UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS PENGARUH KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
TERHADAP TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK
PERKREDITAN RAKYAT DI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan oleh :
HANDRIAS PRASETIA
040501071
EKONOMI PEMBANGUNAN
Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana ekonomi
ABSTRACT
This study entitled "Analysis of Quality of Earning Assets to Bank Soundness of Rural Banks in North Sumatra." This study uses data Timeseries to know how to influence Assets Quality (KAP) and the Ratio of Allowance on Earning Assets (PPAP) on Earning Assets Allowance for which Mandatory Formed (PPAPWD) on the level of bank health on rural banks in North Sumatra.
This research use linear regression analysis model, existing data are processed using the computer program E-views 5.1. Results showed higher percentages of hypothesis quality level of productive assets (KAP) and Elimination of Productive Assets Ratio (PPAP) on Earning Assets Allowance for which Mandatory Formed (PPAPWD), then the level of bank health on rural banks in North Sumatra, the better.
By knowing the relationships among the variables, Ordinary Least Square is used to perform estimation. The result indicates Elimination of Productive Assets Ratio (PPAP) on Earning Assets Allowance for which Mandatory Formed (PPAPWD) significantly affect the level of bank health on rural banks in North Sumatra, while the quality of productive assets did not significantly affect the health of banks at the Bank of Credit People in North Sumatra.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Tingkat Kesehatan Bank Pada Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara”. Penelitian ini menggunakan data timeseries untuk mengetahui bagaimana pengaruh Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD) terhadap tingkat kesehatan bank pada Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara.
Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier, data yang ada diproses dengan menggunakan program komputer E-views 5.1. Hasil hipotesis menunjukkan semakin tinggi persentase tingkat Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD), maka tingkat kesehatan bank pada Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara akan semakin baik.
Dengan mengetahui hubungan diantara variabel-variabel, kaidah Ordinary Least Square digunakan untuk melakukan estimasi. Hasil estimasi menunjukkan Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD) berpengaruh nyata terhadap tingkat kesehatan bank pada Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara, sedangkan Kualitas Aktiva Produktif tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kesehatan bank pada Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini, dengan judul “Analisis Pengaruh Kualitas Aktiva
Produktif Terhadap Tingkat Kesehatan Bank Pada Bank Perkreditan Rakyat Di
Sumatera Utara”.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu pelaksanaan akademis untuk
memenuhi syarat perkuliahan di jenjang studi strata – 1 dalam rangka meraih
gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian
skripsi ini, disebabkan keterbatasan penulis. Untuk itu penulis memohon maaf,
kritik serta saran yang membangun dari seluruh pihak untuk membantu dan
memotivasi penulis agar lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat serta sumbangsih wawasan
dan pemikiran bagi seluruh pihak yang membacanya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah
membantu secara moril dam materil dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini,
yaitu kepada:
1. Ayahanda Haiyun Majid dan Ibunda Yasmiati serta Adik-adik ku Ricky
dan Tami atas kasih sayang, doa, serta dukungan moril dan materil yang
2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, ME.c selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, ME.c selaku Ketua Departemen
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Arifin Siregar MSP selaku dosen pembimbing penulis yang
telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, memberikan
saran, masukan dan petunjuk yang sangat berarti bagi penulis.
5. Ibu DR Murni Daulay.SE.MSi, selaku dosen pembanding penulis yang
telah memberikan kritik, saran, masukan bagi penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Ibu Dra. Raina Linda Sari.MSi, selaku dosen pembanding penulis yang
telah memberikan kritik, saran, masukan bagi penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
7. Seluruh staf dan karyawan Bank Indonesia yang telah banyak membantu
penulis dalam memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh staf pengajar (dosen) Departemen Ekonomi Pembangunan yang
telah memberikan pendidikan yang sangat berguna bagi penulis yang
dapat digunakan pada masa yang akan datang serta seluruh karyawan pada
Fakultas Ekonomi Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis
selama menjalani perkuliahan.
9. Andri lambok, Putra, Andi, Adi, Rahmat dan Nurhabibi atas kasih sayang,
doa, semangat yang telah diberikan kepada penulis dan telah menemani
membantu penulis baik dalam penyusunan skripsi maupun dalam
perkuliahan.
10.Teman-teman Departemen Ekonomi Pembangunan Khusus angkatan 2004
yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan warna,
kebersamaan dan kenangan pada penulis.
11.Kepada Seluruh pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan
membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa
Ekonomi Pembangunan.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Medan, Agustus 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... i x DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis ... 4
1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 5
BAB II: URAIAN TEORITIS 2.1 Teori Tingkat Kesehatan Bank ... 6
2.1.1 Pengertian Tingkat Kesehatan Bank ... 6
2.1.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ... 12
2.1.3 Action Plan ... 13
2.2 Aktiva Produktif ... 15
A. Kredit Yang Diberikan ... 16
C. Penempatan Dana Pada Bank Lain (Aktiva Antar Bank/ABA) .. .. 24
D.Penyertaan ... 26
2.3 Kualitas Aktiva Produktif ... 27
2.4 Pembentukan Penyisihan Pengapusan Aktiva Produktif ... 27
BAB III: METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 30
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 30
3.3 Alat Analisis ... 30
3.4 Model Analisis ... 31
3.5 Uji Kesesuaian (Test of goodness of fit ) ... 32
3.5.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 32
3.5.2 Uji F- Statistik ... 33
3.5.3 Uji T- Statistik ... 34
3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 35
3.6.1 Multikolinenarity ... 35
3.6.2 Autocorrelation / Serial Korelasi ... 36
3.7 Defenisi Operasional ... 37
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sekilas Perkembangan Bank Indonesia ... 39
4.1.1 Pendirian Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral ... 39
4.1.2 Nasionalisasi De Javasche Bank IV ... 40
4.1.4 Pengintegrasian Bank Indonesia Kedalam Bank Tunggal ... 41
4.1.5 Perubahan BNI Unit I Menjadi Bank Indonesia ... 41
4.1.6 Kantor Cabang Bank Indonesia Cabang Medan ... 42
4.2 Visi Dan Misi Bank Indonesia ... 45
4.3 Nilai Dan Sasaran Strategi Bank Indonesia ... 46
4.4 Tujuan Dan Tugas Bank Indonesia ... 46
4.5 Hasil Analisa Data ... 47
1. Regresi Linear Berganda ... 47
2. Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian) ... 49
a. Analisis Koefisien Determinasi (R-Square) ... 49
b. Uji F-statistik ... 50
c. Uji T-statistik ... 51
3. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 53
a. Uji Multikolinearity ... 53
b. Uji Autokorelasi (Serial correlation) ... 54
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 56
5.2 Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
SURAT PERNYATAAN
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 : Faktor-Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Prinsip CAMELS 11
2.2 : Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan Action Plan 15
2.3 : Kolektibilitas Kredit Serta Penanganan Kredit
Bermasalah / Non Performing Loan 22
3.1 : Kurva Uji F-Statistik 34
3.2 : Kurva Uji t-Statistik 35
3.3 : Kurva Uji DW-Statistik 37
4.1 : Uji F-Statistik 51
4.2 : Uji t-Statistik Variabel Kualitas Aktiva Produktif 52
4.3 : Uji t-Statistik Variabel rasio Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan
Penghapusan aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk
(PPAPWD) (X2) 53
DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran
1 : Data variabel
2 : Hasil regresi
3 : Hasil regresi Variabel rasio Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan
Penghapusan aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk
(PPAPWD) (X2) Terhadap Variabel Kualitas
Aktiva Produktif (X1)
4 : Hasil Regresi Variabel Kualitas Aktiva Produktif (X1)
Terhadap Variabel rasio Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan
Penghapusan aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk
(PPAPWD) (X2)
ABSTRACT
This study entitled "Analysis of Quality of Earning Assets to Bank Soundness of Rural Banks in North Sumatra." This study uses data Timeseries to know how to influence Assets Quality (KAP) and the Ratio of Allowance on Earning Assets (PPAP) on Earning Assets Allowance for which Mandatory Formed (PPAPWD) on the level of bank health on rural banks in North Sumatra.
This research use linear regression analysis model, existing data are processed using the computer program E-views 5.1. Results showed higher percentages of hypothesis quality level of productive assets (KAP) and Elimination of Productive Assets Ratio (PPAP) on Earning Assets Allowance for which Mandatory Formed (PPAPWD), then the level of bank health on rural banks in North Sumatra, the better.
By knowing the relationships among the variables, Ordinary Least Square is used to perform estimation. The result indicates Elimination of Productive Assets Ratio (PPAP) on Earning Assets Allowance for which Mandatory Formed (PPAPWD) significantly affect the level of bank health on rural banks in North Sumatra, while the quality of productive assets did not significantly affect the health of banks at the Bank of Credit People in North Sumatra.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Tingkat Kesehatan Bank Pada Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara”. Penelitian ini menggunakan data timeseries untuk mengetahui bagaimana pengaruh Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD) terhadap tingkat kesehatan bank pada Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara.
Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier, data yang ada diproses dengan menggunakan program komputer E-views 5.1. Hasil hipotesis menunjukkan semakin tinggi persentase tingkat Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD), maka tingkat kesehatan bank pada Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara akan semakin baik.
Dengan mengetahui hubungan diantara variabel-variabel, kaidah Ordinary Least Square digunakan untuk melakukan estimasi. Hasil estimasi menunjukkan Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD) berpengaruh nyata terhadap tingkat kesehatan bank pada Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara, sedangkan Kualitas Aktiva Produktif tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kesehatan bank pada Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sesuai dengan tujuan Negara Indonesia seperti yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 dijabarkan bahwa “ Pembangunan perekonomian
indonesia bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur”, maka perlunya
pembangunan serta peningkatan ekonomi bangsa dengan program-program yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan bangsa, terutama dalam
peningkatan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh.
Secara garis besar, ada empat kelompok besar yang dapat digolongkan
dalam masalah dan pembahasan ekonomi, terutama dalam pembahasan mengenai
masalah makro ekonomi antara lain: Pertumbuhan ekonomi (Growth), Inflasi
(Inflation), Pengangguran (Unemployment), dan Neraca Pembayaran (Balance of
Payment). ( Kamaluddin R. 1998).
Namun sejak terjadinya krisis moneter sejak tahun 1997, kondisi
perekonomian Indonesia sampai saat ini masih belum mampu menunjukan
perbaikan sepenuhnya bagi upaya pemulihan krisis ekonomi tersebut. Hal ini
mengakibatakan menjalarnya krisis ekonomi yang berdampak pada krisis
multidimensi yang penanganannya membutuhkan perhatian yang lebih serius oleh
semua pihak. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, justru jauh dari kenyataan yang
Hal ini disebabkan tingkat investasi rendah yang mendorong pertumbuhan
ekonomi di Indonesia mengalami penurunan yang cukup tajam. Hal ini ditambah
dengan larinya modal dari dalam negeri keluar negeri (Capital Flight). Dengan
tingkat investasi yang rendah maka perekonomian akan dihadapkan pada suatu
keadaan yang disebut lingkaran setan (Vicious Cycle). Hal ini tentunya sangat
berpengaruh terhadap sektor perekonomian yang lain.
Untuk itu perlu diadakan sebuah restrukturisasi dalam bidang
perekonomian, terutama dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi
perkembangan investasi di tanah air, dimana salah satu lembaga dalam sektor
investasi yaitu lembaga perbankan. Sebagai intermediasi dalam sebuah proses
perekonomian, bank memiliki peranan yang sangat vital. Hal ini dikarenakan bank
memiliki fungsi dan peranan berupa menghimpun dana yang (sementara) tidak
dipergunakan untuk kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kedalam
masyarakat dalam jangka waktu tertentu. Fungsi untuk mencari dana selanjutnya
menghimpun dana dalam bentuk simpanan (deposito) sangat menentukan
pertumbuhan suatu bank, sebab volume dana yang dapat dikembangkan oleh bank
tersebut dalam bentuk pemberian kredit, pembelian efek-efek atau surat berharga
dalam pasar uang (Money Market).
Dengan fungsi dan peranan tersebut di atas dapat dijabarkan bahwa bank
memiliki andil yang cukup berpengaruh dalam investasi dalam negeri, dimana
tingkat investasi sangat berpengaruh oleh jumlah kucuran kredit yang bersumber
dari dana pihak III (masyarakat). Sejalan dengan hal itu, maka kini bank-bank
dituntut untuk lebih berhati-hati dalam pengembangan usaha perbankan. Hal ini
azas tersebut diharapkan posisi perbankan ditanah air dapat lebih kokoh dan
mampu menghadapi kondisi perekonomian di masa mendatang.
Salah satu unsur untuk melihat pengawasan bank sehingga bank tersebut
memiliki prinsip kehati-hatian yaitu dengan menganalisis Kualitas Aktiva
Produktif (KAP) yang terdapat dalam neraca aktiva bank. Dimana ada empat jenis
aktiva produktif atau aktiva yang menghasilkan yaitu:
a. Kredit yang diberikan (Kolektibilitas Kredit)
b. Surat-surat berharga
c. Penempatan dan pada bank lain
d. Penyertaan
Hal ini perlu diperhatikan untuk melihat seberapa jauh tingkat pengaruh Kualitas
Aktiva Produktif (KAP) tersebut berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian malalui penulisan skripsi yang berjudul: ANALISIS PENGARUH
KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF TERHADAP TINGKAT KESEHATAN
BANK PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI SUMATERA UTARA .
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada latar belakang
pemilihan judul diatas, maka penelitian ini dihadapkan pada beberapa
permasalahan yaitu:
1. Bagaimana pengaruh Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terhadap tingkat
2. Bagaimana pengaruh ratio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib
dibentuk (PPAPWD) terhadap tingkat kesehatan Bank Perkreditan
Rakyat?
1.3 Hipotesa
Hipotesa merupakan suatu jawaban sementara terhadap suatu
permasalahan yang ada. Hal ini berarti bahwa hipotesa yang ada bukan berarti
jawaban akhir, namun menjadi kesimpulan sementara yang harus diuji
kebenarannya dengan data-data yang mempunyai hubungan ataupun dengan
melihat faktor yang terjadi di lapangan.
Adapun yang menjadi hipotesa dalam penelitian ini adalah :
1. Kualitas Aktiva Produktif (KAP) mempunyai pengaruh positif terhadap
tingkat kesehatan bank pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumatera
Utara, ceteris paribus.
2. Ratio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib dibentuk (PPAPWD)
mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat kesehatan bank pada Bank
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui tingkat Kualitas Aktiva Produktif yang dihasilkan
berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank, pada Bank Perkreditan
Rakyat di Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Ratio Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD) berpengaruh pada tingkat
kesehatan bank, pada Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara.
3. Melihat perkembangan Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan serta pengetahuan bagi
pembaca yang ingin mengetahui pangaruh Kualitas Aktiva Produktif
terhadap tingkat kesehatan bank khususnya Bank Perkreditan Rakyat di
Sumatera Utara.
2. Untuk memberikan sumbangan ilmu kepada pembaca yang dapat
digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
3. Hasil penelitian ini menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Teori Tingkat Kesehatan Bank 2.1.1 Pengertian Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui
penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas,
dan sensitivitas terhadap resiko pasar. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut
dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif setelah mempertimbangkan
unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari
faktor-faktor penilaian serrta pangaruh dari faktor-faktor lainnya. Penilaian kuantitatif adalah
penilaian terhadap posisi, perkembangan dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank.
Unsur judgement yaitu unsur yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi
dari setiap komponen yang dinilai. Sedangkan penilaian kualitatif adalah penilaian
terhadap factor-faktor yang mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan
manajemen resiko dan kepatuhan bank yang terdiri dari kepatuhan terhadap Batas
Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), Posisi Devisa Neto, dan Prinsip Mengenal
Nasabah (Know Your costumer).
Dalam hal ini, kesehatan atau kondisi keuangan bank merupakan
kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank,
masyarakat pengguna jasa bank, bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank
dan pihak lainnya. Kondisi bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak
(Prudential Banking System), kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan
manajemen resiko.
Sejalan dengan hal tersebut dapat dipahami bahwa adanya perkembangan
industry perbankan, terutama produk dan jasa yang semakin kompleks dan
beragam akan meningkatkan resiko yang dihadapi bank. Perubahan resiko bank
dan penerapan manajemen resiko akan mempengaruhi profil resiko bank yang
selanjutnya berakibat pada kondisi bank secara keseluruhan. Oleh karena itu
diperlukan suatu metodologi penilaian kondisi bank yang senantiasa bersifat
dinamis sehingga sistem penilaian tingkat kesehatan bank haru diatur kembali
agar lebih mencerminkan kondisi bank saat ini dan diwaktu yang akan datang.
Pengaturan kembali tersebut antara lain meliputi penyempurnaan pendekatan
penilaian (kualitatif dan kuantitatif) dan penambahan faktor penilaian.
Berasarkan gambaran tersebut, dapat diuraikan bahwa faktor-faktor tingkat
kesehatan bank mencakup enam factor utama yang biasa disebut dengan
CAMELS, yang terdiri dari :
a. Permodalan (Capital)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara
lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
1) Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
terhadap ketentuan yang berlaku;
2) Komposisi permodalan;
3) Trend ke depan/proyeksi KPPM;
5) Kemampuan bank memilihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari
keuntungan (laba ditahan);
6) Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha;
7) Akses kepada sumber permodalan dan
8) Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.
b. Kualitas Aset (Asset Quality)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas asset antara
lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
1) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva
produktif.
2) Debitur inti kredit diluar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit.
3) Perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing asset dibandingkan
dengan aktiva produktif.
4) Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan panghapusan aktiva produktif
(PPAP).
5) Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif.
6) Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif.
7) Kinerja pananganan aktiva produktif bermasalah.
c. Manajemen (Management)
Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
2) Penerapan system manejemen resiko.
3) Kepatuahan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada
Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.
d. Rentabilitas (Earnings)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara
lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
1)Re turn On Asset (ROA).
2)Return On Equaty (ROE).
3)Net Interest Margin (NIM).
4)Biaya operasional dibandingkan dengan Pendapatan Opersional (BOPO).
5)Perkembangan laba operasional.
6)Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan.
7)Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya.
8)Prospek laba operasional.
e. Likuiditas (Liquidity)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
1)Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang
dari 1 bulan.
2)I-month maturity mismatch ratio.
3)Loan to Deposit Ratio (LDR).
5)Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti.
6)Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management/
ALMA).
7)Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada paar uang, pasar modal
atau sumber-sumber pendanaan lainnya.
8)Stabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK).
e. Sensitivitas terhadap resiko pasar (Sensitivity to Market Risk)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap
resiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
1)Modal atau cadangan yang dibentuk untuk menutupi fluktuasi suku bunga
dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse
movement) suku bunga.
2)Modal atau cadangan yang dibentuk untuk menutupi fluktuasi nilai tukar
dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse
movement) nilai tukar.
Gambar 2.1 Faktor-Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Prinsip CAMELS
1. Kecukupan pemenuhan kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) 2. Komposisi permodalan
3. Proyeksi KPMM
4. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal bank 5. Laba ditahan
6. Rencana permodalan bank mendukung pertumbuhan usaha 7. Akses sumber permodalan
8. Kinerja keuangan pemegang saham
Capital/aspek
permodalan
1. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibeandingkan denagn total aktiva produktif 2. Debitur inti kredit diluar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit
3. Perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing asset dibandingkan dengan aktiva prodiktif
4. Kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) 5. Kecukupan kebujakan dan prosedur aktiva produktif
6. Sistem kaji ulang (review) internal aktiva produktif 7. Dokumentasi aktiva produktif
8. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah
Asset Quality/
Kualitas asset produktif
1. Manajemen umum
2. Penerapan sistem manejemen
3. Kepatuhan Bank terhadap Bank Indonesia dan pihak terkait lainnya
Management
1. Return on assets (ROA)
2. Return on equity (ROE)
3. Net interest margin (NIM) Earnings/
Rentabilitas
1. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari 1 bulan
2. I-month maturity mismatch ratio
3. Loan to Deposit Ratio (LDR)
4. Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang
5. Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti
6. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management/ALMA)
Liquidity/
Likuiditas
Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga
Sensitivity to Market Risk/ Sensitivitas
2.1.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Peringkat kesehatan bank terbagi atas 4 (empat) penilian sesuai dengan
penilaian komposit, yaitu peringkat akhir hasil penilaian Tingkat Kesehatan
Bank yang antara lain sebagai berikut:
1) Untuk peringkat Tingkat Kesehatan “Sehat” dipersamakan dengan Peringkat
Komposit 1 (PK-1) atau Peringkat Komposit 2 (PK-2).
2) Untuk peringkat Tingkat Kesehatan “ Cukup Sehat” dipersamakan dengan
Peringkat Komposit 3 (PK-3).
3) Untuk peringkat Tingkat Kesehatan “Kuarang Sehat” dipersamakan dengan
Peringkat Komposit 4 (PK-4).
4) Untuk peringkat Tingkat Kesehatan “Tidak Sehat” dipersamakan dengan
Peringkat Komposit 5 (PK-5).
Peringkat komposit yang dimaksud dalam penilaian diatas antara lain
sebagai berikut:
a. Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan bahwa bank tergolong sangat
baik dan mampu mangatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan
industri keuangan.
b. Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan bahwa bank tergolong baik dan
mampu mangatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri
keuangan namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang
dapat segera diatasi oleh tindakan rutin.
c. Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan bahwa bank tergolong cukup
kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan
korektif.
d. Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan bahwa bank tergolong kuarang
baik dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industry
keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi
dari kondisi beberapa factor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak
dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mangalami kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya.
a. Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan bahwa bank tergolong tidak baik
dan sangat sensitif terhadap pengaruh negative kondisi perekonomian dan
industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan
kelangsungan usahanya.
2.1.3 Action Plan
Action plan yaitu langkah –langkah perbaikan dengan target waktu selama
periode tertentu yang wajib dilaksanakan oleh bank apabila hasil penilaian tingkat
kesehatan bank menunjukan bahwa satu atau lebih faktor penilaian memiliki
peringkat 4 (empat) dan atau peringkat 5 (lima). Action plan sebagaimana
dimaksud pada antara lain meliputi:
a. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank dan atau pihak
lainnya apabila bank mengalami permasalahan factor permodalan seperti
kecendrungan menurunnya KPMM sehingga diperkirakan akan dibawah
b. Penanganan kredit bermasalah secara intensif dan efektif apabila bank
mangalami permasalahan faktor kualitas asset seperti meningkatnya jumlah
kredit bermasalah sehingga diperkirakan berpengaruh secara signifikan kepada
faktor lain.
c. Peningkatan fungsi audit intern, penyempurnaan pemisahan tugas dan
peningkatan efektivitas tindakan korektif berdasarkan temuan audit apabila
bank mengalami permasalahan manajemen seperti lemahnya penerapan
pengendalian dari dalam (internal control).
d. Peningkatan efisiensi bank apabila bank mengalami permasalahan rentabilitas
sehingga perolehan laba menurun dan mempengaruhi faktor lain secara
signifikan.
e. Peningkatan akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber
pendanaan lainnya apabila bank mengalami permasalahan likuiditas seperti
menurunnya kecukupan likuiditas (liquidity shortage) sehingga diperkirakan
akan mempengaruhi cash flow jangka pendek.
f. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank dan atau pihak
lainnya atau penataan kembali portofolio bank apabila bank mengalami
permasalahan sensitivitas terhadap resiko pasar seperti meningkatnya eksposur
resiko suku bunga pada portofolio banking book (interest rate risk in banking
book) dan kemampuan modal untuk menyerap potensi kerugian tersebut
Gambar 2.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank serta Action Plan
2.2 Aktiva Produktif
Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah maupun dalam valuta
asing yang dimiliki dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan
fungsinya yang antara lain meliputi:
A. Kredit yang diberikan.
B. Surat-surat berharga. Tingkat Kesehatan Bank:
3. Predikat Sehat dengan PK 1 atau PK 2 4. Predikat Cukup Sehat dengan PK 3
1. Predikat Kurat Sehat dengan PK 1 atau PK 2 2. Predikat Tidak Sehat dengan PK 3
Action Plan meliputi:
1. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham Bank dan atau pihak lainnya apabila Bank mengalami permasalahan factor permodalan
2. Penanganan kredit bermasalah secara insentif dan efektif apabila Bank mengalmi permasalahan faktor kualitas asset
3. Peningkatan efisiensi Bank apabila Bank mengalami permasalahan tentabilitas
4. Peningkatan akses kepada pasar uang, pasar modal atau sumber-sumber pendanaan lainnya apabila Bank mengalami permasalahan likuiditas
5. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham Bank dan atau pihak lainnya atau penataan kembali portofolio Bank apabila Bank mengalami permasalahan sensitivitas terhadap resiko pasar
Perlu adanya usaha perbaikan oleh Bank
C. Penempatan dana pada bank lain, baik dalam dan luar negri, kecuali
penanaman dana dalam bentuk giro.
D. Penyertaan.
A. Kredit yang diberikan
Adapun yang dimaksud dengan kredit yang diberikan yaitu penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Termasuk dalam pengertian kredit antara lain:
1. Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchase
Agreement (NPA)
2. Pengambilalihan piutang dalam rangka kegiatan anjak piutang atau biasa
disebut dengan bank garansi
Dalam hal pemberian kredit itu sendiri, dinilai atas tingkat
kolektibilitasnya yaitu keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan
bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana
yang ditanamkan dalam surat-surat berharga atau penanaman lainnya.
Kolektibilitas kredit yang diberikan itu sendiri digolongkan atas empat
jenis yang antara lain sebagai berikut:
1. Lancar
Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Kredit dengan angsuran, yaitu kredit yang pembayaran kembali pokok
dalam perjanjian pinjam-meminjam termasuk perubahannya, yang diluar
Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
- Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bunga, atau
cerukan karena penarikan; atau
- Terdapat tunggakan angsuran pokok, tetapi:
Belum melampaui 1 bulan, bagi kredit yang ditetapkan masa
angsurannya kurang dari 1 bulan; atau
Belum melampaui 3 bulan, bagi kredit yang ditetapkan masa
angsurannya bulanan, dua bulanan, atau tiga bulanan; atau
Belum malampaui 6 bulan, bagi kredit yang ditetapkan masa
angsurannya ditetapkan 4 bulanan, atau lebih; atau
- Terdapat tunggakan bunga tetapi:
Belum malampaui 1 bulan, bagi kredit yang ditetapkan masa
angsurannya lebih dari 1 bulan; atau
Belum malampaui 3 bulan, bagi kredit yang ditetapkan masa
angsurannya lebih dari 1 bulan; atau
- Terdapat cerukan (pemberian fasilitas pelampauan penarikan atas
saldo rekening giro yang efektif, yang belum dibuatkan akad kreditnya
atau melampaui pemberian kreditnya diatas pagu yang ditetapkan akad
kredit) karena penarikan tetapi jangka waktunya belum melampaui 15
hari kerja.
b. Kredit dengan angsuran untuk KPR:
- Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok; atau
c. Kredit tanpa angsuran atau kredit dengan rekening Koran ( kredit yang
pemberian kembali pokok kreditnya tidak diatur secara bertahap dalam
perjanjian pinjam meminjam)
- Kredit belum jatuh waktu, dan tidak terdapat tunggakan bunga; atau
- Kredit belum jatuh waktu, dan tidak terdapat tunggakan bunga tetapi
belum melampaui 3 bulan ; atau
- Kredit telah jatuh waktu, dan telah diberlakukan analisis untuk
perpanjangan tetapi karena kesulitan teknis belum dapat diperpanjang;
atau
- Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum
malampaui 15 hari kerja.
d. Cerukan rekening giro
Terdapat cerukan rekening giro tetapi jangka waktunya belum malampaui
15 hari kerja.
2. Kurang Lancar
Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria di bawah ini.
a. Kredit dengan angsuran diluar KPR:
- Terdapat tunggakan angsuran pokok yang:
Melampaui 1 bulan dan belum malampaui 2 bulan bagi kredit yang
ditetapkan masa angsurannya kurang dari 1 bulan; atau
Melampaui 3 bulan dan belum malampaui 6 bulan, bagi kredit
yang ditetapkan masa angsurannya bulanan, dua bulanan atau tiga
Melampaui 6 bulan tetapi belum melampaui 12 bulan, bagi kredit
yang ditetapkan masa angsurannya ditetapkan 6 bulanan atau lebih;
atau
- Terdapat cerukan karena penarikan yang jangka waktunya telah
melampaui 15 hari kerja tetapi belum malampaui 30 hari kerja atau
- Terdapat tunggakan bunga tetapi:
Melampaui 1 bulan tetapi belum melampaui 3 bulan, bagi kredit
yang ditetapkan masa angsurannya kurang dari 1 bulan; atau
Melampaui 3 bulan tetapi belum malampaui 6 bulan, bagi kredit
yang ditetapkan masa angsurannya lebih dari 1 bulan; atau
b. Kredit dengan angsuran untuk KPR
Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui 6 bulan tetapi
belum malampaui 9 bulan
c. Kredit tanpa angsuran
- Kredit belum jatuh waktu, dan:
Terdapat tunggakan bunga yang melampaui 3 bulan tetapi belum
melampaui 6 bulan; atau
Terdapat penambahan plafon atau kredit baru yang dimaksudkan
untuk melunasi tunggakan bunga; atau
- Kredit telah jatuh waktu dan belum dibayar, tetapi belum
melampaui 3 bulan; atau
- Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya telah
d. Kredit yang diselamatkan yaitu kredit yang semula tergolong
diragukan atau macet kemudian diusahakan diperbaiki sebagaimana
dicantumkan dalam akad penyelamatan kredit; yang antara lain meliputi :
- Tidak memenuhi kriteria tersebut di ataas dan tidak ada tunggakan,
atau
- Terdapat tunggakan tetapi masih memenuhi kriteria diatas, atau
- Terdapat cerukan karena penarikan tetapi janka waktunya telah
malampaui 15 hari kerja dan belum malampaui 30 hari kerja.
3. Diragukan
Kredit yang termasuk diragukan apabila kredit yang bersangkutan tidak
memenuhi kriteria lancar dan kurang lancar seperti penjelasan diatas, tetapi
berdasrkan penilaian dapat disimpulkan bahwa :
a. Kredit masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai
sekurang-kurangnya 75 % dari hutang peminjam, termasuk bunganya, atau
b. Kredit tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai
sekurang-kurangnya 100 % dari hutang peminjam.
4. Macet
Kredit digolongkan lancar apabila :
a. Tidak memenuhi kriteria lancar, kurang lancar dan diragukan atau
b. Memenuhi kriteria diragukan tersebut diatas, tetapi dalam jangka waktu 21
bulan sejak digolongkan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan
c. Kredit tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada Pengadilan
Negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) atau telah diajukan
penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit.
Untuk kredit yang diselamatkan, walaupun kredit tersebut pada saat
penyelamatan dapat memenuhi kolektibilitas lancar , dalam jangka waktu 6 bulan
sejak penyelamatan kolektibilitas kredit tersebut setinggi-tingginya tergolong
kurang lancar.
Walaupun kredit memenuhi kriteria lancar, kurang lancar dan diragukan
seperti disebutkan diatas, apabila menurut penilaian keadaan usaha peminjam
diperkirakan tidak mampu untuk mengembalikan sebahagian atau seluruh
kewajibannya, maka kredit tersebut dapat digolongkan pada kolektibilitas yang
lebih rendah.
Bentuk Penyelamatan Kredit
Adapun bentuk penyelamatan kredit dapat berupa:
a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan syarat kredit yang
hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya.
b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebahagian atau
seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal
pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak
menyangkut perubahan maksimum saldo kredit.
c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang
- Penambahan dana bank
- Konversi seluruh atau sebahagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit
baru
- Konversi seluruh atau sebahagian dari kredit menjadi penyertaan dalam
perusahaan, yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali
Gambar 2.3 Kolektibilitas Kredit Serta Penanganan Kredit Bermasalah/ Non
Performing Loan Kolektibilitas
Kredit
1. Lancar
3. Diragukan 2. Kurang Lancar
4. Macet
Perlu diadakan Penyelamatan Kredit bermasalah/ Non Performing Loan
1. Penjadwalan Kembali (Rescheduling)
2. Persyaratan kembali (Reconditioning)
3. Penambahan dana Bank
4. Konversi seluruh atau sebahagian
bunga menjadi tunggakan baru
5. Konversi seluruh atau sebahagian dari
B. Surat-surat Berharga
Penggolongan kolektibilitas surat-surat berharga antara lain sebagai
berikut :
1. Lancar
Surat-surat berharga yang digolongkan lancar adalah:
a. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
b. Surat Berharga Pasar Uang (SPBU), yang sudah diendos oleh bank lain
yang massih menjadi peserta kliring
c. Obligasi dan saham yang terdaftar di bursa efek
d. SPBU yang dibeli dari nasabah dengan underlying transactions yang
dibuktikan dengan pengalihan hak tagih kepada bank atas hasil transaksi
tersebut dan belum jatuh waktu
2. Kurang Lancar
Surat berharga yang digolongkan kurang lancar adalah:
a. SPBU yang sudah diendos oleh bank lain yang sedang dihentikan untuk
sementara keikutsertaannya dalam kliring dan massih dalam proses
penyelamatan
b. SPBU yang dibeli dari nasabah dengan underlying transaction telah jatuh
waktu, tetapi belum malampaui 1 bulan
c. SPBU yang dibeli dari nasabah tanpa underlying transaction dan belum
jatuh waktu
3. Diragukan
Surat berharga yang digolongkan diragukan adalah:
b. SPBU yang dibeli dari nasabah dengan underlying transaction yang telah
jatuh waktu, tetapi belum malampaui 3 bulan.
c. SPBU yang dibeli dari nasabah tanpa underlying transaction dan sudah
jatuh waktu, tetapi belum malampaui 1 bulan.
4. Macet
Surat berharga yang digolongkan macet adalah:
a. Obligasi dan saham yang terdaftar di bursa efek, tetaoi perusahaan yang
bersangkutan sedang dalam proses likuidasi
b. SPBU yang diendos oleh bank lain yang sedang dalam proses likuidasi
c. SPBU yang dibeli dari nasabah dengan underlying transaction dan telah
melampaui 3 bulan
d. SPBU yang dibeli dari nasabah tanpa underlying transaction dan telah
jatuh waktu lebih dari 1 bulan
C. Penempatan Dana Pada Bank Lain (Aktiva Antar Bank/ABA)
Penempatan dana pada bank lain dapat berupa deposito berjangka
termasuk Deposit On Call, Sertifikat Deposito dan kredit lainnya, kecuali
penempatan dalam bentuk giro. Penggolongan kolektibilitas dana pada benk lain
adalah sebagai berikut:
1. Bank dalam negeri
Bank dalam negeri adalah seluruh bank yang beroperasi di Indonesia serta
seluruh kantor operasional bank di luar negeri yang kantor pusatnya
berkedudukan di Indonesia.
Penempatan dana yang dilakukan pada Bank Umum yang masih ikut
serta dalam perhitungan kliring dan atau pada Bank Perkreditan Rakyat
yang usahanya berjalan dengan baik
b. Kurang lancar
Penempatan dana yang dilakukan pada Bank Umum yang keikutsertaan
dalam perhitungan kliring sedang dihentikan sementara dan atau pada
Bank Perkreditan Rakyat yang mengalami kesu;itan keuangan, namun
dalam proses penyelamatan
c. Diragukan
Penempatan dana yang dilakukan pada Bank Umum yang sedang
dihentikan untuk sementara keikutsertaannya dan atau pada Bank
Perkreditan Rakyat yang mengalami kesulitan keuangan, namun belum
dilakukan proses penyelamatan
d. Macet
Penempatan dana yang dilakukan pada Bank Umum dan atau pada Bank
Perkreditan Rakyat yang sedang dalam proses likuidasi
2. Bank Luar Negeri
a. Lancar
Penempatan dana yang dilakukan pada bank yang usahanya berjalan
dengan baik
b. Kurang Lancar
Penempatan dana yang dilakukan pada bank yang mengalami kesulitan
c. Diragukan
Penempatan dana yang dilakukan pada bank yang mengalami kesulitan
keuangn, tetapi belum dilakukan proses penyelamatan
d. Macet
Penempatan dana yang dilakukan pada bank yang sedang dalam proses
likuidasi
D. Penyertaan
Penggolongan kolektibilitas penyertaan didasarkan pada criteria sebagai
berikut:
a. Lancar
Penyertaan pada perusahaan yang dalam tahun buku terakhir Retirn on
Assets (ROA) sebelum pajak minimal 0,5% dan secara kumulatif
perusahaan tidak rugi.
b. Kurang Lancar
Penyertaan pada perusahaan yang menderita kerugian secara kumulatif
sampai dengan 50% dari modal disetor perusahaan yang bersangkutan.
c. Macet
Penyertaan pada perusahaan yang menderita kerugian secara kumulatif
2.3Kualitas Aktiva Produktif
Kualitas aktiva produktif banj dinilai berdasarkan kolektibilitasnya.
Penetapan tingkat kolektibilita aktiva produktif pada prinsipnya didasarkan:
1. Untuk Kredit yang diberikan didasarkan pada ketepatan pembayaan kembali
pkok dan bunga serta kemampuan peminjam yang ditinjau dari keadaan yang
bersangkutan
2. Untuk aktiva produktif lainnya didasarkan pada tingkat kemungkinan
diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva produktif lainnya
tersebut serta tingkat penghasilannya.
Oleh karena itu, maka dalam hal penilaian kolektibilitas aktiva produktif
digolongkan atas empat komponen, yaitu: lancar, kurang lancar, diragukan dan
macet. Hal ini dilakukan setelah bank tersebut melakukan judgement atas
kolektibilitas aktiva produktifnya guna memperoleh keseragaman dalam
pelaporan.
2.4 Pembentukan penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Sesuai dengan SE BI No. 26/2/BPPP tgl. 29 Mei 1993 dalam pasal
ditetapkan bahwa bank wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva
produktif yang cukup guna menutup resiko kemungkinan resiko kerugian.
Adapun besarnya pembentukan penyisihan sekurang-kurangnya:
a. 0,5 % dari aktiva produktif yang tergolong lancar
b. 3 % dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar setelah
c. 50 % dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan dengan nilai
agunan yang dikuasai
d. 100 % dari aktiva produktif yang digolongkan macet yang masih
tercatat dalam pembukuan bank setelah dikurangi dengan nilai agunan
yang dikuasai
Sedangkan besarnya nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai
pengurang pada penyisihan tersebut setinggi-tingginya:
100 % dari nilai agunan yang bersifat likuid yaitu uang kas, uang kertas asing,
emas, mata uang emas, serta giro, deposito dan tabungan pada bank yang
bersangkutan
75 % dari nilai agunan lainnya atau sebesar nilai yang ditetapkan oleh perusahaan
penilai.
Sedangkan dalam hal-hal tertentu seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
dan penyertaan yang dicatat dalam Equity Method tidak dimasukan dalam
perhitungan penyisihan penghapusan Aktiva Produktif.
Dalam beberapa kasus , jika terjadi jumlah penyisihan penghapusan
aktiva produktif yang dimiliki oleh bank lebih kecil daripada ketentuan yang
ditetapkan tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang telah
ditetapkan , maka jumlah kekurangan kewajiban penyediaan modal minimum.
Untuk itu, perlu dilakukan beberapa langkah-langkah guna pembentukan
PPAP dan penghapusan aktiva dapat dilakukan dengan baik, antara lain:
a. Dalam pedoman tertulis tersebut perlu secara jelas dicantumkan pejabat
berwenang melakukan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
b. Mengadministrasikan kredit dan aktiva produktif lainnya yang telah
dihapusbukuan secara teratur dan melaporkan secara berkala kepada
dewan komisaris atau badan pengawas bank yang bersangkutan
c. Usaha pengalihan kredit dan pencarian aktiva produktif lainnya tersebut
dengan administrasi secara berkala dan teratur
Besarnya dana penyisuhan penghapusan aktiva produktif yang
diperbolehkan untuk dibebankan sebagai biaya menurut Keputusan Mentri
Keuangan No. 959/kmk.04/1983 yang diperbolehkan yaitu: 6% bagi bank milik
Negara dan 3 % bagi bank milik swasta dari rata-rata kredit yang diberikan. Oleh
sebab itu apabila pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif oleh
bank lebih besar dari yang diperkenankan untuk dibebankan, maka kelebihan
pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif tersebut harus disisihkan
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan
dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan
dan menguji hipotesis penelitian.
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memfokuskan kajian pada dua variable utama yaitu
Kualitas Aktiva Produktif (%) dan Ratio Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib
Dibentuk(PPAPWD) (%) yang dianggap cukup dominan dalam mempengaruhi
tingkat kesehatan bank pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumatera Utara.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan serta diolah dalam rangka
penulisan skripsi ini ialah data sekunder. Data skunder diperoleh dalam bentuk
Time Series (kurun waktu Triwulan I:2006 – Triwulan IV:2009) yang bersumber
dari Bank Indonesia Cabang Medan.
3.3. Alat Analisis
Dalam penelitian ini, penganalisaan data dilakukan dengan metode statistik
3.4 Model Analisis
Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas digunakan model ekonometrika dengan meregresikan
variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square
(OLS).
Variabel–variabel tersebut dibuat dalam bentuk fungsi kemudian baru dibuat
persamaan regresinya :
Y=f(X1,X2)………... (1)
Dari fungsi tersebut di atas dispesifikasikan ke dalam model ekonometrika
sebagai berikut :
Y= α + β1 X1 + β2 X2 + µ……….. (2) Dimana :
Y : Tingkat Kesehatan Bank (%)
X1 : Kualitas Aktiva Produktif (%)
X2 : Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib
Dibentuk(PPAPWD) (%)
α : Konstanta (intercept)
β1, β2 : Koefisien regresi
µ : Kesalahan penggangu (Term of Error)
, 1>Ο
Χ
∂∂Υ artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (Kualitas Aktiva Produktif (%)),
maka Y (Tingkat Kesehatan Bank) mengalami kenaikan, ceteris
paribus.
, 2 >Ο
Χ
∂∂Υ artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (Rasio Pengaruh Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk(PPAPWD) (%)),
maka Y (Tingkat Kesehatan Bank) mengalami kenaikan, ceteris
paribus.
3.5 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 3.5.1 Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinasi (R-Square) dilakukan untuk melihat seberapa
besar kemampuan variabel independen secara bersama mampu memberi
penjelasan terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi (R-Square) yaitu
angka yang menunjukkan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari
variabel-variabel independen yang menerangkan variabel dependen atau angka
yang menunjukkan seberapa besar variabel dependen dipengaruhi oleh
variabel-variabel independennya.
Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0<R²<1),
dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena
semakin dekat hubungan antara variabel independen dengan variabel
3.5.2 Uji F ( Uji Keseluruhan)
Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen secara bersama-sama (serempak) terhadap variabel dependen.
Rumus untuk mencari F hitung (F*) adalah:
Ho ; b1 = b2 =………...= bk = 0 (tidak ada pengaruh)
Ho ; bi = 0……….i=1 (ada pengaruh)
Jika F hitung > F-tabel, maka Ho ditolak, yang berarti nilai variabel
independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
Nilai F-hitung diperoleh dengan rumus:
F-hitung = R2/(k-1) (1-R2)/(n-k)
Dimana:
R2 = koefisien determinasi
K = jumlah variabel independen
N = jumlah sample
Kriteria :
H0: β1 = β2 = β3 = 0
Ho diterima (F*< F tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama
tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Ha: β1 ≠ β2≠ β3 ≠ 0
Ha Diterima (F*> F tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama
Gambar 3.1 Kurva Uji F statistic
3.5.3 Uji t (Uji Parsial)
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah
masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen.
Dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini
digunakan hipotesis sebagai berikut:
Ho : bi = b
Ha : bi ≠ b
Dimana bi adalah koefisien variabel independen pertama nilai parameter
hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi
terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu ho
ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara
nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan
rumus:
Dimana:
bi : koefisien variabel independen ke-i
b : Nilai hipotesis nol
Sbi : Simpangan baku dari variabel independen ke-i
Kriteria Pengambilan Keputusan
H0 : β = 0 H0 diterima (t*< t tabel) artinya variabel independen secara parsial
tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. :
Ha : β≠ 0 Ha diterima (t*> t tabel) artinya variabel independen secara parsial
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Ha diterima Ha diterima
Ho diterima
0
Gambar 3.2 Kurva Uji t statistic
3.6. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.6.1 Multicolinearity
Multicolinearity adalah alat yang digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan yang kuat (kombinasi) diantara independen variabel. Untuk mendeteksi
ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R-square, F-hitung, t-hitung
F-hitung tinggi, sedangkan nilai t-hitung banyak yang tidak signifikan ( uji tanda
yang berubah tidak sesuai dengan yang ditetapkan ).
3.6.2 Serial Correlation/Autocorrelation
Autokorelasi terjadi bila error term (µ) dari periode waktu yang
berbeda (observasi data cross section ) berkorelasi atau dapat juga dikatakan
adanya hubungan atau korelasi antara residual yang sekarang dengan masa lalu.
Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila :
Variabel (εi,εj)≠0;untuk i ≠j, dalam hal ini dikatakan memiliki masalah
autokorelasi.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengetahui keberadaan
autokorelasi, yaitu :
a. Dengan memplot grafik
b. Dengan Durbin-Watson (Uji D-W test)
DW-hitung = 2
Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Ho : ρ = 0 berarti tidak ada autokorelasi
Ha : ρ≠ 0 berarti ada autokorelasi
Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu,
diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk
inconclusive inconclusive
Autocorrelation (+) Autocorrelation (-)
Ho: accept
0 dl du 4-du 4dl 4
Gambar 3.3
Kurva Uji DW statistic
Keterangan :
Ho : tidak ada autokorelasi
DW < DL : tolak Ho (ada korelasi positif)
DW > 4 – DL : tolak Ho (ada korelasi negatif)
DU < DW < 4 – DU : terima Ho (tidak ada autokorelasi)
DL≤ DW ≤ DU : pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusive)
(4 – DU)≤ DW ≤ (4 – DL) : pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusive)
3.7 Defenisi Operasional
1. Tingkat kesehatan Bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi bank melalui penilaian
kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan,
kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap
2. Kualitas Aktiva Produktif adalah ratio dari jumlah aktiva produktif
terhadap jumlah aktiva produktif yang diklasifikasikan yang diukur dalam
bentuk persentase.
3. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yaitu penyisihan
penghapusan yang dibentuk dengan caa membebani laba-rugi tahun
berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin
timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebahagian atau
seluruh aktiva produktif.
4. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Wajib Dibentuk (PPAWD)
adalah rasio perhitungan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP) yang dihitung berdasarkan perhitungan Bank Indonesia (BI)
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1Sekilas Perkembangan Bank Indonesia
4.1.1 Pendirian Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral
Cita-cita pendirian bank dengan nama Bank Indonesia sebagai Bank
Sentral dikemukakan secara tertulis untuk pertama kalinya dalam penjelasan pasal
23 UUD 1945. Sebagai realisasi cita-cita tersebut, dengan maklumat Pemerintah
tanggal 9 Oktober 1945 didirikan Pusat Bank Indonesia di Jakarta, dengan
maksud:
a. Pemusatan Pimpinan dan penyatuan tujuan (koordinasi) dibidang
perekonomian dan peredaran modal.
b. Pemberian kesempatan untuk penukaran uang asing dengan uang yang
berlaku di Indonesia
Pembentukan Pusat bank Indonesia tersebut, adalah merupakan persiapan
untuk pendirian BNI, sehingga dengan UU no. 2 tahun 1946 didirikan Bank BNI
sebagai bank sentral. Namun dalam konfrensi meja bundar (KMB) tahun 1949
dicapai persetujuan bahwa tugas bank sentral diserahkan kepada De Javasche
Bank.
De Javasche Bank tersebut sebanarnya telah berdiri berbentuk NV pada
tanggal 24 Januari 1928 berdasarkan surat kuasa Raja Belanda No. 85 tanggal 29
bertindak sebagai bank sirkulasi dan bank umum. De Javasche Bank tersebut
berstatus swasta sampai dengan 8 Desember 1951.
4.1.2 Nasionalisasi De Javasche Bank NV
Mengingat pentingnya bank sentral bagi perekonomian suatu Negara yang
merdeka dan berdaulat, maka pada tanggal 19 Juni 1951 dibentuklah panitia
Nasionalisasi De Javasche Bank berdasarkan Keputusan Presiden No. 118 tanggal
2 Juni 1951. Tugas panitia antara lain menyusun Rancangan Undang- Undang
Nasionalisasi De Javasche Bank dan Rancangan Undang-Undang Bank Indonesia
bekerja sama dengan direksi De Javasche Bank.
Dalam proses nasionalisasi tersebut pada tanggal 3 Agustus 1951
pemerintah mengumumkan kesediaannya untuk membeli surat-surat yang ada
pada pemegang saham atau sertifikat saham-saham De Javasche Bank. Sementara
itu pada tanggal 12 Juli 1951, Mr. Sjafrudin Prawiranegara diangkat sebagai
Presiden Direktur De Javasche Bank yang menggantikan Dr. a. Houwink.
Selanjutnya dengan UU No. 24 tahun 1951 tentang nasionalisasi De
Javasche Bank dapat disyahkan pada tanggal 6 Desember 1951 dan diundangkan
pada tanggal 15 Desember 1951. Program pertama dari Direksi De Javasche Bank
adalah peng-Indonesia-an para pegawainya yang dijalankan secara
berangsur-angsur serta sistematis dan berakhir tahun 1957.
Setelah nasionalisasi De Javasche Bank, maka De Javasche Bankwet 1922
yang menjadi dasar organisasi dan pendirian De Javasche Bank dicabut. Sebagai
gantinya adalah UU No. 11 tahun 1953 tantang penetapan UU Pokok Bank
Indonesia yang diundangkan pada tanggal 2 Juni 1953. Berdasarkan pasal 43 ayat
(2) UU Pokok Bank Indonesia didirikan suatu bank dengan nama Bank Indonesia
sebagai pengganti De Javasche Bank NV dan bertindak sebagai bank Sentral di
Indonesia.
4.1.4 Pengintegrasian Bank Indonesia Ke Dalam Bank Tunggal
Berdasarkan Penetapan Presiden Republik Indonesia No. 17 tahun 1995
maka Bank Indonesia, Bank Koperasi Tani, Bank Negara Indonesia, Bank Umum
Negara serta Bank Tabungan Negara diintegrasikan menjadi Bank Tunggal Bank
Negara Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Urusan
Bank Sentral No. Kep. 65/UBS/65 Bank-bank tersebut menjalankan usahanya
masing-masing dengan nama BNI Unit I, Unit II, Unit III, Unit IV dan Unit V.
Adapun tugas-tugas BNI adalah:
a. Menjalankan usaha sebagai Bank Sentral dan Bank Umum, serta bertugas
secara aktif sebagai alat revolusi turut menyelesaikan tujuan-tujuan revolusi
Indonesia.
b. Sampai ada ketentuan lebih lanjut, maka UU Pokok Bank Indonesia tahun
1953. Dengan segala perubahan dan tambahan pada dasarnya berlaku terhadap
NKRI.
Sesuai dengan Keputusan MPRS No. XIII/MPRS/1968 dalam pasal 55
yang berbunyi: “Dalam rangka pengamanan keuangan Negara pada umumnya dan
pengawasan serta penyehatan tata perbankan pada khususnya, maka segera harus
ditetapkan UU Pokok Perbankan dan UU Bank Sentral” maka diundangkanlah
UU No. 14 tahun 1967 tanggal 30 Desember 1967 tentang poko-pokok Perbankan
(berlaku mulai 1 Januari 1968) dan UU No. 13 tahun 1968 tanggal 7 Desember
1968 tentang Bank Sentral (berlaku mulai 31 Desember 1968)
Dengan dikeluarkan UU tersebut maka system Bank Tunggal ditiadakan
dan BNI Unit I sebagai Bank Sentral disebut kembali Bank Indonesia.
Berdasarkan UU No. 14 tahun 1967 dan sesuai dengan ketentuan dalam pasal 61
ayat (2) UU No. 13 tahun 1968, maka bank-bank Negara yang diintegrasikan
kedalam Bank Tunggal dipisahkan kembali dan didirikan bank-bank baru yang
akan dibentuk dengan UU tersendiri.
Adapun tugas-tugas pokok Bank Indonesia sesuai dengan UU No. 13
tahun 1968 adalah membantu Pemerintah dalm hal:
1. Mengatur, menjaga dan memilihara kestabilan nilai rupiah
2. Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas
lapangan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat
Sedangkan perincian tugas poko tersebut adalah:
1. Mengeluarkan uang kertas dan uang logam
2. Mengawasi serta membina perkreditan dan perbankan
3. Bertindak sebagai pemegang kas dan banker pemerintah, memberikan
kepada pemerintah kredit dalam rekening koran dan memberikan jasa-jasa
4. Mendorong pengerahan dana-dana masyarakat oleh perbankan untuk
tujuan usaha pembangunan yang produktif dan terencana
5. Menjaga dan memilihara posisi likuiditas dan solvabilitas internasional
4.1.6 Kantor Cabang Bank Indonesia Cabang Medan Landasan Hukum
Berdasarkan pasal 3 ayat (1) UU No. 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral,
maka Bank Indonesia berkedudukan serta berkantor pusat di ibukota Republik
Indonesia dan dapat mempunyai kanntor-kantor di seluruh wilayah RI. Oleh
karena itu untuk melaksanakan tugas-tugas Bank Sentral di daerah maka didirikan
kantor-kantor cabang Bank Indonesia, salah satu kantor cabangnya adalah kantor
cabang Bank Indonesia cabang Medan.
Kantor cabang Bank Indonesia Medan juga merupakan kelanjutan dari NV.
De Javasche Bank yang telah diambil alih oleh pemerintah RI pada tahun 1953.
Selanjutnya melalui beberapa penyempurnaan mengenai organisasi kantor cabang
Bank Indonesia Medan, maka terakhir berdasarkan surat keputusan direksi Bank
Indonesia No. 18/58/Kep/DIR tanggal 19 Maret 1986 adalah penyempurnaan
organisasi kantor cabang Bank Indonesia Medan /Koordinator Wilayah Bank
Indonesia Sumatera Utara yang juga merupakan penyempurnaan organisasi Bank
Indonesia secara keseluruhan ssejalan dengan perkembangan peranan dan tugas
Bank Indonesia secara keseluruhan sejalan dengan perkembangan peranan dan
tugas Bank Indonesia dalam upaya ikut menyukseskan pembangunan.
Dala surat keputusan direksi Bank Indonesia teersebut telah ditetapkan
tugas-tugas utama dan tugas-tugas penunjang kantor cabang Bank Indonesia
/Koordianator Wilayah Bank Indonesia Sumatera Utara sebagai berikut:
a. Memberi saran kepada pemerintah
b. Mengatur perkreditan rakyat dan dana perbankan
c. Mengatur perredaran uang kartal
d. Mengelola devisa dan lalu lintad pembayaran luar negeri
e. Memberikan pelayanan perbankan kepada Pemerintah Daerah
f. Melakukan pengawasan, pembinaan dan pengembangan perbankan
g. Melaksanakan tugas-tugas lain dalam rangka pembangunan untuk
menunjang program pemerintah
h. Melakukan penelitian dan pengembangan terhadap proyek perintis
Bagan Organisasi
Kantor cabang Bank Ondonesia Medan dipimpin oleh Pemimpin cabang
dan dibantu oleh wakil pemimpin cabang, dalam melaksanakan tugasnya
pemimpin cabang dan wakil pemimpin cabang dibantu oleh tiga wakil pemimpin
cabang bidang yang masing-masing membawahkan empat seksi sebagai berikut:
a. Bidang I (perbankan, ekonomi statistik, luar negeri, kliring, pasar uang dan
modal, umum), terdiri dari:
1. Seksi pengawasan dan pembinaan bank
2. Seksi ekonomi statistic dan luar negeri
3. Seksi klring, pasar uang dan modal
4. Seksi umum