• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Skabies Dengan Kualitas Air Di Panti Asuhan Darul Yatama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Skabies Dengan Kualitas Air Di Panti Asuhan Darul Yatama"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SKABIES DENGAN KUALITAS AIR DI PANTI

ASUHAN DARUL YATAMA

OLEH :

M. ARIF HABIBI NASUTION

080100037

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN SKABIES DENGAN KUALITAS AIR DI PANTI

ASUHAN DARUL YATAMA

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

M. ARIF HABIBI NASUTION

080100037

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Skabies dengan Kualitas Air di Panti Asuhan Darul Yatama

Nama : M. Arif Habibi Nasution NIM : 080100037

Pembimbing Penguji I

dr. Rointan S, Sp.KK (K) dr. Muara P. Lubis, Sp.OG NIP : 196308201989022001 NIP : 197510232008121001

Penguji II

dr. A. Amra, Sp.M NIP : 196405021992032003

Medan, 23 Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Data yang diperoleh dari Bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru. Data yang diperoleh dari Bagian Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan, pada tahun 2001 dijumpai 17 kasus skabies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hubungan skabies dengan kualitas air (PDAM dan sumur) di Panti Asuhan Darul Yatama.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik Cross-sectional, dengan metode total sampling. Besar sampel penelitian yaitu 40 orang yang memakai air PDAM, dan 35 orang yang memakai air sumur. Skabies didiagnosis melalui anamnesis secara langsung pada responden. Kualitas air dilakukan dengan uji laboratorium di PDAM Tirtanadi Medan. Hubungan skabies dengan kualitas air (PDAM dan sumur) dianalisis dengan analisis statistik chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada responden yang memakai air PDAM, 35 orang skabies dan 5 orang tidak skabies. Responden yang memakai air sumur, 25 orang skabies dan 10 orang tidak skabies. Berdasarkan hasil uji laboratorium, bila dilihat dari parameter mikrobiologi pada air PDAM nilai kadar maksimal faecal coliform untuk air bersih diatas kadar normal (0 jlh/100ml).

Analisis data menggunakan uji chi square menunjukkan p value adalah 0.083 (dengan α = 0,05) dan hipotesis ditolak karena tidak ada hubungan antara skabies dengan kualitas air.

(5)

ABSTRACT

Data obtained from the Dermatology Departement, Faculty of Medicine / RSCM in 1988, revealed that 704 cases of scabies which were 5.77% of all new cases and from the Departement Dermatology RSUP. H. Adam Malik Medan, in 2001, 17 cases of scabies were found. This study aims to discover the effect of scabies relationship with water quality (taps and wells) at Darul Yatama Orphanage.

The design used in this study was analytical cross-sectional, with a total sampling method. The research sample was 40 people using water taps and 35 people using well water. Scabies was diagnosed by anamnesis directly on the respondents. Water quality tests conducted by laboratories in Tirtanadi PDAM Medan. The relationship between scabies and water quality (taps and wells) were analyzed with chi-square statistical analysis.

The results show that the respondents who used water tap, were 35 people and 5 people were not scabies. Respondents who used well water, were 25 people and 10 people were not scabies. Based on laboratory test results, when viewed from microbiological parameters of water taps on the maximum levels of faecal coliform value for clean water was above normal level (0 amount/100ml).

The data analysis using chi square test shows p value is 0.083 (α = 0.05) and the hypothesis was rejected because there was no relationship between scabies and water quality.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., Tuhan pemilik alam semesta dan ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya. Berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

Laporan Hasil Penelitian Dengan Judul “Hubungan Skabies dengan Kualitas Air di Panti Asuhan Darul Yatama” ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penelitian

ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Rointan S, Sp.KK (K), selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih

atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis.

3. Kedua orang tua penulis : Ir. Amirsyam Nasution, MT dan dr. Umi

Kalsum Lubis. Terima kasih penulis ucapkan atas kasih sayang, dukungan, dan doa yang tiada hentinya yang telah diberikan kepada penulis.

4. Panti Ashuan Darul Yatama yang mempermudah penulis dalam

pengambilan data penelitian.

5. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf Medical Education Unit (MEU).

(7)

7. Teman-teman yang telah mendukung dan membantu penulis, dan

teristimewa kepada Puteri Wulandari. Terima kasih atas bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini.

8. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian.

Penulis menyadari laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kata

sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menjadi lebih baik untuk ke depannya kelak.

Medan, 14 Desember 2011 Penulis,

(8)
(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Jenis Penelitian ... 18

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

4.3.1. Populasi ... 18

4.3.2. Sampel ... 18

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 19

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 20

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 20

5.2. Karateristik Individu ... 20

5.2.1. Karateristik Individu Berdasarkan Jenis Air ... 20

5.2.2. Karateristik Individu Panti Asuhan Darul Yatama (Memakai Air PDAM) ... 20

5.2.3. Karateristik Individu Panti Asuhan Darul Yatama (Memakai Air Sumur) ... 22

5.3. Hasil Penelitian ... 23

5.3.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 23

5.3.2. Analisa Hasil Penelitian ... 25

5.4. Pembahasan ... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

6.1. Kesimpulan ... 28

6.2. Saran ... 29

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.2. Definisi Operasional 18

5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik

Responden Berdasarkan Jenis Air 20

5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Usia 20

5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Pendidikan 21

5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Lama Tinggal di Panti Asuhan 21 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Usia 22

5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Pendidikan 22

5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik

Responden Menurut Lama Tinggal di Panti Asuhan 22 5.8. Distribusi frekuensi dan persentase responden

yang memakai air PDAM berdasarkan hasil anamneses 23 5.9. Distribusi frekuensi dan persentase responden yang

memakai air sumur berdasarkan hasil anamneses 23

5.10. Hasil Kualitas Air PDAM 23

5.11. Hasil Kualitas Air Sumur 24

5.12. Hubungan Skabies dengan Kualitas Air PDAM

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Curriculum Vitae

2. Naskah Penjelasan Kepada Peserta Penelitian

3. Surat Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan Mengikuti Penelitian (Informed Consent)

4. Anamnese (Skabies)

(12)

ABSTRAK

Data yang diperoleh dari Bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru. Data yang diperoleh dari Bagian Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan, pada tahun 2001 dijumpai 17 kasus skabies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hubungan skabies dengan kualitas air (PDAM dan sumur) di Panti Asuhan Darul Yatama.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik Cross-sectional, dengan metode total sampling. Besar sampel penelitian yaitu 40 orang yang memakai air PDAM, dan 35 orang yang memakai air sumur. Skabies didiagnosis melalui anamnesis secara langsung pada responden. Kualitas air dilakukan dengan uji laboratorium di PDAM Tirtanadi Medan. Hubungan skabies dengan kualitas air (PDAM dan sumur) dianalisis dengan analisis statistik chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada responden yang memakai air PDAM, 35 orang skabies dan 5 orang tidak skabies. Responden yang memakai air sumur, 25 orang skabies dan 10 orang tidak skabies. Berdasarkan hasil uji laboratorium, bila dilihat dari parameter mikrobiologi pada air PDAM nilai kadar maksimal faecal coliform untuk air bersih diatas kadar normal (0 jlh/100ml).

Analisis data menggunakan uji chi square menunjukkan p value adalah 0.083 (dengan α = 0,05) dan hipotesis ditolak karena tidak ada hubungan antara skabies dengan kualitas air.

(13)

ABSTRACT

Data obtained from the Dermatology Departement, Faculty of Medicine / RSCM in 1988, revealed that 704 cases of scabies which were 5.77% of all new cases and from the Departement Dermatology RSUP. H. Adam Malik Medan, in 2001, 17 cases of scabies were found. This study aims to discover the effect of scabies relationship with water quality (taps and wells) at Darul Yatama Orphanage.

The design used in this study was analytical cross-sectional, with a total sampling method. The research sample was 40 people using water taps and 35 people using well water. Scabies was diagnosed by anamnesis directly on the respondents. Water quality tests conducted by laboratories in Tirtanadi PDAM Medan. The relationship between scabies and water quality (taps and wells) were analyzed with chi-square statistical analysis.

The results show that the respondents who used water tap, were 35 people and 5 people were not scabies. Respondents who used well water, were 25 people and 10 people were not scabies. Based on laboratory test results, when viewed from microbiological parameters of water taps on the maximum levels of faecal coliform value for clean water was above normal level (0 amount/100ml).

The data analysis using chi square test shows p value is 0.083 (α = 0.05) and the hypothesis was rejected because there was no relationship between scabies and water quality.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan manusia, tanpa air manusia tidak bisa hidup. Namun demikian air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar baik kuantitas maupun kualitasnya. Pertumbuhan penduduk dan kegiatan manusia menyebabkan

pencemaran sehingga kualitas air yang baik dan memenuhi persyaratan tertentu sulit diperoleh (Raini, 2004).

Air sumur adalah air yang berasal dari lapisan air tanah dangkal dari zona tidak jenuh, oleh karena itu dengan mudah kena kontaminasi melalui rembesan,

sehingga berpotensi mengalami penurunan kualitas air. Dikhawatirkan akan terjadi penurunan kualitas air sumur akibat sanitasi yang buruk, seperti adanya rembesan air limbah rumahtangga, limbah kimia, laundry dan lainnya. (Marwati, 2008).

Air PDAM adalah air yang diambil dari mata air atau sumber dan di kelola oleh suatu Perusahaan Daerah Air Minum yang mana air tersebut telah disterilkan dengan bahan kimia yang disebut khlor dan didistribusikan kepada masyarakat dan digunakan untuk berbagai kebutuhan sehari-hari termasuk sebagai sumber bahan baku air minum. Akan tetapi dalam kenyataannya pemakaian air PDAM tersebut tidak diiringi dengan usaha-usaha untuk menjaga kebersihan lingkungan sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan terhadap kualitas air sesuai dengan syarat kualitas air yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan ditinjau dari aspek fisika, kimia maupun ditinjau dari aspek bakteriologis. Penurunan kualitas dari PDAM selain disebabkan karena kurangnya kesadaran dari masyarakat terhadap lingkungan juga disebabkan oleh adanya kepadatan jumlah penduduk yang mengakibatkan tingginya sumber pencemaran (Raini, 2004).

(15)

membutuhkan keberadaan PDAM untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang layak untuk dikonsumsi (Raini, 2004).

Air merupakan suatu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat karena air merupakan salah satu media dari bebagai macam penularan penyakit. Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya disuatu daerah maka penyebaran penyakit menular diharapkan dapat ditekan seminimal mungkin. Kurangnya air bersih, khususnya untuk menjaga kebersihan diri dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit karena jamur, bakteri, termasuk juga penyakit skabies (Hartati, 2008).

Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei varian hominis (Harahap, 2000). Penyakit ini dikenal juga dengan nama the itch, gudik, atau gatal agogo. Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. (Handoko, 2008),.

Skabies menular dengan dua cara yaitu secara kontak langsung dan tidak langsung. Kontak langsung terjadi ketika adanya kontak dengan kulit penderita misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Sedangkan kontak tidak langsung melalui benda yang telah dipakai oleh penderita seperti pakaian, handuk, bantal dan lain-lain. (Handoko, 2008). Hal lain yang dapat mempermudah penyebaran adalah keadaan penyediaan air bersih yang kurang jumlahnya. Oleh karenanya skabies banyak didapat juga sewaktu terjadi peperangan (Slamet, 2007)

Skabies dapat di temukan di setiap negara dengan angka kejadian yang berbeda-beda. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas diseluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6%-12,95% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di Bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru. Di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2001 dujumpai 17 kasus skabies. (Tabri, 2004).

(16)

dapat mempengaruhi terjadinya penyakit skabies apalagi jika disertai dengan higiene perorangan yang buruk (Slamet, 2007). Berdasarkan kondisi tersebut menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk meneliti bagaimana hubungan kualitas air dengan timbulnya penyakit skabies.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka penulis dalam hal ini merumuskan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh kualitas air dengan timbulnya penyakit skabies di Panti

Asuhan Darul Yatama Pangkalan Berandan ?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kualitas air

dapat mempengaruhi perkembangan penyakit skabies di Panti Asuhan Darul

Yatama Pangkalan Berandan

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui jumlah penderita skabies yang memakai air PDAM

di Panti Asuhan Darul Yatama.

b. Untuk mengetahui jumlah penderita skabies yang memakai air sumur di Panti Asuhan Darul Yatama

c. Untuk mengetahui apakah kualitas air PDAM dapat mempengaruhi

timbulnya penyakit skabies di Panti Asuhan Darul Yatama Pangkalan

Berandan.

d. Untuk mengetahui apakah kualitas air sumur dapat mempengaruhi

timbulnya penyakit skabies di Panti Asuhan Darul Yatama Pangkalan

(17)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Memperoleh gambaran hubungan kualitas air yang tidak baik dengan

perkembangan penyakit skabies.

b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan bagi

anak-anak panti asuhan.

c. Memberi masukan kepada panti asuhan tentang syarat kualitas air dan kebersihan lingkungan yang baik.

d. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan kepada

Dinas Kesehatan dan juga pihak puskesmas setempat dalam rangka meningkatkan upaya mencegah penyakit skabies ataupun mengurangkan kadar penyakit dengan cara memberikan penyuluhan tentang kesehatan.

e. Sebagai salah satu sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah di

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skabies 2.1.1 Definisi

Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung (Harahap, 2000).

2.1.2 Etiologi

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi (Handoko, 2008 dan Stone et al, 2003).

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat (Handoko 2008).

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan

(19)

yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8–12 hari (Handoko, 2008 dan Stone et al, 2003).

Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3–4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau skabies betina membuat liang di dalam epidermis, dan meletakkan telur-telurnya di dalam liang yang di tinggalkannya, sedangkan tungau skabies jantan hanya mempunyai satu tugas dalam kehidupannya yaitu kawin dengan tungau betina setelah

melaksanakan tugas mereka masing-masing mereka akan mati (Graham-Brown dan Burns, 2005).

2.1.3 Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Penularan dapat terjadi karena bersalaman atau bergandengan tangan yang lama sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kuman skabies berpindah ke lain tangan, kuman skabies dapat menyebabkan bintil (papul, gelembung berisi air, vesikel dan kudis) pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,vesikel, urtikaria dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau (Handoko, 2008).

2.1.4 Cara Penularan

Menurut Admin (2009) di dalam Brown.T.Y. et al (1999), penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui

(20)

Amerika Serikat dilaporkan, bahwa skabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama.

Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya adalah fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Pada beberapa sekolah didapatkan kasus gatal-gatal selama beberapa

bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan anti skabies (Meyer, 2000).

2.1.5 Klasifikasi

Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Harahap, 2000):

1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).

Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.

2. Skabies incognito.

Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.

3. Skabies nodular

Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau skabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus

(21)

4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.

Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4–8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.

5. Skabies Norwegia.

Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies

biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah.

6. Skabies pada bayi dan anak.

Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan, sedangkan pada bayi lesi di muka sering terjadi.

7. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden).

(22)

2.1.6 Gejala Klinis

Ada 4 tanda cardinal (Handoko, 2008) :

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah

keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun

mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok dengan rata-rata

panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lainlain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan

satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.

Terdapat dua tipe utama lesi kulit pada skabies, yaitu terowongan dan ruam (Graham-Brown dan Burn, 2005), yaitu:

1. Terowongan terutama ditemukan pada tangan dan kaki bagian samping jari tangan dan jari kaki, sela-sela jari, pergelangan tangan dan punggung kaki 2. Ruam skabies berupa erupsi papula kecil yang meradang, yang terutama

(23)

2.1.7 Pengobatan

Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan hidupnya. Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan skabies yaitu:

1. Permetrin.

Merupakan obat pilihan untuk saat ini, tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih (Harahap, 2000).

2. Malation.

Malation 0,5 % dengan daasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian (Harahap, 2000).

3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %).

Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai (Handoko, 2001).

4. Sulfur.

Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam (Harahap, 2000).

5. Monosulfiran.

Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus ditambah 2–3 bagian dari air dan digunakan selama 2–3 hari (Harahap, 2000). 6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan).

Kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian (Handoko, 2001). Krotamiton 10 % dalam krim atau losio,

(24)

2.1.8 Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis yang baik (Harahap, 2000).

2.2 Air

2.2.1 Definsi Air

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan

manusia dan digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan sehari-hari, termasuk kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, industri, pertambangan, rekreasi, olah raga dan sebagainya (Raini, 2004).

2.2.2 Sifat Air

Sifat air yang penting dapat digolongkan ke dalam sifat fisis, kimiawi, dan biologis.

- Sifat Fisis

Air di dunia ini didapatkan dalam ketiga wujudnya, yakni, bentuk padat sebagai es, bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai uap air. Bentuk mana yang akan didapatkan, tergantung keadaan cuaca yang ada setempat (Slamet, 2007).

Kepadatan (density) air, seperti halnya wujud, juga tergantung dari temperatur, dan tekanan barometris (P). Pada umumnya, densitas meningkat dengan menurunnya temperatur, sampai tercapai maksimum pada 4° Celcius. Apabila temperatur turun lagi, maka densitas akan turun pula (Slamet, 2007). - Sifat Kimiawi

(25)

- Sifat Biologis

Kehidupan itu dikatakan berasal dari air (laut). Di dalam perairan sela-lu didapat kehidupan, fauna dan flora. Benda hidup ini berpengaruh timbal balik terhadap kualitas air. Di dalam suatu lingkungan air, terdapat berbagai benda hidup yang khas bagi lingkungan tersebut. Benda hidup di perairan karenanya dibagi ke dalam organisme yang native dan yang tidak native bagi lingkungan tersebut. Organisme native dalam badan air biasanya merupakan organisme yang tidak patogen terhadap manusia. Organisme yang tidak native dapat berasalkan air limbah, air hujan, debu, dan lain-lain pengotoran. Organisme ini dapat hidup di perairan yang mengandung zat hara/makanan baginya. Sebagaimana halnya semua organisme, setiap jenis organisme di dalam perairan mempunyai fungsi yang sangat khusus dalam lingkungan tersebut dan membentuk ekosistem aquatik yang khas pula (Slamet, 2007).

2.2.3 Air bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

(Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 416/Menkes/Per/IX/1990)

2.2.4 Kualitas Air

Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji

berdasarkan syarat-syarat tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003). Syarat-syarat kualitas air meliputi: - Syarat fisik

a) Tidak berwarna

(26)

b) Tidak berbau

Bau air tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan air baik yang hidup maupun yang sudah mati (Slamet, 2007).

c) Tidak berasa

Secara fisik air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan oleh garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik (Slamet, 2007).

d) Kekeruhan

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan padatan sehingga memberikan warna yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan meliputi tanah liat, lumpur dan

bahan-bahan organik (Slamet, 2007). - Syarat kimia

Air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia maupun mineral karena selain menimbulkan gangguan kesehatan juga dapat merusak instalasi penyediaan air bersih (Slamet, 2007).

- Kesadahan

Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation-ion) logam valensi dua. Ion-ion-ion semacam itu mampu bereaksi dengan sabun membentuk kerak air. Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan tanah dan pembentukan batuan. Pada umumnya air sadah berasal dari daerah dimana lapis tanah atas (topsoil) tebal, dan ada pembentukan batu kapur (Sutrisno, 2006).

- Syarat mikrobiologi

Air sebaiknya tidak mengandung bakteri pathogen dan tidak boleh mengandung bakteri golongan coli yang mengganggu kesehatan. Standar yang

(27)

- Syarat radioaktif

Yaitu adanya batas tertinggi yang diperkenankan adanya aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity) tidak boleh lebih dari 0,1 Bq/L dan aktivitas Beta (Gross Beta Activity) tidak boleh lebih dari 0,1 Bq/L (Slamet, 2007).

2.2.5 Sumber Air bersih

Pengadaan air bersih untuk berbagai keperluan hidup manusia dapat berasal dari berbagai sumber dengan kualitas dan kuantitas yang berbeda. Sumber air bersih yang digunakan manusia adalah :

1. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) 2. Sumur

2.2.5.1 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Sumber air PDAM berasal dari: • Air Sungai

Dalam penggunaannya sebagai air bersih dan air minum harus dilakukan pengolahan yang lengkap agar dapat mencapai standar fisika, kimia dan bakteri, mengingat bahwa air sungai pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. (Raini, 2004).

• Air Tanah Dalam

Air tanah dalam pada umumnya mempunyai kualitas lebih baik dari air tanah dangkal karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Air tanah dalam terlihat jernih karena telah mengalami penyaringan alamiah oleh tanah atau batu-batuan selama proses pengaliran. Namun demikian air tanah dalam kemungkinan mengandung mineral cukup tinggi sering berwarna, berbau dan mempunyai rasa tidak nyaman. (Sutrisno, 2006).

• Mata Air

(28)

2.2.5.2 Air Sumur

Air sumur berasal dari air tanah dangkal yang kualitasnya bervariasi tergantung ada atau tidaknya pencemaran pada tanah sekitar. Air ini terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah lumpur akan tertahan demikian

pula sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi karena banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah berfungsi sebagai penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung terutama pada muka air yang dekat muka tanah. Setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul yang merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal yang dinamakan air sumur (Sutrisno, 2006).

2.2.6 Kaitan Penyediaan Air Bersih dengan Skabies

Adanya penyebab penyakit di dalam air, dapat menyebabkan efek langsung terhadap kesehatan. Salah satu penyebab penyakit di dalam air karena kurangnya penyediaan air bersih (Slamet, 2007).

Kurangnya penyediaan air bersih dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit diantaranya adalah skabies. Hal ini dipermudah oleh penyediaan air bersih yang kurang jumlahnya dan juga lingkungan yang kumuh disertai sanitasi yang sangat jelek. Selain itu skabies merupakan penyebab penyakit bawaan air (Slamet,

(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas air dapat mempengaruhi perkembangan penyakit skabies di Panti Asuhan Darul Yatama Pangkalan Berandan. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur Kualitas Air PDAM dan

Air Sumur

(30)

Hidup Nomor : 115

Tabel 3.2 definisi operasional.

3.3 Hipotesis

(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain studi Cross-Sectional, dan penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan skabies dengan kualitas air di Panti Asuhan Darul Yatama (memakai air PDAM dan sumur).

4.2. Waktu dan Tempat

Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Juni 2011. Sedangkan untuk tempat dilakukanya penelitian ini adalah di Panti Asuhan Darul Yatama Jl. Datuk Pangkalan Berandan.

Adapun pemilihan tempat tersebut didasarkan atas: 1. Lingkungan yang padat penghuninya.

2. Jumlah kejadian skabies.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah anak laki-laki dengan umur 12-18 tahun Panti Asuhan Darul Yatama Pangkalan Berandan dengan jumlah sebanyak 40 orang memakai air PDAM dan 35 memakai air sumur.

1.3.2. Sampel

Dalam mengambil sampel penelitian digunakan metode total sampling, yaitu seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dijadikan sebagai sampel penelitian.

Kriteria Inklusi 1. Penderita Skabies

(32)

Kriteria Eksklusi 1. Penyakit kulit lain 2. Penderita Prurigo 3. Sudah mendapat terapi

1.4. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah mendapat rekomendasi izin pelaksanaan penelitian dari Institusi Pendidikan Fakultas Kedokteran USU. Setelah mendapatkan izin dari Panti Asuhan Darul Yatama Pangakalan Berandan

selanjutntya peniliti melakukan pengumpulan data, peneliti melihat berapa jumlah populasi di panti tersebut. Setelah peneliti mendapatkan jumlah populasi, peneliti melanjutkan dengan melakukan wawancara (anamnesis) untuk mendiagnosis apakah penghuni panti sedang menderita penyakit skabies ataupun pernah terkena

skabies. Peneliti mendapatkan jumlah penghuni panti yang menderita skabies atau terkena skabies dari semua populasi yang ada. Penilitian selanjutnya dilakukan dengan mengambil sampel air ditempat panti asuhan, kemudian melakukan uji laboratorium di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan. Kemudian peneliti akan menganalisa apakah ada hubungan skabies dengan kualitas air (PDAM dan sumur). Prosedur pengumpulan data ini dilakukan untuk kedua panti.

Data yang digunakan adalah: 1. Primer

Data yang didapat dari wawancara penyakit skabies kepada responden. 2. Sekunder

Data yang didapatkan dari pihak panti asuhan yang bersangkutan dengan jumlah penghuni panti asuhan.

4.6. Pengolahan dan Analisa Data

Pada penelitian ini hasil nilai yang didapat dihubungkan terjadinya penyakit skabies dengan kualitas air PDAM dan sumur. Pengolahan data

(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitan

Panti Asuhan Darul Yatama berdiri pada tanggal 27 Februari 1984 yang dipimpin oleh H. Zainal Abidin. Panti Asuhan ini terletak di Jl. Datuk Pelawi Kelurahan Pelawi Utara Kecamatan Babalan Pangkalan Berandan.

5.2 Karateristik Individu

5.2.1 Karakteristik Individu Berdasarkan Jenis Air

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Air

Jenis Air Frekuensi (n) Persen (%)

PDAM 40 53.3

Sumur 35 46.7

Total 75 100.0

Berdasarkan Tabel 5.1. di atas, diketahui bahwa jumlah responden yang memakai air PDAM yaitu 40 orang (53.3%) dan jumlah responden yang memakai air sumur yaitu 35 orang (46,7%).

5.2.2 Karakteristik Individu Panti Ashuan Darul Yatama (Memakai Air PDAM)

(34)

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Usia (Memakai Air PDAM)

Usia (tahun) Frekuensi (n) Persen (%)

12-14 16 40.0

15-18 24 60.0

Total 40 100.0

Berdasarkan Tabel 5.2. di atas, diketahui bahwa kelompok terbesar pada

usia 15-18 tahun yaitu 60.0 % dan terendah pada usia 12-14 tahun yaitu 40.0 %

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Pendidikan (Memakai Air PDAM)

Pendidikan Frekuensi (n) Persen (%)

SMP 19 47.5

SMA 21 52.5

Total 40 100.0

Berdasarkan Tabel 5.3. di atas, diketahui bahwa pendidikan responden adalah SMP dan SMA. Jumlah responden dengan tingkat pendidikan SMP yaitu 47.5 % dan jumlah responden dengan tingkat SMA yaitu 52.5 %.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Lama Tinggal di Panti Asuhan (Memakai Air PDAM)

Lama Tinggal di Panti Asuhan (Tahun) Frekuensi (n) Persen (%)

<1 5 12.5

1-3 17 42.5

4-6 18 45.0

Total 40 100.0

(35)

45.0 % dan jumlah responden terendah terdapat pada kelompok < 1 tahun di panti asuhan yaitu 12.5 %.

5.2.3 Karakteristik Individu Panti Ashuan Darul Yatama (Memakai Air Sumur)

Dalam penelitian ini responden yang terpilih sebanyak 35 orang di Panti Asuhan Darul Yatama yang memakai air sumur, seluruh responden laki-laki. Dari keseluruhan responden gambaran karateristik responden yang diamati meliputi: usia, pendidikan, lama tinggal panti asuhan. Data lengkap mengenai karakteristik

responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel yang ada di bawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Usia (Memakai Air Sumur)

Usia (tahun) Frekuensi (n) Persen (%)

12-14 22 62.9

15-18 13 37.1

Total 35 100.0

Berdasarkan Tabel 5.5. di atas, diketahui bahwa kelompok terbesar pada usia 12-14 tahun yaitu 62.9 % dan terendah pada usia 15-18 tahun yaitu 37.1 %

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Pendidikan (Memakai Air Sumur)

Pendidikan Frekuensi (n) Persen (%)

SMP 24 68.6

SMA 11 31.4

Total 35 100.0

Berdasarkan Tabel 5.6. di atas, diketahui bahwa pendidikan responden adalah SMP dan SMA. Jumlah responden dengan tingkat pendidikan SMP yaitu

(36)

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Lama Tinggal di Panti Asuhan (Memakai Air Sumur)

Lama Tinggal di Panti Asuhan (Tahun) Frekuensi (n) Persen (%)

<1 3 8.6

1-3 22 62.9

4-6 10 28.6

Total 35 100.0

Berdasarkan Tabel 5.7. di atas, diketahui bahwa jumlah responden terbesar terdapat pada kelompok responden yang tinggal 1-3 tahun di Panti Asuhan yaitu 62.9 % dan jumlah responden terendah terdapat pada kelompok < 1 tahun dip anti

asuhan yaitu 8.6 %..

5.3 Hasil Penelitian

5.3.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Dari hasil anamnese terhadap 40 orang responden yang memakai air PDAM menunjukkan bahwa 35 orang responden yang terkena skabies dan 5 orang responden tidak terkena skabies. Hasil anamnese terhadap 35 orang responden yang memakai air sumur menunjukkan bahwa 25 orang responden

yang terkena skabies dan 10 orang responden tidak terkena skabies.

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi dan persentase responden yang memakai air PDAM berdasarkan hasil anamnese

Penyaki Skabies Frekuensi (n) Persen (%)

Tidak Skabies 5 12.5

Skabies 35 87.5

(37)

Tabel 5.9. Distribusi frekuensi dan persentase responden yang memakai air sumur berdasarkan hasil anamnese

Penyaki Skabies Frekuensi (n) Persen (%)

Tidak Skabies 10 28.6

Skabies 25 71.4

Total 35 100.0

Tabel 5.10. Hasil Kualitas Air PDAM

Parameter Satuan Kadar Maksimal Untuk Air Bersih

Tabel 5.11. Hasil Kualitas Air Sumur

(38)

Berdasarkan Tabel 5.10. dan 5.11. di atas, kualitas air di uji dengan 3 parameter yaitu fisika, kimia, dan mikrobiologi. Pada parameter fisika hasil dari kualitas kedua air sama-sama baik kualitasnya. Parameter Kimia kualitas air PDAM lebih baik dibandingkan dengan kualitas air sumur. Sedangkan pada parameter mikrobiologi kualitas air sumur lebih baik dibandingkan dengan kualitas air PDAM.

5.3.2 Analisa Hasil Penelitian

Untuk mengetahui hubungan skabies dengan kualitas air PDAM dan sumur di Panti Asuhan Darul Yatama, peneliti menggunakan uji chi square. Hasil uji chi square dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.12. Hubungan Skabies dengan Kualitas Air PDAM dan Sumur

Kualitas Air

Penyakit

Total Tidak Skabies Skabies

F % F % F %

PDAM 5 33.3 35 58.3 40 53.3

Sumur 10 66.7 25 41.7 35 46.7

Total 15 100 60 100 75 100

Dari hasil analisa uji chi square dengan bantuan SPSS versi 17.0, p value adalah 0,083 (dengan taraf kepercayaan = 0,05) . Nilai p (p value) yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa hipotesis ditolak. Artinya, dari hasil analisis

tidak ada hubungan skabies dengan kualitas air PDAM dan sumur di Panti Asuhan Darul Yatama.

5.4 Pembahasan

(39)

Responden yang memakai air PDAM, dengan frekuensi terbanyak 24 orang (60%) yaitu pada usia 15-18 tahun atau dengan tingkat pendidikan SMA. (Tabel 5.2 dan Tabel 5.3 ).

Pada responden yang memakai air PDAM ada 35 orang responden yang terkena penyakit skabies, dan 5 orang responden lagi tidak terkena penyakit skabies (Tabel 5.8). Hal ini berhubungan dengan lamanya responden atau penghuni panti asuhan tinggal di panti asuhan tersebut. Ada 18 orang responden yang sudah cukup lama tinggal dipanti asuhan kira-kira 4-6 tahun lamanya (Tabel 5.4). Salah satu cara penularan skabies dapat terjadi sebagai akibat kontak

langsung maupun tak langsung seperti ketika penghuni panti tidur bersama di satu tempat tidur yang sama atau dengan menggunakan fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan yang sama atau di lingkungan padat penduduk (Meyer, 2000).

Responden yang memakai air sumur, dengan frekuensi terbanyak 22 orang (62.9%) yaitu pada usia 12-14 tahun atau dengan tingkat pendidikan SMP. (Tabel 5.5 dan Tabel 5.6).

Pada responden yang memakai air sumur ada 25 orang responden yang terkena penyakit skabies, dan 10 orang responden lagi tidak terkena penyakit skabies. (Tabel 5.9).

Kualitas air di uji dengan 3 parameter yaitu fisika, kimia, dan mikrobiologi (table 5.10 dan 5.11). Pada parameter fisika, kadar maksimal untuk air bersih adalah 25 NTU, hasil dari kedua kualitas air sama-sama baik yaitu 10.4 NTU untuk air PDAM dan 15.8 NTU untuk air sumur.

Parameter Kimia memiliki beberapa uji, diantaranya uji khlorid dan uji kesadahan. Kadar maksimal khlorida untuk air bersih adalah 250 mg/L dan kadar maksimal kesadahan 500 mg/L. Kualitas air PDAM lebih baik dibandingkan dengan kualitas air sumur, yaitu kadar Khlorida pada air PDAM < 1,5 mg/L dan air sumur 1154 mg/L, kesadahan pada air PDAM 50 mg/L dan air sumur 748 mg/L.

(40)

Kualitas air sumur lebih baik dibandingkan dengan kualitas air PDAM yaitu total coliform pada air sumur 50 dan air PDAM > 1600, Faecal Coliform pada air sumur < 2 dan air PDAM 6. Kondisi air yang banyak mengandung mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit. Air sebaiknya tidak mengandung bakteri pathogen dan tidak boleh mengandung bakteri golongan coli yang mengganggu kesehatan. Standar yang dipakai adalah total bakteri Coliform dengan batas tidak boleh lebih dari 1 coli/100 ml air. (Sutrisno, 2006).

Dari hasil penelitian, responden yang terkena skabies yang menggunakan air PDAM yaitu 58.3 % dan air sumur yaitu 41.7 %. Hasil tersebut menyatakan

bahwa tidak ada hubungan skabies dengan kualitas air PDAM dan Sumur. Menurut penelitian Belizario (2005) dan WHO (2001) menyatakan bahwa kebersihan pribadi seorang individu merupakan suatu hal yang penting dalam pencegahan suatu penyakit dan akses penyediaan air yang cukup penting untuk

dikendalikan. Menurut penelitian Hartati (2008) tidak ada hubungan yang signifikan antara sumber penyediaan air bersih dan kondisi fisik air dengan kejadian penyakit Scabies. Ada hubungan yang signifikan antara higiene perorangan dengan kejadian penyakit Scabies.

(41)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

 Dari 75 orang responden penelitian di Panti Asuhan Darul Yatama, sebanyak 40 orang responden yang memakai air PDAM dan 35 orang yang memakai air sumur.

 Dari hasil wawancara pada 40 orang responden yang memakai air PDAM, didapatkan 35 orang responden (87.5%) terkena penyakit skabies dan 5 orang responden (12.5%) lagi tidak terkena penyakit skabies.

 Setelah dilakukan pengelompokan berdasarkan usia didapatkan 16 orang (40%) usia 12-14 tahun, dan 24 orang (60%) usia 15-18 tahun.

 Setelah dilakukan pengelompokan berdasarkan tingkat pendidikan 19 orang (47.5%) SMP dan 21 orang (52.5%) SMA.

 Berdasarkan lama tinggal dipanti asuhan adalah 5 orang (12.5%) tinggal dipanti asuhan kurang dari 1 tahun, 17 orang (42.5%) sudah tinggal sejak 1-3tahun dan 18 orang (45%) sudah tinggal sejak 4-6 tahun.

 Dari hasil wawancara pada 35 orang responden yang memakai air sumur didapatkan 25 orang responden (71.4%) terkena penyakit skabies dan 10 orang responden (28.6%) lagi tidak terkena penyakit skabies.

 Setelah dilakukan pengelompokan berdasarkan usia didapatkan 22 orang (62.9%) usia 12-14 tahun, dan 13 orang (37.1%) usia 15-18 tahun.

(42)

 Berdasarkan lama tinggal dipanti asuhan adalah 3 orang (8.6%) tinggal dipanti asuhan kurang dari 1 tahun, 22 orang (62.9%) sudah tinggal sejak 1-3tahun dan 10 orang (28.6%) sudah tinggal sejak 4-6 tahun.

Setelah dilakukan analisa statistik, didapatkan p value pada chi square adalah 0,083 (α = 0,05) . Dari Hasil ini disimpulkan bahwa tidak ada hubungan skabies dengan kualitas air PDAM dan sumur di Panti Asuhan Darul Yatama.

6.2 Saran

 Bagi pihak Panti Asuhan agar dapat memperbaiki sistem asrama, seperti kualitas air yang baik dan kebersihan lingkungan, kemudian wajib lapor bagi yang terkena skabies, sehingga dapat diobati dengan cepat dan tidak menular lebih banyak ke penghuni panti yang lainnya

 Bagi penghuni Panti Asuhan sangat dianjurkan untuk lebih menjaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan sekitar

 Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini. Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Adryl, A.H., 2010. Anamnese Mengenai Kelainan Kulit. Dalam: Alya,A,F. 2007. Buku Rancangan Pengajaran Blok Dermatology dan Musculoskeletal System. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, Medan: 126-127.

Admin, 2009. Skabies. Available from: http://medlinux.blogspot.com/2009/02/-skabies.html. [Accesed 04 April 2011].

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta: 134-138.

Belizario, Y, Vicente. 2005. Scabies and Poor Water Quality and Quantity. 8th Asia Pacifik Enviromental and Occupational Dermatology Symposium. Manila : 27

C. Commens, Department of Dermatology, Westmead Hospital, Univesity of Sydney. 2000. The Treatment of Scabies. Australian Prescriber, Sydney: 33-35.

Chosidow, O. 2006. Scabies. Available from: http://www.nejm.org/doi/full/-10.1056/NEJMcp052784 [Accessed 6 January].

Demma, L.J. 2000. Andrews’ Diseases The Skin Clinical Dermatology. Elsevier, Canada : 452-453.

(44)

Gandahusada, S., Ilahude, D.H., dan Pribadi, W. 2006. Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit FKUI, Jakarta : 264-266.

Graham-Brown, Burns, 2005. Lecture Note on Dermatology. 2005. Edisi 8. Jakarta: Erlangga.

Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates, Jakarta : 109-113.

Hartati, Kris. 2005. Hubungan Antara Sumber Penyediaan Air Bersih, Kondisi

Fisik Air Dan Higiene Perorangan Dengan Kejadian Penyakit Scabies Siswa Kelas 1-3 SD Negeri Pengabean Desa Pengabean Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal. Available from

Johnson, Graham. Scabies: diagnosis and treatment. 2005. Available from:

K, Kordi, H, G, M,. Tancung, B, A. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. Jakarta : Rineka Cipta.

Marwati, M.N. 2008. Kualitas Air Sumur Gali Ditinjau dari Kondisi Lingkungan Fisik dan Perilaku Masyarakat di Wilayah PUSKESMAS I Denpasar

Selatan. Available from:

[Accessed 29 Maret].

Peraturan Menteri Kesehatan. 1990. Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

(45)

Raini M. 2004. Kualitas Fisik dan Kimia Air PAM di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi Tahun 1999-2000. Available from:

Sastroasmoro, Sudigdo, dan Ismael, Sofyan, 2008. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis. Edisi Ke-3. Jakarta: Sagung Seto.

Scabies. 2004. Available from: http://www.stanford.edu/class/humbio103/-ParaSites2004/Scabies/Scabies Home.htm. [Accessed 4 Mei].

Sitorus, R. 2008. Gejala Penyakit dan Pencegahannya. Yrama Widya, Bandung: 137-142.

Slamet, S.J. 2007. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta: 79-132.

Soedarto. 2008. Parasitologi Klinik. Airlangga University Press, Surabaya : 232-235.

Stone, P.S., Goldfarb, N.J., and Bacelieri, E.R. 2003. Fitzpatrick’s Dermatology

in General Medicine. The McGraw-Hill, USA : 2029-2032.

Sutrisno, T, C. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta.

Tabri F. 2004. Infeksi Kulit Pada Bayi dan Anak. Siti Aishah Boediardja. Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, Jakarta : 62-78.

(46)

WHO. 2001. Water Sanitation and Health (WSH). Available from:

(47)

Lampiran 1

CURRICULUM VITAE

Nama : M. Arif Habibi Nasution

Tempat/ tanggal lahir : Medan, 8 Juni 1991

Agama : Islam

Alamat : Jalan Puskemas Komplek Griya Raihan Blok E 4 Riwayat Pendidikan : 1. TK Aisyiyah P. Berandan Tahun 1994 – 1996

2. SD Negeri 050750 P. Berandan Tahun 1996 – 2002 3. SMP Negeri 1 P. Berandan Tahun 2002 – 2005 4. SMA Negeri 1 P. Berandan Tahun 2005 – 2008 Riwayat Pelatihan : -

(48)

Lampiran 2

NASKAH PENJELASAN KEPADA PESERTA PENELITIAN

Saya, M. Arif Habibi Nst, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester VII, melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Skabies dengan Kualitas Air di Panti Asuhan Darul Yatama ”. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi persyaratan penyelesaian studi di Fakultas Kedokteran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas air dapat mempengaruhi perkembangan penyakit skabies. Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung.

Data yang saya peroleh dari pemeriksaan saudara akan saya rahasiakan dan tidak akan saya sebarkan. Penelitian ini bersifat sukarela dan tidak memaksa. Apabila saudara bersedia menjadi peserta penelitan, dengan senang hati kami mengharapkan untuk dapat kiranya mengisi formulir yang kami sediakan.

Atas partisipasi dan kejasamanya, saya ucapakan terima kasih.

P. Berandan, Juni 2011 Peniliti

(49)

Lampiran 3

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN SETELAH

PENJELASAN MENGIKUTI PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama :

Umur :

Lama Tinggal di Panti Asuhan :

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta saya memahami sepenuhnya tentang penelitian,

Judul Penelitian : “Hubungan Skabies dengan Kualitas Air di Panti

Asuhan Darul Yatama ”. Nama Peneliti : M. ARIF HABIBI NASUTION

Jenis Penelitian : Analitik dengan desain Cross-Sectional Jangka Waktu Penelitian : Juni 2011

Instansi Penelitian : Fakultas Kedokteran USU

Dengan ini saya menyatakan bersedia mengikuti penelitian tersebut secara sukarela sebagai subjek penelitian

P. Berandan, Juni 2011

(50)

Lampiran 4

Anamnese (Skabies)

Identitas responden

Nama :

Umur :

Lama Tinggal di Panti Asuhan :

Anamnese

LANGKAH / TUGAS PENGAMATAN

YA TIDAK

A. Menyapa pasien/ keluarga dengan ramah B. Memperkenalkan diri

C. Menanyakan keluhan utama

1. Apakah anda pernah mengalami rasa gatal di bagian tubuh

anda?

2. Apakah rasanya sangat gatal?

3. Apakah terasa lebih gatal itu timbul pada malam hari (pagi

menjelang subuh)?

4. Apakah ada bintil-bintil atau tonjolan yang berisi nanah? 5. Apakah rasa gatal/tonjolan itu timbul di sela jari, lipatan

ketiak atau paha, alat kelamin, atau di bagian kulit yang tipis lainnya?

D. Menanyakan hal yang berhubungan dengan timbulnya penyakit : 6. Apakah Anda tidur dalam satu ruangan yang sama lebih dari 2

orang?

7. Adakah teman Anda yang pernah mengalami penyakit yang

sama?

8. Pernah Anda saling menukar atau memakai pakaian (baju, celana, handuk, tempat tidur, dll) secara bersama dengan teman anda?

(51)

sebelum dipakai?

10. Apakah Anda sering menjemur peralatan tidur Anda? 11. Berapa kali seminggu anda menjemur peralatan tidur Anda?

Lebih 3x Seminggu?

12. Berapa lama Anda menjemurnya? Lebih dari 30 menit? 13. Ada Jendela/Ventilasi?

14. Apakah setiap hari Jendela/Ventilasi dibuka? 15. Apakah anda pernah diobati?

16. Apakah anda menderita penyakit lain?

Diketahui oleh,

(52)

Lampiran 5

DATA INDUK RESPONDEN PENELITIAN YANG MENGGUNAKAN AIR PDAM

No. Responden Usia Pendidikan Terakhir Lama Tinggal di Panti Asuhan/Tahun Hasil Anamnese Kualiatas Air PDAM

1 18 SMA 6 Skabies Kurang Baik

2 18 SMA 6 Skabies Kurang Baik

3 18 SMA 6 Tidak Skabies Kurang Baik

4 18 SMA 6 Skabies Kurang Baik

5 18 SMA 6 Skabies Kurang Baik

6 18 SMA 6 Skabies Kurang Baik

7 18 SMA 6 Skabies Kurang Baik

8 13 SMP 1 Skabies Kurang Baik

9 13 SMP 1 Skabies Kurang Baik

10 13 SMP 1 Skabies Kurang Baik

11 13 SMP 1 Skabies Kurang Baik

12 13 SMP 1 Skabies Kurang Baik

13 12 SMP <1 Skabies Kurang Baik

14 12 SMP <1 Skabies Kurang Baik

15 12 SMP <1 Skabies Kurang Baik

16 12 SMP <1 Skabies Kurang Baik

17 12 SMP <1 Skabies Kurang Baik

18 17 SMA 5 Skabies Kurang Baik

19 17 SMA 5 Tidak Skabies Kurang Baik

(53)

21 17 SMA 5 Tidak Skabies Kurang Baik

22 17 SMA 5 Skabies Kurang Baik

23 16 SMA 4 Tidak Skabies Kurang Baik

24 16 SMA 4 Skabies Kurang Baik

25 16 SMA 4 Tidak Skabies Kurang Baik

26 16 SMA 4 Skabies Kurang Baik

27 16 SMA 4 Skabies Kurang Baik

28 16 SMA 4 Skabies Kurang Baik

29 13 SMP 1 Skabies Kurang Baik

30 15 SMP 3 Skabies Kurang Baik

31 15 SMP 3 Skabies Kurang Baik

32 15 SMA 3 Skabies Kurang Baik

33 15 SMA 3 Skabies Kurang Baik

34 15 SMA 3 Skabies Kurang Baik

35 15 SMP 3 Skabies Kurang Baik

36 14 SMP 2 Skabies Kurang Baik

37 14 SMP 2 Skabies Kurang Baik

38 14 SMP 2 Skabies Kurang Baik

39 14 SMP 2 Skabies Kurang Baik

(54)

DATA INDUK RESPONDEN PENELITIAN YANG MENGGUNAKAN AIR SUMUR

No. Responden Usia Pendidikan Terakhir Lama Tinggal di Panti Asuhan/Tahun Hasil Anamnese Kualiatas Air Sumur

1 12 SMP <1 Skabies Baik

2 14 SMP 2 Skabies Baik

3 14 SMP 2 Skabies Baik

4 18 SMA 6 Skabies Baik

5 14 SMP 2 Tidak Skabies Baik

6 15 SMP 3 Skabies Baik

7 16 SMA 4 Tidak Skabies Baik

8 16 SMA 4 Skabies Baik

9 14 SMP 3 Tidak Skabies Baik

10 17 SMA 5 Skabies Baik

11 16 SMA 4 Skabies Baik

12 14 SMP 2 Tidak Skabies Baik

13 15 SMA 3 Skabies Baik

14 17 SMA 5 Skabies Baik

15 13 SMP 1 Tidak Skabies Baik

16 14 SMP 2 Skabies Baik

17 17 SMA 5 Skabies Baik

18 14 SMP 2 Tidak Skabies Baik

19 14 SMP 2 Skabies Baik

20 17 SMA 5 Tidak Skabies Baik

21 14 SMP 2 Skabies Baik

22 14 SMP 2 Tidak Skabies Baik

23 14 SMP 2 Skabies Baik

(55)

25 14 SMP 2 Tidak Skabies Baik

26 15 SMP 3 Skabies Baik

27 13 SMP 1 Skabies Baik

28 18 SMA 6 Skabies Baik

29 13 SMP 1 Tidak Skabies Baik

30 14 SMP 2 Skabies Baik

31 13 SMP 1 Skabies Baik

32 14 SMP 2 Skabies Baik

33 12 SMP <1 Skabies Baik

34 12 SMP <1 Skabies Baik

(56)

Responden yang menggunakan air PDAM

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut

Usia

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 12-14 16 40.0 40.0 40.0

15-18 24 60.0 60.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SMA 21 52.5 52.5 52.5

SMP 19 47.5 47.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Panti Asuhan

lama tinggal panti asuhan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <1 5 12.5 12.5 12.5

1-3 17 42.5 42.5 55.0

4-6 18 45.0 45.0 100.0

(57)

Responden yang menggunakan air sumur

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut

Usia

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 12-14 22 62.9 62.9 62.9

15-18 13 37.1 37.1 100.0

Total 35 100.0 100.0

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SMA 11 31.4 31.4 31.4

SMP 24 68.6 68.6 100.0

Total 35 100.0 100.0

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Panti Asuhan

lama tinggal panti asuhan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <1 3 8.6 8.6 8.6

1-3 22 62.9 62.9 71.4

4-6 10 28.6 28.6 100.0

(58)

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi dan persentase responden yang memakai air PDAM berdasarkan hasil anamnese

Penyakit Skabies PDAM

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Skabies 5 12.5 12.5 12.5

Skabies 35 87.5 87.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi dan persentase responden yang memakai air sumur berdasarkan hasil anamnese

Penyakit Skabies Sumur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Skabies 10 28.6 28.6 28.6

Skabies 25 71.4 71.4 100.0

Total 35 100.0 100.0

Tabel 5.11. Hubungan Skabies dengan Kualitas Air PDAM dan Sumur

Kualitas Air PDAM dan Sumur * Penyakit Crosstabulation

Penyakit

Total

Tidak Skabies Skabies

Kualitas Air PDAM dan

(59)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 3.013a 1 .083

Continuity Correctionb 2.093 1 .148

Likelihood Ratio 3.040 1 .081

Fisher's Exact Test .093 .074

Linear-by-Linear Association 2.973 1 .085

N of Valid Cases 75

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.00.

Gambar

Tabel 3.2 definisi operasional.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Usia (Memakai Air Sumur)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah perusahaan yang melakukan kegiatan penjualan hasil produksi atau penyerahan barang yang dilakukan oleh badan usaha yang bergerak dibidang industri serta badan usaha lainnya

Busana berwarna putih dipilih karena identik dengan pernikahan yang berarti suci dan bersih, sedangkan silk painting dengan tone warna abu-abu ke hitam

Dalam proses penawaran dan penerimaan ini terdapat dua jenis kontrak yang dapat dibuat oleh kedua pihak yaitu written contract (kontrak tertulis) dan oral contract (kontrak

[r]

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara faktor pupuk NPK DGW Compaction dengan faktor POC Ratu Biogen berpengaruh nyata sampai berbeda sangat nyata

Sebarang pembebasan, penyelesaian atau pelepasan sedemikian akan dianggap telah dilakukan tertakluk kepada syarat bahawa ia akan menjadi tidak sah jika apa-apa bayaran

Dalam proses running software solidwork ini akan sipilih tentang simulation express yang dapat memberikan gambaran kekuatan stress analisys pada monorail yang telah dibuat..

Literasi media dalam kajian ini didefinisikan sebagai satu set perspektif merangkumi pengetahuan, emosi dan kemahiran yang digunakan secara aktif oleh pengguna