• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kerjasama Trilateral Indonesia Malaysia Dan Brunei Darussalam Melalui Program Heart Of Borneo (HOB) Terhadap Penanganan Masalah Kerusakan Hutan Wilayah Perbatasan Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kerjasama Trilateral Indonesia Malaysia Dan Brunei Darussalam Melalui Program Heart Of Borneo (HOB) Terhadap Penanganan Masalah Kerusakan Hutan Wilayah Perbatasan Kalimantan Timur"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

WILAYAH PERBATASAN KALIMANTAN TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Oleh :

ADITYA NURDINA SAPUTRA 44306017

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

i

(HoB) dalam Penanganan Masalah Keruskan Hutan di Wilayah Perbatasan Kalimantan Timur. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, Bandung 2011.

Penelitian ini adalah mengenai bagaimana pengaruh program Heart of Borneo(HoB) dalam menangani masalah kerusakan hutan di wilayah perbatasan Kalimantan Timur periode 2005-2010. Program Heart of Borneo (HoB) adalah program yang dilaksanakan oleh tiga negara yakni Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam dalam menangani masalah kerusakan hutan di wilayah Borneo khususnya di wilayah perbatasan Kalimantan Timur .

Permasalahan dalam penelitian ini adalah permasalahan yang ada di hutan wilayah perbatasan Kalimantan Timur yakni adanya pengelolaan lingkungan hutan yang kurang bijaksana, pengambilan kayu secara illegal dan pengalihan fungsi hutan, dan banyak terjadi kebakaran hutan.

Heart of Borneo(HoB) secara resmi muncul pertama kali pada tanggal 5 April 2005 dalam pertemuan yang bertema Three Countries-One Conservation Vision yang menjadi cikal bakal dari Heart of Borneo (HoB). Launching Heart of Borneo sendiri dilaksanakan pada side event Convention on Biological Diversity (COB 8 – CBD) di Curitiba Brazil, yang berwujud pernyataan kesediaan tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Kesediaan ini yang kemudian ditindak lanjuti dengan penandatanganan deklarasi Heart of Borneo (HoB) yang dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2007.

Metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dan studi kepustakaan, dimana dengan menggunakan metode ini dapat diambil hipotesis untuk mengidentifikasikan permasalahan tersebut, hipotesis tersebut “Kerjasama trilateral Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam melalui program Heart of Borneo (HoB) dalam penanganan masalah kerusakan hutan di wilayah perbatasan Kalimantan Timur berjalan dengan baik, ditandai dengan adanya Kebijakan Green Kaltim dan dijadikannya wilayah Perbatasan Kalimantan Timur menjadi Kawasan Strategis Nasional (KSN) ”.

Hasil uji dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kerjasama trilateral Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam melalui program Heart of Borneo (HoB) telah memberikan pengaruh dalam menangani masalah kerusakan hutan di wilayah perbatasan Kalimantan Timur yang ditandai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah yaitu Green Kaltim dan dijadikannya wilayah perbatasan Kalimantan Timur sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Berdasarkan data-data yang terkumpul serta hasil analisis dari peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diatas telah teruji.

(3)

ii

Programme (HoB) in handling Deforestation in the Border Region of East Kalimantan. Department of International Relation Sciences, Faculty of Social and Political Sciences, Indonesia Computer University, Bandung 2011.

This research is about how is the influence of Heart of Borneo programme in handling Deforestation in the border region of East Kalimantan period 2005-2010. Heart of Borneo (HoB)programme is a program implemented by the three countries, namely Indonesia, Malaysia, and Brunei Darussalam in handling deforestation in Borneo region, especially in the border region of East Kalimantan

The Problems in this research are problems that exist in the forests of East Kalimantan border area that is the environmental management of forests that are less wise, illegal timber extraction and transfer of functions of forests, and many forest fires. The Heart of Borneo (HoB) officially appears first on April 5, 2005 in the meeting under the theme of the Three Countries, One Conservation Vision, which became the forerunner of the Heart of Borneo (HoB). Launching the Heart of Borneo own side event held on the Convention on Biological Diversity (COB 8 - CBD) in Curitiba Brazil, tangible statement of the willingness of the three countries, namely Indonesia, Malaysia, and Brunei Darussalam. This willingness is then followed up with the signing of the Declaration of the Heart of Borneo (HoB) held on 12 February 2007.

Methods and techniques of research that used in this research is descriptive and analytical study of literature, where by using this method can be retrieved hypotheses to identify the problems, the hypothesis is " Trilateral cooperation Indonesia, Malaysia, and Brunei Darussalam through the Heart of Borneo (HoB) in handling the Deforestation in the border region of East Kalimantan runs well, marked by a Green Policy Kalimantan and East Kalimantan border regions maketh a National Strategic Areas (KSN)”.

Test results in this study shows that trilateral cooperation Indonesia, Malaysia, and Brunei Darussalam through the Heart of Borneo Programme has given impact in handling Deforestation in the border region of East Kalimantan marked by policies issued by local governments is Green Kaltim and maketh the border region of East Kalimantan as the National Strategic Areas (KSN)

Based on collected datas and the results of the researchers analysis, it can be concluded that the above hypothesis has been tested.

(4)

iii

kehadirat Allah SWT Yang Mahakuasa karena atas berkat, anugerah, bimbingan

dan penyertaan-NYA yang tiada henti-hentinya sehingga peneliti dapat senantiasa memperoleh semangat, kekuatan dan kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini

dengan judul, “Pengaruh Kerjasama Trilateral Indonesia, Malaysia, dan Brunei

Darussalam melalui program Heart of Borneo (HoB) dalam penanganan masalah

kerusakan hutan di Wilayah Perbatasan Kalimantan Timur”

Peneliti menyadari dengan sepenuhnya, bahwa, dalam skripsi ini banyak terdapat kekurangan, baik dalam segi penulisan dan pembahasan. Oleh karena itu,

dengan penuh kerendahan hati peneliti menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam segi spiritual, moral dan material. Oleh karena itu, peneliti dengan segenap hati dan dengan segala hormat mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc. selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia, Bandung.

2. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA. selaku Dekan Fakultas

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Aelina Surya,Dra selaku Pembantu Rektor III dan

(5)

iv

Hubungan Internasional. Terima kasih atas bimbingan, kesabaran, arahan, pengetahuan, ilmu-ilmu dan canda tawa selama perkuliahan yang

diberikan kepada peneliti

5. Bapak Budi Mulyana, S.IP., M.Si., selaku Dosen Wali. Terima kasih

bimbingan, pengetahuan, ilmu-ilmu yang diberikan kepada peneliti dari awal kuliah sampai saat ini.

6. Ibu Dewi Triwahyuni, S.IP., M.Si., Ibu Sylvia Octa Putri, S.IP.,dan Ibu

Yesi Marince, S.IP,M.Si selaku Dosen-Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, UNIKOM, serta seluruh Dosen Luar Biasa

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, UNIKOM. Terima kasih atas segala bimbingan, pengetahuan, dan ilmu-ilmu yang diberikan kepada

peneliti selama masa kuliah.

7. Dwi Endah Susanti, S.E (Teh Uwi), selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, UNIKOM. Terima kasih atas kerjasama dan

berbagai bantuan dalam hal administrasi pada peneliti.

8. Orang Tua peneliti (Bapak Anang Suryana & Ibu Yani). Terima kasih

(6)

v

sini. “ We are’nt clever but we have strong desire“.

10. Mbak Nancy Ariaini “Ochie“ (WWF) yang sudah sabar membimbing

saya ketika penelitian di WWF,Terima kasih juga atas jawaban, arahan, email dan masukan nya selama penelitian.

11. Bapak Penjaga Perpustakaan Ali Alatas KemenLu, Bapak-Bapak yang di LIPI , terima kasih atas respon dan bantuan nya ketika saya penelitian disana.

12. Susi Pesta Romauli Aritonang dan Tri Farida Iryani . Terima kasih atas kemudahan, kesabaran yang selalu diberikan pada Aa Adyt..hahahaayy

dari awal hingga akhir untuk penyusunan skripsi ini..”kalian ber-dua adalah pembimbing saya. #BIGTHANKS

13. Para penghuni Kost-an Abah (Syam, Indra, Opik, Adit Malang, Widi ), Kost-an si Om (Rian, Aaf, Bagja, Galih, Hendrik, Rudi), Kost-an Hamlet, Dodi, Riswan, Badut,Lana, bery ) and Kost-an Loa II No 111, Terima

kasih atas tempat tinggal selama peneliti hidup di perantauan Sekeloa-Dipatiukur-Bandung.

(7)

vi

Wanna be, Adi pondok kopi, Hario, Ozan, the Twin Brother Ricky+Ricko ayok Ombak Tujuh lagi bro.., ManSule”sang bisnisman”, Nophi

smashblast, Anggie“nu ngaku2 geulis wae...suatu saat lo bakalan cantik gie..tapi ga tau kapan juga..haaa, N’Ciep”sang supir & penraktir, elphilip

“sang tukang bajak laptop gw..haa.

16.Wahay “sang magician thanks for yours ducatti, barudak Gor Cirebon: AlaPB relivband sang Eross wanna be “ayo dong..kapan band nya tampil

di inbox/dahsyat?? haa , IrsanAwox thanks for your “blackbeauty” ,aan tiap liat muka lo an, gua pengen ketawa..hahaa, yandi “nuhun motor na

jang, Idjo “Natural”, opik abong “click” both of you guys rock man..!! kalian cukup lumayan memberikan dukungan dan motivasi dalam

memberi semangat kepada peneliti...hehehe..*emang ya?! Lumayan lah yaa...haha AMIN.

17.Teman-teman semasa sekolah selama TK, SD, SMP, SMA dan

teman-teman se kampung yang telah memberikan keceriaan, pengalaman, dan dukungan kepada peneliti..spesial kanggo jang Ding, kumel, Acit, Uyuy,

Sovie, Neng Joho untuk sms2 berat nya.., Radea”sang ninja wanna be..amiin, teman2 di Al Azhar Kairo: Bogung, Boif, “mun balik ka indo teh sing jadi ulama nyak..tong jadi “teroris”..lebar kuliah gs jauh2.., ,jang

(8)

vii

dokter gigi...”dia ini dokter gigi pribadi saya sekaligus IMF saya juga hahahahaa...sukses terus brad..!,tidak lupa Abaw yang sudah menampung

peneliti ketika penelitian di Jakarta.

18. The Super Insurgent Group Of Intemperance Talent (The S.I.G.I.T), dan

semua musisi-musisi Cutting Edge ..you’re my inspiration and always in my playlist while i do this last project !

19. All Event and Gigs I’ve, Pre-Java Rockinland, IICA FEST, KICK FEST,

Walk Together Rock Together AAL, Bandung Berisik 2011, . . . .(This is

my mood booster).

20. Semua Warteg, Warkop, Jajanan kuliner, tongkrongan, mall, 21cineplex, Blitzmegaplex, distro,FO, karaokean, dan tempat2 hiburan lainnya yg ada

di Bandung...”you are make my hedonism up”..

21. Warnet, tempat print & fotocopian sepanjang jalan DU yang udah setia ngabisin uang saku saya tiap ada tugas plus SKRIPSI ini...#nuhun mang..!

22. My Friends of Cyber Life Facebook, Twitter, Friendster, YM, Tumblr, Youtube, Purevolume, Kaskus, etc... thanks for guiding me in..

(9)

viii

baik dan sempurna. Semoga skripsi ini dapat menjadi sesuatu yang memiliki manfaat dan kegunaan khususnya bagti peneliti dan umumnya bagi seluruh pihak

yang membutuhkan dan memerlukannya, Amien.

Bandung, Agustus 2011

Peneliti

(10)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Melihat perkembangan isu dalam kajian ilmu Hubungan Internasional, sekarang ini isu seputar politik dan keamanan ( High Politic ) mulai bergeser ke isu–isu yang menyangkut mengenai ekonomi, hak asasi manusia ( HAM ) dan

lingkungan hidup. Ketika berbicara mengenai isu lingkungan, isu tersebut termasuk ke dalam salah satu kajian Hubungan Internasional Kontemporer,

Hubungan Internasional Kontemporer lebih berorientasi atau berbicara pada isu -isu yang sifatnya low politic. Isu-isu tersebut tidak membicarakan atau menitik beratkan lagi pada masalah-masalah seputar keamanan saja, sebaliknya kajiannya

lebih berbicara mengenai masalah globalisasi, poverty ( kemiskinan ), Hak Asasi Manusia (HAM), lingkungan dan lain–lain. Dan isu–isu ini mulai muncul setelah

berakhirnya perang dingin sekitar awal 1990-an. ( A,J,R, Groom and Margot Light, ed 1994.Contemporary International Relation, A Guide to Theory, Printer,

London ).

Pada dasarnya kehidupan manusia di dunia berhubungan erat dengan kehidupan makhluk hidup dan lainnya, berbagai keanekaragaman hayati yang ada

di dunia ini akan sangat bergantung pada lingkungan hidupnya, dengan kata lain semua bentuk kehidupan tersebut bergantung pada ekosistem yang menjamin

(11)

Ekosistem harus dijaga kelestariannya agar dapat menjamin kelangsungan hidup mahluk yang menempatinya pada masa kini ataupun masa yang akan

datang. Interaksi antara manusia dan lingkungan merupakan hal yang tak terelakan dalam meningkatkan taraf kehidupan manusia, namun kedua interaksi tersebut dapat menghasilkan dua efek, yakni efek negatif dan efek positif. Proses

interaksi yang ada akan menciptakan kemajuan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia di lain pihak menciptakan suatu peran eksploitasi manusia.

Salah satu sumber daya manusia yang penting adalah hutan, sebagai sumber penghasil kayu, kayu bakar, bahan-bahan industri dan lain-lain. Hutan juga memainkan sebuah peranan penting dalam pelestarian tanah dan air,

memelihara atmosfer yang sehat dan memelihara keanekaragaman hayati tumbuh-tumbuhan dan hewan.

Sifat hutan dapat diperbaharui bila dikelola dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan, dapat menghasilkan barang dan jasa guna

membantu pembangunan. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan, terutama di negara yang sedang berkembang. Keharusan mengembangkan hutan tidak hanya

didorong oleh keperluan untuk mencegah erosi, menyelamatkan tanah kritis, fungsi ekologisnya, dan sebagai sumber keragaman hayati, tetapi juga didorong

oleh nilai ekonomis yang tinggi.

Kerusakan lingkungan hidup didunia sebagian besar terjadi karena efek samping dari kemajuan industri yang sangat pesat. Globalisasi Ekonomi

(12)

besaran sehingga mendorong peningkatan produksi pada dunia industri yang kemudian mengacu kepada kerusakan lingkungan akibat eksploitasi demi

menuntut tingkat produksi yang tinggi.

Kondisi yang sangat mencemaskan, bahkan merupakan ancaman sangat serius bagi kenyamanan ekosistem Indonesia, bahkan seluruh dunia. Hutan di

Indonesia yang semula meliputi 70 persen dari seluruh permukaan daratan, atau sekitar 130 juta hektar, secara sistematis mengalami penggundulan, bahkan 42

juta hektar sudah benar-benar gundul, nyaris bebas vegetasi. Kalau kita lihat permukaan Pulau Jawa dari pesawat, atau melalui satelit di Google Map, maka warna hijau merupakan bagian yang sangat kecil. Begitu pula di Pulau Sumatera

dan Kepulauan Nusa Tenggara. Wilayah yang didominasi warna hijau, yang menunjukkan hutannya masih dominan hanya terdapat di Kalimantan dan

Papua.(http://green.kompasiana.com/penghijauan/2010/11/15/kerusakan-hutan-makin-parah-siapa-bertanggungjawab/-12 diakses 20 november 2010)

Kerusakan hutan (deforestasi) masih tetap menjadi ancaman di Indonesia. Menurut data laju deforestasi (kerusakan hutan) periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai

1,17 juta hektar pertahun. Bahkan jika melihat data yang dikeluarkan The UN Food & Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada

periode 2000-2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of The Record memberikan „gelar kehormatan’ bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia. Dari total

(13)

Kehutanan Zulkifli Hasan sebanyak 21% atau setara dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak memiliki tegakan pohon lagi, dan artinya 26 juta

hektar hutan di Indonesia telah musnah. Selain itu, 25 persen lainnya atau setara dengan 48 juta hektar juga mengalami deforestasi dan dalam kondisi rusak akibat bekas area HPH (hak penguasaan hutan). Dari total luas hutan di Indonesia hanya

sekitar 23 persen atau setara dengan 43 juta hektar saja yang masih terbebas dari deforestasi (kerusakan hutan) sehingga masih terjaga dan berupa hutan primer.

(http://alamendah.wordpress.com/2010/03/09/kerusakan-hutan-deforestasi-di-indonesia/).

Beberapa faktor yang yang menjadi penyebab deforestasi hutan secara

umum diantara lain :

1. Praktik Illegal Logging (pembalakan liar)

2. Konversi lahan hutan produksi untuk kepentingan di luar sektor kehutanan.

3. Perambahan hutan

4. Perladangan berpindah, dll

Penyebab deforestasi hutan di Indonesia paling besar dilakukan oleh

kegiatan industri, terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan Hak Penguasaan Hutan (HPH) yang diberikan sehingga mengarah pada pembalakan

liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter kubik setahun, sedangkan laju penebangan yang sustainable (lestari berkelanjutan) sebagaimana direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22

(14)

disumbang oleh pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan menjadi area perkebunan (seperti kelapa sawit), telah merusak

lebih dari 7 juta ha hutan sampai akhir 1997.(http://alamendah.wordpress.com /2010/03/09/kerusakan-hutan-deforestasi-di-indonesia/ diakses 8 Desember 2010)

Bayangkan, saat ini deforestry mencapai 1,1 juta hektar atau 11.000 km2

per tahun. Kawasan seluas itu kira-kira sekitar 2 kali luas Propinsi Bali dan 17 kali luas Propinsi DKI Jaya. Luar biasa, dalam satu tahun terjadi kerusakan hutan

seluas 17 kali DKI Jaya dan 2 kali Bali. Pemborosan sumberdaya hutan yang sudah melampaui akal sehat. Sama sekali tidak berpihak pada kepentingan ekologi atau lingkungan, bahkan tidak berpihak pada kepentingan pembangunan dan

ekonomi. Eksploitasi dan eksplorasi hutan yang berlebihan dan melampaui batas daya dukung lingkungan, hanya akan menghasilkan nilai ekonomi yang jauh lebih

kecil jika dibandingkan dengan biaya pemulihan.

(http://green.kompasiana.com/penghijauan/2010/11/15/kerusakan-hutan-makin

parah-siapa-bertanggungjawab/-12 Diakses 20 November 2010)

Secara teoritis memang hutan termasuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, misalnya dengan penghijauan dan reboisasi. Namun dalam

pelaksanaannya tidak semudah itu, menanam pohon kehutanan perlu pemeliharaan, bukan sekedar tanam dan kemudian ditinggalkan begitu saja. Selain

(15)

ekosistemnya sama sekali tidak menyerupai hutan primer, apalagi semacam hutan tanaman industri (HTI) yang vegetasinya homogen.

Pulau Kalimantan adalah salah satu pulau di indonesia yang merupakan pulau yang memiliki cakupan wilayah hutan yang sangat luas. Secara geografis Pulau Kalimantan terletak di sebelah utara Pulau Jawa, sebelah timur Selat

Melaka, sebelah barat pulau Sulawesi dan sebelah selatan Filipina. Luas pulau Kalimantan adalah 743.330 km². Pulau Kalimantan dikelilingi oleh Laut Cina

Selatan di bagian barat dan utara-barat, Laut Sulu di utara-timur, Laut Sulawesi dan Selat Makasar di timur serta Laut Jawa dan Selat Karimata di bagian selatan.( http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan diakses pada Selasa 23 November 2010).

Secara pembagian wilayah Pulau Kalimantan terbagi menjadi 4 bagian yakni Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah , Kalimantan Timur, dan Kalimantan

Selatan. Namun dari ke empat bagian wilayah tersebut peneliti memutuskan untuk meneliti wilayah Kalimantan Timur yaitu daerah yang sering disebut gudang

kayu.

Kalimantan Timur berdiri sejak tanggal 7 Desember 1956, berdasarkan UU nomor 25 Tahun 1956, dengan ibukota Samarinda. Luas Wilayah daerah ini

adalah 211.440 Km2,(10,55 %) Wilayah Indonesia. (Pemerintahan Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Timur.2005. (Sumber: Informasi Masalah Illegal

Logging Konservasi dan Wilayah Trade.Samarinda:Pemerintah Dinas Kehutanan

(16)

Batas wilayah provinsi yang menjadi pintu gerbang utama pembangunan Indonesia di bagian timur ini adalah :

1. Disebelah utara adalah berbatasan dengan Negara Bagian Sabah (Malaysia Timur).

2. Disebelah timur adalah berbatasan dengan Selat Makasar, Laut Sulawesi dan Selat

Sulawesi.

3. Disebelah selatan adalah berbatasan dengan Kalimantan Selatan. Dan,

4. Disebelah barat adalah berbatasan dengan Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Negara Bagian Serawak (MalaysiaTimur). (http://www.kaltimprov.go.id/ kaltim.php?page=profile&id=31 Diakses pada Selasa 23 November 2010)

Jika berbicara tentang hutan, wilayah ini merupakan wilayah yang hampir seluruh daerahnya ditutupi oleh hutan yang sangat lebat. Bayangkan saja untuk

potensi hutan pada kawasan hutan tetap, di Kalimantan Timur terdapat luas hutan sebesar 14.806 Km2 atau lebih kurang sebanyak 70,3 persen dari luas total

Kalimantan Timur. Sedang sisanya seluas 6.338 Km2 atau sebanyak 29,97 persen kawasan hutan non tetap. Diantaranya meliputi 6,97 persen merupakan kawasan hutan produksi yang dapat konversi dan 23 persen kawasan non hutan yang dapat

dipergunakan untuk pembangunan sektoral. (http://www.kamusilmiah.com/ sosiologi/potensi-sda-kalimantan-timurmemerlukan-lembaga-penelitian-dan

pengembangan/diakses pada Selasa 23 November 2010)

Potensi kehutanan di Kalimantan Timur tersebar di Kabupaten Bulungan, Pasir, Kutai, dan Berau. Hutan produksi, yang meliputi luas sekitar 5,5 juta hektar,

(17)

potensi hutan di Kalimantan Timur, antara lain juga ditandai dengan luas hutan yang mencakup areai 22,89 juta hektar.

Areal hutan ini terdiri dari enam jenis hutan dengan tata guna lahan sebagai berikut: luas areal hutan lindung 3.437.790 hektar; hutan suaka alam dan wisata 2.027.200 hektar; hutan produksi terbatas 4.924.275 hektar; hutan produksi

tetap 5.561.561 hektar; hutan konversi 4.910.612 hektar; hutan penelitian/pedindikan 24.560 hektar. Daerah di Kalimantan Timur yang memiliki

kawasan hutan paling luas adalah Kabupaten Kutai, yakni seluas 10.988.251 hektar atau 48,02 % dari luas hutan di KalimantanTimur. (http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=3

689&Itemid=1560 diakses Selasa 23 November 2010)

Untuk wilayah perbatasan, Kalimantan Timur sebelah utara berbatasan

langsung dengan Negara Malaysia bagian Timur, yaitu Negeri Sabah. Kawasan perbatasan ini memiliki luas areal kurang lebih 57.731 Km2 yang membentang

antara timur ke barat sepanjang 1038 Km. Letak geografisnya yang terpencil dan relatif terisolir membuat daerah perbatasan ini sulit dijangkau. Dikawasan ini terdiri dari 10 Kecamatan dimana 4 Kecamatan yakni Kayan Hulu, Kayan Hilir,

Pujungan dan Mentarang berada di Kabupaten Malinau, 4 Kecamatan lain yaitu Kecamatan Lumbis, Krayan, Nunukan, dan Sebatik berada di Kabupaten

(18)

Kerusakan hutan di Kalimantan Timur, dapat dilihat dengan semakin meluasnya kerusakan dan menjadi lubang-lubang gundul kawasan hutan, bahaya

banjir yang terus menerus terjadi, bertambahnya lubang-lubang sumur yang sangat berbahaya akibat pertambangan, dan yang lebih miris lagi adanya upaya mengubah pola pandang masyarakat bahwa hutan boleh dimusnahkan untuk

perkebunan sawit demi meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Kalimantan timur yang dulunya identik dengan hutannya yang sangat lebat

perlahan-lahan menjadi lahan pertambangan dan perkebunan kelapa sawit.( http://gagasanhukum.wordpress.com/2009/07/16/nasib-hutan-di-kaltim/ diakses 8 Desember 2010).

Setelah pemaparan diatas tentang kerusakan hutan Kalimantan khususnya di perbatasan Kalimantan Timur, World Wild Fund (WWF) sebagai organisasi

yang bergerak di bidang perlindungan lingkungan hidup menginisiasikan suatu program yaitu Program Heart of Borneo (HoB). Heart of Borneo merupakan

sebuah perwujudan konsep konservasi dan pembangunan berkelanjutan ke dalam program manajemen kawasan di Pulau Kalimantan. Inisiatif Heart of Borneo (HoB) dilatarbelakangi kepedulian terhadap penurunan kualitas lingkungan

terutama kualitas hutan di Pulau Borneo, yang ditunjukkan dengan makin rendahnya produktivitas hutan, hilangnya potensi keanekaragaman hayati, serta

fragmentasi hutan dari satu kesatuan yang utuh dan saling terhubung. Penurunan kualitas lingkungan tersebut antara lain disebabkan oleh pengelolaan lingkungan yang kurang bijaksana, pengambilan kayu secara ilegal dan pengalihan fungsi

(19)

Dengan latarbelakang permasalahan seperti yang telah disebutkan di atas, inisiatif Heart of Borneo (HoB) secara resmi muncul pertama kali pada tanggal 5

April 2005 dalam pertemuan yang bertema Three Countries – One Conservation Vision yang menjadi pertemuan cikal bakal Heart of Borneo (HoB). Launching

inisiatif Heart of Borneo (HoB) sendiri dilakukan pada side event Convention On

Biological Diversity (COB 8 – CBD) di Curitiba Brazil, berupa pernyataan kesediaan dari tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Kesediaan ini

kemudian ditindaklajuti dengan penandatanganan deklarasi Heart of Borneo (HoB) yang dilaksanakan pada tanggal 12 Februari tahun 2007. (http://www.wwf.or.id/ tentang_wwf/upaya_kami/hob/ diakses 8 Desember 2010)

Naskah Deklarasi Heart of Borneo (HoB) ditandatangani oleh Menteri Industri dan Sumber Daya Primer Brunei Darussalam, Pehin Dato Dr. Awang

Haji Ahmad bin Haji Jumat, Menteri Kehutanan Republik Indonesia, M.S Kaban dan Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Malaysia, Dato Seri Azmi bin

Khalid.

Berikut adalah Isi Naskah deklarasi Heart of Borneo (HoB) secara garis besar yang berisi tiga butir kesepakatan:

1. Kerjasama manajemen sumber daya hutan yang efektif dan konservasi terhadap area yang dilindungi, hutan produktif, dan penggunaan lahan

lainnya yang berkelanjutan.

2. Inisiatif Heart of Borneo (HoB) merupakan kerjasama lintas batas yang

(20)

3. Kesepakatan untuk bekerjasama berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan.( Pokja Heart of Borneo (HoB) Provinsi Kalimantan

Tengah)

Adapun luas cakupan wilayah Heart of Borneo (HoB) yang menjadi acuan

sementara sampai saat ini yaitu meliputi areal seluas 22 juta hektar, yang secara ekologis saling terhubung. Wilayah cakupan Heart of Borneo (HoB) terdiri dari kawasan lindung (taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, hutan lindung),

kawasan budidaya kehutanan (HPH dan HTI) serta kawasan budidaya non kehutanan (perkebunan, pertambangan, dll). Wilayah Heart of Borneo (HoB)

Indonesia diperkirakan seluas 12,6 juta hektar yang terdiri dari 2,7 juta hektar hutan konservasi (21,46%), 1,1 juta hektar hutan lindung (9,5%), 4,9 juta hektar hutan produksi (38,9%), serta 3,8 juta hektar (30,17%) areal penggunaan lainnya.

(Pokja Heart of Borneo (HoB) Provinsi Kalimantan Tengah)

Pertemuan Tiga Negara yang kedua (Second Trilateral Meeting), yang

diadakan dikota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat, pada tanggal 2-4 April 2008 yang lalu, menghasilkan batas baru wilayah Heart of Borneo (HoB)

walaupun belum disepakati. Sejalan dengan deliniasi batas Heart of Borneo (HoB) yang sedang dalam proses pembahasan, sampai saat ini belum terdapat angka resmi yang telah disepakati oleh tiga negara mengenai luasan definitive wilayah

cakupan kerja HoB. Berdasarkan data sementara dari kelompok kerja Heart of Borneo (HoB) Provinsi Kalimantan Tengah Persentase wilayah kerja Heart of

Borneo (HoB) yaitu 57% berada di Indonesia, 42% di malaysia, dan 1% di Brunei

(21)

Adapun ruang lingkup kegiatan Heart of Borneo (HoB) di tiga negara tersebut antara lain :

1. Melakukan inventarisasi, analisis kesenjangan,merumuskan dan melaksanakan program aksi (action plan)

2. Melanjutkan aktivitas program yang sedang berjalan

3. Melakukan konsultasi dengan pemangku kepentingan di tiga negara untuk mengidentifikasi prioritas kerja dan kesempatan investasi.

4. Membangun kelembagaan Heart of Borneo (HoB) di tiga negara. 5. Menentukan prioritas pembangunan lintas batas.

Berdasarkan ruang lingkup kegiatan tersebut, disusun program kegiatan Heart of Borneo (HoB) antara lain:

a) Pengelolaan Kawasan Perbatasan, yang meliputi:

 Penyusunan master plan pengelolaan kawasan Heart of Borneo

(HoB) melalui proses-proses yang partisipatif, mengakomodasi

praktek dan prakarsa lokal, transparan, dan bertanggung jawab;  Melaksanakan kerjasama pengamanan dan penegakan hukum lebih

erat diantara tiga negara;

 Penyelenggaraan mekanisme komunikasi dan pertukaran informasi

yang efektif untuk keselarasan rencana tata ruang perbatasan,

(22)

 Pelaksanaan penelitian bersama melalui mekanisme yang berlaku

di masing-masing negara.

b) Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung, yang meliputi:

 Rekomendasi kawasan hutan lindung dengan mempertimbangkan

aspek ekonomi, sosial, budaya, ekologi, dan keanekaragaman

hayati serta membangun sistem pengelolaan kawasan lindung lintas batas;

 Pelaksanaan kelanjutan inisiatif pengembangan kawasan

konservasi lintas batas dalam kerangka kerjasama bilateral dan multilateral;

 Pelaksanaan kegiatan konservasi sumberdaya air lintas batas

 Pelaksanaan evaluasi ekonomi untuk skema ekonomi jasa

lingkungan;

 Pelaksanaan program rehabilitasi dan restorasi terhadap kawasan

lindung yang rusak.

c) Pengelolaan Kawasan Budidaya

 Penerapan prinsip-prinsip pemanfaatan berkelanjutan dalam

pelaksanaan pembangunan di kawasan budidaya oleh pihak terkait;  Pelaksanaan sertifikasi terhadap kegiatan pemanfaatan sumberdaya

(23)

 Pelaksanaan program rehabilitasi dan restorasi terhadap kawasan

budidaya yang rusak. (http://bulletin.penataan ruang . net / upload/data_artikel/Profil%20Wilayah-Heart % 20 of % 20 Borneo .pdf Diakses 30 November 2010)

Sebagai perwujudan deklarasi Heart of Borneo (HoB) dan tindak lanjut dari cakupan kegiatan di tiga negara yang telah disebutkan diatas, pada second

trilateral meeting Heart of Borneo (HoB) tersebut masing-masing negara telah

menyusun dan mengajukan rencana program rencana aksi. Dengan menyusun

rencana aksi ini, setiap negara khususnya Indonesia mengharapkan agar terciptanya prinsip, definisi, dan langkah implementasi yang menjadi dasar kebijakan Heart of Borneo (HoB) di tingkat nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota. Selain itu diharapkan terdapat dasar yang terpadu dalam implementasi manajemen sumberdaya, pembangunan masyarakat, dan

pembangunan ekonomi bagi seluruh pemerintah di dalam wilayah Heart of Borneo (HoB).

Adapun program rencana aksi yang disusun oleh setiap negara tersebut

dapat dilihat di bawah ini:

 Indonesia

1. Membagun manajemen sumberdaya kehutanan dan konservasi alam di kawasan yang dilindungi.

(24)

3. Mengimplementasikan prinsip pembangunan berkelanjutan melalui kegiatan penelitian.

 Malaysia

1. Menyusun dokumen proyek nasional;

2. Menyusun anggaran pembiayaan di tingkat pusat;

3. Merinci alokasi anggaran yang akan disusun oleh pemerintah

daerah.  Brunei Darussalam

1. Melestarikan kawasan hutan, sumberdaya air, dan berbagai jenis ekosistem didalamnya;

2. Memberikan kontribusi melalui diversifikasi ekonomi dengan cara pemanfaatan produksi non kayu dalam rangka

meningkatkan kelestarian hutan;

3. Melakukan penghijauan kembali kawasan hutan yang telah mengalami degradasi; dan

4. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian kawasan hutan.(Sumber: BAPPENAS 2008)

Berbagai program dan rencana aksi diatas merupakan suatu wujud upaya untuk mencapai tujuan keberlanjutan lingkungan Borneo, melalui manajemen kawasan Heart of Borneo.(http://bulletin.penataanruang.net/ upload/ data_artikel/

(25)

Maka berdasarkan penjelasan dan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :

“Pengaruh Kerjasama Trilateral Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam

melalui Program HoB (Heart of Borneo) terhadap Penanganan Masalah

Kerusakan Hutan di wilayah Perbatasan Kalimanan Timur”

Penelitian yang akan dilakukan ini juga berkaitan dengan beberapa mata kuliah pada program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, antara lain :

1. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Mata kuliah ini memberikan pengenalan

dasar tentang studi hubungan internasional, dan dengan mata kuliah ini kita bisa mengetahui dinamika yang terjadi dalam kontek hubungan internasional, baik itu antara state aktor maupun non-state aktor dalam sistem internasional.

2. Isu-isu Global, dimana mata kuliah ini membahas mengenai isu-isu apa saja yang menjadi wacana internasional atau perbincangan masyarakat dunia saat ini, seperti

pendidikan,terorisme, gender , demokrasi, dan isu lingkungan hidup.

3. Politik Luar Negeri. Dalam mata kuliah ini menjelaskan kepada kita berbagai

tindakan yang dilakukan oleh negara dalam interaksinya terhadap negara lain serta kebijakan politik luar negeri suatu negara untuk menghadapi perubahan yang terjadi diluar wilayahnya demi pencapaian kepentingan nasional.

4. Politik Internasional. Mata kuliah ini membahas pengertian , pola-pola politik internasional dan faktor-faktor yang membentuk pola politik internasional serta

(26)

5. Studi Ekonomi Politik Negara Berkembang. Mata kuliah ini melihat permasalahan ekonomi politik yang terjadi di negara berkembang, terutama yang disebabkan

dengan adanya perusahaan multinasional.

1.2 Permasalahan 1.2.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi Masalah merupakan suatu tahap dari penguasaan dimana suatu

objek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah (Suriasumantri,1996:309).

Beranjak dari uraian latar belakang penelitian diatas, maka peneliti

mencoba mengidentifikasi masalah yang diteliti sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi terbentuknya kerjasama Trilateral Indonesia,

Malaysia, dan Brunei Darusslam melalui program Heart of Borneo(HoB) dalam Penanganan masalah Kerusakan Hutan di wilayah perbatasan Kalimantan Timur?

2. Apa saja langkah-langkah yang ditempuh 3 negara tersebut dalam Penanganan masalah kerusakan hutan di wilayah perbatasan Kalimantan Timur?

3. Bagaimana pengaruh program Heart of Borneo (HoB) dalam menangani

kerusakan hutan di wilayah perbatasan Kalimantan Timur?

1.2.2 Pembatasan Masalah

(27)

faktor mana saja yang termasuk ke dalam lingkup permasalahan, dan faktor mana saja yang tidak (Suriasumantri,1996:311)

Dalam penelitian ini, peneliti membahas permasalahan mengenai pengaruh kerjasama Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam melalui program Heart of Borneo(HoB) terhadap fenomena kerusakan hutan di Indonesia khususnya di

wilayah perbatasan Kalimantan Timur periode 2005-2010.

1.2.3 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan upaya menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin kita carikan jawabannya

(Suriasumantri,1996:312)

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat

dibuat perumusan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana pengaruh program Heart Of Borneo(HoB) dalam menangani

kerusakan hutan di wilayah perbatasan Kalimantan Timur”

1.3Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan objek yang akan penulis angkat sebagai bahan penelitian maka

penulis mengemukakan tujuan – tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui apa saja yang melatarbelakangi terbentuknya kerjasama

(28)

Heart of Borneo(HoB) dalam penanganan masalah kerusakan hutan di

wilayah perbatasan Kalimantan Timur?

2. Mengetahui apa saja langkah-langkah yang ditempuh 3 negara tersebut dalam penanganan masalah kerusakan hutan di wilayah perbatasan Kalimantan Timur ?

3. Mengetahui bagaimana pengaruh program Heart of Borneo (HoB) dalam menangani kerusakan hutan di wilayah perbatasan Kalimantan

Timur?

1.3.2 Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai kerjasama internasional, pembangunan berkelanjutan, dan

pentingnya menjaga keberadaan hutan dari kerusakan, khususnya bagi peneliti sendiri dan masyarakat luas umumnya.

2. Secara Praktik, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu Hubungan

Internasional.

1.4 Kerangka Pemikiran, Hipotesis, dan Definisi Operasional 1.4.1 Kerangka Pemikiran

Dalam melakukan suatu penelitian fenomena yang terjadi kita tidak terlepas dari sejumlah teori-teori dari pakar ilmu hubungan

(29)

dengan Hubungan Internasional dipakai sebagai interaksi yang melibatkan lebih dari satu negara atau bangsa. Dengan adanya teori kita mampu

melakukan interprestasi terhadap isu-isu yang kompleks.

Dalam pembahasan kerangka pemikiran pada penelitian ini, diawali dengan pengertian dari Hubungan Internasional itu sendiri. Secara etimologis, hubungan

internasional dalam bahasa inggris lebih dikenal dengan istilah International Relation yang berasal dari kata inter yang berarti antar, nation berarti bangsa, dan

relation berarti hubungan. Jadi hubungan internasional adalah dapat diartikan sebagai hubungan antar bangsa, dimana dalam hubungan antar bangsa ini pada dasarnya tumbuh dari adanya kebutuhan dan keinginan manusia yang tidak dapat

dilaksankan dengan sendirinya.

Definisi lain Hubungan Internasional menurut K.J. Holsti dalam bukunya

yang berjudul Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis menyebutkan bahwa Hubungan Internasional merupakan segala bentuk interaksi diantara masyarakat

negara-negara, baik yang dilakukan oleh pemerintah atau warga negara (K.J. Holsti 1992:26-27).

Hubungan Internasional merupakan hubungan semua aspek internasional dari kehidupan sosial manusia, hal ini dapat ditunjukan bahwa terdapat 12 subtansi yang mewakili hubunhan internasional yaitu bangsa dan dunia, proses transnasional dan interdepedensi internasional, perang dan damai, kekuatan dan kelemahan, politik internasional dan masyarakat internasional, kependudukan versus pangan serta sumber daya alam dan lingkungan, kemakmuran dan kemiskinan, kebebasan dan penindasan persepsi dan ilusi, aktivitas dan antipasti,

(30)

Dalam bukunya Pengantar Hubungan Internasional, Suwardi Wiriatmadja menjelaskan tentang arti hubungan international bahwa :

“Hubungan internasional lebih kepada untuk mencakup segala macam

hubungan antar bangsa dan kelompok-kelompok bangsa dalam masyarakat dunia, dan keuatan-kekuatan, tekanan-tekanan, proses-proses yang menentukan cara hidup, cara bertindak, dan cara berpikir dari manusia” (1967:36).

Pada dasarnya tujuan utama studi Hubungan Internasional adalah

mempelajari perilaku internasional, yaitu perilaku para aktor, baik negara maupun non-negara, dan interaksinya dalam arena internasional. Maka, dalam melaksanakan hubungan atau interaksi dengan negara-negara lain, dalam

tujuannya untuk dapat memenuhi berbagai kepentingan nasionalnya, suatu negara akan merumuskan berbagai kebutuhannya tersebut dalam suatu formula kebijakan

yang dinamakan politik luar negeri. Politik luar negeri menurut Jack C. Plano dan Roy Olton dalam bukunya The International Relation Dictionary adalah :

“Merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibentuk oleh para

pembuat keputusan suatu negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminology kepentingan nasional. Politik luar negeri yang spesifik dilaksanakan oleh sebuah negara sebagai inisiatif atau sebagai reaksi terhadap inisiatif yang dilakukan oleh negara

lain.”(Plano,1982:5)

(31)

dalamnya. Pertemuan politik luar negeri dari masing-masing negara tersebut disebut politik internasional.

Menurut DR. Anak Agung Banyu Perwita & DR. Yanyan Mochamad Yani dalam bukunya Pengantar Ilmu Hubungan Internasional menyatakan bahwa :

“Politik internasional merupakan suatu proses interaksi yang berlangsung

dalam suatu wadah atau lingkungan, atau suatu proses interaksi, interrelasi antar aktor dalam lingkungannya. Dalam politik internasional terdapat interaksi antar negara khususnya interaksi yang didasarkan pada kepentingan nasional masing-masing negara. Interaksi tersebut kemudian akan membentuk pola-pola hubungan yang dilihat dari kecenderungan sikap dan tujuan pihak-pihak yang melakukan hubungan timbale balik tersebut yang membentuk kerjasama, persaingan atau konflik”(Perwita & Yani,2005:40).

Isu tentang lingkungan hidup merupakan sebuah isu baru dalam Hubungan Internasional, dimana runtuhnya Perang Dingin telah menyebabkan terjadinya

perubahan dalam konstelasi politik internasional. Berbagai perkembangan-perkembangan tersebut mengacu pada kemunculan isu-isu global, yang merupakan hasil dari proses globalisasi. Kerusakan global yang dikhawatirkan

hampir dan pasti terjadi dan tentu akan membutuhkan suatu ketrlibatan oleh negara-negara di dunia.

Pada prosesnya, permasalahan terhadap lingkungan hidup merupakan pergeseran dari isu nasional yang berkembang menjadi isu global. Dapat dipaparkan bahwa isu global merupakan permasalahan, dilema dan tantangan

yang secara berkaitan dengan unsur-unsur atau keperluan dasar akan perkembangan dan kemajuan internasional. Permasalahan lingkungan hidup

(32)

banyak fenomena-fenomena atau kejadian-kejadian tentang lingkungan hidup yang terjadi di berbagai negara terutama negara berkembang bersumber dari

proses politik maupun kebijakan pemerintah yang salah kaprah.

John Baylis dan Steve Smith berpendapat bahwa kepedulian terhadap lingkungan hidup menjadi isu global disebabkan oleh karena:

1. Permasalahan lingkungan hidup ini selalu mempunyai efek global. Misalnya permasalahan yang menyangkut CFCs (Cholroflourocarbons) berefek pada pemanasan global (Global Warming) dan meningkatkan jenis dan kualitas penyakit akibat berlubangnya lapisan ozon yang dirasakan oleh seluruh dunia. 2. Isu lingkungan hidup juga menyangkut eksploitasi terhadap sumber

daya global seperti lautan dan atmosfer.

3. Permasalahan lingkungan hidup selalu bersifat transnasional, sehingga kerusakan lingkungan di suatu negara akan berdampak pula bagi wilayah disekitarnya ( Misalnya kebakaran hutan).

4. Banyak kegiatan eksploitasi dan degradasi lingkungan memiliki skala lokal atau nasional, dan dilakukan di banyak tempat di seluruh dunia sehingga dapat dianggap sebagai masalah global, misalnya erosi dan degradasi tanah, penebangan hutan, polusi air dan lain sebagainya.

5. Proses yang menyebabkan terjadinya ekspolitasi yang berlebihan dan degradasi lingkungan berhubungan dengan proses-proses politik dan social ekonomi yang lebih luas, dimana proses-proses tersebut merupakan bagian dari ekonomi dan politik global ( perwita 2005: 144).

Kemudian kerusakan lingkungan menjadi hirauan dalam hubungan

internasional dimana aktor-aktor non negara memainkan peranan penting dalam merespon permasalahan lingkungan hidup internasional. Respon terhadap

permasalahan lingkungan global berfokus pada perkembangan dan implementasi dari rezim lingkungan hidup internasional (Green 1997:323).

Menurut Emil Salim dalam bukunya Lingkungan Hidup dan

(33)

sebagai segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat di dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan

manusia.

Pengertian lingkungan sebagaimana dijelaskan diatas tersebut merupakan pengertian lingkungan hidup secara luas dan umum, dalam pernyataan yang lain,

yaitu menurut N.H.T Siahaan dalam bukunya Ekologi Pembangunan dan Hukum Tata Lingkungan, menjelaskan bahwa :

“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan sebuah benda, daya,

keadaan dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan kesejahteraan

manusia beserta mahluk hidup lainnya (1987: 230)”.

Salah satu hal yang mendesak bagi negara-negara di dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya untuk menangani permasalahan lingkungan

hidup pada saat ini adalah mengenai masalah hutan. Pengertian hutan berdasarkan UUD No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan yaitu :

“Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan berisi sumber

daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan”.

Kerusakan hutan terjadi di Indonesia, sejak tahun 1970-an. Menjelang tahun 1970-an. Menjelang tahun 1989 rata-rata kerusakan hutan dunia setiap

(34)

Definisi kerusakan hutan(deforestasi) menurut Myres 1991 adalah :

“Deforestation sebagai’penghancuran tutupan hutan yang sempurna

melalui pembersihan lahan (land clearing) untuk sektor pertanian.

Sustainable Development adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk

menciptakan keseimbangan diantara dimensi pembangunan, seperti ekonomi, social dan lingkungan. Arti lain dari pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) adalah suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat

dari sumber daya alam dan sumber daya manusia, yakni dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan.

Ada beberapa asumsi dasar serta ide pokok yang mendasari pemahaman ini, yaitu :

1. Proses pembangunan itu mesti berlangsung secara berlanjut, terus-menerus

ditopang oleh sumber daya alam, kualitas manusia dan lingkungan yang berkembang secara berlanjut.

2. Segala sumber alam terutama air,udara dan tanah memiliki ambang batas, dimana penggunaannya akan menciutkan kuantitas dan kualitasnya.

3. Kualitas lingkungan berhubungan langsung dengan kualitas hidup.

Semakin baik kualitas lingkungan, semakin positif pengaruhnya pada kualitas hidup.

4. Pola penggunaan sumber daya alam masa kini mestinya tidak menutup kemungkinan pilihan lain di masa depan .

(35)

Menurut Bruntland report dari PBB,1987 istilah sustainable development merupakan:

“Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan

berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan social.

Salah satu bentuk interaksi yang dilakukan oleh masing-masing negara akan menghasilkan konsep adalah kerjasama internasional. Kerjasama

internasional juga timbul akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional. Tidak ada suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar dan konsep kerjasama internasional

merupakan solusi dari adanya kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi oleh negaranya sendiri.

Kerjasama internasional itu dapat merupakan kerjasama antara pemerintah-pemerintah nasional suatu negara dan aktor-aktor lain yang melewati

batas suatu negara (Brown,1992:29).

Ada beberapa faktor pendukung terjadinya Kerjasama Internasional yaitu :

1. Kemajuan di bidang teknologi yang memudahkan terjalinnya hubungan yang dapat dilakukan negara-negara, sehingga meningkatnya ketergantungan satu sama

lain.

(36)

3. Perubahan sifat perang dimana terdapat suatu keinginan bersama untuk saling melindungi atau membela diri dalam bentuk kerjasama internasional.

4. Adanya kesadaran dan keinginan berorganisasi merupakan salah satu metode kerjasama internasional (Rudi,1998:22)

Jika kita berbicara mengenai hubungan internasional dan interaksi antar

negara didalamnya, maka kita akan berbicara mengenai konsep pengaruh,

“Pengaruh adalah sebagai kemampuan pelaku untuk mempengaruhi

tingkah laku orang dalam cara yang dikehendaki oleh pelaku tersebut. Konsep pengaruh merupakan salah satu aspek kekuasaan yang pada dasarnya merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan.(Holsti, dalam Perwita dan Yani 2005:31). Kegiatan saling mempengaruhi, misalnya dapat terjadi dalam aspek kehidupan manusia diantaranya aspek ekonomi dan aspek politik, begitu pula sebaliknya, sehingga dapat dikatakan bahwa dinamika Hubungan Internasional merupakan fungsi interaksi timbal balik antara aspek-aspek ekonomi dan aspek-aspek politik”.(Perwita dan Yani, 2005:33).

Sedangkan menurut Alvin Z. Rubenstein dalam bukunya Soviet and

Chinese Influense In The Third World, berpendapat bahwa:

“Pengaruh adalah hasil yang timbul sebagai kelanjutan dari situasi dan kondisi tertentu sebagai sumbernya, dalam hal ini syaratnya adalah bahwa terdapat keterkaitan (relevansi) yang kuat dan jelas antara sumber dengan hasil.(Rubenstein, 1967:3-6).

Lebih lanjut Perwita dan Yani mengutip pendapat Rubenstein mengenai

salah satu asumsi dasar konsep pengaruh,

“Sistem yang biasa dipakai untuk menentukan pengaruh dengan

(37)

1.4.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap

permasalahan yang tengah dihadapi dan disusun dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya

(Suriasumantri,1996:124-125).

Berdasaarkan pemaparan diatas dari perumusan masalah dan kerangka pemikiran,maka peneliti mengajukan suatu hipotesis sebagai berikut:

“Kerjasama trilateral Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam melalui program Heart of Borneo (HoB) dalam penanganan masalah kerusakan hutan di wilayah perbatasan Kalimantan Timur berjalan dengan baik, ditandai dengan adanya Kebijakan Green Kaltim dan dijadikannya wilayah Perbatasan Kalimantan Timur menjadi Kawasan Strategis Nasional (KSN)

”.

1.4.3 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah serangkaian prosedur yang mendeskripsikan kegiatan yang harus dilakukan jika kita hendak mengetahui eksistensi empiris suatu konsep. Melalui definisi seperti itu, maka suatu konsep dapat dijabarkan.

Dengan demikian, maka definisi operasional berarti juga menjabarkan prosedur pengujian yang memberikan kriteria bagi penerapan konsep itu secara empiris

( Mas’oed & Mc Andrews,1978:100)

Berdasarkan paparan hipotesis yang telah diselesaikan peneliti maka terdapat beberapa definisi operasional yang berhubungan dengan judul tersebut,

(38)

1. Heart of Borneo (HoB) merupakan sebuah konsep perwujudan konsep konservasi dan pembangunan berkelanjutan ke dalam program manajemen kawasan di Pulau

Borneo yang dilaksanakan atas kerjasama Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

2. Kerusakan Hutan (Deforestasi) adalah konversi lahan hutan untuk penggunaan lahan lain atau pengurangan yang tajam dari tutupan hutan dibawah ukuran 10% (FAO:2000)

3. Kerjasama Trilateral adalah sebuah bentuk kerjasama antara 3 negara dimana dalam satu bidang tertentu yang lebih spesifik.

1.5 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1.5.1 Metode Penelitian

Metode penelitian dalam pengertian sempit adalah metode penelitian

berhubungan dengan rancangan penelitian dan prosedur-prosedur pengumpulan data serta analisis data. Sedangkan dalam pengertian luas, metode penelitian merupakan cara yang teratur (sistematis dan terorganisir) untuk mendapatkan

informasi yang berhubungan dengan masalah yang diselidiki, yang dibutuhkan sebagai solusi atas masalah tersebut(Silalahi,1999:6)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif-Analitis. Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang

fakta-fakta yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Penelitian melalui Metode Deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang menggambarkan gejala-gejala yang ada, mengidentifikasi masalah yang ada

(39)

menghadapi masalah yang samadan belajar dari pengalaman mereka untuk menentukan rencana dan keputusan pada waktu yang akan dating. Jadi dalam

metode ini bukan saja menjabarkan(analitis) tetapi juga memadukan. Bukan saja melakukan klasifikasi,tetapi juga organisasi ( Rahmat,2007:25,26)

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan peneliti lakukan adalah Studi

Kepustakaan (library research). Dalam hal ini, peneliti akan mengumpulkan sebanyak-banyaknya data dan dokumen yang resmi dikeluarkan oleh pemerintah, jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian, buku-buku referensi,surat kabar

serta website yang resmi dan sesuai dengan masalah yang akan diteliti.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian

Adapun beberapa lokasi penelitian yang akan peneliti kunjungi diantaranya:

1. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia, Jln. Dipatiukur No.116 Bandung.

2. Perpustakaan FISIP Universitas Parahyangan, Jln. Ciumbuleuit Bandung.

3. Perpustakaan FISIP Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang

Km.21, Jatinangor, Sumedang.

4. Departemen Kehutanan, Gedung Manggala Wanabakti Blok I Lt. 3 Jalan Gatot Subroto - Senayan - Jakarta - Indonesia – 10270

(40)

6. Forest Watch Indonesia (FWI), Jl.Sempur Kaler No 26 Bogor.

7. World Wild Fund for nature (WWF)Indonesia, Kantor Taman A9 Unit A-1, Lot

8,9/A9 Kawasan Mega Kuningan , Jakarta 12950

1.6.2 Waktu Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membutuhkan waktu kurang lebih 11 Bulan dimulai dari Oktober 2010 dan direncanakan selesai pada bulan

[image:40.595.114.560.390.609.2]

Agustus 2011. Adapun rencana kegiatan yang akan peneliti lakukan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1

Tabel Waktu Penelitian

Waktu Penelitian

No. Kegiatan 2010 2011

Okt Nov Des Jan Feb Maret april Mei juni Juli Agst

1. Pencarian Data

2. Pengajuan Judul

3.

Pembuatan Usulan

Penelitian

4. Seminar Usulan Penelitian

5. Pengumpulan Data

6. Bimbingan Skripsi

7. Rencana Sidang

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I. Pendahuluan

(41)

pembatasan masalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran yang terdiri dari kerangka konseptual

dan hipotesis, metode penelitian dan teknik pengumpulan data, lokasi dan waktu penelitian serta sistematika pembahasan.

BAB II.Tinjauan Pustaka

Pada bab ini peneliti menjelaskan teori-teori yang relevan dengan subjek yang diteliti, seperti Hubungan Internasional, Kerjasama Internasional, Peranan,

kebijakan Luar Negeri. Tinjauan pustaka ini dapat pula berisi uraian tentang data sekunder yang diperoleh dari jurnal-jurnal ilmiah atau hasil penelitian yang dapat dijadikan asumsi yang memungkinkan penalaran untuk menjawab masalah yang

diteliti.

BAB III. Objek Penelitian

Bab ini akan memaparkan mengenai variabel-variabel yang akan dideskripsikan, yaitu peneliti menjelaskan gambaran umum tentang bagaimana

permasalahan deforestasi (kerusakan hutan) yang terjadi di wilayah perbatasan Kalimantan Timur, Menjelaskan gambaran umum mengenai Heart of Borneo (HoB) , yang terdiri dari latar belakang pembentukan, kerjasama yang dibangun

ketiga negara yakni Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dalam penanganan masalah kerusakan hutan di Pulau Kalimantan khususnya provinsi Kalimantan

(42)

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini peneliti menjelaskan hasil yang didapat dari penelitian yang

dilakukan, yang merupakan jawaban dari identifikasi masalah dan hipotesis serta menganalisis berdasarkan judul yang diteliti. Dan merupakan bab analisa mengenai seberapa besar pengaruh kerjasama trilateral antara Indonesia,

Malaysia, Brunei Darussalam dalam penanganan masalah kerusakan hutan di perbatasan Kalimantan Timur.

BAB V. Penutup

Dalam bab ini peneliti menjelaskan isi skripsi yang berupa kesimpulan dan saran penelitian yang dilakukan, penolakan atau penerimaan hipotesis yang telah

(43)

34 2.1 Hubungan Internasional

Dewasa ini Hubungan Internasional merupakan disiplin atau cabang ilmu pengetahuan yang sedang tumbuh. Jika kita mengatakan sesuatu yang sedang tumbuh, maka ini menunjukan suatu hal yang ada dalam satu proses. Proses ini

mengandung arti sedang berkembang dan sekaligus menunjukan bahwa bentuk finalnya belum tercapai. Sebagai suatu konsep, Hubungan Internasional sering

didefinisikan sebagai aktivitas manusia dimana individu dan kelompok dari satu negara berinteraksi secara resmi ataupun tidak resmi dengan individu atau kelompok dari negara lain.

“ Hubungan Internasional tidak hanya melibatkan kontak fisik secara langsung, tetapi juga transaksi ekonomi, penggunaan kekuatan militer dan diplomasi, baik secara publik ataupun pribadi. Studi Hubungan Internasional ditunjukan oleh aktivitas-aktivitas yang beragam, seperti perang, bantuan kemanusiaan, perdagangan dan investasi internasional, pariwisata bahkan olimpiade (Lopez dan Stohl, 1989:3) ”.

Pada dasarnya Hubungan Internasional merupakan interaksi antara aktor suatu negara dengan negara lainnya. Pada kenyataannya Hubungan Internasional

tidak terbatas hanya hubungan antar negara saja, tetapi juga hubungan antar individu dengan kelompok kepentingan sehingga negara tidak selalu menjadi

(44)

Dalam interaksi tersebut sering timbul berbagai masalah, oleh karena itu maka hubungan internasional perlu untuk dipahami dan dipecahkan dalam bentuk

studi. Studi Hubungan Internasional itu sendiri dengan demikian merupakan suatu studi tentang interaksi yang terjadi diantara negara-negara yang berdaulat di dunia atau merupakan suatu studi tentang para pelaku bukan negara atau non-state aktor

yang perilakunya mempunyai pengaruh dalam kehidupan negara berbangsa. Hubungan antara Indonesia dengan negara super power Amerika Serikat

merupakan salah satu contoh dari sekian banyak fenomena yang terjadi dalam Hubungan Internasional. Aktor hubungan internasional bisa saja merupakan aktor negara atau juga aktor non-negara, seperti yang diungkapkan oleh Anak Agung

Banyu Perwita dan Yanyan Mochammad Yani dalam bukunya Pengantar Ilmu Hubungan Internasional:

“Hubungan Internasional didefinisikan sebagai studi tentang

interaksi antar beberapa faktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang meliputi negara-negara, organisasi internasional, organisasi non-pemerintah, kesatuan sub-nasional seperti birokrasi dan pemerintah domestik serta individu-individu” (2005: 4).

Studi hubungan internasional merupakan sebuah bidang studi yang dinamis, yang menjadi penyebabnya adalah dinamika yang terjadi dalam sistem

internasional itu sendiri. Hubungan-hubugan atau interaksi antar negara merupakan hal yang paling mendasar dalam hubungan internasional, hal ini dapat

dipertegas dengan melihat definisi dari hubungan internasional, yakni hubungan internasional mengacu pada semua bentuk interaksi antara anggota masyarakat

(45)

Menurut Teuku May Rudy dalam bukunya Teori, Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional yaitu:

“Hubungan Internasional adalah mencakup berbagai macam

hubungan atau interaksi yang melintasi batas-batas wilayah negara dan melibatkan pelaku-pelaku yang berbeda kewarganegaraan berkaitan dengan segala bentuk kegiatan manusia. Hubungan ini dapat berlangsung baik secara kelompok, maupun perorangan resmi maupun tidak resmi dengan kelompok atau perorangan dari

bangsa atau negara lain” (1993: 3).

Dengan adanya berbagai interaksi dalam dunia internasional membuat

negara harus saling berlomba dan berpartisipasi dalam dunia internasional. Hubungan internasional merupakan studi mengenai interaksi berbagai aktor yang berpartisipasi di dalam poltik internasional termasuk negara, organisasi

internasional, organisasi non pemerintah, entinitas subnasional seperti birokrasi, pemerintah lokal dan individu. Hubungan internasional merupakan studi tentang

tingkah laku dari aktor-aktor tersebut ketika berpartisipasi baik sendiri-sendiri dan bersama-sama dalam proses politik internasional (Mingst, 1999:2).

Hubungan internasional tercipta dari sebuah interaksi yang terfokus pada

masalah ekonomi dan perdagangan, lingkungan, energi, serta permasalahan sosial budaya (Perwita dan Yani, 2005:128

2.2 Politik Internasional

K.J Holsti mengadakan perbedaan antara politik internasional dengan kebijakan luar negeri. Kita dapat belajar mengenai keduanya dengan berfokus

(46)

berdasarkan pada pernyataan bahwa negara-negara bertingkah laku, kita dapat benar-benar memaknai bahwa para pembuat kebijakan memiliki tujuan-tujuan

tertentu, memilih diantara tindakan, dan menggunakan kemampuan mereka untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut atas nama negara. Tingkat analisis ini berfokus pada ideologi-ideologi, motivasi, persepsi, nilai-nilai, ataupun idiosinkretik dari

mereka yang memiliki kekuatan untuk membuat keputusan di dalam negara. Holsti membedakan politik internasional dengan studi kebijakan luar

negeri. Pada titik apa kebijakan luar negeri dapat menjadi politik internasional? Pembedaan antara terminologi tersebut menjadi lebih nyata , akan tetapi secara kasar pembedaan antara obyektif dan tindakan (keputusan dan kebijakan) dari

sebuah sebuah negara atau negara-negara dan interaksi antara dua atau lebih negara-negara.

Penstudi yang menganalisa tindakan sebuah negara terhadap lingkungan eksternal dan kondisinya-biasanya domestik- di bawah tindakan-tindakan tersebut

adalah terformulasikan dan berfokus pada esensi dari kebijakan luar negeri; orang yang menyusun tindakan-tindakan tersebut sebagai satu-satunya aspek dari sebuah pola tindakan dari satu negara dan reaksi atau respon dari yang lain melihat pada

tataran politik internasional atau proses interaksi antara dua atau lebih negara-negara.

(47)

yang akan menghasilkan keputusan dan perilaku politik luar negeri yang bersifat adaptif terhadap lingkungannya (Holsti,1995:17-19)

Politik Internasional mencangkup kepentingan dan tindakan beberapa atau semua negara serta proses interaksi antar negara maupun antar negara dengan organisasi internasional pada tingkat pemerintah sebagai struktur, “Politik

Internasional” merangkum atau terdiri atas elemen-elemen sistem internasional

seperti multipolaritas atau bipolaritas, dan organisasi internasional.

(Kusumohamidjodjo, 1997:11).

Politik internasional merupakan suatu tindakan negara atau beberapa negara yang ditujukan pada suatu negara atau negara-negara lainnya dan sifatnya

lebih ditekankan pada soal-soal poltik masyarakat internasional yang lahir sebagai reaksi dari politik luar negeri negara-negara tersebut (Dahlan, 1991:7).

Perubahan-perubahan di dalam politik luar negeri sering terjadi ketika perkembangan-perkembangan di lingkup internal semakin meningkatkan

tuntutannya berkenaan dengan kondisi di lingkungan eksternal, atau ketika perkembangan di lingkungan eksternal dianggap mempunyai potensi ancaman bagi keberadaan negara bangsa tersebut. Akhirnya kondisi tekanan dari kedua

lingkungan tersebut diproses di dalam benak para pembuat keputusan yang bertindak untuk meminimalkan resiko dan memaksimalkan peluang-peluang

(48)

Searah dengan perwita, lentner mendefinisikan Politik Internasional merupakan suatu proses interaksi yang berlangsung dalam suatu wadah atau

lingkungan, atau suatu proses interaksi, interrelasi, dan interplay antar aktor dalam lingkungannya (Lentner, 1974:2).

Politik internasional dan hubungan internasional secara istilah dan

pengertian itu sama, tetapi secara teoritis terdapat pebedaan. Politik internasional membahas tentang keadaan soal-soal politik ini di masyarakat internasional dalam

arti yang sempit yaitu dengan berpokok atau bertitik tolak pada diplomasi dan hubungan antar negara dan kesatuan-kesatuan politik lainnya. Sedangkan hubungan internasional adalah suatu istilah yang mencakup totalitas

hubungan-hubungan dikalangan bangsa-bangsa dan kelompok dalam masyarakat dunia (Wiraatmadja, 1970:33).

Politik internasional adalah disiplin akademisi yang berbeda dari sejarah yang belum lama dan kejadian-kejadian terbaru. Politik internasional sebagaimana

halnya poltik pada umumnya adalah perebutan kekuasaan. Politik internasional sendiri tidak dapat diubah menjadi ketentuan-ketentuan tersebut melalui perantara lembaga-lembaga tersebut (Morgenthau, 1990:25-26).

2.3 Lingkungan Hidup

2.3.1 Pengertian Lingkungan Hidup

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah

(49)

dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berwawasan nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya.

Dalam lingkungan hidup terdapat suatu ekosistem yaitu tatanan unsur

lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas

lingkungan hidup.

Pengertian lingkungan hidup lainnya menurut NHT Siahaan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk

didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia beserta mahluk hidup lainnya. Sedangkan pengertian

lingkungan hidup menurut Otto Soemarwoto dalam bukunya Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, yaitu: Lingkungan Hidup merupakan ruang yang

ditempati oleh makhluk hidup bersama dengan benda tak-hidup lainnya. Makhluk hidup tidak berdiri sendiri dalam proses kehidupannya melainkan berinteraksi dengan lingkungan tempat hidupnya (Soemarwoto ,1991:48).

Secara ekologis, manusia adalah bagian dari lingkungan hidup. Komponen yang berada disekitar manusia yang sekaligus sebagai sumber mutlak

kehidupannya merupakan lingkungan hidup manusia. Lingkungan hidup inilah yang menyediakan berbagai sumber daya alam yang menjadi daya dukung bagi

(50)

hidupnya baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang ( Suratmo,2004:24).

Gambar

Tabel 1.1 Tabel Waktu Penelitian
Tabel 3.1.
Tabel 3.3
Gambar 3.1 Perkiraan Kerusakan Hutan dari tahun 1985-2020
+3

Referensi

Dokumen terkait

Ragam bahasa Indonesia yang tepat digunakan dalam kampanye politik dengan model kampanye terbuka adalah ragam bahasa informal, sedangkan ragam bahasa dalam model

Shinto juga tidak memilik kitab suci, simbol ataupun nabi sebagai penemu atau penyebar agama pertama kali, jadi Shinto lahir dan berkembang secara alami dalam masyarakat,

Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu merupakan suatu DAS besar yang berada pada wilayah CAT Bandung-Soreang dengan luas wilayah DAS mencapai 1812 Km2. Wilayah DAS Citarum

banyaknya workstation dan total harga idle time pada semua stasiun dapat diminimasi, yang pada penyeimbangan tugasnya, waktu yang dibutuhkan perunit produk yang

Auditee Audit Internal Mutu, yaitu Audit sistem dan kepatuhan terkait implementasi capaian visi, misi, tujuan dan sasaran (VMTS) untuk Unit auditee dan sub auditee UPT

Hal ini mempunyai beberapa alasan untuk dilakukan, yaitu (a) ovulasi setelah kehamilan tidak dapat diprediksi dan CuT merupakan kontrasepsi yang berguna

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disumpulkan mengenai bentuk konflik sosial oleh Coser yang dialami oleh

Dokumen ini dan informasi yang dimilikinya adalah milik Jurusan Teknik Komputer- Diploma IPB dan bersifat rahasia. Dilarang untuk me-reproduksi dokumen ini tanpa diketahui oleh