• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Melalui Pasar Modal: Studi Mengenai Go Public Pt. Krakatau Steel (Persero) Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Hukum Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Melalui Pasar Modal: Studi Mengenai Go Public Pt. Krakatau Steel (Persero) Tbk"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK

NEGARA (BUMN) MELALUI PASAR MODAL:

STUDI MENGENAI GO PUBLIC

PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

TESIS

OLEH

TRI MURTI LUBIS 097005045/ ILMU HUKUM

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(2)

ANALISIS HUKUM PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA

(BUMN) MELALUI PASAR MODAL: STUDI MENGENAI GO PUBLIC

PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum

dalam Program Studi Ilmu Hukum Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH

TRI MURTI LUBIS 097005045/ ILMU HUKUM

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(3)

ABSTRAK

BUMN sebagai salah satu pelaku bisnis dalam perekonomian Indonesia, di samping sektor swasta dan koperasi, diharapkan dapat melaksanakan perannya secara aktif dalam pengembangan ekonomi nasional guna mewujudkan sebesar-besar kemakmuran bagi rakyat. Namun dalam pelaksanaannya, menunjukkan bahwa sektor BUMN belum menunjukan kinerja yang optimal bagi pengembangan ekonomi nasional, apabila dibandingkan dengan sektor swasta. Bahkan tidak sedikit BUMN yang tidak sehat yang masih terus mendapatkan suntikan dana dari pemerintah sementara hasil keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan suntikan dana tersebut, atau bahkan merugi. Untuk itu upaya pembenahan BUMN harus segera diwujudkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam hal pembenahan BUMN yaitu privatisasi BUMN. Privatisasi melalui penawaran umum perdana (IPO) maksudnya yaitu pemerintah menjual kepada publik semua atau sebagian saham yang dimiliki atas BUMN tertentu kepada publik melalui pasar modal, tetapi umumnya pemerintah hanya menjual sebagian dari yang dimiliki atas BUMN tersebut. Permasalahan hukum yang muncul yaitu pada saat publik diramaikan oleh kasus murahnya harga saham perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, yaitu kisaran harga yang ditetapkan sebesar Rp. 800-Rp. 1.050, Pemerintah memilih menetapkan harga terendah yaitu Rp. 850,. Muncul polemik di tengah masyarakat dengan mengatakan bahwa penetapan harga perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk sebesar Rp.850,-per lembar saham terlalu rendah dan tidak wajar serta alokasi penjatahan saham yang tidak transparan, yang menjadi permasalahan dalam tesis ini yaitu mengapa BUMN perlu diprivatisasi, bagaimana proses privatisasi BUMN melalui initial public offering, serta apakah privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk telah memenuhi ketentuan perundang-undangan

Penulisan tesis ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero),Tbk.

(4)

Disarankan agar privatisasi menerapkan Good Corporate Governance sehingga BUMN berdaya saing tinggi dan memberikan kontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, diharapkan agar privatisasi BUMN memprioritaskan metode melalui Initial Public Offering (IPO) dan diharapkan underwriter bertindak independen dalam hal penetapan harga saham perdana dan alokasi penjatahan saham.

(5)

ABSTRACT

SOEs as one businessman in the Indonesian economy, in addition to private and cooperative sector, is expected to carry out its role more actively in the development of national economy in order to realize the maximum prosperity for the people. But in practice, showing that the SOEs sector has not shown that optimal performance for the development of national economy, when compared with the private sector. Not even a little unhealthy SOEs which still continue to get cash injection from the government while the benefits are not comparable with the injection of funds, or even losing money. For that effort to reform SOE should be immediately implemented to overcome these problems. One of the efforts made by the government in terms of SOEs reform is the privatization of SOEs. Privatization through public offering (IPO), meaning that the government sold to the public all or a portion of shares held for a certain state to the public through the capital markets, but governments generally sell only a portion of the state-owned above. Legal issues that arise during the public that is enlivened by case cheap price IPO of PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, the price range set at Rp. 800-USD. 1050, the Government chose the lowest price of Rp. 850,. Polemics appeared in the community by saying that the initial price determination PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk amounting to Rp.850,-per share was too low and not fair and the allocation of allotment of shares that are not transparent. The problem in this thesis that is why SOEs privatized, how the process of privatization through an initial public offering, and whether privatization of PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk is in compliance with legislation.

Writing this thesis using the methods of normative research that is qualitative in order to illustrate the problems associated with the implementation of the privatization of PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Necessity is the privatized SOEs in terms of increased efficiency and productivity of SOEs such as the dissemination of state-owned shares to the public to accelerate the implementation of Good Corporate Governance (GCG) in these SOEs and enhancing the participation of community control.SOEs Privatization best done

through the stock market Initial Public Offering (IPO). This IPO will bring the advantage that the properties of transparancy and provide equal opportunity for all parties to participate in buying shares of SOEs, including for foreign investors. After the state-owned firms initial public offering (IPO), then these companies should bear the new obligations that must be implemented.

(6)

(IPO) and the underwriters are expected to act independently in terms of IPO pricing and allocation of share distribution.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan

karunia-Nya sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada

waktunya. Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar

Magister Hukum pada Program Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Adapun judul penelitian ini adalah: “ANALISIS HUKUM PRIVATISASI

BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) MELALUI PASAR MODAL : STUDI MENGENAI GO PUBLIC PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK”. Di dalam menyelesaikan Tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis “Ayahanda H. Ahmad Hatib Lubis, SH” dan “Ibunda Hj.

Yusniar Lintang” serta tak lupa “ Kak Tuty Hanani Lubis, S.Psi dan Yeti Meliany

Lubis, SE, Ak, Msi” dan “Adikku Tia Nurbaiti Lubis” yang telah memberikan

dukungan baik secara materil maupun secara moril dan tak lupa penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat para komisi

pembimbing: Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum,

dan Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum. Dimana di tengah-tengah kesibukannya masih

tetap meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan mendorong

semangat penulis untuk menyelesaikan penulisan Tesis ini.

Perkenankanlah juga, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian studi ini, kepada:

1. Rektor Univesitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu,

DTM&h, MSc (CTM), SpA(K) atas kesempatan yang diberikan kepada

(8)

2. Dekan Fakultas Hukum Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, atas kesempatan

menjadi mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, atas

kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum sebagai komisi penguji yang telah

meluangkan waktunya dan dengan penuh perhatian memberikan dorongan,

bimbingan, saran kepada Penulis.

5. Kepada rekan-rekan di Program Studi Ilmu Hukum Universitas Sumatera

Utara Stambuk 2009 khususnya kelas paralel, beserta seluruh Staf Ilmu

Hukum terima kasih atas segala bantuan selama penulis mengikuti

perkuliahan, semoga Allah membalas kebaikan yang belipat ganda.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dan

menyampaikan permintaan maaf yang tulus jika seandainya dalam penulisan ini

terdapat kekurangan dan kekeliruan, penulis juga menerima kritik dan saran yang

bertujuan sera bersifat membangun untuk menyempurnakan penulisan tesis ini.

Medan, Mei 2011

Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Tri Murti Lubis

Tempat/ Tanggal Lahir: Medan, 12 Desember 1986

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD Dharma Wanita (Tamat tahun 2001)

SLTP Negeri I Medan (Tamat tahun 2003)

SMU Negeri I Medan (Tamat tahun 2005)

Strata 1 (S1) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(Tamat tahun 2009)

Strata 2 (S2) Program Magister Ilmu Hukum Fakultas

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR SKEMA ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 16

E. Keaslian Penulisan ... 16

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 17

1. Kerangka Teori ... 17

2. Landasan Konsepsional ... 24

G. Metode Penelitian ... 26

1. Jenis dan Sifat Penelitian... 27

2. Sumber Data ... 28

3. Teknik Pengumpulan Data ... 28

(11)

BAB II : PERLUNYA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

DIPRIVATISASI ... 30

A. Sejarah Singkat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 30

B. Masalah Umum Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 38

C. Pengertian Privatisasi ... 44

D. Dasar Hukum Privatisasi BUMN di Indonesia ... 48

1. Undang-Undang Dasar 1945... 48

2. UU. No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN... 53

3. PP. No. 59 Tahun 2009 Tentang Perubahan Terhadap PP. No. 33 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Privatisasi Perseroan (Persero) ... 58

E. Perlunya BUMN diprivatisasi ... 67

BAB III : PRIVATISASI BUMN MELALUI PENAWARAN UMUM PERDANA INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) ... 76

A. Metode-Metode Privatisasi ... 76

B. Proses Privatisasi Melalui Penawaran Umum Perdana Initial Public Offering (IPO) ... 82

C. Akibat Hukum Perusahaan Yang Go Public ... 93

D. Keuntungan Privatisasi BUMN Melalui Penawaran Umum Perdana Initial Public Offering (IPO) ... 97

BAB IV : ASPEK HUKUM PRIVATISASI PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO), Tbk ... 100

(12)

B. Alasan Privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk ...102

C. Proses Pelaksanaan Privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk Melalui Initial Public Offering (IPO) ...104

E. Permasalahan Yang Muncul Dalam Privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk ... 114

1.Penetapan Harga Saham Perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk ... 114

2.Alokasi Penjatahan Saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk ... 131

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 139

A. Kesimpulan ... 139

B. Saran ... 140

(13)

ABSTRAK

BUMN sebagai salah satu pelaku bisnis dalam perekonomian Indonesia, di samping sektor swasta dan koperasi, diharapkan dapat melaksanakan perannya secara aktif dalam pengembangan ekonomi nasional guna mewujudkan sebesar-besar kemakmuran bagi rakyat. Namun dalam pelaksanaannya, menunjukkan bahwa sektor BUMN belum menunjukan kinerja yang optimal bagi pengembangan ekonomi nasional, apabila dibandingkan dengan sektor swasta. Bahkan tidak sedikit BUMN yang tidak sehat yang masih terus mendapatkan suntikan dana dari pemerintah sementara hasil keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan suntikan dana tersebut, atau bahkan merugi. Untuk itu upaya pembenahan BUMN harus segera diwujudkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam hal pembenahan BUMN yaitu privatisasi BUMN. Privatisasi melalui penawaran umum perdana (IPO) maksudnya yaitu pemerintah menjual kepada publik semua atau sebagian saham yang dimiliki atas BUMN tertentu kepada publik melalui pasar modal, tetapi umumnya pemerintah hanya menjual sebagian dari yang dimiliki atas BUMN tersebut. Permasalahan hukum yang muncul yaitu pada saat publik diramaikan oleh kasus murahnya harga saham perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, yaitu kisaran harga yang ditetapkan sebesar Rp. 800-Rp. 1.050, Pemerintah memilih menetapkan harga terendah yaitu Rp. 850,. Muncul polemik di tengah masyarakat dengan mengatakan bahwa penetapan harga perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk sebesar Rp.850,-per lembar saham terlalu rendah dan tidak wajar serta alokasi penjatahan saham yang tidak transparan, yang menjadi permasalahan dalam tesis ini yaitu mengapa BUMN perlu diprivatisasi, bagaimana proses privatisasi BUMN melalui initial public offering, serta apakah privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk telah memenuhi ketentuan perundang-undangan

Penulisan tesis ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero),Tbk.

(14)

Disarankan agar privatisasi menerapkan Good Corporate Governance sehingga BUMN berdaya saing tinggi dan memberikan kontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, diharapkan agar privatisasi BUMN memprioritaskan metode melalui Initial Public Offering (IPO) dan diharapkan underwriter bertindak independen dalam hal penetapan harga saham perdana dan alokasi penjatahan saham.

(15)

ABSTRACT

SOEs as one businessman in the Indonesian economy, in addition to private and cooperative sector, is expected to carry out its role more actively in the development of national economy in order to realize the maximum prosperity for the people. But in practice, showing that the SOEs sector has not shown that optimal performance for the development of national economy, when compared with the private sector. Not even a little unhealthy SOEs which still continue to get cash injection from the government while the benefits are not comparable with the injection of funds, or even losing money. For that effort to reform SOE should be immediately implemented to overcome these problems. One of the efforts made by the government in terms of SOEs reform is the privatization of SOEs. Privatization through public offering (IPO), meaning that the government sold to the public all or a portion of shares held for a certain state to the public through the capital markets, but governments generally sell only a portion of the state-owned above. Legal issues that arise during the public that is enlivened by case cheap price IPO of PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, the price range set at Rp. 800-USD. 1050, the Government chose the lowest price of Rp. 850,. Polemics appeared in the community by saying that the initial price determination PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk amounting to Rp.850,-per share was too low and not fair and the allocation of allotment of shares that are not transparent. The problem in this thesis that is why SOEs privatized, how the process of privatization through an initial public offering, and whether privatization of PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk is in compliance with legislation.

Writing this thesis using the methods of normative research that is qualitative in order to illustrate the problems associated with the implementation of the privatization of PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Necessity is the privatized SOEs in terms of increased efficiency and productivity of SOEs such as the dissemination of state-owned shares to the public to accelerate the implementation of Good Corporate Governance (GCG) in these SOEs and enhancing the participation of community control.SOEs Privatization best done

through the stock market Initial Public Offering (IPO). This IPO will bring the advantage that the properties of transparancy and provide equal opportunity for all parties to participate in buying shares of SOEs, including for foreign investors. After the state-owned firms initial public offering (IPO), then these companies should bear the new obligations that must be implemented.

(16)

(IPO) and the underwriters are expected to act independently in terms of IPO pricing and allocation of share distribution.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis keuangan yang melanda Asia pada tahun 1997-1998 yang semakin

diperburuk dengan kondisi politik di tanah air sepanjang tahun yang telah membawa

bangsa kita ke dalam jurang keterpurukan dan ketidakpastian. Hal ini dibuktikan

dengan pertumbuhan ekonomi tahun 1998 mencapai titik terendah pada saat

pemerintahan Soeharto yaitu minus 13 % (tiga belas persen).1

Memasuki era globalisasi di mana krisis ekonomi masuk ke Asia termasuk

Indonesia maka dampak negatif dari krisis yang dihadapi saat ini sangat berat

dirasakan oleh kalangan bisnis menengah ke atas, dan menggoyahkan sendi-sendi

ekonomi Indonesia yang sangat fundamental. Dampaknya sangat terasa seperti

meningkatkannya pengangguran, rendahnya daya beli disebabkan karena

berkurangnya pendapatan. Pemerintah sebagai pemilik persero saat ini yang bergerak

dalam hampir segenap bidang kegiatan ekonomi terutama di sektor-sektor yang

sangat strategis, energi, telekomunikasi, pertambangan, penerbangan, industri kimia,

agroindustri dan lain-lainnya maka tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara

(Selanjutnya disingkat BUMN) dan efisiensi BUMN mau tidak mau akan ikut

mempengaruhi kinerja ekonomi Indonesia, di samping itu BUMN adalah salah satu

1

I Nyoman Tjager, F. Antonius Alijoyo, et.al., Corporate Governance (Tantangan dan

(18)

pelaku ekonomi yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan ekonomi

dan dunia usaha nasional.

Berbagai program pemulihan telah diupayakan oleh pemerintah yaitu bekerja

sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Pihak Swasta. Upaya tersebut juga

dilakukan dengan mempersiapkan Lambaga-lembaga keuangan internasional seperti

Bank Dunia (World Bank) dan Dana Moneter Internasional (International Monetary

Fund) untuk menolong Indonesia keluar dari krisis ekonomi dengan berbagai langkah

yang tertuang dalam Letter of Intens (LOI) yang antara lain mengharuskan

pemerintah melakukan restrukturisasi ekonomi dengan privatisasi BUMN termasuk

perusahaan-perusahaan yang bernilai strategis.2

BUMN sebagai salah satu pelaku bisnis dalam perekonomian Indonesia, di

samping sektor swasta dan koperasi, diharapkan dapat melaksanakan perannya secara

aktif dalam pengembangan ekonomi nasional guna mewujudkan sebesar-besar

kemakmuran bagi rakyat. Namun dalam pelaksanaannya, menunjukkan bahwa sektor

BUMN belum menunjukan kinerja yang optimal bagi pengembangan ekonomi

nasional, apabila dibandingkan dengan sektor swasta. Maka pihak swasta lebih

menunjukan kinerja dan optimalisasi yang lebih baik dibandingkan dengan BUMN.

Bahkan tidak sedikit BUMN yang tidak sehat yang masih terus mendapatkan

suntikan dana dari pemerintah sementara hasil keuntungan yang diperoleh tidak

sebanding dengan suntikan dana tersebut, atau bahkan merugi. Untuk itu upaya

(19)

pembenahan BUMN harus segera diwujudkan untuk mengatasi permasalahan

tersebut, baik dari segi aturan hukum, ekonomi dan aspek lain yang terkait.3

Hal yang akan dikemukakan di sini adalah bahwa salah satu masalah krisis

finansial yang melanda Indonesia termasuk negara-negara lain di Asia

diidentifikasikan dengan buruknya kinerja dan daya saing perusahaan-perusahaan

milik pemerintah (BUMN) terhadap perusahaan-perusahaan swasta di negara-negara

tersebut.4 Dari 161 BUMN yang ada di Indonesia, Kesehatan seluruh BUMN

diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu sangat sehat, sehat, kurang sehat dan

tidak sehat. BUMN yang mendapat kategori sangat sehat berjumlah 11 BUMN,

Kategori sehat 95 BUMN, kategori kurang sehat 23 BUMN, dan kategori tidak sehat

7 BUMN.5

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan peranan

BUMN dalam menyukseskan pembangunan nasional adalah dengan melakukan

pembenahan tidak hanya dari sudut ekonomi namun yang tidak kalah penting adalah

instrumen hukumnya. Dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 terdapat ketentuan

mengenai privatisasi yang merupakan agenda penting dalam Undang-Undang

tersebut, yaitu sebagai salah satu upaya untuk melakukan restrukturisasi BUMN,

selain dari selain dari Profitisasi BUMN dan Korporasi BUMN.

3

Helza Nova Lita, “Tinjauan Yuridis Privatisasi Badan Usaha Milik Negara”, http:detik.com/2010/12, di akses pada tanggal 26 Desember 2010, hlm. 136.

4

I Nyoman Tjager , F. Antonius Alijoyo, et.al., Op. cit., hlm. 3.

5

(20)

Dalam Undang-Undang BUMN dijelaskan bahwa privatisasi merupakan

penjualan saham perseroan baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain

dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi

negara dan masyarakat, serta memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat.

Privatisasi dapat dilakukan dengan cara:6

1. Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal.

Yang dimaksud dengan penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal antara lain adalah penjualan saham melalui penawaran umum (Initial Public Offering / Go Public), penerbitan obligasi konversi dan efek lain yang bersifat ekuitas.

2. Penjualan saham langsung kepada investor

Yang dimaksud dengan penjualan saham langsung kepada investor adalah penjualan saham kepada mitra strategis (direct placement) atau investor lainnya termasuk financial investor. Cara ini, khusus berlaku bagi penjualan saham BUMN yang belum terdaftar di bursa. Hal ini juga dapat disebut private placement (penjualan langsung ke satu investor secara borongan), strategic sales atau trade sales.

3. Penjualan saham kepada manajemen dan/ atau karyawan yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan penjualan saham kepada manajemen (Management Buy Out/ MBO) dan/atau karyawan (Employee Buy Out/EBO) adalah penjualan sebagian besar tau seluruh saham suatu perusahaan langsung kepada manajemen dan/atau karyawan perusahaan yang bersangkutan.

Pasar Modal memberikan solusi yang dapat dipertimbangkan dalam hal

pendanaan yaitu dengan cara mengubah status perusahaan dari perusahaan tertutup

menjadi perusahaan terbuka melalui penawaran saham kepada publik (go public).

Beberapa BUMN telah memasuki proses go public hal ini disebabkan perusahaan

6

(21)

tersebut ingin menghimpun dana dalam rangka ekspansi usahanya7 dan tentunya

ingin bersaing dengan perusahaan-perusahaan swasta asing yang ada di Indonesia.

Keuntungan perusahaan melakukan penawaran umum (go public) antara

lain:8

a) Emiten yang melakukan penawaran umum saham (go public) akan memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus. Hal ini lebih baik dibandingkan emiten harus menggunakan fasilitas kredit dari bank karena emiten akan dibebankan dengan tingkat bunga yang cukup besar.

b) Meningkat likuiditas perusahaan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas.

c) Meningkatkan nilai pasar dari perusahaan karena umumnya perusahaan yang sudah menjadi perusahaan publik likuiditasnya akan lebih meningkat bila dibandingkan dengan perusahan yang masih tertutup.

d) Penawaran umum saham dapat meningkatkan prestise dan publitas perusahaan

e) Biaya penawaran umum saham relatif murah dengan proses yang relatif cepat. f) Pembagian dividen berdasarkan keuntungan, sehingga tidak ada pihak baik emiten, pemegang saham utama emiten ataupun investor public yang akan dirugikan.

g) Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manajemen emiten. h) Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan

untuk meningkatkan profesionalisme.

i) Dengan adanya penawaran umum saham, perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial.

j) Selain memberikan kesempatan kepada masyarakat umum, karyawan dari perusahaan tersebut juga dapat memiliki perusahaan.

Beberapa perusahaan yang merupakan BUMN tersebut, kini sudah masuk ke

dalam bursa saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini berarti, perusahaan BUMN

tersebut dikatakan telah melakukan penawaran umum perdana yang disebut Initial

Public Offering (IPO). Dengan masuknya saham BUMN tersebut ke bursa

7

Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Go Public dan Go Private di Indonesia,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 5. 8

(22)

dimungkinkan perusahaan tersebut maka pihak-pihak di luar pemerintahan dapat

memiliki saham dari BUMN tersebut. Hal ini kemudian dikenal dengan Privatisasi

BUMN. Pelaksanaan privatisasi ini menyangkut pada aspek ekonomi, sosial budaya

dan politik. Besarnya dampak privatisasi perlu dikaji ditahap perencanaan secara

menyeluruh sehingga bisa ditentukan apakah privatisasi akan menguntungkan dalam

jangka waktu pendek, menengah maupun jangka panjang bagi masyarakat,

pemerintah dan lainnya.9 Namun hal yang paling penting untuk melaksanakan

kebijakan privatisasi BUMN adalah didasarkan pada pertimbangan jangka menengah

dan panjang. Pemerintah tidak hanya mendasarkan keputusannya dengan nilai aset

BUMN saja tetapi prospek usaha BUMN tersebut. 10

PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk yang didirikan pada tanggal 31 Agustus

1970 merupakan salah satu BUMN yang bergerak pada industri padat modal yaitu

industri besi baja, terletak di kawasan industri Cilegon Kabupaten Serang Jawa

Barat bertepatan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1970

tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan

Perseroan (Persero) PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, Pembangunan industri baja ini

dimulai dengan memanfaatkan sisa perlatan proyek baja Trikora pada tahun 1977,

Pada tahun 1979 dilangsungkan peresmian penggunaan fasilitas-fasilitas produksi

seperti Pabrik besi spons dengan kapasitas 1,5 juta ton/tahun, Pabrik Billet Baja

dengan kapasitas 50.000 ton/tahun, Pabrik Batang Kawat dengan kapasitas 500.000

9

Indra Bastian, Privatisasi di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), hlm. 3.

10

Marsuki, Analisis Perekonomian Nasional & Internasional, (Jakarta: Mitra Wacana Media,

(23)

ton/tahun, Pabrik Batang Kawat dengan kapasitas 220.000 ton/tahun. Pada tahun

1983 diresmikan beroperasinya Pabrik Slab baja dan Pabrik Baja Lembaran Panas.

Pada tahun 1991 Pabrik Baja Lembaran Dingin yang merupakan pabrik baja

perusahaan patungan yang berada di kawasan industri Cilegon bergabung menjadi

unit produksi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk.11

Data terakhir menunjukkan kapasitas produksi PT. Krakatau Steel (Persero),

Tbk sebesar 2, 4 juta ton (sangat kecil jika dibandingkan dengan Archelor Mital12 dan

Posco13 yang masing-masing mampu memproduksi 73, 2 Juta ton dan 30, 5 juta ton

pada 2009) dari kapasitas produksi baja nasional sebesar 4 juta ton, sedangkan

konsumsi baja nasional adalah 5, 9 juta ton. Dengan demikian sisanya sebesar 1, 9

juta ton harus diimpor dengan kondisi persaingan pasar baja nasional sedemikian

ketat dengan adanya ACFTA (ASEAN and China Free Trade Agreement) yang

menurunkan tarif bea masuk baja impor yang sekitar 0-5% dari sebelumnya 5-12,5

%.14

Tahap awal proses privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dihadapkan

pada dua opsi yaitu skema privatisasi antara melalui metode Initial Public Offering

(IPO) atau dengan metode strategic sales.15

11

“Prospektus PT. Krakatau Steel”, http://www.krakatausteel.com/index.php, diakses tanggal 1 Desember 2010.

12

Merupakan salah satu perusahaan baja terbesar di dunia berasal dari India 13

Merupakan perusahaan baja terbesar di dunia berasal dari Korea Selatan 14

Nelson Nikodemus Simamora, Meneliti Privatisasi Krakatau Steel, Harian Analisa edisi

(24)

Pemerintah pertama kali memilih opsi strategic sales dalam proses privatisasi

PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk. Pemerintah saat itu menilai penjualan saham

perdana Initial Public Offering (IPO) hanya akan berhasil menambah modal tetapi

tidak berdampak besar dalam meningkatkan produksi perusahaan. Pendapat ini juga

disampaikan oleh Komisaris Utama PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk

Taufiequrahman Ruki yang menyatakan Privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk

dilakukan melalui strategic sales.16

PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk hendak menjual sebagian sahamnya kepada

Archelor-Mital melalui Strategic sales. Menteri Negara BUMN pada saat itu Sofyan

Djalil menyambut baik Archelor-Mital karena Archelor-Mital merupakan produsen

baja terbesar di dunia dan hendak berinvestasi di Indonesia.17 Archelor-Mital

menawarkan 3 (tiga) ide atau opsi yang menurut Menteri BUMN pada saat itu Sofyan

Djalil sangat baik yaitu Mengembangkan sendiri usaha pertambangan yang berkaitan

dengan industri baja, menawarkan diri menjadi mitra strategis bagi PT. Krakatau

Steel (Persero), Tbk dan akan mendirikan perusahaan patungan bersama PT.

Krakatau Steel (Persero), Tbk.

Berdasarkan data kompas pada tahun 1998, pemerintah Indonesia diwakili

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada saat itu yaitu Tanri Abeng

ketika itu menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Mittal untuk memulai

16

Lucky Fransiska,“Penjualan Krakatau Steel Belum Jelas”,

http://www.nasional.kompas.com/read/2008, di akses tanggal 29 Desember 2010. 17

(25)

proses penjualan saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk kepada Mittal hingga 51

persen. Isi MoU ini sempat dirahasiakan dan baru diketahui melaui perdebatan keras

di DPR, tetapi sebulan setelah penandatangan, Pemerintah akhirnya membatalkan

MoU tersebut yang dituding menyalahi prinsip transparansi dalam privatisasi

tersebut.18

Selain Archelor-Mital, Perusahaan baja besar lainnya yaitu PT. Bluescope

juga ingin menguasai saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, hal ini didasari

dengan adanya surat permohonan pihak Bluescope untuk melakukan pembelian

saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk pada tanggal 29 April 2008. 19

Archelor-Mital dan PT. Bluescope ingin menguasai saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk

melalui privatisasi yang dilakukan dengan cara strategic sales.

Seperti yang dikemukakan di atas, bahwa privatisasi BUMN mengandung pro

dan kontra. Salah satu pihak yang menolak privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero),

Tbk adalah karyawan PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk yang berunjuk rasa karena

menolak rencana privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dengan cara strategic

sales.20 Sebagian besar masyarakat juga meminta kepada Pemrintah untuk tidak

melanjutkan rencana privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk yaitu untuk

mencegah terulangnya kasus penguasaan asing atas sejumlah BUMN strategis di

18

OSA,“BluescopeMulaimelirikKrakatau Steel”, http://www.nasional.kompas.com/read/2008, di akses tanggal 30 Desember 2010.

19 Ibid. 20

EDJ, “Proposal Mittal Pekan ini”, http://www.nasional.kompas.com/read, di akses tanggal

(26)

Indonesia seperti Indosat oleh Temasek Singapura dan Semen Gresik oleh Cemex

Meksiko.21

Sesuai dengan wacana di atas, sejumlah pihak yang tidak menghendaki

privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk melalui metode strategic sales

disebabkan karena privatisasi melalui strategic sales mempunyai beberapa kelemahan

yaitu :

1. Metode ini menghilangkan peluang masyarakat atau publik untuk turut serta memiliki saham perusahaan-perusahaan BUMN.

2. Metode ini kurang memiliki public transparancy, khususnya dalam proses privatisasi itu sendiri karena hanya melibatkan lembaga-lembaga keuangan dan institusi terkait. Publik akan memperoleh transparansi setelah proses privatisasi selesai.22

Pelaksanaan Privatisasi BUMN telah mengundang pro dan kontra di kalangan

masyarakat, sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa BUMN adalah aset

negara yang harus dipertahankan kepemilikannya oleh pemerintah, walaupun tidak

mendatangkan manfaat karena terus merugi, namun ada pula kalangan yang

berpendapat bahwa pemerintah tidak perlu sepenuhnya memiliki BUMN, yang

penting BUMN tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih baik bagi negara

dan masyarakat Indonesia.

Pelaksanaan privatisasi seharusnya menitikberatkan penjualannya melalui

pasar modal, daripada menjualnya kepada Mitra Strategis (Strategic sale). Hal ini

disebabkan melalui pasar modal akan membuat penjualan saham BUMN terdistribusi

21

OSA, “BUMN Watch Minta Pemerintah Tak Jual Krakatau Steel ke Mittal”, http://www.kapan lagi.com, di akses tanggal 30 Desember 2010.

22

(27)

dalam masyarakat dan dengan sendirinya memperluas kepemilikan masyarakat atas

BUMN.23 Hal ini bertujuan adanya perluasan kesempatan untuk meningkatkan

kesejahteraan.

Akibat dari desakan para karyawan dan masyarakat yang menolak privatisasi

PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dilakukan dengan cara strategic sales, akhirnya

Pihak PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk menolak langkah akuisisi Arcelor Mital

dengan alasan manajemen PT Krakatau Steel sedang mendatangkan teknologi

canggih dari Jerman dengan nilai investasinya 200 Juta Dolar AS. Selain itu, pihak

manajemen PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk menyatakan Initial Public Offering

(IPO) merupakan cara terbaik menjadikan perusahaan lebih transparan. Untuk itu

akhirnya pada tanggal 4 Juni 2008 pemerintah memutuskan melakukan Privatisasi

PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dengan cara melalui penawaran saham perdana

Initial Public Offering (IPO). 24

Berdasarkan persetujuan dari DPR pada tanggal 16 September 2009,

privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk disetujui dengan syarat yaitu dilakukan

dengan metode Initial Public Offering (IPO) secara bertahap yaitu maksimal 30

persen, menyertakan manajemen/employee stock option sebagai program retensi dan

meningkatkan motivasi bagi manajemen dan karyawan PT. Krakatau Steel (Persero),

Tbk. Pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah dengan

23

Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi, (Bandung: Boooks Terrace&Library, 2007),

hlm. 215. 24

(28)

memperhatikan situasi dan kondisi pasar yang tepat, harga dan jumlah lembar saham

yang dilepas sesuai dengan tahapan yang dipilih, sehingga diperoleh nilai penjualan

saham yang optimal. 25

Akibat penolakan oleh Pemeritah dan Manajemen PT. Krakatau Steel

(Persero), Tbk, Archelor-Mital mengeluarkan opsi kedua yakni melakukan

pembentukan usaha patungan baru di industri baja. Namun hal ini kemudian juga

ditolak oleh pemerintah dengan alasan pemerintah telah memiliki perencanaan yang

kuat untuk melakukan IPO atas PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk. Pemerintah tetap

memutuskan untuk melakukan privatisasi dengan cara Initial Public Offering (IPO).26

Privatisasi lebih dipahami sebagai suatu proses sistematis untuk memindahkan

status kepemilikan BUMN dari tangan seluruh anggota masyarakat (negara) kepada

para pemodal swasta asing maupun domestik. Privatisasi BUMN melalui Initial

Public Offering (IPO), akan terjadi kepemilikan yang menyebar (dispersed

ownership). Siapapun dapat membeli saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dan

kepemilikan akan terdiri dari banyak pihak. Hal ini berbeda dengan pola strategic

sales yang terdiri dari satu atau beberapa pihak saja yang menjadi pembeli.

Selain itu, Privatisasi melalui IPO merupakan privatisasi melalui penjualan

saham di pasar modal. Menurut Vistada, metode IPO untuk saat ini tampaknya yang

paling memungkinkan untuk mempercepat program privatisasi BUMN di Indonesia

25

Anggito Abimanyu, Kewajaran Saham Krakatau Steel, Majalah Tempo edisi Minggu

Kedua November 2010, hlm. 134. 26

EDJ, “KS Tolak Tawaran Mittal Bangun Pabrik Patungan”, http://www.krakatausteel.com,

(29)

dibandingkan dengan metode lainnya seperti private placement, Management Buy

Out/Management and/or Employee Buy-Out(MBO/MEBO) .27

PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk sangat menarik minat banyak investor asing

seperti perusahaan baja asal Korea Selatan, Pohang Iron and Steel Company

(Posco)28 tetapi karena PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk memilih melakukan

privatisasi dengan metode Initial Public Offering (IPO) dianggap akan mengamankan

aset milik bangsa Indonesia daripada melakukan privatisasi dengan cara strategic

sales karena selain kemungkinan penguasaan asing dapat dihindari karena adanya

investor asing, investor asing tidak dapat menjadi pengendali perusahaan dan juga

dapat mencegah gejolak internal yang akan terjadi di PT. Krakatau Steel (Persero),

Tbk.

Permasalahan hukum yang muncul yaitu pada saat publik diramaikan oleh

kasus murahnya harga saham perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, yaitu

kisaran harga yang ditetapkan sebesar Rp. 800-Rp. 1.050, Pemerintah memilih

menetapkan harga terendah yaitu Rp. 850,. Muncul polemik di tengah masyarakat

dengan mengatakan bahwa penetapan harga perdana PT. Krakatau Steel (Persero),

Tbk sebesar Rp.850,-per lembar saham terlalu rendah dan tidak wajar.

Banyak pihak yang mempertanyakan alasan saham perdana PT. Krakatau

Steel (Persero), Tbk dijual sangat murah di level Rp. 850,- per saham, sedikit lebih

tinggi dari harga terendah Rp. 800,- per saham. Padahal saham IPO PT. Krakatau

27

Indra Bastian, Op. cit., hlm. 305.

28

Ant, Investor asing bakal borong IPO Krakatau, Harian Analisa edisi Kamis 28 Oktober

(30)

Steel (Persero), Tbk mengalami kelebihan permintaan (Oversubscribe) sebanyak 9

(sembilan) kali alias tertinggi sepanjang IPO Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Sejumlah pihak yang menyatakan proses penentuan harga saham PT.

Krakatau Steel (Persero), Tbk di duga memenuhi unsur tindak pidana korupsi

sehingga menyebabkan kerugian negara karena tidak memperoleh pemasukan lebih

besar. Menurut Dradjat, proses IPO justru mengakibatkan penurunan pemasukan

negara dengan harga sebesar Rp. 850 per lembar. Padahal, jika harga perlembar

saham mencapai Rp. 1.000 saja maka negara mendapatkan tambahan uang tunai Rp.

459 Miliar.29

Harga saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk sempat melonjak hampir

mencapai 50% yaitu Rp. 1.250 pada hari pertama dan Rp. 1.340 di hari berikutnya.

Sejumlah pihak menilai dengan harga demikian rendah, pemasukan negara pada pasar

perdana tidak maksimal.30

Berbagai isu politik, ekonomi dan budaya muncul, yang mana isu-isu tersebut

umumnya mengganggu pelaksanaan privatisasi BUMN-BUMN di Indonesia, seperti

yang terjadi pada pelaksanaan privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk.

Permasalahan yang berkaitan dengan privatisasi BUMN menjadi isu penting

akhir-akhir ini. Permasalahan hukum yang muncul yaitu ketika adanya gugatan

masyarakat terhadap pemerintah yang dinilai menjual kekayaan negara dengan harga

yang sangat murah dan dinilai kurang transparan.

29

“Penentuan Harga IPO KS penuhi unsur korupsi”, http://okanila.brinkster.net/wordpress,

diakses tanggal 24 Februari 2011. 30

(31)

Bertitik tolak dari uraian-uraian dan berdasarkan permasalahan-permasalahan

di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas dan menelitinya dengan mengambil

judul Analisis Hukum Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Melalui

Pasar Modal: Studi Mengenai Go Public PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini, penulis

merumuskan 3 (tiga) permasalahan yang diteliti sebagai berikut :

1. Mengapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perlu diprivatisasi?

2. Bagaimana proses privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui

penawaran umum perdana/Initial Public Offering (IPO)?

3. Apakah privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk telah memenuhi ketentuan

perundang-undangan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang terdapat pada perumusan masalah di atas maka yang

menjadi tujuan dalam penelitian mengenai judul di atas, adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan mendalami tentang perlunya Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) diprivatisasi.

2. Untuk mengetahui dan mendalami tentang proses privatisasi Badan Usaha Milik

(32)

3. Untuk mengetahui dan mendalami privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk

telah memenuhi ketentuan perundang-undangan.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini, dapat memberikan sejumlah manfaat bagi semua

pihak. Manfaat tersebut, penulis kelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yakni sisi

teoritis dan sisi praktis sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini memberikan sejumlah manfaat yakni sebagai bahan kajian

penelitian lebih lanjut bagi para akademisi maupun masyarakat umum serta dapat

memberi manfaat menambah khasanah ilmu hukum perusahaan dan hukum pasar

modal khususnya mengenai privatisasi melalui pasar modal.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memberikan informasi kepada praktisi hukum, perusahaan

BUMN, maupun masyarakat tentang proses privatisasi yang dilakukan melalui pasar

modal untuk kemajuan ekonomi nasional.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di Perpustakaan

Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang “Analisis Hukum

Privatisasi BUMN Melalui Pasar Modal: Studi Mengenai Go Public PT. Krakatau

(33)

masalah yang sama, walaupun sudah ada beberapa judul penelitian tentang

Privatisasi, tetapi jika dilihat dari rumusan masalah yang dibahas jelas nampak

perbedaannya. Misalnya Tesis T. Keizerina Devi (992105120) dengan judul

“Privatisasi Perusahaan Perseroan (PT Perseroan) Persepektif HAN (Studi Kasus PT

Perkebunan Nusantara II (Persero) Medan’, Tesis Irwan Juned (027005062) dengan

judul Penerapan Transparansi Dalam Privatisasi BUMN’, Tesis Zulkifli Taufik

(037005083) dengan judul “Pengaturan Privatisasi Dikaitkan Dengan Parameter

Kepentingan Umum Dan Menguasai Hidup Orang Banyak”. Jadi, penelitian ini

adalah asli dan menjunjung tinggi asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, obyektif,

dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

secara ilmiah dan terbuka atas masukan serta saran-saran yang membangun

sehubungan dengan pendekatan dan perumusan masalah.

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional

1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik

atau proses tertentu terjadi.31 Kerangka teori merupakan teori yang dibuat untuk

memberikan gambaran yang sistematis mengenai masalah yang akan diteliti. Teori ini

masih bersifat sementara yang akan dibuktikan kebenarannya dengan cara meneliti

secara realitas. Kerangka teoritis lazimnya dipergunakan dalam penelitian ilmu-ilmu

31

J.J.J M. Wuisman, dalam M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, (Jakarta: FE

(34)

sosial dan juga dapat dipergunakan dalam penelitian hukum, yaitu pada penelitian

hukum sosiologis dan empiris.32

Privatisasi merupakan pengalihan kepemilikan dari sektor pemerintah kepada

sektor swasta. Privatisasi tidak berarti sebagai penjualan aset pemerintah, tetapi lebih

sebagai akomodasi manajemen swasta ke dalam manajemen BUMN dan pemerintah.

Pada umumnya perhatian mengenai privatisasi bermuara pada pilihan mana

yang diutamakan dalam Perusahaan Negara atau BUMN, apakah mempertahankan

kepemilikan pemerintah atau melakukan privatisasi atau mengalihkannya kepada

kepemilikan swasta.33

Secara teoritis terdapat dua pertanyaan mendasar berkenaan dengan masalah

kepemilikan perusahaan. Pertama, bentuk kepemilikan yang bagaimana yang secara

efektif dapat meningkatkan kesejahteraan sosial (welfare state) dan efisiensi. Kedua,

mengapa pemerintah berkenaan melepaskan kepemilikaannya, padahal dengan

mempertahankan kepemilikannya pada perusahaan mereka akan mendapatkan

dukungan politik.34

Rumusan Pasal 33 UUD 1945 menetapkan, bahwa perekonomian Indonesia

disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Dengan demikian

ketentuan dalam ayat-ayat pada Pasal 33 tersebut memberi kesan, bahwa sistem

ekonomi Indonesia menganut sistem ekonomi terpusat, yaitu suatu sistem ekonomi

32

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 127.

33

Bismar Nasution, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi,

Pidato Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Hukum Ekonomi Pada Fakultas Hukum USU, Gelanggang Mahasiswa Medan, Sabtu 17 April 2004, hlm. 28.

34

(35)

yang sosialistis. Akan tetapi di dalam Pasal 33 Ayat 4 UUD 1945 ditetapkan, bahwa

perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan

prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

nasional. Demokrasi ekonomi di artikan bahwa semua produksi (kegiatan ekonomi)

dikerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau pemilikan

anggota-anggota masyarakat. Oleh karena itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama

berdasar atas azas kekeluargaan (Pasal 33 ayat 1 UUD 1945), bahwa cabang-cabang

produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak

dikuasai oleh negara (Pasal 33 ayat 2 UUD 1945), tetapi pengertian dikuasai oleh

negara di sini tidak berarti negara sendiri yang menjadi penguasa, atau usahawan.

Lebih tepat apabila dikatakan, bahwa dalam kekuasaan negara mengenai hal itu dapat

pula membuat peraturan guna kelancaran jalannya ekonomi. 35

Penganut paradigma hukum alam berpendapat bahwa tujuan hukum adalah

untuk mewujudkan “keadilan”.36 Dalam perkembangan dan kenyataannya, keadilan

bukan satu-satunya istilah yang digunakan untuk menunjukkan tujuan hukum. Dalam

35

Junius T.L Sianturi,Analisis Hukum Privatisasi BUMN Terhadap Dampak

Perekonomian Nasional”, http://www.blogspot.com, diakses pada tanggal 24 Desember 2010, hlm. 28.

36

Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: Ikhtiar Baru, 1975), hlm. 20,

Menurut teori etis (etische theory), hukum hanya semata-mata bertujuan mewujudkan keadilan. Teori

(36)

suatu negara hukum modern, tujuan hukum adalah untuk mewujudkan

kesejahteraan.37

Pemerintah Indonesia mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama, yaitu

tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam tujuan yang

bersifat ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk mengelola sektor-sektor bisnis strategis

agar tidak dikuasai pihak-pihak tertentu. Bidang-bidang usaha yang menyangkut

hajat hidup orang banyak, seperti perusahaan listrik, minyak dan gas bumi,

sebagaimana diamanatkan dalam pasal 33 UUD Republik Indonesia Tahun 1945,

dikuasai oleh BUMN. Dengan adanya BUMN diharapkan dapat terjadi peningkatan

kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar lokasi BUMN.

Tujuan BUMN yang bersifat sosial antara lain dapat dicapai melalui penciptaan

lapangan kerja serta upaya untuk membangkitkan perekonomian lokal.38

Menurut teori negara kesejahteraan, tujuan negara tidak lain untuk

mewujudkan kesejahteraan bagi setiap warga negara. Konsep keterlibatan negara

dalam bidang ekonomi untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Beveridge, seorang

anggota parlemen Inggris dalam laporannya yang mengandung suatu program sosial,

dan menyatakan bahwa pemerataan pendapatan masyarakat, kesejahteraan

37

Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan

Nasional, (Bandung, Bina Cipta, Tidak ada Tahun), hlm. 2-3. 38

(37)

masyarakat, kesejahteraan sosial sejak manusia lahir sampai meninggal, lapangan

kerja, pengawasan atas upah oleh pemerintah, dan usaha dalam bidang pendidikan. 39

Privatisasi melalui pasar modal menyebabkan perluasan kepemilikan

masyarakat atas BUMN yang juga akan memperluas kesempatan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Masalah privatisasi BUMN terkait erat dengan pembahasan-pembahasan

teoritis tentang peran campur tangan negara dalam kegiatan ekonomi. Privatisasi

merupakan salah satu topik bahasan dalam wacana ekonomi neo conservatisme, yang

biasa disebut dengan pengalihan fungsi-fungsi negara kepada swasta. Paham ini

meyakini bahwa perluasan ruang lingkup fungsi negara dalam kegiatan ekonomi

membawa akibat buruk. Peran negara melalui aparatur pemerintah dalam pengelolaan

BUMN pada gilirannya akan mengakibatkan ketergantungan badan usaha terhadap

negara. Akibatnya adalah hilangnya rasa profesionalitas dan kemandirian dari BUMN

karena mendapat perlindungan terus dari negara. Pola seperti ini menurut

neo-konservatif akan menghasilkan kelompok individu yang berkualitas rendah dan terus

menggantungkan hidupnya pada program bantuan pemerintah, tanpa hasrat atau

kemampuan untuk memikul tanggungjawab atas kesejahteraannya sendiri sebagai

warga yang mandiri. 40 Dengan demikian bahwa pilar utama ideologi neo-konservatif

adalah bahwa aparatur negara seharusnya tidak ikut berperan dalam kegiatan-kegiatan

39

Muchsan, Peradilan Administrasi Negara, (Yogyakarta: Liberty, 1981) hlm. 1.

40

William Ebenstein dan Edwin Fogelman,et.al., Isme-Isme Dewasa ini, Edisi Kesembilan

(38)

pokok dari ekonomi nasional maupun internasional.41 Oleh karena itu menurut paham

ini perlu dilakukan pengalihan fungsi-fungsi negara kepada swasta.

Kesejahteraan masyarakat tersebut berhubungan dengan teori manfaat yang

dipelopori oleh Jeremy Bentham dan selanjutnya dikembangkan oleh John Stuart

Mill. Bagi Jeremy Bentham, hukum barulah dapat diakui sebagai hukum, jika ia

memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya terhadap sebanyak-banyaknya

orang. 42

Utilitarisme disebut lagi suatu teleologis (dari kata Yunani, telos artinya

tujuan), sebab menurut teori ini kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan

dicapainya tujuan perbuatan. Perbuatan yang memang bermaksud baik tetapi tidak

menghasilkan apa-apa, menurut utilitarisme tidak pantas disebut baik.43 Teori utilitas

tersebut mengedapankan kemanfaatan hukum bagi masyarakat, Hukum harus

menciptakan kesenangan dan kemanfaatan bagi setiap orang.

Dalam hal privatisasi perubahan kepemilikan, perubahan tersebut harus

dibarengi dengan deregulasi dan reformasi kebijakan, keuntungan investasi dan

manajemen sektor swasta. Penyebaran privatisasi akan bergantung pada kemampuan

41

Chris Harman, Anti Kapatalisme, (Yogyakarta: Teplok Press, 2003), hlm. 3. Buku ini

diterjemahkan dari artikel aslinya yang berjudul Anti Capatalism; Teori and Practise, London:

International Socialism, No.88, 2000). 42

Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan

(Judicialprudence) Vol. I, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 76. 43

(39)

kepemimpinan politik sebuah negara untuk mendemonstrasikan keuntungan konkrit

dari privatisasi untuk publik sebagian besar. 44

Kebijakan privatisasi seharusnya tidak berdasarkan kepentingan politik jangka

pendek pemerintah pusat dalam rangka menutupi anggaran belanja yang defisit,

dengan adanya teori utilitas ini tentunya pemerintah harus lebih mementingkan

manfaat dari kebijakan privatisasi tersebut untuk masyarakatnya.

Hakikat dari privatisasi adalah upaya membawa BUMN kepada posisi yang

lebih profesional, mandiri, efisiensi dengan mengurangi pemerintah dalam

pengelolaan BUMN. Privatisasi juga adalah usaha merubah budaya perusahaan

sebagai akibat dari masuknya pemegang saham baru. Budaya yang dianggap tepat

untuk menggerakkan BUMN kearah dimaksud adalah budaya Good Corporate

Governance (GCG), karena dengan GCG akan tercipta kepastian hak dan kewajiban

dalam hubungan-hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi,

pemegang saham dan kelompok-kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. 45

Untuk mengkaji pandangan mana yang dipakai dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan teori Utilitas oleh Jeremy Bentham yaitu hukum baru dapat

dikatakan hukum jika ia memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya terhadap

orang banyak. Hal ini berkenaan dengan apakah seberapa besar kebijakan privatisasi

tersebut bermanfaat bagi masyarakat.

44

Hessel Nogi S Tangkilisan, Distorsi Pengelolaan Privatisasi Jalan Tol, (Yogyakarta:

Lukman Offset, 2003), hlm. 34. 45

Irwan Juned, Pengaturan Prinsip Transparansi Dalam Kaidah-Kaidah Hukum Tentang

(40)

2. Landasan Konsepsional

Selanjutnya untuk tidak menciptakan kesalahan persepsi atau penafsiran

dalam memahami konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, perlu

ditetapkan definisi operasional atau konsep-konsep yang dipergunakan sebagai

berikut:

1. Privatisasi adalah penjualan saham persero, baik sebagian maupun seluruhnya

kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan,

memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan

saham oleh masyarakat.46 Yang dimaksud privatisasi dalam tesis ini adalah

privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk.

2. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruh atau

sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara

langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.47

3. Perusahaan Perseroan yang selanjutnya disebut (Persero), adalah BUMN yang

berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh

atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara

Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.48

46

Pasal 1 angka12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN), LN No. 70 Tahun 2003, TLN No. 4297.

47

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, LN No. 70 Tahun 2003, TLN No. 4297.

48

(41)

4. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan

perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.49

5. Go Public/ Initial Public Offering (IPO) adalah kegiatan penawaran efek yang

dilakukan oleh Emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata

cara yang diatur dalam Undang-Undang ini dan peraturan pelaksananya.50

6. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik atau Good Corporate Governance (GCG)

adalah sistem atau seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara

berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit hubungan antara

pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan direksi demi tercapainya

tujuan korporasi.51

7. Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten,

perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada Undang-Undang Pasar

Modal untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat

seluruh informasi fakta material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat

berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga

dan efek tersebut.52

49

Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, LN No. 64 Tahun 1995, TLN No. 3608.

50

Pasal 1 ayat 15 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, LN No. 64 Tahun 1995, TLN No. 3608

51

Nilawaty, Perbandingan Pengaturan Tentang Corporate Social Responsibility Antara

Indonesia Dengan Cina Dalam Upaya Perwujudan Prinsip Good Corporate Governance Di Indonesia

,Tesis, (Medan: Program Magister Ilmu Hukum USU, 2010), hlm. 38.

52

(42)

8. Strategic Sales adalah salah satu metode dalam privatisasi dengan cara

mengajukan penawaran sebagian besar saham (dapat mencapai 100%) BUMN

kepada pihak-pihak lain dengan cara negoisasi. Strategic sales juga dikenal

dengan nama penempatan langsung (direct placement), private placement atau

trade sale.53

9. Investor Publik/Masyarakat adalah Sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya

dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.54

G. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat dapat memahami obyek

yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan,55sedangkan

penelitian merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan

kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.56 Penelitian hukum

merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan

pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala

hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.57

53

Indra Bastian, Op. cit.,hlm. 172.

54

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 635. 55

Soerjono Soekanto, Ringkasan Metode Penelitian Hukum Empiris, (Jakarta: Indonesia

Hilco, 1990), hlm. 106. 56

Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.1. 57

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm.

(43)

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian tesis ini adalah penelitian

hukum normatif. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Marzuki, “Di dalam penelitian

hukum, yang diteliti adalah kondisi hukum secara instrinsik, yaitu hukum sebagai

sistem nilai dan hukum sebagai norma sosial yang hasilnya bukan mencari jawaban

atas efektivitas suatu ketentuan, pengaruh faktor-faktor non hukum terhadap

peraturan hukum, peranan suatu institusi tertentu dalam penegakan hukum.”58 Ronald

Dworkin yang diterjemahkan Bismar Nasution, yang menyebut metode penelitian

tersebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu suatu penelitian

yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun hukum

sebagai law as it is decided by the judge through judicial process.59

Menurut Sunaryati Hartono, dalam Penelitian hukum normatif dapat mencari

asas hukum, teori hukum dan pembentukan asas hukum baru.60 Pendekatan yang

bersifat normatif tersebut akan dilakukan dengan mempergunakan bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.61 Penelitian hukum normatif

dikenal sebagai penelitian hukum normatif yang bersifat kualitatif.

58

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 89.

59

Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, makalah

disampaikan pada dialog interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU,Tanggal 18 Februari 2003, hlm. 1.

60

C.F.G. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20,

(Bandung: Alumni, 1994), hlm. 12. 61

(44)

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian

kepustakaan (Library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin,

pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan

dengan objek telaah penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-undangan

buku, tulisan ilmiah, dan karya-karya ilmiah lainnya.

Data pokok dalam penelitian ini adalah data-data sekunder yang meliputi:

1. Bahan hukum primer, yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 Tentang

Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) jo Peraturan Pemerintah No.

59 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun

2005 Tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero)

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan kajian dan analisis para ahli hukum

yang bersumber dari berbagai jurnal, buku-buku, hasil-hasil penelitian dan

dokumen-dokumen terkait lainnya.

3. Bahan hukum tertier, berupa bahan-bahan yang berfungsi memberikan kejelasan

pemahaman terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti

kamus-kamus Hukum, Ekonomi, dan Ensiklopedia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen-dokumen yang

relevan dengan penelitian ini di perpustakaan dan melakukan identifikasi data. Data

yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan tersebut selanjutnya akan dipilah-pilah

(45)

kaedah-kaedah hukum yang kemudian dihubungkan dengan permasalahan yang sedang

dihadapi dan disistematisasikan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras

dengan permasalahan dalam penelitian ini. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut

akan dianalisis secara induktif-kualitatif untuk sampai pada kesimpulan, sehingga

pokok permasalahan yang ditelaah dalam penelitian ini akan dijawab.62

4. Analisis Data

Analisis data di dalam penelitian ini, dilakukan secara kualitatif yakni

pemilihan teori-teori, asas-asas, norma-norma, doktrin, dan pasal-pasal di dalam

undang-undang terpenting yang relevan terhadap permasalahan, kemudian membuat

sistematika dari data-data tersebut sehingga akan menghasilkan klarifikasi tertentu

sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Data yang dianalisis

secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis pula

dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data, selanjutnya semua data

diseleksi dan diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif sehingga selain

menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, juga dapat memberikan

solusi terhadap permasalahan yang dimaksud.

62

Bambang Sungono, Metode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), (Jakarta:PT Raja

(46)

BAB II

PERLUNYA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) DIPRIVATISASI

A. Sejarah Singkat Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Secara politik-ekonomi, pendirian BUMN di Indonesia mempunyai tiga

alasan pokok. Pertama, sebagai wadah bisnis aset yang dinasionalisasi. Alasan ini

terjadi di tahun 1950-an ketika pemerintah menasionalisasi perusahaan-perusahaan

asing. Peristiwanya dimulai pada tahun 1957, ketika kabinet Ali Satroamidjojo II

jatuh disertai krisis ekonomi yang parah. Kejatuhan kabinet ini seakan memperkuat

sinyal bahwa pemerintahan parlementer akan membawa Indonesia ke dalam

keterpurukan.63

Pada November 1957 Presiden Soekarno mengumumkan penyatuan Irian

Barat dengan Indonesia karena PBB gagal mengeluarkan resolusi yang mengimbau

agar Belanda mau berunding dengan Indonesia untuk masalah Irian Barat. Gerakan

Ini menjadi titik awal nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda yang

beroperasi di Indonesia.

Kedua, membangun industri yang diperlukan masyarakat, namun masyarakat

sendiri (atau swasta) tidak mampu memasukinya, baik karena alasan investasi yang

sangat besar maupun risiko usaha yang sangat besar. Pada pertengahan tahun 1960-an

pemerintah mulai mendirikan pabrik-pabrik pupuk urea, mulai di Sumatera Selatan,

63

Riant Nugroho dan Randy R. Wrihatnolo, Manajemen Privatisasi BUMN, (Jakarta: PT

Gambar

Tabel 1 Tabel Aktual dan Proyeksi Laporan Keuangan

Referensi

Dokumen terkait