STRATEGI PARTAI PELOPOR DALAM MEMENANGKAN
PASANGAN KASMIN SIMANJUNTAK DAN LIBERTY PASARIBU
PADA PEMILIHAN BUPATI TOBA SAMOSIR TAHUN 2010
DISUSUN OLEH
YOSIE F N
070906063
Dosen Pembimbing : Muryanto Amin S.Sos, M.Si
Dosen Pembaca : Drs. T. Irmayani, M.Si
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
ridho-Nya, akhirnya skripsi yang berjudul “Strategi Partai Pelopor Dalam Memenangkan
Pasangan Kasmin Simanjuntak dan liberty Pasaribu Pasa Pemilihan Bupati Toba
Samosir Tahun 2010” dapat selesai dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP USU,
sekaligus dosen pembaca yang banyak memberikan masukan kepada penulis.
3. Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M,Si, selaku sekretaris Departemen Ilmu Politik
FISIP USU.
4. Bapak Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang telah
banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Departemen Ilmu Politik FISIP USU, yang telah memberikan ilmu
kepada penulis selama masa perkuliahan.
6. Kedua orang tua penulis Ayah Hj. Ir. Imran Napitupulu dan Bunda Masrina Farida
Siahaan. Terimakasih buat doa, sayang, semangat, materi dan semua yang penulis
walau hanya secuil dari seluruhnya yang telah Ayah dan Bunda beri. Sayang ananda
buat ayah dan bunda tak terhingga.
7. Saudara penulis. Kak Debbie Miranda, makasih buat doa dan semangat yang diberi
kepada penulis. Kak Dinda Febrima, makasih karena telah jadi tempat penulis
mencurahkan isi hati dan kepala selama perjuangan ini, dan telah jadi motivator yang
hebat. Yogie Achmad Putranta, saudara kembar penulis makasih buat motivasinya.
Love you all.
8. Tante Sihol yang sering bertanya “udah bab berapa?”. Pertanyaan yang simple dan
cukup membangkitkan semangat penulis. Makasih juga buat doanya Tante.
9. Elizabeth Sibarani, maaf untuk kebersamaan yang sempat hilang. Makasih karena
tetap “jadi separuh” yang masih ada buat penulis, karena menampung keluh kesah
penulis, buat dukungan, dan waktu yang diluangkan untuk mendampingi penulis.
10.Kawan-kawan seperjuangan penulis menggalau ria selama pengerjaan skripsi ini:
Monalisa yang menemani penulis begadang, Tiara, Pipin, Maria, Ika, Xty, Eka, Fery,
Kartika, Bang Ari. Makasih buat dukungannya.
11.Sebica (kim, eci, ugik, dy, ella, may, bebet, bim-bim, muti) kalian tidak terganti, dan
gak akan pernah terganti. Makasih buat dukungannya. Spesial buat kim yang sering
menanyakan perkembangan skripsi ini.
12.Bapak Mangapul Siahaan selaku ketua Partai Pelopor di Toba Samosir, Bapak Tua
Siahaan selaku sekretaris Partai Pelopor, Bapak Rudin Pasaribu selaku Sekretaris Tim
Kemenangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu, Bapak Maruli Simanjuntak
selaku anggota Tim Kemenangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu yang
13.Kepada pihak-pihak yang telah mendukung penulis yang tidak dapat disebutkan
namanya. Penulis berharap semua amal kebaikan buat pihak-pihak yang telah
membantu penulis mendapat balasan dari Allah S.W.T.
Akhir kata penulis ucapkan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, terutama kajian tentang strategi politik partai dalam
ABSTRAK
Pasangan Kasmin Simanjuntak – Liberty Pasaribu berhasil menang dalam pemilihan Bupati Toba Samosir tahun 2010. Penelitian ini menekankan mengenai strategi yang dilakukan oleh Partai Pelopor sebagai partai pengusung pasangan tersebut. Skripsi yang berjudul Strategi Partai Pelopor Dalam Memenangkan Pasangan Kasmin Simanjuntak Dan Liberty Pasaribu Pada Pemilihan Bupati Toba Samosir Tahun 2010 ini, bertujuan untuk melihat pola straregi kampanye politik yang diterapkan oleh Partai Pelopor dalam memenangkan calon yang diusung oleh partai. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat mendeskripsikan tentang masalah yang diangkat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber yang menguasai pertanyaan penelitian.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian adalah Partai Pelopor dianggap mampu mengambil hati pemilih karena jiwa sosialnya tinggi, yang diwujudkan melalui kegiatan gotong royong, pelayanan kesehatan secara gratis, serta bantuan kemanusiaan lainnya seperti pemberian bantuan dana pada saat adanya bencana kebakaran. Kemudian lobi partai kepada masyarakat melalui proses direct selling yang dilakukan menyerupai sistem Multi Label
Marketing (MLM) untuk menghimpun suara. Metode ini dianggap paling efesien dan efektif
dalam mempromosikan sekaligus untuk menyampaikan visi dan misi pasangan Kasmin Simanjuntak – Liberty Pasaribu, karena para kader partai dapat dengan langsung memasarkan, memperkenalkan calon yang diusung kepada masyarakat. Pengenalan secara langsung para calon yang ingin memimpin disuatu daerah oleh masyarakatnya adalah suatu hal yang dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap calon. Dalam prakteknya, perlu bagi partai politik untuk lebih memberi perhatian kepada masyarakat. Artinya, kehadiran partai politik untuk menyalurkan aspirasi rakyat bukan hanya terasa ketika menjelang pemilu saja. Tetapi jauh sebelum pemilu maupun pasca pemilu kehadiran para kader serta kandidat yang telah dipilih oleh masyarakat diharapkan dapat menyatu dengan masyarakat luas.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAKSI ... iv
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Pembatasan Masalah ... 10
1.4. Tujuan Penelitian ... 11
1.5. Manfaat Penelitian ... 11
1.6. Kerangka Teori ... 11
1.6.1.Teori Strategi Politik ... 12
1.6.2. Teori Kampanye Politik ... 15
1.6.3. Teori Komunikasi Politik ... 19
1.7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 22
1.7.1. Defenisi Konsep ... 22
1.7.2. Defenisi Operasional ... 23
1.8.1. Bentuk Penelitian ... 26
1.8.2. Teknik Pengumpulan Data ... 26
1.8.3. Teknik Analisi Data ... 27
1.9. Sistematika Penulisan ... 27
BAB II GAMBARAN UMUM PARTAI PELOPOR ... 28
2.1. Sejarah Lahirnya Partai Pelopor... 28
2.2. Sejarah Lahirnya Partai Pelopor di Toba Samosir ... 31
2.3. Dasar Pemikiran Partai pelopor ... 33
2.3.1. Asas ... 33
2.3.2. Ideologi ... 34
2.3.3. Sifat ... 34
2.3.4. Fungsi ... 34
2.4. Visi dan Misi Partai Pelopor ... 35
2.4.1. Visi ... 35
2.4.2. Misi ... 35
2.5. Tujuan, Kegiatan dan Usaha Partai ... 36
2.5.1. Tujuan Partai Pelopor ... 36
2.5.2. Kegiatan dan Usaha Partai ... 37
2.6. Program Kerja Partai Pelopor ... 38
2.7. Struktur Kepengurusan Paratai Pelopor ... 40
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 41
3.2. Program Pembangunan untuk Masa Depan Kabupaten Toba Samosir ... 57
3.3. Komunikasi Politik dalam Kampanye ... 61
3.4. Tahapan Kampanye ... 65
3.4.1. Tahap Pra-Kampanye ... 66
3.4.2. Tahap Kampanye ... 67
3.4.3. Tahap Minggu Tenang ... 70
3.4.4. Tahap Pelaksanaan ... 70
3.4.5. Tahap Penghitungan ... 70
BAB IV PENUTUP ... 73
4.1. Kesimpulan ... 73
4.2. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 76
ABSTRAK
Pasangan Kasmin Simanjuntak – Liberty Pasaribu berhasil menang dalam pemilihan Bupati Toba Samosir tahun 2010. Penelitian ini menekankan mengenai strategi yang dilakukan oleh Partai Pelopor sebagai partai pengusung pasangan tersebut. Skripsi yang berjudul Strategi Partai Pelopor Dalam Memenangkan Pasangan Kasmin Simanjuntak Dan Liberty Pasaribu Pada Pemilihan Bupati Toba Samosir Tahun 2010 ini, bertujuan untuk melihat pola straregi kampanye politik yang diterapkan oleh Partai Pelopor dalam memenangkan calon yang diusung oleh partai. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat mendeskripsikan tentang masalah yang diangkat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber yang menguasai pertanyaan penelitian.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian adalah Partai Pelopor dianggap mampu mengambil hati pemilih karena jiwa sosialnya tinggi, yang diwujudkan melalui kegiatan gotong royong, pelayanan kesehatan secara gratis, serta bantuan kemanusiaan lainnya seperti pemberian bantuan dana pada saat adanya bencana kebakaran. Kemudian lobi partai kepada masyarakat melalui proses direct selling yang dilakukan menyerupai sistem Multi Label
Marketing (MLM) untuk menghimpun suara. Metode ini dianggap paling efesien dan efektif
dalam mempromosikan sekaligus untuk menyampaikan visi dan misi pasangan Kasmin Simanjuntak – Liberty Pasaribu, karena para kader partai dapat dengan langsung memasarkan, memperkenalkan calon yang diusung kepada masyarakat. Pengenalan secara langsung para calon yang ingin memimpin disuatu daerah oleh masyarakatnya adalah suatu hal yang dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap calon. Dalam prakteknya, perlu bagi partai politik untuk lebih memberi perhatian kepada masyarakat. Artinya, kehadiran partai politik untuk menyalurkan aspirasi rakyat bukan hanya terasa ketika menjelang pemilu saja. Tetapi jauh sebelum pemilu maupun pasca pemilu kehadiran para kader serta kandidat yang telah dipilih oleh masyarakat diharapkan dapat menyatu dengan masyarakat luas.
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah
Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 merupakan suatu
gerakan yang bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaruan, terutama perbaikan
tatanan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Egenda reformasi itu
sendiri menuntut beberapa hal, diantaranya adalah pencabutan mandat Soeharto sebagai
presiden, penghapusan dwifungsi TNI/ABRI, pemberantasan KKN, dan pelaksanaan
otonomi daerah yang seluas-luasnya.
Seiring jatuhnya pemerintahan Soeharto, untuk menciptakan suatu tatanan Indonesia
yang baru maka ditetapkanlah undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah
yang kemudian menimbulkan perubahan pada penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
Perubahannya tidak hanya mengenai penyelenggaraan pemerintahan daerah, tetapi juga
hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah. Sebelumnya hubungan antara pemerintah
pusat dan daerah bersifat sentralistis. Namun setelah undang-undang ini diberlakukan,
hubungan antara pemerintah pusat dan daerah bersifat desentralis. Dimana dalam
undang-undang tersebut disebutkan pemerintah daerah terdiri dari kepala daerah dan perangkat
daerah lainnya, dimana DPRD diluar pemerintah daerah yang berfungsi sebagai badan
legislatif pemerintah daerah untuk mengawasi jalannya pemerintahan.1
Berbagai kepentingan dibalik pembagian kekuasaan melahirkan adanya Pemerintahan
Pusat dan Pemerintahan Daerah. Dalam rangka pembagian kekuasaan negara, dibentuk
1
daerah-daerah yang bersifat otonom dengan bentuk susunan pemerintahan dimana
pemerintahan pusat menyelenggarakan pemerintahan nasional, dan pemerintah daerah
melaksanakan pemerintahan daerah.
Menurut Joseph Riwu Kaho, ada beberapa alasan mengapa pemerintah pusat perlu
melaksanakan desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah yaitu: (1) dilihat dari sudut
politrik sebagai permainan kekuasaan (game teori), desentralisasi dimaksudkan untuk
mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang pada akhirnya akan
menimbulkan tirani, (2) dalam bidang politik, penyelenggaraan desentralisasi dianggap
sebagai tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan
melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi, (3) dari sudut teknik organisatoris
pemerintahan, alasan mengadakan pemerintahan daerah (desentralisasi) adalah semata-mata
untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Apa yang dianggap lebih utama untuk
diurus oleh Pemerintah setempat, pengurusnya diserahkan kepada daerah, (4) dari sudut
kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat sepenuhnya ditumpukan
kepada kekhususan suatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi,
watak kebudayaan atau latar belakang sejarahnya, (5) dari sudut kepentingan pembangunan
ekonomi, desentralisasi diperlukan karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara
langsung membantu pembangunan tersebut.2
Sejak masa Demokrasi Terpimpin hingga Orde Baru, pemerintah cenderung
menerapkan sentralisasi kekuasaan. Dengan alasan demi pembangunan untuk mewujudkan
terciptanya stabilitas nasional. Penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan
pun kemudian dikendalikan secara terpusat, yang mengakibatkan ketergantungan daerah
terhadap pusat sangat besar. Pemilihan langsung Kepala Daerah (Pilkada) adalah langkah
2
dalam proses demokratisasi lokal di Indonesia. Pemilihan Kepala Daerah dan wakil kepala
daerah merupakan perwujudan pengembalian hak-hak dasar rakyat dalam memilih pemimpin
mereka di daerah, yang secara langsung diatur dalam Undang-undang NO. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan daerah dan petunjuk pelaksanaannya tertuang dalam Peraturan
Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang tata cara pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan
pemberhentian kepala daerah.
Otonomi daerah memberikan kewenangan yang lebih banyak kepada pemerintah
daerah untuk mengatur dan mengelola daerahnya. Dasar dari pengalihan wewenang atas
urusan-urusan yang sebelumnya menjadi wewenang pemerintah pusat, yang kemudian
diberikan langsung ke pemerintah daerah adalah bahwa pemerintah daerah dianggap lebih
dekat dengan rakyatnya sehingga dianggap lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh masyarakat
daerah dan tahu bagaimana cara yang lebih tepat mengelola daerah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di daerahnya. Pelaksanaan otonomi daerah ini menggambarkan
perubahan sistem dari yang semula sentralisasi menjadi sistem desentralisasi. Pada era Orde
Baru, segala urusan pemerintahan begitu terpusat sehingga daerah hanya sebagai
perpanjangan tangan dari pemerintah pusat. Hal ini yang mematikan kreativitas dari
pemerintah daerah, padahal pemerintah daerah yang lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh
daerahnya.
Kabupaten Toba Samosir adalah salah satu
1998 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten
Daerah Tingakat II Mandailing Natal. Kabupaten Toba Samosir merupakan bagian dari
kabupaten Tapanuli Utara yang diresmikan pada tanggal 9 Maret 1999 oleh Menteri Dalam
Negeri. Dengan batas wilaya
Hasundutan, Barat dengan
Toba Samosir sebagai suatu kabupaten tentunya membutuhkan seorang pemimpin
yang mampu mengemban tugas sebagai Bupati Toba Samosir. Untuk menentukan pemimpin
tersebut dibutuhkan suatu pesta demokrasi yang digelar melalui sebuah pemilihan umum.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta pilkada adalah pasangan calon
yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga dapat
berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang.
Undang-undang ini menindaklanjuti keputusan
pasal menyangkut peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Sejak didirikan pada tahun 1999, Kabupaten ini telah mengadakan tiga kali pemilihan
Bupati hingga saat ini. Pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati Toba Samosir yang
pertama dilaksanakan pada tahun 2000, dengan hasil pemilihan menetapkan Drs. Sahala
Tampubolon sebagai Bupati dan Maripul S. Manurung, SH., sebagai wakil Bupati Toba
Samosir, dengan masa bhakti 2000-2005, pelantikan dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2000
di Balige. Kemudian disusul dengan Pemilu yang kedua dilaksanakan pada tanggal 27 Juni
2005 dengan hasil pemungutan suara yang diperoleh KPUD Toba Samosir menetapkan
pemenang Drs. Monang Sitorus, SH., MBA dan Ir. Mindo Tua Siagian, M.Sc sebagai Bupati
dan Wakil Bupati Toba Samosir dengan masa bhakti 2005-2010.
Pemilihan ketiga dilaksanakan pada 12 Mei 2010 yang lalu dengan jumlah 116.582
Daftar Pemilih Tetap (DPT) di 216 Desa/ Kelurahan. Dalam Pilkada tersebut terdapat lima
1. Dr FL. Parluhutan Sitorus, M.Kes – Asmadi Lubis SH M.Kn (OBAMA).
2. Ir. Mindo Tua Siagian Msc – Drs. Ervan Gani Parlindungan Siahaan (DONGAN)
3. Drs. Monang Sitorus, SH MBA – Mangatas Silaen (MONAS)
4. Drs. Tonggo Maruhum Napitupulu, Msi – Ir. Reinward Simanjuntak MM (TREN)
5. Pandapotan Kasmin Simanjuntak – Liberty Pasaribu, SH Msi (KALIBER)
Kelima pasangan inilah yang bertarung secara politik untuk mendapatkan simpati
masyarakat atas dukungan oleh partai pengusung masing-masing pasangan. Peran partai
politik sebagai penyandang fungsi sosialisasi, pendidikan, partisipasi dan rekrutmen politik
merupakan media yang sangat efektif dalam memicu partisipasi politik rakyat daerah.
Kehadiran pendidikan politik dari berbagai agen dalam pilkada yang dilakukan dengan baik
akan berdampak pada kontribusi partisipasi politik yang baik pula. Peran partai politik yang
melakukan penjaringan calon pasangan dengan obyektif dan sesuai dengan kebutuhan rakyat
dalam menentukan pimpinan politik daerah, akan menarik minat rakyat daerah untuk
berperan serta dalam menyalurkan hak suara mereka pada pemilihan umum.
Sistem pilkada langsung telah membawa perubahan yang signifikan terhadap
perpolitikan ditingkat lokal, dimana setiap kandidat kepala daerah berusaha bersaing untuk
merebut suara pemilih dalam memenangkan kompetisi pilkada. Dalam iklim politik yang
penuh dengan persaingan terbuka dan transparan, setiap kontestan membutuhkan suatu
metode yang dapat memfasilitasi mereka dalam memasarkan inisiatif politik, gagasan politik,
isu politik, ideologi partai, karakteristik pemimpin dan program kerja kepada masyarakat.3
Umumnya yang berperan dalam pemilu dan menjadi peserta pemilih adalah
partai-partai politik. Partai politik yang menyalurkan aspirasi rakyat dan mengajukan calon-calon
3
untuk dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum.4 Menurut Miriam Budiarjo, partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi,
nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan
politik dan merebut kedudukan politik, (biasanya) dengan cara konstitusionil untuk
melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. 5
4
May Rudy, Pengantar ilmu politik, Bandung : PT Refika Aditama, 2007, hal 87
5
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal 160
Partai politik biasanya berjuang atas asas ideologinya untuk mendapatkan kedudukan
dalam pemerintahan. Bagi negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi, partai
politik menjadi sarana demokrasi yang bisa berperan sebagai penghubung antara rakyat dan
pemerintah. Pembentukan partai politik berdasarkan atas prinsip-prinsip demokrasi, yakni
pemerintahan yang dipimpin oleh mayoritas melalui pemilihan umum. Untuk menciptakan
pemerintahan yang mayoritas, diperlukan partai-partai yang dapat digunakan sebagai
kendaraan politik untuk ikut dalam pemilihan umum.
Pada pemilu Legislatif di Tobasa partai pemenang dengan jumlah kursi terbanyak
adalah adalah PPRN (Partai Peduli Rakyat Nasional) dengan total empat kursi, disusul PDIP
dan Partai Demokrat yang masing-masing mendapatkan tiga kursi. Masing-masing partai
pemenang ini mengusung satu pasangan pada pemilihan Bupati Tobasa pada Mei 2010 lalu.
Untuk PPRN sendiri mengusung pasangan Dr FL. Parluhutan Sitorus, M.Kes – Asmadi Lubis
SH M.Kn (OBAMA), kemudian PDIP mengusung pasangan Drs. Monang Sitorus, SH MBA
– Mangatas Silaen (MONAS), kemudian partai pemenang ketiga yaitu Partai Demokrat,
mengusung pasangan dengan nomor urut dua yaitu Ir. Mindo Tua Siagian Msc – Drs. Ervan
Kekuatan pasangan calon yang ingin berkompetisi dalam pemilihan Bupati dapat
dilihat dari berapa besar dukungannya di Legislatif. Tapi diluar dugaan dimana pemenang
dari pemilihan Bupati lalu di Tobasa adalah pasangan dengan nomor urut lima yaitu
Pandapotan Kasmin Simanjuntak – Liberty Pasaribu, SH Msi (KALIBER) yang diusung oleh
Partai Pelopor. Dimana dalam Legislatif partai ini hanya mendapatkan dua kursi dari
duapuluh lima total kursi Legislatif yang ada. Disisi lain pasangan ini tadinya adalah figur
yang kurang dikenal dalam masyarakat sebelum mengikuti pemilihan. Kasmin adalah
seorang pengusaha yang pulang kampung ke Kecamatan Silaen. Dan wakilnya Liberty adalah
figur baru di Tobasa, sebelumnya dia bertugas di Sulawesi, tepatnya di Kota Palu.
Penulis ingin melihat bagaimana Partai Pelopor yang merupakan partai pengusung
pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu membangun strategi untuk
mempengaruhi suara pemilih sehingga berhasil memenangkan pemilihan Bupati Toba
Samosir pada 12 Mei 2010 lalu. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, ini
menjadi kajian yang menarik bagi penulis untuk meneliti mengenai Strategi Partai Pelopor
dalam Memenangkan Pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu Pada Pemilihan
Bupati Toba Samosir Pada Tahun 2010.
1.2. Perumusan Masalah
Situasi Politik di Tobasa pada pemilihan Bupati pada tahun 2010 diwarnai persaingan
ketat. Pada Januari 2010, hasil survey lapangan Lembaga Pemantau Pemilu independent
(LPPi) dengan menggunakan sample di hampir setiap daerah di 16 kecamatan yang ada di
Kabupaten Tobasa menyebutkan pasangan MONAS sebagai incumben menempati urutan
ke urutan ke-empat. Disusul pasangan OBAMA menempati urutan kedua. Sedangkan urutan
ketiga ditempati pasangan KALIBER yang naik setingkat dari survey sebelumnya. Dan
urutan kelima adalah Pasangan DONGAN. MONAS meraup suara sekitar 37 % disusul
OBAMA 32 %. Sedangkan pasangan KALIBER memperoleh suara sekitar 22 %, pasangan
TREN 5 % dan pasangan DONGAN sekitar 4 %.6
Kemudian urutan ketiga adalah Partai Demokrat dengan perolehan tiga kursi.
Mengusung Ir. Mindo Tua Siagian Msc – Drs. Ervan Gani Parlindungan Siahaan
(DONGAN). Selain Partai Demokrat, pasangan ini juga mendapat dukungan dari Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia. Sementara pasangan Tonggo Napitupulu dan reinward Jika dilihat dari jumlah kursi yang diperoleh oleh partai pengusung calon pada pemilu
Legislatif di Tobasa, dapat dilihat bahwa partai pemenang dengan jumlah kursi terbanyak
adalah adalah PPRN (Partai Peduli Rakyat Nasional) dengan total empat kursi. PPRN
mengusung pasangan Dr FL. Parluhutan Sitorus, M.Kes – Asmadi Lubis SH M.Kn
(OBAMA).
Pada urutan dua PDIP dengan total tiga kursi, mengusung pasangan Drs. Monang
Sitorus, SH MBA – Mangatas Silaen (MONAS) sebagai incumben yang memang menempati
posisi yang hangat ditengah masyarakat. MONAS diusung oleh 8 partai politik yaitu, Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai
Demokrasi Kebangsaan (PDK), PNI Marhaenisme, Partai Demokrasi Pembaruan (PDP),
Partai Karya Perjuangan (Pakar Pangan), Partai Barisan Nasional dan Partai Matahari Bangsa
(PMB).
6
Simanjuntak, diusung oleh Partai Hanura, Partai Kedaulatan, Partai Golkar, Partai Buruh dan
Partai Republika Nusantara.
Jika ditinjau baik dari hasil survey lapangan Lembaga Pemantau Pemilu independent
(LPPi) maupun dari jumlah kursi legislatif partai yang mendukung pasangan Pandapotan
Kasmin Simanjuntak – Liberty Pasaribu, SH Msi (KALIBER), pasangan ini bukanlah
pasangan yang diprediksikan menang dalam pemilihan. Mengingat sebelumnya bahwa figur
pasangan ini juga kurang dikenal oleh masyarakat. Dimana Pandopatan Kasmin Simanjuntak
adalah seorang pengusaha yang pulang kampung ke Kecamatan Silaen. Meskipun Kasmin
sempat bertugas sebagai kepala desa di Silaen, sosoknya belum bisa disamakan dengan
kandidat lainnya. Demikian halnya dengan wakilnya
wajah baru di Tobasa, sebelumnya dia bertugas di Sulawesi, tepatnya di Kota Palu. Pasangan
dengan nomor urut lima ini diusung oleh Partai Pelopor, dimana pada Legislatif Partai
Pelopor hanya memperoleh suara dua kursi, kemudian Partai Merdeka yang memperoleh satu
kursi, Partai Pemuda Indonesia satu kursi, dan Partai Indonesia Baru satu kursi.
Yang menarik dari pemaparan yang telah dikemukakan diatas, berdasarkan data yang
diperoleh dari KPU Tobasa bahwa pada pemilihan pasangan Pandapotan Kasmin
Simanjuntak – Liberty Pasaribu, SH Msi berhasil menang dalam pemilu dengan memperoleh
suara sebanyak 36.239 suara dengan selisih suara yang cukup jauh dibanding dengan calon
lainnya. Pada urutan dua Pasangan nomor urut tiga Drs. Monang Sitorus, SH MBA –
Mangatas Silaen 28.880 suara. Kemudian, pasangan nomor urut satu Dr FL. Parluhutan
Sitorus, M.Kes – Asmadi Lubis SH M.Kn sebanyak 12.604 suara. Disusul pasangan Drs.
Tonggo Maruhum Napitupulu, Msi – Ir. Reinward Simanjuntak MM 3.483 suara. Dan pada
perolehan suara terendah Ir. Mindo Tua Siagian Msc – Drs. Ervan Gani Parlindungan
Ini merupakan kajian yang menarik bagi peneliti, dimana calon yang dianggap tidak
kuat akhirnya berhasil memenangkan pemilihan Bupati Toba Samosir pada Mei 2010 lalu.
Kekuatan pasangan calon yang ingin berkompetisi dalam pemilihan Bupati dapat dilihat dari
berapa besar dukungannya di Legislatif. Tapi diluar dugaan Pandapotan Kasmin Simanjuntak
– Liberty Pasaribu, SH Msi (KALIBER) yang diusung oleh Partai Pelopor yang di Legislatif
partai ini hanya mendapatkan dua kursi dari duapuluh lima total kursi Legislatif yang ada
ahirnya menang.
Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan, penulis ingin
melihat bagaimana strategi yang diterapkan oleh Partai Pelopor pada masa kampanye yang
berlangsung tanggal 24 April – 8 Mei 2010 dalam memenangkan pasangan Kasmin
Simanjuntak dan Liberty Pasaribu pada Pemilihan Bupati Toba Samosir tahun 2010?
1.3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ini diperlukan untuk menghindari kesalahfahaman dan
penyimpangan penafsiran terhadap judul penelitian, sekaligus untuk menemukan fokus
masalah. Untuk itu penulis membatasi ruang lingkup masalah, dimana penelitian ini hanya
akan mengkaji mengenai kampanye politik yang dilakukan oleh Partai Pelopor pada masa
kampanye pada tanggal 24 April – 8 Mei 2010 dalam memenangkan pasangan Kasmin
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola strategi
kampanye politik yang dilakukan oleh Partai Pelopor dalam memenangkan pasangan Kasmin
Simanjuntak-Liberty Pasaribu pada Pemilihan Bupati Toba Samosir tahun 2010.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini diantaranya :
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan, terutama dibidang politik dan
khususnya mengenai partai politik pada masa kampanye dalam rangka
memenangkan calon kepala daerah.
b. Manfaat Praktis
Diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan kemampuan berfikir secara
akademis dalam melihat kampanye politik pada pemilihan umum. Sekaligus
menambah literatur kepustakaan untuk yang tertarik dan konsentrasi dengan
bidang dan permasalahan yang sama.
1.6. Kerangka Teori
Didalam menyusun sebuah tulisan ilmiah, dibutuhkan kerangka teori untuk
menjelaskan permasalahan yang sedang diteliti. Kerangka teori ini kemudian akan digunakan
sebagai landasan berpikir dalam penelitian.
Teori merupakan seperangkat preposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang
data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan
menjelaskan fenomena yang diamati.7
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik, yaitu “stratos” yang artinya tentara
dan kata “agein” yang berarti memimpin. Dengan demikian, strategi berarti memimpin
tentara. Lalu muncul kata strategos yang artinya pemimpin tentara pada tingkat atas. Jadi,
strategi adalah konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang para jenderal (The Art
of General), atau suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan. Berikut akan dikemukan teori yang diguanakan dalam penelitian ini:
1.6.1. Teori Strategi Politik
8
Karl Von Clausewitz merumuskan strategi sebagai suatu seni yang menggunakan
sarana pertempuran untuk mencapai tujuan perang.
Penetapan
strategi merupakan langkah penting yang memerlukan ketelitian dalam kampanye. Sebab jika
strategi yang dikerjakan salah maka hasil yang diperoleh juga akan fatal.
9
Menurut Peter Schorder dalam bukunya yang berjudul Strategi Politik, strategi politik
itu sendiri merupakan strategi atau tehnik yang digunakan untuk mewujudkan suatu cita-cita
politik. Strategi politik sangat penting untuk sebuah partai politik, tanpa adanya strategi
politik, perubahan jangka panjang sama sekali tidak akan dapat diwujudkan. Perencanaan
strategi suatu proses dan perubahan politik merupakan analisis yang gamblang dari keadaan Suatu seni bagaimana mendayagunakan
sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan yang direncanakan dengan
memperhitungkan tantangan atau persaingan yang ada. Dalam persaingan kesuksesan suatu
organisasi sering tergantung pada kemampuan organisasi tersebut mengenal lingkungan
pemasaran dan menggunakan informasi yang dikumpulkan secara tepat kemudian
menyusunnya untuk tujuan perencanaan.
7
Boleong, L , Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2002, Hal 34-35
8
Hafied Cangara, Komunikasi Politik, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009, hal 291-292
9
kekuasaan, sebuah gambaran yang jelas mengenai tujuan akhir yang ingin dicapai dan juga
segala kekuatan untuk mencapai tujuan tersebut.
Strategi menghasilkan gagasan dan konsepsi yang dikembangkan oleh para praktisi.
Untuk menetapkan strategi politik, dapat digunakan model SWOT sebagai peralatan untuk
menganalisis:10
Dalam pola perencanaan berdasarkan SWOT, perencanaan yang baik bekerja dalam
dua bidang. Bidang pertama, perencanan strategi membuat gambaran jelas mengenai arah
yang hendak dituju (visi dan apa yang menjadi tujuan dan alasan eksistensi organisasi
tersebut). Berdasarkan visi dan tugas ini perencanaan strategi mengembangkan tujuan yang
merupakan hasil akhir yang akan dapat diukur dan menunjukan apakah organisasi terkait
makin mendekati visi dan tujuan utama atau malah menjauhinya. Dalam bidang kedua,
perencanaan strategi berusaha mengambarkan pada dasar realitas lingkungan kerja. Ada dua
lingkungan semacam ini : yang pertama adalah lingkungan ekternal yang merupakan wilayah
dimana pihak lain mempengaruhi atau dipengaruhi oleh organisasi tersebut, dan yang kedua
lingkungan internal yang terdiri dari sumber daya, kekuatan serta berbagai kemungkinan dan
tuntutan dari organisasi itu sendiri. Analisis dalam perencanaan politik SWOT adalah
menjalin bidang pembentukan visi atau pembentukan tujuan dan analisis lingkungan sekitar, S = strengths – kekuatan-kekuatan yang dimiliki partai
W = weakness – kelemahan-kelemahan yang dimiliki partai
O = opportunities – peluang-peluang yang mungkin bisa diperoleh partai
T = threats – ancaman-ancaman yang bisa ditemukan partai
10
organisasi harus mengembangkan pilihan strategis atau jalan alternatif untuk mencapai tujuan
akhir.
Strengths yang dimaksud dalam hal ini adalah kekuatan, bisa dilihat dari kekuatan
yang dimiliki partai antara lain: besarnya jumlah pengurus wilayah, cabang dan ranting yang
sudah diresmikan, jumlah anggota dan dari mana saja, bagaimana kekuatan media
komunikasi yang dimiliki. Weakness berati kelemahan-kelemahan partai juga harus dianalisis
untuk dicarikan solusi penyelesaian agar tidak menjadi faktor yang menyebabkan kekalahan
pada pemilihan umum. Opportunities berarti peluang atau kesempatan yang bisa diperoleh
untuk mendukung kampanye harus dianalisis, misalnya adanya kader yang menduduki
jabatan tinggi yang bisa menjadi donatur untuk penyelenggaraan kegiatan kampanye. Threats
adalah ancaman, merupakan faktor terakhir yang harus dianalisis untuk sebuah kampanye.
Misalnya adanya tekanan untuk tidak memberikan suara pada pemilihan umum, bocornya
strategi kepada pihak lawan, dan lain sebagainya.
Von Clausewitz menjelaskan bahwa tujuan strategi itu sendiri bukanlah merupakan
suatu kemenangan yang tampak di permukaan, melainkan kedamaian yang terletak di
belakangnya. Pengertian ini juga sangat penting dan erat kaitannya bagi strategi politik yang
dijalankan suatu partai politik, dalam hal ini adalah strategi yang dilakukan partai dengan
cara mempengaruhi dan merekrut individu-individu dalam masyarakat. Strategi itu sendiri
memiliki tujuan yang paling utama adalah kemenangan. Kemenangan akan tetap menjadi
fokus partai politik dalam memperoleh suara terbanyak pada pemilihan umum.
Bagi setiap Partai Politik strategi dalam mengikuti atau memenangkan Pemilihan
Umum adalah sesuatu hal yang harus dimiliki dan ini juga merupakan bagian dari Grand
strategi Partai Politik. Yang diutamakan dalam sebuah bentuk strategi politik pada pemilihan
memperoleh hasil yang baik dalam pemilu. Oleh sebab itu, pertempuran untuk memperoleh
suara pemilih harus direncanakan dengan hati-hati dan untuk itu dibutuhkan apa yang disebut
dengan strategi.
1.6.2. Teori Kampanye Politik
Dalam suatu pemilihan umum, kampanye politik merupakan bagian dari demokrasi,
meskipun kritik yang disampaikan melalui karikatur sering memberikan kesan tidak baik,
tetapi kampanye pemilu tidak dapat dianggap sebagai tindakan tidak bermoral. Kampanye
pemilu merupakan instrumen yang sah, dimana kelompok kepentingan politik berupaya
menjelaskan kebenaran tujuannya kepada masyarakat umum. Kampanye politik merupakan
bentuk apresiasi adanya hak kebebasan individu.
Rogers dan Storey mendefenisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan
komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar
khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Sedangkan yang
dimaksud dengan kampanye politik menurut Rogers dan Storey adalah upaya yang dilakukan
untuk menciptakan popularitas kandidat agar mempengaruhi keputusan para pemilih.
Merujuk pada defenisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus
mengandung empat hal yakni :
1. Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu.
2. Jumlah khalayak sasaran yang besar.
3. Biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan
4. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.11
Disamping keempat ciri diatas, kampanye juga memiliki karakteristik lain, yaitu
sumber yang jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penangggung
jawab suatu produk kampanye (campaign makers) sehinga setiap individu yang menerima
11
pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan
tersebut setiap saat.
Pesan-pesan kampanye juga terbuka untuk didiskusikan, karena gagasan dan tujuan
kampanye pada dasarnya untuk kepentingan dan kesejahteraan umum. Karena sifatnya
terbuka, maka tidak diperlukan tindakan pemaksaan dalam upaya untuk mempengaruhi
publik. Tindakan kampanye harusla bersifat persuasi, yaitu murni merupakan ajakan atau
mendorong publik untuk melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesukarelaan.
Kampanye pemilihan umum bertujuan mengubah atau memperkuat perilaku masyarakat
dalam memilih kandidat atau partai politik tertentu. Aktivitas kampanye adalah kegiatan
komunikasi yang dilakukan secara terlembaga. Penyelenggara kampanye umumnya bukanlah
individu, melainkan lembaga atau organisasi.
Menurut Pfau dan Parrot, upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu terkait
dengan aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavioural).
Ostergaard menyebutkan ketiga aspek tersebut dengan istilah “3A” sebagai kependekan dari
awareness, attitude, dan action. Ketiga aspek ini bersifat saling terkait dan merupakan
sasaran pengaruh (target of influences) yang mesti dicapai secara bertahap agar satu kondisi
perubahan dapat tercipta.12
Menurut Arnold Steinberg, kampanye politik adalah cara yang digunakan warga
negara dalam demokrasi untuk menentukan siapa yang akan memerintah mereka, kampanye
politik merupakan usaha yang terkelola, terorganisir untuk mengikhtiarkan orang dicalonkan,
dipilih, atau dipilih kembali dalam suatu jabatan resmi. Setiap kampanye politik adalah suatu
usaha hubungan masyarakat.13
Pada tahap pertama kegiatan kampanye biasanya diarahkan untuk mencipatakan
perubahan pada tataran pengetahuan atau kognitif. Pada tahap ini pengaruh yang diharapkan
12
Ibid, hal 10
13
adalah munculnya kesadaran, berubahnya keyakinan atau meningkatnya pengetahuan
khalayak tentang isu tertentu. Tahap berikutnya diarahkan pada perubahan dalam ranah sikap
atau attitude. Sasarannya adalah untuk memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian atau
keberpihakan khalayak pada isu-isu yang menjadi tema kampanye. Dan pada tahap terakhir
kegiatan kampanye ditujukan untuk mengubah perilaku khalayak secara konkret dan terukur.
Tahap ini mengharapkan adanya tindakan tertentu yang dilakukan oleh sasaran kampanye.
Menurut Charles U. Larson, kampanye dibagi kedalam tiga kampanye yaitu :
1. Product iriented campaign (comercial campaign atau corporate campaign) atau
kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi di dunia bisnis. Motivasi
yang yang mendasarinya adalah keuntungan finansial. Cara yang ditempuh adalah
dengan memperkenalkan produk dan melipatgandakan penjualan sehingga didapatkan
keuntungan yang diharapkan.
2. Candidate Oriented Campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat,
umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Karena itu jenis
kampanye ini dapat juga disebut sebagai political campaigns (kampanye politik).
Tujuannya antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap
kandidat-kandidat yang diajukan oleh partai politik agar dapat menduduki
jabatan-jabatan politik yang diperebutkan melalui proses pemilihan umum.
3. Ideologically or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi
pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan sering kali berdimensi perubahan
sosial.14
Salah satu hal yang harus dipenuhi untuk menciptakan kampanye politik adalah
memilih orang yang bisa menguasai dan memahami perencanaan dan penggunaan media
komunikasi. Perencana komunikasi adalah suatu teknik dalam memproses berbagai alternatif
14
yang tersedia untuk mencapai tujuan komunikasi. Assifi dan French menyusun delapan
langkah yang dapat dilakukan dalam perencanaan kampanye, yakni :
1. Menganalisis masalah
2. Menganalisis khalayak
3. Merumuskan tujuan (objective)
4. Memilih media
5. Mengembangkan pesan
6. Merencanakan produksi media
7. Merencanakan manajemen program
8. Monitoring dan evaluasi15
Masyarakat sebagai makhluk politik sangat peka dengan hal-hal yang bersifat
propaganda, dan sebagai individu mereka berhak memilih siapa yang terbaik menurut
pemikirannya.
Dalam proses kampanye, untuk mengelola pesan yang mengena dan efektif perlu
diperhatikan beberapa hal:
1. Harus menguasai lebih dahulu pesan yang disampaikan, termasuk struktur
penyusunan yang sistematis.
2. Mampu mengemukakan argumentasi secara logis. Sehingga harus mempunyai alasan
berupa fakta dan pendapat yang bisa mendukung materi yang disajikan.
3. Memiliki kemampuan untuk membuat intonasi bahasa (vocal) serta gerakan-gerakan
tubuh yang dapat menarik perhatian pendengar.
4. Memiliki kemampuan membumbui pesan berupa humor untuk menarik perhatian dan
mengurangi rasa bosan pendengar.16
15
Hafied Cangara, Komunikasi Politik, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009, hal 287
16
Penentapan komunikator merupakan langkah penting yang menentukan sukses
tidaknya suatu kampanye, maka komunikator kampanye haruslah seorang yang memiliki
kredibilitas tinggi, memiliki daya tarik serta memiliki power.
1.6.3. Teori Komunikasi Politik
Gabriel A. Almond melihat bahwa komunikasi merupakan salah satu masukan yang
menentukan bekerjanya semua fungsi dalam sistem politik. Ia diibaratkan sebagai suatu
sistem sirkulasi darah dalam tubuh yang mengalirkan pesan-pesan politik berupa tuntutan,
protes, dan dukungan (aspirasi dan kepentingan) ke jantung (pusat) pemprosesan sistem
politik. Komunikasi politik menyambungkan semua bagian dari sistem politik sehingga
aspirasi dan kepentingan dikonversikan menjadi berbagai kebijaksanaan. Bila komunikasi itu
berjalan lancar, wajar, dan sehat, sistem politik akan mencapai tingkat kualitas responsif yang
tinggi terhadap perkembangan aspirasi dan kepentingan masyarakat sesuai dengan tuntutan
zaman.17
Komunikasi politik menurut Dahlan ialah suatu bidang atau disiplin yang menelaah
perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik, atau
berpengaruh terhadap perilaku politik. Dengan demikian, pengertian komunikasi politik dapat
dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambing-lambang atau symbol-simbol
komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain Komunikasi politik merupakan suatu proses komunikasi yang memiliki implikasi atau
konsekuensi terhadap aktivitas politik. Artinya komunikasi politik memiliki pesan yang
bermuatan politik. Karena politik adalah pengambilan keputusan bukan untuk kepentingan
perorangan, melainkan untuk kepentingan orang banyak.
17
dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berpikir, serta memengaruhi sikap dan
tingkah laku khayalak yang menjadi target politik.18
• Komunikator politik
Secara sederhana komunikasi politik adalah sebuah proses komuniksai yang memiliki
dampak ataupun muatan politis. Dalam sistem politik di Indonesia, komuniksai politik
merupakan salah satu fungsi dalam sistem politik itu. Melalui komuniksai politik rakyat
memberikan dukungan, meyampaikan aspirasi, dan melakukan pengawasan terhadap sistem
politik. Melalui itu pula rakyat mengtahui apakah dukungan, aspirasi, dan pengawasan itu
tersalur atau tidak sebagaimana dapat mereka simpulkan dari berbagai kebijakan politik yang
diambil.
Menurut Dan Nimmo komunikasi politik terdiri atas berbagai unsur, yakni:
Komunikasi politik tidak hanya menyangkut partai politik, melainkan juga lembaga
pemerintahan legislatif dan eksekutif. Dengan demikian sumber atau komunikator
politik adalah mereka-mereka yang dapat memberi informasi tentang hal-hal yang
mengandung makna atau bobot politik.
• Pesan politik
Pesan politik ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak
tertulis, baik secara verbal maupun non verbal, tersembunyi maupun terang-terangan,
baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya mengandung bobot politik.
• Saluran atau media politik
Saluran atau media politik adalah alat atau sarana yang digunakan oleh komunikator
dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya media cetak, elektronik, dan
lain sebagainya.
18
• Sasaran atau target politik
Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi dukungan dalam
bentuk pemberian suara (vote) kepada partai atau kandidat dalam pemilihan umum.
• Pengaruh atau efek komunikasi politik
Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman terhadap
sistem pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya akan bermuara pada
pemberian suara (vote) dalam pemilihan umum. Pemberian suara ini sangat
menentukan terpilih tidaknya seorang kandidat dalam sebuah pemilu.19
1. Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang akan terjadi disekitarnya. Disini
media komunikasi memiliki fungsi pengamatan dan juga fungsi monitoring apa yang
terjadi dalam masyarakat.
Komunikasi politik menurut McNair memiliki lima fungsi dasar, yaitu:
2. Mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikansi fakta yang ada. Disini para
jurnalis diharapkan melihat fakta yang ada sehingga berusaha membuat liputan yang
objektif (objective reporting) yang bisa mendidik masyarakat atas realitas fakta
tersebut.
3. Menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalah-masalah politik
sehingga bisa menjadi wacana dalam membentuk opini publik, dan mengembalikan
hasil opini itu kepada masyarakat. Dengan cara demikian, bisa memberi arti dan nilai
pada usaha penegakan demokrasi.
4. Membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan lembaga-lembaga politik.
Disini media bisa berfungsi sebagai anjing penjaga (watchdog).
19
5. Dalam masyarakat yang demoktratis, media politik berfungsi sebagai saluran
advokasi yang bisa membantu agar kebijakan dan program-program lembaga politik
dapat disalurkan kepada media massa.20
Penetapan strategi komunikasi untuk sebuah kampanye harus diawali dengan
penetapan hal-hal berikut ini:
1. Siapa yang menjadi juru kampanye (komunikator)?
2. Siapa yang menjadi target sasaran kampanye (khalayak)?
3. Pesan apa yang harus disampaikan?
4. Saluran atau media apa yang harus digunakan untuk penyebarluasan informasi?
5. Bagaimana hasil atau pengaruh (efek) yang diharapkan dari kampanye itu?21
Komunikasi menjadi sarana yang paling adil untuk saling bertukar pengaruh dan
memperebutkan kekuasaan. Komunikasi politik dalam hal ini adalah segala hal yang
dilakukan oleh kandidat kepala daerah untuk menyerap sekaligus menaggapi isu-isu politik
yang beredar ditengah masyarakat. Isu ini dikaitkan dengan usaha kandidat untuk
menempatkan sekaligus membangun image ditengah-tengah masyarakat. Isu ini biasa berupa
ideologi partai, visi maupun misi yang ditawarkan serta pembentukan figur itu sendiri dalam
kehidupan bermasyarakat.
1.7. Defenisi Konsep dan defenisi Operasional
1.7.1. Defenisi konsep
Dalam penelitian ini konsep yang digunakan dalam menemukan kampanye partai
pelopor untuk memenangkan pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu, penulis
menggunkan konsep Strategi Politik, Kampanye Politik, serta Komunikasi Politik sebagai
20
Ibid, hal 39-40
21
konsep utama untuk melihat peranan partai pelopor selama masa kampanye yang berlasung
pada tanggal 24 April – 8 Mei 2010 dalam kemanangan pasangan tersebut.
• Strategi politik adalah suatu rencana yang berisikan berbagai rangkaian
kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam upaya mendapatkan kemenangan dalam
bidang politik.
• Komunikasi politik adalah peran komunikasi dalam proses politik. Bisa dilihat dengan
kemampuan penggunaan komunikasi dalam mempengaruhi pengetahuan publik, dan
tindakan politik publik.
• Kampanye politik adalah kegiatan individual ataupun kelompok untuk mempengaruhi
orang lain agar mau memberikan dukungan (dalam bentuk suara) kepada mereka
dalam suatu pemilihan umum. Kampanye berusaha membentuk tingkah laku kolektif
agar masyarakat lebih mudah digerakkan untuk mencapai suatu tujuan, yaitu
memenangkan pemilu.
1.7.2. Defenisi Operasional
Untuk mendapatkan hasil dari konsep diatas, diuraikan kerangka operasional yang
akan dijadikan penulis sebagai pedoman wawancara.
Strategi politik bisa dilihat dengan model SWOT, yang berarti:
• S = Strengths berarti kekuatan yang dimiliki partai antara lain dilihat melalui:
besarnya jumlah pengurus wilayah, cabang dan ranting yang sudah diresmikan,
jumlah anggota dan dari mana saja, bagaimana kekuatan media komunikasi yang
• W = Weakness berarti kelemahan, kelemahan partai juga harus dianalisis untuk
dicarikan solusi penyelesaian agar tidak menjadi faktor yang menyebabkan kekalahan
pada pemilihan umum.
• O = Opportunities berarti peluang atau kesempatan yang bisa diperoleh untuk
mendukung kampanye harus dianalisis, misalnya adanya kader yang menduduki
jabatan tinggi yang bisa menjadi donatur untuk penyelenggaraan kegiatan kampanye.
• T = Threats berarti ancamana, merupakan faktor terakhir yang harus dianalisis untuk
sebuah kampanye. Misalnya adanya tekanan untuk tidak memberikan suara pada
pemilihan umum, bocornya strategi kepada pihak lawan, dan lain sebagainya.
Kunci sukses komunikasi politik terletak pada tiga hal, yaitu:
• Komunikator, faktor-faktor penting yang harus dicapai komunikator adalah antara lain
kredibilitas atau kepercayaan yang diperoleh komunikator dari masyarakat, kekuasaan
sosial yang dimiliki komunikator, peranan komunikator dalam masyarakat, hubungan
komunikator dengan masyarakat.
• Pesan, faktor penting pada pesan adalah pengorganisasian pesan, argumentasi yang
digunakan, imbauan yang disampaikan, dan bahasa yang dipakai pada saat
menyampaikan pesan.
• Media, yang dimaksud media dalam hal ini adalah media yang berwujud secara fisik,
seperti radio atau pun surat kabar.
Kampanye politik dalam pemilu jika dilakukan tanpa perencanaan tidak akan sampai
pada hal yang akan dituju. Dalam melakukan kampanye, diperlukan rencana kampanye yang
• Meneliti dan menganalisa lawan politik dan perencanaan kampanyenya, komposisi
demografi dan gaya hidup pemilih, cara-cara perilaku sosial dan politis mereka, dan
juga kelebihan dan kelemahan pihak sendiri. Tujuannya untuk mengetahui apa
kira-kira yang akan menyebabkan kekalahan dan dalam kondisi bagaimana kampanye
akan dimulai.
• Aliansi politik, yaitu membentuk koalisi klasik didalam dan diluar partai politik, misal
dengan perkumpulan-perkumpulan dekat, dan klub-klub hobi, dan
kelompok-kelompok kepentingan serta media yang berpihak pada kita. Yang juga perlu dicari
adalah tokoh-tokoh yang bisa terjun kedalam kampanye atau yang dapat
memobolisasi orang lain.
• Promosi. Tujuannya komunikasi yang terbiayai dan terkontrol sesuai anggaran. Iklan
di koran, plakat, iklan di radio dan TV, iklan di bioskop, iklan di situs internet (direct
mailling); semua ini membutuhkan kesiapan para agen (kegiatan ini sering disebut
dengan briefing, tahap perancangan dan penolakan konsep, tahap produksi alat-alat
promosi dan iklan dan juga tahap penempatan. Artinya, membeli tempat pemasangan
iklan dan durasi iklan. Kegiatan ini harus dilakukan pihak profesional.
• Kampanye di jalan-jalan dan events. Langkah ini diartikan sebagai aksi basis atau
aktivitas partai yang terorganisasi, dengan atau tanpa selebriti, stan-stan informasi,
aksi telepon, kampanye dari rumah-kerumah.
• Humas. Fokus humas adalah komunikasi yang terjadi dengan cara memberikan
informasi dan pengaruh kepada media-media independen. Tujuannya adalah agar
informasi tentang parpol masuk kedalam redaksi siaran berita dengan pemberitaan
• Mobilisasi pada hari pemilihan. Penyelesaian akhir harus disiapkan dengan tepat agar
mendapatkan hasil yang maksimal dari sumber daya yang ada sebelum hari kampanye
selesai.
1.8. Metode Penelitian
1.8.1. Bentuk Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menerapkan metode penelitian deskriptif kualitatif yang
bersifat mendeskripsikan tentang masalah yang diangkat. Penelitian kualitatif dapat diartikan
sebagai rangkaian kegiatan atau proses penjaringan informasi, dari kondisi suatu objek, yang
kemudian dihubungkan dengan pemecahan masalah.
1.8.2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer, merupakan penelitian dilapangan dengan cara wawancara yaitu berupa
tanya jawab dengan narasumber yang menguasai pertanyaan penelitian. Adapaun
yang menjadi narasumber penulis adalah Bapak Mangapul Siahaan selaku ketua
Partai Pelopor di Toba Samosir, Bapak Tua Siahaan selaku sekretaris Partai Pelopor,
Bapak Rudin Pasaribu selaku Sekretaris Tim Kemenangan Kasmin Simanjuntak dan
Liberty Pasaribu, Bapak Maruli Simanjuntak selaku anggota Tim Kemenangan
Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu.
2. Data Sekunder, yaitu penelitian kepustakaan. Dengan mengumpulkan bahan-bahan
dari berbagai literatur seperti buku, situs internet, jurnal, laporan, artikel dan bentuk
1.8.3. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses
pengkategorian konsep yang digunakan dalam penelitian, dengan data yang diperoleh di
lapangan. Dimana data yang diperoleh disusun, kemudian dianalisis dan disajikan untuk
memperoleh gambaran yang sistematis mengenai permasalahan yang diteliti.
I. 9. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini diuraikan kedalam beberapa bab. Adapun tiap bab terdiri dari :
BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisi mengenai latar balakang masalah, perumusan masalah, pembatasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep dan
defenisi operasional, metode peneltian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Gambaran Umum Partai Pelopor
Bab ini menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan partai, yaitu sejarah lahirnya
Partai Pelopor di tingkat nasional dan di Toba Samosir sendiri, dasar pemikiran dan
tujuan partai, visi dan misi partai, serta struktur dan kepengurusan partai.
BAB III : Penyajian dan Analisis Data
Pada bab ini disajikan visi maupun misi dari pasangan Kasmin Simanjuntak –
Liberty Pasaribu, program kerja untuk Toba Samosir, dan dipaparkan hasil temuan
penulis mengenai hal-hal yang dilakukan oleh Partai Pelopor pada masa kampanye
untuk memenangkan pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu.
BAB IV : Penutup
Bab ini merupakan bagian terakhir yang berisi tentang kesimpulan yang diperoleh
dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta berisi saran-saran atas hasil
BAB II
GAMBARAN UMUM PARTAI PELOPOR
2.1. Sejarah Lahirnya Partai Pelopor
Partai pelopor didirikan pada tanggal 22 Mei 2002 dan dideklarasikan di Jakarta pada
tanggal 29 Agustus 2002. Latar belakang pendirian partai yang bersemangat marhaenis ini
tidak bisa lepas dari ketokohan Rachmawati Soekarnoputri. Kiprah Rahmawati di dunia
politik terlihat nyata sejak pertengahan tahun 2001, ketika ia mendeklarasikan Front
Nasional. Rachmawati ingin menegakkan kembali cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945,
Pancasila 1 Juni 1945, dan ajaran Bung Karno. Ia yakin ajaran Bung Karno tak pernah mati.22
Pada awal pendirian partai ini, Ketua Partai Pelopor yang kemudian menjadi
Sekretaris Jendral Partai Eko Suryo Santjojo mengatakan Rachmawati Soekarnoputri dalam
partainya memang akan menjadi simbol kekuatan ideologis Partai Pelopor. Partai Pelopor
ingin meluruskan kembali pemahan mengenai ajaran Bung Karno. Sebab, dalam pandangan
Ketua Umum Partai Pelopor Rachmawati Soekarnoputri saat ini banyak kalangan yang
mengaku nasionalis menjual simbol-simbol nasionalis dan marhaenis, termasuk menjual foto-Lambang Partai Pelopor adalah sebuah bintang diapit padi dan kapas dalam
sebuah lingkaran bulat berwarna merah. Menurutnya, lambang itu adalah simbol Ketuhanan
Yang Maha Esa yang dijadikan tujuan perjuangan partai. Partai Pelopor, kata Rachmawati,
tidak menggunakan lambang kepala banteng karena sudah terlalu banyak parpol yang
menggunakan lambang tersebut.
22
foto Bung Karno, sementara tidak tahu apa yang harus diperbuat sebagai seorang
nasionalis.23
Bung Karno mengajarkan marhaenisme sebagai teori perjuangan, sekaligus sebagai
teori politik dengan tiang penyangga sosio nasionalisme dan sosio demokrasi. Ajaran ini lahir
sebagai jawaban terhadap praktis kolonialisme dan imperialisme penjajah Belanda di tanah
air. Sukarno menggali ajaran ini dari rahim budaya Indonesia. Pada masa-masa pergerakan
nasional, Sukarno kuliah di Bandung dan menemukan jodoh Inggit Garnasih. Sehingga dia
sangat intim dengan budaya Sunda. Suatu ketika, Sukarno berjalan di persawahan di daerah
Bandung Selatan, ia berkenalan dengan seorang petani bernama Abdi Marhaen. Petani itu
punya sawah sendiri, memiliki cangkul dan rumah sebagai tempat tinggal. Akan tetapi,
sekalipun memiliki alat produksi sendiri, kehidupannya sangat tidak layak. Gambaran Dalam pandangan Rachmawati, pembangunan tidak berarti hanya menekankan
bidang materi dan kebendaan, tetapi seperti yang dicanangkan Bung Karno, yaitu juga
menekankan character dan natinaol building. Contohnya seperti salah satu ajaran Bung
Karno yang kini ditinggalkan dan dilupakan, yaitu kesedrhanaan hidup agar mampu mandiri
mencukupi kebutuhan sendiri sehingga dapat mencegah praktisi korupsi. Pandangan ini lah
yang tampak dalam sikap Partai Pelopor yang menolak ketergantungan ekonomi pada
lembaga dana internasional. Partai ini mencita-citakan pembangunan ekonomi nasional yang
berdikari, seperti dianut Bung Karno. Menurut partai ini ketergantungan ekonomi Indonesia
pada lembaga dana internasional jelas bertentangan dengan misi Partai Pelopor yang
menghendaki pembangunan ekonomi nasional yang berdikari (berdiri diatas kaki sendiri).
Beberapa pokok dari ajaran mendiang Bung Karno seperti yang tertuang pada konsep Trisakti
(berdaulat dibidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam
bidang kebudayaan) tampaknya memang menjadi platform partai ini.
23
kehidupan petani Marhaen ini, kemudian dijadikannya salah satu pilar ajaran Marhaenisme.
Bung Karno melihat, kala itu mayoritas penduduk Indonesia, hidup seperti Abdi Marhaen.
Maka dia pun memberi nama ajaran (paham) ini Marhaenisme. Misinya adalah
memperjuangkan kesejahteraan sosial (sosio demokrasi) pada seluruh kaum marhaen yang
mengalami penindasan dan pengisapan di negeri ini.
Partai yang mengandalkan konstituennya di kalangan kaum urban muda marhaenis ini
juga menjanjikan bersikap tidak kompromis terhadap para pelanggar HAM dan menolak dwi
fungsi TNI/Polri. Partai ini akan berjuang mengembalikan fungsi TNI sebagai kekuatan
pertahanan keamanan. Dengan demikian, TNI tidak bisa lagi dijadikan alat politik kelompok
tertentu atau berpolitik demi kepentingan TNI sendiri.
Sejak pendiriannya tahun 2002 lalu, banyak kalangan telah melihat Partai Pelopor
memiliki potensi untuk tumbuh menjadi kekuatan posisi pada masa pemerintahan Presiden
Megawati Soekarnoputri. Karena Racmawati dikenal sebagai tokoh yang kritis dan vokal
dalam mengkritik jalannya pemerintahan. Salah satu sikap oposisi yang ditunjukkan Partai
Pelopor adalah ketika pada awal tahun 2003 partai ini bersama dengan berbagai elemen
mahasiswa, pemuda buruh, dan lembaga swadaya masyarakat menjadi salah satu dari 36
elemen Gerakan Opsisi Nasioanal, yang menyerukan pembubaran eksekutif-legislatif, serta
pembentukan pamerintahan transisi bernama pemrintahan sipil demokratik.24
Dalam Pemilu 2004, Partai Pelopor yang dipimpin Rachmawati yang dibantu pendiri
partai lainnya, Eko Suryo Santjojo dan Ristiyanto, memperoleh tiga kursi DPR, yang berasal
dari daerah pemilihan Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua, delapan kursi
DPRD provinsi, dan 120 kursi DPRD kabupaten/kota di berbagai kawasan di negeri ini.
Tanggal 11 April 2007, Rachmawati dilantik sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
24
Ia melepaskan diri dari partai dan bersikap keras untuk menepati sumpahnya mengikuti
aturan sebagai anggota pertimbangan presiden, antara lain tidak berpartai dan tidak
menyampaikan pernyataan politik tanpa persetujuan Presiden. Namun, para pendukungnya di
Partai Pelopor tetap menempatkan Rachmawati sebagai ikon partai. Setelah Rachmawati
lepas dari jabatan di partai, Sekjen Partai Pelopor Eko Suryo Santjojo terpilih sebagai
pengganti ketua umum. Sekjen Partai Pelopor dipegang Ristiyanto. Ketua partai lainnya
adalah Kartika Adidarma, Bambang Suroso, Silvester Mbete AM, dan Sarwidji. Wakil sekjen
adalah Fransiscus Landiwawe, bendahara umum Tony F Mainaky, dan wakilnya, Maulana
Yusuf Kelana.25
Sejak berdiri pada tahun 2002, Partai Pelopor sudah ada di 27 provinsi antara lain:
Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu,
Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta,
Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara,
dan Papua.
2.2. Sejarah Lahirnya Partai Pelopor Di Toba Samosir
26
Setelah terbentuk di Sumatera Utara pada tahun 2003, sejumlah kader Partai Pelopor
di tingkat Provinsi mengadakan pendekatan kepada beberapa tokoh masyarakat di Toba
Samosir. Kemudian ditetapkan tiga pemegang mandat untuk mendirikan Partai Pelopor di
Toba Samosir yaitu kepada Mangapul Siahaan, Elon Pakpahan, dan Lukman Siagian. Setelah
menerima mandat, ketiga tokoh ini kemudian melakukan pendekatan awal kepada kerabat
dan keluaga dekat, kemudian disosialisasikan kepada sejumlah kalangan masyarakat di Toba
25
Ibid, hal 449
26
Samosir untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap Partai tersebut. Mendapat respon
yang positif dari masyarakat, ketiga pemegang mandat bersama sejumlah kader dan
simpatisan partai kemudian berniat membesarkan Partai sekaligus menyusun komposisi
kepengurusan Partai, dan secara resmi membentuk kepengurusan Dewan Pimpinan Cabang di
Kabupaten Toba Samosir pada 16 Juni 2003.
Awal pembentukan Partai ini ada banyak kendala yang dihadapi oleh pemegang
mandat dalam mensosialisasikan Partai, pertama dikarenakan Partai Pelopor sendiri masih
tergolong Partai baru dan belum begitu dikenal oleh masyarakat luas pada umunya, dan
masyarakat di Kabupaten Toba Samosir pada khususnya. Kemudian jarak antara satu
kecamatan dengan kecamatan lain yang relatif jauh, dimana pada masa itu sarana transportasi
dan komunikasi masih belum mendukung secara optimal. Namun, atas ketertarikan dengan
plat form partai yang tujuannya sangat mulia, yakni memadukan agama dan berbagai macam
suku dengan menjunjung tinggi kesetaraan gender ini lah yang meyakinkan Mangapul
Siahaan, Elon Pakpahan, dan Lukman Siagian menerima mandat untuk mendirikan Partai
Pelopor di Toba Samosir.27
27
Wawancara dengan Bapak Mangapul Siahaan pada 16 Oktober 2011
Selain itu, karena melihat sosok Rachmawati Soekarno Putri selaku ketua umum
Partai menganut idealisme Bung Karno sebagai founding father partai yang mengajarkan
marhaenisme sebagai teori perjuangannya, sekaligus sebagai teori politik dengan tiang
penyangga sosionasionalisme dan sosio demokrasi. Dimana partai ini menekankan
ajaran-ajaran Bung Karno untuk diamalkan dalam kehidupan, seperti salah satu ajaran-ajaran Bung Karno
yaitu kesederhanaan hidup agar mampu mandiri mencukupi kebutuhan sendiri sehingga dapat
mencegah praktisi korupsi. Pandangan ini lah yang tampak dalam sikap Partai Pelopor yang
menolak ketergantungan ekonomi pada lembaga dana internasional dan mencita-citakan
Sumber dana pada pembentukan awal Partai ini berasal dari SWADANA, yaitu
dimana seluruh pengurus yang ikut bergabung kedalam partai secara suka rela
mengumpulkan dana dan memberikan bantuan keuangan untuk mengisi kas partai. Dana
yang terkumpul itulah yang kemudian digunakan sebagai biaya operasional dan berbagai
pengeluaran yang berkaitan dengan kepentingan partai. Tapi setelah berhasil memperoleh
satu kursi di legislatif pada Pemilihan Legislatif tahun 2004, Partai Pelopor mulai
mendapatkan dana pembinaan dari pemerintah yang disalurkan melalui Kantor Kesatuan
Bangsa (Kesbang) Toba Samosir.
Pada tahun 2008 Kasmin Simanjuntak bergabung dengan Partai Pelopor, yang
kemudian diposisikan sebagai penasehat partai dengan melihat kredibilitas yang dimilikinya
para pengurus partai sepakat untuk menempatkan Kasmin pada posisi tersebut. Sejak
bergabung Kasmin menunjukkan loyalitas yang tinggi dan secara aktif membesarkan partai,
pada pemilihan legislatif 2009 partai pelopor mendapatkan dua kursi di legislatif. Atas
loyalitas yang dimilikinya kemudian pada pemilihan Bupati tahun 2010 Partai Pelopor
mencalonkan Kasmin Simanjuntak sebagai calon Bupati.
2.3. Dasar Pemikiran Partai Pelopor
Berikut adalah falsafah yang melandasi perjuangan Partai Pelopor, sebagaimana
tertuang dalam dokumen partai:
2.3.1. Asas
2.3.2. Ideologi
Partai Pelopor berideologi Ketuhanan Yang Maha Esa dan Sosio-Nasionalisme, yaitu
nasionalisme yang berdiri diatas perikemanusiaan yang adil dan beradab dan merupakan
suatu kesatuan nasionalisme politik dan nasionalisme ekonomi. Nasionalisme yang
bermaksud mencari kekuasaan politik dan kekuasaan ekonomi untuk kepentingan rakyat,
serta sosio-demokrasi, yaitu demokrasi masyarakat yang berkeadialan. Suatu kesatuan antara
demokrasi ekonomi dan demokrasi politik yang menentang adanya praktik-praktik
eksploitatif yang dilakukan oleh suatu suku bangsa atau bangsa lainnya.
Partai Pelopor memiliki jiwa dan semangat gotong royong sebagai strategi perjuangan
partai.
2.3.3. Sifat
Partai Pelopor adalah partai politik yang bersifat terbuka, tanpa membedakan suku,
agama, ras, status sosial dan gender.
2.3.4. Fungsi
Partai Pelopor berfungsi:
1. Sebagai salah satu wadah perjuangan dalam pembenahan sistem dan struktur
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk melaksanakan
konsep yang sesuai dengan penjabaran nilai-nilai Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945.
2. Sebagai wadah untuk menghimpun dan merumuskan aspirasi masyarakat sesuai
dengan aturan hukum dan melaksanakan kaderisasi dalam rangka pembinaan
3. Mendidik, menjabarkan dana mencerdaskan rakyat tentang hak-hak dan
kewajibannya sehingga dapat menjadi insan Pancasilais.
4. Sebagai sarana untuk melaksanakan demokrasi ekonomi dan demokrasi politik
yang sesuai sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia dalam rangka memerangi
kebodohan, kemiskinan dan penindasan menuju terwujudnya Sosialisme
Indonesia.
2. 4. Visi dan Misi Partai Pelopor
2. 4. 1. Visi
Visi dari Partai Pelopor adalah:
1. Menjaga keutuhan NKRI.
2. Mencapai masyarakat adil dan makmur.
3. Menciptakan tatanan dunia yang adil dan beradab.
4. Mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 sebagai konstitusi
negara.
2. 4. 2. Misi
Misi dari Partai Pelopor adalah membangun kekuatan nasionalis yang religius
dan religius yang nasionalitis sebagai prinsip bernegara. Kekuatan itu diharapkan bisa
membebaskan rakyat dari penindasan serta mewujudkan cita-cita proklamasi 17 Agustus