GAMBARAN PERILAKU PARA PEKERJA JALAN RAYA
TENTANG PENGGUNAAN ANTIOKSIDAN DAN TINDAKAN
PENCEGAHAN DALAM MENANGKAL RADIKAL BEBAS
DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS
TAHUN 2010
OLEH:
R. ISMAIL HADYATHMA
070100002
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN PERILAKU PARA PEKERJA JALAN RAYA TENTANG
PENGGUNAAN ANTIOKSIDAN DAN TINDAKAN PENCEGAHAN DALAM MENANGKAL RADIKAL BEBAS
DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH
“ Karya Tullis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran ”
OLEH:
R. ISMAIL HADYATHMA 070100002
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
GAMBARAN PERILAKU PARA PEKERJA JALAN RAYA TENTANG PENGGUNAAN ANTIOKSIDAN DAN TINDAKAN PENCEGAHAN DALAM
MENANGKAL RADIKAL BEBAS
DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS TAHUN 2010
Nama : R. Ismail Hadyathma NIM : 070100002
Pembimbing Penguji I
(dr. Simon Marpaung, M.Kes)
NIP. 194512171969021001 NIP. 197604202003122002 Penguji II
NIP. 197906032003122001
Medan, 15 Desember 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
NIP. 195402201980111001
ABSTRAK
Pada abad ke 20, istilah radikal bebas diartikan sebagai molekul yang relatif tidak stabil yang berlebihan dan akan menyerang bagian tubuh yang sehat maupun yang tidak sehat sehingga terjadi penyakit. Organisasi Kesehatan dunia (WHO), memperkirakan bahwa hampir 80-90% penyakit kanker disebabkan oleh terpapar radikal bebas. Untuk memperbaiki keadaan ini tubuh membentuk pembasmi radikal bebas yang dikenal sebagai Antioksidan. Maka dari itu sangat penting untuk melihat bagaimana perilaku penggunaan antioksidan dalam menangkal radikal bebas pada masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) para pekerja jalan raya tentang penggunaan antioksidan dan tindakan pencegahan dalam menangkal radikal bebas di Kecamatan Medan Amplas tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain studi Cross Sectional yang mengunakan 100 sampel. Pengambilan sampel dengan metode judgmental sampling atau purposive sampling. Pengambilan data dengan kuesioner. Analisa data berupa distribusi frekuensi.
Dari analisa data 100 responden, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut karateristik kelompok umur terbanyak pada usia 31 sampai 40 tahun yaitu sebanyak 31 orang (31%), untuk jenis kelamin terbanyak adalah pria sebesar 86% (86 orang), jenis pekerjaan terbanyak yaitu tukang becak motor sebanyak 38 orang (38%), dan tingkat pendidikan paling banyak adalah SMA sebesar 47% (47 orang). Sedangkan untuk gambaran perilaku terbanyak yaitu pengetahuan cukup sebanyak 50 orang (50%), sikap cukup sebanyak 60 orang (60%), tindakan baik yaitu 53 orang (53%), dan pencegahan mengambarkan hasil paling banyak baik yaitu 87 orang (87%).
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah gambaran perilaku para pekerja jalan raya tentang penggunaan antioksidan dan tindakan pencegahan dalam menangkal radikal bebas adalah cukup untuk pengetahuan dan sikap serta baik untuk tindakan dan pencegahan. Bagi penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian mencari apakah ada hubungan penggunaan antioksidan dalam mencegah penyakit akibat radikal bebas.
ABSTRACT
In the 20 century, free radical has a meaning as unstable molecules which has one or more unpaired electrons in its outer orbit and attack the healthy and unhealthy part of body and then become a diseases. World Health Organization estimates that almost 80-90% cancer is caused by free radical. The body forms substance againts free radical to fix this situation, which known as antioxidan. It is impotrant to know how the behavior of antioxidan use in the community to avoid free radical.
This study is made to know the knowledge, attitude and action of the worker in the street about antioxidan use and preventing action in avoid free radical at Kecamatan Medan Amplas 2010. It is descriptive study with cross sectional design which uses 100 samples. The samples were taken by using judgmental sampling or purposive sampling. Instruments to take data with questionnaire. The analysis of data is made into distribution of frequency.
From 100 respondents, it is known that the results of study are the most characteristic group of age is in 31-40 years old which is 31 persons (31%), the most sexual group is man which is 86 persons (86%), the most worker is machine pedicab driver which is 38 persons (38%) and the most education degree is senior hich school which is 47 persons (47%). And for the behavior part, it is known that the most is “moderate” knowledge which is 50 persons (50%), “moderate” attitude which is 60 persons (60%), “good” action which is 53 persons (53%) and “good” preventing action which is 87 persons (87%).
The conclusion of this study is that the behaviour of the worker in the street about antioxidan use and preventing action in avoid free radical is “moderate” (enough) for knowledge and attitude and also “good” for action and preventing action. It is needed to make a study to know wheter there is a connection about antioxidan use in preventing diseases caused of free radical.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan hasil penelitian ini. Adapun laporan hasil penelitian dengan
judul “Gambaran Perilaku Para Pekerja Jalan Raya tentang Penggunaan Antioksidan
dan Tindakan Pencegahan dalam Menangkal Radikal Bebas di Kecamatan Medan
Amplas Tahun 2010” ini disusun untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran dalam menyelesaikan
pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan
penelitian ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan arahan dari berbagai pihak.
Untuk itu dalam kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Simon Marpaung, M.Kes, selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih
atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk membimbing.
3. dr. Yunilda Andriyani, MKT, selaku dosen penguji proposal dan laporan
hasil penelitian serta dr. Rina Amelia, MARS, selaku dosen penguji laporan
hasil penelitian, yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk
perbaikan karya tulis ini.
4. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf Medical
Education Unit (MEU).
5. Para Pekerja Jalan Raya di Jalan Raya Kecamatan Medan Amplas yang telah
membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.
6. Kedua orang tua penulis yang tercinta : (Alm.) R.M. Djoni Akil dan Hj.
Umiyati Saleha. Terima kasih tiada tara penulis persembahkan untuk doa yang
sayang, cinta, perhatian, dan pengorbanan serta motivasi yang tulus untuk
kelancaran penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
7. Tante, abang, dan kakak tercinta penulis : R.A. Nurul Wahyuni, R.A. Fadli
Marthadinata, R.A. Mifta Hatil Hikmah, Erwin Syukri dan Ibu Kos Iswara.
Terima kasih untuk dukungan serta doa yang telah kalian berikan.
8. Sahabat-Sahabat terbaiku : Fitri, Inal, Hasbi, Iqbal, Uty, Nanda, Iwan, dan Isra
yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan bantuan selama mengikuti
pendidikan dan melaksanakan penelitian ini. Serta yang tak kalah pentingnya
ucapan terima kasih diberikan kepada Hanum Sesari, yang selalu setia
memberikan dukungan, motivasi, pengertian, cinta, dan kasih sayang sehingga
penulis tetap bersemangat untuk menyelesaikan penelitian ini.
9. Abang dan kakak Senior FK USU serta Anak-anak Kos penulis : Desby,
Satrio, Tommy, Rendy, Rio, Fitrah, Alvi, Ari, Kharis, Reza, dan Willa.
Terima kasih atas segala bantuannya dalam menyelesaikan penelitian ini.
10.Teman-teman seperjuangan yang telah mendukung dan membantu penulis
serta selalu bersama-sama dalam satu bimbingan : Indri Maria Benazir, Siti
Mahreni Insani, Suci Darmawati, dan teman-teman stambuk 2007 FK USU,
yang tak dapat penulis lupakan.
11.Pihak-Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalasnya.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Penulis sangat berharap saran dan kritik dari pembaca agar penelitian ini menjadi
lebih baik lagi. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat memberikan informasi dan
manfaat dalam pengembangan ilmu tentang radikal bebas dan antioksidan. Amin.
Medan, 22 November 2010
DAFTAR ISI
2.1.6. Proses Pembentukan Radikal Bebas dalam Tubuh ... 12
2.1.7. Mekanisme Kimiawi Radikal Bebas ... 13
2.1.8. Mekanisme Radikal Bebas dalam Merusak Organ ... 14
2.1.9. Penyakit – Penyakit akibat Paparan Radikal Bebas ... 16
2.2. Antioksidan ... 17
2.2.1. Definisi Antioksidan ... 17
2.2.2. Jenis – Jenis Antioksidan berdasarkan Sumbernya ... 18
2.2.3. Jenis – Jenis Antioksidan berdasarkan Fungsinya ... 19
2.2.4. Mekanisme Kerja Antioksidan ... 20
2.2.5. Antioksidan di dalam Tubuh untuk Pertahanan Sel .... 21
2.2.6. Sumber dan Manfaat Antioksidan Alami ... 24
2.2.7. Metabolisme Antioksidan dalam Tubuh ... 28
2.3. Tindakan Pencegahan dalam Menangkal Radikal Bebas ... 28
2.4. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan ... 33
2.4.1. Pengertian Perilaku ... 33
2.4.3. Perilaku Kesehatan ... 34
2.4.4. Domain Perilaku ... 35
2.4.5. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan ... 40
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 41
3.1. Kerangka Konsep ... 41
4.4.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas... 50
4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 52
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 53
5.1.1. Kota Medan ... 53
5.1.2. Jalan Raya di Kecamatan Medan Amplas, Medan ... 54
5.2. Gambaran Karakteristik Para Pekerja Jalan Raya ... 54
5.2.1. Umur ... 55
5.3.4. Gambaran Tindakan Pencegahan ... 62
5.4. Pembahasan ... 65
5.4.1. Karakteristik Para Pekerja Jalan Raya ... 65
5.4.2. Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Pencegahan ... 66
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
6.1. Kesimpulan ... 69
6.2. Saran ... 70
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1. Radikal Bebas Biologis ... 9
Tabel 2.2. Antioksidan dan Enzim Pembersih ... 23
Tabel 2.3. Sumber Vitamin E Berdasarkan Ukuran Saji ... 24
Tabel 2.4. Buah-buahan Sumber Vitamin C ... 26
Tabel 2.5. Sumber Vitamin C dari Sayuran ... 26
Tabel 2.6. Sumber Vitamin A... 27
Tabel 3.1. Tabel Bobot Nilai Kuesioner Aspek Pengetahuan Pada Perilaku. 44 Tabel 3.2. Tabel Bobot Nilai Kuesioner Aspek Sikap Pada Perilaku ... 45
Tabel 3.3. Tabel Bobot Nilai Kuesioner Aspek Tindakan Pada Perilaku ... 46
Tabel 3.4. Tabel Nilai Kuesioner Aspek Tindakan Pencegahan ... 47
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 51
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Umur... 55
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin ... 55
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Pekerjaan ... 56
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Tingkat Pendidikan ... 57
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan ... 57
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Pengetahuan ... 58
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Gambaran Sikap ... 59
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Sikap... 60
Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Gambaran Tindakan ... 61
Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Jawaban Tindakan ... 62
Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Gambaran Tindakan Pencegahan ... 63
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul
Gambar 2.1. Struktur Kimia Radikal Bebas ... 7
Halaman
Gambar 2.2. Diagram Energi Reaksi Radikal Bebas ... 14
Gambar 2.3. Sistem Oksigen Aktif ... 15
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup Penulis
2. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian
3. Informed Consent (Lembar Persetujuan setelah Penjelasan)
4. Kuesioner Penelitian
5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
6. Data Induk (Master Data)
7. Hasil Analisa Data Distribusi Frekuensi dengan SPSS
8. Surat Ethical Clearence (Persetujuan Komisi Etik)
ABSTRAK
Pada abad ke 20, istilah radikal bebas diartikan sebagai molekul yang relatif tidak stabil yang berlebihan dan akan menyerang bagian tubuh yang sehat maupun yang tidak sehat sehingga terjadi penyakit. Organisasi Kesehatan dunia (WHO), memperkirakan bahwa hampir 80-90% penyakit kanker disebabkan oleh terpapar radikal bebas. Untuk memperbaiki keadaan ini tubuh membentuk pembasmi radikal bebas yang dikenal sebagai Antioksidan. Maka dari itu sangat penting untuk melihat bagaimana perilaku penggunaan antioksidan dalam menangkal radikal bebas pada masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) para pekerja jalan raya tentang penggunaan antioksidan dan tindakan pencegahan dalam menangkal radikal bebas di Kecamatan Medan Amplas tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain studi Cross Sectional yang mengunakan 100 sampel. Pengambilan sampel dengan metode judgmental sampling atau purposive sampling. Pengambilan data dengan kuesioner. Analisa data berupa distribusi frekuensi.
Dari analisa data 100 responden, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut karateristik kelompok umur terbanyak pada usia 31 sampai 40 tahun yaitu sebanyak 31 orang (31%), untuk jenis kelamin terbanyak adalah pria sebesar 86% (86 orang), jenis pekerjaan terbanyak yaitu tukang becak motor sebanyak 38 orang (38%), dan tingkat pendidikan paling banyak adalah SMA sebesar 47% (47 orang). Sedangkan untuk gambaran perilaku terbanyak yaitu pengetahuan cukup sebanyak 50 orang (50%), sikap cukup sebanyak 60 orang (60%), tindakan baik yaitu 53 orang (53%), dan pencegahan mengambarkan hasil paling banyak baik yaitu 87 orang (87%).
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah gambaran perilaku para pekerja jalan raya tentang penggunaan antioksidan dan tindakan pencegahan dalam menangkal radikal bebas adalah cukup untuk pengetahuan dan sikap serta baik untuk tindakan dan pencegahan. Bagi penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian mencari apakah ada hubungan penggunaan antioksidan dalam mencegah penyakit akibat radikal bebas.
ABSTRACT
In the 20 century, free radical has a meaning as unstable molecules which has one or more unpaired electrons in its outer orbit and attack the healthy and unhealthy part of body and then become a diseases. World Health Organization estimates that almost 80-90% cancer is caused by free radical. The body forms substance againts free radical to fix this situation, which known as antioxidan. It is impotrant to know how the behavior of antioxidan use in the community to avoid free radical.
This study is made to know the knowledge, attitude and action of the worker in the street about antioxidan use and preventing action in avoid free radical at Kecamatan Medan Amplas 2010. It is descriptive study with cross sectional design which uses 100 samples. The samples were taken by using judgmental sampling or purposive sampling. Instruments to take data with questionnaire. The analysis of data is made into distribution of frequency.
From 100 respondents, it is known that the results of study are the most characteristic group of age is in 31-40 years old which is 31 persons (31%), the most sexual group is man which is 86 persons (86%), the most worker is machine pedicab driver which is 38 persons (38%) and the most education degree is senior hich school which is 47 persons (47%). And for the behavior part, it is known that the most is “moderate” knowledge which is 50 persons (50%), “moderate” attitude which is 60 persons (60%), “good” action which is 53 persons (53%) and “good” preventing action which is 87 persons (87%).
The conclusion of this study is that the behaviour of the worker in the street about antioxidan use and preventing action in avoid free radical is “moderate” (enough) for knowledge and attitude and also “good” for action and preventing action. It is needed to make a study to know wheter there is a connection about antioxidan use in preventing diseases caused of free radical.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada beberapa tahun belakangan ini perhatian banyak ditujukan terhadap peran
radikal bebas pada berbagai patogenesis penyakit termasuk proses penuaan. Radikal
bebas secara normal merupakan hasil sampingan metabolisme sel. Dalam keadaan
normal, tubuh manusia telah dilengkapi dengan potensi antioksidan yang cukup
banyak. Keseimbangan yang sulit terdeteksi terjadi antara produksi radikal bebas
dengan sistem pertahanan antioksidan pada tingkat sel untuk mengatasi stress
oksidatif. Adanya faktor yang mendorong pergeseran keseimbangan ke arah produksi
radikal bebas yang berlebih akan menyebabkan kerusakan berbagai jaringan dan
penyakit. Oleh karena itu, masalah akan mulai muncul saat mekanisme pertahanan
tertinggal dibanding dengan kelebihan produksi radikal bebas (Pratt, 1990).
Banyak radikal bebas sangat tidak stabil sehingga keberadaan mereka hanya
sesaat, selama hidup mereka yang sangat singkat itu, radikal bebas bertindak seperti
katalis yang menjembatani reaksi kimia dan berubah bentuknya dalam molekul lain.
Sebenarnya radikal bebas ini penting artinya bagi kesehatan dan fungsi tubuh yang
normal dalam memerangi peradangan, membunuh bakteri, dan mengendalikan tonus
otot polos pembuluh darah dan organ-organ dalam tubuh kita. Kunci kerjanya radikal
bebas yang aman dan efektif dalam tubuh kita bila tidak dalam jumlah yang
berlebihan atau dalam keadaan seimbang, akan tetapi masalahnya adalah mekanisme
keseimbangan tubuh kita yang sangat rapuh ini sering sekali keluar jalur sehingga
menimbulkan penyakit. Berbagai penyakit telah diteliti dan diduga kuat berkaitan
dengan aktivitas radikal bebas. Penyakit-penyakit tersebut mencakup lebih dari 50
kelainan seperti stroke, asma, pankreatitis, berbagai penyakit radang usus,
leukemia, artritis rematoid, perdarahan otak dan tekanan darah tinggi, bahkan AIDS.
Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan dunia (WHO), memperkirakan bahwa
hampir 80-90% penyakit kanker disebabkan oleh lingkungan, 10-20% faktor genetik
atau turunan dan juga virus. Faktor lingkungan yang tidak sehat dan banyak terpapar
radikal bebas yang kemudian kita hirup seperti pembakaran kendaraan bermotor, asap
rokok menyebabkan sekitar 40% dan asupan makanan yang salah sekitar 25-30% dan
udara dimana kita tinggal dan bekerja 10% (Kumalaningsih, 2006).
Untuk memperbaiki keadaan ini tubuh membentuk pembasmi radikal bebas
yang dikenal sebagai antioksidan endogen. Antioksidan endogen ini akan menetralisir
radikal bebas yang berlebihan itu sehingga tidak merusak tubuh. Sayangnya sistem
perlindungan dari dalam maupun dari luar tubuh sering tidak memadai karena terlalu
banyaknya radikal bebas yang terbentuk seperti polusi udara, asap rokok, sinar ultra
violet yang diproduksi sinar matahari, pestisida dan pencemaran lain di dalam
makanan kita , bahkan karena olahraga yang berlebihan. Tampaknya kemanapun kita
bergerak berbagai senyawa dan keadaan tertentu senantiasa membayangi kita dengan
berbagai radikal bebas akibat ulah kita sendiri (Kelly, 2002).
Hingga permulaan abad ke 20, tidak seorangpun mengetahui bahwa radikal
bebas dapat berwujud dan bekerja secara bebas. Pemahaman ilmiah kita tentang
hubungan radikal bebas dengan antioksidan baru muncul pada tiga hingga empat
dekade terakhir ini. Pengetahuan baru ini, kini banyak diterapkan oleh para dokter di
ruang praktek dan klinik-klinik di seluruh negeri tetapi sebagian besar hasil penelitian
yang ada dalam pustaka ilmiah itu sesungguhnya masih belum diterapkan secara baik
bagi pasien (Sumampouw, 2003).
Di Indonesia umumnya dan Medan khususnya, permasalahan tentang radikal
bebas dapat menimbulkan penyakit dan antioksidan sebagai pencegahannya ini masih
sangat mempengaruhi perilaku sehat masyarakat terutama bagi para pekerja yang
bekerja di lingkungan terpapar radikal bebas seperti pekerja di jalan raya. Hal ini
tindakan pencegahan masih sangat minim sehingga mempengaruhi sikap dan
tindakannya dalam melakukan pencegahan termasuk untuk penggunaan antioksidan
dalam menangkal radikal bebas untuk mencegah penyakit (FKM UI, 1990 dan
Notoatmodjo, 2007). Dari hal ini, maka perlu digambarkan bagaimana perilaku
masyarakat kota Medan dalam penggunaan antioksidan dan tindakan pencegahan
untuk menangkal radikal bebas. Mengarah dari segala uraian permasalahan diatas,
maka penulis akan membuat penelitian tentang bagaimana gambaran perilaku para
pekerja yang sering terpapar oleh radikal bebas seperti sering terkena sinar ultraviolet
(matahari), asap kendaraan, polusi udara dan lain-lain di jalan raya dalam
menggunakan antioksidan dan melakukan tindakan pencegahan untuk menghidari diri
dari penyakit-penyakit yang akan timbul.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka penulis dalam hal
ini merumuskan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
Bagaimanakah gambaran perilaku para pekerja jalan raya terhadap penggunaan
antioksidan dan tindakan pencegahan dalam menangkal radikal bebas untuk
mencegah timbulnya penyakit ?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) para
pekerja jalan raya tentang penggunaan antioksidan dan tindakan pencegahan dalam
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tingkat pengetahuan para pekerja jalan raya tentang radikal bebas,
antioksidan, dan tindakan pencegahan di Kecamatan Medan Amplas.
2. Mengetahui kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jenis
pekerjaan para pekerja jalan raya di Kecamatan Medan Amplas.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Para Pekerja di Jalan Raya ; penelitian ini bermaanfaat untuk menambah
pengetahuan tentang antioksidan dan radikal bebas sehingga dapat
mempergunakan informasi penelitian ini sebagai acuan dalam pencegahan
penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan saat berada / bekerja di jalan raya.
2. Instansi - Instansi Pemerintah khususnya Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas
Industri dan Tenaga Kerja, dan lain – lain ; penelitian ini bermanfaat untuk
mendata seberapa banyak tenaga pekerja yang berada di jalan raya. Dan dapat
memperlihatkan gambaran pekerja – pekerja yang terpapar akan radikal bebas
dan tidak banyak melindungi diri terutama dalam penggunaan antioksidan saat
bekerja di jalan raya.
3. Masyarakat Luas khusunya kota Medan ; penelitian ini bermanfaat untuk
menambah informasi dan wawasan tentang manfaat penggunaan dan jenis-jenis
antioksidan serta tentang bahaya radikal bebas dalam menimbulkan
penyakit-penyakit akibat pemaparan saat bekerja di jalan raya.
4. Penulis ; penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
menambah wawasan penulis tentang penggunaan antioksidan dan pemaparan
radikal bebas terhadap timbulnya suatu penyakit.
5. Pihak Lain ; hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.5. Radikal Bebas
2.5.1. Definisi Radikal Bebas
Menurut Fessendden (1986), Radikal bebas adalah atom atau molekul yang
mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan dan bersifat sangat
reaktif. Jika jumlahnya berlebihan, radikal bebas akan memicu efek patologis.
Radikal bebas yang berlebih dapat menyerang senyawa apa saja terutama yang rentan
seperti lipid dan protein dan berimplikasi pada timbulnya berbagai penyakit
degeneratif (Middleton, 2000). Hal ini dapat terjadi sebagai akibat kurangnya
antioksidan dalam tubuh, sehingga tidak mampu mengimbangi terjadinya produk
oksidasi setiap saat. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang kehilangan
pasangan elektronnya di permukaan kulit luarnya. Sebagai contoh, molekul oksigen
yang normal lengkap pasangan elektronnya rumusnya adalah O2, tetapi bila berubah
menjadi radikal bebas maka menjadi O2- atau dinamakan Superoksida
(Kumalaningsih, 2006).
2.5.2. Struktur Kimia Radikal Bebas
Atom terdiri dari nukleus, proton, dan elektron. Jumlah proton (bermuatan
positif) dalam nukleus menentukan jumlah dari elektron (bermuatan negatif) yang
mengelilingi atom tersebut. Elektron berperan dalam reaksi kimia dan merupakan
bahan yang menggabungkan atom-atom untuk membentuk suatu molekul. Elektron
mengelilingi, atau mengorbit suatu atom dalam satu atau lebih lapisan. Jika satu
lapisan penuh, elektron akan mengisi lapisan kedua. Lapisan kedua akan penuh jika
telah memiliki 8 elektron, dan seterusnya. Gambaran struktur terpenting sebuah atom
dalam menentukan sifat kimianya adalah jumlah elektron pada lapisan luarnya. Suatu
dan Reynolds, 1984). Karena atom-atom berusaha untuk mencapai keadaan stabilitas
maksimum, sebuah atom akan selalu mencoba untuk melengkapi lapisan luarnya
dengan :
a. Menambah atau mengurangi elektron untuk mengisi maupun mengosongkan
lapisan luarnya.
b. Membagi elektron-elektronnya dengan cara bergabung bersama atom yang
lain dalam rangka melegkapi lapisan luarnya (Droge, 2002).
Atom sering kali melengkapi lapisan luarnya dengan cara membagi
elektron-elektron bersama atom yang lain. Dengan membagi elektron-elektron, atom-atom tersebut
bergabung bersama dan mencapai kondisi stabilitas maksimum untuk membentuk
molekul. Oleh karena radikal bebas sangat reaktif, maka mempunyai spesifitas kimia
yang rendah sehingga dapat bereaksi dengan berbagai molekul lain, seperti protein,
lemak, karbohidrat, dan DNA. Dalam rangka mendapatkan stabilitas kimia, radikal
bebas tidak dapat mempertahankan bentuk asli dalam waktu lama dan segera
berikatan dengan bahan sekitarnya. Radikal bebas akan menyerang molekul stabil
yang terdekat dan mengambil elektron, zat yang terambil elektronnya akan menjadi
radikal bebas juga sehingga akan memulai suatu reaksi berantai, yang akhirnya terjadi
Gambar 2.1. Struktur Kimia Radikal Bebas.
Radikal bebas dapat terbentuk in-vivo dan in-vitro secara :
1. Pemecahan satu molekul normal secara homolitik menjadi dua. Proses ini
jarang terjadi pada sistem biologi karena memerlukan tenaga yang tinggi dari
sinar ultraviolet, panas, dan radiasi ion.
2. Kehilangan satu elektron dari molekul normal
3. Penambahan elektron pada molekul normal
Pada radikal bebas elektron yang tidak berpasangan tidak mempengaruhi
muatan elektrik dari molekulnya, dapat bermuatan positif, negatif, atau netral.
2.5.3. Jenis – Jenis Radikal Bebas berdasarkan Pembentukannya
Ada dua kelompok radikal bebas yaitu kelompok logam dan non-logam. Dari
kelompok logam yang paling berbahaya adalah radikal bebas Hg (merkuri). Pada
reaksi logam dan non-logam tersebut yang melibatkan radikal bebas berfungsi
sebagai zat pemacu (inisiator) yang dapat dihasilkan dengan cara berikut (Sitorus,
2008).
1. Pembentukan radikal bebas yang terimbas cahaya (fotolisis = hv)
Beberapa jenis senyawa yang menghasilkan radikal bebas terimbas cahaya (hv)
adalah sebagai berikut.
a. Keton
R – C – R CO + 2 R.
b. Hipoklorit
RO – Cl RO. + Cl.
c. Nitrit
RO – NO RO. + ON.
d. Azoalkana
R – N = N – R 2R. + N2
2. Pembentukan radikal bebas yang terimbas panas (termolisis atau pirolisis)
Beberapa jenis senyawa yang menghasilkan radikal bebas terimbas panas adalah
sebagai berikut.
a. Tetraalkil lead
PbR4 Pb + 4 R.
b. Senyawa – senyawa azo
R2 – C – N = N – C – R2 2 R2 – C. + N2
│ │ │
CN CN CN
c. Senyawa halogen (dapat juga terimbas cahaya)
X2 2 X.
3. Pembentukan radikal bebas dengan dekomposisi senyawa golongan peroksida
Senyawa peroksida yaitu senyawa yang mengandung ikatan ( - O-O - ) pada suhu
kamar (250C) akan membentuk radikal bebas secara spontan yang dapat sebagai
pemacu reaksi dengan mekanisme radikal bebas.
a. Hidrogen per-oksida
H – O – O – H 2 HO.
b. Per-anhihidrida asam
R – C – O – O – C – R 2 R – C – O. 2R. + CO2
║ ║ ║
O O O
R – O – O – R 2RO.
d. Per-asam karboksilat
R – C – O – O – H R – C – O. + HO.
║ ║
O O
2.5.4. Tipe Radikal Bebas dalam Tubuh
Menurut Araujo dan Arnal (1998), Radikal bebas terpenting dalam tubuh
adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut kelompok oksigen reaktif (reactive
oxygen species/ROS), termasuk didalamnya adalah triplet (3O2), tunggal (singlet/1O2),
anion superoksida (O2.-), radikal hidroksil (-OH), nitrit oksida (NO), peroksinitrit
(ONOO-), asam hipoklorus (HOCl), hidrogen peroksida (H2O2), radikal alkoxyl
(LO-), dan radikal peroksil (LO-2).
Radikal bebas yang mengandung karbon (CCL3-) yang berasal dari oksidasi
radikal molekul organik. Radikal yang mengandung hidrogen hasil dari penyerangan
atom H (H-). Bentuk lain adalah radikal yang mengandung sulfur yang diproduksi
pada oksidasi glutation menghasilkan radikal thiyl (R-S-). Radikal yang mengandung
nitrogen juga ditemukan, misalnya radikal fenyldiazine.
Tabel 2.1. Radikal Bebas Biologis :
KELOMPOK OKSIGEN REAKTIF
O2·? Radikal Superoksida (Superoxide radical)
·OH Radikal hidroksil (Hydroxyl radical)
ROO· Radikal peroksil (Peroxyl radical)
H2O2 Hydrogen peroksida (Hydrogen peroxide)
1
O2 Oksigen tunggal (Singlet oxygen)
NO· Nitrit oksida (Nitric oxide)
ONOO? Nitrit peroksida (Peroxynitrite)
2.5.5. Sumber Radikal Bebas
Radikal bebas yang ada ditubuh manusia berasal dari 2 sumber :
a. Endogen
b. Eksogen
a. Sumber Endogen
1. Autoksidasi :
Merupakan produk dari proses metabolisme aerobik. Molekul yang mengalami
autoksidasi berasal dari katekolamin, hemoglobin, mioglobin, sitokrom C yang
tereduksi, dan thiol. Autoksidasi dari molekul diatas menghasilkan reduksi dari
oksigen diradikal dan pembentukan kelompok reaktif oksigen. Superoksida
merupakan bentukan awal radikal. Ion ferrous (Fe II) juga dapat kehilangan
elektronnya melalui oksigen untuk membuat superoksida dan Fe III melalui proses
autoksidasi (Droge, 2002).
2. Oksidasi enzimatik
Beberapa jenis sistem enzim mampu menghasilkan radikal bebas dalam jumlah yang
cukup bermakna, meliputi xanthine oxidase (activated in ischemia-reperfusion),
prostaglandin synthase, lipoxygenase, aldehyde oxidase, dan amino acid oxidase.
Enzim myeloperoxidase hasil aktifasi netrofil, memanfaatkan hidrogen peroksida
untuk oksidasi ion klorida menjadi suatu oksidan yang kuat asam hipoklor (Inoue,
2001).
3. Respiratory burst
Merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel
fagositik menggunakan oksigen dalam jumlah yang besar selama fagositosis. Lebih
kurang 70-90 % penggunaan oksigen tersebut dapat diperhitungkan dalam produksi
superoksida (Albina dan Reicher, 2000). Fagositik sel tersebut memiliki sistem
membran bound flavoprotein cytochrome-b-245 NADPH oxidase. Enzim membran
sel seperti NADPH-oxidase keluar dalam bentuk inaktif. Paparan terhadap bakteri
mengaktifkan enzim NADPH-oxidase. Aktifasi tersebut mengawali respiratory burst
pada membran sel untuk memproduksi superoksida. Kemudian H2O2 dibentuk dari
superoksida dengan cara dismutasi bersama generasi berikutnya dari OH dan HOCl
oleh bakteri (Abate dan Patel, 1990).
b. Sumber Eksogen
1. Obat-obatan :
Beberapa macam obat dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam bentuk
peningkatan tekanan oksigen. Bahan-bahan tersebut bereaksi bersama hiperoksia
dapat mempercepat tingkat kerusakan. Termasuk didalamnya antibiotika kelompok
quinoid atau berikatan logam untuk aktifitasnya (nitrofurantoin), obat kanker seperti
bleomycin, anthracyclines (adriamycin), dan methotrexate, yang memiliki aktifitas
pro-oksidan. Selain itu, radikal juga berasal dari fenilbutason, beberapa asam fenamat
dan komponen aminosalisilat dari sulfasalasin dapat menginaktifasi protease, dan
penggunaan asam askorbat dalam jumlah banyak mempercepat peroksidasi lemak
(Inoue, 2001).
2. Radiasi :
Radioterapi memungkinkan terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
radikal bebas. Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) dan radiasi partikel
(partikel elektron, photon, neutron, alfa, dan beta) menghasilkan radikal primer
dengan cara memindahkan energinya pada komponen seluler seperti air. Radikal
primer tersebut dapat mengalami reaksi sekunder bersama oksigen yang terurai atau
bersama cairan seluler (Droge, 2002).
3. Asap rokok :
Oksidan dalam rokok mempunyai jumlah yang cukup untuk memainkan peranan
yang besar terjadinya kerusakan saluran napas. Telah diketahui bahwa oksidan asap
tembakau menghabiskan antioksidan intraseluler dalam sel paru (in vivo) melalui
mekanisme yang dikaitkan terhadap tekanan oksidan. Diperkirakan bahwa tiap
aldehida, epoxida, peroxida, dan radikal bebas lain yang mungkin cukup berumur
panjang dan bertahan hingga menyebabkan kerusakan alveoli. Bahan lain seperti
nitrit oksida, radikal peroksil, dan radikal yang mengandung karbon ada dalam fase
gas. Juga mengandung radikal lain yang relatif stabil dalam fase tar. Contoh radikal
dalam fase tar meliput i semiquinone moieties dihasilkan dari bermacam-macam
quinone dan hydroquinone. Perdarahan kecil berulang merupakan penyebab yang
sangat mungkin dari desposisi besi dalam jaringan paru perokok. Besi dalam bentuk
tersebut meyebabkan pembentukan radikal hidroksil yang mematikan dari hidrogen
peroksida. Juga ditemukan bahwa perokok mengalami peningkatan netrofil dalam
saluran napas bawah yang mempunyai kontribusi pada peningkatan lebih lanjut
konsentrasi radikal bebas (Proctor dan Reynolds, 1984).
2.5.6. Proses Pembentukan Radikal Bebas dalam Tubuh
Bagaimana radikal bebas dapat terbentuk merupakan pertanyaan yang
mendasar. Radikal bebas dapat masuk dan terbentuk ke dalam tubuh melalui
pernafasan, kondisi lingkungan yang tidak sehat, dan makanan berlemak. Menurut
Kumalaningsih (2006) penjabaran ketiga cara tersebut adalah sebagai berikut.
a. Melalui pernafasan
Saat kita melakukan pernafasan akan masuk oksigen (O2) yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh untuk proses pembakaran gula menjadi CO2, H2O, dan energi. Dalam hal
ini O2 sangat berperan karena bila tidak ada O2 proses kehidupan akan tidak lancar
dan membahayakan bagi tubuh kita sendiri. Tetapi dengan bernafas atau oksigen yang
berlebihan saat olahraga terjadi reaksi yang kompleks dalam tubuh dan menghasilkan
produk-produk sampingan berupa radikal bebas, yaitu radikal oksigen singlet, radikal
peroksida lipid, radikal hidroksil, radikal superoksida. Semua radikal bebas oksigen
ini sangat cepat merusak jaringan- jaringan sel.
b. Lingkungan tidak sehat
Pembakaran yang tidak sempurna misalnya asap rokok yang tidak menghasilkan
yang berbahaya sekali bagi paru-paru. Di samping itu juga dari asupan makanan yang
mengandung logam-logam berat memungkinkan terbentuknya radikal bebas akibat
oksidasi dari luar. Beberapa macam radikal bebas antara lain superoksida (O2-),
hidrogen peroksida (H2O2), hidroxyl radical OH, singlet oxygen O2, hypoclorus
radical OCL, ozone O3.
c. Makanan berlemak
Lemak sangat bermanfaat bagi tubuh kita tetapi konsumsi lemak yang berlebihan
khususnya konsumsi lemak polyunsaturated dan lemak hydrogenasi sangat berpotensi
menghasilkan radikal bebas. Lemak polysaturated, lemak ini disebut juga lemak tidak
jenuh artinya lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada atom C-nya. Adanya
ikatan rangkap tersebut mudah sekali dioksidasi atau terserang peroksidasi lipid
membentuk radikal peroksida lipid. Makanan yang banyak mengandung lemak
polyunsaturated antara lain mayones dan saos salad akan mudah sekali terserang
radikal bebas. Lemak hidrogenasi, adalah lemak yang ikatan rangkap tak jenuhnya
telah disubtitusi dengan hidrogen, lemak ini disebut margarin atau mentega tiruan.
Lemak hidrogenasi sangat berbahaya karena dapat mengubah kemampuan serap
selaput sel sehingga mengakibatkan fungsi selaput sel sebagai pelindung menjadi
tidak berarti (Kumalaningsih, 2006).
2.5.7. Mekanisme Kimiawi Radikal Bebas
Menurut Sitorus (2008), Mekanisme radikal bebas melalui tiga tahapan
sebagai berikut : Inisiasi (permulaan), Propagasi (pertumbuhan = perambatan),
Terminasi (penghentian).
Misalkan mekanisme klorinasi metana dengan persamaan reaksi berikut yang
dapat terimbas cahaya maupun terimbas panas.
CH4 + Cl2 CH3 – Cl + CH2Cl2 + CH – Cl3 + CCL4 + Produk lainya.
Mekanismenya adalah sebagai berikut.
2. Propagasi, Selanjutnya radikal Cl. pada inisiasi akan menghasilkan sederet reaksi
pertumbuhan sebagai berikut.
Cl. + H – CH3 H3C. + H – Cl
H3C. + Cl – Cl CH3Cl + Cl.
ClH2C – H + Cl.ClH2C. + HCl
ClH2C. + Cl – Cl CH2Cl2 + Cl.,
dan seterusnya membentuk CHCl3 dan CCl4
3. Terminasi, Daur propagasi akan terputus pada terminasi dengan terjadinya reaksi
penggabungan (coupling).
Cl. + H3C. CH3 – Cl
H3C + H3C CH3 – CH3
Gambar 2.2. Diagram Energi Reaksi Radikal Bebas
2.5.8. Mekanisme Radikal Bebas dalam Merusak Organ Tubuh Manusia
Radikal bebas diproduksi dalam sel yang secara umum melalui reaksi
pemindahan elektron, menggunakan mediator enzimatik atau non-enzimatik.
Produksi radikal bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin maupun sebagai reaksi
terhadap rangsangan. Secara rutin adalah superoksida yang dihasilkan melalui aktifasi
fagosit dan reaksi katalisa seperti ribonukleotida reduktase. Sedang pembentukan
melalui rangsangan adalah kebocoran superoksida, hidrogen peroksida dan kelompok
Koordinat Reaksi H3C(I = Intermediet)
Ea2
Produk (campuran) Ea1
CH4 + X
KP1
KP2
oksigen reaktif (ROS) lainnya pada saat bertemunya bakteri dengan fagosit teraktifasi.
Pada keadaan normal sumber utama radikal bebas adalah kebocoran elektron yang
terjadi dari rantai transport elektron, misalnya yang ada dalam mitokondria dan
endoplasma retikulum dan molekul oksigen yang menghasilkan superoksida (Abate
dan Patel, 1990). Dalam kondisi yang tidak lazim seperti radiasi ion, sinar ultraviolet,
dan paparan energi tinggi lainnya, dihasilkan radikal bebas yang sangat berlebihan
(Droge, 2002).
Gambar 2.3. Sistem Oksigen Aktif Reaksi Perusakan oleh Radikal Bebas
Definisi tekanan oksidatif (oxidative stress) adalah suatu keadaan dimana tingkat
oksigen reaktif intermediate (ROI) yang toksik melebihi pertahanan anti-oksidan
endogen. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi
dengan lemak, protein, asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan
disfungsi organ tertentu. Lemak merupakan biomolekul yang rentan terhadap
serangan radikal bebas.
a. Peroksidasi lemak
Membran sel kaya akan sumber poly unsaturated fatty acid (PUFA), yang mudah
dirusak oleh bahan-bahan pengoksidasi; proses tersebut dinamakan peroksidasi lemak.
Hal ini sangat merusak karena merupakan suatu proses berkelanjutan. Pemecahan
hidroperoksida lemak sering melibatkan katalisis ion logam transisi (Droge, 2002).
L· + O2→ LOO· ;
LOO· + L'H → LOOH + L'· ;
LOOH → LO·, LOO·, aldehydes.
b. Kerusakan protein
Protein dan asam nukleat lebih tahan terhadap radikal bebas daripada PUFA,
sehingga kecil kemungkinan dalam terjadinya reaksi berantai yang cepat. Serangan
radikal bebas terhadap protein sangat jarang kecuali bila sangat ekstensif. Hal ini
terjadi hanya jika radikal tersebut mampu berakumulasi (jarang pada sel normal), atau
bila kerusakannya terfokus pada daerah tertentu dalam protein. Salah satu penyebab
kerusakan terfokus adalah jika protein berikatan dengan ion logam transisi (Proctor
dan Reynolds, 1984).
c. Kerusakan DNA
Seperti pada protein kecil kemungkinan terjadinya kerusakan di DNA menjadi suatu
reaksi berantai, biasanya kerusakan terjadi bila ada lesi pada susunan molekul,
apabila tidak dapat diatasi, dan terjadi sebelum replikasi maka akan terjadi mutasi.
Radikal oksigen dapat menyerang DNA jika terbentuk disekitar DNA seperti pada
radiasi biologis (Allen dan Tressini, 2000).
2.5.9. Penyakit – Penyakit akibat Paparan Radikal Bebas
Telah dikemukakan diatas bahwa setiap radikal mempunyai suatu elektron
yang tidak berpasangan di permukaan kulit luarnya sehingga dia berusaha mencapai
elektron dari jaringan- jaringan yang ada di dalam tubuh kita yang disusun oleh
sel-sel. Setiap sel memiliki selaput lemak atau lipid yang melindunginya. Radikal bebas
yang masuk ke dalam tubuh kita mulai merusak sel, lalu protein, enzim dan kemudian
inti sel dimana DNA dibentuk yang menyebabkan kerusakan-kerusakan pada sel-sel
kita yang berakibat timbulnya berbagai penyakit sebagai berikut (Gomall, 1986).
1. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyakit jantung koroner (PJK) menjadi silent killer nomor satu. Hal ini disebabkan
teroksidasi antara lain oleh radikal bebas. LDL yang teroksidasi akan mengendap di
pembuluh darah jantung sehingga menjadi sempit dan aliran darah terganggu
sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup nutrisi dan mati.
2. Penyakit Kanker
Kanker disebabkan oleh adanya serangan radikal bebas pada DNA dan RNA dalam
sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang abnormal akan merusak
jaringan. Selain itu, kanker timbul karena didalam tubuh kita juga terdapat senyawa
penyebab timbulnya kanker atau karsinogen akibat pembakaran yang tidak sempurna.
Salah satu paling berbahaya adalah hidrokarbon aromatik.
3. Penyakit Katarak
Kerusakan protein akibat elektronnya diambil oleh radikal bebas dapat
mengakibatkan sel-sel jaringan dimana protein tersebut berada menjadi rusak yang
banyak terjadi adalah pada lensa mata sehingga menyebakan katarak.
4. Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif atau kamerosotan fungsi tubuh disebabkan antara lain karena
asam lemak tak jenuh dalam jaringan sel terserang oleh radikal bebas sehingga terjadi
reaksi antar sel dan menghasilkan senyawa peroksida yang merusak sel.
5. Proses Penuaan
Dalam tubuh sebenarnya ada enzim yang dapat menangkal radikal bebas, akan tetapi
karena ulah manusia mengakibatkan enzimatis tidak pernah mencapai 100%. Akibat
dari kerusakan jaringan ini secara pelan-pelan menyebabkan elastisitas kolagen
merosot dan kulit menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan.
2.6. Antioksidan
2.6.1. Definisi Antioksidan
Menurut Kochhar dan Rossell (1990) mendefinisikan antioksidan sebagai
Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah
terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid.
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal
bebas (Kumalaningsih, 2006).
2.6.2. Jenis – Jenis Antioksidan berdasarkan Sumbernya
Menurut Amarowicz (2000), Sumber-sumber antioksidan dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang
diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil
ekstraksi bahan alami).
Menurut Kumalaningsih (2006), terdapat tiga jenis antioksidsan yaitu : 1.)
Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang berupa enzim-enzim. 2.)
Antioksidan alami yang diperoleh dari hewan dan tumbuhan. 3.) Antioksidan sintetik
yang dibuat dari bahan-bahan kimia.
Antioksidan sintetik adalah antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis
reaksi kimia. Senyawa fenol sintetis seperti Butil hidroksianisol (BHA) dan Butil
hidroksitoluen (BHT) bukan antioksidan yang baik, sebab pada pemaparan yang lama
dapat menyebabkan efek negatif terhadap kesehatan serta meningkatkan terjadinya
karsinogenesis (Rohman dan Riyanto, 2004). Antioksidan alami adalah antioksidan
hasil ekstraksi bahan alam. Antioksidan alami seperti α-tokoferol dan asam askorbat,
memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil, tetapi aktivitasnya lebih tinggi
daripada antioksidan sintetik (Miranda, 2005).
Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diijinkan penggunaanya untuk
makanan dan penggunaannya telah sering digunakan, yaitu butil hidroksi anisol
(BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat (PG), tert-butil hidoksi quinon
(TBHQ), NDGA dan tokoferol. Antioksidan-antioksidan tersebut merupakan
Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari (a) senyawa antioksidan yang
sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, (b) senyawa antioksidan yang
terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan, (c) senyawa antioksidan yang
diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan
pangan (Pratt, 1992).
Senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami adalah yang berasal
dari tumbuhan yaitu tokoferol, vitamin C, betakaroten, flavonoid, dan senyawa
fenolik. Isolasi antioksidan alami telah dilakukan dari tumbuhan yang dapat dimakan,
tetapi tidak selalu dari bagian yang dapat dimakan. Antioksidan alami tersebar di
beberapa bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji
dan serbuk sari (Pratt, 1992). Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah
senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan
asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-asam organik polifungsional. Golongan
flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon,
kateksin, flavonol dan kalkon. Sementara turunan asam sinamat meliputi asam kafeat,
asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain (Nakatani,1992).
2.6.3. Jenis – Jenis Antioksidan berdasarkan Fungsinya
Menurut Rice-Evans (1997) dalam Kumalaningsih (2007), atas dasar
fungsinya terdapat lima jenis antioksidan yaitu :
a. Antioksidan Primer
Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas baru
karena dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang
dampak negatifnya, yaitu sebelum sempat bereaksi. Antioksidan primer yang ada
dalam tubuh yang sangat terkenal adalah enzim superoksida dismutase.
b. Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap radikal
lebih besar. Contoh yang populer, antioksidan sekunder adalah vitamin E, vitamin C
dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-buahan.
c. Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan
yang rusak karena serangan radikal bebas. Biasanya yang termasuk kelompok ini
adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase yang dapat memperbaiki
DNA dalam inti sel. Enzim tersebut bermanfaat untuk perbaikan DNA penderita
kanker.
d. Oxgygen Scavanger
Antioksidan yang termasuk oxygen scavanger yang mampu mengikat oksigen
sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi, misalnya vitamin C.
e. Chelators atau Sequesstrants
Senyawa yang dapat mengikat logam sehingga logam tersebut tidak dapat
mengkatalis reaksi oksidasi. Akibatnya kerusakan dapat dicegah. Contoh senyawa
tersebut adalah asam sitrat dan asam amino. Tubuh dapat menghasilkan antioksidan
yang berupa enzim yang aktif bila didukung oleh nutrisi pendukung atau mineral
yang disebut juga ko-faktor. Antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh antara lain
adalah superoksida dismutase, glutathione peroksidase, dan katalase.
2.6.4. Mekanisme Kerja Antioksidan
Antioksidan adalah bahan tambahan yang digunakan untuk melindungi
komponen-komponen makanan yang bersifat tidak jenuh (mempunyai ikatan
rangkap), terutama lemak dan minyak. Meskipun demikian antioksidan dapat pula
digunakan untuk melindungi komponen lain seperti vitamin dan pigmen, yang banyak
mengandung ikatan rangkap di dalam strukturnya (Kelly, 2002).
Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi
lemak. Untuk mempermudah pemahaman tentang mekanisme kerja antioksidan perlu
dijelaskan lebih dahulu mekanisme oksidasi lemak. Menurut Sitorus (2008), Oksidasi
tahap inisisasi terjadi pembentukan radikal asam lemak, yaitu senyawa turunan asam
lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat dari hilangnya satu atom
hidrogen (reaksi 1). Pada tahap selanjutnya, yaitu propagasi, radikal asam lemak akan
bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi (reaksi 2). Radikal peroksi lebih
lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru (reaksi 3).
Inisisasi : RH – – R* + H* (1)
Propagasi : R* + O2 – – ROO* (2)
ROO* + RH – – ROOH + R* (3)
Hidroperoksida yang terbentuk bersifat tidak stabil dan akan terdegradasi
lebih lanjut menghasilkan senyawa-senyawa karbonil rantai pendek seperti aldehida
dan keton yang bertanggung jawab atas flavor makanan berlemak.
Antioksidan yang baik akan bereaksi dengan radikal asam lemak segera
setelah senyawa tersebut terbentuk. Dari berbagai antioksidan yang ada, mekanisme
kerja serta kemampuannya sebagai antioksidan sangat bervariasi. Seringkali,
kombinasi beberapa jenis antioksidan memberikan perlindungan yang lebih baik
(sinergisme) terhadap oksidasi dibanding dengan satu jenis antioksidan saja. Sebagai
contoh asam askorbat seringkali dicampur dengan antioksidan yang merupakan
senyawa fenolik untuk mencegah reaksi oksidasi lemak. Dalam proses melumpuhkan
radikal bebas, vitamin E menjadi pelopor diikuti oleh vitamin C dan dengan bantuan
senyawa glutathion, betakaroten, seng, mangan, dan selenium akan memudahkan
pelumpuhan radikal bebas. (Pratt, 1990).
2.6.5. Antioksidan di dalam Tubuh untuk Pertahanan Sel
Sifat reaktif yang tersebar dari sistem pembentukan radikal dalam sel
menyebabkan evolusi mekanisme pertahanan terhadap efek perusakan suatu bahan
teroksidasi kuat. Gambar dibawah ini menunjukkan aktifitas enzim intraseluler
superoksida dan hidrogen peroksida. GSH (glutation) peroksidase mereduksi
peroksida hidrogen dan organik menjadi air dan alcohol (Inoue, 2001).
GSH S-transferase melakukan pemindahan residu glutation menjadi metabolit
elektrofilik reaktif dari xenobiotic (Poli, 1993).
Produksi glutation teroksidasi (GSSG) direduksi secara cepat oleh reaksi yang
menggunakan NADPH yang dihasilkan dari berbagai sistem intraseluler, diantaranya
hexose-monophosphate shunt. Berbagai isoenzim organel spesifik dari dismutase
superoksida juga ditemukan. SOD Zn, Cu merupakan sitoplasmik, sedangkan enzim
Zn, Mn mitokondrial. Isoenzim ini tidak ditemukan dalam cairan ekstraseluler (Poli,
1993).
Gambar 2.4. Enzim-Enzim Pertahanan Antioksidan
Beberapa bahan tereduksi (tabel 2) juga bekerja sebagai antioksidan, reduksi
kelompok radikal aktif seperti radikal peroksi dan hidroksi menjadi bentuk yang
kurang reaktif misalnya air. Seperti halnya pembangkitan kembali oksigen singlet.
Penggabungan tersebut juga mengakhiri reaksi radikal berantai (Inoue, 2001).
Pertahanan antioksidan kimiawi bagai pedang bermata dua. Pertama, saat
bahan tereduksi menjadi radikal maka derivat radikalnya juga terbentuk. Sehingga,
jika suatu radikal sangat tidak stabil, reaksi radikal berantai mungkin akan berlanjut.
Kedua, bahan tereduksi dapat mereduksi oksigen menjadi superoksida atau peroksida
merupakan radikal hidroksil dalam reaksi auto-oksidasi. Ascorbat dan asam urat
baik melalui reduksi aktifator oksigen lain seperti rangkaian logam transisi atau
quinone, atau bertindak sebagai kofaktor enzim (Poli, 1993).
Proses tersebut dapat melibatkan kemampuan askorbat untuk depolimerisasi
DNA, hambatan Na+/K+ ATPase otak, potensiasi toksisitas paraquat, dan sebagai
mediator peroksidasi lemak. Juga mempunyai kontribusi kelainan patofisiologi dari
metabolisme purin. Sifat yang sesungguhnya campuran pro atau antioksidan untuk
bahan pereduksi khusus adalah integrasi kompleks dari beberapa faktor. Pada kasus
zat pembersih radikal hidroksil, produk dari interaksi radikal dengan antioksidan
umumnya kurang reaktif dibanding radikal hidroksil. Radikal yang terbentuk tersebut
cukup stabil dan dalam konsentrasi cukup tinggi namun dapat terjadi mekanisme
seperti pada glutation dan superoksida. pH sangat mempengaruhi reduksi langsung
oksigen menjadi superoksida oleh senyawa sulfidril, sedangkan faktor lokal lainnya
seperti konsentrasi molar dari molekul oksigen juga punya peranan penting (Inoue,
2001). Oksigen singlet dan bagian triplet molekul yang tereksitasi mungkin
disempurnakan melalui interaksi bersama sistem konjugasi sistem diene seperti yang
ditemukan pada karoten, tokoferol, atau melanin. Seperti antioksidan pereduksi,
senyawa tersebut dapat juga menghasilkan jenis elektron aktif dan mungkin juga
penyakit (Inoue, 2001).
Tabel 2.2. Antioksidan dan Enzim Pembersih (Scavenging) :
Antioksidan
Antioksidan utama didalam dan diluar sel. Dalam sel 2-10
mM, plasma 5-25 μM
Cysteine dan homocysteine
Antioksidan hidrofilik pada ekstraseluler 40-140 μM dalam
plasma
Pembersih pada ruang hidrofobik dalam plasma terikat pada
LDL 0.5-1.6 mg/dl (10-40 μM)
0.055 mg/dl
Hasil metabolik adenosin dan xantine. Antioksidan kuat
terhadap radikal hidroksil (HO●)
Antiokasidan hidrofobik terikat pada albumin 20 μM
Enzim pembersih
Terdapat pada semua sel mamalia Sitosol, eritrosit 2300 unit/g Hb Mitokondria
Plasma dan endotel permukaan, terikat pada heparin
Peroksisum, RBC 153.000 unit/g Hb Sitosol (75%), mitokondria (25%)
Antioksidan kuat 0.5 mM dalam plasma Aktifitas feroksidase 15-60 mg/dl plasma Membersihkan Fe bebas 200-400 mg/dl
Metalothionein Membersihkan logam berat
2.6.6. Sumber dan Manfaat Antioksidan Alami dalam Menangkal Radikal Bebas
Menurut Shahidi (1991) dalam Kumalaningsih (2006), ada banyak bahan
pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan alami seperti rempah-rempah,
dedaunan, teh, kokoa, biji-bijian, serelia, buah-buahan, sayur-sayuran, dan
tumbuhan/alga laut. Dari semua sumber-sumber tersebut, beberapa macam
antioksidan yang penting terkandung didalamnya yaitu sebagai berikut.
1. Vitamin E
Vitamin E atau Tokoferol tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak atau minyak.
Terdapat 8 (delapan) bentuk vitamin E yaitu 4 (empat) tokoferol alfa, beta, gamma,
dan delta serta 4 (empat) tokotrienol. Dari delapan bentuk tersebut yang bermanfaat
bagi aktivitas biologis dalam tubuh adalah alfa yang ditemukan dalam darah dan
jaringan tubuh yang berfungsi sebagai antioksidan primer yang dapat mengakhiri
rentetan reaksi radikal bebas.
Tabel 2.3. Sumber Vitamin E Berdasarkan Ukuran Saji :
Bahan pangan Ukuran saji Kandungan Vit.E /
(Sumber: Anonymous, 2005) 2. Vitamin C
Vitamin C merupakan antioksidan yang tangguh. Ia membantu menjaga kesehatan sel,
meningkatan penyerapan zat besi, dan memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Bagi
pria, antioksidan ini memperbaiki mutu sperma, dengan cara mencegah radikal bebas
merusak lapisan pembungkus sperma. Asupan vitamin C terbatas menjadi salah satu
faktor penentu kesuburan. Di samping berfungsi sebagai antioksidan, vitamin C
memiliki fungsi menjaga dan memelihara kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler,
kesehatan gigi dan gusi. Vitamin C membantu penyerapan zat besi dan dapat
menghambat nitrosamin, zat pemicu kanker. Vitamin C juga membantu
penyembuhan luka. Vitamin C sudah mengalami perkembangan, sampai sekarang ada
3 generasi vitamin C. Generasi pertama adalah asam askorbat, generasi kedua adalah
vitamin C penyangga atau buffer, dan generasi ketiga adalah Ester-C®. Kebutuhan
vitamin C yang dianjurkan adalah sebesar 30 – 60 mg per hari. Sedangkan rata-rata
kecukupan vitamin C untuk keluarga adalah sebesar 53,7 ± 2,2 mg. Sumber utama
vitamin C adalah dari buah-buahan dan sayur-sayuran, sedangkan bahan makanan
yang berasal dari hewani pada umunya tidak merupakan sumber yang kaya akan
vitamin C.
Tabel 2.4. Buah-buahan Sumber Vitamin C:
No. Nama Bahan
(Sumber: John M deMAN, 1997)
Tabel 2.5. Sumber Vitamin C dari Sayuran:
No. Nama Bahan Makanan Kandungan Vitamin C per 100 gram Bahan (mg)
(Sumber: John M deMAN, 1997) 3. Vitamin A
Vitamin A adalah istilah umum untuk suatu kelompok senyawa yang memiliki
aktivitas biologi dari retinol dan merupakan zat gizi esensial untuk penglihatan,
reproduksi, pertumbuhan, diferensiasi epitelium, dan sekresi lendir/getah. Sumber
ke hati untuk disimpan. Kata “karoten” berasal dari kata Latin yang berarti wortel
(carrot), yaitu pigmen warna kuning dan oranye pada buah dan sayuran. Salah satu
anggota senyawa karoten yang banyak dikenal adalah β-karoten, yaitu senyawa yang
akan dikonversikan jadi vitamin A (retinol) oleh tubuh. Itu sebabnya, β-karoten sering disebut pro-vitamin A (sumber vitamin A).
Tabel 2.6. Sumber Vitamin A :
No. Sumber
Kandungan Vitamin A (S.I) dalam 100 gr bahan
Senyawa fenolik adalah senyawa antioksidan alami yang berupa flavonoid, turunan
asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik. Komponen senyawa
fenolik bersifat polar dn memiliki fungsi antara lain sebagai penangkap radikal bebas
dan peredam terbentuknya oksingen singlet. Senyawa fenolik dapat larut dalam air.
Tumbuh-tumbuhan yang termasuk senyawa fenolik dan sangat bagus sebagai
antioksidan karena memiliki aroma dan rasa yang menyegarkan, antara lain: Jahe
( Zingiber Officinale ), Bawang Putih ( Allium Sativum ), Kunyit ( Curcuma Sp ),
dan Teh ( Camellia Sp ).
5. Anthosianin
Anthosianin adalah senyawa flavonoid yang merupakan sekelompok zat warna
berwarna kemerahan yang larut dalam air dan tersebar sangat luas di dunia
tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu, dapat juga digunakan sebagai pewarna alami yang
tersebar luas dalam tumbuhan (bunga, buah-buahan, dan sayuran). Pigmen yang
dapat dilakukan pada pH rendah seperti untuk minuman ringan, minuman beralkohol,
manisan, saos, pikel, makanan beku atau kalengan serta yoghurt. Jenis tumbuhan dan
buah yang banyak mengandung zat anthosianin adalah Ubi Jalar Ungu ( Ipomea
Batatas Var Ayamurasaki ) dan Stroberi.
6. Isoflavon
Isoflavon dapat ditemukan pada kacang-kacangan terutama kedelai yang diyakini
memiliki sifat estrogenik, antikarsinogenik, antiosteoporoisitik, antioksidan, dan
dapat juga memperbaiki sindroma menopouse. Pada olahan kedelai yaitu tempe
memiliki kandungan senyawa isoflavon dengan aktivitas antioksidan dan anti
hemolitik, senyawa tersebut ialah yang disebut dengan faktor 2, genisten, dan
daidzein.
2.6.7. Metabolisme Antioksidan dalam Tubuh
Liver adalah organ utama untuk membersihkan zat-zat toksin berasal dari
bakteri maupun zat kimia seperti indotoksin, oksidan, dan pro-oksidan. Untuk
melakukan detoksikasi dari bahan berbahaya tersebut, liver mengandung antioksidan
dengan berat molekul rendah dan enzim yang merusak kelompok oksigen reaktif
(reactive oxygen species. ROS) yaitu glutation tereduksi (GSH), vitamin C, vitamin E,
superoksid dismutase (SOD), glutation peroksidase, dan katalase (Inoue, 2001).
2.7. Tindakan Pencegahan dalam Menangkal Radikal Bebas
Menurut Dr. Kenneth H. Cooper, Ada 4 (empat) langkah yang dapat dilakukan
yang menjadi pencetus Preventive Medicine untuk melawan radikal bebas yang
berbahaya dalam tubuh kita yaitu : 1. Berolah raga dengan intensitas rendah. 2.
Mengkombinasi beberapa antioksidan setiap hari. 3. Mengatur diet dan memasak
secara benar agar antioksidan dalam makanan tidak rusak. 4. Bergaya hidup bebas
Berikut merupakan ulasan dan saran-saran bagaimana cara memahami 4
(empat) langkah yang dapat dilakukan tersebut menjadi pencetus Preventive Medicine
diatas.
Langkah 1 : Lakukan Olah Raga Dengan Intensitas Rendah
Pada keadaan normal radikal bebas terbentuk secara amat perlahan kemudian
dinetralisir oleh antioksidan yang ada dalam tubuh. Namun jika laju pembentukan
radikal bebas sangat meningkat karena terpicu oleh latihan yang terlalu keras atau
berolahraga secara berlebihan sehingga jumlah radikal bebas akan terbentuk melebihi
kemampuan sistem pertahanan tubuh, maka molekul pemberontak tambahan yang
tidak dapat dicegah ini lalu menyerang membran sel , sehingga terjadi kerusakan pada
sel-sel tubuh kita yang mengakibatkan timbulnya penyakit . Sebaliknya dengan
meningkatkan ketahanan tubuh kita secara bertahap melalui program latihan olah raga
dengan intensitas rendah yang disarankan seperti jalan cepat, jogging, berenang, dan
bersepeda statis ini, dapat meningkatkan enzim antioksidan endogen seperti enzim
superoksid dismutase, glutation peroksidase dan katalase untuk mencegah kerja setiap
radikal bebas yang merusak.
Langkah 2 : Gunakan Kombinasi Beberapa Antioksidan Setiap Hari
Seperti kita ketahui campuran antioksidan ada beraneka ragam bergantung pada usia,
jenis kelamin, dan tingkat kegiatan , serta bobot badan kita. Banyak pandangan sangat
meyakini bahwa kebutuhan semua vitamin dan mineral dapat kita peroleh dari
makanan yang kita makan melalui menu harian kita, ternyata tidak semudah itu.
Untuk memperoleh vitamin E dengan dosis 100 IU dimana jumlah dosis itu lebih
kecil dari dosis optimum harian rata-rata yang disarankan oleh para ahli nutrisi, kita
harus makan dua mangkuk kemiri, atau semangkuk biji bunga matahari dan bila kita
memakannya maka pemasukan lemak dan kalori akan luar biasa banyaknya. Untuk
memperoleh 1000 mg vitamin C diperlukan mengkonsumsi 15 buah jeruk, atau 25
buah cabe hijau, atau untuk memperoleh 25.000 – 50.000 IU beta karoten diperlukan
squash. Bila kita melihat contoh diatas maka jalan terbaik untuk dapat mencukupi
vitamin atau mineral adalah menyusun dan mengkonsumsi beberapa suplemen yang
disesuaikan dengan kebutuhan kita sendiri. Pengunaan suplemen makanan ini
tentunya tergantung dari pada usia, jenis kelamin, tingkat kegiatan, bobot badan serta
penyakit yang sedang diderita oleh kita.
Langkah 3 : Cara Memasak dan Cara Diet Agar Antioksidan Dalam Makanan Tidak Rusak
Sekalipun kita mengetahui suatu makanan mengandung banyak antioksidan, ini tidak
berarti bahwa jika kita memakannya akan memperoleh seluruh keuntungan yang
terdapat di dalam makanan tersebut. Nilai gizi makanan dapat hilang banyak selama
pegemasan, penyimpanan, pemasakan, atau penyiapan lain. Sebagai paduan didalam
menyiapkan makanan ingatlah hal-hal berikut ini :
1. Perubahan nilai PH nya , keasaman, atau kebasaannya makanan dapat terjadi
selama proses pembuataannya. Penambahan zat tambahan misalnya vetsin, dan
lain-lain.
2. Metode masak terbaik untuk mempertahankan kandungan antioksidan adalah :
Microwave, Uap, Tumis.
3. Hindari bahan-bahan yang sudah layu dalam mengolah makanan.
4. Hindari pemotongan, perajangan, pengirisan, pembilasan, atau perendaman yang
berlebihan.
5. Cobalah mengkonsumsi air yang kita gunakan dalam merebus bahan makanan
mungkin antioksidan ada didalamnya.
6. Jangan menyimpan di kulkas makanan yang telah dimasak lebih dari satu hari
tanpa mengunakan wadah yang kedap udara.
7. Jangan menghangatkan kembali makanan nabati yang telah dimasak satu kali.
8. Hindari mempertahankan kehangatan makanan selama lebih dari 30 menit
sebelum dihidangkan.
Langkah 4 : Gaya Hidup Bebas Dari Radikal Bebas.
Tidak ada jalan untuk mundur atau melarikan diri ke suatu lingkungan yang
betul-betul bebas dari gangguan radikal bebas. Dengan hidup di tengah masyarakat modern
kita akan terpapar oleh berbagai pemicu dari lingkungan yang memacu pembentukan
molekul radikal bebas yang bisa merusak dalam tubuh kita. Kendati demikian kita
dapat meminimalisasi ancaman radikal bebas terhadap kesehatan kita dan membuat
hidup kita lebih panjang serta menjadi lebih produktif secara maksimal. Seperti kita
ketahui, olah raga yang tidak berlebihan, mengkonsumsi suplemen antioksidan, dan
tata menu makanan yang benar dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
radikal bebas secara bemakna. Akan tetapi untuk memperoleh pertahanan yang
betul-betul sempurna perlu juga dilakukan tindakan pencegahan yang memungkinkan
hadirnya radikal bebas dalam diri kita. Ini berarti bahwa kita harus belajar mengenali
dan mengurangi atau bahkan menghilangkan faktor-faktor yang dapat terus-menerus
memacu pembentukan radikal bebas dalam tubuh kita.
Tahap terakhir ini merupakan tahap yang tersulit karena beberapa hal yaitu :
1. Berhadapan dengan kebiasaan-kebiasaan pribadi yang sudah berakar kuat
misalnya merokok.
2. Mengatasi berbagai hambatan yang tampaknya sulit teratasi misalnya pencemaran
udara di tempat kita hidup atau bekerja.
Kenyataan tersebut diatas jangan menyurutkan semangat kita untuk dapat
menghindari dari semua radikal bebas yang berlebihan yang dapat mempengaruhi
kesehatan tubuh kita. Memang suatu pekerjaan yang sulit untuk menghilangkan sama
sekali radikal bebas yang sangat banyak ini, tetapi paling tidak dengan mengetahui
radikal bebas tersebut, dapat kita meminimalkan terpaparnya sehingga rencana dapat
kita buat untuk pertahanan seumur hidup terhadap ancaman molekul-molekul
pemberontak itu. Sekarang kita telah memiliki 4 (empat) pelindung utama untuk
mencegah kerusakan akibat radikal bebas yaitu olah raga dengan intensitas rendah,