimbingan 6 40%

3. Mandiri 7 46,7%

Jumlah 15 100%

Tabel diatas menunjukan bahwa siswa yang dapat bekerjasama dan persatuan berjumlah 2 orang dengan prosentase 13,3%, dan yang bimbingan 6 orang prosentasenya 40%, sedangkan siswa yang mandiri ada 7 orang dan prosentasenya 46,7%.

Tabel 2.8. Komponen percaya diri

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 2 13,3%

(54)

43

3. Mandiri 9 60%

Jumlah 15 100%

Mengenai tabel ini siswa dapat percaya diri yang membutuhkan banyak latihan ada 2 orang dengan prosentase 13,3%, yang bimbingan 4 orang dengan prosentasenya 26,75 dan yang mandiri ada 9 orang prosentasenya 60%.

Tabel 2.9. Komponen kepedulian

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,6%

2. Bimbingan 7 46,7%

3. Mandiri 7 46,7%

Jumlah 15 100%

Tabel di atas mengungkapkan rasa kepedulian berjumlah 1 otang yang membutuhkan banyak latihan dengan prosentase 6,6%, yang bimbingan 7 orang prosentasenya 46,7% dan yang mandiri juga berjumlah 7 orang prosentasenya 46,7%.

Tabel 2.10. Komponen kebersihan dan kerapihan

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 3 20%

2. Bimbingan 8 53,3%

3. Mandiri 4 26,7%

Jumlah 15 100%

(55)

prosentasenya 20%, yang bimbingan 8 orang prosentasenya 53,3% dan yang mandiri sebanyak 4 orang dan prosentasenya 26,7%.

Tabel 2.11. Komponen pengendalian emosi

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 3 20%

2. Bimbingan 6 40%

3. Mandiri 6 40%

Jumlah 15 100%

Tabel di atas dijelaskan bahwa mengenai pengendalian emosi, yang membutuhkan banyak latihan ada 3 orang tepatnya 20%, yang bimbingan sebanyak 6 orang prosentasenya 40% dan yang mandiri sebanyak 6 orang dengan prosentasenya 40%.

Tabel 2.12. Komponen kemandirian dan tanggung jawab

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 2 13,3%

2. Bimbingan 5 33,3%

3. Mandiri 8 53,4%

Jumlah 15 100%

Tabel diatas menjelaskan tentang siswa yang memiliki rasa kemandirian dan bertanggung jawab. Yang membutuhkan banya latiha terdapat 2 orang dengan prosentase 13,3%, yang bimbinga ada 5 orang prosentasenya 33,3% dan yang mandiri 8 orang dan prosentasenya 53,4%.

Tabel 2.13. Komponen disiplin diri

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 2 13,3%

(56)

45

3. Mandiri 7 46,7%

Jumlah 15 100%

Tabel diatas menunjukan bahwa siswa dapat disiplin diri, yang membutuhkan banyak latihan sebanyak 2 orang prosentasenya 13,3%, yang bimbingan 6 orang denga prosentasenya 40% dan yang mandiri ada 7 orang dengan prosentase 46,7%.

Tabel 2.14. Komponen komunikasi

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,6%

2. Bimbingan 8 53,4%

3. Mandiri 6 40%

Jumlah 15 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang mudah berkomunikasi, yang membutuhkan banyak latihan terdapat 1 orang dengan prosentase 6,7%, tang bimbingan 8 orang dan prosentasenya 53,4% dan yang mandiri 6 orang dengan prosentasenya 405.

Tabel 2.15. Komponen Jujur

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 2 13,3%

2. Bimbingan 5 33,3%

3. Mandiri 8 53,4%

(57)

Tabel diatas menunjukan bahwa siswa yang jujur, yang membutuhkan banyak latihan ada 2 orang yang prosentasenya 13,3%, yang bimbingan 5 orang dengan prosentasenya 33,3% dan yang mandiri ada 8 orang yang prosentasenya 53,4%.

Tabel 2.16. Komponen inisiatif

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 2 13,3%

2. Bimbingan 7 46,7%

3. Mandiri 6 40%

Jumlah 15 100%

Tabel diatas menjelaskan bahwa siswa dapat berfikir inisiatif, yang membutuhkan banyak latihan sejumlah 2 orang prosentasenya 13,3%, yang bimbingan 7 orang prosentasenya 46,7% dan yang mandiri terdapat 6 orang dengan prosentasenya 40%.

Dari tabel 2.1 – 2.16 menjelaskan kecerdasan spiritual siswa, tabel di atas adalah tabel kecerdasan spiritual siswa yang belum dilakukannya bimbingan. Tetapi disini juga menunjukan bahwa ada kestabilan kecerdasan spiritual dengan adanya pelaksanaan bimbinga agama dalam mengembangakn kecerdasan spiritual.

Tabel Data Semester 2

(58)

47

Tabel 3.1. Komponen Baca Al-Qur’an

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan - -

2. Bimbingan 1 6,7%

3. Mandiri 14 93,3%

Jumlah 15 100%

Pada tabel ini dijelaskan bahwa komponen yang dapat membaca Al- Qur’an setelah dilaksanakannya bimbingan agama, yang bimbingan terdapat 1 orang dengan prosentase 6,7% dan yang mandiri ada 14 orang dengan prosentase 93,9%.

Tabel 3.2 Komponen Aqidah

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,6%

2. Bimbingan 7 46,7%

3. Mandiri 7 46,7%

Jumlah 15 100%

Tabel di atas ini menunjukan bahwa dalam aqidah setelah dilaksanakannya bimbingan agama yang membutuhkan banyak latihan terdapat 1 orang prosentase 6,6%, yang bimbingan 7 orang prosentasenya 46,7% dan yang mandiri ad 7 orang dengan prosentase 46,7%

Tabel 3.3. Komponen Akhlak

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan - -

2. Bimbingan 3 20%

3. Mandiri 12 80%

(59)

Pada tabel diatas dalam bidang akhlak setelah adanya bimbinga agama, yang bimbingan ada 3 orang prosentasenya 20% dan yang mandiri ada 12 orang dengan prosentase 80%.

Tabel 3.4. Komponen sirah

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan - -

2. Bimbingan 8 53,3%

3. Mandiri 7 46,7%

Jumlah 15 100%

Tabel diatas menunjukan bahwa siswa yang sirah setelah dilakukannya bimbingan agama, yang bimbingan ada 8 orang dengan prosentase 53,3% dan yang mandiri ada 7 orang dengan prosentase 46,7%. Tabel3. 5. Komponen santun dan ramah

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan - -

2. Bimbingan 3 20%

3. Mandiri 12 80%

Jumlah 15 100%

Pada tebel diatas siswa yang dapat bersikap santun dan ramah setelah dilaksanakannya bimbingan agama, yang bimbingan ada 3 orang dengan prosentase 20% dan yang mandiri ada 12 orang prosentasenya 80%. Tabel 3.6. Komponen saling menghormati

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,7%

2. Bimbingan 3 20%

(60)

49

Jumlah 15 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang dapat saling menghormati setelah dilakukannya bimbingan agama di sekolah alam depok, yang membutuhkan banyak latihan terdapat 1 orang dengan prosentase 6,7%, yang bimbingan ada 3 orang prosentasenya 20% dan yang mandiri ada 11 orang dengan prosentasenya 73,3%.

Tabel 3.7. Komponen kerjasama dan persatuan

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan - -

2. Bimbingan - -

3. Mandiri 15 100%

Jumlah 15 100%

Pada tabel ini setelah dilaksanakannya bimbingan agama siswa mampu mandiri dengan jjumlah 15 orang dengan prosentasenya 100%. Tabel 3.8. Komponen percaya diri

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan - -

2. Bimbingan 4 26,7%

3. Mandiri 11 73,3%

Jumlah 15 100%

(61)

Tabel 3.9. Komponen kepedulian

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan - -

2. Bimbingan 1 6,7%

3. Mandiri 14 93,3%

Jumlah 15 100%

Pada tabel komponen kepedulian ini siswa yang telah melaksanakan bimbingan agama yang bimbingan terdapat 1 orang yang prosentasenya 6,7% dan yang mandiri ada 14 orang dengan prosentasenya 93,3%.

Tabel 3.10. Komponen kebersihan dan kerapihan

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,7%

2. Bimbingan 5 33,3%

3. Mandiri 9 60%

Jumlah 15 100%

Tabel di atas menjelaskan bahwa siswa yang dapat melakukan kebersihan dan kerapihan setelah bimbingan agama, yang membutuhkan banyak latihan terdapat 1 orang prosentasenya 6,7%, yang bimbingan ada 5 orang prosentasenya 33,35 dan mandiri terdapat 9 orang dan prosentasenya 60%.

Tabel 3.11. Komponen pengendalian emosi

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan - -

2. Bimbingan 3 20%

(62)

51

Jumlah 15 100%

Pada tabel ini dijelaskan bahwa siswa yang dapat mengendalikan emosi setelah pelaksanaan bimbingan agama, yang bimbingan ada 3 orang prosentasenya 20% dan yang mandiri ad 12 orang dengan prosentasenya 80%.

Tabel 3.12. Komponen kemandirian dan tanggung jawab

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan 1 6,7%

2. Bimbingan 3 20%

3. Mandiri 11 73,3%

Jumlah 15 100%

Mengenai tabel diatas setelah dilaksanakannya bimbingan agama siswa yang membutuhkan banyak latihan ada 1 orang prosentasenya 6,7%, yag bimbingan ada 3 orang dan prosentasenya 20% dan yang mandiri ada 11 orang dengan prosentase 73,3%.

Tabel 3.13. Komponen disiplin diri

No. Alternatif frekuensi Porsentase

1. Membutuhkan Banyak Latihan - -

2. Bimbingan 4 26.7%

3. Mandiri 11 73,3%

Jumlah 15 100%

Mengenai tabel diatas setelah siswa melakukan bimbingan agama, yang masih bimbingan ada 4 orang prosentasenya 26,7% dan yang mandiri terdapat 11 orang dengan prosentasenya 73,3%.

Tabel 3.14. Komponen komunikasi

Gambar

Tabel 1. Data siswa menurut usia dan jenis kelamin
Tabel semester 1
Tabel diatas dijelaskan bahwa siswa masih membutuhkan
Tabel diatas menjelaskan bahwa pada komponen sirah yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hubungan konsep diri dengan kemampuan mengajar guru, untuk mengetahui hubungan Sikap guru terhadap

“Pengaruh Lokasi, Harga Dan Fasilitas Terhadap Loyalitas Konsumen Doorsmeer Anugrah Jaya Motor”. 1.2

Tingkat kepuasan pelanggan Perum Damri adalah sebesar 0.77 berdasarkan hasil analisis indeks kepuasan konsumen nilai tersebut menggambarkan bahwa penilaian pelanggan

Gambar di atas merupakan diagram Psikrometrik dari udara pengering , pada masing-masing variasi temperatur.. Sedangkan proses 2-3 adalah proses ketika udara

Berikutnya pada kegiatan mewarnai gambar sederhana, ditemukan 14 dari 21 anak memperoleh capaian Belum Berkembang (BB), sisanya sebanyak 7 anak baru Mulai Berkembang

- Beban kerja berlebih yang diemban oleh Jaksa pada Kejaksaan Negeri Malang menjadi salah satu kendala dalam pemenuhan asas peradilan cepat dalam perkara tindak pidana

Perancangan adalah penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah kedalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi

Wawancara dengan Siti Noor Isnaini Santri Pondok Pesantren Al-Mawaddah Jekulo Kudus, tanggal 24 Juni 2016.. Melihat persepsi Siti Noor Isnaini dapat diketahui bahwa