ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEMBENTUKAN PDRB PROVINSI LAMPUNG
Oleh AERO ANANDA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEMBENTUKAN PDRB PROVINSI LAMPUNG
Oleh AERO ANANDA
Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Disini terlihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Sebagai Provinsi sektor ekonomi menjadi bagian sektor yang harus diperhatikan perkembangannya..
Tujuan penulisan ini adalah mengetahui Untuk mengetahui apakah sektor pertanian berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung periode 2001-2011 selain itu, untuk mengetahui pengaruh nilai tambah sektor pertanian terhadap PDRB di Provinsi Lampung periode 2001-2011.
Variable dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 dengan indikator sektor pertanian yang diutamakan. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan Laju Pertumbuhan dan analisis Location Quotient (LQ).
Hasil pembahasan berdasarkan dari penerapan model pertumbuhan ekonomi pada periode 2001-2011 dengan rata-rata 5,02 persen. Pertumbuhan ekonomi Provinsi lampung sejak tahun 2002 mengalami peningkatan dan pada tahun 2003 kenaikannya menjadi 5,76 persen. Dan pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan yang tinggi yaitu 6,45 persen. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi juga dapat dilihat dengan kontribusi sektor-sektor ekonomi pada pembangunan ekonomi di Provinsi Lampung.
Dari sembilan sektor ekonomi yang dimiliki oleh Provinsi Lampung dengan menggunakan analisis LQ memberitahukan bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis ekonomi dengan nilai LQ>1. Hal ini membuktikan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang harus dioptimalkan tanpa memandang rendah sektor ekonomi yang lainnya.
Dengan demikian disinilah pentingnya peranan pemerintah Provinsi Lampung untuk melakukan atau mengambil kebijakan-kebijakan yang harus diarahkan agar lebih berkonsentrasi pada sektor-sektor basis dan sektor ekonomi, yang dapat berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung dalam meningkatkan pemerataan pertumbuhan dan perekonomian.
DAFTAR ISI
Halaman
SANWACANA ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………..… 1
B. Permasalahan ……….... 10
C. Tujuan ………..…. 11
D. Kerangka Pemikiran ..………..…. 11
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Ekonomi ……….. 16
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan ekonomi 18
C. Teori Basis Ekonomi ……….………… 21
D. Kedudukan Sektor Pertanian dalam Perekonomian …….. 25
1. Ciri Sektor Pertanian di Indonesia ….………... 27
E. Pentingnya Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi 28
Syarat-syarat Pembangunan Pertanian .……….… 29
F. Konsep dan Definsi PDRB ………..….… 34
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .……..…… 34
2. Metode Perhitungan PDRB ……….…. 39
G. Konsep dan Definisi sektor Pertanian ... 42
III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………... 45
B. Jenis dan Sumber Data ………... 45
E. Gambaran Umum Provinsi Lampung ... 48
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pembahasan ….……….. 51 B. Implikasi pembahasan ….……….. 55
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……… 56 B. Saran ……...………... 57
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain
itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta
meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Disini terlihat aspek dinamis dari suatu
perekonomian, yaitu melihat suatu perekonomian berkembang atau berubah dari
waktu ke waktu. Pembangunan dalam jangka panjang ialah tercapainya landasan
yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas
kemampuannya sendiri, menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan yang seimbang tersebut disertai
usaha-usaha kearah meningkatnya mutu dan perekonomian. Dengan demikian
diharapkan akan mampu memberikan sumbangan yang lebih besar pada proses
pembangunan.
Berdasarkan Undang – Undang Otonomi Daerah No. 22 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pemerintah daerah
harus mampu melakukan penyesuaian, terutama dengan terjadinya perubahan
paradigma dan sentralisasi yang substansinya adalah demokratisasi dalam proses
Selanjutnya diperbaharui dengan Undang – undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan yang luas untuk
mengatur dan mengelola berbagai urusan penyelenggaran pemerintah bagi
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah yang bersangkutan.
Menurut Azis (1994: 68) pembangunan daerah harus diperlakukan sebagai
masalah nasional bukan sebagai masalah daerah, karena melepaskan setiap daerah
dalam kesulitan masing-masing mencerminkan kesalahan fatal, mengingat
pertumbuhan ekonomi secara nasional merupakan penjumlahan pertumbuhan
ekonomi daerah. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat
ditentukan dari kondisi pembangunannya itu sendiri.
Dalam suatu pertumbuhan ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
adalah faktor lain, akan tetapi yang paling penting adalah mengetahui kondisi
ekonomi suatu wilayah ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional
Bruto(PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terdiri atas dasar harga
berlaku dan yang digunakan untuk mengetahui pergeseran dan struktur ekonomi
dan atas dasar harga konstan yang digunakan untuk mengetahui pertambahan
ekonomi dari tahun ke tahun.
Artinya pertumbuhan ekonomi tidak terpengaruh oleh perubahan harga atau
inflasi. Pendapatan regional atas dasar harga konstan dapat pula digunakan untuk
mengukur keberhasilan pembangunan suatu daerah, dengan membandingkan
pertumbuhan masing-masing sektor antar daerah akan dapat pula mengukur
kemajuan yang telah dicapai setiap daerah, sehingga prioritas pembangunan
masing-masing daerah dapat diketahui.
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi lampung selama periode 2001-2011 dapat
dilihat dari laju perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas
dasar harga konstan sebagaimana terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan PDRB Provinsi Lampung Periode 2001-2011Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2000 (Juta Rupiah)
Tahun PDRB Laju Perkembangan (%) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 24.079.608 25.433.276 26.898.052 28.262.289 29.397.248 30.861.360 32.694.890 34.414.653 36.634.864 37.136.842 39.134.677 - 5,62 5,76 5,07 4,02 4,98 5,94 5,26 6,45 4,34 5,37
Rata-rata Perkembangan 5,29
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung
Laju pertumbuhan nilai PDRB Provinsi Lampung yang berfluktuasi dengan
rata-rata perkembangan sebesar 5,29 % per tahun. Selama kurun waktu tahun
2001-2011, perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 6,45 %. Sedangkan
perkembangan terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 4,02 %. Laju
pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung yang diukur melalui laju perkembangan
PDRB, secara tidak langsung mencerminkan peranan masing-masing sektor dalam
[image:10.595.112.512.328.521.2]Perkembangan masing-masing sektor ekonomi dapat dijadikan indikator untuk
mengukur seberapa jauh keberhasilan sektor-sektor ekonomi dalam memberikan
konstribusi terhadap perkembangan PDRB suatu daerah. Perkembangan rata-rata
[image:11.595.112.517.248.516.2]dari masing-masing sektor ekonomi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Perkembangan PDRB menurut masing-masing sektor, konstribusi dan laju perkembangan rata-rata Periode 2001 dan 2011 atas dasar harga
konstan tahun dasar 2000 (Juta Rupiah)
Sektor Ekonomi 2001 2011 L.P.*
(%)
PRDB Konstribusi PDRB Konstribusi
Pertanian Pertambangan dan Penggalian 10.727.709 611.247 44,55 2,54 17.586.245 896.532 41,63 2,36 4,11 6,14 Industri
Pengolahan 3.278.986 13,62 4.987.468 13,29 4,93 Listrik, Gas dan
Air Bersih 82.813 0,34 247.567 0,35 5,77 Konstruksi 1.242.109 5,16 2.058.468 4,90 4,36 Perdag. Hotel
dan Restoran 3.781.806 15,71 5.875.317 15,76 5,19 Transportasi dan
Komunikasi 1.341. 394 5,57 3.103.975 6,33 6,92 Keu. Persewaan &
jasa perusahaan 862.160 3,58 3.406.684 7,82 16,13 Jasa-jasa 2.151. 384 8,93 2.957.794 7,55 2,62
PDRB 24.079.608 100 39.134.677 100 7,02
Keterangan : *). Laju pertumbuhan rata-rata sektor ekonomi Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung
Perkembangan PDRB Provinsi Lampung untuk masing-masing sektor ekonomi
yang paling besar konstribusinya adalah sektor pertanian, perdagangan, hotel dan
restoran serta industri pengolahan. Sektor pertanian merupakan sektor yang
memiliki peran yang besar dalam pembentukan PDRB Provinsi Lampung, karena
konstribusi dalam pembentukan PDRB menempati urutan terbesar yaitu 44,55 %.
sebesar 15,71 % dan diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 13,62 %.
Sementara itu, laju perkembangan rata-rata sektor ekonomi adalah sebesar 7,02
persen.
Karakteristik sektor perekonomian ini sangat penting di dalam mewujudkan pola
perencanaan terpadu, karena dari sini kita dapat menentukan sektor yang menjadi
penggerak utama atau sektor basis. Pengertian sektor basis (sektor unggulan) pada
dasarnya harus dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu
perbandingan berskala internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor
tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan
dengan lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor
unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang
sama dengan yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik
(Wijaya, 1996). Apabila sektor tersebut menjadi sektor basis (unggulan) sektor
tersebut harus mengekspor produknya ke daerah lain, sebaliknya apabila sektor
tersebut menjadi sektor non basis (bukan unggulan) sektor tersebut harus
mengimpor produk sektor tersebut dari daerah lain.
Menurut John Glasson, perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor
yaitu kegiatan-kegiatan basis dan kegiatan-kegiatan bukan basis.
Kegiatan-kegiatan basis (basic activities) adalah Kegiatan-kegiatan ekonomi yang menghasilkan
barang-barang dan jasa-jasa, dan menjualnya atau memasarkan produk-produknya
keluar daerah. Sedangkan kegiatan-kegiatan ekonomi bukan basis (non basic
untuk kebutuhan masyarakat dalam wilayah ekonomi daerah yang bersangkutan
saja. Artinya kegiatan-kegiatan ekonomi bukan basis tidak menghasilkan produk
untuk diekspor ke luar daerahnya. Oleh karena itu, luas lingkup produksi mereka
itu dan daerah pemasarannya masih bersifat lokal.
Menurut teori ini meningkatnya jumlah kegiatan ekonomi basis di dalam suatu
daerah, akan meningkatkan jumlah pendapatan daerah yang bersangkutan.
Selanjutnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa di daerah itu
dan akan mendorong kenaikan volume kegiatan ekonomi bukan basis (effect
multiplier). Sebaliknya, apabila terjadi penurunan jumlah kegiatan basis, akan
berakibat berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk ke dalam daerah yang
bersangkutan, sehingga akan terjadi penurunan permintaan terhadap
barang-barang yang diproduksi oleh kegiatan bukan basis.
Pertumbuhan suatu daerah ditentukan oleh eksploitasi kemanfaatan alamiah dan
pertumbuhan basis ekspor daerah yang bersangkutan. Teori basis ekonomi
menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah
adalah berhubungan langsung dengan tingkat permintaan barang dan jasa dari luar
daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal,
termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan
kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja.
Cara pengukurannya bisa dilakukan dengan membandingkan harga per unit,
dan lain-lain. Dari kegiatan ini tentunya sangat diperlukan untuk dilakukan
pemilihan pengembangan sektor usaha apa yang penting untuk dikembangkan di
Provinsi lampung. Diperlukan sumber pembiayaan yang cukup untuk
mengembangkan sektor unggulan yang sudah ditetapkan untuk dilaksanakan.
Terlebih lagi dengan terjadinya krisis ekonomi global yang melanda saat ini akan
menggangu rencana pengembangan sektor basis (sektor unggulan) terutama yang
berkaitan dengan pembiayaan atau investasi untuk mengembangkan sektor basis
(sektor unggulan) yang sudah ditetapkan dalam pengembangan daerah.
Perubahan struktur ekonomi di Indonesia dari berat sebelah pada sektor pertanian
menjadi lebih seimbang antara sektor pertanian dengan sektor non pertanian
dibuktikan dengan semakin turunnya pertanan sektor pertanian dalam keseluruhan
produksi nasional, sebaliknya bertambah meningkatnya peranan sektor non
pertanian terhadap keseluruhan produksi nasional. Hal demikian berpengaruh
terhadap tersedianya lapangan kerja di sektor pertanian yang menyebabkan
bertambah banyaknya tenaga kerja yang mencari kerja di sektor non pertanian
(Jhinggan, 1988 : 55 ).
Provinsi lampung merupakan salah satu daerah di wilayah Pulau Sumatera yang
bercorak agraris sehingga sektor pertanian berperan besar dalam mendukung
pembangunan daerah. Pertanian di Provinsi Lampung meliputi tanaman bahan
makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasil kehutanan serta
Sektor pertanian adalah sektor yang sangat penting dalam pembentukan PDRB
Provinsi Lampung. Hal ini dapat dilakukan karena adanya sumbangan tenaga
kerja yang sangat tinggi yang bergerak dalam bidang pertanian. Hal ini dapat di
[image:15.595.121.472.220.394.2]tunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Tenaga kerja sektor pertanian Provinsi Lampung tahun 2001-2011 Tahun Tenaga Kerja
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2.315.812 2.418.229 2.525.175 2.636.852 2.751.407 1.857.405 1.924.709 1.986.332 2.023.356 2.149.969 2.310.567
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung
Dalam periode tahun 2001-2011 tenaga kerja sektor pertanian cenderung
mengalami penurunan, tetapi para penduduk selalu kembali bekerja ke sektor
pertanian. Yaitu dengan alasan untuk meningkatkan pendapatan kesejahteraan
penduduk agar menjadi lebih baik lagi.
Sektor pertanian di Provinsi Lampung sangat berperan penting dalam memberikan
Tabel 4. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi Lampung tahun 2001-2011
Tahun PDRB sektor pertanian Kontribusi sektor pertanian
(juta rupiah) (persen) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 10.727.709 10.871.433 11.318.866 11.951.916 12.509.937 13.184.537 13.912.097 14.327.563 15.467.864 16.730.756 17.586.245 44,55 42,74 42,08 42,29 42,55 42,72 42,55 41,63 42,32 43,64 43,21 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung
Dalam periode tahun 2001-2011 kontribusi sektor pertanian bersifat fluktuatif.
Sektor pertanian merupakan salah satu faktor penting dalam PDRB dan salah satu
ciri kemajuan suatau wilayah adalah dengan semakin meningkatnya sektor
pertanian di wilayah tersebut.
Pada dasarnya PDRB didukung oleh produksi dari 9 sektor yakni:
1. Pertanian,
2. Pertambangan dan penggalian,
3. Industri,
4. Listrik, gas, dan air minum,
5. Bangunan,
6. Perdagangan, hotel dan rumah makan,
7. Pengangkutan dan komunikasi,
8. Bank dan lembaga keuangan lain,
Sektor pertanian terdiri dari lima subsektor yaitu subsektor tanaman bahan
makanan , subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan dan
hasil-hasilnya, subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan.
B. Permasalahan
Upaya untuk meningkatkan kembali peranan sektor pertanian di Provinsi
Lampung bisa dilakukan dengan meningkatkan produktivitas pertanian yang
didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian. Selain itu
perlu ditingkatkan pula kemampuan pengusahaan dan pengelolaan oleh para
petani yaitu usaha tani yang berproduktivitas tinggi sehingga akan membentuk
usaha tani yang produktif dan efisien ( Mubyarto, 1989 : 57 ).
Selama kurun waktu pelaksanaan pembangunan pertanian di Provinsi Lampung
telah terlihat keberhasilannya. Hal ini dibuktikan dengan pemberian sumbangan
tertinggi terhadap perekonomian Provinsi Lampung dari sektor pertanian yaitu
sebesar 44.55 % ( PDRB Lampung, tahun 2001).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan kontribusi sektor pertanian terhadap Produk
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perkembangan sektor pertanian terhadap ekonomi di
Provinsi Lampung periode 2001-2011.
2. Untuk mengetahui kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB di Provinsi
Lampung periode 2001-2011.
.
D. Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain
itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta
meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Secara teoritis, pertumbuhan ekonomi
bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor – faktor apa yang
menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dan penjelasan
bagaimana faktor – faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi
proses pertumbuhan (Boediono, 1981 : 1).
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan
penduduk meningkat dalam jangka panjang. Tujuan dari pertumbuhan PDRB
dapat memberikan arah perkembangan ekonomi dan pembangunan yang paling
menguntungkan atau efisiensi maka perlu diketahui seberapa besar meningkatnya
pertumbuhan PDRB. Syarat utama dalam pembangunan ekonomi ialah proses
pertumbuhan ekonomi harus bertumpu pada kemampuan perekonomian dalam
Peningkatan sektor ekonomi dapat mempengaruhi sektor nonbasis yang pada
akhirnya akan mempengaruhi perekonomian daerah yang bersangkutan (Iwan
Jaya Aziz, 1994 : 229).
Dalam suatu pertumbuhan ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto adalah
faktor lain, akan tetapi yang paling penting adalah mengetahui kondisi ekonomi
suatu wilayah ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto. Produk
Domestik Regional Bruto terdiri atas dasar harga berlaku dan yang digunakan
untuk mengetahui pergeseran dan struktur ekonomi dan atas dasar harga konstan
yang digunakan untuk mengetahui pertambahan ekonomi dari tahun ke tahun.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai
tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam dalam suatu wilayah
tertentu dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi
dikurangi dengan biaya antara untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.
PDRB yang dihitung dengan dengan harga konstan (constant price) akan
memberikan gambaran besarnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara riil.
Artinya pertumbuhan ekonomi tidak terpengaruh oleh perubahan harga atau
inflasi. Pendapatan regional atas dasar harga konstan dapat pula digunakan untuk
mengukur keberhasilan pembangunan suatu daerah, dengan membandingkan
pertumbuhan ekonomi dengan wilayah-wilayah lain. Dengan membandingkan
pertumbuhan masing-masing sektor antar daerah akan dapat pula mengukur
kemajuan yang telah dicapai setiap daerah, sehingga prioritas pembangunan
Terdapat tiga sektor yang memberikan konstribusi cukup besar dalam membentuk
laju perkembangan PDRB pada tahun 2009 yaitu sektor peranian, sektor
perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan yang cukup
konsisten dalam menunjang laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung selama
tahun 2009. Sektor pertanian menjadi sektor penyumbang terbesar dalam PDRB
Provinsi Lampung, sementara itu sektor-sektor lainnya memberikan konstribusi
yang kecil dalam pembentukan laju perkembangan PDRB Provinsi Lampung.
Karakteristik sektor perekonomian ini sangat penting di dalam mewujudkan pola
perencanaan terpadu, karena dari sini kita dapat menentukan sektor yang menjadi
penggerak utama atau sektor basis. Pengertian sektor basis (sektor unggulan) pada
dasarnya harus dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu
perbandingan berskala internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor
tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan
dengan lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor
unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang
sama dengan yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik
(Wijaya, 1996). Apabila sektor tersebut menjadi sektor basis (unggulan) sektor
tersebut harus mengekspor produknya ke daerah lain, sebaliknya apabila sektor
tersebut menjadi sektor non basis (bukan unggulan) sektor tersebut harus
Menurut John Glasson, perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor
yaitu kegiatan-kegiatan basis dan kegiatan-kegiatan bukan basis.
Kegiatan-kegiatan basis (basic activities) adalah Kegiatan-kegiatan ekonomi yang menghasilkan
barang-barang dan jasa-jasa, dan menjualnya atau memasarkan produk-produknya
keluar daerah. Sedangkan kegiatan-kegiatan ekonomi bukan basis (non basic
activities) adalah usaha ekonomi yang menyediakan barang-barang dan jasa-jasa
untuk kebutuhan masyarakat dalam wilayah ekonomi daerah yang bersangkutan
saja. Artinya kegiatan-kegiatan ekonomi bukan basis tidak menghasilkan produk
untuk diekspor ke luar daerahnya. Oleh karena itu, luas lingkup produksi mereka
itu dan daerah pemasarannya masih bersifat lokal.
Menurut teori ini meningkatnya jumlah kegiatan ekonomi basis di dalam suatu
daerah, akan meningkatkan jumlah pendapatan daerah yang bersangkutan.
Selanjutnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa di daerah itu
dan akan mendorong kenaikan volume kegiatan ekonomi bukan basis (effect
multiplier). Sebaliknya, apabila terjadi penurunan jumlah kegiatan basis, akan
berakibat berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk ke dalam daerah yang
bersangkutan, sehingga akan terjadi penurunan permintaan terhadap
barang-barang yang diproduksi oleh kegiatan bukan basis.
Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam perekonomian
Indonesia. Hal ini dapat diukur dari pangsa sektor pertanian dalam pembentukan
Produk Domestik Bruto (PDB), penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan bagi
melalui ekspor non migas, penciptaan ketahanan pangan nasional dan penciptaan
kondisi yang kondusif bagi pembangunan sektor lain. Selain itu, sektor pertanian
juga berperan sebagai penyedia bahan baku dan pasar yang potensial bagi sektor
industri.
Pada saat perekonomian nasional dilanda krisis, ternyata sektor pertanian
terbukti mampu menjadi penyangga ekonomi nasional. Pengalaman krisis
multidimensi tahun 1997-1998 memberikan pelajaran berharga betapa
strategisnya sektor pertanian sebagai jangkar, peredam gejolak, dan penyelamat
bagi sistem perekonomian nasional. Sementara itu, sektor-sektor lainnya
mengalami keterpurukan sebagai akibat krisis ekonomi tersebut, terutama industri
yang banyak komponen impornya (foot loose industries).
Sepanjang tahun 2000 - 2006, lebih dari 40 juta jiwa atau sekitar 44 persen
angkatan kerja di Indonesia menggantungkan pekerjaan pada sektor pertanian.
Namun demikian, apabila dilihat dari sumbangannya terhadap PDB pada periode
yang sama, ternyata sektor pertanian hanya mampu memberikan kontribusi sekitar
15 persen.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan Ekonomi
Istilah pertumbuhan ekonomi digunakan secara bergantian dengan perkembangan
ekonomi, kesejahteraan ekonomi, kemajuan ekonomi dan perubahan jangka
panjang. Beberapa ahli ekonomi, diantaranya Schumpeter dan Ursula Hicks telah
menarik perbedaan antara pertumbuhan ekonomi dengan perkembangan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi mengacu pada masalah negara yang sedang berkembang.
Schumpeter mengartikan pertumbuhan adalah perubahan jangka panjang secara
perlahan dan mantap, sedangkan perkembangan adalah perubahan spontan dan
terputus-putus dalam jangka pendek (Jhingan M. L, 1985 : 6).
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita dalam
jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat kegiatan ekonomi yang
berlaku dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan ekonomi harus diperbandingkan pendapatan nasional dari tahun ke
tahun. Perlu disadari bahwa perubahan nilai pendapatan yang berlaku dari tahun
ke tahun disebabkan oleh dua faktor yaitu :
1. Perubahan daripada tingkat kegiatan ekonomi.
2. Perubahan dalam tingkat harga-harga.
Peningkatan kegiatan ekonomi dapat diukur dengan kenaikan jumlah output
(barang dan jasa) yang diproduksi, sedangkan perubahan harga disebabkan karena
pendapatan negara pada beberapa tahun yang dinilai menurut harga pasar
produksi nasional yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.
Para ahli ekonomi pada umumnya berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi
diartikan sebagai penambahan tingkat pendapatan perkapita yang berwujud di
suatu negara dari tahun ke tahun (Sadono Sukirno, 1985 : 178).
Pertumbuhan ekonomi berkaitan juga dengan kenaikan output perkapita. Dalam
hal ini terdapat dua yang perlu diperhatikan yaitu output total (GDP) dan jumlah
penduduknya. Output perkapita adalah output total dibagi dengan jumlah
penduduknya. Hal ini berarti proses kenaikan output perkapita harus
memperhatikan apa yang terjadi dengan output total serta jumlah penduduk.
M.L. Jhingan (1998 : 6) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu
proses kenaikan pendapatan nasional nyata dalam jangka waktu yang panjang.
Boediono, (1985 : 2) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan terjadi
apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita
menunjukkan kecenderungan yang jelas untuk menaik. Kecenderungan ini berasal
dari dalam perekonomian itu sendiri, bukan berasal dari luar dan bersifat
sementara.
Proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat self generating yang berarti bahwa
preoses pertumbuhan itu akan membentuk suatu kekuatan bagi timbulnya
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang
menggambarkan kenaikan kuantitas produksi barang dan jasa. Dalam
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi perlu dibarengi dengan peningkatan
pendapatan per kapita penduduknya. Hal ini dilakukan agar pembangunan
ekonomi yang dilaksanakan berdampak pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan berkembangnya produksi
barang dan jasa atau pendapatan nasional, sangat diperlukan karena ada dua faktor
yang sangat menentukan yaitu bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke
tahun dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat sebagai hasil dari
pembangunan itu sendiri.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang
menggambarkan kenaikan kuantitas produksi barang dan jasa. Oleh karena itu,
pertumbuhan ekonomi digunakan untuk mengukur tingkat perkembangan riil dari
perekonomian suatu wilayah (Kuncoro, 2004).
Dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, perlu dibarengi
dengan peningkatan pendapatan per kapita penduduknya. Hal ini dilakukan agar
pembangunan ekonomi yang dilaksanakan berdampak pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan
berkembangnya produksi barang dan jasa atau pendapatan nasional, sangat
penduduk dari tahun ke tahun dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat
sebagai hasil dari pembangunan itu sendiri (Arsyad, 2005 dan Sukirno, 1985).
Menurut Sukirno (1985) ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi, yaitu :
1. Modal (capital)
Akumulasi modal adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan dan
digunakan dalam produksi. Jika sebagian pendapatan disisihkan dengan tujuan
untuk investasi (mengurangi konsumsi saat ini dan memasukkan bagian tersebut
ke dalam proses produksi) maka ada kemungkinan akan mendapatkan keuntungan
dari investasi tersebut. Sehingga di masa yang akan datang dapat berkonsumsi
dalam jumlah yang lebih banyak. Akumulasi kapital akan membuat proses
produksi menjadi efisien karena mesin-mesin yang bagus bisa dibeli dan
digunakan juga dalam skala produksi dapat diperbesar, sehingga akan diperoleh
efisiensi yang pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan.
2. Kemajuan dan Penggunaan Teknologi
Kemajuan teknologi akan menimbulkan beberapa akibat yang positif dalam
pertumbuhan ekonomi. Diantaranya adalah pertama, kemajuan teknologi dapat
mempertinggi efisiensi produk suatu barang dan jasa. Kedua, kemajuan teknologi
menimbulkan penemuan barang-barang dan jasa-jasa baru yang belum pernah
diproduksikan sebelumnya, selain itu dapat meningkatkan kualitas barang-barang
yang diproduksi. Akan tetapi penggunaan teknologi tinggi di negara-negara
berkembang mengalami beberapa kendala. Pertama, apabila menggunakan
teknologi tinggi maka akan mengurangi daya serap tenaga kerja sehingga akan
tidak rata. Kedua, andaipun negara-negara berkembang sudah memutuskan untuk
menggunakan teknologi yang tinggi dalam proyek industrinya, belum tentu
mereka akan menggunakan dengan baik teknologi tersebut. Karena pengalaman
menggunakan teknologi tersebut ternyata mempengaruhi efisiensi penggunaan
teknologi tersebut.
3. Sumber Daya Manusia
Di negara berkembang jumlah kapital terbatas dan yang berlimpah justru pada
penduduknya. Karena itu, pertumbuhan penduduk justru dianggap berdampak
buruk bagi perekonomian berbagai segi bidang. Pertumbuhan penduduk yang
tinggi akan menyebabkan bagian terbesar dari pendapatan dialokasikan untuk
konsumsi, sehingga tabungan dan kapital yang memang sudah rendah menjadi
semakin rendah. Akibatnya tingkat investasi menjadi semakin rendah juga.
Penduduk yang meningkat juga memerlukan fasilitas dasar yang lebih banyak
dalam bentuk sekolah, jalan raya, rumah sakit dan sebagainya. Sehingga akan
menyebabkan peralihan investasi modal dari kegiatan produktif langsung ke
investasi prasarana sosial.
4. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam merupakan faktor yang paling menguntungkan bagi
pertumbuhan ekonomi. Jika dua negara mempunyai tingkat teknologi, modal,
serta sumber daya manusia yang sama tetapi mempunyai sumber daya alam yang
berbeda, maka negara yang mempunyai sumber daya alam lebih banyak
cenderung lebih mudah tumbuh dibandingkan dengan negara yang tidak
mempunyai sumber daya alam. Beberapa sumber daya alam relatif mudah untuk
pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan sumber daya alam secara optimal,
selain diperlukan teknologi yang memadai juga diperlukan prasarana yang lain
misalnya perhubungan dan transportasi. Banyak kasus dinegara berkembang
dimana hasil pertaniannya tidak bisa dipasarkan hanya karena lambatnya proses
birokrasi, sementara hasil pertanian tidak bisa bertahan lama jika ingin
dikonsumsi secara segar.
C. Teori Basis Ekonomi
Ada dua kerangka konseptual pembangunan daerah yang secara luas (Azis, 1994 :
96) :
1. Konsep basis ekonomi, teeori basis ekonomi beranggapan bahwa
permintaan terhadap input hanya akan meningkat melalui perluasan
permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis (ekspor) dan
sektor non basis (lokal).
2. Konsep kedua beranggapan bahwa perbedaan tingkat imbalan (rate of
return) diakibatkan perbedaan dalam lingkungan atau prasarana, daripada
diakibatkan adanya ketidakseimbangan rasio modal-tenaga. Dalam konsep
ini, daerah terbelakang bukan karena tidak beruntung atau kegagalan
pasar, tetapi karena produktivitasnya rendah. Namun tak banyak studi
empirik yang mempergunakan konsep kedua ini, disebabkan kelangkaan
data. Data yang lazim digunakan dalam studi empirik adalah metode
Adapun menurut John Glasson, perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua
sektor yaitu kegiatan-kegiatan basis dan kegiatan-kegiatan bukan basis.
Kegiatan-kegiatan basis (basic activities) adalah kegiatan ekonomi yang menghasilkan
barang-barang dan jasa, dan menjualnya atau memasarkan produk-produknya
keluar daerah. Sedangkan kegiatan-kegiatan ekonomi bukan basis (non basic
activities) adalah usaha ekonomi yang menyediakan barang-barang dan jasa-jasa
untuk kebutuhan masyarakat dalam wilayah ekonomi daerah yang bersangkutan
saja. Artinya kegiatan-kegiatan ekonomi bukan basis tidak menghasilkan produk
untuk diekspor ke luar daerahnya. Oleh karena itu, luas lingkup produksi mereka
itu dan daerah pemasarannya masih bersifat lokal.
Menurut teori ini, meningkatnya jumlah kegiatan ekonomi basis di dalam suatu
daerah akan meningkatkan jumlah pendapatan daerah yang bersangkutan.
Selanjutnya, akan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa di daerah
itu dan akan mendorong kenaikan volume kegiatan ekonomi bukan basis (effect
multiplier). Sebaliknya, apabila terjadi penurunan jumlah kegiatan basis, akan
berakibat berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk ke dalam daerah yang
bersangkutan, sehingga akan terjadi penurunan permintaan terhadap
barang-barang yang diproduksi oleh kegiatan bukan basis.
Dalam hubungan ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibaagi menjadi dua
golongan, yaitu : (Kadariah, 1985 : 70)
1. Kegiatan ekonomi (industri) yang melayani pasar di daerah itu sendiri
2. kegiatan ekonomi (industri) yang hanya melayani di daerah itu sendiri,
industri ini disebut industri nono basic atau industri lokal.
Teori basis ekonomi digunakan sebagai dasar pemikiran teknik Location Quotient
(LQ) pada intinya adalah industri basis menghasilkan barang dan jasa baik untuk
pasar di daerah maupun untuk pasar di luar daerah yang bersangkutan, maka
penjualan hasil ke luar daerah itu mendatangkan arus pendapatan ke dalam daerah
tersebut. Arus pendapatan menyebabkan kenaikan konsumsi maupun kenaikan
investasi, dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesempatan
kerja. Kenaikan pendapatan di daerah tidak hanya menaikkan permintaan terhadap
hasil industri lokal (non basic), sehingga pada akhirnya akan menaikkan investasi
di daerah tersebut. Oleh karena itu teori basis ekonomi, ekspor daerah merupakan
faktor penting dalam pembangunan daerah (Azis, 1994 : 96). Berdasarkan
gagasan ini maka orang berpendapat bahwa industri-industri basislah yang patut
dikembangkan di daerah.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk membagi daerah ke dalam kegiatan
basis dan bukan basis :
1. Metode Langsung
Metode ini mengukur basis dengan menggunakan survei standar dan
kuesioner. Cara ini dapat menghindarkan digunakannya kesempatan kerja
sebagai indikator. Tetapi metode ini memerlukan waktu yang lama dan
biaya yang besar.
Yang termasuk metode ini adalah metode Location Quotient (LQ). Metode
LQ yang paling lazim digunakan dalam studi empirik. Teknik Location
Quotient (LQ) diterapkan pada msing-masing industri individual di daerah
yang bersangkutan (dan bangsa sebagai keseluruhan sebagai norma
referensi), dan konsumen yang lebih dari satu dipergunakan sebagai
petunjuk adanya kegiatan ekspor. Asumsinya adalah bahwa, jika suatu
daerah lebih berspesifik daripada bangsa yang bersangkutan dalam
produksi suatu barang tertentu, maka daerah tersebut mengekspor barang
sesuai dengan tingkat spesifikasinya dalam memproduksi barang tersebut.
Jadi, diasumsikan bahwa spesialisasi lokal dalam memproduksi
mempunyai makna ekspor lokal dari produksi surplus. Secara umum
Location Quotient (LQ) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Di mana :
vi : Pendapatan sektor i di suatu daerah
Vi : Pendapatan total daerah tersebut
vt : Pendapatan sektor i sejenis secara regional/nasional
Vt : pendapatan regional/nasional
Pengunaan LQ sangat sederhana serta dapat digunakan untuk menganalisis
tentang ekspor impor (perdagangan suatu daerah). Namun teknik analisis ini
mempunyai kelemahan, yaitu : selera atau pola konsumsi dari anggota masyarakat
adalah berlainan baik antar daerah maupun dalam suatu daerah, tingkat konsumsi vi / vt vi / Vi
rata-rata untuk suatu jenis barang tidak sama di setiap daerah. Keperluan untuk
produksi dan produktivitas buruh berbeda antar daerah.
Dengan adanya kelemahan-kelemahan tersebut maka dalam hal ini perlu
diasumsikan bahwa penduduk di setiap daerah (kabupaten) mempunyai pola
permintaan yang sama dengan pola permintaan pada daerah yang lebih luas
(provinsi), tingkat konsumsi akan suatu jenis barang rata-rata sama antar daerah.
Dan juga produktivitasnya, keperluan untuk produksi sama antar daerah, sistem
ekonomi negara tertutup. Kriteria yang digunakan adalah :
LQ > 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut basis, artinya sektor tersebut
memiliki prospek yang menguntungkan untuk dikembangkan, karena
mampu mengalokasikan ke daerah lain.
LQ < 1 menunjukkanbahwa sektor tersebut non basis dan kurang
menguntungkan untuk dikembangkan serta belum mampu memenuhi
semua permintaan dari dalam daerah sehingga harus didatangkan dari
daerah lain.
D. Kedudukan Sektor Pertanian dalam Perekonomian
Tingkat pertumbuhan sektor pertanian sangat penting artinya dan sangat
menentukan pertumbuhan sektor-sektor lainnya atau perekonomian secara
keseluruhan. Ini diperlihatkan oleh informasi empiris sebagai berikut. Di
negara-negara yang sumbangan sektor pertaniannya terhadap Produk Domestik Bruto
diikuti dengan pertumbuhan PDB sebesar lebih dari 5% itu terjadi pada 17 dari 25
negara. Sebaliknya, jika pertumbuhan PDB nya menunjukkan kurang dari 3% ,
maka sektor pertaniannya hanya berkembang kurang dari 1%. Ini terjadi pada 11
dari 14 negara.
Jadi ada korelasi positif yang menunjukkan adanya interdepedensi antara sektor
pertanian dan sektor-sektor lainnya, kemajuan sektor pertanian ini menolong dan
ditolong oleh pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Gejala yang lebih penting
diperhatikan adalah bagaimana pengaruh pertumbuhan pertanian terhadap struktur
perekonomian secara keseluruhan (Raharjo D,1984 : 7).
Kedudukan sektor pertanian dalam struktur PDB makin lama makin merosot
sejalan perkembangan ekonomi. Merosotnya kedudukan sektor pertanian ditinjau
dari segi produksi, kesempatan kerja, dan produktivitas relatif antar sektor
ekonomi tidak berarti bahwa peranan sektor pertanian tidak lagi penting dan bisa
diabaikan. Pada tahap awal industrialisasi, kedudukan relatif dari sektor pertanian
memang mengalami kemerosotan, akan tetapi sektor ini masih tetap penting yaitu
menyediakan bahan makanan serta bahan mentah industri.
Terdapat kesadaran dan pengetahuan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan
penting di negara-negara sedang berkembang, maka sektor ini tentu secara resmi
akan mendapatkan prioritas dalam perencanaan pembangunan, terutama
ditunjukkan dengan alokasi anggaran pembangunan. Disini sektor pertanian akan
mengait pada banyak segi perekonomian. Industri-industri mesin dan peralatan
pertanian dari input pertanian lainnya, baik yang berupa hasil teknologi biologis
waduk dan bendungan, jaringan irigasi, lahan-lahan serta bangunan-bangunan
lainnya akan dibangun. Demikian pula akan ikut berkembang sistem transportasi,
serta lembaga-lembaga perdagangan dan jasa. Disini kita melihat sektor pertanian
menjadi motor pembangunan yang hasilnya merupakan dasar dari proses
pembangunan selanjutnya.
1. Ciri sektor Pertanian di Indonesia
Ciri sektor pertanian di Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan ciri spesifik
sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia, Ciri ini antara lain (Soekartawi,
1994 : 207)
a. Pertanian di Indonesia merupakan pertanian tropis, dalam artian bahwa
sepanjang tahun tanaman pertanian memperoleh sinar matahari. Tipe iklim
akan menentukan tipe tanaman yang akan diusahakan oleh petani-petani di
Indonesia.
b. Pertanian di Indonesia yang luas usahanya relatif sempit, kurang dari satu
hektar, ditanami bahan makanan.
Sementara di daerah yang usaha pertaniannya dilakukan dalam jumlah
yang luas, maka diusahakan tanaman perkebunan seperti, kopi, karet, dan
sebagainya.
c. Pertanian di Indonesia hanya mengenal musim hujan dan musim kemarau.
Diawal musim hujan biasanya petani mengusahakan tanaman padi. Karena
yang irigasinya tidak tersedia dalam jumlah yang memadai, diusahakan
tanaman palawija, seperti kedelai dan jagung.
d. Pertanian di Indonesia juga di cirikan oleh luasnya lahan kering
dibandingkan dengan lahan sawah. Lahan kering dapat berupa tegalan,
tanah di pegunungan atau alang-alang. Khusus di indonesia bagian Timur,
persentase luas lahan kering lebih besar. Hal ini disebabkan karena
kurangnya curah hujan di daerah tersebut.
e. Pertanian di Indonesia lebih banyak menggunakan tenaga kerja manusia
dan relatif sedikit penggunaan tenaga kerja mesin.
f. Pertanian di Indonesia juga di cirikan oleh konstribusinya yang relatif
besar terhadap perekonomian Indonesia. Penurunan konstribusi sektor
pertanian dari tahun ke tahun disebabkan karena adanya transportasi sektor
ke sektor lain.
E. Pentingnya Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi
Sektor pertanian tidak dipandang sebagai sektor yang pasif yang mengikuti sektor
industri, tetapi sebaliknya. Pembangunan pertanian didorong dari segi penawaran
dan dari segi fungsi produksi melalui penelitian – penelitian, pengembangan
teknologi pertanian yang terus menerus, pembangunan prasarana sosial dan
ekonomi pedesaan dan investasi – investasi oleh negara dalam jumlah besar.
Pertanian dianggap sebagai sektor pemimpin (leading sector) yang diharapkan
mendorong perkembangan sektor lainnya (Mubyarto, 1984 ; 188).
1. Menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang
setiap tahun selalu meningkat.
2. Meningkatkan permintaan akan produksi industri dan dengan demikian
mendorong diperluasnya sektor sekunder dan tersier.
3. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang – barang
modal bagi pembangunan melalui hasil ekspor komoditi pertanian yang
terus – menerus.
4. Meningkatkan pendapatan desa untuk mobilisasi pemerintah.
5. Memperbaiki kesejahteraan masyarakat desa.
1. Syarat – syarat Pembangunan Pertanian
A.T. Mosher (Mubyarto, 1984 ; 194 – 196) menggolongkan syarat – syarat
pertanian menjadi syarat – syarat mutlak dan syarat - syarat pelancar, yaitu :
1. Syarat – syarat mutlak pembangunan pertanian
Ada lima syarat yang harus dipenuhi dalam pembangunan pertanian. Apabila
salah satu syarat tersebut tidak ada, maka terhentilah pembangunan pertanian
walaupun kegiatan pertanian akan berjalan terus menerus tetapi statis. Syarat –
syarat tersebut adalah :
a. Adanya pasar untuk hasil usaha tani
pada dasarnya pembangunan pertanian akan meningkatkan produksi usaha
tani, untuk itu perlu adanya pasar dan harga yang layak guna membayar
kembali biaya – biaya dan daya upaya yang telah dikeluarkan oleh petani
ketika berproduksi, oleh karena itu perlu adanya : (1) permintaan terhadap
sistem tata niaga.
b. Tekhnologi yang senantiasa berlangsung
Meningkatnya produksi pertanian adalah akibat pemakaian tekhnik atau
metode tertentu dalam usaha tani. Agar pembangunan pertanian dapat
berjalan terus – menerus, haruslah terjadi suatu perkembangan teknologi
pertanian agar pembangunan tidak terhenti.
c. Tersedianya bahan – bahan dan alat – alat produksi secara lokal
Metode – metode baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian akan
memerlukan penggunaan bahan – bahan dan alat – alat produksi khusus
seperti bibit, pupuk, obat – obatan, perkakas dan lain – lain. Pembangunan
pertanian menghendaki kesemuanya itu tersedia di daerah setempat dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi keperluan petani yang akan
menggunakannya.
d. Adanya perangsang produksi bagi petani
Cara – cara kerja usaha tani yang lebih baik, pasar yang mudah dicapai
dan tersedianya sarana dan alat produksi yang akan memberi kesempatan
kepada petani untuk meningkatkan produksinya. Oleh karena itu, perlu
adanya perangsang yang secara efektif mendorong petani untuk
meningkatkan produksinya yang sifatnya ekonomis, yaitu : (1)
perbandingan harga yang menguntungkan, (2) bagi hasil yang wajar, (3)
tersedianya barang dan jasa yang ingin dibeli petani.
e. Tersedianya pengangkutan
Jaringan yang diperlukan untuk mengangkut sarana dan alat produksi ke
pengangkutan yang efisien dan murah maka para petani akan mengalami
kesukaran untuk mengangkut hasil pertaniannya.
2. Syarat – syarat pelancaran pertanian
Syarat – syarat pelancar ini sifatnya tidak mutlak, pembangunan pertanian akan
tetap berjalan walaupun salah satu atau lebih syarat – syarat tersebut tidak
terpenuhi. Syarat – syarat pelancar tersebut menurut A.T Mosher (Mubyarto, 1984
; 194 – 196) yaitu :
a. Pendidikan pembangunan
Pendidikan pembangunan yang dimaksud adalah pendidikan yang bersifat
selektif dalam memilih bahan – bahan untuk membuat setiap generasi baru
mengenal masa lampau dan ketrampilan baru yang diajarkan kepada setiap
orang. Pendidikan itu membina kepercayaan serta tradisi masyarakat yang
akan menunjang pembangunan. Pembangunan yang didasarkan pada
prinsip ini adalah penyuluhan pertanian.
b. Kredit produksi
Untuk meningkatkan produksi petani harus lebih banyak mengeluarkan
uang untuk bibit, obat – obatan, pupuk, dan alat – alat lainnya.
Pengeluaran – pengeluaran semacam ini harus dibiayai dari tabungan atau
meminjam selama jangka waktu antara saat penjualan hasil panen. Untuk
badan – badan tertentu yang memberikan kredit kepada petani dengan
syarat – syarat peminjaman maupun pembelian yang ringan.
c. Kegiatan gotong royong petani
Masing – masing petani memutuskan sendiri apa yang akan dihasilkan dari
terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani tersebut
untuk mengembangkan usaha taninya. Berbagai corak kerjasama ini antara
lain membangun fasilitas masyarakat, membasmi hama – hama yang
umum, membentuk koperasi, membentuk kelompok tani dan lain – lain.
d. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian
Perbaikan tanah pertanian dilakukan dengan maksud untuk memperluas
landasan fisik bagi petani jangka panjang. Sedangkan memperluas tanah
pertanian didasarkan pada kenyataan bahwa akan lebih mudah untuk
memperkenalkan sistem dan dan teknik pertanian baru, luas usaha tani
menurut ukuran baru dan berbagai perubahan lainnya dibandingkan
dengan daerah yang lebih lama diusahakan.
e. Perencanaan nasional untuk pembangunan nasional
Perencanaan nasional adalah pengambilan keputusan oleh pemerintah
tentang apa yang dilakukan mengenai kebijaksanaan dan tindakan yang
mempengaruhi pertanian selama jangka waktu tertentu. Dalam
pengambilan keputusan ini, pemerintah harus menghadapi pertanyaan
mengenai apa yang ada saat ini diperlukan untuk memajukan pertanian
dan persiapan apa yang perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan –
kebutuhan yang timbul pada saat yang akan datang.
Kemudian pemerintah juga harus menetapkan kebijaksanaan pembangunan yang
tepat demi berhasilnya rencana pembangunan serta untuk menghindari kesulitan
yang mungkin timbul dalam proses pembangunan. Prof. Arthur Lewis dalam
bukunya The Principles Of Planning mencatat unsur - unsur utama kebijaksanaan
1. Penyediaan potensi pembangunan, penelitian ilmiah, dan prospek
pembangunan, survei sumber nasional dan penelitian pasar.
2. Penyediaan prasarana secara memadai.
3. Penyediaan fasilitas latihan dan pendidikan umum yang memadai.
4. Perbaikan landasan hukum bagi perekonomian.
5. Bantuan untuk menciptakan pasar baik.
6. Membantu pengusaha atau swasta yang potensial.
7. Peningkatan pemanfaatan sumber – sumber yang lebih baik (M.L Jhingan,
1968 ; 662).
Kebijaksanaan dasar pembangunan di Indonesia khususnya yang mengenai cara
pembangunan bidang ekonomi adalah pasal 33 Undang – undang 1945 yaitu :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas
kekeluargaan.
2. Cabang – cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat sebesar – besarnya.
(Bintoro Tjokroamidjojo, 1987 ; 83).
Kemudian menurut B.F. Johnston dan John W. Mellor, sektor pertanian amat
penting, ini dapat dilihat dari konstribusi kenaikan output dan produktivitas
disektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi yang dikemukakan sebagai
1. Bahwa pembangunan ekonomi ditandai oleh kenaikan dalam permintaan
akan produk pertanian, kegagalan untuk memperbesar persediaan pangan
dalam menghadapi peningkatan akan permintaan.
2. Perluasan ekspor produk – produk pertanian dapat merupakan salah satu
alat yang dapat dipercaya untuk meningkatkan pendapatan dan penerimaan
devisa khususnya dalam tahap pembangunan.
3. Sektor pertanian merupakan sumber tenaga kerja untuk tenaga sektor non
pertanian.
4. Sektor pertanian merupakan sumber akumulasi modal.
5. Kenaikan pendapatan disektor pertanian merupakan pendorong bagi
industrialisasi.
F. Konsep dan Definisi PDRB
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk domestik adalah semua barang dan jasa sebagai hasil dari penelitian –
penelitian ekonomi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor
produksinya berasal atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut. Yang dimaksud
produk regional adalah produk domestik ditambah dengan pendapatan yang
diterima dari luar daerah/negeri dikurangi pendapatan yang dibayarkan ke luar
daerah/negeri tersebut. Jadi produk regional merupakan produk yang ditimbulkan
PDRB dalam teori makroekonomi sering disebut Produk Domestik Bruto (PDB),
yang diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di
dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. PDRB merupakan dasar
pengukuran nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai
aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah/religon. Data PDRB tersebut
menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang dimiliki.
Unsur- unsur pokok dalam PDRB adalah sebagai berikut:
a. Output
Output adalah nilai barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu,
biasanya satu tahun. Jenis output ada 3 macam, yaitu:
1) Output utama, yaitu output yang menjadi tujuan utama produksi
2) Output sampingan, yaitu bukan menjadi tujuan utama produksi, dan
3) Output ikutan, yaitu output yang terjadi bersama-sama/tidak dapat
dihindarkan dengan output utamanya.
b. Biaya Antara
Biaya antara adalah barang-barang tidak tahan lama dan jasa yang
digunakan/habis dalam proses produksi. Barang-barang yang tahan lama
umumnya lebih dari satu tahun, dan tidak habis dalam proses produksi tidak
c. Nilai Tambah
1. Nilai Tambah Bruto
Nilai tambah bruto merupakan selisih antara output dan biaya antara, dengan kata
lain merupakan produk dari proses produksi. Produk ini terdiri atas:
a. Pendapatan faktor, yang terdiri atas:
1. Upah/gaji sebagai balas jasa pegawai
2. Surplus usaha (sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan)
b. Penyusutan barang modal tetap (turunnya nilai barang modal)
c. Pajak tak langsung netto
Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Produk Domestik = NP – NBA
Keterangan:
NP = Nilai Produksi
NBA = Nilai Biaya Antara
2. Nilai Tambah Netto
Apabila penyusutan dikeluarkan dari nilai tambah bruto akan diperoleh nilai
tambah netto.
d. PDRB Menurut Lapangan Usaha
PDRB sektoral adalah jumlah seluruh nilai tambah bruto dari sektor/subsektor di
1. Sektor Pertanian terdiri dari:
a. Subsektor tanaman bahan makanan
b. Subsektor tanaman perkebunan
c. Subsektor peternakan dan hasil-hasilnya
d. Subsektor kehutanan dan perburuan
e. Subsektor perikanan
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian, terdiri dari:
a. Subsektor penggalian tanah urug
b. Subsektor penggalian tanah liat
c. Subsektor penggalian batu kapur, dan
d. Subsektor penggalian batu kali dan tanah kapur
3. Sektor Industri Pengolahan, terdiri dari:
a. Subsektor industri besar/sedang
b. Subsektor industri kecil, dan
c. Subsektor industri rumah tangga
4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, terdiri dari:
a. Subsektor listrik, dan
b. Subsektor Air Minum
5. Sektor Bangunan
6. Sektor Perdagangan, terdiri dari:
a. Subsektor perdagangan besar dan eceran
b. Subsektor restauran dan rumah makan
c. Subsektor hotel dan akomodasi lainnya
a. Subsektor angkutan darat
b. Subsektor jasa penunjang angkutan, dan
c. Subsektor pos dan telekomunikasi
8. Sektor Lembaga Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan, terdiri dari:
a. Subsektor bank dan lembaga keuangan bukan bank
b. Subsektor sewa bangunan, dan
c. Subsektor perusahaan
9. Sektor jasa-jasa, terdiri dari:
a. Subsektor pemerintahan dan HANKAM
b. Subsektor jasa hiburan dan rekreasi
c. Subsektor jasa perorangan dan rumah tangga, dan
d. Subsektor jasa sosial kemasyarakatan.
Agregat-agregat PDRB disajikan dalam bentuk distribusi persentase, indeks
perkembangan, indeks berantai, dan indeks harga implisit.
a. Distribusi Persentase
Besar masing-masing subsektor/sektor diperoleh dengan cara membagi nilai
subsektor/sektor dengan nilai PDRB dikali 100 persen. Persentase ini
mencerminkan besarnya peranan masing-masing subsektor/sektor dalam
perekonomian daerah, serta menunjukkan perekonomian daerah tersebut.
Indeks perkembangan diperoleh dengan cara membagi nilai
subsektor/sektor/PDRB pada tahun dasar, dikalikan dengan 100. Dengan indeks
perkembangan pada tahun dasar sama dengan 100.
c. Indeks Berantai
Indeks berantai diperoleh dengan cara membagi nilai subsektor / sector / PDRB
tahun berjalan dengan nilai subsektor / sector / PDRB tahun sebelumnya,
dikalikan 100 (tahun sebelumnya = 100). Angka indeks berantai PDRB atas dasar
harga konstan menunjukkan pertumbuhan ekonomi untuk tahun berjalan.
d. Indeks Harga Implisit
Indeks harga implisit diperoleh dengan cara membagi PDRB atas dasar harga
berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan dikalikan 100.
2. Metode Perhitungan PDRB
a. Metode Perhitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB atas dasar harga
berlaku dihitung melalui dua metode, yaitu metode langsung dan metode tak
langsung. Metode langsung dapat dilakukan dengan menggunakan 3 macam
pendekatan.
1. Pendekatan Produksi
Yaitu dengan menghitung nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh
seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari
masing-msing nilai produksi bruto tiap-tiap sektor atau subsektor. Pendekatan ini biasa
2. Pendekatan Pendapatan
Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi
dihitung dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi, yaitu upah
dangaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung neto.
3. Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir dari
barang dan jasa.
Metode tidak langsung adalah dengan menghitung pendapatan regional
Kabupaten dengan cara mengalokir pendapatan angka pendapatan regional
propinsi untuk tiap-tiap kabupaten dengan menggunakan alokator nilai produksi
bruto, jumlah produksi, tenaga kerja dan penduduk.
b. Metode Perhitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Secara konsep nilai atas dasar harga konstan dapat juga mencerminkan kuantum
produksi pada tahun yang berjalan yang dinilai atas dasar harga pada tahun dasar.
dari segi metode statistik, suatu nilai atas dasar harga konstan dapat diperoleh
dengan cara.
1. Revaluasi atas kuantum pada tahun berjalan dengan harga tahun dasar. Cara ini
adalah mengalikan kuantum pada tahun berjalan dengan harga tahun dasar.
2. Ekstrapolasi atas nilai tahun dasar dengan suatu indeks kuantum. Cara ini
adalah mengalikan nilai tahun dasar dengan suiatu indeks kuantum dibagi 100.
3. Deflasi atas suatu nilai pada tahun berjalan dengan suatu indeks harga. Cara ini
Perkiraan Produk/pendapatan domestik atas dasar harga konstan dapat dilaukan
pada PDRB menurut lapangan usaha dengan cara menghitung nilai tambah ats
dasar harga konstan untuk berbagai lapangan usaha. Nilai tambah bruto sektoral
atas dasar harga konstan dihitung dengan cara menggunakan dua teknik, yaitu
teknik indikator ganda dan teknik indikator tunggal. Pada teknik indikator ganda
perkiraan atas dasar harga konstan untuk masing-masing nilai produksi dan biaya
antara dilakukan secara terpisah. Perhitungan atas dasar harga konstan bagi
masing-masing nilai produksi dan biaya antara dapat dilakukan dengan cara
revalusi, cra ekstrapolasi, dan cara deflasi. Setelah perkiraan atas dasar harga
konstan diperoleh, maka nilai output atas dasar harga konstan akan menghasilkan
nilai tambah atas dasar harga konstan, atau dengan rumus :
NTBk = NPk - NBAk
dimana;
NTBk : nilai tambah bruto atas dasar harga konstan
NPk : nilai produksi atas dasar harga konstan
NBAk : nilai biaya antara atas dasar harga konstan
Pada teknik indikator tunggal, maka perkiraan nilai tambah atas dasar harga
konstan diperoleh secara langsung dengan cara menggunakan metode deflasi dan
metode ekstrapolasi. Dengan metode deflasi, nilai tambah bruto atas dasar harga
konstan diperoleh dengan cara membagi nilai tambah bruto tahun yang berjalan
dengan indeks harga pada masing-masing tahun dibagi 100.
NTB T.b NTBT.k =
Di mana :
NTBT.k : nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun
NTBT.b : nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku tahun t
IHT : indeks harga tahun t
Dengan metode ekstrapolasi, nilai tambah bruto atas dasar harga konstan
diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah bruto pada tahun dasar dengan
indeks kuantum masing-masing tahun dibagi 100.
NTB0 IKt NTBT.k = *
100 dimana;
NTB0 : nilai tambah bruto tahun dasar
IKt : indeks kuantum tahun t
G. Konsep dan Definisi sektor Pertanian
Sektor pertanian adalah salah satu lapangan usaha yang melakukan kegiatan
sebagai berikut:
1. Mengusahakan tanaman padi dan palawija
2. Mengusahakan tanaman hortikultura
3. mengusahakan tanaman perkebunan
4. Mengusahakan tanaman kehutanan
5. Mengusahakan ternak/unggas
6. membudidayakan ikan/biota lain di air tawar
8. Mengusahakan penangkaran satwa liar
Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik
dalam pembentukan PDB maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. Sektor
pertanian terdiri dari dari :
1. Subsektor Tanaman Bahan Makanan
Subsektor tanaman bahan makanan adalah suatu sektor pertanian yang
kegiatannya menanam padi/palawija, dengan tujuan seluruh hasilnya untuk
dikonsumsi sendiri maupun dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya
dijual/ditukar atau memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha.
2. Subsektor Tanaman Perkebunan
Usaha tanaman perkebunan adalah kegiatan yang menghasilkan produk tanaman
perkebunan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau
memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha.
3. Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya
Usaha peternakan adalah kegiatan yang menghasilkan produk peternakan
(melakukan pemeliharaan ternak/unggas) dengan tujuan sebagian atau seluruh
hasilnya dijual/ditukar atau memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko
4. Subsektor Kehutanan dan Perburuan
Usaha tanaman kehutanan adalah kegiatan yang menghasilkan produk tanaman
kehutanan (kayu) dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau
memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha.
5. Subsektor Perikanan
Usaha perikanan adalah kegiatan pembenihan , pembesaran dan penangkapan
ikan/biota dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan
untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari objek penelitian. Menurut
Dunn (2003:56), penelitian deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau
objek penelitian (seseorang, lembaga masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
B. Jenis dan Sumber Data
Menurut Sugiyono (2004), data dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung dari sumbernya, seperti melalui orang lain atau dokumen.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
dari dinas atau instansi yang terkait dengan penelitian ini yaitu Kantor Wilayah
Departemen Pertanian Propinsi Lampung dan Kantor Badan Pusat Statistik
Propinsi Lampung dan sumber-sumber yang relevan. Data tersebut merupakan
data sekunder yakni data yang telah diolah oleh suatu Instansi/Lembaga, namun
dan yang menjadi sasaran adalah data PDRB Provinsi Lampung . Selain itu juga
digunakan buku-buku bacaan referensi yang dapat menunjang penulisan skripsi
ini.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk pengumpulan data,
karena data yang diperlukan berupa data sekunder, yakni berbentuk
laporan-laporan yang telah disusun oleh instansi terkait dalam lingkungan Pemerintah
Provinsi Lampung. Demikian pula dengan data-data lainnya yang berupa laporan
tertulis. Menurut Arikunto (2006), metode dokumentasi-lah yang tepat untuk
menangani data-data tertulis tersebut.
D. Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka alat analisis yang di gunakan adalah
analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.
1. Analisis Kuantitatif
Peranan sektor pertanian dalam perekonomian Provinsi Lampung dilakukan
dengan pendekatan Economic Base Model. Dengan pendekatan ini aktivitas
perekonomian dalam suatu wilayah digolongkan dalam dua sektor kegiatan, yaitu
aktivitas basis dan non basis. Kegiatan basis merupakan kegiatan yang melakukan
aktivitas yang berorientasi ekspor barang dan jasa ke luar batas wilayah
jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang berada di dalam wilayah
perekonomian yang bersangkutan. Aktivitas basis berperan sebagai penggerak
utama perekonomian suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke
wilayah lain maka akan semain maju pertumbuhan wilayah tersebut.
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi peranan sektor pertanian
dalam perekonomian Provinsi Lampung adalah metode Location Quotient
(LQ). Metode LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian
suatu wilayah yang mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan
perekonomian. Atau dengan kata lain untuk mengukur konsentrasi relatif kegiatan
ekonomi untuk mendapatkan gambaran penetapan sektor unggulan sebagai
leading sector perekonomian suatu wilayah (Adisasmita, 2006). Formula
matematis dari LQ adalah :
vi/Vi LQ =
vt/Vt
Di mana :
vi = jumlah PDRB sektor pertanian tingkat provinsi
Vi = jumlah PDRB seluruh sektor tingkat provinsi
vt = jumlah PDB sektor pertanian tingkat nasional
LQ>1 mengindikasikan adanya kegiatan ekspor bagi sektor tersebut atau sektor
basis (B) dengan kata lain bahwa suatu daerah tersebut lebih berspesialisasi
memproduksi sektor i dibanding wilayah diatasnya.
Sedangkan LQ<1 disebut sektor non basis (NB) yang artinya bahwa suatu daerah
tersebut tidak berspesialisasi memproduksi sektor i dibanding wilayah diatasnya.
Jika LQ = 1 mengindikasikan bahwa baik daerah tersbeut maupun wilayah
diatasnya sama-sama derajatnya memproduksi sektor i.
Dalam analisis LQ, ekonomi diasumsikan tertutup. Dengan demikian hasilnya
hanya dapat digunakan untuk mengetahui struktur ekonomi, tidak dapat
digunakan untuk proyeksi kedepan.
2. Analisis Kualitatif
Dalam analisis kualitatif, pembahasan di lakukan dengan cara deskriptif dengan
menggunakan tabulasi – tabulasi terutama dalam menganalisa perkembangan
sektor pertanian.
E. Gambaran Umum Provinsi Lampung
Daerah Provinsi Lampung meliputi areal daratan seluas 35.288,35 Km2 termasuk
pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah paling ujung Tenggara pulau
Sumatera dengan batas wilayah :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi sumatera Selatan dan Bengkulu.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa.
Secara geografis, Provinsi Lampung terletak pada kedudukan antara 103040’ –
105050’ Bujur Timur dan 6045’ – 3045’ lintang Selatan. Pronvinsi Lampung
dengan ibukota Bandar Lampung yang merupakan gabungan dari kota kembar
Bandar Lampung dan Teluk Betung memiliki wilayah yang luas dan menyimpan
beragam potensi. Pelabuhan utamanya adalah pelabuhan Panjang dan Bakauheni
dan memiliki Lapangan Terbang Raden Inten II yang merupakan perubahan dari
Branti.
Potensi utama yang dimilki Provinsi Lampung adalah potensi pengembangan
lahan dan air. Daerah Lampung dapat dibagidalam 5 unit topografi, yaitu:
1. Daerah Topografis berbukit-bergunung dengan kemiringan berkisar 250.
2. Daerah topografis berombak sampai bergelombang dengan kemiringan 8 –
150; (3) Daerah dataran alluvial dengan kemiringan 1 – 30.
3. Daerah dataran rawa pasang-surut; dan
4. Daerah river Basin.
Provinsi Lampung merupakan daerah tropis-humid dangan suhu udara rata-rata
pada siang har