• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEREKONOMIAN DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA 2002 - 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PEREKONOMIAN DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA 2002 - 2008"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPUNG UTARA

2002 - 2008

(TESIS)

Oleh:

Yurni Atmadja

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(2)

PERTANIAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA 2002 - 2008

Oleh

Yurni Atmadja1, Ali Ibrahim Hasyim2, R. Hanung Ismono2

Tujuan penelitian ini adalah teridentifikasinya sektor-sektor unggulan di

Kabupaten Lampung Utara dan untuk mengetahui sektor-sektor unggulan yang memiliki prioritas tertinggi yang mampu mendukung perkembangan sektor pertanian dalam memacu pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Utara.

Berdasarkan hasil penelitian periode 2002 – 2008 diperoleh hasil penelitian dengan menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ), analisis Shift Share dan Tipologi Sektoral Klassen, dapat teridentifikasi ada 3 (tiga) sektor unggulan (basis) yang dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Utara yaitu sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran serta sektor Jasa-jasa dengan nilai indeks LQ selama periode penelitian (2002-2007) lebih dari satu (LQ > 1), nilai Shift Share yaitu Differential Shift (Dr) yang memiliki nilai positif dan termasuk kedalam kategori Tipologi I (sektor maju dan tumbuh dengan pesat) yang berarti “istimewa” untuk dikembangkan. Pengembangan ketiga sektor ini diharapkan akan dapat meningkatkan perolehan PDRB Kabupaten Lampung Utara sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya dan menjadikan ketiga sektor tersebut sebagai prioritas pembangunan agar terjadi akselerasi Pertumnuhan Ekonomi di Kabupaten Lampung Utara.

Hasil penelitian diperoleh bahwa untuk sektor Industri Pengolahan mampu mendukung keterpurukan sektor Pertanian dan menjadi sektor prioritas tertinggi, karena diperoleh hasil LQ = 1,04 dan komponen differential shift (Dr) =

(3)

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1. Tesis dengan judul : “ANALISIS PEREKONOMIAN DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA 2002-2008”adalah karya saya dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara yang tidak sesuai dengan etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiarisme.

2. Hal intelektual atas karya ilmiah diserahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung

Atas pernyataan ini, dikemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya, saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandarlampung, Juni 2012 Pembuat Pernyataan

(4)

Halaman

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 9

E. Ruang Lingkup ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka ...12

1. Teori Pembangunan Ekonomi...14

2. Pembangunan Ekonomi Daerah ...17

3. Perencanaan Pembangunan Daerah...18

B. Hasil Penelitian Terdahulu ...35

C. Kerangka Pemikiran ...39

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ...43

B. Data dan Sumber Data...45

C. Metode Analisis Data ...47

1. Location Quotient (LQ) ...47

2. Analisis Shift Share ...49

(5)

C. Kependudukan……….57

D. Struktur Umur Penduduk dan Ketenagakerjaan………...61

E. Pendidikan………....64 A. Analisis Sektor-sektor Unggulan dan Tidak Unggulan (Sektor Basis dan Nonbasis) ...80

1. Analisis Location Quotien (LQ) ...80

2. Analisis Shift Share ...83

B. Perhitungan Tipologi Klassen ...88

C. Analisis Per Sektor Kabupaten Lampung Utara ...93

1. Sektor Pertanian ...94

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ...95

3. Sektor Industri Pengolahan ...96

4. Sektor Listrik, Gas & Air Bersih ...102

5. Sektor Bangunan ………104

6. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran ……….105

7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi………...108

8. Sektor Keuangan, Persewaan & JS. PRSH ………109

9. Sektor Jasa-jasa ………..110

D. Implikasi Hasil Perhitungan ……….113

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ………..119

B. Saran ………120

DAFTAR PUSTAKA ……….. 122

(6)

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya sehingga dapat hidup layak damai, dan terciptanya kesejahteraan.

Keberhasilan pembangunan nasional, tidak terlepas dari peran seluruh pemerintah daerah di Indonesia dalam menyelenggarakan pembangunan, khususnya di bidang ekonomi.

Kewenangan Pemerintah Daerah sangat luas dalam mengatur dan mengelola dari berbagai urusan penyelenggaraan pemerintah untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat, ini didasarkan pada UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sedangkan masalah pembiayaan dan keuangan daerah diatur dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah,

(7)

Pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada masing-masing daerah akan berbeda-beda sebagai refleksi dari pembangunan ekonomi daerah, ini disebabkan karena perbedaan dari sumber daya alam yang dimiliki dari masing-masing daerah, dengan demikian pelaksanaan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan di daerah senantiasa selalu mengoptimalkan bagaimana peranan sumber daya dalam menciptakan kenaikan pendapatan yang terakumulasi pada sektor-sektor ekonomi, yang tercermin pada besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun. Berhasil atau tidaknya upaya menaikkan pertumbuhan ekonomi sangat tergantung dari kemampuan daerah dalam memberdayakan sumber-sumber alam dan sumber daya manusia yang ada di daerah.

Pembangunan di daerah pelaksanaannya sangat berdimensi luas yang meliputi berbagai bidang, salah satunya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah terkandung arti adanya usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat daerah atau PDRB yang dibarengi oleh perombakan dan modernisasi yang memperhatikan aspek pemerataan (income equity)mekanismenya adalah melalui proses di mana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang

perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Arsyad, 1999:108).

(8)

masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Arsyad, 1999:109).

Kabupaten Lampung Utara adalah salah satu dari tiga kabupaten tertua yang ada sejak awal pemerintah Provinsi Lampung. Sejalan dengan perkembangan waktu pelaksanaan pembangunan yang telah dilaksanakan selalu belandaskan pada potensi yang ada yaitu pada sektor pertanian, sehingga tercapainya pertumbuhan ekonomi sebesar 6,27 persen pada tahun 2007. Potensi sumber daya alam yang ada di Kabupaten Lampung Utara dapat dilihat melalui suatu kontribusi atau sumbangan dari masing-masing sektor dalam pembangunan PDRB yang dalam konteks lebih jauh akan memperhatikan bagaimana suatu sektor perekonomian mengalokasikan sumber-sumber ekonomi di berbagai sektor. Kontribusi dari masing-masing sektor dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi PDRB Kabupaten Lampung Utara 2002 – 2008 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen)

No Sektor-sektor 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 1 Pertanian 45,27 43,33 42,28 40,65 39,88 38,43 37,97 2 Pertambangan 0,71 0,73 0,73 0,73 0,87 0,85 0,84 3 Industri Pengolahan 12,90 12,58 13,11 13,38 14,14 15,06 14,95 4 Listrik,Gas&Air 0,76 0,81 0,78 0,77 0,72 0,69 0,68 5 Bangunan 4,16 4,21 4,30 4,52 4,71 4,69 4,76 6 Perdagangan,Hotel 16,77 17,04 17,84 17,95 18,21 17,64 17,61 7 Pengangkutan,Kom 5,11 5,18 5,21 5,30 5,23 6,15 6,38 8 Keu,Persw&JS 5.06 7,08 6,90 7,52 7,29 7,53 7,52 9 Jasa-jasa 9,26 9,04 8,85 9,18 8,96 8,95 9,27

Jumlah 100 100 100 100 100 100 100

(9)

Pada Tabel 1, menggambarkan keadaan perekonomian Kabupaten Lampung Utara dari tahun 2002 hingga tahun 2008 sangat didominasi oleh sektor pertanian diikuti oleh sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusi masing-masing sektor tersebut terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Lampung Utara. Kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB tahun terakhir 2008 sektor pertanian memberikan kontribusi 37,97 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 17,61 persen, sektor industri pengolahan 14,95 persen dan sektor jasa-jasa 9,27 persen. Sejak tahun 2002 hingga tahun 2008 adalah kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan nilai PDRB tertinggi, akan tetapi kontribusi sektor pertanian hingga tahun 2008 terus menurun dan diikuti dengan menigkatnya kontribusi sektor hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan, keadaan ini lazim terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang yaitu terjadinya perubahan struktur ekonomi (transformation structural). (Kuznets dalam Sadono Sukirno : 76-77). Keadaan ini menggambarkan bahwa meskipun sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentu PDRB Kabupaten Lampung Utara akan tetapi peranannya semakin melemah dibandingkan perkembangan sektor perdagangan hotel restoran dan sektor industri pengolahan yang terus berkembang.

(10)

sehingga kemudian dapat dimanfaatkan secara optimal dan mampu menciptakan sektor unggulan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Utara.

Endowment faktor yang tersedia sebagai hadiah alam jika dikelola secara optimal dalam pelaksanan pembangunan akan menderifasi timbulnya sektor unggulan di Kabupaten Lampung Utara. Hal tersebut diharapkan mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di daerah tersebut serta memberikan indikasi bagi perekonomian baik secara nasional maupun regional terutama melalui produksi, ekspor, dan penciptaan lapangan pekerjaan sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi Kabupaten Lampung Utara. Dengan diketahuinya sektor-sektor yang menjadi unggulan di Kabupaten Lampung Utara maka dapat dengan mudah dijadikan pedoman untuk mengkaji dan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi melalui penyusunan dan penetapan skala prioritas yang akan dilakukan serta penentuan tindakan-tindakan yang dapat diambil untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

(11)

berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan diatas, satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis basis sangat berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah (Tarigan 2004:27).

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)dan tidak memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan ataukah tidak pada struktur ekonomi. Indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja pertumbuhan ekonomi suatu daerah salah satu

diantaranya adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator penting di suatu wilayah yang dapat mengindikasikan totalitas produksi neto barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan wilayah.

(12)

Tabel 2. Perkembangan PDRB Kabupaten Lampung Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002-2008 (Juta Rupiah)

Tahun PDRB Riil Laju Pertumbuhan (persen)

2002 2.187.695

-Sumber: Lampung Utara Dalam Angka 2009

Laju pertumbuhan PDRB kabupaten Lampung Utara disumbang oleh 9 (sembilan) sektor yaitu : Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, Gas & Air Bersih, Bangunan, Perdagangan, Hotel & Restoran,

Pengangkutan & Komunikasi, Keuangan, Persewaan, & Jasa.Perusahaan, serta

Jasa-jasa(BPS 2007). Perkembangan produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Lampung Utara mengalami peningkatan dari tahun 2002-2008 pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Utara mencapai 5,73 persen menurut harga konstan. Secara riil pertumbuhan tahun 2007 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Utara hanya 5,79 persen. Namun demikian pertumbuhan PDRB Kabupaten Lampung Utara menurun pada tahun 2008.

B. Permasalahan

Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Utara terus meningkat dan secara perlahan-lahan dan pasti pertumbuhan dan

(13)

oleh kontribusi sektor Pertanian terhadap PDRB terus menurun. Pada sisi lain di Kabupaten Lampung Utara masih didapatkan peluang berkembangnya sektor basis sebagai sektor unggulan yang mampu menggerakkan perekonomian daerah. Meskipun sektor pertanian bukan lagi menjadi sektor unggulan, sektor ini

dibuktikan secara empiris akibat krisis ekonomi tumbuh positif dibandingkan dengan sektor non pertanian yang mengalami kontraksi yang hebat tumbuh negatif. (Amiruddin Syam dkk)

Hingga saat ini di Kabupaten Lampung Utara belum teridentifikasi sektor-sektor unggulan dan belum dianalisis sektor unggulan ini mampu mendorong stabilitas pertumbuhan ekonomi daerah. Yang menjadi permasalahan adalah “sektor-sektor

unggulan apa saja yang masih mampu mendukung pekembangan sektor

pertanian dalam memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Utara”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Teridentifikasinya sektor-sektor unggulan di Kabupaten Lampung Utara. 2. Untuk mengetahui sektor unggulan yang memiliki prioritas tertinggi yang mampu mendukung perkembangan sektor pertanian dalam memacu

(14)

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan:

1. Bagi pembuat kebijakan pembangunan ekonomi di Pemerintah Kabupaten Lampung Utara dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk mempolarisasi “Strategi Pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Lampung Utara dengan prioritas pengembangan sektor unggulan yang berbasis pada pertumbuhan sektor pertanian”.

2. Bagi akademisi, dapat berguna sebagai refrensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang pembangunan ekonomi dengan pendekatan sektor-sektor unggulan di daerah.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan dalam tulisan ini meliputi wilayah Kabupaten

Lampung Utara dan untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian ini akan dianalisis data sekunder dari PDRB total Kabupaten Lampung Utara,

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lampung Utara, PDRB total Propinsi

Lampung dengan menggunakan Analisis “Location Quotion” (LQ)dan Analisis

“Shift Share” danTypology Klassen.

(15)

jasa dari luar daerah (Arsyad 1999 : 116). Teori inilah yang mendasari pemikiran teknik Location Quotient (LQ)dan Teknik Shift Share

Dasar pertimbangan Kabupaten Lampung Utara dipilih sebagai daerah penelitian adalah selain Kabupaten Lampung Utara sebagai salah satu kabupaten tertua di Provinsi Lampung, kabupaten ini memiliki ciri spesifik sebagai daerah penghasil komoditas pertanian yang lambat laun dengan perkembangan waktu telah mengalami pergeseran ke sektor lainnya seperti Perdagangan Hotel dan Restoran serta Industri Pengolahan dan Jasa-jasa, sedangkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Utara terus meningkat, ada kecenderungan peningkatan pertumbuhan ekonomi ini karena ada komoditas unggulan yang mampu memacu pergerakan ekonomi daerah.

Dengan pendekatan wilayah di Kabupaten Lampung Utara potensi ketersediaan dan pemberdayaan sumber daya alamnya telah mampu meningkatkan

pertumbuhann ekonominya. Hanya saja belum teridentifikasi sektor unggulan yang mana yang mampu menggerakkan perekonomian di Kabupaten Lampung Utara.

Pembangunan ekonomi dalam penelitian ini adalah pembangunan ekonomi daerah

(16)

atau pertumbuhan ekonomi sangat tergantung kemampuan daerah dalam memberdayakan sumber-sumber alam dan manusia yang tersedia di daerah.

Sektor unggulan dalam penelitianini adalah satu kelompok sektor yang dapat dan mampu mendorong kegiatan ekonomi dan sekaligus mampu menciptakan

kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Lampung Utara terutama melalui

produksi, ekspor dan sekaligus mampu menciptakan lapangan pekerjaaan, dengan demikian sektor unggulan akan terasa sangat penting khususnya bagi pengambil keputusan dalam menentukan arah kebijakan pembangunan daerah di masa-masa yang akan datang.

Sektor unggulan diperioritaskan untuk diketahui karena sektor unggulan dapat dipastikan memiliki peluang dan memiliki potensi yang jauh lebih besar untuk tumbuh lebih cepat jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, dan ini disebabkan bagi sektor unggulan terdapat faktor pendukung seperti tersedianya akumulasi modal untuk mendorong investasi pembangunan, terserapnya

(17)

A. Tinjauan Pustaka

Pembangunan ekonomi dan Pertumbuhan ekonomi dua konsep yang sering

digunakan dalam membahas Ekonomi Pembangunan dan pada dasarnya tidak

lepas dari kaidah-kaidah ilmu ekonomi pembangunan baik secara mikro maupun

makro. Pembahasan ilmu ekonomi (economics)selalu berkaitan terutama dengan

efisiensi dan alokasi sumber-sumber produktif yang langka (scarcity),dan dengan

pertumbuhan yang optimal dari sumber-sumber itu untuk menghasilkan barang

dan jasa yang lebih besar, sedangkan ekonomi pembangunan mempunyai ruang

lingkup (scope)yang lebih luas dan komplek

Ekonomi pembangunan sebagai ilmu, selain berkaitan dengan alokasi

sumber-sumber produktif yang langka dengan efisiensi dan sekaligus dengan

pertumbuhannya, ekonomi pembangunan banyak bersangkut paut dengan

formulasi kebijakan pemerintah baik ekonomi maupun non-ekonomi yang di

antaranya dengan melibatkan variabel-variabel ekonomi makro secara langsung

seperti income, investasi, kesempatan kerja (employment)dan gabungan

faktor-faktor non-ekonomi yang sama-sama relevan seperti alokasi sumber daya alam

yang efisien, perbaikan institusional, usaha-usaha perbaikan diri, nilai-nilai,

sikap-sikap ekonomi dan politik baik dilakukan pemerintah maupun swasta untuk

(18)

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah dua konsep yang tidak dapat

dipisahkan. Pembangunan ekonomi lebih menitik beratkan pada upaya-upaya

meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat atas GDP (gross domestic

product)yang disertai dengan perombakan dan modernisasi dari sektor-sektor

ekonomi serta memperhatikan aspek pemerataan pendapatan (income equity)

sedangkan Pertumbuhan ekonomi lebih kepada upaya kenaikan GDP dan tidak

memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan

penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan dalam struktur

ekonominya atau tidak.

Meskipun tidak semua teori atau model dapat digunakan, namun perbincangan

mengenai peranan faktor pengeluaran termasuk buruh, tanah, modal dan

pengusaha boleh menjelaskan sebab-sebab berlakunya ketiadaan pembangunan

dalam sebuah negara. Pada awalnya, pendapatan perkapita menjadi pengukur

utama bagi pembangunan suatu daerah jika pendapatan perkapita menunjukkan

kecenderungan jangka panjang yang menaik. Namun demikian, tidaklah berarti

bahwa pendapatan perkapita akan mengalami kenaikkan terus-menerus. Adanya

resesi ekonomi, kekacauan politik dan penurunan ekspor dapat mengakibatkan

suatu perekonomian mengalami penurunan tingkat kegiatan ekonominya. Jika

keadaan demikian hanya bersifat sementara dan kegiatan ekonomi secara rata-rata

meningkat dari tahun ke tahun maka masyarakat tersebut dapatlah dikatakan

(19)

1. Teori Pembangunan Ekonomi

Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini

didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil

penduduk suatu negara atau daerah dalam jangka panjang yang disertai oleh

perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad 1999:6). Berdasarkan atas definisi ini

dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu

proses dimana saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor

yang menyebabkan terjadinya pembangunan ekonomi tersebut sehingga dapat

diidentifikasi dan dianalisis dengan seksama. Dengan cara tersebut bisa diketahui

beberapa peristiwa yang timbul yang akan mewujudkan peningkatan kegiatan

ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke

tahap pembangunan berikutnya.

Pembangunan ekonomi didefinisikan dalam beberapa pengertian sebagai berikut:

a) Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi adalah perubahan yang spontan

dan terputus-putus (discontinuous) pada saluran-saluran arus sirkuler yaitu

merupakan gangguan terhadap keseimbangan yang selalu mengubah dan

mengganti keadaan keseimbangan yang ada sebelumnya (Jhingan 2000:125)

b) Menurut Irawan dan Suparmoko (1999:5) pembangunan ekonomi adalah

usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali

diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita.

c) Sadono Sukirno (1985:13) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai

(20)

masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung

pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang

terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi

mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan pendapatan

perkapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang.

d) Menurut Sumitro Djojohadikusumo (Sanusi 2004:8) pembangunan ekonomi

adalah suatu proses tranformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh

perubahan struktural yaitu perubahan pada landasan ekonomi maupun pada

kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.

e) Todaro (Irawan dan Suparmoko 1999:5) mengartikan pembangunan ekonomi

sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup perubahan struktur,

sikap hidup dan kelembagaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi,

pengurangan ketidakmerataan distribusi pendapatan dan pemberantasan

kemiskinan.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi

terus-menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan, hakikat dari sifat dan

proses pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, jadi bukan

merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi berkaitan

dengan pendapatan perkapita dan pendapatan nasional. Pendapatan perkapita yaitu

pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional

merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam

(21)

dan pendapatan perkapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui

laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan

masyarakat suatu daerah.

Todaro dalam (Arsyad 1999:5) juga mengatakan bahwa keberhasilan suatu

pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh 3 nilai pokok. Nilai pokok tersebut

meliputi: 1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya (basic needs); 2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat

sebagai manusia; dan 3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih

(freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.

Pembangunan merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu

ditandai oleh perubahan struktural. Perubahan tersebut terjadi pada landasan

kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang

bersangkutan.

Perubahan peranan sektor ekonomi dalam pembentukan pendapatan nasional

disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain : (1) adanya hukum

Engels (Law of Engelstentang Elasticity of Income) yang menyatakan semakin

tinggi pendapatan karena dilakukan pembangunan terus menerus akan

meningkatkan konsumsi terhadap barang-barang industri dan konsumsi terhadap

barang pertanian relatif tetap; (2) adanya perubahan struktur produksi industri

yang bersifat compulsorydan inducive secara terus menerus; (3) adanya

comparative advantage pada produk-produk sektor pertanian bagi negara-negara

berkembang, sedangkan negara-negara yang sudah maju memiliki competitive

(22)

2. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan

masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk

suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad 1999:108).

Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional.

Pembangunan daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

memperluas kesempatan kerja dan meratakan hasil-hasil pembangunan tersebut

kepada seluruh lapisan masyarakat. Berhasil tidaknya pembangunan nasional

tidak terlepas dari keberhasilan pemerintah daerah dalam melakukan

pembangunan daerah. Sehingga pembangunan daerah memberikan kontribusi

yang besar dalam keberhasilan pembangunan nasional.

Dalam penelitian ini pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi

sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal,

prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi

industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan

pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan

daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

Keberhasilan pembangunan daerah salah satunya ditentukan oleh adanya

peningkatan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi wilayah

adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di

(23)

Jadi pendapatan wilayah menggambarkan perekonomian pada suatu daerah

dengan menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi

pada daerah tersebut (Tarigan, 2005).

3. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah merupakan perencanaan untuk

memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya publik yang tersedia di daerah

tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai

sumberdaya-sumberdaya swasta secara bertanggung jawab. Pembangunan

ekonomi yang efisien membutuhkan secara seimbang perencanaan yang teliti

mengenai penggunaan sumber data publik dan sektor swasta, petani, pengusaha

kecil, koperasi, pengusaha besar dan organisasi-organisasi sosial harus

mempunyai peran dalam proses perencanaan. Melalui perencanaan pembangunan

ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit

ekonomi (economic entity)yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang

berinteraksi satu sama lain. (Arsyad 1999: 104)

Ciri-ciri dari suatu perencanaan pembangunan ekonomi daerah antara lain:

1. Usaha untuk mencerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan

sosial ekonomi yang mantap (steady social economic growth). Hal ini

dicerminkan dalam usaha pertumbuhan yang positif.

2. Usaha perluasan kesempatan kerja

3. Usaha yang mencerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan

(24)

4. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi, hal ini sering disebut

usaha diversifikasi ekonomi

5. Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai distributive justice.

6. Usaha untuk pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih

menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan

7. Usaha secara terus menerus menjaga stabilitas ekonomi.

Dari sudut pandang ekonomi, ada beberapa alasan perlunya perencanaan

pembangunan ekonomi (Arsyad 1999 : 23). Beberapa alasan tersebut meliputi:

1) alokasi sumberdaya-sumberdaya pembangunan yang terbatas bisa lebih efisien

dan efektif sehingga dapat dihindari adanya pemborosan-pemborosan;

2) perkembangan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi mantap

berkesinambungan; 3) stabilitas ekonomi tercapai dalam menghadapi siklus

konjungtur.

4. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi menurut Boediono dalam Tarigan (2004:44) dapat

didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka

panjang. Jadi, persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari

persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka

panjang bahwa perekonomian akan terus berlanjut. Ekonomi dikatakan tumbuh

atau berkembang apabila terjadi pertumbuhan output riil perkapita.

Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2000:4), ada perbedaan dalam

istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan

(25)

stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang

ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka

panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan

penduduk. Hicks mengemukakan masalah negara terbelakang menyangkut

pengembangan sumber-sumber yang tidak atau belum dipergunakan, kendati

penggunanya telah cukup dikenal, sedangkan masalah Negara maju terkait pada

pertumbuhan karena kebanyakan dari sumber mereka sudah diketahui dan

dikembangkan sampai batas tertentu.

Menurut Simon Kuznets (Todaro 2000:144) pertumbuhan ekonomi adalah

kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara (daerah) yang bersangkutan

untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya, yang

terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang

disertai dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap

dan ideologi yang dibutuhkannya. Selain itu, menurut Sumitro Djojohadikusumo

(Sanusi 2004:8) pertumbuhan ekonomi berpokok pada proses peningkatan

produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.

Atas sudut pandang tersebut, penelitian ini menggunakan istilah pertumbuhan

ekonomi yang akan dilihat dari sudut pandang Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB

pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB sebelumnya (PDRBt – 1)

Laju Pertumbuhan (∆Y) =

PDRBt– PDRBt-1

PDRBt-1

(26)

Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor ekonomi dan

faktor nonekonomi (M.L Jhingan 2000:67):

a. Faktor Ekonomi

Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang

mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh dan bangunnya

merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor produksi

tersebut. Beberapa faktor ekonomi tersebut akan dibahas dibawah ini:

1) Sumber Alam

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah

sumber alam atau tanah. Bagi pertumbuhan ekonomi, tersedianya sumber

alam secara melimpah merupakan hal yang sangat penting. Suatu negara atau

daerah yang kekurangan sumber alam tidak akan dapat membangun dengan

cepat.

2) Akumulasi Modal

Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi.

Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu dapat dikatakan sebagai

akumulasi modal atau pembentukan modal. Dalam arti ini pembentukan

modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat

menaikkan stok modal, output nasional dan pendapatan nasional. Jadi,

(27)

3) Organisasi

Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi

berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam kegiatan ekonomi.

Organisasi bersifat melengkapi modal, buruh dan membantu meningkatkan

produktivitasnya. Dalam pertumbuhan ekonomi modern, para wiraswastawan

tampil sebagai organisator dan pengambil risiko di antara ketidakpastian.

4) Kemajuan Teknologi

Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting di dalam proses

pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan

teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki

dalam melakukan pekerjaanpekerjaan tradisional. Perubahan itu berkaitan

dengan perubahan di dalam metode produksi yang merupakan hasil

pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan pada teknologi

telah menaikkan produktivitas buruh, modal dan faktor produksi yang lain.

5) Pembagian Kerja dan Skala Prioritas

Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas.

Keduanya membawa ke arah ekonomi produksi skala besar yang selanjutnya

membantu perkembangan industri. Dengan ini laju pertumbuhan ekonomi

dapat meningkat.

6) Faktor Nonekonomi

Selain adanya faktor ekonomi, faktor nonekonomi juga mempengaruhi

(28)

1) Faktor Sosial

Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Kekuatan faktor ini menghasilkan perubahan pandangan, harapan, struktur,

dan nilai-nilai sosial. Orang dibiasakan menabung dan berinvestasi, dan

menikmati risiko untuk memperoleh laba dalam rangka memaksimumkan

output berdasarkan input tertentu. Kebebasan agama dan ekonomi mendorong

perubahan pandangan dan nilai sosial sehingga sangat membantu

pertumbuhan ekonomi modern.

2) Faktor Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata terganutng pada jumlah

sumberdaya manusia saja, tetapi lebih menekan pada efisinsi mereka.

Penggunaan secara tepat sumberdaya manusia untuk pembangunan ekonomi

dapat dilakukan dengan dua cara berikut. Pertama, harus ada pengendalian

atas perkembangan penduduk. Kedua, harus ada perubahan dalam pandangan

tenaga buruh. Persyaratan yang paling penting bagi laju pertumbuhan industri

adalah manusia. Manusia, di atas segalanya yang berdedikasi terhadap

pembangunan ekonomi negerinya atau daerahnya.

3) Faktor Politik dan Administratif

Faktor politik dan administratifjuga membantu pertumbuhan ekonomi modern.

Struktur politik dan administrasi yang lemah merupakan penghambat besar

(29)

efisien, dan tidak korup akan sangat penting dalam proses pembangunan

ekonomi.

Profesor Kuznets (Todaro, 2000:144) juga mengemukakan enam karakteristik

atau ciri proses pertumbuhan ekonomi. Karakteristik proses pertumbuhan

ekonomi tersebut meliputi: 1) tingkat pertumbuhan output perkapita dan

pertumbuhan penduduk yang tinggi; 2) tingkat kenaikan total produktivitas factor

yang tinggi; 3) tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi; 4) tingkat

transformasi sosial dan ideologi yang tinggi; 5) adanya kecenderungan

negara-negara (daerah) yang mulai atau yang sudah maju perekonomiannya untuk

berusaha menambah bagian-bagian dunia atau daerah lainnya sebagai daerah

pemasaran dari sumber bahan baku yang baru; dan 6) terbatasnya penyebaran

pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sekitar sepertiga bagian penduduk

dunia.

5. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat (turnpike).

Teori Pertumbuhan Jalur Cepat (TPJC) atau turnpikediperkenalkan oleh

Samuelson 1955. Pada intinya teori ini menekankan bahwa setiap daerah perlu

nebgetahui sektor ataupun komoditas apa yang memiliki potensi besar dan dapat

dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu

memiliki comparative adventageuntuk dikembangkan. Artinya, dengan

kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang

lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu relatif singkat dan sumbangan untuk

(30)

Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus bisa di ekspor keluar daerah atau

ke luar negeri. Perkembangan sektor tersebut akan mendorong sektor lain turut

berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh.

Mensenergikan sektor-sektor adalah membuat sektor-sektor saling terkait dan

saling mendukung. Menggabungkan jalur cepat dan mensinergikan dengan sektor

lain yang terkait akan mampu membuat perekonomian tumbuh cepat.

6. Teori Basis Ekspor Richardson

Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973) dalam

teorinya Richardson menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan

ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan

barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999:116). Dalam teori basis ekonomi

(economic base) mengemukakan bahwa sebuah wilayah merupakan sebuah sistem

sosio-ekonomi yang terpadu. Teori inilah yang mendasari pemikiran teknik

location quotient, yaitu teknik yang membantu dalam menentukan kapasitas

ekspor perekonomian daerah dan derajat keswasembadaan (Self-sufficiency) suatu

sektor.

Ada serangkaian teori ekonomi sebagai teori yang berusaha menjalankan

perubahan-perubahan regional yang menekankan hubungan antara sektor-sektor

yang terdapat dalam perekonomian daerah. Teori yang paling sederhana dan

populer adalah teori basis ekonomi (economic base theory). Menurut Glasson

dalam Ghalib (2005:166), konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian

(31)

a. Sektor Basis merupakan kegiatan yang mengekspor barang-barang dan

pelayanan ke luar wilayah ekonominya atau memasarkan barang-barang dan

pelayanan kepada orang-orang yang datang dari luar perbatasan wilayah

ekonominya.

b. Sektor Nonbasis adalah kegiatan yang menyediakan barang-barang dan

pelayanan untuk keperluan penduduk yang tinggal di wilayah ekonomi

sendiri, sektor bukan basis tidak mengekspor barang atau pelayanan ke luar

wilayah.

Meningkatnya jumlah kegiatan basis ekonomi di suatu daerah akan membentuk

arus pendapatan ke daerah tersebut. Dengan meningkatnya arus pendapatan

tersebut akan meningkat pula permintaan akan barang-barang dan pelayanan di

daerah tersebut yang dihasilkan oleh sektor bukan basis. Sebaliknya, menurunnya

kegiatan sektor basis di suatu daerah akan mengakibatkan berkurangnya

pendapatan yang mengalir ke daerah tersebut dan akan mengurangi permintaan

terhadap sektor bukan basis. Oleh karena itu kegiatan sektor basis berperan

sebagai penggerak utama bagi setiap perubahan dan berpengaruh ganda terhadap

daerah tersebut.

Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah

tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal,

termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan

kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999:300). Asumsi ini

(32)

apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama

dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor.

Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim

digunakan adalah Location Quotien (LQ). Location Quotient dimaksudkan untuk

mengukur tingkat spesialisasi (relatif) suatu sektor atau subsektor ekonomi suatu

wilayah tertentu (Ghalib 2005:368). Dalam teknik LQ berbagai peubah (faktor)

dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan

kerja (tenaga kerja) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah.

Selain menggunakan analisis Location Quotient, ada teknik analisis lainnya yang

digunakan untuk menutupi kelemahan-kelemahan dari teknik Location Quotient

yaitu dengan menggunakan analisis Shift Share.Analisis Shift Share merupakan

teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi

daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah

untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan

membandingannya dengan daerah yang lebih besar (regional/nasional). Analisis

ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang

berhubungan satu sama lain yaitu:

a) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan

pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada

sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.

b) Pergeseran proporsional (proportional Shift) mengukur perubahan relative

pertumbuhan atau penurunan pada daerah dibandingkan dengan

(33)

memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah

terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat daripada

perekonomian yang dijadikan acuan.

c) Pergeseran diferensial (differential shift) menentukan seberapa jauh daya

saing industri daerah (local) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.

Analisis Shift-Shareini memiliki keunggulan. Beberapa keunggulan antara lain:

1) Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi,

walau analisis Shift Share tergolong sederhana; 2) Memungkinkan seorang

pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat; 3)Memberikan

gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup akurat.

Richardson mengakui bahwa teori basis ini cukup sederhana, sehingga memiliki

kelemahan-kelemahan antara lain, sebagai berikut :

1) Besarnya basis ekspor adalah fungsi terbalik dari besarnya suatu daerah

Artinya semakin besar suatu daerah, maka ekspornya akan semakin kecil

apabila dibandingkan dengan total pendapatannya.

2) Ekspor jelas bukan satu-satunya faktor yang bisa meningkatkan pendapatan

daerah. Ada banyak unsur lain yang dapat meningkatkan pendapatan daerah,

seperti: Pengeluaran, Bantuan Pemerintah Pusat, Investasi, dan Peningkatan

produktivitas tenaga kerja

3) Dalam melaksanakan studi atas satu wilayah, multiplier basis yang

diperoleh adalah rata-ratanya dan bukan perubahannya. Menggunakan

multiplier basis rata-rata, sering kali memberikan hasil yang keliru apabila

(34)

4) Beberapa pakar berpendapat bahwa apabila pengganda basis digunakan

sebagai alat proyeksi, maka masalah time lag (masa tenggang) harus

diperhatikan.

7. Model Pertumbuhan Interregional

Model pertumbuhan ini adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan

menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen. Selain itu model basis ekspor

hanya membahas daerah itu sendiri tanpa memperhatikan dampak dari daerah

tetangga. Model ini memasukkan dampak dari daerah tetangga, itulah sebabnya

maka dinamakan model interregional. Dalam model ini di asumsikan bahwa

selain ekspor, pengeluaran pemerintah dan investasi juga bersifat eksogen dan

daerah itu terikat kepada suatu sistem yang terdiri dari beberapa daerah yang

berhubungan erat (Tarigan, 2004).

8. Pembangunan Daerah

Menurut Lincolin Arsyad dalam bukunya yang berjudul Perencanaan dan

Pembangunan Ekonomi Daerah, pengertian daerah berbeda-beda tergantung aspek

tinjauannya. Dari aspek ekonomi, daerah mempunyai tiga pengertian yaitu

(Arsyad, 1999: 107-108) :

1. Suatu dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi daerah dan

didalam berbagai pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama.

Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan perkapitanya,

budayanya, geografisnya dan sebagainya. Daerah dalam pengertian seperti ini

(35)

2. Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu

atau beberapa pusat kegiatan ekonomi yang disebut daerah modal

3. Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu

asministrasi tertentu seperti satu propinsi, kabupaten, kecamatan dan

sebagainya. Jadi daerah di sini didasarkan pada pembagian administrasi suatu

negara. Disebut sebagai daerah perencanaan atau daerah administrasi.

a. Masalah Pokok Pembangunan Daerah

Masalah pokok pembangunan daerah yaitu terletak pada pola pengambilan

kebijaksanaan dalam pembangunan ekonomi yang sesuai dengan potensi daerah

serta kondisi daerah tersebut. Pelaksanaan pembangunan daerah perlu diupayakan

keselarasannya berkesinambungan antara sektor-sektor terkait, sehingga

pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan potensi dan prioritas daerah.

b. Tujuan Pembangunan Daerah

Tujuan pembangunan daerah yang tercantum dalam GBHN adalah program

pembangunan daerah dan program pembangunan sektor yang selaras sehingga

keduanya mencerminkan prioritas daerah bersangkutan dan memberi sumbangan

kepada pembangunan nasional. Beberapa kemajuan dicapai dalam pembangunan

daerah. Dari sisi politis penerapan desentralisasi dan otonomi daerah, serta

pemekaran provinsi dan kabupaten/kota telah memberikan ruang gerak kepada

masyarakat di daerah untuk mempercepat pembangunan daerah. Disamping itu

kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di seluruh wilayah Indonesia telah

(36)

meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB); berkurangnya

pengangguran; meningkatnya akses masyarakat kepada jaringan infrastruktur

(khususnya transportasi dan telekomunikasi) maupun fasilitas pendidikan dan

kesehatan. Namun demikian peningkatan kondisi sosial dan ekonomi tersebut

relatif tidak merata dan sangat bervariasi antara daerah yang satu dengan yang

lainnya.

c. Strategi Pembangunan Daerah

Agar tujuan dan sasaran pembangunan suatu daerah dapat tercapai maka

pelaksanaannya harus bertumpu pada strategi pembangunan daerah tersebut.

Secara konseptual dan operasional strategi pembangunan daerah mencakup empat

strategi, yaitu:

1. Strategi makro, karena pembangunan daerah merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional

2. Strategi sektoral, perlu diterapkan dalam hubungannya dengan aspek

pertumbuhan dan kebijaksanaan trilogi pembangunan nasional

3. Strategi nasional, yang berorientasi pada aspek pemerataan

4. Strategi pemilihan program atau proyek, ini penting dalam rangka

pendayagunaan potensi daerah dan penetapan prioritas pembangunan daerah

Strategi makro dijabarkan dalam strategi dan regional, mengingat perencanaan

(37)

1. Pengarahan sektoral, yaitu sektor-sektor apa dan seberapa jauh masing-masing

sektor-sektor akan dikembangkan dalam rangka mencapai sasaran

pembangunan nasional

2. Pengarahan regional yaitu daerah-daerah mana dan berapa besar

masing-masing daerah itu akan dikembangkan dalam rangka sasaran nasional.

9. Produk Domestik Regional Bruto

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu

wilayah/propinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas

dasar harga konstan. Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2007:2)

yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam

suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Penghitungan PDRB dapat

dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung

(alokasi).

1. Metode Langsung

Penghitungan metode langsung ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu

pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran.

Walaupun mempunyai tiga pendekatan yang berbeda namun akan memberikan

hasil penghitungan yang sama (BPS 2007:3). Adapun penghitungan PDRB secara

(38)

a. PDRB Menurut Pendekatan Produksi (Production Approach)

PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh

berbagai unit produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu

(setahun). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini disebut juga

penghitungan melalui pendekatan nilai tambah (value added).

Pendekatan produksi adalah penghitungan nilai tambah barang dan jasa yang

diproduksi oleh suatu kegiatan atau sektor ekonomi dengan cara

mengurangkan biaya antara dari total nilai produksi bruto sektor atau

subsektor tersebut. Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan

nilai tambah dari sektor/kegiatan yang produksinya berbentuk fisik/barang,

seperti pertanian, pertambangan, industri dan sebagainya. Nilai tambah

merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai biaya antara

(intermediate cost), yaitu bahan baku atau penolong dari luar yang dipakai

dalam proses produksi (Tarigan 2004:23).

Sesuai dengan namanya yaitu PDRB, yang dihitung dalam hal ini adalah nilai

produksinya dalam bentuk barang atau fisik. Dalam praktiknya, produk ini

dihitung berdasarkan sektor-sektor yang menghasilkannya, yaitu (Suherman

Rosyidi 2006:107): 1) sektor pertanian; 2) sektor pertambangan dan

penggalian; 3) Sektor Industri Pengolahan; 3) sektor listrik, gas, dan air

bersih; 4)sektor bangunan; 5) sektor perdagangan, hotel, dan restoran; 6)

sektor pengangkutan dan komunikasi 7) sektor keuangan, persewaan, dan jasa

(39)

b. PDRB Menurut Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi

yang ikut dalam proses produksi di suatu wilayah pada jangka waktu tertentu

(setahun). Penghitungan PDRB melalui pendekatan ini diperoleh dengan

menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi yang

komponennya terdiri dari upah dan gaji dan surplus usaha, sewa tanah, bunga

modal dan keuntungan ditambah dengan penyusutan dan pajak tidak langsung

neto (BPS 2007:4).

c. PDRB Menurut Pendekatan Pengeluaran (Expend. Approach)

PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan

lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah,

pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di

suatu wilayah. Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan dengan

bertitik tolak dari penggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di

wilayah domestik (BPS 2007:4).

2. Metode Tidak Langsung

Dalam metode ini PDRB suatu wilayah diperoleh dengan menghitung PDRB

wilayah tersebut melalui alokasi PDRB wilayah yang lebih luas. Untuk

melakukan alokasi PDRB wilayah ini digunakan beberapa alokator antara lain:

Nilai produksi bruto atau netto setiap sektor/subsektor pada wilayah yang

dialokasikan, jumlah produksi fisik, tenaga kerja, penduduk, dan alat ukur tidak

(40)

diperhitungkan persentase bagian masing-masing propinsi terhadap nilai tambah

setiap sektor dan subsektor (Tarigan 2004:24).

Cara penyajian PDRB adalah sebagai berikut:

a) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas

dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat

menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen PDRB.

PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya

ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar

menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga

sebaliknya.

b) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, semua agregat pendapatan dinilai atas

dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke

tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan

harga atau inflasi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan laju

pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke

tahun.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Siti Nurwahidah (2004) dalam tesis yang berjudul“Analisis Sektor unggulan dan

kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa”.Tujuan

penelitian pada tesis ini adalah ingin mengetahui struktur pertumbuhan

perekonomian sektor unggulan dan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB

(41)

menunjukkan sektor pertanian, sektor bangunan/kontruksi, sektor perdagangan,

Hotel dan Restoran dan sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor basis di

Kabupaten Sumbawa. Hasil analisis LQ kontribusi sektor selama periode

penelitian (1997 – 2002) sektor pertanian memberikan kontribusi paling besar

terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa. Hasil analisis Shift Share menunjukkan

pertumbuhan ekonomi (PDRB) Kabupaten Sumbawa dapat meningkat sebagai

akibat pengaruh pertumbuhan ekonomi Propinsi. Hasil analisis Klassen Typology

menunjukkanKabupaten Sumbawa termasuk daerah maju tetapi tertekan. Hasil

analisis regresi dan uji t sumbangan PDRB sektor pertanian menunjukkan

pengaruh signifikan terhdap total PDRB, sementara subsektor pertanian tanaman

pangan, perikanan, dan perkebunan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap

PDRB sektor pertanian.

I Dewa Made Darna Setiawan dalam peneliatiannya yang berjudul Peranan

Sektor Unggulan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Jawa Timur, Bali

dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Pendekatan model yang digunakan dengan alat

analisis Input-Output (I-O) Multiregional. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa terdapat lima (5) sektor ungula yang meliputi industri makanan dan

minuman; Sektor Perdagangan (di Propinsi Jawa Timur); Sektor Hotel dan

Restoran; Sektor Peternakan dan hasil-hasilnya (di Propinsi Bali); Sektor Industri

makanan, miniman dan tembakau dan hotel dan restoran (di Propinsi Nusa

Tenggara Barat). Pertumbuhan sektor-sektor tersebut akan berdampak pada

output, nilai tambah Bruto, dan penyerapan tenaga kerja intra dan interregional.

(42)

berdampak lebih besar bila dibandingkan dengan dampak pertumbuhan sektor

unggulan di Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Penelitian Azhar, Syarifah Lies Fuaidah dan M. Nasir Abdussamad (2003),

tentang Analisis Sektor Basis dan Non Basis di Propinsi Nangro Aceh

Darussalam. Hasil penelitiannya ditemukan yang menjadi sektor basis adalah;

sektor pertambangan dan penggalian, sektpr industri pengolahan serta sekot

pertanian, sedangkan sektor lainnya menjadi sektor non basis.

Penelitian MujibSaerofi (2005) tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan

Pengembangan Sektor Potensial di Kabupaten Semarang (Pendekatan Model

Basis Ekonomi Dan Swot). Tujuan penelitiannya adalah menentukan sektor yang

potensial yang terdapat di Kabupaten Semarang yang dapat dikembangkan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah ini. Hasil penelitiannya diperoleh

dua sektor ekonomi yang potensial yang potensial untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang Kedua sektor yang potensial tersebut

adalah sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa dengan Indeks LQ lebih

besar dari satu (sektor basis) dan komponen diferensial (Dj) positif (pertumbuhan

cepat).

Penelitian Nanang Gilang Prayogo (2008) tentang Analisis Sektor Unggulan

dengan menggunakan analisis Input – Output (I- O). Tujuan penelitiannya adalah

ingin melihat sektor unggulan dari dua (2) periode. Hasil peneltian menunjukkan,

sektor unggulan bahwa sektor unggulan di Jawa Tengah tahun 2000 adalah sektor

industri makanan, minuman dan tembakau, sektor industrilainnya, sektor industri

(43)

hanya terdapat dua sektor yang menjadi sektor unggulan di Jawa Tengah yaitu

sektor industri makanan, minuman dan tembakau, dan sektor industri lainnya.

Syaiful Turuy dalam penelitiannya tentang “Analisis Penentuan Sektor

Perekonomian Unggulan Pripinsi Maluku Utara”. Model yang digunakan adalah

Inpu-Output (I-O) 1. Tujuan penelitiannya adalah ingin menentukan sektor

perekonomian unggulan di Maluku Utara pada tahun 2001 dengan

mengklasifikasikan 24 x 24 sektor dan dianalisis melalui dua (2) pendekatan

yaitu: (a). Analisis struktur dengan indikator pendekatan kedepan (forward

approach) dan kebelakang (backward approach)dan (b) Analisis kondisi

perekonomian dengan indikator angka pengganda output dan pengganda

pendapatan. Hasil penelitiannya diperoleh adalah bahwa; (a). Analisis struktur

dengan indikator Indeks dayapenyebaran tertinggi adalah Sektor Perdagangan

sebesar (2,166) diikuti oleh Sektor Perikanan (1,766) lalu Pertambangan dan

Penggalian (1,456), Tanaman bahan makanan (1,2053), Angkutan Laut (1,1702).

Sedangkan sektor lainnya penyebarannya kecil. (b). Analisis perekonomian

dengan pendekatan angka pengganda menunjukkan bahwa, angka pengganda

output tertinggi adalah Industri Pengolahan (1,9254), diikuti Sektor Air bersih

(1,8601), Restoran ( 1,8466), Bangunan (1,8249), Listrik (1,8069), angka

pengganda pendapatan menunjukkan bahwa Sektor Jasa Pemerintahan Umum

menempati peringkat pertama (1,1027), diikuti Sektor Pertambangan dan

Penggalian (0.7726), Tanaman Pangan (0,7320), Perdagangan (0,6558) dan

(44)

Dengan menggunakan klasifikasi sektor atas dasar Indeks Daya Penyebaran dan

Indikator Angka Pengganda , menunjukkan bahwa Sektor Indusatri Pengolahan

merupakan sektor unggulan dalam membentuk perekonomian di Propinsi Maluku

Utara.

Penelitian kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah

dilakukan, Pertama penelitian ini menggunakan daerah penelitian yang lebih kecil

yaitu di Kabupaten Lampung Utara. Kedua penelitian ini selain analisisnya

menggunakan LQ, Analisis Shift Share, juga dilakukan pengukuran Tipologi

Sektoral dengan tujuan selain menemukan sektior unggulan diharapkan dsapat

diketahui katagori tipologi sektoral. Ketiga penelitian ini akan sekaligus dapat

menjawab bahwa Kabupaten Lampung Utara yang dikenal sebagai daerah

penghasil komoditi tanaman perkebunan telah bergeser ke struktur ekonomi non

petanian yang mampu memberikat kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi

lokal.

C. Kerangka Pemikiran

Adanya perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah satu dengan daerah

lainnya merupakan fenomena yang umum dijumpai, terutama di Negara

berkembang. Namun tentunya bukan sebuah alasan yang tepat untuk kemudian

membiarkan situasi tersebut terus berlangsung. Perbedaan tingkat pembangunan

tersebut dipengaruhi oleh banyak hal seperti ketersediaan sumber daya alam,

tenaga kerja, luas daerah, pasar ekspor, kebijakan pemerintah dan faktor-faktor

(45)

daerah yang bersangkutan sehingga upaya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi

daerah pada hakikatnya adalah upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah merupakan serangkaian usaha

kebijaksanaan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meratakan distribusi pendapatan,

meningkatkan hubungan ekonomi antara wilayah di dalam region maupun antar

region dan mengembangkan ekonomi secara sektoral maupun antar lintas sektoral

yang lebih menguntungkan didukung dengan strategi peningkatan sumber daya

manusia Indonesia.

Pertumbuhan suatu daerah terjadi sebagai akibat adanya permintaan barang dan

jasa tertentu terhadap suatu daerah oleh daerah lainnya. Semakin tinggi

permintaan luar daerah dapat dipenuhi berarti semakin tinggi pula aktivitas

perekonomian lokal dan pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan daerah

berdasarkan pendekatan wilayah yang sangat umum dikenal adalah teori

pertumbuhan berbasis ekspor. Teori pertumbuhan berbasis ekspor didasarkan atas

pemikiran bahwa suatu wilayah harus meningkatkan arus atau aliran langsung dari

luar wilayah agar bisa tumbuh secara efektif yaitu dengan cara meningkatkan

ekspor. Teori pertumbuhan berbasis ekspor memisahkan kegiatan ekonomi dalam

dua sektor yang terpisah, yaitu sektor basis dan sektor non basis.

Dalam pertumbuhan ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto adalah indikator

ekonomi yang paling penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah.

(46)

untuk mengetahui pergeseran dan struktur ekonomi dan atas dasar harga konstan

yang digunakan untuk mengetahui pertambahan ekonomi dari tahun ke tahun.

Teori yang digunakanlah yaitu teori basis ekonomi dengan menggunakan metode

Location Quotient dan metode Shift Share sehingga dapat diketahui sektor-sektor

unggulan (potensial) yang dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Utara. Bagan kerangka pemikiran

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Utara melalui pendekatan basis

ekonomi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lampung Utara

PDRB

Analisis Location Quotient Analisis Shift Share

(47)

Dasar pertimbangan Kabupaten Lampung Utara dipilih sebagai daerah penelitian

adalah selain Kabupaten Lampung Utara sebagai salah satu kabupaten tertua di

Provinsi Lampung, kabupaten ini memiliki ciri spesifik sebagai daerah penghasil

komoditas pertanian yang telah mengalami pergeseran ke sektor lainnya seperti

perdagangan hotel dan restoran serta industri pengolahan dan jasa-jasa.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Utara terus meningkat,

ada kecenderungan peningkatan pertumbuhan ekonomi ini karena ada komoditas

unggulan yang mampu memacu pergerakan ekonomi daerah.

Dengan pendekatan wilayah di Kabupaten Lampung Utara potensi ketersediaan

dan pemberdayaan sumber daya alamnya telah mampu meningkatkan

pertumbuhann ekonominya. Hanya saja belum teridentifikasi sektor unggulan

yang mana yang mampu menggerakkan perekonomian di Kabupaten Lampung

Utara.

Dari hasil penelitian setelah diketemukan sektor-sektor unggulan maka akan

dianalisis secara deskriptif peluang Agribisnis yang mampu berperan

disektor-sektor unggulan tersebut nialai tambahnya (added of value)yang akan didapat dari

masing-masing sektor unggulan dalam kontribusinya terhadap pembentukan nilai

PDRB Kabupaten Lampung Utara untuk masa yang akan datang akan menjadi

(48)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data sesuai

tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini adalah

wilayah penelitian Kabupaten Lampung Utara dengan wilayah administrasi

Provinsi Lampung.

Sektor basis adalah sektor yang melayani pasar di dalam maupun di luar dan

merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan suatu wilayah yang

bersangkutan.

Sektor nonbasis adalah sektor yang hanya melayani pasar di dalam wilayah

perekonomian yang bersangkutan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah besarnya nilai tambah yang

dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi di suatu wilayah dalam kurun

waktu tertentu (biasanya satu tahun), atau merupakan nilai barang dan jasa akhir

yang digunakan oleh seluruh unit ekonomi untuk kegiatan konsumsi, investasi,

(49)

Harga konstan adalah harga didasarkan pada harga tahun tertentu, seterusnya

digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun lain.

Harga berlaku adalah harga yang digunakan untuk menilai produksi barang dan

jasa sesuai harga yang berlaku pada tahun tersebut.

Pendapatan total wilayah adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh

seluruh unit kegiatan ekonomi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu,

satuannya adalah rupiah per tahun (Rp/tahun).

Pendapatan total wilayah Kabupaten Lampung Utara adalah nilai tambah berupa

jumlah barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi di Kabupaten

Lampung Timur dalam waktu tertentu dikalikan dengan harga barang dan jasa

yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Kabupaten LampungUtara.

Pengukurannya dapat dilihat dari PDRB Kabupaten dan Provinsi, satuannya

adalah rupiah per tahun (Rp/tahun).

Pengganda pendapatan adalah besarnya peningkatan pendapatan suatu wilayah

akibat dari peningkatan pendapatan yang diperoleh dari sektor pertanian dan

sektor perekonomian lainnya sebesar satu rupiah.

Komponen Share adalah pertambahan PDRB suatu daerah seandainya

pertambahannya sama dengan pertambahan PDRB daerah dengan skala yang lebih

besar selama periode waktu tertentu.

Komponen Net Shift adalah komponen nilai untuk menunjukkan penyimpangan dari

(50)

Komponen Differential Shift adalah komponen untuk mengukur besarnya Shift Netto

yang digunakan oleh sektor tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di

daerah yang bersangkutan dibandingkan daerah yang skalanya lebih besar.

KomponenPropotional Shift adalah komponen yang digunakan untuk menghasilkan

besarnya Shift Netto sebagai akibat dari PDRB daerah yang bersangkutan berubah.

Komponen bernilai positif apabila daerah yang diteliti (kota/kabupaten)

berspesialisasi dalam sektor yang di tingkat daerah dengan skala lebih besar

(propinsi/nasional) tumbuh lebih cepat, sebaliknya bernilai negatif apabila daerah

yang diteliti (kota/kabupaten) berspesialisasi pada sektor yang di tingkat daerah

dengan skala lebih besar (propinsi/nasional) tumbuh dengan lambat.

Daya saing wilayah adalah potensi atau keunggulan komparatif yang dimiliki

suatu wilayah dalam mengembangkan sektor/subsektor pertanian dan sektor

perekonomian lainnya.

Sektor cepat adalah sektor pertanian dalam wilayah penelitian yang indeks

pertumbuhan proporsional (Drij) atau indeks penyimpangan (Prij+Drij) memiliki

nilai positif.

Sektor lambat adalah sektor pertanian dalam wilayah penelitian yang indeks

pertumbuhan proporsional (Drij) atau indeks penyimpangan (Prij+Drij) memiliki

nilai negatif.

B. Data dan Sumber Data

Data merupakan semua hasil observasi atau pengukuran untuk keperluan tertentu.

(51)

digunakan untuk mendukung kelengkapan dalam penelitian maupun analisis data

merupakan data yang telah diteliti oleh pihak lain dalam hal ini adalah

pemerintah. Dalam penelitian ini digunakan data PDRB Kabupaten Lampung

Utara dan data PDRB Propinsi Lampung yang diterbitkan oleh Badan Pusat

Statistik (BPS) Kabupaten Lampung Utara dan BPS Propinsi Lampung periode

2002-2007.

C. Metode Pengumpulan Data

Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi keberhasilan suatu

penelitian. Sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data tergantung pada

metode yang digunakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengumpulan data

diperlukan guna mendapatkan data-data yang obyektif dan lengkap sesuai dengan

permasalahan yang diambil. Selain itu, data yang dikumpulkan harus cukup valid

untuk digunakan, validitasi data dapat ditingkatkan jika alat pengukur serta

kualitas dari pengambil datanya sendiri cukup valid.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

dokumentasi yaitu suatu cara memperoleh data atau informasi tentang hal-hal

yang ada kaitannya dengan penelitian dengan jalan melihat kembali laporan

tertulis yang lalu baik berupa angka maupun keterangan. Dokumen yang

dibutuhkan adalah data PDRB tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 Kabupaten

(52)

D. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode analisa kualitatif dan

kuantitatif melalui pendekatan basis ekonomi. Alat analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis shift share, location quetient, dan analisis tipologi

Klassen.

1. Location Quotient (LQ)

Location Quotient adalah suatu metode untuk menghitung perbandingan relative

sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah (Kabupaten/Kota) terhadap

sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau

nasional. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang

dimiliki suatu daerah yaitu membaginya menjadi dua golongan yaitu sektor basis

dan sektor non basis. Analisis Location Quotient dimaksudkan untuk

mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-sektor basis

suatu wilayah dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

sebagai indikator pertumbuhan wilayah.

Perhitungan LQ menggunakan rumus sebagai berikut (Ghalib 2005:169)

N

LQ : Nilai Location Quotient

R i

Gambar

Tabel 1. Distribusi PDRB Kabupaten Lampung Utara 2002 – 2008 Menurut Lapangan   Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen)
Tabel 2. Perkembangan PDRB Kabupaten Lampung Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002-2008 (Juta Rupiah)
Gambar 1. Bagan Kerangka Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten  Lampung                   Utara
Tabel 3.  Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Lampung Utara      Tahun 2003—2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian disinilah pentingnya peranan pemerintah Provinsi Lampung untuk melakukan atau mengambil kebijakan-kebijakan yang harus diarahkan agar lebih berkonsentrasi

Kabupaten Minahasa Utara sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara yang mengalami pertambahan penduduk positif, dimana peningkatan jumlah penduduk itu

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (Pusposisive), yaitu di Kabupaten Lumajang. Dasar pertimbangan daerah penelitian ini karena Kabupaten Lumajang bercorak

Dengan terbentuknya Kabupaten Nias Utara sebagai daerah otonom, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berkewajiban membantu dan memfasilitasi terbentuknya kelembagaan Dewan

Sebagai studi kasus untuk mendapatkan suatu model kawasan pembangkit listrik dipilih Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung yang memiliki

Hasil dari perhitungan nilai LQ atas dasar harga konstan 2000 dari tahun 2007-2011 diketahui bahwa sektor pertanian merupakan sektor unggulan dan memiliki

Lampiran 39 PDRB ADHK Kabupaten Nias Selatan dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012. PDRB

Pengaruh Pendapatan Sektor Perikanan Terhadap Perekonomian Daerah Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018-2022 Hasil uji t pada variabel X1 yaitu variabel pendapatan sektor perikanan