ANALISIS HUKUM PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK
NEGARA (BUMN) MELALUI PASAR MODAL:
STUDI MENGENAI GO PUBLIC
PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK
TESIS
OLEH
TRI MURTI LUBIS 097005045/ ILMU HUKUM
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
ANALISIS HUKUM PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA
(BUMN) MELALUI PASAR MODAL: STUDI MENGENAI GO PUBLIC
PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum
dalam Program Studi Ilmu Hukum Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
OLEH
TRI MURTI LUBIS 097005045/ ILMU HUKUM
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
ABSTRAK
BUMN sebagai salah satu pelaku bisnis dalam perekonomian Indonesia, di samping sektor swasta dan koperasi, diharapkan dapat melaksanakan perannya secara aktif dalam pengembangan ekonomi nasional guna mewujudkan sebesar-besar kemakmuran bagi rakyat. Namun dalam pelaksanaannya, menunjukkan bahwa sektor BUMN belum menunjukan kinerja yang optimal bagi pengembangan ekonomi nasional, apabila dibandingkan dengan sektor swasta. Bahkan tidak sedikit BUMN yang tidak sehat yang masih terus mendapatkan suntikan dana dari pemerintah sementara hasil keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan suntikan dana tersebut, atau bahkan merugi. Untuk itu upaya pembenahan BUMN harus segera diwujudkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam hal pembenahan BUMN yaitu privatisasi BUMN. Privatisasi melalui penawaran umum perdana (IPO) maksudnya yaitu pemerintah menjual kepada publik semua atau sebagian saham yang dimiliki atas BUMN tertentu kepada publik melalui pasar modal, tetapi umumnya pemerintah hanya menjual sebagian dari yang dimiliki atas BUMN tersebut. Permasalahan hukum yang muncul yaitu pada saat publik diramaikan oleh kasus murahnya harga saham perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, yaitu kisaran harga yang ditetapkan sebesar Rp. 800-Rp. 1.050, Pemerintah memilih menetapkan harga terendah yaitu Rp. 850,. Muncul polemik di tengah masyarakat dengan mengatakan bahwa penetapan harga perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk sebesar Rp.850,-per lembar saham terlalu rendah dan tidak wajar serta alokasi penjatahan saham yang tidak transparan, yang menjadi permasalahan dalam tesis ini yaitu mengapa BUMN perlu diprivatisasi, bagaimana proses privatisasi BUMN melalui initial public offering, serta apakah privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk telah memenuhi ketentuan perundang-undangan
Penulisan tesis ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero),Tbk.
Disarankan agar privatisasi menerapkan Good Corporate Governance sehingga BUMN berdaya saing tinggi dan memberikan kontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, diharapkan agar privatisasi BUMN memprioritaskan metode melalui Initial Public Offering (IPO) dan diharapkan underwriter bertindak independen dalam hal penetapan harga saham perdana dan alokasi penjatahan saham.
ABSTRACT
SOEs as one businessman in the Indonesian economy, in addition to private and cooperative sector, is expected to carry out its role more actively in the development of national economy in order to realize the maximum prosperity for the people. But in practice, showing that the SOEs sector has not shown that optimal performance for the development of national economy, when compared with the private sector. Not even a little unhealthy SOEs which still continue to get cash injection from the government while the benefits are not comparable with the injection of funds, or even losing money. For that effort to reform SOE should be immediately implemented to overcome these problems. One of the efforts made by the government in terms of SOEs reform is the privatization of SOEs. Privatization through public offering (IPO), meaning that the government sold to the public all or a portion of shares held for a certain state to the public through the capital markets, but governments generally sell only a portion of the state-owned above. Legal issues that arise during the public that is enlivened by case cheap price IPO of PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, the price range set at Rp. 800-USD. 1050, the Government chose the lowest price of Rp. 850,. Polemics appeared in the community by saying that the initial price determination PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk amounting to Rp.850,-per share was too low and not fair and the allocation of allotment of shares that are not transparent. The problem in this thesis that is why SOEs privatized, how the process of privatization through an initial public offering, and whether privatization of PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk is in compliance with legislation.
Writing this thesis using the methods of normative research that is qualitative in order to illustrate the problems associated with the implementation of the privatization of PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Necessity is the privatized SOEs in terms of increased efficiency and productivity of SOEs such as the dissemination of state-owned shares to the public to accelerate the implementation of Good Corporate Governance (GCG) in these SOEs and enhancing the participation of community control.SOEs Privatization best done
through the stock market Initial Public Offering (IPO). This IPO will bring the advantage that the properties of transparancy and provide equal opportunity for all parties to participate in buying shares of SOEs, including for foreign investors. After the state-owned firms initial public offering (IPO), then these companies should bear the new obligations that must be implemented.
(IPO) and the underwriters are expected to act independently in terms of IPO pricing and allocation of share distribution.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan
karunia-Nya sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar
Magister Hukum pada Program Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Adapun judul penelitian ini adalah: “ANALISIS HUKUM PRIVATISASI
BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) MELALUI PASAR MODAL : STUDI MENGENAI GO PUBLIC PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK”. Di dalam menyelesaikan Tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis “Ayahanda H. Ahmad Hatib Lubis, SH” dan “Ibunda Hj.
Yusniar Lintang” serta tak lupa “ Kak Tuty Hanani Lubis, S.Psi dan Yeti Meliany
Lubis, SE, Ak, Msi” dan “Adikku Tia Nurbaiti Lubis” yang telah memberikan
dukungan baik secara materil maupun secara moril dan tak lupa penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat para komisi
pembimbing: Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum,
dan Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum. Dimana di tengah-tengah kesibukannya masih
tetap meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan mendorong
semangat penulis untuk menyelesaikan penulisan Tesis ini.
Perkenankanlah juga, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian studi ini, kepada:
1. Rektor Univesitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu,
DTM&h, MSc (CTM), SpA(K) atas kesempatan yang diberikan kepada
2. Dekan Fakultas Hukum Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, atas kesempatan
menjadi mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
3. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, atas
kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum sebagai komisi penguji yang telah
meluangkan waktunya dan dengan penuh perhatian memberikan dorongan,
bimbingan, saran kepada Penulis.
5. Kepada rekan-rekan di Program Studi Ilmu Hukum Universitas Sumatera
Utara Stambuk 2009 khususnya kelas paralel, beserta seluruh Staf Ilmu
Hukum terima kasih atas segala bantuan selama penulis mengikuti
perkuliahan, semoga Allah membalas kebaikan yang belipat ganda.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dan
menyampaikan permintaan maaf yang tulus jika seandainya dalam penulisan ini
terdapat kekurangan dan kekeliruan, penulis juga menerima kritik dan saran yang
bertujuan sera bersifat membangun untuk menyempurnakan penulisan tesis ini.
Medan, Mei 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Nama : Tri Murti Lubis
Tempat/ Tanggal Lahir: Medan, 12 Desember 1986
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD Dharma Wanita (Tamat tahun 2001)
SLTP Negeri I Medan (Tamat tahun 2003)
SMU Negeri I Medan (Tamat tahun 2005)
Strata 1 (S1) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
(Tamat tahun 2009)
Strata 2 (S2) Program Magister Ilmu Hukum Fakultas
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR... iv
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR SKEMA ... xi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 15
C. Tujuan Penelitian ... 15
D. Manfaat Penelitian ... 16
E. Keaslian Penulisan ... 16
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 17
1. Kerangka Teori ... 17
2. Landasan Konsepsional ... 24
G. Metode Penelitian ... 26
1. Jenis dan Sifat Penelitian... 27
2. Sumber Data ... 28
3. Teknik Pengumpulan Data ... 28
BAB II : PERLUNYA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)
DIPRIVATISASI ... 30
A. Sejarah Singkat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 30
B. Masalah Umum Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 38
C. Pengertian Privatisasi ... 44
D. Dasar Hukum Privatisasi BUMN di Indonesia ... 48
1. Undang-Undang Dasar 1945... 48
2. UU. No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN... 53
3. PP. No. 59 Tahun 2009 Tentang Perubahan Terhadap PP. No. 33 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Privatisasi Perseroan (Persero) ... 58
E. Perlunya BUMN diprivatisasi ... 67
BAB III : PRIVATISASI BUMN MELALUI PENAWARAN UMUM PERDANA INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) ... 76
A. Metode-Metode Privatisasi ... 76
B. Proses Privatisasi Melalui Penawaran Umum Perdana Initial Public Offering (IPO) ... 82
C. Akibat Hukum Perusahaan Yang Go Public ... 93
D. Keuntungan Privatisasi BUMN Melalui Penawaran Umum Perdana Initial Public Offering (IPO) ... 97
BAB IV : ASPEK HUKUM PRIVATISASI PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO), Tbk ... 100
B. Alasan Privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk ...102
C. Proses Pelaksanaan Privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk Melalui Initial Public Offering (IPO) ...104
E. Permasalahan Yang Muncul Dalam Privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk ... 114
1.Penetapan Harga Saham Perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk ... 114
2.Alokasi Penjatahan Saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk ... 131
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 139
A. Kesimpulan ... 139
B. Saran ... 140
ABSTRAK
BUMN sebagai salah satu pelaku bisnis dalam perekonomian Indonesia, di samping sektor swasta dan koperasi, diharapkan dapat melaksanakan perannya secara aktif dalam pengembangan ekonomi nasional guna mewujudkan sebesar-besar kemakmuran bagi rakyat. Namun dalam pelaksanaannya, menunjukkan bahwa sektor BUMN belum menunjukan kinerja yang optimal bagi pengembangan ekonomi nasional, apabila dibandingkan dengan sektor swasta. Bahkan tidak sedikit BUMN yang tidak sehat yang masih terus mendapatkan suntikan dana dari pemerintah sementara hasil keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan suntikan dana tersebut, atau bahkan merugi. Untuk itu upaya pembenahan BUMN harus segera diwujudkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam hal pembenahan BUMN yaitu privatisasi BUMN. Privatisasi melalui penawaran umum perdana (IPO) maksudnya yaitu pemerintah menjual kepada publik semua atau sebagian saham yang dimiliki atas BUMN tertentu kepada publik melalui pasar modal, tetapi umumnya pemerintah hanya menjual sebagian dari yang dimiliki atas BUMN tersebut. Permasalahan hukum yang muncul yaitu pada saat publik diramaikan oleh kasus murahnya harga saham perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, yaitu kisaran harga yang ditetapkan sebesar Rp. 800-Rp. 1.050, Pemerintah memilih menetapkan harga terendah yaitu Rp. 850,. Muncul polemik di tengah masyarakat dengan mengatakan bahwa penetapan harga perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk sebesar Rp.850,-per lembar saham terlalu rendah dan tidak wajar serta alokasi penjatahan saham yang tidak transparan, yang menjadi permasalahan dalam tesis ini yaitu mengapa BUMN perlu diprivatisasi, bagaimana proses privatisasi BUMN melalui initial public offering, serta apakah privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk telah memenuhi ketentuan perundang-undangan
Penulisan tesis ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero),Tbk.
Disarankan agar privatisasi menerapkan Good Corporate Governance sehingga BUMN berdaya saing tinggi dan memberikan kontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, diharapkan agar privatisasi BUMN memprioritaskan metode melalui Initial Public Offering (IPO) dan diharapkan underwriter bertindak independen dalam hal penetapan harga saham perdana dan alokasi penjatahan saham.
ABSTRACT
SOEs as one businessman in the Indonesian economy, in addition to private and cooperative sector, is expected to carry out its role more actively in the development of national economy in order to realize the maximum prosperity for the people. But in practice, showing that the SOEs sector has not shown that optimal performance for the development of national economy, when compared with the private sector. Not even a little unhealthy SOEs which still continue to get cash injection from the government while the benefits are not comparable with the injection of funds, or even losing money. For that effort to reform SOE should be immediately implemented to overcome these problems. One of the efforts made by the government in terms of SOEs reform is the privatization of SOEs. Privatization through public offering (IPO), meaning that the government sold to the public all or a portion of shares held for a certain state to the public through the capital markets, but governments generally sell only a portion of the state-owned above. Legal issues that arise during the public that is enlivened by case cheap price IPO of PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, the price range set at Rp. 800-USD. 1050, the Government chose the lowest price of Rp. 850,. Polemics appeared in the community by saying that the initial price determination PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk amounting to Rp.850,-per share was too low and not fair and the allocation of allotment of shares that are not transparent. The problem in this thesis that is why SOEs privatized, how the process of privatization through an initial public offering, and whether privatization of PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk is in compliance with legislation.
Writing this thesis using the methods of normative research that is qualitative in order to illustrate the problems associated with the implementation of the privatization of PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Necessity is the privatized SOEs in terms of increased efficiency and productivity of SOEs such as the dissemination of state-owned shares to the public to accelerate the implementation of Good Corporate Governance (GCG) in these SOEs and enhancing the participation of community control.SOEs Privatization best done
through the stock market Initial Public Offering (IPO). This IPO will bring the advantage that the properties of transparancy and provide equal opportunity for all parties to participate in buying shares of SOEs, including for foreign investors. After the state-owned firms initial public offering (IPO), then these companies should bear the new obligations that must be implemented.
(IPO) and the underwriters are expected to act independently in terms of IPO pricing and allocation of share distribution.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis keuangan yang melanda Asia pada tahun 1997-1998 yang semakin
diperburuk dengan kondisi politik di tanah air sepanjang tahun yang telah membawa
bangsa kita ke dalam jurang keterpurukan dan ketidakpastian. Hal ini dibuktikan
dengan pertumbuhan ekonomi tahun 1998 mencapai titik terendah pada saat
pemerintahan Soeharto yaitu minus 13 % (tiga belas persen).1
Memasuki era globalisasi di mana krisis ekonomi masuk ke Asia termasuk
Indonesia maka dampak negatif dari krisis yang dihadapi saat ini sangat berat
dirasakan oleh kalangan bisnis menengah ke atas, dan menggoyahkan sendi-sendi
ekonomi Indonesia yang sangat fundamental. Dampaknya sangat terasa seperti
meningkatkannya pengangguran, rendahnya daya beli disebabkan karena
berkurangnya pendapatan. Pemerintah sebagai pemilik persero saat ini yang bergerak
dalam hampir segenap bidang kegiatan ekonomi terutama di sektor-sektor yang
sangat strategis, energi, telekomunikasi, pertambangan, penerbangan, industri kimia,
agroindustri dan lain-lainnya maka tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara
(Selanjutnya disingkat BUMN) dan efisiensi BUMN mau tidak mau akan ikut
mempengaruhi kinerja ekonomi Indonesia, di samping itu BUMN adalah salah satu
1
I Nyoman Tjager, F. Antonius Alijoyo, et.al., Corporate Governance (Tantangan dan
pelaku ekonomi yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan ekonomi
dan dunia usaha nasional.
Berbagai program pemulihan telah diupayakan oleh pemerintah yaitu bekerja
sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Pihak Swasta. Upaya tersebut juga
dilakukan dengan mempersiapkan Lambaga-lembaga keuangan internasional seperti
Bank Dunia (World Bank) dan Dana Moneter Internasional (International Monetary
Fund) untuk menolong Indonesia keluar dari krisis ekonomi dengan berbagai langkah
yang tertuang dalam Letter of Intens (LOI) yang antara lain mengharuskan
pemerintah melakukan restrukturisasi ekonomi dengan privatisasi BUMN termasuk
perusahaan-perusahaan yang bernilai strategis.2
BUMN sebagai salah satu pelaku bisnis dalam perekonomian Indonesia, di
samping sektor swasta dan koperasi, diharapkan dapat melaksanakan perannya secara
aktif dalam pengembangan ekonomi nasional guna mewujudkan sebesar-besar
kemakmuran bagi rakyat. Namun dalam pelaksanaannya, menunjukkan bahwa sektor
BUMN belum menunjukan kinerja yang optimal bagi pengembangan ekonomi
nasional, apabila dibandingkan dengan sektor swasta. Maka pihak swasta lebih
menunjukan kinerja dan optimalisasi yang lebih baik dibandingkan dengan BUMN.
Bahkan tidak sedikit BUMN yang tidak sehat yang masih terus mendapatkan
suntikan dana dari pemerintah sementara hasil keuntungan yang diperoleh tidak
sebanding dengan suntikan dana tersebut, atau bahkan merugi. Untuk itu upaya
pembenahan BUMN harus segera diwujudkan untuk mengatasi permasalahan
tersebut, baik dari segi aturan hukum, ekonomi dan aspek lain yang terkait.3
Hal yang akan dikemukakan di sini adalah bahwa salah satu masalah krisis
finansial yang melanda Indonesia termasuk negara-negara lain di Asia
diidentifikasikan dengan buruknya kinerja dan daya saing perusahaan-perusahaan
milik pemerintah (BUMN) terhadap perusahaan-perusahaan swasta di negara-negara
tersebut.4 Dari 161 BUMN yang ada di Indonesia, Kesehatan seluruh BUMN
diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu sangat sehat, sehat, kurang sehat dan
tidak sehat. BUMN yang mendapat kategori sangat sehat berjumlah 11 BUMN,
Kategori sehat 95 BUMN, kategori kurang sehat 23 BUMN, dan kategori tidak sehat
7 BUMN.5
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan peranan
BUMN dalam menyukseskan pembangunan nasional adalah dengan melakukan
pembenahan tidak hanya dari sudut ekonomi namun yang tidak kalah penting adalah
instrumen hukumnya. Dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 terdapat ketentuan
mengenai privatisasi yang merupakan agenda penting dalam Undang-Undang
tersebut, yaitu sebagai salah satu upaya untuk melakukan restrukturisasi BUMN,
selain dari selain dari Profitisasi BUMN dan Korporasi BUMN.
3
Helza Nova Lita, “Tinjauan Yuridis Privatisasi Badan Usaha Milik Negara”, http:detik.com/2010/12, di akses pada tanggal 26 Desember 2010, hlm. 136.
4
I Nyoman Tjager , F. Antonius Alijoyo, et.al., Op. cit., hlm. 3.
5
Dalam Undang-Undang BUMN dijelaskan bahwa privatisasi merupakan
penjualan saham perseroan baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain
dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi
negara dan masyarakat, serta memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat.
Privatisasi dapat dilakukan dengan cara:6
1. Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal.
Yang dimaksud dengan penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal antara lain adalah penjualan saham melalui penawaran umum (Initial Public Offering / Go Public), penerbitan obligasi konversi dan efek lain yang bersifat ekuitas.
2. Penjualan saham langsung kepada investor
Yang dimaksud dengan penjualan saham langsung kepada investor adalah penjualan saham kepada mitra strategis (direct placement) atau investor lainnya termasuk financial investor. Cara ini, khusus berlaku bagi penjualan saham BUMN yang belum terdaftar di bursa. Hal ini juga dapat disebut private placement (penjualan langsung ke satu investor secara borongan), strategic sales atau trade sales.
3. Penjualan saham kepada manajemen dan/ atau karyawan yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan penjualan saham kepada manajemen (Management Buy Out/ MBO) dan/atau karyawan (Employee Buy Out/EBO) adalah penjualan sebagian besar tau seluruh saham suatu perusahaan langsung kepada manajemen dan/atau karyawan perusahaan yang bersangkutan.
Pasar Modal memberikan solusi yang dapat dipertimbangkan dalam hal
pendanaan yaitu dengan cara mengubah status perusahaan dari perusahaan tertutup
menjadi perusahaan terbuka melalui penawaran saham kepada publik (go public).
Beberapa BUMN telah memasuki proses go public hal ini disebabkan perusahaan
6
tersebut ingin menghimpun dana dalam rangka ekspansi usahanya7 dan tentunya
ingin bersaing dengan perusahaan-perusahaan swasta asing yang ada di Indonesia.
Keuntungan perusahaan melakukan penawaran umum (go public) antara
lain:8
a) Emiten yang melakukan penawaran umum saham (go public) akan memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus. Hal ini lebih baik dibandingkan emiten harus menggunakan fasilitas kredit dari bank karena emiten akan dibebankan dengan tingkat bunga yang cukup besar.
b) Meningkat likuiditas perusahaan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas.
c) Meningkatkan nilai pasar dari perusahaan karena umumnya perusahaan yang sudah menjadi perusahaan publik likuiditasnya akan lebih meningkat bila dibandingkan dengan perusahan yang masih tertutup.
d) Penawaran umum saham dapat meningkatkan prestise dan publitas perusahaan
e) Biaya penawaran umum saham relatif murah dengan proses yang relatif cepat. f) Pembagian dividen berdasarkan keuntungan, sehingga tidak ada pihak baik emiten, pemegang saham utama emiten ataupun investor public yang akan dirugikan.
g) Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manajemen emiten. h) Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan
untuk meningkatkan profesionalisme.
i) Dengan adanya penawaran umum saham, perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial.
j) Selain memberikan kesempatan kepada masyarakat umum, karyawan dari perusahaan tersebut juga dapat memiliki perusahaan.
Beberapa perusahaan yang merupakan BUMN tersebut, kini sudah masuk ke
dalam bursa saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini berarti, perusahaan BUMN
tersebut dikatakan telah melakukan penawaran umum perdana yang disebut Initial
Public Offering (IPO). Dengan masuknya saham BUMN tersebut ke bursa
7
Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Go Public dan Go Private di Indonesia,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 5. 8
dimungkinkan perusahaan tersebut maka pihak-pihak di luar pemerintahan dapat
memiliki saham dari BUMN tersebut. Hal ini kemudian dikenal dengan Privatisasi
BUMN. Pelaksanaan privatisasi ini menyangkut pada aspek ekonomi, sosial budaya
dan politik. Besarnya dampak privatisasi perlu dikaji ditahap perencanaan secara
menyeluruh sehingga bisa ditentukan apakah privatisasi akan menguntungkan dalam
jangka waktu pendek, menengah maupun jangka panjang bagi masyarakat,
pemerintah dan lainnya.9 Namun hal yang paling penting untuk melaksanakan
kebijakan privatisasi BUMN adalah didasarkan pada pertimbangan jangka menengah
dan panjang. Pemerintah tidak hanya mendasarkan keputusannya dengan nilai aset
BUMN saja tetapi prospek usaha BUMN tersebut. 10
PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk yang didirikan pada tanggal 31 Agustus
1970 merupakan salah satu BUMN yang bergerak pada industri padat modal yaitu
industri besi baja, terletak di kawasan industri Cilegon Kabupaten Serang Jawa
Barat bertepatan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1970
tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan
Perseroan (Persero) PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, Pembangunan industri baja ini
dimulai dengan memanfaatkan sisa perlatan proyek baja Trikora pada tahun 1977,
Pada tahun 1979 dilangsungkan peresmian penggunaan fasilitas-fasilitas produksi
seperti Pabrik besi spons dengan kapasitas 1,5 juta ton/tahun, Pabrik Billet Baja
dengan kapasitas 50.000 ton/tahun, Pabrik Batang Kawat dengan kapasitas 500.000
9
Indra Bastian, Privatisasi di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), hlm. 3.
10
Marsuki, Analisis Perekonomian Nasional & Internasional, (Jakarta: Mitra Wacana Media,
ton/tahun, Pabrik Batang Kawat dengan kapasitas 220.000 ton/tahun. Pada tahun
1983 diresmikan beroperasinya Pabrik Slab baja dan Pabrik Baja Lembaran Panas.
Pada tahun 1991 Pabrik Baja Lembaran Dingin yang merupakan pabrik baja
perusahaan patungan yang berada di kawasan industri Cilegon bergabung menjadi
unit produksi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk.11
Data terakhir menunjukkan kapasitas produksi PT. Krakatau Steel (Persero),
Tbk sebesar 2, 4 juta ton (sangat kecil jika dibandingkan dengan Archelor Mital12 dan
Posco13 yang masing-masing mampu memproduksi 73, 2 Juta ton dan 30, 5 juta ton
pada 2009) dari kapasitas produksi baja nasional sebesar 4 juta ton, sedangkan
konsumsi baja nasional adalah 5, 9 juta ton. Dengan demikian sisanya sebesar 1, 9
juta ton harus diimpor dengan kondisi persaingan pasar baja nasional sedemikian
ketat dengan adanya ACFTA (ASEAN and China Free Trade Agreement) yang
menurunkan tarif bea masuk baja impor yang sekitar 0-5% dari sebelumnya 5-12,5
%.14
Tahap awal proses privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dihadapkan
pada dua opsi yaitu skema privatisasi antara melalui metode Initial Public Offering
(IPO) atau dengan metode strategic sales.15
11
“Prospektus PT. Krakatau Steel”, http://www.krakatausteel.com/index.php, diakses tanggal 1 Desember 2010.
12
Merupakan salah satu perusahaan baja terbesar di dunia berasal dari India 13
Merupakan perusahaan baja terbesar di dunia berasal dari Korea Selatan 14
Nelson Nikodemus Simamora, Meneliti Privatisasi Krakatau Steel, Harian Analisa edisi
Pemerintah pertama kali memilih opsi strategic sales dalam proses privatisasi
PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk. Pemerintah saat itu menilai penjualan saham
perdana Initial Public Offering (IPO) hanya akan berhasil menambah modal tetapi
tidak berdampak besar dalam meningkatkan produksi perusahaan. Pendapat ini juga
disampaikan oleh Komisaris Utama PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk
Taufiequrahman Ruki yang menyatakan Privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk
dilakukan melalui strategic sales.16
PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk hendak menjual sebagian sahamnya kepada
Archelor-Mital melalui Strategic sales. Menteri Negara BUMN pada saat itu Sofyan
Djalil menyambut baik Archelor-Mital karena Archelor-Mital merupakan produsen
baja terbesar di dunia dan hendak berinvestasi di Indonesia.17 Archelor-Mital
menawarkan 3 (tiga) ide atau opsi yang menurut Menteri BUMN pada saat itu Sofyan
Djalil sangat baik yaitu Mengembangkan sendiri usaha pertambangan yang berkaitan
dengan industri baja, menawarkan diri menjadi mitra strategis bagi PT. Krakatau
Steel (Persero), Tbk dan akan mendirikan perusahaan patungan bersama PT.
Krakatau Steel (Persero), Tbk.
Berdasarkan data kompas pada tahun 1998, pemerintah Indonesia diwakili
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada saat itu yaitu Tanri Abeng
ketika itu menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Mittal untuk memulai
16
Lucky Fransiska,“Penjualan Krakatau Steel Belum Jelas”,
http://www.nasional.kompas.com/read/2008, di akses tanggal 29 Desember 2010. 17
proses penjualan saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk kepada Mittal hingga 51
persen. Isi MoU ini sempat dirahasiakan dan baru diketahui melaui perdebatan keras
di DPR, tetapi sebulan setelah penandatangan, Pemerintah akhirnya membatalkan
MoU tersebut yang dituding menyalahi prinsip transparansi dalam privatisasi
tersebut.18
Selain Archelor-Mital, Perusahaan baja besar lainnya yaitu PT. Bluescope
juga ingin menguasai saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, hal ini didasari
dengan adanya surat permohonan pihak Bluescope untuk melakukan pembelian
saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk pada tanggal 29 April 2008. 19
Archelor-Mital dan PT. Bluescope ingin menguasai saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk
melalui privatisasi yang dilakukan dengan cara strategic sales.
Seperti yang dikemukakan di atas, bahwa privatisasi BUMN mengandung pro
dan kontra. Salah satu pihak yang menolak privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero),
Tbk adalah karyawan PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk yang berunjuk rasa karena
menolak rencana privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dengan cara strategic
sales.20 Sebagian besar masyarakat juga meminta kepada Pemrintah untuk tidak
melanjutkan rencana privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk yaitu untuk
mencegah terulangnya kasus penguasaan asing atas sejumlah BUMN strategis di
18
OSA,“BluescopeMulaimelirikKrakatau Steel”, http://www.nasional.kompas.com/read/2008, di akses tanggal 30 Desember 2010.
19 Ibid. 20
EDJ, “Proposal Mittal Pekan ini”, http://www.nasional.kompas.com/read, di akses tanggal
Indonesia seperti Indosat oleh Temasek Singapura dan Semen Gresik oleh Cemex
Meksiko.21
Sesuai dengan wacana di atas, sejumlah pihak yang tidak menghendaki
privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk melalui metode strategic sales
disebabkan karena privatisasi melalui strategic sales mempunyai beberapa kelemahan
yaitu :
1. Metode ini menghilangkan peluang masyarakat atau publik untuk turut serta memiliki saham perusahaan-perusahaan BUMN.
2. Metode ini kurang memiliki public transparancy, khususnya dalam proses privatisasi itu sendiri karena hanya melibatkan lembaga-lembaga keuangan dan institusi terkait. Publik akan memperoleh transparansi setelah proses privatisasi selesai.22
Pelaksanaan Privatisasi BUMN telah mengundang pro dan kontra di kalangan
masyarakat, sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa BUMN adalah aset
negara yang harus dipertahankan kepemilikannya oleh pemerintah, walaupun tidak
mendatangkan manfaat karena terus merugi, namun ada pula kalangan yang
berpendapat bahwa pemerintah tidak perlu sepenuhnya memiliki BUMN, yang
penting BUMN tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih baik bagi negara
dan masyarakat Indonesia.
Pelaksanaan privatisasi seharusnya menitikberatkan penjualannya melalui
pasar modal, daripada menjualnya kepada Mitra Strategis (Strategic sale). Hal ini
disebabkan melalui pasar modal akan membuat penjualan saham BUMN terdistribusi
21
OSA, “BUMN Watch Minta Pemerintah Tak Jual Krakatau Steel ke Mittal”, http://www.kapan lagi.com, di akses tanggal 30 Desember 2010.
22
dalam masyarakat dan dengan sendirinya memperluas kepemilikan masyarakat atas
BUMN.23 Hal ini bertujuan adanya perluasan kesempatan untuk meningkatkan
kesejahteraan.
Akibat dari desakan para karyawan dan masyarakat yang menolak privatisasi
PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dilakukan dengan cara strategic sales, akhirnya
Pihak PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk menolak langkah akuisisi Arcelor Mital
dengan alasan manajemen PT Krakatau Steel sedang mendatangkan teknologi
canggih dari Jerman dengan nilai investasinya 200 Juta Dolar AS. Selain itu, pihak
manajemen PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk menyatakan Initial Public Offering
(IPO) merupakan cara terbaik menjadikan perusahaan lebih transparan. Untuk itu
akhirnya pada tanggal 4 Juni 2008 pemerintah memutuskan melakukan Privatisasi
PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dengan cara melalui penawaran saham perdana
Initial Public Offering (IPO). 24
Berdasarkan persetujuan dari DPR pada tanggal 16 September 2009,
privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk disetujui dengan syarat yaitu dilakukan
dengan metode Initial Public Offering (IPO) secara bertahap yaitu maksimal 30
persen, menyertakan manajemen/employee stock option sebagai program retensi dan
meningkatkan motivasi bagi manajemen dan karyawan PT. Krakatau Steel (Persero),
Tbk. Pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah dengan
23
Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi, (Bandung: Boooks Terrace&Library, 2007),
hlm. 215. 24
memperhatikan situasi dan kondisi pasar yang tepat, harga dan jumlah lembar saham
yang dilepas sesuai dengan tahapan yang dipilih, sehingga diperoleh nilai penjualan
saham yang optimal. 25
Akibat penolakan oleh Pemeritah dan Manajemen PT. Krakatau Steel
(Persero), Tbk, Archelor-Mital mengeluarkan opsi kedua yakni melakukan
pembentukan usaha patungan baru di industri baja. Namun hal ini kemudian juga
ditolak oleh pemerintah dengan alasan pemerintah telah memiliki perencanaan yang
kuat untuk melakukan IPO atas PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk. Pemerintah tetap
memutuskan untuk melakukan privatisasi dengan cara Initial Public Offering (IPO).26
Privatisasi lebih dipahami sebagai suatu proses sistematis untuk memindahkan
status kepemilikan BUMN dari tangan seluruh anggota masyarakat (negara) kepada
para pemodal swasta asing maupun domestik. Privatisasi BUMN melalui Initial
Public Offering (IPO), akan terjadi kepemilikan yang menyebar (dispersed
ownership). Siapapun dapat membeli saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dan
kepemilikan akan terdiri dari banyak pihak. Hal ini berbeda dengan pola strategic
sales yang terdiri dari satu atau beberapa pihak saja yang menjadi pembeli.
Selain itu, Privatisasi melalui IPO merupakan privatisasi melalui penjualan
saham di pasar modal. Menurut Vistada, metode IPO untuk saat ini tampaknya yang
paling memungkinkan untuk mempercepat program privatisasi BUMN di Indonesia
25
Anggito Abimanyu, Kewajaran Saham Krakatau Steel, Majalah Tempo edisi Minggu
Kedua November 2010, hlm. 134. 26
EDJ, “KS Tolak Tawaran Mittal Bangun Pabrik Patungan”, http://www.krakatausteel.com,
dibandingkan dengan metode lainnya seperti private placement, Management Buy
Out/Management and/or Employee Buy-Out(MBO/MEBO) .27
PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk sangat menarik minat banyak investor asing
seperti perusahaan baja asal Korea Selatan, Pohang Iron and Steel Company
(Posco)28 tetapi karena PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk memilih melakukan
privatisasi dengan metode Initial Public Offering (IPO) dianggap akan mengamankan
aset milik bangsa Indonesia daripada melakukan privatisasi dengan cara strategic
sales karena selain kemungkinan penguasaan asing dapat dihindari karena adanya
investor asing, investor asing tidak dapat menjadi pengendali perusahaan dan juga
dapat mencegah gejolak internal yang akan terjadi di PT. Krakatau Steel (Persero),
Tbk.
Permasalahan hukum yang muncul yaitu pada saat publik diramaikan oleh
kasus murahnya harga saham perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, yaitu
kisaran harga yang ditetapkan sebesar Rp. 800-Rp. 1.050, Pemerintah memilih
menetapkan harga terendah yaitu Rp. 850,. Muncul polemik di tengah masyarakat
dengan mengatakan bahwa penetapan harga perdana PT. Krakatau Steel (Persero),
Tbk sebesar Rp.850,-per lembar saham terlalu rendah dan tidak wajar.
Banyak pihak yang mempertanyakan alasan saham perdana PT. Krakatau
Steel (Persero), Tbk dijual sangat murah di level Rp. 850,- per saham, sedikit lebih
tinggi dari harga terendah Rp. 800,- per saham. Padahal saham IPO PT. Krakatau
27
Indra Bastian, Op. cit., hlm. 305.
28
Ant, Investor asing bakal borong IPO Krakatau, Harian Analisa edisi Kamis 28 Oktober
Steel (Persero), Tbk mengalami kelebihan permintaan (Oversubscribe) sebanyak 9
(sembilan) kali alias tertinggi sepanjang IPO Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sejumlah pihak yang menyatakan proses penentuan harga saham PT.
Krakatau Steel (Persero), Tbk di duga memenuhi unsur tindak pidana korupsi
sehingga menyebabkan kerugian negara karena tidak memperoleh pemasukan lebih
besar. Menurut Dradjat, proses IPO justru mengakibatkan penurunan pemasukan
negara dengan harga sebesar Rp. 850 per lembar. Padahal, jika harga perlembar
saham mencapai Rp. 1.000 saja maka negara mendapatkan tambahan uang tunai Rp.
459 Miliar.29
Harga saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk sempat melonjak hampir
mencapai 50% yaitu Rp. 1.250 pada hari pertama dan Rp. 1.340 di hari berikutnya.
Sejumlah pihak menilai dengan harga demikian rendah, pemasukan negara pada pasar
perdana tidak maksimal.30
Berbagai isu politik, ekonomi dan budaya muncul, yang mana isu-isu tersebut
umumnya mengganggu pelaksanaan privatisasi BUMN-BUMN di Indonesia, seperti
yang terjadi pada pelaksanaan privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk.
Permasalahan yang berkaitan dengan privatisasi BUMN menjadi isu penting
akhir-akhir ini. Permasalahan hukum yang muncul yaitu ketika adanya gugatan
masyarakat terhadap pemerintah yang dinilai menjual kekayaan negara dengan harga
yang sangat murah dan dinilai kurang transparan.
29
“Penentuan Harga IPO KS penuhi unsur korupsi”, http://okanila.brinkster.net/wordpress,
diakses tanggal 24 Februari 2011. 30
Bertitik tolak dari uraian-uraian dan berdasarkan permasalahan-permasalahan
di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas dan menelitinya dengan mengambil
judul Analisis Hukum Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Melalui
Pasar Modal: Studi Mengenai Go Public PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini, penulis
merumuskan 3 (tiga) permasalahan yang diteliti sebagai berikut :
1. Mengapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perlu diprivatisasi?
2. Bagaimana proses privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui
penawaran umum perdana/Initial Public Offering (IPO)?
3. Apakah privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk telah memenuhi ketentuan
perundang-undangan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian yang terdapat pada perumusan masalah di atas maka yang
menjadi tujuan dalam penelitian mengenai judul di atas, adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan mendalami tentang perlunya Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) diprivatisasi.
2. Untuk mengetahui dan mendalami tentang proses privatisasi Badan Usaha Milik
3. Untuk mengetahui dan mendalami privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk
telah memenuhi ketentuan perundang-undangan.
D. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini, dapat memberikan sejumlah manfaat bagi semua
pihak. Manfaat tersebut, penulis kelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yakni sisi
teoritis dan sisi praktis sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini memberikan sejumlah manfaat yakni sebagai bahan kajian
penelitian lebih lanjut bagi para akademisi maupun masyarakat umum serta dapat
memberi manfaat menambah khasanah ilmu hukum perusahaan dan hukum pasar
modal khususnya mengenai privatisasi melalui pasar modal.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini memberikan informasi kepada praktisi hukum, perusahaan
BUMN, maupun masyarakat tentang proses privatisasi yang dilakukan melalui pasar
modal untuk kemajuan ekonomi nasional.
E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di Perpustakaan
Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang “Analisis Hukum
Privatisasi BUMN Melalui Pasar Modal: Studi Mengenai Go Public PT. Krakatau
masalah yang sama, walaupun sudah ada beberapa judul penelitian tentang
Privatisasi, tetapi jika dilihat dari rumusan masalah yang dibahas jelas nampak
perbedaannya. Misalnya Tesis T. Keizerina Devi (992105120) dengan judul
“Privatisasi Perusahaan Perseroan (PT Perseroan) Persepektif HAN (Studi Kasus PT
Perkebunan Nusantara II (Persero) Medan’, Tesis Irwan Juned (027005062) dengan
judul Penerapan Transparansi Dalam Privatisasi BUMN’, Tesis Zulkifli Taufik
(037005083) dengan judul “Pengaturan Privatisasi Dikaitkan Dengan Parameter
Kepentingan Umum Dan Menguasai Hidup Orang Banyak”. Jadi, penelitian ini
adalah asli dan menjunjung tinggi asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, obyektif,
dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
secara ilmiah dan terbuka atas masukan serta saran-saran yang membangun
sehubungan dengan pendekatan dan perumusan masalah.
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional
1. Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik
atau proses tertentu terjadi.31 Kerangka teori merupakan teori yang dibuat untuk
memberikan gambaran yang sistematis mengenai masalah yang akan diteliti. Teori ini
masih bersifat sementara yang akan dibuktikan kebenarannya dengan cara meneliti
secara realitas. Kerangka teoritis lazimnya dipergunakan dalam penelitian ilmu-ilmu
31
J.J.J M. Wuisman, dalam M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, (Jakarta: FE
sosial dan juga dapat dipergunakan dalam penelitian hukum, yaitu pada penelitian
hukum sosiologis dan empiris.32
Privatisasi merupakan pengalihan kepemilikan dari sektor pemerintah kepada
sektor swasta. Privatisasi tidak berarti sebagai penjualan aset pemerintah, tetapi lebih
sebagai akomodasi manajemen swasta ke dalam manajemen BUMN dan pemerintah.
Pada umumnya perhatian mengenai privatisasi bermuara pada pilihan mana
yang diutamakan dalam Perusahaan Negara atau BUMN, apakah mempertahankan
kepemilikan pemerintah atau melakukan privatisasi atau mengalihkannya kepada
kepemilikan swasta.33
Secara teoritis terdapat dua pertanyaan mendasar berkenaan dengan masalah
kepemilikan perusahaan. Pertama, bentuk kepemilikan yang bagaimana yang secara
efektif dapat meningkatkan kesejahteraan sosial (welfare state) dan efisiensi. Kedua,
mengapa pemerintah berkenaan melepaskan kepemilikaannya, padahal dengan
mempertahankan kepemilikannya pada perusahaan mereka akan mendapatkan
dukungan politik.34
Rumusan Pasal 33 UUD 1945 menetapkan, bahwa perekonomian Indonesia
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Dengan demikian
ketentuan dalam ayat-ayat pada Pasal 33 tersebut memberi kesan, bahwa sistem
ekonomi Indonesia menganut sistem ekonomi terpusat, yaitu suatu sistem ekonomi
32
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 127.
33
Bismar Nasution, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi,
Pidato Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Hukum Ekonomi Pada Fakultas Hukum USU, Gelanggang Mahasiswa Medan, Sabtu 17 April 2004, hlm. 28.
34
yang sosialistis. Akan tetapi di dalam Pasal 33 Ayat 4 UUD 1945 ditetapkan, bahwa
perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional. Demokrasi ekonomi di artikan bahwa semua produksi (kegiatan ekonomi)
dikerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau pemilikan
anggota-anggota masyarakat. Oleh karena itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas azas kekeluargaan (Pasal 33 ayat 1 UUD 1945), bahwa cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara (Pasal 33 ayat 2 UUD 1945), tetapi pengertian dikuasai oleh
negara di sini tidak berarti negara sendiri yang menjadi penguasa, atau usahawan.
Lebih tepat apabila dikatakan, bahwa dalam kekuasaan negara mengenai hal itu dapat
pula membuat peraturan guna kelancaran jalannya ekonomi. 35
Penganut paradigma hukum alam berpendapat bahwa tujuan hukum adalah
untuk mewujudkan “keadilan”.36 Dalam perkembangan dan kenyataannya, keadilan
bukan satu-satunya istilah yang digunakan untuk menunjukkan tujuan hukum. Dalam
35
Junius T.L Sianturi, “Analisis Hukum Privatisasi BUMN Terhadap Dampak
Perekonomian Nasional”, http://www.blogspot.com, diakses pada tanggal 24 Desember 2010, hlm. 28.
36
Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: Ikhtiar Baru, 1975), hlm. 20,
Menurut teori etis (etische theory), hukum hanya semata-mata bertujuan mewujudkan keadilan. Teori
suatu negara hukum modern, tujuan hukum adalah untuk mewujudkan
kesejahteraan.37
Pemerintah Indonesia mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama, yaitu
tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam tujuan yang
bersifat ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk mengelola sektor-sektor bisnis strategis
agar tidak dikuasai pihak-pihak tertentu. Bidang-bidang usaha yang menyangkut
hajat hidup orang banyak, seperti perusahaan listrik, minyak dan gas bumi,
sebagaimana diamanatkan dalam pasal 33 UUD Republik Indonesia Tahun 1945,
dikuasai oleh BUMN. Dengan adanya BUMN diharapkan dapat terjadi peningkatan
kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar lokasi BUMN.
Tujuan BUMN yang bersifat sosial antara lain dapat dicapai melalui penciptaan
lapangan kerja serta upaya untuk membangkitkan perekonomian lokal.38
Menurut teori negara kesejahteraan, tujuan negara tidak lain untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi setiap warga negara. Konsep keterlibatan negara
dalam bidang ekonomi untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Beveridge, seorang
anggota parlemen Inggris dalam laporannya yang mengandung suatu program sosial,
dan menyatakan bahwa pemerataan pendapatan masyarakat, kesejahteraan
37
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan
Nasional, (Bandung, Bina Cipta, Tidak ada Tahun), hlm. 2-3. 38
masyarakat, kesejahteraan sosial sejak manusia lahir sampai meninggal, lapangan
kerja, pengawasan atas upah oleh pemerintah, dan usaha dalam bidang pendidikan. 39
Privatisasi melalui pasar modal menyebabkan perluasan kepemilikan
masyarakat atas BUMN yang juga akan memperluas kesempatan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Masalah privatisasi BUMN terkait erat dengan pembahasan-pembahasan
teoritis tentang peran campur tangan negara dalam kegiatan ekonomi. Privatisasi
merupakan salah satu topik bahasan dalam wacana ekonomi neo conservatisme, yang
biasa disebut dengan pengalihan fungsi-fungsi negara kepada swasta. Paham ini
meyakini bahwa perluasan ruang lingkup fungsi negara dalam kegiatan ekonomi
membawa akibat buruk. Peran negara melalui aparatur pemerintah dalam pengelolaan
BUMN pada gilirannya akan mengakibatkan ketergantungan badan usaha terhadap
negara. Akibatnya adalah hilangnya rasa profesionalitas dan kemandirian dari BUMN
karena mendapat perlindungan terus dari negara. Pola seperti ini menurut
neo-konservatif akan menghasilkan kelompok individu yang berkualitas rendah dan terus
menggantungkan hidupnya pada program bantuan pemerintah, tanpa hasrat atau
kemampuan untuk memikul tanggungjawab atas kesejahteraannya sendiri sebagai
warga yang mandiri. 40 Dengan demikian bahwa pilar utama ideologi neo-konservatif
adalah bahwa aparatur negara seharusnya tidak ikut berperan dalam kegiatan-kegiatan
39
Muchsan, Peradilan Administrasi Negara, (Yogyakarta: Liberty, 1981) hlm. 1.
40
William Ebenstein dan Edwin Fogelman,et.al., Isme-Isme Dewasa ini, Edisi Kesembilan
pokok dari ekonomi nasional maupun internasional.41 Oleh karena itu menurut paham
ini perlu dilakukan pengalihan fungsi-fungsi negara kepada swasta.
Kesejahteraan masyarakat tersebut berhubungan dengan teori manfaat yang
dipelopori oleh Jeremy Bentham dan selanjutnya dikembangkan oleh John Stuart
Mill. Bagi Jeremy Bentham, hukum barulah dapat diakui sebagai hukum, jika ia
memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya terhadap sebanyak-banyaknya
orang. 42
Utilitarisme disebut lagi suatu teleologis (dari kata Yunani, telos artinya
tujuan), sebab menurut teori ini kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan
dicapainya tujuan perbuatan. Perbuatan yang memang bermaksud baik tetapi tidak
menghasilkan apa-apa, menurut utilitarisme tidak pantas disebut baik.43 Teori utilitas
tersebut mengedapankan kemanfaatan hukum bagi masyarakat, Hukum harus
menciptakan kesenangan dan kemanfaatan bagi setiap orang.
Dalam hal privatisasi perubahan kepemilikan, perubahan tersebut harus
dibarengi dengan deregulasi dan reformasi kebijakan, keuntungan investasi dan
manajemen sektor swasta. Penyebaran privatisasi akan bergantung pada kemampuan
41
Chris Harman, Anti Kapatalisme, (Yogyakarta: Teplok Press, 2003), hlm. 3. Buku ini
diterjemahkan dari artikel aslinya yang berjudul Anti Capatalism; Teori and Practise, London:
International Socialism, No.88, 2000). 42
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) Vol. I, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 76. 43
kepemimpinan politik sebuah negara untuk mendemonstrasikan keuntungan konkrit
dari privatisasi untuk publik sebagian besar. 44
Kebijakan privatisasi seharusnya tidak berdasarkan kepentingan politik jangka
pendek pemerintah pusat dalam rangka menutupi anggaran belanja yang defisit,
dengan adanya teori utilitas ini tentunya pemerintah harus lebih mementingkan
manfaat dari kebijakan privatisasi tersebut untuk masyarakatnya.
Hakikat dari privatisasi adalah upaya membawa BUMN kepada posisi yang
lebih profesional, mandiri, efisiensi dengan mengurangi pemerintah dalam
pengelolaan BUMN. Privatisasi juga adalah usaha merubah budaya perusahaan
sebagai akibat dari masuknya pemegang saham baru. Budaya yang dianggap tepat
untuk menggerakkan BUMN kearah dimaksud adalah budaya Good Corporate
Governance (GCG), karena dengan GCG akan tercipta kepastian hak dan kewajiban
dalam hubungan-hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi,
pemegang saham dan kelompok-kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. 45
Untuk mengkaji pandangan mana yang dipakai dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan teori Utilitas oleh Jeremy Bentham yaitu hukum baru dapat
dikatakan hukum jika ia memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya terhadap
orang banyak. Hal ini berkenaan dengan apakah seberapa besar kebijakan privatisasi
tersebut bermanfaat bagi masyarakat.
44
Hessel Nogi S Tangkilisan, Distorsi Pengelolaan Privatisasi Jalan Tol, (Yogyakarta:
Lukman Offset, 2003), hlm. 34. 45
Irwan Juned, Pengaturan Prinsip Transparansi Dalam Kaidah-Kaidah Hukum Tentang
2. Landasan Konsepsional
Selanjutnya untuk tidak menciptakan kesalahan persepsi atau penafsiran
dalam memahami konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, perlu
ditetapkan definisi operasional atau konsep-konsep yang dipergunakan sebagai
berikut:
1. Privatisasi adalah penjualan saham persero, baik sebagian maupun seluruhnya
kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan,
memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan
saham oleh masyarakat.46 Yang dimaksud privatisasi dalam tesis ini adalah
privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk.
2. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.47
3. Perusahaan Perseroan yang selanjutnya disebut (Persero), adalah BUMN yang
berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh
atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara
Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.48
46
Pasal 1 angka12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN), LN No. 70 Tahun 2003, TLN No. 4297.
47
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, LN No. 70 Tahun 2003, TLN No. 4297.
48
4. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.49
5. Go Public/ Initial Public Offering (IPO) adalah kegiatan penawaran efek yang
dilakukan oleh Emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata
cara yang diatur dalam Undang-Undang ini dan peraturan pelaksananya.50
6. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik atau Good Corporate Governance (GCG)
adalah sistem atau seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit hubungan antara
pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan direksi demi tercapainya
tujuan korporasi.51
7. Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten,
perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada Undang-Undang Pasar
Modal untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat
seluruh informasi fakta material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat
berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga
dan efek tersebut.52
49
Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, LN No. 64 Tahun 1995, TLN No. 3608.
50
Pasal 1 ayat 15 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, LN No. 64 Tahun 1995, TLN No. 3608
51
Nilawaty, Perbandingan Pengaturan Tentang Corporate Social Responsibility Antara
Indonesia Dengan Cina Dalam Upaya Perwujudan Prinsip Good Corporate Governance Di Indonesia
,Tesis, (Medan: Program Magister Ilmu Hukum USU, 2010), hlm. 38.
52
8. Strategic Sales adalah salah satu metode dalam privatisasi dengan cara
mengajukan penawaran sebagian besar saham (dapat mencapai 100%) BUMN
kepada pihak-pihak lain dengan cara negoisasi. Strategic sales juga dikenal
dengan nama penempatan langsung (direct placement), private placement atau
trade sale.53
9. Investor Publik/Masyarakat adalah Sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya
dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.54
G. Metode Penelitian
Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat dapat memahami obyek
yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan,55sedangkan
penelitian merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan
kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.56 Penelitian hukum
merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan
pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala
hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.57
53
Indra Bastian, Op. cit.,hlm. 172.
54
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 635. 55
Soerjono Soekanto, Ringkasan Metode Penelitian Hukum Empiris, (Jakarta: Indonesia
Hilco, 1990), hlm. 106. 56
Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.1. 57
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm.
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian tesis ini adalah penelitian
hukum normatif. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Marzuki, “Di dalam penelitian
hukum, yang diteliti adalah kondisi hukum secara instrinsik, yaitu hukum sebagai
sistem nilai dan hukum sebagai norma sosial yang hasilnya bukan mencari jawaban
atas efektivitas suatu ketentuan, pengaruh faktor-faktor non hukum terhadap
peraturan hukum, peranan suatu institusi tertentu dalam penegakan hukum.”58 Ronald
Dworkin yang diterjemahkan Bismar Nasution, yang menyebut metode penelitian
tersebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu suatu penelitian
yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun hukum
sebagai law as it is decided by the judge through judicial process.59
Menurut Sunaryati Hartono, dalam Penelitian hukum normatif dapat mencari
asas hukum, teori hukum dan pembentukan asas hukum baru.60 Pendekatan yang
bersifat normatif tersebut akan dilakukan dengan mempergunakan bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.61 Penelitian hukum normatif
dikenal sebagai penelitian hukum normatif yang bersifat kualitatif.
58
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 89.
59
Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, makalah
disampaikan pada dialog interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU,Tanggal 18 Februari 2003, hlm. 1.
60
C.F.G. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20,
(Bandung: Alumni, 1994), hlm. 12. 61
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian
kepustakaan (Library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin,
pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan objek telaah penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-undangan
buku, tulisan ilmiah, dan karya-karya ilmiah lainnya.
Data pokok dalam penelitian ini adalah data-data sekunder yang meliputi:
1. Bahan hukum primer, yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 Tentang
Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) jo Peraturan Pemerintah No.
59 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2005 Tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero)
2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan kajian dan analisis para ahli hukum
yang bersumber dari berbagai jurnal, buku-buku, hasil-hasil penelitian dan
dokumen-dokumen terkait lainnya.
3. Bahan hukum tertier, berupa bahan-bahan yang berfungsi memberikan kejelasan
pemahaman terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti
kamus-kamus Hukum, Ekonomi, dan Ensiklopedia.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen-dokumen yang
relevan dengan penelitian ini di perpustakaan dan melakukan identifikasi data. Data
yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan tersebut selanjutnya akan dipilah-pilah
kaedah-kaedah hukum yang kemudian dihubungkan dengan permasalahan yang sedang
dihadapi dan disistematisasikan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras
dengan permasalahan dalam penelitian ini. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut
akan dianalisis secara induktif-kualitatif untuk sampai pada kesimpulan, sehingga
pokok permasalahan yang ditelaah dalam penelitian ini akan dijawab.62
4. Analisis Data
Analisis data di dalam penelitian ini, dilakukan secara kualitatif yakni
pemilihan teori-teori, asas-asas, norma-norma, doktrin, dan pasal-pasal di dalam
undang-undang terpenting yang relevan terhadap permasalahan, kemudian membuat
sistematika dari data-data tersebut sehingga akan menghasilkan klarifikasi tertentu
sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Data yang dianalisis
secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis pula
dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data, selanjutnya semua data
diseleksi dan diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif sehingga selain
menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, juga dapat memberikan
solusi terhadap permasalahan yang dimaksud.
62
Bambang Sungono, Metode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), (Jakarta:PT Raja
BAB II
PERLUNYA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) DIPRIVATISASI
A. Sejarah Singkat Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Secara politik-ekonomi, pendirian BUMN di Indonesia mempunyai tiga
alasan pokok. Pertama, sebagai wadah bisnis aset yang dinasionalisasi. Alasan ini
terjadi di tahun 1950-an ketika pemerintah menasionalisasi perusahaan-perusahaan
asing. Peristiwanya dimulai pada tahun 1957, ketika kabinet Ali Satroamidjojo II
jatuh disertai krisis ekonomi yang parah. Kejatuhan kabinet ini seakan memperkuat
sinyal bahwa pemerintahan parlementer akan membawa Indonesia ke dalam
keterpurukan.63
Pada November 1957 Presiden Soekarno mengumumkan penyatuan Irian
Barat dengan Indonesia karena PBB gagal mengeluarkan resolusi yang mengimbau
agar Belanda mau berunding dengan Indonesia untuk masalah Irian Barat. Gerakan
Ini menjadi titik awal nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda yang
beroperasi di Indonesia.
Kedua, membangun industri yang diperlukan masyarakat, namun masyarakat
sendiri (atau swasta) tidak mampu memasukinya, baik karena alasan investasi yang
sangat besar maupun risiko usaha yang sangat besar. Pada pertengahan tahun 1960-an
pemerintah mulai mendirikan pabrik-pabrik pupuk urea, mulai di Sumatera Selatan,
63
Riant Nugroho dan Randy R. Wrihatnolo, Manajemen Privatisasi BUMN, (Jakarta: PT