• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan tunanetra melalui komputer bicara di Yayasan Mitra Netra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberdayaan tunanetra melalui komputer bicara di Yayasan Mitra Netra"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

Tunanetra adalah salah satu bent.ik kecacatan. Karenanya 'seseorang dengan kecacatnetraan mengalami berlJagai hambatan dalam beraktivitas <lan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satunya adalah hambatan untuk memperoleh akses teknologi informasi, dan komunikasi. Manfaat teknologi informasi, dan komunikasi ini demikfan besamya dalam membantu kehidupan manusia sehari-hari dalam setiap bidang kehidupan. Tanpa indera penglihatan, perolehan informasi menjadi sangat terbatas. Sehingga tunanetra akan tertinggal bila tidak memiliki kesempatan untuk mengaksesnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, Yayasan Mitra Netra memberikan layanan pemberdayaan berbasis teknologi, informasi, dan komunikasi yaitu komputer bicara. Pemberdayaan menurut Ife rnerupakan sarana untuk memberikan orang dengan sumber-sllll1ber, kesempatan-kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga dapat menentukan masa depannya dlU1 berpartisipasi dalam kehidupan mereka. Pemberdayaan ylll1g dilakuklU1 Y ayasan Mitra Netra bagi tunanetra untuk mempernleh informasi adalah dengan memberikan pelatihan menggunakan komputer bicara. Komputer yang clilengkapi dengan

software

pembaca layar atau

screen reaaer

yang memhuat komputer menjadi bicara dan membacakan apa saja yang terdapat pada layar monitor.

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimanz, pelaksanaan pemberdayaan tunanetra melalui kompnter bicara di Yayasan Mitra Netra, dan bagaimana manfaat pemberdayaan bagi subjek penelitian yang mengikuti pemberdayaan ini. Manfaat ini merupakan pengaruh program pemherdayaan tunauetra melalui komputer bicara yang meliputi kehidupan individu rnereka sebagai tunanetra.

(2)

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillaahirabbil 'alamiin

Puji serta syukur penulis haturkan kepada penggenggam langit dan bumi, Tuhan sekalian alam, Allal1 SWT, yang berkat ralnnat dan berkall-Nya yang talc terbatas, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam penulis limpahkan kepada nabi junjungan alam, rasul akhir zaman, Muha111mad SAW, yang selalu menunjukkan Ice jalan yang lurus dan diridhoi-Nya.

Skripsi ini berjudul "Pemberdayaan Tunanetra Melalui Komputer Bicara di Yayasan Mitra Netra", sebagai salall satu syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Sosial Strata Satu (S 1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullall Jakarta.

Penulis menyadari, skripsi ini terwujud atas bantuan berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima ka;ih kepada:

(3)

2. Dekan Fakultas Dakwah dan Kornunikasi, Dr. Murodi M.A.

3. Siti Napsiyah Arieffuzzaman, MSW, selaku dosen pernbirnbing yang telah rneluangkan waktunya dan dengan pengertian yang luar biasa telah rnernbirnbing penulis rnenyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Helrni Rustandi, M.A. dan lsrnet Firdaus M.Si, selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, yang telah rnernberikan dukuugan dan nasehatnya.

5. Drs. Yusra Kilun, M.Pd. selaku Penasehat Akadernik atas birnbingannya. 6. Seluruh staff dan dosen Fakultas Dakwah dan Kornunikasi, khususnya dosen

Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, yang atas birnbingan dan nasehat.

7. Seluruh jajaran staff dan dewan direksi Yayasan Mitra Netra, yang telah rnernbantu penulis dalarn penelitian; Drs. Irwan dvャセォオウエ。ョエッL@ Muizzudin Hilrni, S.Ag, Sugiyo, dan Tri Winarsih yang telah rnembantu penulis mendapatkan data-data penting selarna penelitian. Se11a Firdaus S.Ag atas pengertiannya yang sangat berarti bagi penulis.

8. Ternan-teman tunanetraku yang luar biasa; Teh Vina, Aris, dan Kak Budi atas kesediaannya berbagi pengalan1an yang berharga bagi penulis. Sernoga harapan kalian, harapan kita sernua segera terwujud. Gainbatte Kudasai!... 9. Keluarga besar Perguruan Seni Bela Diri Tapalc Suci Putra Muharnrndiyah

Pirnpinan Daerah 47 Jakarta Selatan atas dukungannya. Tanpa kalian Ima tak kan sarnpai ke sini. Kak Faisal, Kak Cile, Kak Ara, Kak Ilham, Kak Lino,

(4)

Yuni Fournita, atas dukungan, semangat, dan persahabatan yang sangat berarti

(thank's sist ... ). Semoga persaliabatan kita terjalin tak terbatas rnang dan waktu.

11. Teman-teman kosauku; Aan Kharhanah, Kiki Ruqiyah, Stiti Hilwah, dan Eka, yang telah memberikan bantuan dan dukw1gan yang berarti. It's mean a lot for me ....

12. Teman-teman seperjuanganku, Kessos angkatan 2003. Tunjukkan kita adalah

pioneer, pengawal bagi adik-adik kita.

Pada kesempatan ini juga penulis berterima kasih kepada piliak-pihak yang tak bisa penulis tuliskan satu persatu. Semoga Allah melipatgandakan semua kebaikan kalian. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai piliak.

Pada akhimya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kesalal1an, penulis mengharapkan saran yang rekonstruktif untuk kemajuan penulisan yang akan datang.

Jakarta, Juni 2008

(5)

ABSTRAK ... i

KATAPENGANTAR ... ii

DAFT AR ISi ... v

DAFTARLAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mas al ah . ... ... .. ... . .. .. . .. ... ... .. . ... .. . . ... . .. . .. ... ... .. I B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian ... 11

2. Subjek Penelitian ... 11

3. Objek Penelitian ... 12

4. Macam-macam Data ... 12

5. Teknik Pengumpulan Data ... 12

6. Teknik Analisis Data ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KERANGKA TEORI A. Pemberdayaan Masyarakat l. Pengertian Pemberdayaan ... 15

2. Ketidalcberdayaan ... 19

3. Indikator Keberdayaan ... 21

4. Intervensi Dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat ... 23

5. Tahapan Pemberdayaan ... 25

B. Tunanetra I. Pengertian Tunanetra ... 28

(6)

6. Dampak Ketunanetraan Bagi Keluarga, dan Masyarakat ... 33

C. Komputer Bicara ... 36

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Profil Y ayasan Mitra Netra ... 40

1. Latar Belakang Y ayasan Mitra Netra ... 40

2. Visi Mitra Netra ... 42

3. Misi Mitra Netra ... 42

4. Ruang Lingkup Program ... .43

1. Rehabilitasi ... 43

2. Pendidikan ... 43

3. Informasi dan Komunikasi ... .46

4. Tenaga Kerja ... 47

5. Penelitian dan Pengembangan ... 48

6. Publikasi ... ... 50

7. Pola Pendanaan ... 51

8. Manajemen Organisasi ... 52

BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN TUNANETRA MELALUI KOMPUTER BICARA DI YAYASAN MITRA NETRA A. Pelaksanaan Pemberdayaan Tunanetra Melalui Komputer Bicara di Y ayasan Mitra Netra ... 54

1. Tahapan pemberdayaan Tunanetra Melalui Kom:puter Bicara di Yayasan Mitra Netra ... 56

a. Tahapan Perencanaan ... 56

b. Tahapan Pelaksanaan ... 56

c. Tahapan Evaluasi ... 66

d. Tahapan Terminasi ... 66

(7)

B. Manfaat Pemberdayaan Tunane1ra Melalui Komputer Bicara di

Y ayasan Mitra Netra ... 80

1. Karakteristik Ketunanetraan Subjek Penelitian ... 81

a. Vina Novina Puspita Ridwan ... 81

b. Aris Y ohanes ... 82

c. Budi Santoso ... 83

2. Indikator Keberdayaan Subjek Penelitian ... 84

3. Transformasi Tidak Berdaya Menjadi Berdaya ... 88

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .. ... .. . .. ... .. . .. . .. .. . . . ... ... . .... . .. ... . .. .. . .. . .. .. . .. . . . ... . .. ... .. . .. ... . .. 101

B. Saran ... 104

(8)

1. Tabel Jadwal Kursus Mengetik 10 Jari

3. Tabel Daftar Peserta Kursus Komputer Bicara 4. Tabel Data Peserta Didik Yayasan Mitra Netra

5. Gambar Kegiatan Tunanetra dengan Komputer Bicara 6. Gambar Alat Bantu Tunanetra

(9)

rnenggunakan fasilitas urnurn, layanan sosial, kesehatan serta pengernbangan budaya. Hal tersebut rnengakibatkan rnunculnya berbagai kesulitan bagi tunanetra. Karena harnbatan fisik rnaupun rnentalnya tidalc rnarnpu rnerespon perubahan sosial di sekitamya dengan cepat dan terpinggirkan dari proses pernbangunan yang tidak adil karena berturnpu pada rnekanisrne pasar.3

Sebagai contoh para tunanetra hanya boleh bersekolah di sekolah khusus dan terpisab dari anak-anak berpenglihatan. Mereka diternpatkan di Panti Rehabilitasi yang hanya rnemberikan pelatihan konvensional seperti rnernbuat keset, rnenganyarn rnernijat, dan lain-lain. Begitu pula rnereka rnenjadi orang-orang rninoritas yang tertinggal dalarn akses teknologi informasi dan kornunikasi. Sehingga mereka membutuhkan alat-alat bantu khusus bagi tunanetra yang hingga saat ini masih sulit didapat karena jumlabnya yang terbatas.

(10)

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini sebagai beiik-ut:

a. Bagaimanakah pelaksanaan pemberdayaan tunanetra melalui komputer bicara di Yayasan Mitra Netra?

b. Apakah manfaat pemberdayaan tunanetra melalui komputer bicara bagi tunanetra di Yayasan Mitra Netra?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai beiikut:

l. Untulc mengetahui pelaksanaan pemberdayaan tunanetra melalui komputer bicara di Yayasan Mitra Netra.

2. Untuk mengetahui manfaat pemberdayaan エオョ。ョセエイ。@ melalui komputer bicara bagi tunanetra di Y ayasan Mitra Netra.

Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademis

a) Menarnbah khasanal1 akademik berupa dokumen tertulis mengenai upaya pemberdayaan tunanetra melalui komputer bicara.

b) Mengkaji dan memperdalarn tentailg ketunanetraan dan alat-alat bantunya.

2. Manfaat Praktis

a) Dapat menarnbah wawasan dan pengetahuan tentang pemberdayaan tunanetra melalui komputer bicara.

(11)

c) Mampu menjelaskan secara mendasar mengenai dunia sosial dan menjadi bahan evaluasi akan pem1asalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pemberdayaan tunanetra melalui kornputer bicara di Y ayasan Mitra Netra.

3. Bagi penulis sendiri penulisan skripsi ini bertujuan untuk rnernenuhi salah satu syarat kelulusan dan rnendapat gelar Sarjana Sosial Islam.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Y ayasan Mitra Netra dengan alamat

JI.

Gunung Balong II No. 58, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. 12440. Telp. 62-21-75913480, Fax. 62-21-7655264, website: www.mitranetra.or.id. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - April.

Alasan penulis memilih Y ayasan Mitra N etra sebagai ternpat penelitian karena yayasan ini rnerupakan lernbaga yang rnernpelopori pemberdayaan tunanetra dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan, dan ketenagakerjaan. Beriknt ini beberapa penghargaar1 yang telah diperoleh Y ayasan Mitra Netra:

1. Index Award 2000. penghargaan ini cliberikan oleh Index, sebual1 perusahaan rnesin cetak braille (Braille Embosser) dari Swedia, sebagai pengakuan atas kornitrnen Mitra Netra dalam penyediaan buku braille bagi tunanetra.

(12)

3. Samsung Digital Hope 2004. Mitra Netra memerumgkan penghargaaan ini dalam sebuah kompetisi berskala regional Asia Australia, yang diselenggarakan Samsung Asia. Penghargaan ini juga merupakan pengakuan atas beberapa program inovasi pemanfaatan teknologi informasi bagi tunanetra.

4. Asia Pacific NGO Awards 2005. Mitra Netra te1pilih sebagai Country Winner dalam Asia Pacific NGO Awards yang diselenggarakan oleh Citigroup bersama Resource Alliance. Ajang ini bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada LSM yang berprestasi. Kriteria penilaian didasarkan atas manajemen yang profesional, inovasi dalam mobilisasi sumber daya lokal, dan efektifitas dari program tersebut dalam meningkatkan kesejahteraan masyaralcat di sekitamya.

5. Samsung Digital Hope 2005. Mitra Netra memnangkan kompetisi berskala regional Asia Australia untuk yang kedua Jrnlinya. Program yang didedikasikan adalah diversifikasi bahan bacaan urituk tlmanetra melalui pemanfaatan teknologi infonnasi.

E. Tinjauan Pustaka

(13)

Studi kepustakaan juga penulis lakukan pada skripsi yang ada di perpustakaan utama UlN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di antaranya: Pelaksanaan Program Pendampingan Pendidikan dan Latihan Bagi Klien Tunanetra di Yayasan Mitra Netra Jakarta Selatan oleh Wiwi Halawiyah; Motivasi dan Strategi Usaha Para Tw1anetra Dalam Upaya Pencapaian Kemandirian Ekonomi Keluarga di DK.I Jakarta oleh R. Ismail Prawira Kuswna; serta Pengaruh Self Efficacy Terhadap Komunikasi Interpersonal Pada Siswa Tunanetra dan Tunarungu SMUN 66 Jakarta oleh Siti Hikmah. Namun demikian, penulis belwn menemukan pemballasan mengenai pentingnya pemberdayaan tunanetra melalui komputer bicara. Pada wnunmya penulis dari setiap buk:u dan skripsi tersebut di atas hanya menekankan/membahas hal-hal yang berkaitan dengan tmranetra dari sudut pandang pendidikan, sosial, psikologi dan lain-lain. Apalagi tidak sedikit dari mereka yang melakukan repetisi (pengulangan) dari buku-buku sebelunmya.

(14)

Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sendiri, skripsi ini rnerupakan skripsi pertarna yang rnengangkat persoalan pemberdayaan tunanetra rnelalui komputer bicara.

F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini penulis rnenggunakan pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang rnenghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 5 Dengan rnernilih pendekatan ini penulis bcrharap dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat.

2. Subjek Penelitian

(15)

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pendekatan pemberdayaan tunanetra melalui komputer bicara di Yayasan Mitra Netra.

4. Macam-macam Data

a) Data primer yaitu data-data yang diperoleh dari subjek peneliitan da informan.

b) Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari literatur/bacaan yang berhubungan dengan tulisan ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilaknkan penulis dalam penelitian kualitatif deskriptif analisis ini adalah:

1) Wawancara: yaitu tanyajawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. 6 Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik interview bebas terpimpin; yaitu penulis mengajnkan beberapa pertanyaan yang telah penulis siapkan kepada para responden, yang dijawab oleh responden dengan bebas terbuka.

(16)

3) Dokumentasi: yaitu pengambilan data y<mg diperoleh melalui dokumen-dokumen tertulis.8 Dalam ha! ini penulis menggunakan beberapa literatur seperti dokumen, arsip, makalab, dan juga buku-bukn yang terkait dengan masalab yang dibabas.

6. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh di lapangan selanjutnya disajikan secara deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis membaca, mempelajari, memabami dan menguraikan semua data yang diperoleh, lalu membuat analisa-analisa komprehensif sesuai dengan rumusan masalab dan tujuan penelitian sert'l teori yang disajikan.9

Selanjutnya sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan bukn Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullab Jakarta Tabun 2007.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudal1 penulisan skripsi ini, maka penulis membaginya ke dalam lima bab. Adapun perinciarmya sebagai berikut:

BABI

PENDAHULUAN

(17)

BAB II

BAB HI

BAB

IV

BABV

TINJAUAN TEOJUTIS

Bab ini membahas tentang pengertian pemberdayaan, ketidakberdayaan, indikator keberdayaan, serta proses dan tahapan intervensi sosial dalam pemberdayaan. Selanjutnya bab ini juga membahas hal-hal yMg berkaitan dengan tunanetra yang meliputi pengertian, klasifikasi, penyebab dan karnkteristiknya. Pembahasan tentang komputer bicara juga dibahas pada bab ini.

PROFIL LEMBAGA

Bab ini menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan, visi dan misi, program, pola pendanaan, serta manajemen organisasi Y ayasan Mitra Netra.

ANALISA

Bab ini mambahas tentang pemberdayaan tunanetra melalui komputer bicara, serta manfaat pemberdayaan tunanetra melalui komputer bicara bagi klien di Yayasan Mitra Netra. PENUTUP

(18)

A. Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan

Menurut Departemen Sosial, kecacatan, termasnk didalamnya tunanetra, mempakan masalah sosial. Sedang hakikat masalah sosial menurut Rubington dan Weinberg dalam Tc:guh Supliyono adalah:

"Social problem as an alleged situation that is incompatible with the values of significant number of people who agree that action .is needed to alter the situation" (Masalah sosial sebagai situasi yang diduga atau dianggap oleh banyak orang bertentangan dengan nilai, sehinpsa mereka setuju adanya tindakan untuk mengatasi atau menghilangkan situasi tersebut).

Lebih lanjut menurut Supriyono, salah satu tindakan yang harus diambil untulc mengatasi masalah kecacatan, tennasnk tunanetra, adalah dengan pemberdayaan masyarakat.2

Istilah pemberdayaan masyarakat mtmgacu kepada kata empowerment yang berarti penguatan. Y aitu sebagai upaya untnk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka. Maka pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diharapkan adalah yang dapat memposisikan individu sebagai subjek bnkan sebagai objek.3

1

Teguh Supriyono, "Masalah-masalah Kesejabteraan Sosial", disampaikan pada kuliah sehari Konsentrasi Kesejabteraan Sosial, April 2006, h. 2

2

Ibid, h. 4

(19)

Payne sebagairnana dikutip Adi (2003) rnenjelaskan babwa pernberdayaan adalab:

"To help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of social or personal block to exercising excisting power, by increasing capacity and self confidence to use power and by transferring power from the

environment to clients".

(Membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan terkait dengm1 diri mereka, termasuk mengurangi efek

hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui

peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri yang ia miliki, antara lain melalui transfer

daya dari lingkungannya)4

Menurut Suharto (2005) pernberdayaan rnenunjnk pada kernarnpuan orang, khususnya kelornpok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemarnpuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalarn arti bnkan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mcreka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlnkan ( c) berpartisipasi dalan1 proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. 5

Dubois dan Miley sebagaimana dikutip M. Zaenal Hakim (2003), memberikan batasan pemberdayaan sebagai suatu proses melalui mana klien mencapai sumber-sumber personal, organisasi, dan komunitas yang

4

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan intervensi

(20)

mernungkinkan mereka rnemperoleh pengendalian yang lebih besar atas lingkungan rnereka dan mencapai aspirasi-aspirasi mereka. 6

Hakim menarnbahkan, Dubois dan Miley juga mengaitkan upaya pencapaian pernberdayaan dengan fungsi ォ・ウセェ。ィエ・イ。。ョ@ sosial. Y aitu dilaksanakan rnelalui konsultasi, manajemen sumber dan pendidikan. Konsultasi berkaitan dengan upaya pemecahan masalah, manajemen tetfokus pada pernanfaatan dan koordinasi sistern penyediaan pelayanan sosial, pendidikan mencakup beberapa tipe pengajaran dan proses pembelajaran. Keterkaitan upaya pernberdayan dengan fungsi kesejahteraan sosial rnenunjnkkan bahwa pernberdayaan ini bersifat integratif dan menyelurnh. Selain penguatan individu, kelompok atau komunitas juga perlu pemberdayaan terhadap strnktur sosial yang ada untuk meningkatkan kesernpatan akses dan surnber bagi individu dan juga melalui proses belajar untuk menumbullkan dan rneningkatkan kesadaran, pernaharnan, pengetahuan serta keterarnpilan sehi:ngga memaharni kondisi objektif dan menentukan cara untuk menghadapi dan rnenjalani hidupnya. 7

Hakim juga rnengutip pendapat Ifo tentang pemberdayaan. Ife menjelaskan bahwa:

"Empowerment means providing people with the resources, opportunities, knowledge, and skill to increase their capacity to determine their own future and to participate in and affect the life of their community."

"Pemberdayaan sebagai sarana untuk membetikan orang dengan sumber-sumber, kesempatan-kesempatan, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga dapat menentukan masa depannya dan berpartisipasi dalam kehidupan

komunitas mereka."

6

M. Zaenal Hakim, "Pemberdayaan Penyandang Cacat Melalui Rehabilitasi

(21)

Selanjutnya Kartasasmita dalam buku Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial yang ditulis oleh Sulistiati (2004) mengatakan, bahwa memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendinamisasi potensi-potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain menjadikan masyarakat mampu dan mandiri dengan menciptakan iklirn yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Pemberdayaan bukan hanya melipnti penguatan anggota individu anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya, menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan tanggung jawab adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan.9

Sedang menurnt Parson yang dikutip oleh Suharto (2005) pemberdayaan adalah sebuah proses dengan maria orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalmn, berbagi pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadiar1 serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orm1g memperoleh pengetalman, keterampilan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. 10

(22)

sehingga mereka terpaksa tidak berkemampuan dan berkesempatan untnk menentnkan apa yang ada pada dirinya.12

Selanjutnya Suharto (2003) menyebutkan babwa kelompok masyarakat tersebut meliputi kelompok-ke!ompok tertentu yang mengalami diskriminasi dalam suatu masyaralcat. Seperti masyarakat kelas sosial ekonomi rendab, kelompok minoritas etnis, wanita, populasi lanjut usia, serta para penyandang cacat.13

Sementara Sennet dan Cab dan Conway dalam bnku Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat yang ditulis oleh Suharto (2003) menyatakan, babwa ketidakberdayaan ini disebabka11 oleh beberapa faktor seperti ketiadaan jaminan ekonomi, ketiadaan pengalaman dalam arena politik, ketiadaan alcses terhadap infommsi, ketiadaan dnkungan finansial, ketiadaan pelatihan-pelatihan dan adanya ketegangan fisik maupun emosional.14

Menurut Soelaiman yang dikutip oleh Sulmrto (2003) lagi, ketidakberdayaan dapat berasal dari:

1. Penilaian diri yang negatif. Ketidakberdayaan dapat berasal dari sikap penilaian negatif yang ada pada diri seseorang yang terbentnk akibat adanya penilaian negatif dari orang lain. Misalnya penyandang cacat atau kelompok minoritas merasa tidak berdaya karena mereka telab disosialisasikan untnk melihat diri mereka sendiri sebagai orang yang tidak memiliki kekuasaan setara dalan1 masyarakat.

(23)

2. Interaksi negatif dengan orang lain. Ketidakberdayaan dapat bersumber dari pengalaman negatif dalam interaksi antara korban yang tertindas dengan sistem diluar mereka yang menindasnya.

3. Lingkungan yang lebih luas. Lingkungan hlas dapat menghambat peran dan tindakan kelompok yang te1tindas tersebut dalam mengekspresikan atau menjangkau kesempatan-kesempatan yang ada dalam masyarakat. Misalnya kebijakan yang diskriminatif kepada kelompok gay, lesbian dan penyandang ca.cat dalam memperoleh pendidikan dan pekerjaan.15

3. Indikator Keberdayaan

Pemberdayaan dapat dipahami sebag<lli upaya mencapai suatu kondisi masyarakat yang berdaya. Shardlow seperti dikutip Adi (2003) melihat bahwa kondisi yang hendak dicapai adalah suatu kondisi dimana individu mampu menentukan masa depannya sendiri sesuai yang diinginkannya. 16

Hal ini berarti bahwa setiap individu mencapai kondisi berdaya jika mampu memahami kondisi sendiri, mampu menentukan pilihan tindakan sesuai kondisi, dan harapan serta mampu menentukan kebutuhan sesuai prioritas pilihan-pilihannya.

Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara operasional, maka perlu ll11tuk mengetahui fokus dan tujuan keberdayaan yang dapat menll11jukkan seseorang itu berdaya atau tidak. Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang

(24)

menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan dan kemampuan kultural dan politis.17

Berikut adalah indeks keberdayaan yang penulis adaptasi dari Edi Suharto (2004) dalam makalah Pendekatan Pekerjaan Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin sesuai dengan konteks keberdayaan tunanetra:

a. Kebebasan mobilitas: kemampuan untuk pergi ke luar rumah atau wilayah tempat tinggalnya. Seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop, rumah ibadah atau ke tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu pergi sendirian.

b. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan dalam keluarganya c. Kebebasan relatif dari dominan keluarga: kebebasan untulc memiliki

sesuatu a.tau pergi ke luar rumah untulc bekerja dan lain sebagainya -tanpa larangan keluarga.

d. Kesadaran hukun1 dan politik: mengetahui nan1a salah satu pegawai pemerintah desa/kelura11an, seorang anggota DPRD setempat, nama presiden, mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukU111-hukU111 waris.

e. Keterlibatan dalam kampanye dan protes: seseorang dianggap berdaya jika ia pernah terlibat dalan1 kampanye atau bersama orang lain melakukan aksi. Misalnya kampanye tentang hak-halc tunanetra yang terbelenggu, atau bantuan sosial yang disalahg1makan.

f. Jarninan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: seseorang di anggap berdaya bila ia · mempunyai a.set produktif, tabungan dan sebagainya 18

Selanjutnya Hakim mengutip pendapat Ife, mengemukakan tujuh jenis kemampuan yang barns diberikan dalam rangka strategi pemberdayaan berbasis masyarakat terhadap kelompok-kelompok yang tidak berdaya, sebagai berikut:

a. Power Over Choices and Lije Chances (pilil1an-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup), kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan.

17

Suhmto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, It. 64-66

(25)

b. Power Over The Definition of Need (pendefisian keb han), kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan asn · asi dan

keinginannya. /

c. Power of The Ideas (ide/gagasan), kemampuan men?e}'Spresikan dan menyurnbangkan gagasan dalam suatu forum atau 、ゥウセウゥ@ secara bebas

dan tanpa tekanan. /

d. Power of Institutions (lembaga-lernbaga), kemampuan dalam

menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan.

e. Power Over Resources (sumber-sumber), kemampuan memobilisasi

sl.lll1ber-surnber formal, informal dan kemasyarakatan.

f. Power Over Economic Activity (aktivitas ekonomi), kemampuan

memanfaatkan dan mengelola mekartlsme produksi, distribusi dan pertukaran barang serta jasa.

g. Power Over Reproduction (reproduksi), kemampuan dalam kaitannXa

dengan proses kelahiran, perawatan anak, penclidikan clan sosialisasi. 9

4. Intervensi Dalam Proses Pembeirdayaan Masyaralrat

Parson dalam Suharto (2003) menyatakan bahwa proses pemberdayaan Ull1llll111ya dilakukan secara kolektif. Namun demikian, tidak semua intervensi pekerjaan sosial dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa situasi strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual. Meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sl.lll1ber atau sistem diluar dirinya Dalam konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melalui:

a. Intervensi mikro, yaitu pemberdayaan yang dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management,

crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih

(26)

disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach).

b. Intervensi mezzo, yaitu pemberdayaan yang dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keteran1pilan dan sikap-sikap klien agar memiliki keman1puan memecahkan permasalailan yang dihadapinya.

c. Intervensi makro. Pendekatan ini disebut sebagai strategi sistem besar

(large-system strategi), karena sasaran perubailan diarai1kan pada sistem lingkungan yang luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik adalal1 beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memanclang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memailami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menemukan strategi yang tepat untuk bertindalc 20

(27)

5. Tahapan Pemberdayaan

Selanjutnya tahapan-tahapan yang harus dilakukan pada pemberdayaan bersifat cyclical atau siklus dan fleksibel yang berusaha untuk tanggap atas perubahan dan kebutuhan yang berkembang pada komunitas sasaran. Terdapat dua model tahapan pemberdayaan. Berikut adaliah baga11 dua model tahapan pemberdayaan menurut Adi (2003):

Bagan I

Tahapan pemberdayaan dalam dua model pemberdayaan masyaralcat.

Model 1 Model2

Persiapan

..

+

-l

.

Pengkajian Pengkajian .

(Assessment) (Assessment) .

+

セ@

Perencanaan Perencanaan program

.

alternatif program atau atau kegiatan

kegiatan (Designing)

セ@

Pemformulasian rencana aksi

セ@

セ@

Pelaksanaan Program

.

a.tau kegiatan

セ@

」ューォュセL@

=1-Evaluasi Evaluasi

i

l

(28)

Untuk memperjelas bagan di atas maka dibawah ini akan diuraikan penjelasannya. Tahapan model I dituliskan secara langsung sedangkan model II ditnlis dalam kurnng.

a. Tahap Persiapan (Engagement).

Pada tahap ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu pertama, penyiapan petngas. Y aitn tenaga pemberdaya masyarakat yang bisa juga dilakukan oleh community worker, dan penyiapan lapangan yang pada dasamya diusahakan dilakulcan secara non-direktif.

b. Tahapan Pengkajian (Assessment).

Proses pengkajian dapat dilakukan seara individual melalui tokoh-tokoh masyarakat (key person), tetapi juga dapat melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam hal ini petngas harus berusaha mengidentifikasi masalah kebutnhan yang dirasakan (felt needs) danjuga sumber daya yang dimiliki klien. c. Tahapan Perencanaan Altematif Program atau Kegiatan

(Designing).

Pada tahap ini petngas sebagai agen pembah (exchange agent)

(29)

d. Tahapan Pemformulasian Rencana Aksi (Designing).

Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok untulc memformulasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada penyandang dana.

e. Tahapan Pelalrnanaan Program atau Kegiatan (lmplementasi). Dalam upaya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kerjasama antara petugas dan masyarakat merupakan ha! penting dalam tahap ini karena terkadang sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik melenceng saat di lapangan.

f. Tahapan Evaluasi.

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilalrnkan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga tersebut diharapkan dalarr1 jangka waktu pendek bisa terbentuk suatu sistem komunitas untuk pengawasan secara internal dan untuk jangka panjang dapat membangun komunitas masyarakat yang lebih mandiri dengan mea:nfaatkan sumber daya yangada.

g. Tahapan Terminasi (Disengagement).

(30)

B. T1111a11etra

petugas tidak meninggalkan komunitas secara tiba-tiba walaupun proyek harus segera berhenti. Petugas harus tetap melakukan kontak meskipun tidak secara rutin. Kemudian secara perlahan-lahan mengurangi kontak dengan komunitas sasara11.

1. Pengertian Tunanetra

Secara umum tunanetra adalah seseorang yal1g memiliki hambatan dalam penglihatan atau kurang/tidak berfungsinya indera penglihatan. Sedang menurut WHO, penyandang cacat netra adalah orang yang derajat ketajaman penglihatannya pada jarak terbaik setelah dikoreksi maksirnal tidak lebih daripada kemampuan menghitung jari pada jarak tiga meter.

(31)

"An individual may properly be said to be blind or a blind person when he

has to devise so many alternative techniques - that is,

if

he to function efficiently -that is pattern of daily living is substantially altered".23

Menurut pengertian tunanetra diatas, teknik alternatif adalah cara khusus (baik dengan atau tanpa alat bantu) yang memanfatkan indera-indera non-visual atau sisa indera-indera penglihatan untuk melakukan suatu kegiatan yang normalnya dilakukan dengan indera penglihatan. Dalam ha! ini indera perabaan dan pendengaran merupakan saluran penerima informasi yang paling efisien sesudah indera penglihatan.

Orang dengan gangguan penglihatan dapat diketahui dengan kondisi berikut:

a. Penglihatan kurang dari ketajaman yang dimiliki oleh orang awas b. Ketajaman Te1jadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan

tertentu

c. Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf mata

d. Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan. 24

Untuk mengetahui ketuuanetraan, dapat digunakan tes dengan menggunakan sebuah kartu yaitu kartu Snellen, dimana orang dikatakan tunanetra bila penglihatannya kurang dali 6/21. Artinya berdasarkan tes

(32)

Snellen anak hanya mampu membaca pada jarak 6 meter yang oleh orang awas dapat dibaca padajarak 21 meter.25

2. Klasifikasi Tunauetra

Menurut Depdiknas (2005) klasifikasi tunanetra dapat dibagi pada tiga kelompok:

a. Berdasarkan kemampuan daya lihat

1) Tunanetra ringan, seperti rabun, juling dan masih bisa beraktivitas yang memerlukan penglihatan.

2) Tunanetra setengah berat, yaitu penderita masih bisa menggunakan kaca pembesar dan mampu membaca tulisan yang berhuruftebal. 3) Tunanetra berat, yaitu penderita tidak dapat melihat sama sekali

(buta).

b. Berdasarkan ketajaman penglihatan dengan menggunal<an kartu Snellen

1) 6/6 m -16/16 m. pada tingkat ini penglihatan masih dikatakan normal.

2) 6/20 m - 6160 m. pada エゥョセLォ。エ@ ini disebut low vision dan masih bisa melihat dengan bantuan kacamata.

3) 6/60 m. pada tingkat ini dikatakan tunanetra berat dan hanya dapat membedakan terang dan gelap.

c. Berdasarkan waktu te1jadinya.

1) Tunanetra sebelum dan sejak lahir

(33)

3) Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja 4) Tunanetra pada usia dewasa

3. Penyebab Tunaneti·a

Menurut Depdiknas (2005) tunanetra juga dapat dikelompokkan berdasarkan penyebabnya.

a. Pre Natal (internal), yaitu faktor-faktor yang erat hubungannya dengan keadaan bayi selama masih berada dalam kandungan. Kemungkinannya karena faktor gen (sifat pembawa keturunan), kondisi psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan obat, dan sebagainya. b. Post Natal ( ekstemal), yaitu faktor yang terjadi saat atau setelah

melahirkan. Misalnya kecelakaan, pengarnh alat bantu medis (tang) saat melahirkan sehingga sistem persyarafannya rnsak, kurang gizi atau vitamin, terkena racun, vims trachoma, panas badan yang terlalu tinggi, serta peradangan mata karena penyakit, bakteri ataupun vims.

4. Karakteristik Tunanetra.

Menurnt Sutjihati (2006) karakteristik tunanetra dapat dilihat dari beberapa gejala;

a. Beberapa gejala atau pola emosi tunanetra adaJlah pernsaan takut, malu, khawatir, cemas, mudah marah, iri hati, serta kesedihan yang berlebihan.

(34)

c. Beberapa kepribadian tunanetra adalah cenderung introvert, neurotik:, frustasi, dan rigiditas (kekakuan) mental. Bal1kan pada low vision

sering terjadi konflik identitas di mana suatu saat ia oleh lingkungannya disebut anak awas tetapi pada saat yang lain disebut sebagai tunanetra.

d. Secara kognitif tunanetra mempunyai daya ingat yang tinggi namun miskin konsep akan warna, arah, jarak dan waktu. Begitu juga dalam bahasa. Mereka hanya mengetahui sebatas verbal tanpa mengetahui secara defmitif.

e. Secara sensorik motorik tunanetra memiliki ciri !mas. Sering kita jUlllpai cara berjalan tunanetra tampak kaku, tegang, lamban, atau pelan, disertai dengan perasaan was-was dan penuh kehati-hatian. Begitu juga saat menggerakkan tangan yang kurang harmonis untuk melakukan aktivitas yang belum familiar.26

5. Alat Bantu Tunanetra

alam melakukan aktifitasnya sehari··llllli tunanetra memerlukan alat bantu. Menurut Depdiknas (2005) alat bantu tersebut dibagi berdasarkan klasifikasi ketunanetraan.

a. Tunanetra

(35)

2) Alat peraga: alat peraga tactual atau audio yaitu alat peraga yang dapat diamati melalui perabaan dan pendengaran. Seperti buku Braille, kaset dan CD.

b. Low Vision

I) Alat bantu optik: kacamata, kacamata pembesaran, Hand

Magnifier.

2) Alat Bantu non optik: kertas bergaris besar, spidol hitam, lampu meja, penyangga buku.

3) Al at peraga: gambar yang diperbesar, benda/model tiruan.

6. Dampak Ketunanetraan Bagi Keluarga, dan Masyarakat

Tunanetra seringkali dipandang sebagai individu yang memiliki cirri khas, diantaranya secara fisik tunanetra dapat di.cirikan dengan tongkat, dog guide (anjing penuntun), menggunakan kacamata gelap, dan ekspresi wajah tertentu yang datar.

(36)

Namun dalam pandangan orang awas tunanetra juga mempunyai kelebihan yang sifatnya positif seperti kepekaan terhadap suara, perabaan, ingatan, keterampilan dalam memainkan musik, serta ketertarikan yang tinggi pada nilai-nilai moral dan agama.

Sebaliknya, tunanetra sendiri beranggapan bahwa orang awas pada umumnya memiliki sikap sebagai berikut:

a. Pada umumnya orang awas tidak tahu banyak tentang 'orang buta' dan kemudian akan terheran-heran ketika tunanetra mennnjukkan kemampuarmya dalam berbagai hal.

b. Orang awas cenderung kasihan pada orang tunanetra dan pada saat yang sanm mereka berpikir bahwa mereka lebih berani dibandingkan dengan orang awas Iainnya.28

Sedangkan bagaimana sikap tunanetra terhadap kebutaannya, dikatakan oleh Bauman dalam Sutjihati (2006), bahwa keberhasilan dalam penyesuaian sosial dan ekonomi pada tunanetra berkaitan erat dengan sikap-sikap diri dan keluarganya terhadap kebutaannya serta pemilikan kemampuan intelektual dan stabilitas psikologis dan sebagainya.29

(37)

hari. Reaksi orangtua terhadap ketunanetraan anaknya pada umumnya dapat dibagi menjadi lima kelompok:

a. Penerimaan secara realistik terhadap anak dan keturunannya.

Sikap ini ditunjukkan dengan pemberian kasih sayang yang wajar serta perlalruan yang sama terhadap permasalahan yang dihadapi anak dan keluarganya.

b. Penyangkalan terhadap ketunanetraan anak.

Ketunanetraan anak biasanya ditanggapi dengan sikap yang terbuka, tetapi disertai dengan alasan-alasan yang tidak realistik terhadap kecacatannya. Temtama terhadap kebntuhan dan permasalahannya. Dalam pendidikan orang tua sering kali tidak percaya bahwa anaknya perlu layanan pendidikan secara khusus dan menyangkal bahwa akhirnya prestasinya rendah.

c. Overprotection atau perlindungan yang berlebihan.

Biasanya dilakukan orang tua sebagai kompensasi karena ketunanetraan anaknya dirasakan sebagai akibat dari perasaan bersalah atau berdosa. Sikap ini cenderung tidak men!,'lllltungkan anak karena akan menghambat perkembangan dan kematangan anak temtama dalam aspek kemandirian.

d. Penolakan secara te1tutup.

(38)

e. Penolakan secara terbuka.

Penolakan secara terbuka biasanya ditunjukkan dengan sikap bahwa secara terns terang ia menyadari ketunanetraan anaknya, tetapi sebenarnya ia secara rasio maupun emosional tidak pemah dapat menerima kehadiran anaknya tersebut. Orang tua yang demikian biasanya bersikap bertahan dan tidak pemah merasa bersalah dan mau menerima kenyataan tersebut. Ia cende:rung ingin mencari tahu sebab-sebab ketunanetraan anaknya kepada orang lain atau para ahli, tetapi tidak pernah menemukan jawabaimya. Pada akhimya orang tua yang demikian biasanya bersikap masa bodoh dan tidak peduli dengan segala kebutuhan anaknya.30

C. Komputer Bicara

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini telah terbukti membuat kehidupan manusia jauh Iebih mudah. Dengan bantuai1 komputer, pekerjaan sehari-hari yang bersifat adminis1.ratif dapat dikerjakai1 dengan lebih cepat dan akurat. Demikian pula dengan komunikasi dan perolehan informasi dewasa ini semakin dipercepat kemungkinaimya dengan menggunalcan media internet.

(39)

dilakukan bila komputer dihubungkan dengan Braille Display. Perangkat keras yang dapat mengkonversi teks menjadi karakter Braille yang dapat dibaca dengan perabaan pada bagian displaynya. Tunanetra bisa mengetik dan mengedit menggunakan Braille display ini.

Aplikasi screen reader yang dimiliki oleh Yayasan Mitra Netra adalah JAWS (Job Acces With Speech) dari perusahaan Freedom Sientific. Salah satu perusahaan yang memberi perhatian pada tunanetra dengan memproduksi berbagai teknologi sebagai alat bantu untuk tunanetra. JAWS sendiri menurut Freedom Scientific adalah:

"Powerful/ accessibility solution that reads information on your screen using synthesized speech. JAWS provide many useful commands that make it easier to use programs, edit documents, and read web pages. With a refresible display, JAWS can also provide braille output in addition to, or instead of, speech. An array of versatile faetures and costumizable options lets you tailor JAWS for your individual needs and priiferences. JAWS for windows provides speech technology that the windows operating system to access popular software applications and the internet". 34

Penggw1aan komputer bicara pada dasarnya tidak berbeda. Perintah yang diberikan sama saja dengan pengguna komputer normal. Hanya saja alili-alih menggunakan mouse, tunanetra hanya menggunakan tombol manual untuk mengirimkan perintah. JAWS dapat membaca huruf, kata hingga kalimat yang diketik oleh pengguna komputer. Tunanetra hanya menekan tombol panah Ice kanan atau ke kiri, maka JAWS akan dapat mernbaca huruf satu persatu.35 Tunanetra juga tidak rnemerlukan monitor untuk rnengoperasikan komputer bicara. Dengan kornputer yang dilengkapi alat audio rnereka sudah dapat mengambil rnanfaat dari komputer bicara dengan baik.

34

"What is JAWS?", artikel ini diakses pada 27 oktober 2007 dari

(40)
(41)

A. Profil Yayasan Mitra Netra

1. Latar Belakang Yayasan Mitra Netra

Y ayasan Mitra Netra adalah organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan, pengembangan dan p<!ningkatan kesejahteraan sosial para tunanetra. Y ayasan yang berdiri pada tanggal 14 Mei 1991 ini dilatarbelakangi keadaan, dimana belum tersedianya layanan dan sarana yang kbusus bagi tunanetra, terutama dalam bidang pendidikan. Hal ini mengakibatkan tidalc adanya kesamaan kesempatan melalui kesetaraan perlakuan bagi tunanetra di bidang tersebut.

Tujuan ini sejalan dengan salah satu motivasi berdirinya organisasi pelayanan masyarakat menurut Scneidennan (1967) yang dikutip oleh Mendoza (1981), yaitu kemanusiaan dan keadilan social (Humanitarian and Social Justice Goal). Tujuan ini berkeyakinan bahwa setiap manusia memiliki hak untnk mengembangkan potensi yang mereka miliki. Meskipun kadangkala potensi tersebut tertutup oleh adanya hambatan fisik, sosial, ekonomi, kejiwaan ataupun faktor lainnya. 1

[image:41.521.80.458.163.510.2]
(42)

Dalam konteks ini, para pendiri Mitra Netra rnerniliki keyakinan bahwa:

a. Tunanetra dapat rnenjalani kehidupan yang mandiri, cerdas, berrnakna dan bahagia serta berfungsi di rnasyarakat apabila diberikan:

1) Rehabilitasi yang dapat rnengurangi dampak kecacatannya. 2) Pendidikan dan latihan yang dapat mengembangkan potensinya. 3) Peluang kerja seluas-luasnya.

4) Serta sarana atau layanan khusus yang dibutuhkan.

b. Tidak semua tunanetra dan keluarganya marnpu rnenyediakan dan rnernbiayai sendiri kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sebuah lembaga yang rnernbantu rnengupayakrumya untuk mereka. c. Untuk rnenjamin program yang diselenggarakan sesuai dengan

aspirasi tunanetra. Maka tunanetra harus dilibatkan dalam proses pengarnbilan keputusan, pelaksanaan, serta evaluasi suatu program. Para tunanetralah yang paling rnengerti dart mernaharni kebutuhan mereka.

d. Untuk meringankan tantangan yang dihadapi, diperlukan sinergi antara tunanetra dengan sahabat-sahabat yang bukan tunanetra, serta antara Mitra Netra dengan organisasi lainnya.

(43)

2. Visi Mitra Netra

Sebagai bagian dari komponen bangsa, Yayasan Mitra Netra mencita-citakan terwujudnya masyarakat yang inklusif (masyarakat yang dapat mengakomodir berbagai jenis perbedaan), bebas hambatan dan berdasarkan hak. Dalam masyarakat ini, tunanetra akan dapat hidup mandiri, cerdas, bermakna dan bahagia serta berfungsi dalam masyarakat.

Dalam upaya memberikan upaya memberikan perannya untuk mewujudkan cita-cita itu, visi Mitra Netra adalah: "Menjadi Pengembang dan Penyedia Layanan, Guna Terwujudnya Tunanetra yang Mandiri, Cerdas dan Bermakna Dalam Masyarakat yang inklusif'.

3. Misi Mitra Netra

a. Mengurangi dampak ketunanetraan melalui rehabilitasi.

b. Mengembangkan potensi tunanetra melalui upaya pendidikan dan pelatihan.

c. Memperluas peluang kerja tw1anetra melalui upaya diversifikasi dan penempatan kerja.

d. Mengembangkan keahlian dan sarana khusus bagi tunanetra melalui penelitian.

e. Meningkatkan kemampuan lembaga penyedia layanan bagi tunanetra yang lain dengan menyebarluaskan keahlian serta produk yang dihasilkan.

(44)

4. Ruang Lingkup Program a. Rebabilitasi

Program ini diselenggarakan untuk mengurangi dampak yang timbul akibat seseorang menjadi tunanetra. Layanan yang dilakukan adalab:

l) Layanan konseling yang diberikan oleh konselor tunanetra.

Kehadiran seorang konselor tunanetra terbukti dapat membantu memulihkan keseimbangan mental, psikis, dan sosial tunanetra dan keluarganya dengan lebih eifektif. Selain dapat lebih berempati pada klielll1ya, konselor sesarna tunanetra juga dapat berfungsi sebagai contoh (role model).

2) Pelatihan dan orientasi mobilitas.

Y aitu pelatihan yang memberikan bekal kemampuan kepada tunanetra untuk dapat mengorientasi lingkungan, melakukan mobilitas dan kegiatan sehari-hari lainnya dengan baik dan aman, sesuai dengan kondisi penglihatannya.

3) Pelatihan membaca dan menulis Braille

b. Pendidikan

(45)

penerima beasiswa langsung ditunjuk oleh lembaga dengan jumlah yang berbeda perbulannya sesuai dengan tingkatan

pendidikan.

Layanan pendidikan ini mengacu pada sulitnya tunanetra mendapatkan pendidikan. Karena masih kurangnya sekolah selain SLB yang mau menerima menjadi anak didiknya.

2) Menyelenggarakan kursus-kursus untuk membentuk kemandirian tunanetra dalam menempuh pendidikan. Meliputi:

a) Kursus mengetik awas sepuluh jari. Kursus ini bertujuan untuk menyiapkan agar komunikasi secara tertulis melalui huruf awas dengan orang yang berpenglihatan dapat berjalan. Misalnya dalam surat menyurat dan lain-lain. Kursus mengetik sepuluh jari ini juga dalam rangka persiapan mengikuti kursus komputer bicara.

b) Kursus komputer bicara. Kursus komputer ini dilakukan agar klien dapat mengoperasikan alat berteknologi mutakhir sebagai sarana untuk mendapatkan informasi clan sosialisasi.

c) Kursus abakus atau sempoa. Pada kursus ini klien diberikan materi fili.tmatika seperti penjumlalllll1, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

(46)

3. Informasi dan Komunikasi

Dalam bidang ini program yang diselenggarakan adalah: a. Memproduksi buku untuk tunanetra.

1) Produksi buku bicara. Y aitu buku dalam bentuk kaset ( disebut juga talking book) atau dalam bentuk CD (compact disk) yang disebut digital talking book (DTB). Proses produksi ini dilakukan di studio rekaman milik Mitra Netra dan oleh Mitra Netra sendiri. Dalam membuat DTB, Mitra Netra menggunakan standar yang ditetapkan oleh Daisy project. Y aitu DTB cliciptakan dengan alcses untulc tunanetra tanpa mengesampingkan kegunaan DTB untuk orang awas. Tunanetra dapat membaca DTB sesuai dengan kebutuhan. Misal dapat langsung mencari bab, sub bab, atau halaman yang ingin dibaca. Untuk membaca DTB, tunanetra memerlukan alat pembaca DTB. AJat pembaca yang dipunyai Mitra Netra adalah mesin pembaca bermerk Victor Reader. Selain itu DTB juga bisa dibaca menggw1akan komputer, CD player maupun DVD player. 2) Produksi buku Braille. Untuk memproduksi bnku Braille, Mitra

(47)

dan SLB di berbagai kota. Prioritas produksi buku Braille adalah buku-buku matematika, fisika, biologi, kimia, dan bahasa asing. 3) Mengembangkan layanan perpustakaan Braille On Line dengan

nama Komunitas Elektronik Braille Indonesia (KEBI) pada www.kebi.or.id sebagai media kerjasama antar lembaga yang memproduksi buku Braille di Indonesia yang dapat diakses di http://www.mitranetra.or.id./library.

4) Mengembangkan layanan perpustakaan sebagai pusat data dan informasi dilengkapi dengan perangkat lu111ak pembaca clan akses internet.

5) Mengembangkan mailing list sebagai media komunikasi dan diskusi tentang masalah ketunanetraan dan kecacatan lailll pada mitra-jaringan@yahoogroups.com.

seribubuku mitranetra@yahoo.com.

4) Tenaga Kerja

Dan

Di bidang ini Mitra Netra berupaya untuk memperluas peluang kerja bagi tunanetra, sebagai bagian usaha untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Hal ini dilakukan sejalan dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan para tunametra. Program yang diselenggarakan yaitu:

(48)

b. Mengembangkan model peluang kerja alternatif bagi tunanetra, yang berbasiskan keterampilan memanfaatkan teknologi informasi.

c. Melakukan promosi dan upaya penyaluran tenaga kerja, yang telah dibina di Mitra Netra.

Bidang tenaga kerja berupaya mencari peluang tenaga kerja baru, selain potensi sebagai pemijat, pengajar, dan pemain musik, yang mungkin dapat atau ballkan justru lebih produktif jika dilaknkan oleh tnnanetra. Beberapa potensi yang telah dirintis dan dikembangkan oleh Mitra Netra adalah penyiar radio non berita, operator telepon, konseptor/penulis aiiikel, konselor untuk sesama tnnanetra, operator studio rekaman, instruktur kursus komputer bicara dan manajer koperasi dan usaha kecil.

Untuk operator telepon, sampai sekai·ang Mitra Netra telah menempatkan para tunanetra di beberapa perusahaan seperti Indosiar, Metro TV, RS Fatmawati, Titipan Kilat dan sebagainya, yang hingga sekarang masih bekerja di sana. Namun saat ini lbanyak perusahaan yang menggunakan answer machine sehingga belum ada penyaluran tenaga kerja lagi.

5. Penelitian dan Pengembangan

Penyelenggaraan progran1 ini dilakukan berdasarkan skala prioritas, yaitu yang diutamakan pada pemenuhan kebutuhan di bidang-bidai1g yang memiliki fungsi strategis. Pada dasarnya, program di bidang penelitian dan pengembangan dibagi menjadi dua kategori.

(49)

6) Kehadiran kamus elektronik tunanetra ini, diharapkan bisa menjadi solusi karena unmmnya tunanetra yang belajar bahasa Inggris menghadapi kendala dalam mengakses kamus lengkap secara efektif dan mandiri.

7) Membuat website: http://www.mitanetra.or.id

8) Membuat

website

KEBI pada bm>//www.kebi.or.id atau http://www.mitranetra.or.id/library

b. Penelitian yang berkaitan dengan masalah sosial. Terutama pendidikan dan ketenagakerjaan. Misalnya metode pembelajaran untuk tunanetra, model tunanetra menjalani pekerjaan tertentu dan lain-lain. Dalam hal ini kegiatan yang telah dilakukan Mitra Netra diantaranya mengembangkan simbol Braille (baik musik atau lambang eksakta) dan menciptakan Braille Fonetik Bahasa Inggris.

6. Publikasi

(50)

Di bidang ini yang dilakuka11 Mitra Netra, pada prinsipnya adalah menyediakan informasi kepada masyarakat dalam be11tuk:

a. Media On Line.

b. Penyelenggaraan Pameran.

c. Diskusi, seminar, dan peluncuran hasil karya Mitra Netra d. Pementasan seni hasil karya tunanetra.

e. Publikasi melalui media massa baik cetak, elektronik maupun On Line.

7. Pola Pendanaan

Pola pendanaan Y ayasan Mitra Netra menggunakan pendekatan kemitraan. Y aitu kemitraan antar lembaga dengan lembaga-lembaga lain. Sebagai sebuah lembaga, Mitra Netra menggunakan posisi sebagai Implementing Agent yang berfungsi sebagai penyusun dan pelaksana program sekaligus pelaku evaluasinya. Pada evaluasi ini, pihak donor tidak hanya percaya kepada laporan yang dibnat lembaga, tetapi juga melakukan cross check dengan menanyai clan menilai kemajnan klien sesuai dengan program yang diselenggarakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran laporan dan peningkatan kualitas klien.

(51)

Hingga saat ini diakui Dra. Riyanti Ekowati,3 Kepala Bagian Rehabilitasi, Pendidikan, dan Pelatihan, Mitra Netra tidak mempunyai donor tetap. Para donor itu bersifat sementara sampai jangka waktu tertentu sesuai peraturan perusahaan donor. Ada.pun setelah dilakukan evaluasi, dikembalikan kepada donor apakah kerjasama akan diteruskan atau tidak. Menurut beliau tidal' ada kiat khusus untuk mencari Donor Agent. Selain melalui publikasi, para donor mengetahui Mitra Netra dari pemberitahuan donor yang pernah bekerja sama dengan lembaga dan puas akan kinerja lembaga, sehingga mereka tertarik memberikan dukungan dana. Pihak lembaga hanya mencoba mememihi kebutuhan klien dan bersikap profesional.

8. Manajemen Organisasi Yayasan Mitra Netra

Struktur organisasi Y ayasan Mitra Netra dibangun berdasarkan prinsip trias politika yaitu prinsip yang terdiii dari badan legislatif, yndikatif, dan badan eksekntif untuk meqjamin pelaksanaan pembagian kekuasaan dan kontrol serta untuk menghindari penyelewengan kekuasaan.

Trias politika di Y ayasan Mitra Netra diwujudkan dengan adanya Badan Pendiri/Pembina, Badan Pengawas dan Badan Pengurus yang menjalanan hak dan kewajiban dan tercantum dalam AD/ART.

(52)

untuk mufakat. Badan Pendiri yayasan adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam Yayasan Mitra Netra.

Badan Pengurus adalah mereka yang memimpin Y ayasan Mitra Netra. Anggota badan pengurus dipilih untuk periode tiga ta11un yang diangkat dan diberhentikan menumt keputusan rapat Badan Pendiri/Pembina. Artinya Badan Pengurus bertanggung jawab pada Badan Pendiri. Rapat Badan Pengurus diadakan setiap sekali dalam setahun atau jika dianggap perlu oleh Ketua. Badan Pengurus, dengan persetujuan Badan Pendiri, dapat membentuk seksi-seksi atau badan-badan untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan yayasan.

(53)

KOMPUTER BI CARA DI YAYASAN MITRA NE'fRA

A. Pelaksanaan Pemberdayaan Tummetra Melalui Komp111ter Dicara di Yayasan Mitra Netra

Seorang tunanetra mempunyai kendala dalam berbagai ha! akibat ketunanetraannya. Tunanetra memerlukan orang laiin sebagai guide untuk bermobilitas. Tunanetra juga membutuhkan seorang reader untuk membaca. Singkatnya seorang tunanetra tidak bisa hidup mandiri tanpa bantuan orang lain yang awas. Mereka tidak dapat bersosialisasi, marginal, dan tidak produktif. Inilah pandangan sejumlah besar masyarakat Indonesia pada tunanetra. Pandangan ini berakibat buruk pada ketidakadilan perlakuan dan kesempatan bagi tunanetra. Sekolah-sekolah integrasi dan perusahaan-perusahaan menolak keberadaan mereka. Tm1anetra snka tidak suka harus jalan ditempat tanpa perkembangan dan tidak berdaya.

Ketidakberdayaan mereka diperparah dengan minimnya kontribusi pemerintah dalam usaha mensejahterakan tunanetra. UU No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 13 mengatakan: "setiap orang berhak untuk mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya sesuai dengan martabat manusia demi kesejahteran pribadinya, bangsa, dan mnat manusia".1

Pasal di atas dipertegas dengan pasal 14 yang menyebutkan: 1

(54)

a. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi yang diperiukan untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya. b. Setiap orang berhalc mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,

mengolab, dan menyan1paikan informasi dengan menggunakan sejenis sarana yang tersedia.

Pemerintab mengeluarkan UU No 4 tabun 1997 mengenai Hak Penyandang Cacat untuk mendukung UU No 39 taltun 1999 diatas. Namun kedua UU tersebut seolah dibuat dengan setengab hati tanpa aplikasi yang pasti. Nasib tunanetra tidalc mengalami pernba11an positif yang berarti. Tunanetra masih belum mendapatkan kesetaraan pedakuan dan kesempatan sebagai wujud hak asasi manusia tunanetra. Jika tidak segera diambil tindakan m1tuk mernbab nasib tunanetra, bukan hal yang mustabil stigma masyarakat tentang tunanetra akan menjadi kenyataan. Tunanetra akan menjadi beban untuk diri mereka, keluarga, lingkungan dan negara.

(55)

1. Tahapan Pemberdayaan Tummetra Melalui Komputer Bicara di Yayasan Mitra Netra.

Pemberdayaan tunanetra di Yayasan Mitra Netra berkaitan dengan komputer bicara mengalami perbedaan dengan tahapan pemberdayaan menurut Isbandi Rukminto Adi (lihat Bab II hal. 20). Pemberdayaan yang dilakukan oleh Y ayasan Mitra Netra terhadap tunanetra melalui komputer bicara meliputi tahapan-tahapan berikut ini.

a. Tahapan Perencanaan (Planning).

Tahapan ini mencakup perencanaan pada materi-materi barn dan pengaturan jadwal. Umumnya ta11apan ini dilakukan setelah peserta menjalani ujian yaitu setiap 6 bulan sekali atau apabila diperlukan. Pada tahap ini instruktur membuat sendiri knrikulum pengajaran kursus komputer bicara. Hal ini dilakukan karena knrsus komputer bicara belum dikenal luas sehingga Y ayasan Mitra Netra masih merupakan acuan pemberdayaan tunanetra melalui !computer bicara. b. Tahapan Pelaksanaan Program (Implementation).

(56)

komputer bicara ha:rus mengikuti kursus mengetik 10 ja:ri terlebih dahulu.

1) Kw·sus Mengetik 10 jari

Meskipun kursus mengetik l 0 jari menggwmkan mesin tik suda:h tida:k populer di kala:nga:n orang awas, na:n1un ba:gi tuna:netra kw·sus mengetik ini merupa:ka:n bagia:n penting dari pemberda:yaa:n tunanetra melalui komputer bicara. Karena sebagai da:sar dan syarat untuk mengikuti kursus komputer bicara, kursus mengetik 10 ja:ri ada:la:h langka:h pertama yang bija:ksana dala!ll pemberda:yaa:n ini.

Pak Muizzudin Hilmi, Instruktur Kursus Mengetik 10 Ja:ri, mengata:kan,

"Tujuan da:ri kursus mengetik 10 ja:ri ada tiga. Yang pertama, agar tunanetra memiliki pengeta:huan dan kema:mpuan mengetik 10 jari. Yang kedua, menyiapkan peserta untulc da:pat berkomunika:si dengan orang awa:s atau J!embaga te1ientu secara mandiri dengan ha:sil optimal dengan mengguna:kan tulisan awas. Sehingga dapat berkomunikasi secara tertulis. Yang ketiga, mempersiapkan peserta w1tuk dapat mengikuti kursus komputer bicara. "2

(57)

konsisten menekan setiap tuts yang telah diperuntukkan untuknya. Sehlngga bila dilihat seseorang yang sedang mengetik, baik mesin tik atau komputer, sepuluh jari tangannya akan bersiap di atas tuts.

Umumnya kursus diadakan seminggu 2 kali dengan tiap-tiap pertemuan 2 jam. Namun instrulctur kursus mengetik 10 jari, Pak Muizzudin Hilmi, mengatakan "21 kali pertemuan adalah waktu yang ideal untuk dapat mengetik 10 jari dengan baik".3 Pak Muiz menambabkan, waktu dan hari jpelaksanaan kursus ini disesuaikan dengan waktu yang dipunyai peserta agar tidalc berbarengan dengan jam sekolah atau bekerja.

Kursus mengetik akan lebih baik dan maksimal bila sebelumnya peserta telah mengerti baca dan tulis huruf Braille. Karena salah satu metode mengajar kursus ini adalah instruktur memberikan soal tertulis pada para peseirta. Bagi tunanetra low vision akan diberikan soal dalam fom1at tulisan awas yang diperbesar dan ditebalkan. Sedang untuk tunanetra total, soal akan diberikan dalam format Braille. Namun adalcalanya peserta tidak memalmmi tulisan awas tetapi juga belurn bisa baca tulis huruf Braille. Sehlngga sering kali instrulctur harus membacakan soal w1tuk tw1anetra total. Dan ini membuat kegiatan mengajar tidak maksimal. Hal ini juga dibenarkan oleh Pak Muiz.

(58)

Braille padahal tulisan awas pun dia エゥ、。Qセ@ mampu membaca. Jadi maunya dibacakan oleh instruktur."4

Persoalan yang lain, leursus mengetile memakai mesin tile sudah sangat jarang. Sehingga bila ada mesin tile yang rusak, pihalc Yayasan kesulitan mencari orang yar1g dapat membetulkan kembali. Beruntung, selalu ada orang yang dapat memperbaiki mesin tik yang rusak. Namun ha! inii tidak diketahui akan berlangsung sampai berapa lama.

(59)

Hal Iain yang lebih sulit adalah ketika instruktur menghadapi peserta yang tidak mempunyai motivasi untuk maju clan tidak adanya dorongan dari keluarga. Sehingga kehadiran peserta tidak konsisten.

2) Kursus Komputer Bicara

Kursus komputer bicara merupakan program inti rangkaian kegiatan pemberdayaan tunanetra melalui komputer bicara. Komputer bicara menurut Pak Sugiyo, Ins1ruktur Kursus komputer bicara, adalah, "komputer yang dilengkapi dengan program screen reader, sehingga memungkinkan seorang tunanetra bisa berkomunikasi dengan komputer".6

Senada dengan Pak Sugiyo, Pak Irwan Dwikustanto, Direktur Eksekutif Yayasan Mitra Netra, menutUI'kan,

"Komputer yang diadaptasi untuk mereka yang mengalami gangguan penglihatan. Komputer ini disupport oleh software yang disebut screen reader atau pembaca layar. Software ini bisa merubah tampilan teks di monitor menjadi bentuk audio supaya bisa dinavigasi oleh user tunanetra". 7

(60)

Dalam penggunaan komputer bicru:a, mouse, yang bagi orang awas sangat bermanfaat dalam me:ngoperasikan komputer, bagi tunanetra tidak terpakai sama sekali. Untuk menjawab pesan dari dan memberikan perintah kepada komputer, tunanetra cukup memaksimalkan dan menghapal letak dan fungsi tuts-tuts keyboard

komputer. Screen reader dibuat dengan pengaturan bila menggunakan mouse, dengan sendirinya ia tidak akan berfungsi. Sehingga untuk mengoperasikan komputer bicara tunanetra barns menggunakan shortcut (perintah pendek) dan penggunaan menu untuk memberikan respon atau pesan kepada komputer.

Penyelenggaraan kursus komputer bicara dilakuk:an se:tiap hari dengan pembagian waktu pagi dan sore dan masing-masing pertemuan 2 jam. Kelas pagi dimulai pada puk:ul 09.00-11.00 sedangkan kelas sore dimulai pada puk:ul 14.00-16.00.

Peserta kursus k:omputer bicara bebas bagi tunanetra. Dal am artian be bas dari syarat status pe;ndidikan dan pekerj aan juga bebas biaya. Siapapun tunanetranya boleh mengik:uti kursus komputer bicara. Hanya ada satu syarat wajib untuk: dapat menjadi peserta. Y aitu bisa mengetik: 10 jari. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Pak Sugiyo, salah satu instruk:tur kursus komputer bicara, jik:a calon peserta tidak mengik:uti kursus mengetik IO jari di Yayasan Mitra Netra, maka ia akan diberikan tes uji kelayakan. Bila ia lolos uji kelayakan, maka ia layak atau bisa menjadi peserta k:ursus

(61)

Lamanya peserta mengikuti kursus ini sangat fleksibel. Karena waktu dan pencapaian peserta menerima mated kursus beragam. Bagi karyawan misalnya, ia bi:m memanfaatkan waktu diluar hari kerjanya. Atau bagi peserta yang sedang menempuh pendidikan dapat mengikuti kelas pada siang hari. Pada umUI11Ilya kursus komputer berlangsung tiga setengah bulan bila peserta mengikuti kursus dua kali dalam seminggu. Namun jika peserta hanya sempat mengikuti kursus sekali dalam seminggu maka waktu yang diperlukan untuk menguasai mated menjadi 6 bulan.

Materi kursus komputer bicara エセイ「。ァゥ@ pada dua paket. Y aitu materi paket reguler dan materi paket pilihan. Mated paket reguler terdiri dari Windows (Operating System), JAWS for Windows, Micrososft Word, Internet Explorer, dan Meldict. Sedangkan materi paket pilihan adalal1 Microsoft Excel, Microsoft Access, HTML (Hyper Text Markup Language), dan Microsoft Power Point.

(62)

mempresentasikan makalah. Atau bila peserta adalah seorang pengusaha, instruktur akan menyarankan untuk mengambil materi Microsoft Excel untuk membantu mendata pemasukan clan pengeluaran.

Yang menarik adalah meskipun lkursus komputer bicara yang diselenggarakan Y ayasan Mitra Netra ini bersifat non formal, namun diakhir kelulusan, peserta diberikan sertifikat kelulusan yang bisa dipergunakan. Misalnya bila ia akan melamar peke1jaan. Sehingga diharapkan akan mengurangi peserta yang bersikap apriori clan bingung menggunakan keterampilan yang telah diperoleh dari kursus komputer bicara. Meskipun peserta hanya mengikuti salah satu materi dalam salah :mtu paket, sertifikat ini akan diberikan. Contohnya bila peserta l!ianya akan mengambil materi Microsoft Exel clan Microsoft \Vorel untuk keperluan usahanya clan ia dinyatakan lulus, sertifikat ini akan tetap diberikan. Menurut Pale Irwan, indikator keberhasilan peserta adalah ketika peserta telah dapat bekerja menggunakan komputer bicara.

" ... dari mereka sudah ada yang bekerja menggunakan komputer. Beberapa dari mereka juga telah mempunyai web sendiri secara mandiri. Dan ini menurut saya menjadi indikator keberhasilan dari kursus komputer bicara".8

(63)

daerah penyelenggaraan kelas jauh. Hal ini dilakukan untuk memenuhi pem1intaan di daerah-daerah tersebut. Kelas jauh juga menunjukkan respon yang luar biasa akan adanya komputer bicara.

Gambar

GAMBARAN Ul\WM LlEMBAGA
Tabel 2 DAFTAR PESERTA
Tabel 3 DATA PESERTA DIDIK
Gambar2 ALAT BANTU BAGI TUNANETJRA.

Referensi

Dokumen terkait

candidate should organize this application in a separate file, adding the DAAD application form , a motivation letter with reference to the current occupation, professional

[r]

Pada bulk-fill untuk mengurangi polimerisasi shrinkage produsen menambahkan suatu bahan yaitu shrinkage stress reliever, merupakan suatu filler khusus yang sebagian

[r]

BUMN Persero yang menyelenggarakan program jaminan sosial, menjadi BPJS.. Perubahan bentuk bermakna perubahan karakteristik badan

Skripsi Pengaruh Variabel ROI, DER,PER, CR Dan WCTO Terhadap Return... ADLN Perpustakaan

Hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada Tn.N adalah keadaan umum pasien lemah, pasien mengalami penurunan kadar suplai oksigen (sesak nafas), mengalami

[r]