• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Sistem Grameen Bank Terhadap Perbankan Dalam Rangka Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Sistem Grameen Bank Terhadap Perbankan Dalam Rangka Tanggung Jawab Sosial Perusahaan"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Bahsan, M, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007.

Adjie, Habib, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial Perseroan Terbatas, Bandung: CV. Mandar Maju, 2008.

Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004.

Imaniyati, Neni Sri, Hukum Bisnis, Telaah tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi, Bandung: Graha Ilmu, 2009.

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002. Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2005.

Solihin, Ismail, Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability, Jakarta: Salemba Empat, 2009.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007.

Widjaja, Gunawan dan Yeremia Ardi Pratama, Resiko Hukum & Bisnis Tanpa CSR, Jakarta: Forum Sahabat, 2008.

Widiono, Try, Agunan Kredit Dalam Finansial Engineering, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.

Wibisono, Yusuf, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility), Gresik: Fascho Publishing, 2007.

Yunus, Muhammad, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.

(2)

MAKALAH

Nasution, Bismar, “Aspek Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”, Disampaikan pada “Semiloka Peran dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Masyarakat Lokal Wilayah Operasional Perusahaan Perspektif Hak Asasi Manusia”, diselenggarakan oleh Komisi Hak Asasi Manusia Riau Pekanbaru tanggal 23 Februari 2008.

Astuty, Ernany Dwi, “Pemberdayaan UKM Model Grameen Bank”.

ARTIKEL, MAJALAH DAN KORAN

Basral, Akmal Nasery, “Keajaiban Lelaki dari Chittagong”, Tempo Online, 13 November 2010.

Fikri, Ahmad, dkk, “Konsep Grameen Bank Bisa Berantas Korupsi”, Tempo Interaktif, 10 Agustus 2010.

Rachmad, Edy, “Bank Syariah Belum Syariah”, Waspada, 19 Oktober 2010.

Sari, Rini Rafika, “Perempuan dan Peningkatan Ekonomi Sumatera Utara”, Analisa, 19 Oktober 2010.

“Muhammad Yunus: Grameen Bank Bisa Diterapkan Di Indonesia”, Gatra, 17 Mei 2010.

PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal di Indonesia. Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

INTERNET

Bank Grameen”terakhir kali diakses

pada tanggal 13 November 2010.

(3)

Muhammad Yunus sebagai Founder-nya”terakhir kali diakses pada 13 November 2010.

http://grameeninfo.org/index.php?option=com_content&task=view&id=19&itemi d=114, ”A Short History of Grameen Bank”terakhir diakses tanggal 13 November 2010.

Http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/EDISI%2029/grameen_bank.pdf, “Grameen Bank Membuktikan Perempuan dan Orang Termiskin Dari yang Miskin Punya Potensi Untuk Diberdayakan”terkhir diakses tanggal 13 November 2010.

http://www. elsppat.or.id/download/file/w14_a4.pdf., “Grameen Bank Kredit yang Manusiawi dan Demokratis”diakses terakhir tanggal 13 November 2010.

http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/EDISI%2029/grameen_bank.pdf, “Grameen Bank Membuktikan Perempuan dan Orang Termiskin Dari yang Miskin Punya Potensi Untuk Diberdayakan”terkhir diakses tanggal 13 November 2010.

http;//elib.pdii,lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/5612, ”Grameen Bank sebagai Sebuah Model Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan”terakhir diakses pada tanggal 13 November 2010.

http://bismar.wordpress.com/2009/12/23/tanggungjawab-sosial-perusahaan/,

“Aspek Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”, terakhir kali diakses pada tanggal 13 November 2010.

http://goodcsr.wordpress.com/about/artikel/, “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)”, terakhir kali diakses pada tanggal 13 November 2010.

(4)

Pengembangan UMKM”, terakhir kali diakses tanggal 13 Novermber 2010.

http://www.grameeninfo.org/index.php?option=com_content&task=view=id=27& Itemid=176, “Is Grameen Bank Different”, terakhir kali diakses tanggal 13 November 2010.

(5)

BAB III

RELEVANSI PELAKSANAAN SISTEM GRAMEEN BANK DENGAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI INDONESIA

A. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Beberapa pakar memberikan definisi dari tanggung jawab sosial perusahaan. Kotler dan Lee memberikan rumusan: ”corporate social responsibility is a commitment to improve community well being through

discretionary business practices and contribution of corporate resources”. Dalam definisi tersebut, Kotler dan Lee memberikan penekanan pada kata discretionary

yang berarti kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan semata-mata merupakan komitmen perusahaan secara suka rela untuk turut meningkatkan kesejahteraan komunitas dan bukan merupakan aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum dan perundang-undangan seperti kewajiban membayar pajak atau kepatuhan perusahaan terhadap undang-undang ketenagakerjaan. Kata discretionary juga memberikan nuansa bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan haruslah perusahaan yang telah menaati hukum dalam pelaksanaan bisnisnya.42

Menurut Milton Friedman, tanggung jawab sosial perusahaan adalah menjalankan bisnis sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan (owners), biasanya dalam bentuk menghasilkan uang sebanyak mungkin dengan senantiasa mengindahkan aturan dasar yang digariskan dalam suatu masyarakat sebagaimana diatur oleh huku m dan perundang-undangan.43

42

Ismail Solihin, op.cit., hal.5.

43

(6)

Daniel Seligman menyebutkan bahwa “tanggung jawab sosial perusahaan adalah rumit sebagian karena tidak adanya lawan yang secara umum telah

disetujui; paling sedikit tampaknya tidak ada yang menganjurkan agar

perusahaan tidak perlu mempunyai tanggung jawab sosial”. Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tangung jawab sosial dikatakan rumit karena tidak ada lawan yang disetujui, ini berarti tanggung jawab sosial perusahaan belum merupakan tanggung jawab yang harus dipikul oleh perusahaan atau dengan kata lain perusahaan anaara mau dan tidak mau untuk mempunyai tanggung jawab sosial, meskipun begitu tidak dianjurkan agar perusahaan untuk tidak mempunyai tanggung jawab.44

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yaitu lembaga internasional yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan lebih dari 120

multinasional company yang berasal dari 30 negara, dalam publikasinya Making Good Business Sense mendefinisikan tanggung jawab sosial, sebagai “ Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic

development while improving the quality of life of the workforce and their families

as well as the local community and society at large.” Maksudnya, komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.45

44

Habib adjie, op.cit., hal. 61

45

(7)

Sebuah lembaga keuangan yaitu World Bank, memandang tanggung jawab sosial perusahaan sebagai “the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their

representatives the local community and society at large to improve quality of life,

in ways that are both good for business and good for development.”46

Ada tiga hal pokok yang membentuk pemahaman atau konsep mengenai tanggung jawab sosial perusahaan. Ketiga hal tesebut adalah:

Maksudnya, komitmen bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan semua pemangku kepentingan guna memperbaiki kehidupan mereka dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis, agenda pembangunan yang berkelanjutan maupun masyarakat umum.

47

1. bahwa sebagai suatu artificial person, perusahaan atau korporasi tidaklah berdiri sendiri dan terisolasi, perusahaan atau perseroan tidak dapat menyatakan bahwa mereka tidak memiliki tanggung jawab terhadap keadaan ekonomi, lingkungan maupun sosialnya;

2. keberadaan (eksistensi) dan keberlangsungan (sustainability) perusahaan atau korporasi sangatlah ditentukan oleh seluruh stakeholders-nya dan bukan hanya

shareholders-nya. Para stakeholders ini, terdiri dari shareholders, konsumen, pemasok, klien, customer, karyawan dan keluarganya, masyarakat sekitar dan

46

Yusuf Wibisono, loc.cit.

47

(8)

mereka yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan (the local community and society at large);

3. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan berarti juga melaksanakan tugas dan kegiatan sehari-hari perusahaan atau korporasi, sebagai wadah untuk memperoleh keuntungan melalui usaha yang dijalankan dan atau dikelola olehnya. Jadi ini berarti tanggung jawab sosial perusahaan adalah bagian terintegrasi dari kegiatan usaha (business), sehingga tanggung jawab sosial perusahaan juga menjalankan perusahaan atau korporasi untuk memperoleh keuntungan.

Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yang pertama adalah terkait dengan komitmen pimpinannya. Perusahaan yang pimpinannya tidak tanggap dengan masalah sosial, jangan diharap akan memperdulikan aktivitas sosial. Kedua, menyangkut ukuran dan kematangan perusahaan. Perusahaan besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberi kontribusi ketimbang perusahaan kecil dan belum mapan. Ketiga, regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah. Semakin amburadul regulasi dan penataan pajak akan membuat semakin kecil ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial kepada masyarakat. Sebaliknya, semakin kondusif regulasi atau semakin besar insentif pajak yang diberikan, akan lebih berpotensi memberi semangat kepada perusahaan untuk berkontribusi kepada masyarakat.48

48

(9)

Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha mesti merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya yaitu:49

Menurut Boston College Centre for Corporate Community Relations

(2000), yang menyebabkan tanggung jawab sosial menjadi begitu penting adalah:

Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan mesti menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya imbal balik atas penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif, di samping sebagai kompensasi sosial karena timbulnya ketidaknyamanan (discomfort) pada masyarakat.

Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, setidaknya licence to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan.

Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan.

50

49

(10)

a. Globalisasi dan makin meningkatnya persaingan sebagai akibat globallisasi. b. Dari waktu ke waktu perusahaan menjadi makin besar dan makin meningkat

pula pengaruh perusahaan-perusahaan tersebut.

c. Upaya-upaya penghematan (retrenchment) dan reposisi pemerintah dan peranannya.

d. Terjadinya perang di antara perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan tenaga-tenaga yang berbakat dan berkeahlian.

e. Pertumbuhan aktivitas masyarakat global.

f. Makin meningkatnya kesadaran mengenai kesadaran mengenai pentingnya asset-aset tidak berwujud (intangible assets).

B. Dasar Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Adapun yang menjadi dasar hukum dalam perngaturan tanggung jawab sosial perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 74 ayat (1), (2), (3), dan (4);

2. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal dalam Pasal 15 (b) dan Pasal 34.

50

(11)

Pada Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pengaturan tanggung jawab sosial perusahaan dapat dilihat pada pasal 74 yang menyebutkan :51

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Penjelasan atas Pasal 74 ayat (1) lebih lanjut menerangkan bahwa ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Yang dimaksud dengan ”Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam” adalah perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Yang dimaksud dengan ”Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah perseroan yang tidak mengelola dan yang tidak memanfaatkan

51

(12)

sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.52

Pada penjelasan Pasal 74 tersebut jelas disebutkan bahwa kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam ini tidak hanya melihat pada bisnis inti (core business) dari perusahaan tersebut. Walaupun perusahaan tersebut tidak secara langsung melakukan eksploitasi sumber daya alam, tetapi selama kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam, maka perusahaan tersebut wajib melaksanakan tanggung jawab sosialnya.53

Dalam Pasal 74 ayat (2) disebutkan bahwa biaya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan diperhitungkan sebagai salah satu komponen biaya perusahaan. Biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan ini seharusnya pada akhir tahun buku diperhitungkan sebagai salah satu pengeluaran perusahaan.

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan yang semula hanya merupakan kewajiban moral, dengan berlakunya Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas menjadi kewajiban yang dapat dipertanggungjawabkan dalam hukum, tetapi khusus hanya bagi perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam. Bagi perseroan lainnya, Tanggung jawab sosial perusahaan hanya merupakan kewajiban moral saja.

52

Penjelasan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

53

(13)

Mengenai besarnya anggaran pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan ini jelas disebutkan bahwa pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran, yaitu dengan pengertian bahwa biaya-biaya tersebut harus diatur besarnya sesuai manfaat yang hendak dituju dari pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri berdasarkan kemampuan keuangan perseroan dan potensi resiko dan besarnya tanggung jawab yang harus ditanggung oleh perseroan sesuai dengan kegiatan usahanya tersebut. Kondisi tersebut pada dasarnya hendak memperhatikan bahwa penentuan besar kecilnya dana yang mereka anggarkan untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dengan tetap memperhatikan tujuan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu sustainability perusahaan, lingkungan dan sosial.54

Penjelasan atas Pasal 74 ayat (3) lebih lanjut menerangkan bahwa yang dimaksud dengan ”dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan” adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait. Penjelasan pasal ini menjelaskan bahwa sanksi yang dikenakan bukan sanksi karena perusahaan tidak melakukan tanggung jawab sosial perusahaan menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas, melainkan sanksi yang karena perusahaan mengabaikan tanggung jawab sosial perusahaan sehingga perusahaan tersebut melanggar aturan-aturan terkait di bidang sosial dan lingkungan yang berlaku.55

54

Ibid, hal. 98.

(14)

Berbagai macam peraturan perundang-undangan terkait dengan pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan. Berbagai aturan itulah yang menghidupkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Undang-Undang Perseroan Terbatas hanya sekedar mengingatkan kembali akan kewajiban-kewajiban tersebut dengan memasukkan dan menganggarkannya ke dalam rencana kerja tahunan dan laporan tahunan.

Pasal 74 ayat (1), (2) dan (3) Pasal 74 Undang-Undang Peseroan Terbatas adalah peraturan yang memayungi pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia. Pasal 74 ayat (4) menggambarkan bahwa sesuai dengan amanah yang diberikan Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut, pemerintah perlu membuat aturan pelaksananya dalam bentuk Peraturan Pemerintah. Dalam membuat Peraturan Pemerintah ini, pemerintah diharapkan tidak salah menafsirkan tanggung jawab sosial perusahaan sehingga aturan yang dibuat nantinya justru memberatkan perusahaan dan akan menghilangkan makna tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri. Dengan dimasukkannya tanggung jawab sosial perusahaan dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, tanggung jawab sosial perusahaan yang pada awalnya muncul karena kesadaran perusahaan dan lebih merupakan moral liability, menjadi legal liability, walaupun sanksi yang diterima oleh perusahaan adalah dari undang-undang terkait.56

56

(15)

Habib Adjie menyatakan bahwa untuk perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan hendaknya diatur sanksi sebagai berikut:57

1. Bentuk dan jenisnya. Sebaiknya jangan sanksi berupa pengenaan sejumlah uang ataupun pidana, tapi berupa kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial tertentu yang sesuai atau berkaitan dengan bidang usaha perseroan.

2. Sanksi harus dijatuhkan oleh suatu institusi atau lembaga yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut, dan bersifat independent.

3. Sanksi yang dijatuhkan oleh lembaga tersebut bersifat mengikat dan final, artinya tidak ada proses hukum kepada instansi lainnya.

4. Setiap sanksi yang dijatuhkan wajib diawasi dan diaudit oleh suatu lembaga yang independent.

5. Jika perseroan yang dijatuhi sanksi tersebut tidak mematuhinya atau menurut lembaga yang mengawasi dan mengaudit tersebut tidak sepenuh hati untuk melaksanakannya, maka lembaga tersebut dapat menunjuk lembaga lain untuk melaksanakan kewajiban sosial tersebut dengan biaya dari perseroan yang dijatuhi sanksi.

6. Lembaga yang ditunjuk tersebut dapat merekomendasikan kepada pemerintah, agar segala izin yang berkaitan dengan perseroan tersebut dicabut.

Pada Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pengaturan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dapat dilihat pada:58

57

(16)

1. Pasal 15

Setiap penanam modal berkewajiban:

a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;

d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal;

e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Pasal 34

1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. pembatasan kegiatan usaha;

c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau d. pencabutan kegiatan usa dan/atau fasilitas penanaman modal.

2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

58

(17)

3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lanilla sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penjelasan atas Pasal 15 (b) lebih lanjut menerangkan bahwa “tanggung jawab sosial perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serráis, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat.59

Tanggung jawab sosial perusahaan akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra perusahaan. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk bedasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan tanggung jawab sosial perusahaan adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu ekosistem yang menguntungkan semua pihak. Konsumen mendapatkan produk unggul yang C. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

59

(18)

ramah lingkungan , produsen pun mendapatkan profit yang sesuai yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung.60

Manfaat (benefits) bagi perusahaan yang berupaya menerapkan tanggung jawab sosial perusahaan di antaranya sebagai berikut:61

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan. Perbuatan destruktif pasti akan menurunkan reputasi perusahaan. Begitupun sebaliknya, kontribusi positif pasti juga akan mendongkrak reputasi dan image

positif perusahaan. Inilah yang menjadi modal nonfinansial utama bagi perusahaan bagi stakeholders-nya yang menjadi nilai tambah bagi perusahaan untuk dapat tumbuh secara bekelanjutan.

2. Layak mendapatkan social licence to operate.

Masyarakat sekitar perusahaan merupakan komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan benefit dari keberadaan perusahaan, maka pasti dengan sendirinya mereka ikut merasa memiliki perusahaan. Sehingga imbalan yang diberikan ke perusahaan paling tidak adalah keleluasaan perusahaan untuk menjalankan roda bisnisnya di wilayah tersebut. Jadi program tanggung jawab sosial perusahaan menjadi bagian dari asuransi sosial (social insurance) yang akan menghasilkan harmoni dan persepsi positif dari masyarakat terhadap eksistensi perusahaan.

3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan.

60

Gunawan Widjaja & Yeremia Ardi Pratama, op.cit., hal. 52

61

(19)

Mengelola resiko di tengah kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan hal yang esensial untuk suksesnya suatu usaha. Perusahaan mesti menyadari bahwa kegagalan untuk memenuhi ekspektasi stakeholders pasti akan menjadi bom waktu yang dapat memicu resiko yang tidak diharapkan. Misalnya disharmoni dengan stakeholders hingga pembatalan atau penghentian operasi, yang ujungnya akan merusak dan menurunkan reputasi bahkan kinerja perusahaan. Bila hal itu terjadi, maka di samping menanggung

opportunity loss, perusahaan juga mesti mengeluarkan biaya yang mungkin justru berlipat besarnya dibanding biaya untuk mengimplementasikan tanggung jawab sosial perusahaan. Karena itu, menempuh langkah antisipatif dan preventif melalui penerapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan upaya inventatif yang dapat menurunkan resiko bisnis perusahaan.

4. Melebarkan akses sumber daya.

Track record yang baik dalam pengelolaan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu untuk memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan.

5. Membentangkan akses menuju market.

(20)

6. Mereduksi biaya.

Banyak contoh yang dapat menggambarkan keuntungan perusahaan yang didapat dari penghematan biaya yang merupakan buah dari implementasi dari penerapan program tanggung jawab sosialnya. Yang mudah dipahami ialah upaya untuk mereduksi limbah melalui proses recycle daur ulang ke dalam siklus produksi. Di samping mereduksi biaya, proses ini tentu juga mereduksi buangan ke luar sehingga menjadi lebih aman.

7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.

Implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan tentunya akan menambah frekuensi komunikasi dengan stakeholders. Nuansa seperti itu dapat membentangkan karpet merah bagi terbentuknya trust kepada perusahaan.

8. Memperbaiki hubungan dengan regulator.

Perusahaan yang menerapkan program tanggung jawab sosial perusahaan pada dasarnya merupakan upaya untuk meringankan beban pemerintah sebagai regulator. Sebab pemerintahlah yang menjadi penanggung jawab untuk mensejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Tanpa bantuan dari perusahaan, umumnya terlalu berat bagi pemerintah untuk menanggung beban tersebut.

9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan

(21)

untuk meningkatkan kinerjanya. Di samping itu reputasi perusahaan yang baik di mata stakeholders juga merupakan vitamin tersendiri bagi karyawan untuk meningkatkan motivasi dalam berkarya.

10.Peluang mendapatkan penghargaan.

Banyak reward ditawarkan bagi penggiat tanggung jawab sosial perusahaan. Sehingga kesempatan untuk mendapatkan penghargaan mempunyai kans yang cukup tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Business for Social Responsibility62, adapun manfaat yang dapat diperoleh oleh suatu perusahaan yang mengimplemetasikan tanggung jawab sosial perusahaan antara lain:63

1. Peningkatan penjualan dan pangsa pasar (Increased sales and market share).

2. Memperkuat posisi nama atau merek dagang (strengthened brand positioning).

3. Meningkatkan citra perusahaan (Enhanced corporate image and clout). 4. Meningkatkan kemampuan untuk menarik, memotivasi dan

mempertahankan pegawai (Increased ability to attract,motivate, and retain employees).

5. Menurunkan biaya operasi (Decreasing operating cost).

62

Business for Social Responsibility adalah suatu organisasi non-profit global, yang usahanya adalah memberikan informasi, instrument, pelatihan-pelatihan dan jasa konsultasi yang menyangkut Corporate Social Responsibility.

63

(22)

6. Meningkatkan daya tarik bagi investor dan analis keuangan (Increased appeal to investors and financial analysts).

Hasil uraian dan beberapa penelitian diatas menunjukkan bahwa CSR memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan-perusahaan yang mengimplementasikannya. Dengan kata lain, sembari memenuhi kewajiban sosial, suatu perusahaan dapat turut serta meraih keuntungan bisnis. Di Indonesia sendiri, hal ini juga pasti akan sangat menguntungkan. Banyak perusahaan-perusahaan yang telah berhasil mengimplementasikan CSR dan turut memanfaatkannya untuk mendatangkan keuntungan perusahaan, dan tidak lagi memandangnya sebagai suatu kewajiban belaka. Perusahaan-perusahaan yang lain yang belum dapat turut menggunakan pendekatan ini. Perusahaan-perusahan yang ingin menerapkan CSR dapat memilih berbagai macam bentuk inisiatif sosial.64

Adapun yang menjadi landasan hukum bagi penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam industri perbankan adalah Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 dan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan.

D. Pengaturan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Undang-Undang Perbankan

64

(23)

Pada Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, pengaturan tanggung jawab sosial perusahaan dapat dilihat pada:65

1. Menimbang butir b

Bahwa perbankan yang berasaskan demokrasi ekonomi dengan fungsi utamanya sebagai penghimpunan dan penyalur dan masyarakat , memiliki peranan yang strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan dan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

2. Pasal 1 butir 1

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalm bentuk simpanan , dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

3. Pasal 4

Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan Pembangunan Nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Pada Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pengaturan tanggung jawab sosial perusahaan dapat dilihat pada Pasal 1 butir 2:66

65

(24)

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

E. Relevansi Pelaksanaan Sistem Grameen Bank Dengan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia

Kotler dan Lee menyebutkan bahwa setidaknya ada 6 opsi untuk “berbuat kebaikan” (Six options for Doing Good) sebagai inisiatif sosial perusahaan yang dapat ditempuh dalam rangka implementasi CSR, yaitu :67

1. Cause Promotions

Suatu perusahaan dapat memberikan dana atau berbagai macam kontribusi lainnya, ataupun sumber daya perusahaan lainnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat atas suatu isu sosial tertentu, ataupun dengan cara mendukung pengumpulan dana, partisipasi dan rekruitmen sukarelawan untuk aksi sosial tertentu.

Contohnya perusahaan kosmetika terkemuka di Inggirs, The Body Shop, mempromosikan larangan untuk melakukan uji produk terhadap hewan. The Body Shop sendiri. mengklaim bahwa produk-produk yang dijualnya tidak diuji

66

Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan

67

(25)

coba terhadap hewan. Hal ini dapat dilihat pada kemasan produk-produk The Body Shop yang mencantumkan kata-kata against animal testing.

2. Cause-Related Marketing

Suatu perusahaan dalam hal ini berkomitmen untuk berkontribusi atau menyumbang sekian persen dari pendapatannya dari penjualan suatu produk tertentu miliknya untuk isu sosial tertentu.

Contohnya seperti Unilever yang memberikan sekian persen dari penjualan sabun produksinya, Lifebuoy, untuk meningkatkan kesadaran hidup bersih dalam masyarakat, dengan cara membangun fasilitas kamar kecil dan wastafel di sekolah-sekolah, terutama di daerah-daerah terpencil. Kemudian Danone, yang juga merupakan produsen air mineral AQUA memberikan sekian persen hasil penjualannya untuk membangun jaringan air bersih di daerah sulit air di Indonesia.

3. Corporate Social Marketing

(26)

4. Corporate Philanthropy

Dalam hal ini, suatu perusahaan secara langsung dapat memberikan sumbangan, biasanya dalam bentuk uang tunai. Pendekatan ini merupakan bentuk implementasi tanggung jawab sosial yang paling tradisional. Contohnya suatu perusahaan dapat langsung memberikan bantuan uang tunai ke panti-panti sosial, ataupun apabila tidak uang tunai, dapat berupa makanan ataupun alat-alat yang diperlukan.

5. Community Volunteering

Dalam hal ini, perusahaan dapat mendukung dan mendorong pegawainya, mitra bisnis maupun para mitra waralabanya untuk menjadi sukarelawan di organisasi-organisasi kemasyarakatan lokal. Contohnya suatu perusahaan dapat mendorong atau bahkan mewajibkan para pegawainya untuk terlibat dalam bakti sosial atau gotong-royong di daerah dimana perusahaan itu berkantor. Contoh lainnya seperti perusahaan-perusahaan yang memproduksi komputer ataupun piranti lunak mengirim orang-orangnya ke sekolah-sekolah untuk melakukan pelatihan-pelatihan langsung menyangkut keterampiran komputer.

6. Socially Responsible Business Practices

(27)

lingkungan. Seperti contohnya Starbucks bekerjasama dengan Conservation International di Amerika Serikat untuk mendukung petani-petani guna meminimalisir dampak atas lingkungan mereka.

Karakteristik kemiskinan di Indonesia berbeda dengan karakteristik kemiskinan di Bangladesh. Namun apapun perbedaannya esensi kemiskinan adalah sama. Apalagi sejak terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia sejak tahun 1997, angka kemiskinan bertambah pesat. Berhubungan dengan hal tersebut serta maraknya program pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah selama ini menunjukkan bahwa penerapan sistem Grameen Bank pada perbankan di Indonesia sangat relevan dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Hal ini dapat diwujudkan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan pada perbankan di indonesia.

Beberapa asumsi yang mendukung pendapat tersebut adalah: 1. Besarnya angka kemiskinan

Jika dilihat dari segi penghasilan per kapita nampak bahwa kemiskinan di Indonesia berlapis-lapis. Secara umum dapat dibagi menjadi penduduk yang paling miskin, miskin sekali dan miskin. Kelompok sasaran sistem Grameen Bank adalah penduduk yang paling miskin. Ini merupakan pasar yang besar bagi sistem Grameen Bank.

(28)

pandang sistem perbankan konvensional. Mereka ini yang sering menjadi korban rentenir atau tengkulak.

2. Kesesuaian dengan agenda pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme Pada masa ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengembangkan program-program yang bersih, transparan, partisipatif, dan tidak korup, seperti yang selama ini identik dengan proyek-proyek pemerintah. Dalam pelaksanaannya sistem Grameen Bank menawarkan pendekatan yang transparan. Setiap transaksi dilakukan secara terbuka pada pertemuan mingguan. Transparansi ini menjamin kontrol yang ketat bagi para staf bank. Menurut Yunus, konsep Grameen Bank bisa digunakan untuk memberantas korupsi. Menurutnya, banyak orang yang kehilangan semangat memerangi korupsi dalam negara yang korup. Namun, selama 31 tahun mengelola

Grameen Bank, ternyata hanya sekitar satu persen orang Bangladesh yang korup, yakni para politikus dan pegawai pemerintah.68

3. Peningkatan dan pemberdayaan peran serta masyarakat

Sistem Grameen Bank memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk mengelola usahanya sendiri. Usaha yang didukung adalah usaha yang telah dipahami anggotanya dan telah digeluti sebelumnya. Sistem Grameen Bank

juga memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk mengambil setiap keputusan yang dibutuhkan di dalam kelompok untuk kepentingan mereka sendiri. Hal ini akan membiasakan anggota untuk aktif mengambil inisiatif dan berpartisipasi dalam menentukan nasibnya.

68

(29)
(30)

BAB IV

PERANAN SISTEM GRAMEEN BANK TERHADAP PERBANKAN DALAM RANGKA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

A. Peranan Sistem Grameen Bank sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Motivasi utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis sudah tentu adalah meningkatkan keuntungan. Logika ekonomi neoklasik adalah bahwa dengan meningkatnya keuntungan dan kemakmuran sebuah perusahaan sudah pasti akan meningkatkan kemakmuran rakyat karena lebih efisien dan murah produk yang dihasilkan. Kenyataannya tidak demikian, banyak perusahaan bukan hanya makin kaya tetapi juga semakin berkuasa sementara penduduk miskin dan lemah serta rentan secara sosial, ekonomi, politik, kesehatan dan lingkungan makin banyak. Kemajuan perusahan juga menyumbang ketidak-adilan dan kesenjangan sosial. Pertumbuhan ekonomi tidak selalu sejalan dengan pemerataan atau distribusi kesejahteraan.69

Memperhatikan kesenjangan yang semakin besar muncul berbagai reaksi untuk memperbaiki persoalan kesenjangan. Antara lain program pengentasan kemiskinan, perbaikan kesejahteraan, bantuan subsidi langsung dan sebagainya. Itu jika dilakukan oleh pemerintah sebagai unsur negara yang yang mempunyai peran penting di situ. Kenyataan menunjukkan bahwa upaya-upaya ini sering tidak membawa hasil atau tidak berkelanjutan. Pada saat banyak perusahaan

69

(31)

semakin besar dan semakin kaya pada saat itu pula semakin banyak orang miskin dan semakin rusak lingkungan sekitarnya. Karena itu muncul pula kesadaran untuk mengurangi dampak negatif ini.

Ada sedikit perusahaan yang pemimpinnya tulus tertarik perubahan sosial. Jumlah mereka bertambah banyak seiring naiknya para manajer dari generasi lebih muda ke posisi puncak. Para eksekutif muda masa kini, karena dibesarkan televisi dan internet, lebih sadar masalah sosial dan lebih paham persoalan dunia ketimbang generasi sebelumnya. Mereka punya kepedulian soal perubahan iklim, buruh anak, penyebaran AIDS, hak perempuan, dan kemiskinan dunia. Para pemimpin baru ini sedang mengupayakan membuat tanggung jawab sosial perusahaan menjadi bagian penting filosofi bisnis.70

Berdasarkan hal tersebut, kita perlu memperkenalkan bisnis jenis lain, bisnis yang mengakui sifat multidimensi manusia. Jika kita menggambarkan perusahaan sekarang sebagai bisnis dengan target keuntungan sebesar-besarnya (profit maximizing business-PMB), jenis bisnis baru ini dapat disebut sebagai bisnis sosial. Pengusaha akan mendirikan bisnis sosial bukan untuk mencari keuntungan pribadi terbatas melainkan mencapai tujuan sosial nan luas.71

Pada tahap pengembangan konsep bisnis sosial ini, kita hanya bisa melihat garis besar secara umum. Di masa mendatang, seiring bisnis sosial mulai muncul

70

Muhammad Yunus, op.cit, hal. 18.

71

(32)

di seluruh dunia, jelas akan muncul berbagai ciri khas dan bentuk bisnis sosial baru. Menurut Prof. Yunus, ada dua kemungkinan bisnis sosial:72

1. Perusahaan yang fokus menyediakan manfaat sosial, bukan mencari keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik perusahaan, dimiliki investor yang mengharap manfaat sosial, seperti pembangunan ekonomi, keadilan sosial, keberlanjutan global, dan seterusnya, serta kepuasan psikologis, emosional, dan spiritual, daripada keuntungan finansial.

2. Beroperasi dengan cara sedikit berbeda yaitu bisnis pencari keuntungan maksimal yang dimiliki orang miskin dan kurang beruntung. Dalam hal ini manfaat sosial diperoleh dari kenyataan bahwa deviden dan pertumbuhan ekuitas yang dihasilkan dari PMB akan jatuh ke tangan orang miskin, dengan begitu membantu mereka mengurangi kemiskinan atau bahkan lepas dari kemiskinan sama sekali.

Perusahaan yaitu perbankan khususnya diharapkan dapat menerapkan bisnis sosial ini guna menjalankan tanggung jawab sosial perusahaannya. Perbankan mempunyai peran yang penting dalam menunjang kegiatan dunia usaha. Khususnya bagi perusahaan ataupun individu yang membutuhkan modal dalam rangka mengembangkan usaha. Selain hal itu juga sebagai tempat untuk menyimpan uang yang lebih aman dibanding disimpan di perusahaan dan juga akan mendapatkan keuntungan tambahan berupa bunga. Oleh karena bank menghimpun dan dari masyarakat, maka ia juga berkewajiban menyediakan dana dengan cara-cara yang paling baik melayani kepentingan masyarakat di samping

72

(33)

kepentingan pemilik dana-dana itu. Dibutuhkan objektivitas dan kebijaksanaan untuk mengalokasikan dana karena ada resiko yang tinggi jika dalam mengalokasikan salah. Hal itu akan dapat mengakibatkan adanya kredit macet yang membawa dampak terhadap kerugian yang sangat besar. Penggunaan dan perbankan sebagian besar disalurkan untuk kredit, dengan pemberian kredit tersebut bank akan mendapatkan keuntungan berupa bunga. Penggunaan dana untuk penyaluran kredit ini mencapai 70-80% dari volume usaha bank. Hal itu menunjukkan bahwa dana yang dihimpun oleh bank sebagian besar disalurkan kepada masyarakat berupa kredit. Kredit yang disalurkan semakin banyak memang boleh dikatakan dan tersebut produktif untuk kepentingan masyarakat yang membutuhkan dana untuk mengembangkan usahanya maupun kepentingan konsumtif.73

Pinjam meminjam uang dalam kegiatan perbankan di Indonesia disebut kredit. Hal tersebut terdapat pada Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perbankan Indonesia yang menetapkan pengertian bank sebagai berikut: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

74

73

http://www.linkpdf.com/ebook-viewer.php?url=http://elearning-ujb.net/artikel/05-2108-6201PeranBank .doc, ”Peranan Bank Dalam Upaya Membantu Pengembangan UMKM”, terakhir kali diakses tanggal 13 Novermber 2010.

74

Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan

(34)

perbankan disalurkan bank kepada masyarakat sesuai dengan fungsi utamanya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.75

Oleh karena pada umumnya perbankan memperoleh dana dari masyarakat dan kegiatannya diawasi oleh pemerintah, beberapa tujuan kredit dapat ditambahkan sebagai berikut:

76

a. Menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan (kepentingan pemerintah).

b. Meningkatkan kegiatan perusahaan/perorangan yang didanai (peminjam) guna terpenuhinya kebutuhan usaha dan kebutuhan dan lainnya (kepentingan masyarakat).

c. Memperoleh laba untuk kelangsungan hidup perusahaan sehingga dapat memperluas usaha dan pelayanannya (kepentingan pemilik modal bank/ lembaga kredit).

Dalam pelaksanaan pemberian kredit perbankan tersebut biasanya dikaitkan dengan berbagai persyaratan, antara lain mengenai jumlah maksimal kredit, jangka waktu kredit, tujuan penggunaan kredit, suku bunga kredit, cara penarikan dana kredit, jadwal pelunasan kredit, dan jaminan kredit. Namun, dalam kenyataan tidak semua masyarakat yang mendapat kesempatan untuk mendapat kredit dikarenakan berbagai persyaratan yang tersebut di atas. Masyarakat yang tergolong miskin memiliki keterbatasan untuk memenuhi persyaratan tersebut

75

M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 73.

76

(35)

dimulai dari tidak memiliki jaminan sampai dengan melengkapi persyaratan tekhnis administratif yang cukup rumit. Dari hal tersebut, pihak perbankan diharapkan agar dapat membantu masyarakat miskin atau memberi kemudahan-kemudahan kepada masyarakat miskin dalam pemberian pinjaman kredit. Salah satu langkah yang dapat ditempuh oleh perbankan atau alih-alih sebagai pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu dengan cara menerapkan sistem Grameen Bank dalam memberikan pinjaman kredit.

Sistem Grameen Bank hampir kebalikan dari sistem perbankan konvensional. Perbankan konvensional didasarkan pada prinsip bahwa semakin banyak yang anda miliki, semakin banyak yang bisa anda dapatkan. Dengan kata lain, jika anda memiliki sedikit atau tidak ada, anda tidak mendapatkan apa-apa. Akibatnya, lebih dari setengah populasi dunia ini dirampas dari jasa keuangan bank-bank konvensional. Perbankan konvensional didasarkan pada jaminan, sistem Grameen Bank adalah jaminan-bebas.77 Sistem Grameen Bank

menyediakan pinjaman kecil tanpa agunan dengan biaya masuk akal kepada orang miskin.78

77

http://www.grameen-info.org/index.php?option=com_content&task=view=id=27&Itemid=176, “Is Grameen Bank Different”, terakhir kali diakses tanggal 13 November 2010.

78

Muhammad Yunus, op.cit., hal. 32.

(36)

1. Bank konvensional menunggu kedatangan nasabah atau calon nasabah di kantornya, sistem Grameen Bank secara proaktif mengunjungi mereka di masing-masing desa.

2. Transaksi kredit bank konvensional harus didukung dengan dokumen tertulis berupa formulir-formulir yang harus diisi oleh calon nasabah. Sedangkan dalam sistem Grameen Bank, yang ada hanyalah beberapa formulir sederhana yang diisi oleh petugas lapangan guna mencatat identitas calon nasabah.

3. Bank konvensional mensyaratkan adanya collateral atau jaminan kebendaan yang cukup bagi setiap calon nasabah yang mengajukan kredit. Nilai jaminan tersebut bahkan harus lebih besar atau mencapai batas minimum tertentu dibandingkan dengan nilai kredit yang diajukan. Sementara itu sistem

Grameen Bank tidak memerlukan jaminan kebendaan sama sekali baik berupa modal, pendapatan atau aset sebagai agunan bagi calon debitur. Sistem

Grameen Bank justru mensyaratkan yang sebaliknya. Dalam hal ini, sistem

(37)

4. Bank konvensional memberikan sanksi hukum bagi debitur yang gagal mengembalikan pinjaman, misalnya melalui penyitaan barang agunan. Tidak demikian bagi nasabah sistem Grameen Bank yang mengalami ”wanprestasi”, karena sistem Grameen Bank sudah menyediakan alat untuk mengantisipasi kredit macet tersebut dengan cara mempertahankan kedisiplinan anggota tetap tinggi, yaitu memalui kekuatan kelompok dan menciptakan hubungan yang baik antara petugas bank dengan anggota serta antar anggota.

Sehubungan dengan kegiatan pemberian kredit perbankan, mengenai jaminan utang disebut dengan sebutan jaminan kredit atau agunan. Jaminan kredit pada umumnya dipersyaratkan dalam suatu pemberian kredit . Dari beberapa ketentuan yang berlaku di bidang perbankan dapat disimpulkan bahwa jaminan hampir selalu dipersyaratkan dalam setiap skim perkreditan. Tetapi sepanjang yang dapat diketahui tidak terdapat suatu alasan bagi bank untuk mensyaratkan adanya kewajiban (calon) debitur untuk menyerahkan (memberikan) sesuatu jaminan kredit, kecuali karena adanya ketentuan hukum jaminan yang berlaku, misalnya ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata tentang kedudukan harta pihak yang berutang sebagai jaminan atas uangnya. Bank mungkin saja dapat menyetujui pemberian kredit kepada debitur tanpa mensyaratkan penyerahan jaminan sepanjang memenuhi kelayakan dari berbagai aspek yang dinilainya.79

79

M. Bahsan, Hukum , op.cit., hal. 102.

(38)

Sistem Grameen tetap mengandung unsur-unsur kredit seperti kesepakatan jangka waktu pelunasan kredit dan suku bunga bank. Namun, sistem Grameen Bank memberlakukan kemudahan lebih besar dalam produk peminjaman. Nasabah akan lebih mudah membayar besar tepat waktu saat simpanan banyak, juga bisa mencicil pinjaman lebih kecil pada masa-masa sulit.80 Kemudian Sistem

Grameen Bank memberikan suku bunga sederhana, lain dengan bunga tambahan yang dikenakan bank konvensional. Jumlah tagihan bunga dari nasabah tak pernah melebihi total jumlah pinjaman. Meski jika nasabah perlu waktu dua puluh tahun untuk melunasi pinjaman, dia tak akan membayar total lebih dari dua kali lipat jumlah pinjamannya.81

Menurut filosofi Grameen Bank keluarnya seseorang dari kemiskinan menuntut adanya inisisatif dan kreativitas. Demi menunjang filosofi itu, sistem

Grameen Bank merancang kredit berbasis kepercayaan bukan kontrak legal. Konkretnya, peminjam diminta membuat kelompok yang terdiri dari lima orang dengan satu pemimpin. Kelompok peminjam dituntut membuat pelbagai agenda sosial yang bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Sistem ini bukan sekedar berfokus kepada kemiskinan finansial, tetapi juga sosial. Sistem Grameen Bank

mendorong rasa tanggung jawab dan solidaritas terhadap sesama peminjam dalam satu komunitas. Ini didasarkan pada kemiskinan bukan semata disebabkan oleh kekurangan modal finansial, tetapi juga sosial.82

80

Muhammad Yunus, op.cit., hal. 68.

81

Ibid, hal. 69.

82

(39)

Dari penjelasan tersebut, perbankan dalam hal pelaksanaan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dapat menerapkan sistem Grameen Bank sebagai bagian tanggung jawab perusahaan pada perbankan yang berperan dalam:

1. Memberikan fasilitas perbankan untuk masyarakat miskin yang mudah dipahami;

2. Menghapuskan eksploitasi masyarakat miskin oleh pemberi pinjaman uang yang menetapkan bunga yang tinggi sehingga masyarakat miskin kesulitan membayar ;

3. Menciptakan peluang kerja mandiri sehingga mengurangi jumlah pengangguran.

B. Hambatan Realisasi Sistem Grameen Bank Sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

(40)

beberapa kemungkinan hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya. Kemungkinan hambatan-hambatan tersebut antara lain:

1. Adanya Kredit Macet (Tunggakan)

Hambatan awal yang sangat berpotensi dihadapi yaitu adanya sikap anggota yang tidak mau mengembalikan pinjaman kredit. Hal ini tentu akan menjadi kendala tersendiri dalam pelaksanaan sistem Grameen Bank

ini, karena sikap anggota yang yang seperti ini akan mengakibatkan anggota lainnya menjadi terhambat untuk menikmati bantuan pinjaman kredit tersebut. Padahal, jika pinjaman yang diberikan itu dikembalikan oleh anggota tepat pada waktunya, tentunya dana tersebut dapat bisa digunakan untuk membantu anggota lainnya. Di kalangan usaha kecil sering dijumpai berbagai kendala yang muncul dari dalam diri pengusaha kecil sendiri yang dapat menjadi hambatan dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan program. Hambatan tersebut antara lain rendahnya kualitas sumber daya manusia, karakter, kebudayaan dan kebiasaan yang dimiliki. Persoalan kredit macet ini muncul karena disebabkan beberapa hal seperti usaha anggota yang mengalami kebangkrutan, terkena musibah atau timbul karena memang anggota yang bersangkutan memiliki karakter buruk dan tidak memiliki niat untuk mengembalikan pinjaman tersebut. Hambatan yang mungkin muncul dalam dalam pelaksanaan sistem

(41)

mengakibatkan terhambatnya alokasi kredit yang seharusnya dapat diberikan kepada anggota yang lain dan juga menghambat proses pemberian pelayanan dalam usaha memecahkan persoalan yang mereka hadapi.

2. Keterbatasan Sumber Daya Manusia

Hambatan lain yang mungkin dihadapi adalah dalam hal pelaksanaan program pembinaan sumber daya manusia bagi peningkatan usaha para anggota. Sumber daya manusia dari pihak bank yang tidak memiliki atau tidak sepenuhnya menguasai persoalan pengembangan masyarakat karena jika dilihat dari latar belakang ilmu yang mereka miliki sangat beragam bahkan mungkin ada beberapa di antaranya tidak memiliki hubungan langsung dengan kegiatan yang akan dijalankan.

(42)

sumber daya manusia akan mencerminkan kualitas kinerja para pelaku kebijakan pada suatu organisasi yang telah ditetapkan yang pada akhirnya turut mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan suatu program yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

3. Faktor Lingkungan

Keberhasilan penerapan sistem Grameen Bank juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kondisi pelaksanaan sistem Grameen Bank

yang dilakukan di Bangladesh sebagai negara asal sistem tersebut memiliki perbedaan dengan kondisi di Indonesia. Karakteristik kemiskinan yang melanda Indonesia saat ini tidak separah yang terjadi di Bangladesh saat itu. Kultur masyarakat Bangladesh masih jauh lebih tradisional di bandingkan masyarakat di Indonesia sehingga dalam menerima dan menjalankan program masyarakat masih memegang teguh prinsip kejujuran, rasa malu dan memiliki tanggung jawab yang tinggi.

Menurut Ernany Dwi Astuty, ada dua faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya usaha dalam sistem Grameen Bank yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain:83

1. Kelompok sasaran, adalah dalam menentukan keluarga miskin petugas dari sisrtem Grameen Bank harus hati-hati dalam menentukan kelompoknya, selain

83

(43)

kelayakan yang dimaksud miskin juga kejujuran dalam pengelolaan uang pinjaman serta pembayarannya.

2. Sumber daya manusia sangat menentukan keberhasilan sistem Grameen Bank. Kemampuan sumber daya manusia yang dipunyai untuk memberikan pelatihan dasar pada anggota sistem Grameen Bank seperti memberi motivasi mereka untuk bekerja keras, serta menanamkan rasa solidaritas antar anggota kelompok.

3. Modal yang dipunyai sistem Grameen Bank sangat menentukan karena butuh dana operasional untuk mendukung kelancaran usaha. Hal ini disebabkan besarnya pinjaman yang bersifat relatif kecil maka biaya administrasi yang dapat dipungut relatif rendah. Sementara itu nasabah yang dilayani relative banyak sehingga dibutuhkan banyak petugas untuk penagihnya. Dengan banyaknya petugas yang dilibatkan tentunya dibutuhkan biaya operasional untuk membiayainya. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan modal yang cukup besar untuk biaya operasional agar usaha tersebut berhasil.

4. Penghasilan yang dimaksud disini adalah penghasilan yang diperoleh bank dari nasabahnya relatif kecil sehingga perlu ditingkatkan besarnya pinjaman ke setiap nasabah sesuai skala ekonominya. Dengan demikian biaya administrasi yang dibebankan tidak terlalu kecil bagi bank dan usaha nasabah bisa cepat berkembang bila diberi pinjaman yang cukup besar.

(44)

mempengaruhi berdirinya sistem Grameen Bank pada perbankan serta penguatan modal bagi bank tersebut. Seperti adanya Grameen Bank yang di negara asalnya sangat di dukung oleh keikutsertaan pemerintah terutama dalam mendukung kekuatan dana untuk dipinjamkan pada anggota atau nasabahnya. Sementara lingkungan/budaya masyarakat sangat menentukan kelancaran dalam pengembalian pinjaman. Mengingat pentingnya faktor tersebut maka pihak pengurus sebelum memberikan pinjaman kepada nasabah di suatu daerah, maka petugas dari bank selalu membuat peta wilayah. Isi dari peta wilayah antara lain mengenai sejarah, kebudayaan, perekonomian dan keadaan kemiskinan di daerah itu. Setelah semuanya itu selesai maka langkah selanjutnya pihak bank mengadakan rapat umum dengan mengundang masyarakat setempat. Inti dari rapat ini adalah memberi penjelasan mengenai kegiatan usaha dari bank.84

84

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian bab-bab terdahulu dalam penulisan skripsi ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Grameen Bank atau Bank Desa adalah sebuah bank di Bangladesh yang memberikan pinjaman kredit kepada golongan termiskin dalam masyarakat di Bangladesh. Sistem Grameen Bank ini dibentuk untuk memberantas kemiskinan. Sistem Grameen Bank di Bangladesh dalam penerapannya lebih mengutamakan perempuan sebagai anggota atau nasabah bank tersebut. Perempuan diberi kesempatan untuk membangun usaha dikarenakan dianggap memiliki kemampuan manajerial yang baik. Sistem Grameen Bank di Bangladesh memiliki 16 keputusan yang merupakan kesepakatan antara pihak bank dan nasabah sebagai motivasi bagi para nasabah untuk bangun dari kemiskinan. Kemudian yang paling istimewa, pinjaman kredit yang diberikan pada kaum miskin tersebut tidak menyertakan jaminan atau agunan, dikarenakan mereka dianggap mampu dalam pengembalian kredit tersebut. 2. Dewasa ini, perusahaan khususnya perbankan dalam kegiatan usahanya

diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Kegiatan tanggung jawab sosial perbankan dapat dilaksanakan dalam bentuk pemberian pinjaman kredit kepada masyarakat miskin dengan sistem Grameen Bank

(46)

Grameen Bank ini. Kemudian, relevansi penerapan sistem Grameen Bank

sebagai tanggung jawab sosial perusahaan oleh perbankan di dukung asumsi besarnya angka kemiskinan di Indonesia sehingga dibutuhkan cara lain untuk mengurangi atau bahkan memberantas kemiskinan tersebut. Di karenakan masih maraknya budaya korupsi, kolusi dan nepotisme di Indonesia, sistem

Grameen Bank dapat menjadi salah satu cara memberantas hal-hal tersebut karena Muhammad Yunus telah membuktikannya dalam pelaksanaan

Grameen Bank di Bangladesh dan hasilnya budaya korupsi itu sangat minim terjadi. Sistem Grameen Bank memberikan kebebasan pada anggotanya untuk memilih jenis usaha, sehingga tidak memberatkan anggota.

3. Penerapan sistem Grameen Bank di Bangladesh dinilai berhasil dalam mengatasi permasalahan kemiskinan karena Grameen Bank telah menguntungkan orang-orang miskin di pedesaan karena menggunakan sistem kredit tanpa agunan. Keberhasilan pelaksanaan sistem Grameen Bank itu telah menarik banyak negara untuk mengadopsinya. Namun, harus disadari bahwa kondisi kemiskinan di Bangladesh berbeda dengan kemiskinan yang ada di Indonesia, sehingga tidak mengherankan jika dalam penerapan sistem

(47)

B. Saran

Dari penjelasan-penjelasan yang diuraikan dalam bab-bab terdahulu dan kesimpulan seperti disebut di atas, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Pihak perbankan ataupun pemerintah diharapkan dapat mereplikasikan sistem

Grameen Bank sebagai salah satu program kegiatan perbankannya atau paling tidak sebagai program tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat umum. Walaupun tidak mengikuti secara keseluruhan metodelogi yang dipakai dalam sistem Grameen Bank, minimal memakai prinsip-prinsip dasar dari sistem Grameen Bank tersebut.

(48)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG GRAMEEN BANK

A. Sejarah Singkat Grameen Bank

Bangladesh adalah salah satu negara di kawasan Asia Selatan yang tergolong negara miskin. Negara ini memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1971. Awalnya Bangladesh merupakan bagian dari negara Pakistan sebelah timur, namun pemerintahan di sektor barat bersikap tidak peduli terhadap sektor timur sehingga menyebabkan Bangladesh melakukan pemisahan diri melalui peperangan yang didukung oleh India.

(49)

diadopsi oleh lebih dari 100 negara di dunia. Bank Grameen tidak melihat perbedaan ideologi, ekonomi, hukum, bahkan politik. Bank Grameen hanya berfokus pada satu hal, yakni kemiskinan. Sebab, kemiskinan merupakan indikasi dari buruknya perekonomian dan kesejahteraan negara.19

Melihat keadaan yang semakin parah, Yunus memutuskan untuk terjun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi riil masyarakat yang mengalami Tahun 1974 merupakan tahun yang harus dihadapi dengan berat oleh Bangladesh, sebab pada tahun ini Bangladesh masuk kedalam cengkraman kelaparan. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan, sebab sebuah negara kecil yang baru meraih kemerdekaannya disertai perekonomian dan perpolitikan yang belum stabil harus mengadapi kelaparan yang mengakibatkan banyak sekali warganya yang meninggal.

Muhammad Yunus, Seorang dosen Universitas Chittagong serta Dekan Fakultas Ekonomi ini sangat risau melihat keadaan tersebut. Saat bencana kelaparan di tahun 1974 sedang melanda Bangladesh, Yunus berpandangan bahwa selama ini segala macam teori ekonomi klasik maupun modern yang secara elegan di ajarkan di kampus tidak bisa menjawab permasalahan sosial di negaranya, tidak hanya kelaparan namun juga kemiskinan dan permasalahan sosial ekonomi lainnya.

19

(50)

kelaparan dan kemiskinan. Desa jobra adalah obyek yang menjadi pusat observasi, sebab daerah tersebut dekat dengan kampus. Proyek awal yang dilakukan Yunus adalah mencari tahu berapa banyak keluarga di desa jobra yang memiliki lahan garapan dan tanaman yang bisa di garap, keterampilan yang dimiliki penduduk desa, hambatan yang dihadapi dalam peningkatkan kesejahteraan mereka, dan berapa banyak warga yang miskin. Setelah melakukan analisis sebab-akibat, Yunus kemudian melakukan studi tentang ekonomi pertanian yang kemudian dilanjutkan dengan pengembangan desa melalui sektor pertanian.20

20

http://accountant120790.wordpress.com/2009/06/21/kisah-grameen-bank-dan-muhammad-yunus-sebagai-founder-nya/, “Kisah Grameen Bank dan Muhammad Yunus sebagai Founder-nya”terakhir kali diakses pada 13 November 2010.

(51)

Dari tahun 1976 itu, Profesor Muhammad Yunus meluncurkan sebuah proyek penelitian untuk meneliti kemungkinan merancang sebuah sistem kredit untuk menyediakan layanan perbankan yang ditargetkan pada pedesaan miskin yang juga merupakan asal-usul dari Grameen Bank. Proyek Grameen Bank

(Grameen berarti ”pedesaan” atau ”desa” dalam bahasa Bangla) memiliki tujuan sebagai berikut:21

1. Memberikan fasilitas perbankan untuk orang miskin dan perempuan; 2. Menghapuskan eksploitasi orang miskin oleh pemberi pinjaman uang;

3. Menciptakan peluang kerja mandiri karena banyaknya pengangguran di pedesaan Bangladesh;

4. Membawa kebanyakan wanita kurang mampu dari rumah tangga miskin, dalam format organisasi yang mereka dapat pahami dan kelola sendiri; dan 5. Membalikkan keadaan lingkaran setan kuno ”berpenghasilan rendah, tabungan

rendah, dan rendah investasi”, ke dalam lingkaran yang baik dari ”pendapatan lebih, tabungan lebih banyak, lebih banyak investasi.”

Dengan konsep Grameen Bank-nya, Yunus mengembangkan konsep kredit mikro yaitu memberi pinjaman skala kecil tanpa agunan untuk usahawan miskin yang tidak mampu meminjam dari bank umum. Untuk menjamin pembayaran utang, Grameen Bank menggunakan sistem kelompok ”solidaritas”. Kelompok-kelompok itu mengajukan permohonan pinjaman bersama-sama, dan

21

http://grameen

info.org/index.php?option=com_content&task=view&id=19&itemid=114, ”A Short History of

(52)

setiap anggotanya berfungsi sebagai penjamin anggota lainnya, sehingga mereka dapat berkembang bersama-sama.22

Periode 90-an, Bank Grameen sudah memperlihatkan bagaimana sistem itu efektif bekerja. Para peminjam yang dulunya tergolong miskin, sekarang tidak lagi sekedar melewati garis kemiskinan, namun juga sudah meninggalkannya jauh di belakang. Salah seorang peminjam yang pernah bertenmu langsung dengan Profesor Yunus mengungkapkan bahwa cicilan per minggunya lebih dari 500 taka (US$ 12). 500 taka yang dipinjamnya itu adalah nilai pinjaman pertamanya saat sepuluh tahun yang lalu. Ini berarti bahwa kapasitas mereka untuk meminjam, berinvestasi dan membayar kembali melipat hingga 50 kali dalam 10 tahun. Bank

Grameenjuga mendirikan sebuah museum yang disebut sebagai Museum Kemiskinan sebagai simbol bahwa kinerja bank selama ini sangat efektif memberantas kemiskinan.

Setelah mengalami kemajuan yang sangat pesat, Bank Grameen mulai membuka cabang di setiap pedasaan di Bangladesh. Kinerja bank juga semakin ditingkatkan. Bank Grameen tidak hanya sekedar memberikan pinjaman yang mudah dijangkau warga miskin, namun juga memberikan pelatihan kepada para peminjam dalam memajukan usahanya.

23

22

Edy Rachmad, “Bank Syariah Belum Syariah”, Waspada, 17 Mei 2010.

Kisah Grameen Bank dan Muhammad Yunus sebagai

(53)

Bank Grameen saat ini telah diadopsi oleh lebih dari 100 negara di dunia. Sebagai bentuk penghargaan karena telah berhasil menuntaskan kemiskinan,

founding father-nya yakni Profesor Muhammad Yunus memperoleh penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2006.

B. Keanggotaan dan Prinsip Grameen Bank

Sampai dengan akhir tahun 2005, Grameen Bank telah mempunyai cabang sebanyak 2.226 di 71.371 senter (jumlah desa di Bangladeh 68. 231) dengan total anggota lebih dari 6,6 juta orang. Grameen Bank juga telah direplikasikan di 52 negara, dengan anggota mencapai 102 juta orang. Dana disalurkan dari tahun 1983 sampai dengan 2005 kumulatif mencapai US $ 5.17 miliar, atau lebih kurang US $ 238 juta per tahun. Jumlah modal yang dimiliki Grameen Bank berkembang menjadi US $ 563,2 juta, sebanyak 92% adalah milik anggota. Tingkat pengembalian mencapai 98,2%.24

Sebagian besar dari mereka penduduk miskin yang dibantu tersebut adalah perempuan. Ada beberapa hal mendasar yang membuat Grameen Bank memilih kaum perempuan sebagai target grup. Pertama, dari segi ketenagakerjaan, umumnya perempuan bukan angkatan kerja yang produktif. Sehingga dengan bantuan kredit mereka dapat mengerjakan usaha produktif disela mengurus rumah tangganya. Kedua, secara kultural perempuan yang terbiasa mengurus ekonomi rumah tangga memiliki potensi sebagai “manajer keuangan”. Ketiga, secara

24

(54)

emosional mereka dapat dekat dengan anak-anaknya, baik dalam hal nutrisi maupun pendidikan. Lewat kaum perempuan inilah diharapkan perubahan yang mendasar dapat dimulai.25

Perempuan yang dipilih sebagai target sasaran karena dalam konsep ekonomi rumah tangga, perempuan merupakan manajer keuangan keluarga yang baik. Perempuan memiliki naluri yang alami dalam mengurus keuangan keluarga di mana penghasilan suami harus didayagunakan sebaik-baiknya untuk mencukupi belanja rumah tangga, biaya sekolah anak dan sebagainya. Dalam lingkungan sosial suatu rumah tangga diyakini akan berjalan lebih baik apabila peran perempuan (seorang ibu) dapat berjalan dengan baik dalam hal mengurus suami, mengurus anak-anak dan mengurus rumah. Apabila dapat mengurus

Yang menarik perhatian dari 6,6 juta orang anggota Grameen Bank, sebanyak 94% jiwa adalah wanita. Piliha wanita untuk menjadi anggota Grameen Bank didasarkan pada pemikiran bahwa tanggung jawab wanita terhadap keluarga lebih besar dan wanita cenderung mengutamakan membelanjakan uangnya hanya untuk kepentingan keluarga. Grameen Bank bukan bank konvensional yang hanya berhubungan dengan nasabah secara vertikal dari aspek ekonomi, tetapi Grameen Bank bersifat multidimensional dari segala aspek kehidupan anggotanya, serta memasukkan unsur sosial budaya ke dalamnya.

25

(55)

sebuah keluarga dengan baik tentunya perempuan diharapkan dapat mengurus usaha dengan bijaksana sehingga akan memberikan hasil terbaik.26

1. Grameen Bank adalah milik anggotanya (92% saham milik anggota); Tujuh prinsip Grameen Bank yang perlu diperhatikan adalah :

2. Grameen Bank hanya akan memberikan pinjaman kepada orang yang paling miskin dari masyarakat miskin atau yang tidak memiliki harta untuk dijadikan agunan (termasuk para pengemis);

3. Sasaran Grameen Bank terutama adalah permpuan; 4. Pinjaman ini diberikan tanpa jaminan/agunan;

5. Para peminjam sendiri dan bukan Grameen Bank yang menentukan jenis kegiatan usahanya yang akan dibiayai dengan pinjaman dari Grameen Bank; 6. Grameen Bank membantu informasi dan sarana agar peminjam berhasil; 7. Para peminjam membayar tingkat bunga sesuai keperluan untuk menjaga agar

Grameen Bank tetap mandiri (tidak tergantung hibah atau donasi).27

C. Konsep Perkreditan Grameen Bank

Hubungan bank dengan calon anggotanya dimulai dengan calon anggotanya dimulai dengan penyuluhan, yang dilanjutkan dengan pendidikan (termasuk mengajari membaca dan menulis), pengenalan usaha, dan pelatihan.

26

Rini Rafika Sari, “Perempuan dan Peningkatan Ekonomi Sumatera Utara”, Analisa, 30 September 2010.

27

(56)

Tetapi, sebagian besar nasabah adalah mereka yang sudah memiliki keterampilan di suatu bidang usaha, seperti kerajinan rumah tangga, pertanian, peternakan dan perdagangan. Anggota yang mempunyai keahlian ini akan mengajari keahliannya kepada anggota yang lain dalam satu kelompok atau mengajari kelompok lainnya. Setelah itu baru diakukan penandatanganan 16 butir kesepakatan (enam belas keputusan):28

1. Empat prinsip Grameen Bank-Disiplin, Persatuan, Keberanian, dan Kerja Keras-harus dijalankan dan diutamakan dalam setiap langkah kehidupan kita. 2. Kita harus menyejahterakan keluarga kita.

3. Kita tak akan hidup di rumah bobrok. Kita harus memperbaiki dan berusaha mendirikan rumah baru sesegera mungkin.

4. Kita harus menanam sayuran sepanjang tahun. Kita harus makan banyak sayuran dan menujual kelebihannya.

5. Selama musim tanam, kita harus menanam sebanyak mungkin benih.

6. Kita harus merencanakan keluarga kecil. Kita harus meminimalkan pengeluaran. Kita harus merawat kesehatan.

7. Kita harus mendidik anak-anak dan memastikan mereka mampu membiayai pendidikan mereka.

8. Kita harus merawat anak-anak dan lingkungan agar selalu bersih. 9. Kita mesti membangun dan menggunakan W.C.

28

(57)

10.Kita harus merebus air sebelum diminum atau menggunakan tawas untuk membersihkan air.

11.Kita tidak boleh megambil mahar (maskawin) dari pernikahan putra kita; jangan pula memberi mahar apa pun pada pernikahan putri kita. Kita harus menjaga pusat perkumpulan bebas dari kutukan mahar. Kita jangan melakukan pernikahan dini.

12.Kita tidak boleh menimbulkan ketidakadilan pada siapa pun; kita pun jangan pernah membiarkan siapapun melakukannya.

13.Untuk pendapatan lebih tinggi, kita secara kolektif harus melakukan investasi lebih besar.

14.Kita harus selalu siap saling membantu. Jika seseorang dalam kesulitan, kita semua harus membantu.

15.Jika kebetulan menemukakan pelanggaran disiplin di pusat mana pun, kita semua harus ke sana dan membantu memulihkan kedisiplinan itu.

16.Kita harus sama-sama ambil bagian dalam semua aktivitas sosial.

Penerapan sistem Grameen Bank menggunakan prinsip antara lain tanpa surat perjanjian. Kepercayaan adalah hal utama dalam pelaksanaannya dab tidak ada pemberlakuan sanksi. Sistem Grameen Bank bertujuan untuk membuat sistem perbankan yang adil, pro rakyat miskin, dan pro perempuan.29

29

“Muhammad Yunus: Grameen Bank Bisa Diterapkan di Indonesia”, Gatra, 11 Agustus 2007.

Gambar

Tabel: Perbedaan Sistem Grameen I dan Grameen II.34

Referensi

Dokumen terkait

Sekurang-kurangnya harus dua orang karena dalam mendirikan perseroan harus didasarkan pada perjanjian, atau yang disebut asas kontraktual sesuai Pasal 1313 Kitab

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT), yang dimaksud dengan Perseroan Terbatas (selanjutnya

Pasal 1 angka 2 Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003, berbunyi : perseroan terbatas yang selanjutnya disebut persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas

dalam Pasal 74 ayat (2) UUPT. Ketentuan ini perlu direvisi mengingat di dalam Penjelasan UUPT pun tidak dijelaskan maknanya. Terkait dengan hal ini yang perlu

Didalam pasal 157 ayat 1 Ketentuan Peralihan Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dinyatakan bahwa setiap anggaran dasar yang telah memperoleh status badan hukum

“terhadap setiap perseroan terbatas selain berlaku UUPT juga berlaku anggaran dasar perseroan dan ketentuan peraturan perundangan lainnya.” Dalam penjelasan atas pasal 4

Dengan lahirnya Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang mengatur tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) maka

Rumokoy, “Pertanggungjawaban Perseroan selaku Badan Hukum dalam Kaitannya dengan Gugatan atas Perseroan (dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas