HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI
DENGAN TINGKAT ADOPSI PETANI PADI SAWAH DALAM
METODE SLPTT (sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman
Terpadu)
(Studi kasus : Desa Paya bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli
Serdang)
SKRIPSI
Oleh :
DANIEL SIRAIT
050309016
S E P / P K P
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI
DENGAN TINGKAT ADOPSI PETANI PADI SAWAH DALAM
METODE SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman
Terpadu)
(Studi kasus : Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli
Serdang)
SKRIPSI
Oleh :
DANIEL SIRAIT
0 5 0 3 0 9 0 1 6
S E P / P K P
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana
di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
(Ir. Lily Fauzia, M.Si)
(Emalisa, SP, MSi)
NIP : 196308221988032003
NIP : 1972111819980220012
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
DANIEL SIRAIT (050309016), dengan judul skripsi “Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Dalam Metode SLPTT ( Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu)”, studi kasus Desa Paya bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Peneliti di bimbing oleh ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si dan ibu Emalisa, SP, M.Si . Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat adopsi petani padi sawah dalam metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) dan untuk mengetahui hubungan karakteritik sosial ekonomi dengan tingkat adopsi petani padi sawah yang mengikuti metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu).
Daerah penelitian ditentukan secara purposive artinya dengan sengaja yaitu di Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Proportional Random Sampling. Sampel penelitian diambil secara acak dari populasi petani padi sawah yang mengikuti metode SLPTT. Jumlah sampel yang diambil adalah 30 sampel. Data dikumpulkan melalui metode wawancara dan observasi langsung, dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data dianalisis dengan menggunakan scoring dan Rank Spearman.
Dari penelitian diperoleh hasil Tingkat adopsi petani padi sawah terhadap metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) adalah tinggi; Umur, lama berusahatani, dan frekuensi mengikuti penyuluhan mempunyai hubungan dengan tingkat adopsi, sedangkan pendidikan, luas lahan dan modal tidak mempunyai hubungan dengan tingkat adopsi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 24 Desember 1986, sebagai anak ke 2 (dua) dari 4 bersaudara, dari keluarga Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D dan Ibu Oktoberiani Lbn Raja S.Pd.
Adapun Riwayat Pendidikan yang pernah ditempuh penulis yaitu :
1. Tamat dari SDN 064981 Medan, Kec Helvetia Timur tahun 1999 2. Tamat dari SLTP swasta St. Thomas 3 Medan tahun 2002 3. Tamat dari SMA N 12 Medan tahun 2005
4. Tahun 2005 di terima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.
5. Bulan juni 2010 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Gunung Sitember, Kecamatan Gunung Sitember Kabupaten Dairi.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah dalam Metode SLPTT ( Sekolah Pengelolaan Tanaman Terpadu)”, studi kasus desa Paya bakung , kecamatan Hamparan Perak, kabupaten Deli serdang.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat pada program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan untuk mendapatkan gelar sarjana.
Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Emalisa, SP, M,Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Skrisi ini dengan memberikan bimbingan dan arahan.
3. Ibu DR.Ir. Salmiah, selaku ketua Program Studi Agribisnis beserta semua staff dan pegawai yang telah membantu hingga penulisan skripsi ini selesai.
4. Keluarga penulis teristimewa ayahanda tersayang Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D dan Ibunda tercinta Oktoberiani Lbn Raja S.Pd yang telah memberi dukungan baik materi maupun do’a semangat dan motivasi dalam penulisan skripsi ini. 5. teman – teman stambuk 2005 dan 2006 SEP/PKP atas segala bantuan , dukungan
semangat, motivasi dalam penulisan skripsi ini sampai dengan selesai.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skrisi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Medan, November 2011
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 7
2.2. Landasan Teori ... 9
2.3. Kerangka Pemikiran ... 12
2.4. Hipotesis Penelitian ... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Daerah Sampel ... 16
3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 16
3.3. Metode Pengambilan Data ... 17
3.4. Metode Analisis Data ... 18
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 20
3.5.1. Defenisi ... 20
3.5.2. Batasan Operasional ... 21
BAB IV DESKRISI DAERAH PENELITIAN 4.1. Deskrisi Daerah Penelitian ... 22
4.2. Keadaan Penduduk ... 22
4.4. Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel Penelitian ... 25
4.4.1. Karakteristik Sosial ... 25
4.4.1.1. Umur... 25
4.4.1.2. Pendidikan ... 26
4.4.1.3. Luas Lahan... 26
4.4.1.4. Lama Berusahatani ... 27
4.4.1.5. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan... 27
4.4.2. Karakteristik Ekonomi. ... 27
4.4.2.1. Modal ... 27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Terhadap Metode SLPTT (Sekolah Pengendalian Pengelolaan Tanaman Terpadu) ... 30
5.2. Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi PetaniPadi Sawah Di Daerah Penelitian ... 33
5.2.1. Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian ... 33
5.2.2. Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian ... 35
5.2.3. Hubungan Luas lahan dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian ... 36
5.2.4. Hubungan Lama berusaha tani dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian ... 37
5.2.5. Hubungan Frekuensi mengikuti penyuluhan dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian ... 38
5.2.6. Hubungan Modal dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian ... 39
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan ... 41
6.2.Saran... 41
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kecamatan di
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 4 2. Distribusi Populasi dan Sampel Penelitian
di Kecamatan Hamparan Perak Desa Paya Bakung ... 16 3. Kriteria Jawaban untuk Metode Scoring ... 19 4. Distribusi Penduduk di Desa Paya Bakung
Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 ... 22 5. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Penduduk di Desa Paya Bakung Tahun 2010 ... 23 6. Distribusi Sarana dan Prasarana di
Desa Paya Bakung Pada Tahun 2010 ... 24 7. Karakteristik Sosial Sampel Penelitian
(Responden) di Daerah Penelitian ... 25 8. Luas Lahan Sampel Penelitian (Responden)
yang Digunakan Untuk Ditanami
Tanaman (Komoditi) Lainnya ... 26 9. Modal Sampel Penelitian (Responden) yang
Mengikuti Program SLPTT di Daerah Penelitian ... 27 10. Analisis Scoring Tingkat Adopsi Petani
Padi Sawah Terhadap Metode SLPTT ... 30 11. Hubungan Umur Dengan Tingkat Adopsi Petani
Padi Sawah di Daerah Penelitian ... 34 12. Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Adopsi
Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian ... 35 13. Hubungan Luas Lahan Dengan Tingkat Adopsi
Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian ... 36 14. Hubungan Lama Berusahatani Dengan Tingkat Adopsi
15. Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian ... 37 16. Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Dengan
Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian ... 38 17. Hubungan Modal Penyuluhan Dengan Tingkat
ABSTRAK
DANIEL SIRAIT (050309016), dengan judul skripsi “Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Dalam Metode SLPTT ( Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu)”, studi kasus Desa Paya bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Peneliti di bimbing oleh ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si dan ibu Emalisa, SP, M.Si . Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat adopsi petani padi sawah dalam metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) dan untuk mengetahui hubungan karakteritik sosial ekonomi dengan tingkat adopsi petani padi sawah yang mengikuti metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu).
Daerah penelitian ditentukan secara purposive artinya dengan sengaja yaitu di Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Proportional Random Sampling. Sampel penelitian diambil secara acak dari populasi petani padi sawah yang mengikuti metode SLPTT. Jumlah sampel yang diambil adalah 30 sampel. Data dikumpulkan melalui metode wawancara dan observasi langsung, dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data dianalisis dengan menggunakan scoring dan Rank Spearman.
Dari penelitian diperoleh hasil Tingkat adopsi petani padi sawah terhadap metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) adalah tinggi; Umur, lama berusahatani, dan frekuensi mengikuti penyuluhan mempunyai hubungan dengan tingkat adopsi, sedangkan pendidikan, luas lahan dan modal tidak mempunyai hubungan dengan tingkat adopsi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara agraris. Negara yang memiliki sektor pertanian yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian (Mubyarto, 1994).
Indonesia sebagai Negara berkembang memiliki produktifitas pertanian yang sangat rendah. Hal ini berdampak nyata terhadap situasi perekonomian nasional yaitu impor beras terus meningkat, inflasi menjadi tak terkendali, kekurangan pangan dan kesempatan kerja terbatas sehingga menimbulkan pengangguran. Pembangunan pertanian merupakan langkah awal dalam strategi pembangunan nasional jangka panjang (Chrisma, 1994).
Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani, daerah pedesaan tempat dimana mayoritas petani menjalani kehidupannya mempunyai beberapa permasalahan seperti tingkat pendidikan rendah, adanya sikap mental yang kurang mendukung dan masalah-masalah lainnya. Permasalahan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat petani pedesaan yang satu sama lain saling berkaitan (Negara S, 2000).
Salah satu metode penyuluhan yang berfungsi untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di desa dengan objek metode adalah Metode Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) yang dicanangkan Pemerintah guna meningkatkan kualitas dan produktifitas padi. Metode ini sangat membantu para petani padi dalam melakukan pengelolaan untuk hasil yang lebih baik (Mar,2010).
Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia merupakan salah satu agenda besar dalam metode ini. Dengan metode SLPTT ini diharapkan muncul pendamping yang dapat mendampingi petani di lapangan dalam menemukan dan memecahkan masalah mereka. Dipilihnya pola ini karena model penyuluhan sebelumnya belum terbukti mampu memecahkan masalah di lapangan (Mar, 2010).
Banyak indikator untuk melihat keberhasilan metode SLPTT. Diantaranya adalah karakteristik sosial ekonomi dan tingkat adopsi petani dalam metode tersebut. Adopsi adalah penerapan/penguasaan dari suatu ide baru, alat-alat atau teknologi baru (modern). Manifestasi dari bentuk adopsi teknologi dapat berupa perubahan yang terlihat pada sikap dan perilaku, perubahan dalam pemakaian peralatan atau teknologi yang digunakan dalam usaha tani (Negara S, 2000).
keyakinan akan mamfaat hal-hal baru itu setelah petani mengalami perubahan kelakukan (Mosher A T, 1983).
Salah satu kabupaten yang menjalankan metode SLPTT adalah Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Sejarahnya memperlihatkan bahwa Kabupaten ini merupakan salah satu sentra produksi tanaman padi sawah. Pada tahun 2009 produksi padi sawah di Kabupaten Deli Serdang sebesar 389.597 ton dengan tingkat produktifitas 52,13 kw/ha. Jumlah produksi di atas tidak dapat dikatakan optimal karena tidak meratanya luas panen per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang. Sehingga di Kabupaten ini masih menjalankan metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) yang akan semakin berkembang.
Dibawah ini saya lampirkan tabel luas panen Kecamatan Hamparan Perak pada komoditi padi sawah. Dimana Kecamatan Hamparan Perak merupakan salah satu Kecamatan yang memiliki luas lahan panen terluas di Kabupaten Deli Serdang.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010
No. Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha)
1. Gunung Meriah 1.104 5.612 50,82
2. STM Hulu 990 4.957 50,07
3. Sibolangit 1.370 6.925 50,56
4. Kutalimbaru 1.976 10.087 51,04
5. Pancur Batu 940 4.774 50,79
6. Namorambe 1.832 9.486 51,78
7. Biru-Biru 1.795 9.134 50,88
8. STM Hilir 1.715 8.739 50,97
9. Bangun Purba 365 1.827 50,03
10. Galang 2.063 10.772 52,20
11. Tanjung Morawa 4.925 25.669 52,12
12. Patumbak 1.428 7.200 50,42
13. Deli Tua 40 204 50,47
14. Sunggal 4.905 25.604 52,20
15. Hamparan Perak 10.222 53.396 52,24
16. Labuhan Deli 6.632 34.503 52,03
17. Percut Sei Tuan 10.167 53.585 52,71
18. Batang Kuis 2.029 10.296 50,75
19. Pantai Labu 8.443 43.872 51,96
20. Beringin 4.503 23.888 53,05
21. Lubuk Pakam 3.376 18.104 53,62
Jumlah 74.737 389.597 52,13
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Karakteristik sosial ekonomi seperti umur, pendidikan, luas lahan mungkin mempunyai hubungan dengan tingkat adopsi petani dalam metode SLPTT dengan ukuran-ukuran yang akan ditetapkan. Banyak bagian yang penting ketika membahas mengenai karakteristik sosial ekonomi petani khususnya padi sawah. Ciri khas petani di Indonesia adalah mereka masih terpengaruh dengan kebudayaan asli daerah tersebut ketika mereka melakukan usaha tani.
Dari uraian yang singkat di atas maka penulis ingin meneliti sejauh mana bahwa hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan tingkat adopsi dalam metode SLPTT (sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) di Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti menyimpulkan dan disusun permasalahan-permasalahan yang terjadi. Adapun permasalahan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat adopsi petani padi sawah dalam metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) di daerah penelitian?
2. Bagaimana hubungan karateristik sosial ekonomi dengan tingkat adopsi petani padi sawah yang mengikuti metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) di daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan sub-bab identifikasi masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan, sebagai berikut :
2. Untuk mengetahui hubungan karakteritik sosial ekonomi dengan tingkat adopsi petani padi sawah yang mengikuti metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) di daerah penelitian
1.3 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian dengan judul hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan tingkat adopsi petani padi sawah dalam metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu), sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi berbagai stakeholder yang melaksanakan metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) dan untuk memperoleh kesimpulan tingkatan adopsi petani terhadap metode tersebut.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan judul penelitian ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur. Program dapat dihasilkan melalui proses perencanaan program yang diorganisasikan secara sadar dan terus menerus, untuk memilih alternatif yang terbaik dalam mencapai tujuan (Priyono, 2009).
Tingkat pendidikan petani sering disebut sebagai faktor rendahnya tingkat produktivitas usahatani. Tingkat pendidikan yang rendah maka petani akan lambat mengadopsi inovasi baru dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lama. Sedangkan seseorang yang berpendidikan tinggi tergolong lebih cepat dalam mengadopsi inovasi baru (Soekartawi, 2002).
Petani yang mengusahakan luas lahan yang lebih tinggi akan lebih mudah merespon metode-metode penyuluhan pertanian karena mereka ingin memperoleh hasil-hasil pertanian yang lebih meningkat dari sebelumnya. Petani yang sudah lebih lama bertani memiliki pengalaman yang lebih banyak daripada petani pemula, sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan terhadap anjuran penyuluh. Petani yang berusia lanjut berumur sekitar lebih dari 50 tahun biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara bekerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru (Kartasapoetra, 1991).
terpadu meliputi pemberian benih, pengendalian hama, penyediaan teknologi budidaya, dan pupuk secara terpadu (Mar, 2010).
Dalam Departemen Pertanian (2009) upaya pengembangan PTT secara nasional, Departemen Pertanian meluncurkan metode Sekolah Lapang PTT. Panduan SLPTT padi ini dimaksudkan sebagai:
1. Acuan dalam pelaksanaan SLPTT padi dalam upaya peningkatan produksi beras di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota
2. Pedoman dalam koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan metode peningkatan produksi padi melalui SLPTT antara di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota
3. Acuan dalam penerapan komponen teknologi PTT padi oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usahataninya untuk mendukung upaya peningkatan produksi; dan
4. Pedoman dalam peningkatan produktivitas, produksi, pendapatan dan kesejahteraan petani padi
SLPTT akan melibatkan para petani yang terhimpun dalam kelompok tani dengan setiap kelompoknya mengelola lahan pertanian seluas 25 hektar. Dalam kegiatan tersebut para petani akan dapat saling bertukar ilmu tentang cara bercocok tanam yang baik sehingga dapat menuai hasil yang maksimal (Mar, 2010).
Metode yang dikembangkan dalam kegiatan itu model curah pendapat, wawancara dan diskusi di tingkat kelompok sekolah lapang. Kegiatan diskusi dilakukan bersamaan dengan acara pertemuan antar kelompok SLPTT yang dipusatkan di satu lokasi. Selain itu juga melakukan kunjungan ke lahan belajar SLPTT dan pertemuan antar pemandu (Mar, 2010).
1.2 Landasan Teori
Dalam tahun lima puluhan dan empat puluhan para pakar sosiologi pedesaan di Amerika banyak melakukan penelitian mengenai proses adopsi inovasi oleh para petani. Dalam proses adopsi dapat dibedakan lima tahap, sebagai berikut :
1. Tahu, pertama kali mendapat ide, praktek baru, kekurangan rincian informasi 2. Minat, mencari rincian informasi
3. Evaluasi, menilai mamfaat inovasi, dapatkah saya menggerakkannya 4. Mencoba, mencoba menerapkan inovasi pada skala kecil
5. Adopsi, menerapkan inovasi pada skala besar pada usaha taninya
Lima tahap proses adopsi ini bukan merupakan pola kaku yang pasti di ikuti oleh petani, tetapi sekedar menunjukkan adanya lima urutan yang sering ditemukan baik oleh peneliti atau oleh petani (Adjid D, 2001).
Adopsi adalah keputusan yang diambil seorang untuk menerima motivasi dan menggunakannya dalam praktek usaha taninya. Keputusan untuk menerima inovasi merupakan perubahan perilaku yang meliputi kawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang untuk mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerimanya (Adjid D, 2001).
berkembang yaitu pada pendidikan, pelayanan kesehatan dan perilaku konsumen (Van den Ban dan Hawkins H S, 1999).
Menurut Negara S (2000) adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi pada usaha taninya. Hal ini di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Tingkat pendidikan, pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi
2. Umur Petani, makin muda umur petani maka makin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut
3. Luas Pemilikian Lahan, petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan keefisienan penggunaan sarana produksi
4. Pengalaman Bertani, petani yang sudah lebih lama berusaha tani akan lebih mudah menerapkan teknologi daripada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan
5. Pendapatan petani padi sawah adalah selisih antara penerimaan dan total biaya dalam kegiatan usaha taninya
Pendidikan petani serta status kepemilikan lahan juga mempengaruhi penerapan inovasi (Erni Esde Dkk, 1997).
Pedoman Umum SLPTT (2011), Ada 2 jenis komponen PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) yang di terapkan dalam metode SLPTT, yaitu :
Komponen teknologi dasar:
1. Varietas unggul baru, inbrida (non hibrida), atau hibrida 2. Benih bermutu dan berlabel
3. Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos
4. Pengaturan populasi tanaman secara optimum
5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
6. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dengan pendekatan PHT (Pengendalian Hama Terpadu)
Komponen teknologi pilihan:
1. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam 2. Penggunaan bibit muda (< 21 hari)
3. Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun 4. Pengairan secara efektif dan efisien 5. Penyiangan dengan landak atau gasrok 6. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok
1.3 Kerangka Pemikiran
Tujuan utama dari metode ini adalah peningkatan sumber daya manusia petani dan mutu (kualitas) usaha taninya. Dalam metode ini dilakukan sekolah lapangan sebagai sebuah pendidikan informal bagi petani. Ada berbagai macam ukuran yang dibuat oleh pemerintah untuk menentukan keberhasilan metode ini. Salah satunya adalah intensitas petani untuk menghadiri kegiatan sekolah lapang ini.
Keberhasilan petani padi sawah tidak terlepas dari karakteristik sosial ekonomi petani dan tingkat adopsi petani tersebut. Satia Negara L (2000) menyebutkan dalam bukunya yang berjudul “Tingkat Adopsi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya” ada 4 sudut pandang sosial ekonomi, yaitu :
1. Tingkat pendidikan, pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi
2. Umur Petani, makin muda umur petani maka makin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut
3. Luas Pemilikin Lahan, petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan keefisienan penggunaan sarana produksi
4. Pengalaman Bertani (Lama Bertani), petani yang sudah lebih lama berusaha tani akan lebih mudah menerapkan teknologi daripada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan
6. Modal adalah nilai nominal yang digunakan petani untuk menjalankan kegiatan usaha taninya
Dalam penelitian ini akan dilihat ke-6 sudut pandang di atas memiliki hubungan yang erat atau tidak terhadap tingkat adopsi di daerah penelitian. Peneliti membagi 3 ukuran tingkat adopsi, yaitu : tingkat adopsi tinggi, tingkat adopsi sedang dan tingkat adopsi tinggi. Berdasarkan penjelasan singkat di atas maka peneliti menyusun sebuah skema kerangka pemikiran, sebagai berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan :
: Hubungan
1.4 Hipotesis Penelitian
SLPTT
PETANI
TINGKAT ADOPSI
Karakteristik Sosial Ekonomi : 1. Pendidikan 2. Umur 3. Luas Lahan 4. Lama Bertani 5. FrekuensiMengikuti Penyuluhan 6. Modal
RENDAH
TINGGI
Komponen PTT :
Komponen teknologi dasar:
1. Varietas unggul baru, inbrida (non hibrida), atau hibrida
2. Benih bermutu dan berlabel 3. Pemberian bahan organik melalui
pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos
4. Pengaturan populasi tanaman secara optimum
5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah 6. Pengendalian OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman) dengan pendekatan PHT (Pengendalian Hama Terpadu)
Komponen teknologi pilihan:
1. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam
2. Penggunaan bibit muda (< 21 hari) 3. Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun 4. Pengairan secara efektif dan efisien 5. Penyiangan dengan landak atau gasrok 6. Panen tepat waktu dan gabah segera
Berdasarkan identifikasi masalah, maka peneliti menyusun hipotesis penelitian, sebagai berikut :
1. Tingkat adopsi petani padi sawah terhadap metode SLPTT (sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu) adalah tinggi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Penentuan Daerah Sampel
Daerah penelitian ditentukan secara purposive artinya dengan sengaja yaitu di Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah sentra produksi padi sawah yang mendapatkan Program Penyuluhan Pertanian metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu).
3.2. Metode Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Proportional Random Sampling. Dimana peneliti mengambil secara acak petani padi sawah yang mengikuti metode SLPTT sebagai sampel penelitian sesuai dengan proporsinya. Jumlah sampel yang diambil adalah 30 sampel. Karena dalam penelitian yang menggunakan data statistik, minimal sampel yang diambil adalah 30 sampel (Sudjana, 2002).
Distribusi populasi petani padi sawah dan sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Distribusi Populasi dan Sampel Penelitian di Kecamatan Hamparan Perak Desa Paya Bakung
No Nama Kelompok tani Jumlah Anggota
(jiwa)
Jumlah Sampel (jiwa)
1. Prihatin 85 3
2. Setia Kawan 39 1
3. Sentosa 66 2
Lanjutan Tabel 2. Distribusi Populasi dan Sampel Penelitian di Kecamatan Hamparan Perak Desa Paya Bakung
No Nama Kelompok tani Jumlah Anggota
(jiwa)
Jumlah Sampel (jiwa)
5. Rukun 61 2
6. Damai 53 2
7. Sekata 77 3
8. Mauliate 86 3
9. Jaya Tani 100 4
10. Cempaka 82 3
11. Karya Tani 50 3
12. Setia Sari 60 2
Jumlah 804 30
Sumber : Petugas Penyuluh Lapang Desa Paya Bakung
3.3. Metode Pengambilan Data
Metode pengumpulan data adalah metode survey dan observasi langsung, dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner penelitian dan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari keterangan petani yang mengikuti program tersebut sebagai responden peneltiain. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait dan beberapa buku-buku yang mendukung penelitian ini.
3.4. Metode Analisis Data
Komponen teknologi dasar:
7. Varietas unggul baru, inbrida (non hibrida), dibantu dengan galur. Varietas unggul yang digunakan adalah Varietas Ciherang
8. Benih bermutu dan berlabel
9. Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos
10. Pengaturan populasi tanaman secara optimum atau sering disebut dengan sistem Legowo 4:1
11. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
12. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dengan pendekatan PHT (Pengendalian Hama Terpadu)
Komponen teknologi pilihan:
7. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam 8. Penggunaan bibit muda (17 hari)
9. Tanam bibit 1 – 3 batang per lubang tanam 10. Pengairan secara efektif dan efisien 11. Penyiangan dengan landak atau gasrok 12. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok
Dari semua parameter di atas maka akan dibuat pertanyaan yang berhubungan. Kemudian kriteria score jawaban yang telah ditentukan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Kriteria Jawaban untuk Metode Scoring
No Jawaban Score
1. Melaksanakan Sesuai Anjuran 3
2. Melaksanakan tidak Sesuai Anjuran 2
6Σdi
2n
3- n
Sudjana (2002) Untuk menganalisis hipotesis (2) adalah dengan menggunakan metode Rank Spearman , dengan formula sebagai berikut :
rs = 1 -
dimana :
rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman
d = Selisih antara nilai karakteristik sosial ekonomi dengn tingkat adopsi n = Jumlah petani yang mengadopsi SLPTT
dimana range rs = -1 ≤ 0 ≥ 1
Dengan kriteria sebagai berikut :
thitung≤ tα(0,05) = H0 diterima, H1 ditolak thitung > tα (0,05) = H0 ditolak, H1 diterima
Ho : ρs = 0 ( tidak ada hubungan antara rangking variabel yang satu dengan rangking dari variabel lainnya)
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
3.5.1. Definisi
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka peneliti membuat definisi dan batasa operasional sebagai berikut :
1. Umur adalah usia petani sampel pada saat penelitian dilaksanakan yang dinyatakan dalam tahun
2. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang telah ditempuh oleh petani.
3. Lama berusahatani adalah lamanya seorang petani menekuni usahatani dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam tahun..
4. Luas Lahan adalah luas areal pertanaman usahatani padi yang dimiliki petani
5. Responden adalah petani sampel yang mengikuti program SLPTT
6. Tingkat adopsi adalah proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan anjuran program SLPTT pada usaha taninya.
7. Program SLPTT adalah sebuah program dari Departemen Pertanian (Deptan) dengan cara memberi pengajaran kepada para petani mengenai pengendalian hama terpadu, sekolah lapang iklim, dan teknologi budidaya
3.5.2. Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Desa Paya Bakung memiliki luas wilayah 1.652,5 ha dengan ketinggian 0-16 mdpl, dengan rata rata suhu udara 28-300C dan curah hujan 1.100 mm/tahun. Kemudian daerah penelitian ini mempunyai batas wilayah, yaitu :
− Sebelah Utara berbatasan dengan : Bulu Cina − Sebelah Selatan berbatasan dengan : Mulio Rejo − Sebelah Timur berbatasan dengan : Tandem Hulu I − Sebelah Barat berbatasan dengan : Kelambir lima
4.2. Keadaan Penduduk
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kepala desa Paya Bakung, jumlah penduduk Paya Bakung terdiri dari 8.949 jiwa dengan perincian pria berjumlah 4.760 jiwa dan wanita berjumlah 4.189 jiwa dan jumlah rumah tangga (RT) sebanyak 2.395 KK.
Tabel 4. Distribusi Penduduk di Desa Paya Bakung Menurut Kelompok Umur Tahun 2010
No Golongan Umur Pria Wanita Persentase(%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
0 – 9 10 – 19 20 – 29 30 – 39 40 – 49 50 – 59 >60 Total 984 859 802 787 619 432 286 4760 858 850 726 707 564 334 150 4189 20,58 19,09 17,07 16,69 13,21 8,55 4,87 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Paya Bakung, Tahun 2011
persentase golongan umur tersebut menyimpulkan hampir 70% penduduk di Desa Paya Bakung merupakan umur produktif.
Tabel 5.. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Penduduk di Desa Paya Bakung Tahun 2010
No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. Bertani Industri/Kerajinan PNS&TNI/POLRI Perdagangan Lain lain 3.491 65 64 24 113 92,92 1,73 1,70 0,06 3,01
Total 3.757 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Paya Bakung, Tahun 2011
Pada Tabel 5 mata pencaharian penduduk Desa Paya Bakung Sangat bervariasi, hal ini dilihat dengan 4 jenis mata pencaharian, yaitu bertani, industry, PNS/TNI/POLRI dan perdagangan. Namun dari Tabel 5 dapat dilihat jelas bahwa mata pencaharian penduduk di Desa Paya Bakung yang paling tinggi adalah bertani yaitu sebesar 3.491 jiwa ( 92,92 % ) dan yang paling rendah adalah Perdagangan yaitu sebesar 24 jiwa ( 0,06% ). Dan selebihnya di sektor industri/kerajinan, PNS&TNI/POLRI dan lainnya. Dari besarnya penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani maka dapat disimpulkan Desa Paya Bakung merupakan salah daerah sentra produksi komoditi pertanian di Kabupaten Deli Serdang.
4.3. Sarana dan Prasarana
Tabel 6. Distribusi Sarana dan Prasarana di Desa Paya Bakung Pada Tahun 2010
No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Sarana Pendidikan Formal - TK
- SD - SMP - SMA
Sarana Pendidikan Non Formal
- Perpustakaan Desa Sarana Kesehatan
- Puskesmas Pembantu - Posyandu
- Poliklinik/Balai Pengobatan Sarana Ibadah
- Mesjid - Musola - Gereja - Wihara Sarana Olah Raga - Lapangan Sepak Bola - Lapangan Bulu Tangkis - Lapangan Voli
Sarana Perhubungan Kantor Kepala Desa Balai Desa 5 5 2 1 1 1 10 5 7 17 1 1 2 2 2 1 1 1 Sumber: Kantor Kepala Desa Paya Bakung, Tahun 2011
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di Desa Paya Bakung telah terpenuhi dengan baik dengan adanya berbagai fasilitas yang mendukung. Seperti sarana pendidikan, kesehatan, tempat ibadah dan lain lain.
4.4. Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel Penelitian
Karakteristik Sosial ekonomi dalam penelitian adalah : umur, pendidikan, luas lahan, lama bertani, frekuensi mengikuti SLPTT dan modal. Untuk memudahkan dalam penelitian maka karakteristik ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : karakteristik sosial dan karakteristik ekonomi.
4.4.1. Karakteristik Sosial
Tabel 7. Karakteristik Sosial Sampel Penelitian (Responden) di Daerah Penelitian
No Uraian Range Rataan
1. Umur 31 – 70 tahun 41.97 tahun
2. Pendidikan 9 – 12 tahun 10.60 tahun
3. Luas Lahan 0.3 – 2 Ha 1.01 Ha
4. Lama Berusahatani 5 – 50 tahun 14.60 tahun 5. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan 1 – 8 4.37
6. Modal Rp.900,000.00 –
Rp.5,500,000.00
Rp.3,1830,333.00
Sumber : Diolah dari lampiran 1
4.4.1.1. Umur
Umur adalah usia petani sampel (responden) pada saat penelitian dilaksanakan dan dinyatakan dalam tahun. Pada Tabel 7 dapat dilihat dengan jelas bahwasanya rataan umur responden adalah 41.97 tahun dengan range 31 – 70 tahun. Rataan umur tersebut menyimpulkan bahwa sampel penelitian (responden) masih dalam usia produktif.
4.4.1.2. Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang diikuti oleh sampel penelitian (responden). Pada Tabel 7, rata-rata pendidikan yang ditempuh oleh responden adalah 10.60 tahun atau setara dengan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama). Range pendidikan yang ditempuh sampel penelitian (responden) adalah 9 – 12 tahun atau setara dengan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) sampai dengan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas).
4.4.1.3. Luas Lahan
responden yang tidak menggunakan keseluruhan lahan yang dimilikinya untuk ditanami oleh tanaman padi sawah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8. Luas Lahan Sampel Penelitian (Responden) yang Digunakan Untuk Ditanami Tanaman (Komoditi) Lainnya
No Uraian Range Rataan
1. Luas Lahan 0.3 – 1.50 Ha 0.70 Ha
Sumber : Diolah dari lampiran 1
Pada Tabel 8 menyimpulkan bahwasanya rataan luas lahan yang digunakan responden untuk ditanami komoditi lainyya adalah 0.70 Ha dengan range 0.3 – 1.50 Ha. Hal ini juga memperlihatkan bahwa komodit padi sawah bukan menjadi komoditi prioritas utama petani di daerah penelitian.
4.4.1.4. Lama Berusahatani
Lama Berusahatani adalah lama sampel penelitian (responden) menekuni usaha tani dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam tahun. Pada Tabel 7 menyimpulkan bahwa rataan responden menekuni usaha taninya adalah 14.60 tahun dengan range 5 – 50 tahun. Artinya dengan kurun waktu 14.60 tahun responden di daerah penelitian dapat dikatakan mempunyai pengalaman yang matang dalam melakukan kegiatan usaha tani khususnya komoditi padi sawah.
4.4.1.5. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan
4.4.2. Karakteristik Ekonomi
Karakteristik ekonomi dalam penelitian ini hanya 1 variabel, yaitu : modal. Sumber modal ada dua, yaitu modal sendiri dan modal dari sumber lain. Untuk lebih jelas mengenati variabel modal dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9. Modal Sampel Penelitian (Responden) yang Mengikuti Program SLPTT di Daerah Penelitian
No Uraian Range Rataan
1. Modal Sendiri Rp.900.000,00 – Rp.5.500.000,00
Rp.3.183.333,33 2. Modal dari
Sumber Lain
Rp.1.500.000,00 – Rp.3.000.000,00
Rp.2.110.000,00 Sumber : Diolah dari lampiran 1
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
SLPTT (sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu) adalah sebuah metode dari Departemen Pertanian (Deptan) dengan cara memberi pengajaran kepada para petani mengenai pengendalian hama terpadu, sekolah lapang iklim, dan teknologi budidaya. Petani diajarkan melakukan pertanian terpadu meliputi pemberian benih, pengendalian hama, penyediaan teknologi budidaya, dan pupuk secara terpadu.Tujuan utama dari metode ini adalah peningkatan sumber daya manusia petani dan mutu (kualitas) usaha taninya.
Pola SLPTT yaitu lahan petani yang digunakan untuk PTT disebut areal SLPTT. Satu unit areal SPTT terdiri atas 15-25 Ha lahan sawah milik petani peserta SLPTT . Pada setiap unit areal SLPTT dipilih lahan seluas 1 Ha untuk laboraturium lapang atau areal percontohan (demplot) bagi petani peserta SLPTT dengan berdampingan PPL dan PHP. Laboraturium lapang ini mendapat bantuan sarana produksi berupa benih unggul bermutu, pupuk UREA, NPK, dan pupuk organik, sedangkan bagi petani peserta SLPTT hanya diberikan bantuan berupa benih unggul bermutu untuk areal usahatani mereka masing-masing. Laboraturium lapang diharapkan dapat mempercepat alih teknologi melalui interaksi antara petani peserta SLPTT dengan petani non peserta SLPTT. Agar mudah dapat cepat terlihat, laboraturium lapang hendaknya menempati lahan di pinggir areal SLPTT.
menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan. Melalui penerapan SLPTT petani akan mampu mengelola sumberdaya yang tersedia (varietas, tanah, air, dan sarana produksi) secara terpadu dalam melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan kondisi spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan usaha taninya dalam rangka peningkatan produksi komoditi pangan. Namun demikian wilayah di luar SLPTT akan tetap dilakukan pembinaan peningkatan produksi tahun 2011 dapat meningkat.
5.1. Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Terhadap Metode SLPTT (Sekolah Lapang
Pengelolalaan Tanaman Terpadu)
[image:35.595.100.518.486.559.2]Tingkat adopsi petani padi sawah terhadap metode SLPTT (sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) dianalisis dengan menggunakan metode scoring. Hasil analisa dengan metode scoring dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10. Analisis Skoring Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Terhadap Metode SLPTT
Rataan Range Tingkat Adopsi
29.53 22 – 35 Tinggi
Sumber : Diolah dari lampiran 2
1. Jika score lebih besar 24 (≥24) maka disimpulkan bahwa tingkat adopsi tinggi, dan
2. Jika score lebih kecil sama dengan 24 (<24) maka disimpulkan bahwa tingkat adopsinya rendah
Analisis dengan menggunakan metode scoring ini menggunakan 2 parameter komponen PTT, yaitu :
I. Komponen teknologi dasar:
1. Varietas unggul baru, inbrida (non hibrida). Varietas yang digunakan adalah Ciherang.
2. Benih bermutu dan berlabel. Warna label yang digunakan untuk melihat benih yang disarankan dalam metode SLPTT adalah biru.
3. Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos
4. Pengaturan populasi tanaman secara optimum. Menggunakan sistem legowo 4:1.
5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
6. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dengan pendekatan PHT (Pengendalian Hama Terpadu). OPT yang dikendalikan adalah : penggerek batang, Keong mas dan hama putih atau palsu
II. Komponen teknologi pilihan:
1. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam 2. Penggunaan bibit muda (< 17 hari)
Kedua bagian parameter ini berdasarkan pedoman umum metode SLPTT (sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) pada tahun 2011.
Hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa tingkat adopsi responden terhadap metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) adalah tinggi merupakan sebuah keberhasilan awal dalam program ini. Sesuai dengan definisi dari SLPTT adalah sebuah wadah pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usaha tani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usaha taninya menjadi efisien, berproduktifitas tinggi dan berkelanjutan.
Sehingga dimasa yang akan datang diharapkan metode ini akan berjalan dengan lancar yang secara positif mempengaruhi paradigma petani dalam melakukan kegiatan usaha tani.
5.2. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
Hubungan karakteristik sosial ekonomi, yaitu : umur, pendidikan, luas lahan, lama bertani, frekuensi mengikuti SLPTT dan modal dengan tingkat adopsi sampel penelitian (responden) dianalisis dengan menggunakan metode Rank Spearman. Program pengganti SPSS (Statistical Package of Social Sciences).
5.2.1. Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
[image:38.595.111.518.510.626.2]Pada penelitian ini di duga bahwa ada hubungan antara umur dengan tingkat adopsi petani padi sawah dalam metode SLPTT suatu penyuluhan pertanian dengan asumsi bahwa semakin tinggi umur petani maka respon petani untuk mengadopsi metode SLPTT. Dari hasil analisis diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara umur dengan tingkat adopsi petani padi sawah dalam metode SLPTT, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
Uraian Umur Tingkat Adopsi Petani Padi
Sawah Dalam Metode SLPTT
Range 31-70 22-35
Rerata 41.97 29,53
Rs 0,465
Sumber : Diolah dari lampiran 3
dan H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara umur dengan tingkat adopsi petani padi sawah dalam metode SLPTT. Ini berarti hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara umur dengan tingkat adopsi diterima.
5.2.2. Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
[image:39.595.112.512.359.486.2]Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan dan wawasan yang luas untuk mengadopsi apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya. Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi petani padi sawah dalam metode SLPTT diuraikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
Uraian Pendidikan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Dalam Metode SLPTT
Range 9-12 22-35
Rerata 10,60 29,53
Rs 0,132
Sumber : Diolah dari lampiran 4
5.2.3. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
[image:40.595.112.510.299.426.2]Luas lahan merupakan salah satu faktor ekonomi yang penting bagi petani dalam berusahatani. Pada penelitian ini di duga ada hubungan antara luas lahan dengan ingkat adopsi petani padi sawah dalam metode SLPTT. Hasil analisis hubungan antara luas lahan dengan ingkat adopsi petani padi sawah dalam metode SLPTT diuraikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
Uraian Luas Lahan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Dalam Metode SLPTT
Range 0,3-2 22-35
Rerata 1,01 29,53
Rs 0,116
Sumber : Diolah dari lampiran 5
5.2.4. Hubungan Lama Berusahatani dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
[image:41.595.110.513.298.427.2]Pada penelitian ini di duga bahwa ada hubungan antara lamanya berusahatani dengan tingkat adopsi petani padi sawah dalam metode SLPTT. Pengalaman petani dalam berusahatani akan membantu petani dalam mengadopsi metode SLPTT yang diberikan oleh PPL. Hasil analisis hubungan antara lama berusahatani dengan tingkat adopsi petani padi sawah dalam metode SLPTT diuraikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Hubungan Lama Berusahatani dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
Uraian Lama Berusahatani Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Dalam Metode SLPTT
Range 5-50 22-35
Rerata 14,60 29,53
Rs 0,471
Sumber : Diolah dari lampiran 6
5.2.5. Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
[image:42.595.113.512.274.416.2]Penyuluhan pertanian akan membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang baik, apakah mengadosi atau tidak mengadopsi metode SLPTT tersebut. Hasil analisis hubungan antara frekuensi mengikuti penyuluhan dengan tingkat adopsi petani padi sawah dalam metode SLPTT diuraikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
Uraian Frekuensi Mengikuti Penyuluhan
Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Dalam Metode SLPTT
Range 1 – 8 22-35
Rerata 4,37 29,53
Rs 0,732
Sumber : Diolah dari lampiran 7
5.2.6. Hubungan Modal dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah
Penelitian
[image:43.595.112.512.295.411.2]Modal merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan suatu usaha, terutama dalam melakukan usahatani. Kekurangan modal akan sangat mempengaruhi produksi dan juga pendapatan petani. Hasil analisis hubungan antara modal dengan tingkat adopsi petani padi sawah dalam metode SLPTT diuraikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Hubungan Modal Penyuluhan dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
Uraian Modal Tingkat Adopsi Petani Padi
Sawah Dalam Metode SLPTT
Range 900.000 – 5.500.000 22-35
Rerata 3,138,333.33 29,53
Rs 0,037
Sumber : Diolah dari lampiran 8
Hubungan modal dengan tingkat adopsi petani padi sawah dalam metode SLPTT diuji dengan uji korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistik (lampiran 8) diperoleh nilai Rs = 0,037 dengan tingkat signifikansi 0,846 > 0,05 artinya hubungan antara modal dengan tingkat adopsi tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara modal dengan tingkat adopsi petani padi sawah dalam metode SLPTT. Ini berarti hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara frekuensi mengikuti penyuluhan dengan tingkat adopsi tidak diterima.
maka informasi yang diperolehnya mengenai inovasi baru semakin banyak dibandingkan dengan petani padi sawah yang memiliki frekuensi yang kecil dalam mengikuti metode sekolah lapang.
Kemudian semakin lama petani melakukan usaha taninya (lama berusahatani) maka tingkat adopsinya semakin tinggi. Hal ini membentuk sebuah hubungan yang saling terkait atau mempunyai hubungan yang positif. Pada umumnya petani yang sudah lama melakukan usaha tani lebih menghargai informasi berbentuk inovasi. Karena pengalaman mereka membentuk kedewasaan bertindak dalam melakukan kegiatan usaha tani. Kedewasaan bertindak adalah pemahaman petani padi sawah untuk mendengarkan dan berusaha menerapkan setiap inovasi yang mereka peroleh. Mereka juga lebih antusias dalam mengikuti metode sekolah lapang ini. Hal ini disebabkan oleh keyakinan mereka bahwa informasi yang mereka peroleh adalah bertujuan untuk meningkatkan produktifitas usaha tani mereka.
Variabel yang tidak memiliki hubungan dengan tingkat adopsi responden adalah, tingkat pendidikan, luas lahan, modal. Hal ini tidak membentuk hubungan yang saling terkait atau dapat dikatakan mempunyai hubungan yang negatif.
Tingkat pendidikan juga sama hal nya. Tidak mempunyai hubunga yang positif dengan tingkat adopsi responde. Rataan tingkat pendidikan responden di daerah penelitian adalah setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Walaupun tingkat pendidikan responden tinggi hal ini tidak membuktikan bahwa responden tersebut akan menerapkan sepenuhnya informasi mengenai inovasi baru yang diperolehnya dalam metode SLPTT.
menerpakan inovasi dari metode SLPTT. Kebanyakan responden lebih mempertahankan metode yang diwariskan oleh pendahulunya, karena mereka masih percaya metode tersebut masih relevan jika digunakan dalam kegiatan usaha tani sekarang.
Modal merupakan salah satu input produksi dalam kegiatan usaha tani. Pada umumnya besarnya modal yang digunakan akan berhubungan dengan produktifitas usaha taninya. Tapi jika dihubungkan dengan tingkat adopsi inovasi baru dari metode SLPTT, hal ini sama sekali tidak berhubungan. Besarnya modal yang digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha taninya tidak menjadi ukuran responden tersebut akan menerapkan informasi yang diperolehnya dalam kegiatan usaha taninya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian mengenai Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Dengan Metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) di Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut :
1. Tingkat adopsi petani padi sawah terhadap metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) adalah tinggi .
2. Karakteristik sosial ekonomi yaitu : Umur, lama berusahatani, dan frekuensi mengikuti penyuluhan mempunyai hubungan dengan tingkat adopsi petani padi sawah terhadap metode SLPTT, tetapi karakteristik sosial ekonomi pendidikan, luas lahan dan modal tidak mempunyai hubungan dengan tingkat adopsi petani padi sawah terhadap metode SLPTT.
6.2. Saran
6.2.1. Kepada Responden
6.2.2. Kepada Pemerintah
Disarankan kepada pemerintah agar memperhatikan semua fasilitas untuk mensukseskan program SLPTT ini sehingga program ini dapat berkelanjutan dan yang terpenting adalah semua fasilitas dari penyuluh harus disediakan karena mereka
mempunyai jasa yang besar dalam penerapan-penerapan inovasi baru di sektor pertanian. Harapan besar saya untuk kedepannya Indonesia dapat mencapai swasembada pangan.
6.2.3. Kepada Peneliti Selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Adjid D A, 2001, Penyuluhan Pertanian. Yayasan Sinar Tani. Jakarta.
A T Mosher, 1981. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna Jakarta Chrisma, 1994.Perkembangan Ekonomi Pertanian Nasional. PERHEPI. Jakarta Departemen Pertanian, 2009. Inovasi Teknologi Padi. http//:www.deptan.go.id. Diakses
20 maret 2010
Erni Esde dkk, 1997. Gambir dan Pengolahannya. Depdikbud Sumatera Barat Padang Hawkins H S dkk, 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius, Indonesia
Huda, N. 2002. Penyuluhan Pembangunan Sebagai Sebuah Ilmu (Kajian Filsafat Ilmu). Program Pasca Sarjana (S3). Institut Pertanian Bogor. Bogor
Kartasapoetra A.G. 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta Mardikanto, T. 1992. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University
Press. Surakarta
Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta
Negara S L, 2000. Tingkat Adopsi dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. USU Press. Medan
Priyono, 2009. Penyusunan Program Penyuluhan Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Lampiran 1. Karakteristik Sosial Ekonomi Pertanian.
No Umur (Tahun)
Pendidikan (Tahun)
Luas Lahan (Ha)
Lama Bertani (Tahun)
Frekuensi Mengikuti
SLPTT
Modal (Rp) Padi
Sawah Lainnya Sendiri Sumber Lain Total
1 37 12 0.5 - 5 2 2,250,000.00 - 2,250,000.00
2 35 9 2 0.4 15 2 1,500,000.00 - 1,500,000.00
3 36 12 1.5 0.5 10 3 4,000,000.00 - 4,000,000.00
4 39 12 0.5 - 10 4 2,000,000.00 - 2,000,000.00
5 33 12 1 - 7 1 2,500,000.00 - 2,500,000.00
6 31 9 0.5 - 5 1 2,500,000.00 - 2,500,000.00
7 70 9 1 0.5 50 8 3,000,000.00 - 3,000,000.00
8 45 9 1 - 15 4 3,000,000.00 1,500,000.00 4,500,000.00
9 37 12 0.5 - 17 8 1,200,000.00 2,000,000.00 3,200,000.00
10 47 9 0.5 - 15 2 - 1,600,000.00 1,600,000.00
11 46 12 1.5 0.5 10 8 900,000.00 - 900,000.00
12 43 9 1.5 1 20 8 5,500,000.00 - 5,500,000.00
13 42 9 1 - 20 7 2,500,000.00 2,500,000.00 5,000,000.00
14 41 12 0.5 0.3 15 5 3,000,000.00 - 3,000,000.00
15 44 12 1 0.5 20 4 3,500,000.00 - 3,500,000.00
16 50 9 0.3 - 20 7 1,000,000.00 2,000,000.00 3,000,000.00
17 40 12 1.5 1 14 4 3,500,000.00 - 3,500,000.00
18 35 9 1.5 - 10 3 2,700,000.00 - 2,700,000.00
19 34 9 0.5 - 12 3 2,500,000.00 1,500,000.00 4,000,000.00
20 48 12 1 - 18 5 3,500,000.00 - 3,500,000.00
21 53 12 1.3 1 21 8 2,000,000.00 - 2,000,000.00
Lanjutan lampiran 1.
23 43 9 0.3 - 10 3 2,000,000.00 - 2,000,000.00
24 32 12 2 1.5 7 1 2,000,000.00 3,000,000.00 5,000,000.00
25 39 12 1 0.5 5 2 1,500,000.00 - 1,500,000.00
26 49 9 1.5 0.5 17 6 1,000,000.00 1,500,000.00 2,500,000.00
27 37 9 0.5 - 17 7 2,000,000.00 - 2,000,000.00
28 33 12 0.5 - 9 4 4,500,000.00 - 4,500,000.00
29 39 9 1.5 - 11 3 3,000,000.00 - 3,000,000.00
30 42 12 2 1 13 4 1,500,000.00 3,000,000.00 4,500,000.00
Jumlah 1259 318 30.4 9.2 438 131 73,050,000.00 21,100,000.00 94,150,000.00
Lampiran 2. Analisis Scoring Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Dengan Metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu)
No
TINGKAT ADOPSI KOMPONEN TEKNOLOGI DASAR
TINGKAT ADOPSI KOMPONEN TEKNOLOGI
PILIHAN TOTAL ADOPSI
A B C D E F A B C D E F
1 1 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 23 Rendah
2 1 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 23 Rendah
3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 28 Tinggi
4 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 1 3 31 Tinggi
5 1 1 2 1 2 1 2 3 2 2 2 3 22 Rendah
6 1 1 2 1 2 1 2 3 2 2 2 3 22 Rendah
7 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 33 Tinggi
8 3 3 1 3 3 1 3 3 3 3 1 3 30 Tinggi
9 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 Tinggi
10 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 30 Tinggi
11 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 35 Tinggi
12 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 Tinggi
13 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 33 Tinggi
14 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 32 Tinggi
15 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 29 Tinggi
16 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 32 Tinggi
17 1 1 2 3 4 3 3 2 2 3 3 1 28 Tinggi
18 3 3 3 2 1 2 2 2 1 3 3 1 26 Tinggi
19 2 3 3 2 2 2 3 3 3 1 1 1 26 Tinggi
20 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 1 3 31 Tinggi
21 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 34 Tinggi
22 2 1 3 3 2 2 1 1 3 3 2 2 25 Tinggi
23 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 35 Tinggi
24 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 2 2 30 Tinggi
25 3 3 2 2 1 1 3 3 3 3 3 1 28 Tinggi
26 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 29 Tinggi
27 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 33 Tinggi
28 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 29 Tinggi
29 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 32 Tinggi
30 3 3 3 2 2 1 3 3 3 2 1 1 27 Tinggi
Lampiran 3. Hubungan Umur Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
Correlations
Umur
Tingkat_Adopsi
Spearman's rho Umur
Correlation
Coefficient
1.000
.465
**Sig. (2-tailed)
.
.010
N
30
30
Tingkat_Adops
i
Correlation
Coefficient
.465
**1.000
Sig. (2-tailed)
.010
.
N
30
30
Lampiran 4. Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
Correlations
Pendidikan
Tingkat_Adopsi
Spearman's rho Pendidikan
Correlation
Coefficient
1.000
-.132
Sig. (2-tailed)
.
.488
N
30
30
Tingkat_Adops
i
Correlation
Coefficient
-.132
1.000
Sig. (2-tailed)
.488
.
Lampiran 5. Hubungan Luas Lahan Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
Correlations
Luas_Lahan
Tingkat_Adopsi
Spearman's rho Luas_Lahan
Correlation
Coefficient
1.000
-.116
Sig. (2-tailed)
.
.540
N
30
30
Tingkat_Adops
i
Correlation
Coefficient
-.116
1.000
Sig. (2-tailed)
.540
.
Lampiran 6. Hubungan Lama Berusahatani Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
Correlations
Lama_Bertani
Tingkat_Adopsi
Spearman's rho Lama_Berusahata
ni
Correlation
Coefficient
1.000
.471
**Sig. (2-tailed)
.
.009
N
30
30
Tingkat_Adopsi Correlation
Coefficient
.471
**1.000
Sig. (2-tailed)
.009
.
N
30
30
Lampiran 7.
Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
Correlations
Frekuensi_Mengikuti_S
LPTT
Tingkat_Adopsi
Spearman's rho Frekuensi_Mengikuti_S
LPTT
Correlation
Coefficient
1.000
.732
**Sig. (2-tailed)
.
.000
N
30
30
Tingkat_Adopsi
Correlation
Coefficient
.732
**1.000
Sig. (2-tailed)
.000
.
N
30
30
Lampiran 8. Hubungan Modal Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian
Correlations
Modal
Tingkat_Adopsi
Spearman's rho Modal
Correlation Coefficient
1.000
-.037
Sig. (2-tailed)
.
.846
N
30
30
Tingkat_Adops
i
Correlation Coefficient
-.037
1.000
Sig. (2-tailed)
.846
.