• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN GERAK TARI MELALUI METODE IMITASI DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) Babul Ilmi KEDATON BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN GERAK TARI MELALUI METODE IMITASI DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) Babul Ilmi KEDATON BANDAR LAMPUNG"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN GERAK TARI MELALUI METODE IMITASI DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

KEDATON BANDAR LAMPUNG (Skripsi)

Oleh AL FITRI ULFA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PEMBELAJARAN GERAK TARI MELALUI METODE IMITASI KEDATON BANDAR LAMPUNG

Oleh AL FITRI ULFA

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pembelajaran gerak

Kedaton, Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran gerak tari melalui metode imitasi di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas Matahari berjumlah 20 siswa, yang terdiri dari 8 siswi dan 12 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni observasi dengan pengamatan pembelajaran gerak tari melalui metode imitasi. Observasi ini menggunakan panduan lembar observasi dengan pengamatan aktivitas yang mencakup aktivitas lisan, aktivitas motorik, dan aktivitas emosi. Dokumentasi yang diperoleh berupa foto serta catatan lapangan dilakukan oleh guru dan siswa. Data penelitian ini menggunakan tes praktik untuk mengetahui kemampuan gerak tari siswa melalui metode imitasi.

(3)

ABSTRACT

THE MOTION DANCE LEARNING PASS IMITATION METHOD KEDATON BANDAR LAMPUNG

By

AL FITRI ULFA

The problem in this research is how the motion dance learning pass imitation method at ldhood Education (PAUD) Kedaton, Bandar Lampung. This study aimed to describe the motion dance learning pass

Chilhood Education (PAUD) Kedaton Bandar Lampung.

This research used descriptive method. Sources of data in this research are the studnts of Matahari class, consist of 8 girls and 12 boys. Data colecting technique in this research is observation toward motion dance learning pass imitation method. This research used the observation sheet guide with activities that include observations of oral activity, motor activity, and emotion activity. Documentation consists of photos and field notes has done by teachers and students. This research data used the practice test to determine the ability of the student dance pass imitation method.

(4)

PEMBELAJARAN GERAK TARI MELALUI METODE IMITASI DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

KEDATON BANDAR LAMPUNG

Oleh AL FITRI ULFA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : Pembelajaran Gerak Tari Melalui Metode Imitasi di Pendidikan Anak Usia Dini

Kedaton Bandar Lampung Nama Mahasiswa : Al Fitri Ulfa

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813043003

Program Studi : Pendidikan Seni Tari Jurusan : Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Agung Kurniawan, S.Sn., M.Sn. Dra. Ni Nyoman Wetty S, M.Pd. NIP 19790202 200312 1 003 NIP 19510614 198103 2 001

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. NIP 19590722 198603 1 003

(6)

1. Tim Menguji

Ketua : Agung Kurniawan, S.Sn., M.Sn..

Sekretaris :Dra. Ni Nyoman Wetty S, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing :Fitri Daryanti, S.Sn. M.Sn.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

Tanggal Lulus Ujian Skripsi :29 November 2012

(7)

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Al Fitri Ulfa

NPM : 0813043003

Program Studi : Pendidikan Seni Tari

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan sendiri. Sepengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan cara mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.

Apabila ternyata kelak kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka sepenuhnya saya akan bertanggung jawab.

Bandar Lampung, November 2012

Al Fitri Ulfa NPM 0813043003

(8)

Penulis dilahirkan di Way Jepara pada 9 April 1991, yang merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Suhadi, S.Pd dan Ibu Rosmi, S.Pd.

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1996 di Sekolah Dasar Negeri 7 Metro Utara diselesaikan tahun 2002, SMP Negeri 8 Metro diselesaikan pada tahun 2005, SMA Negeri 2 Metro yang diselesaikan tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Seni Tari, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Pada tahun 2011, penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintegrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di SMP Negeri 3 Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran.

Kedaton, Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.).

(9)

Pendidikan merupakan perlengkapan di hari tua dan hanya kebodohan yang meremehkan pendidikan(Aristoteles dan P. Syrus)

Membaca menjadikan seseorang berisi, berunding menjadikan dia siap, menulis menjadikan dia seksama (Bacon)

Optimis, karena hidup terus mengalir dan berputar untuk belajar serta berkarya. Belajar untuk terus memperbaiki diri dan berkarya untuk menuntun lingkungan

tampil lebih baik (Al Fitri Ulfa)

PERSEMBAHAN

(10)

1. Abah dan Ibu tercinta, yang selalu menjadi energi untuk membangkitkan semangatku. Tulus kasih sayang, dukungan, dan doa untuk keberhasilan masa depanku dalam mencari ilmu;

2. Kakakku, Mas Ricky Rinaldi dan Muhammad Ashari beserta keluarga kecilnya dan Adikku tercinta, Besta Rosita Sahara dan Syaiful Rizal Cahyadi, terima kasih selalu menjadi pemberi warna dalam hidupku;

3. Teman-teman Seni Tari Angkatan 2008, yang memberikan dukungan;

4. Calon imamku kelak, yang bisa mendampingi dan menuntun hidupku di jalan yang diridhoi Illahi;

5. Almamater tercintaku, Universitas Lampung. Tempatku menimba ilmu dan belajar tentang kehidupan sehingga menjadikanku lebih baik menjalani dan memaknai arti hidup yang sebenarnya.

SANWACANA

(11)

mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Seni Tari, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis terbatas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Agung Kurniawan S.Sn., M.Sn., sebagai pembimbing I sekaligus pembimbing akademik. Terima kasih untuk ketersediaan waktu di sela-sela kesibukan dalam memberikan bimbingan serta motivasi, sudi menjadi tempat mencurahkan segala keluh kesah penulis, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi;

2. Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd., sebagai pembimbing II atas kesabaran, bimbingan, dan masukannya kepada penulis;

3. Ibu Fitri Daryanti, S.Sn., M.Sn., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Seni Tari sekaligus sebagai penguji;

4. Dwiyana Habsary, S.Sn., M.Hum., yang telah menjadi teladan bagi kami;

5. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Ketua Jurusan program studi Bahasa dan Seni; 6. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

7. Seluruh dosen dan staff di Program Studi Pendidikan Seni Tari, khususnya Mas Jaya, Pak Heru, Mbah Bahri dan Pak Mariman;

8. Ibu Torina Wulida, S.H., selaku atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian. Terima kasih atas kerja sama dalam pelaksanaan penelitian;

9. Seluruh staf, guru, dan sisw

terimakasih atas kerja sama dan partisipasi selama penelitian;

10. Orang tuaku tercinta, Abah dan Ibu yang selalu memperjuangkan segalanya, tiada henti memberikan doa, perhatian, semangat, motivasi demi keberhasilan anaknya; 11. Kakakku, Mas Ricky Rinaldi dan Muhammad Ashari beserta keluarga kecilnya dan

Adikku tercinta, Besta Rosita Sahara dan Syaiful Rizal Cahyadi, terima kasih selalu menjadi penyemangat dalam letihku;

12. Keluarga besarku Paklek, Bulek, Mbahnang dan beserta sepupuku yang selalu memberikan semangat, perhatian, dan kasih sayangnya;

13. Sahabat seperjuangan di Pendidikan Seni Tari angkatan 2008, khususnya, Lena, Hepi, Ana, Septi, Ayu, Novi, Linda, terima kasih banyak atas dukungan, doa, dan semangat yang diberikan. Semoga persahabatan ini selalu terjalin.

14. Teman-teman kosan cantik manis (Camas) selama dua tahun Lena, Hepi, Ana, Ayu, Hana, serta Puji, dan mbak Afri. Terima kasih sudah menemaniku dan selalu memberi dukungan selama ini. Semoga persaudaraan kita tetap selamanya terjalin; 15. Teman kosan Dua Satu, Arum (AB), Silvia (Miss Cetar Membahana). Terima kasih

untuk semangat yang selalu diberikan;

16. Teman teman PPL di Gedongtataan, Yetni, mbak Eka, Yinda, Nevi, Berna, Hesti, Esti, Dwi dan Bayu. Terima kasih atas kenangan yang indah, bersama kalian saya banyak belajar;

(12)

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan rujukan penelitian. Semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan, saran dan masukan dari pembaca menjadi permintaan penulis untuk karya selanjutnya.

Bandar Lampung, November 2012 Penulis,

(13)

ABSTRACT

THE MOTION DANCE LEARNING PASS IMITATION METHOD KEDATON BANDAR LAMPUNG

By

AL FITRI ULFA

The problem in this research is how the motion dance learning pass imitation ldhood Education (PAUD) Kedaton, Bandar Lampung. This study aimed to describe the motion dance learning pass imitation

Lampung.

This research used descriptive method. Sources of data in this research are the studnts of Matahari class, consist of 8 girls and 12 boys. Data colecting technique in this research is observation toward motion dance learning pass imitation method. This research used the observation sheet guide with activities that include observations of oral activity, motor activity, and emotion activity. Documentation consists of photos and field notes has done by teachers and students. This research data used the practice test to determine the ability of the student dance pass imitation method.

(14)

ABSTRAK

PEMBELAJARAN GERAK TARI MELALUI METODE IMITASI KEDATON BANDAR LAMPUNG

Oleh AL FITRI ULFA

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pembelajaran gerak tari melalui metode imitasi di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Babul

pembelajaran gerak tari melalui metode imitasi di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Babul

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas Matahari berjumlah 20 siswa, yang terdiri dari 8 siswi dan 12 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni observasi dengan pengamatan pembelajaran gerak tari melalui metode imitasi. Observasi ini menggunakan panduan lembar observasi dengan pengamatan aktivitas yang mencakup aktivitas lisan, aktivitas motorik, dan aktivitas emosi. Dokumentasi yang diperoleh berupa foto serta catatan lapangan dilakukan oleh guru dan siswa. Data penelitian ini menggunakan tes praktik untuk mengetahui kemampuan gerak tari siswa melalui metode imitasi.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education), merupakan kalimat yang telah sejak lama dikenal sejak dahulu sampai saat ini. Pentingnya pendidikan dalam hidup dan kehidupan manusia telah menjadikannya salah satu kebutuhan pokok manusia. Manusia yang tidak mempunyai pendidikan bagaikan makhluk yang raganya saja seperti manusia. Bebarapa ajaran agama juga mewajibkan manusia untuk mengecap pendidikan

setingi-Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sehingga anak-anak Indonesia tidak hanya mengenal pendidikan saat masuk sekolah dasar, tetapi lebih dulu dibina di PAUD (Isjoni, 2010: 54). Menurut pasal 1 ayat 14 UU RI No. 20 Tahun 2003 dinyatakan sebagai berikut.

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya yang diperuntukkan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang telah dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut

(16)

meliputi agama, intelektual, emosi, fisik, kebiasaan-kebiasaan yang positif, menguasai sejumlah penguasaan, dan keterampilan sesuai perkembangannya serta memiliki motivasi dan sikap berkreatif. Dasar bagi pendidikan anak selanjutnya terletak pada anak usia dini karena keberhasilan anak di masa-masa selanjutnya akan dipengaruhi ketika keberhasilan pendidikan pada usia dini. Menyimak dari penjelasan tersebut, dengan demikian pendidikan anak usia dini merupakan bentuk pendidikan yang sangat penting bagi kehidupan manusia di masa yang akan datang. Oleh karena itu, tujuan dari anak usia dini adalah untuk menumbuhkembangkan semua aspek perkembangan, yang ada pada anak usia dini agar ia tumbuh menjadi bagian dari generasi unggul.

Menumbuhkembangkan semua aspek yang ada pada anak usia dini diperlukan adanya pembelajaran. Pembelajaran berasal dari kata belajar yang berarti memeroleh perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman (Syah, 2011: 65). Belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui dalam hubungannya dengan proses mengajar. Ukurannya ialah, semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai.

(17)

perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Sanjaya, 2009: 125). Peran guru adalah menstimulus anak agar dapat mengikuti, menirukan, menuangkan serta mengembangkan ekspresi gerak tari yang diajarkan oleh guru, baik secara individual maupun kelompok. Dalam penelitian ini yaitu dengan dipilihnya metode imitasi yang tidak terlepas metode bermain sebagai penyampaian gerak tari bagi anak usia dini.

Melalui proses pembelajaran yang menyenangkan, maka anak akan mampu belajar dengan baik (Suyadi, 2010: 227). Menari merupakan salah satu kegiatan dalam pendidikan anak usia dini yang dapat menciptakan situasi yang menyenangkan. Menari seperti kesenian lainnya adalah merupakan sumber pengetahuan yang dapat diterima, khususnya anak usia dini. Oleh karena itu, diperlukan guru tari yang kreatif dan kemampuan dalam membimbing siswa, serta menanamkan pengaruh yang bermanfaat dari kegiatan menari terhadap pembentukan kepribadian anak dan menstimulus kecerdasan majemuk siswa.

(18)

dengan adanya pembelajaran tari yang diajarkan pada anak usia dini di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Pembelajaran gerak tari dalam kurikulum pendidikan anak usia dini diterapkan dalam standar kompetensi yang mencakup pengembangan aspek fisik-motorik dan aspek seni. Pembelajaran gerak tari ini disampaikan tidak hanya sebatas pengetahuan saja, namun melalui media tubuhnya, anak akan mendapat kepuasan dalam proses perkembangan fisik dan jiwa sebagai eksistensi dirinya dalam bersosialisasi. Melalui berlatih menguasai gerak ataupun urutan rangkaian gerak sebagai materi dasar sebuah tarian akan membantu perkembangan daya pikir siswa dalam membantu perkembangan kecerdasan secara utuh. Peran guru tari sangat penting dalam pengembangan pengetahuan tentang filosofi mengajar, kurikulum yang dikembangkan, materi, metode, strategi, evaluasi dan sumber belajar kegiatan tari.

(19)

berfungsi untuk mengembangkan berbagai kecerdasan siswa. Pembelajaran materi tari tetap disampaikan dengan cara bermain sehingga tidak ada unsur paksaan pada siswa.

mengajarkan pembelajaran seni tari yang disesuaikan dengan karakteristik anak usia dini. Pembelajaran seni ini meliputi pembelajaran gerak tari yang dirasa cukup penting untuk menumbuhkembangkan kemampuan fisik-motorik anak usia dini. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya pendidikan seni sangat penting bagi anak yang sedang tumbuh kembang.

Melalui pembelajaran gerak tari, anak bukan hanya sekedar menirukan apa yang dilakukan guru, namun anak juga dituntut untuk mampu menggerakkan sesuai dengan iringan musik, serta mampu menari dengan ekspresi yang tepat. Putra dan Dwilestari (2012: 59) mengemukakan dalam pelaksanaan pembelajaran, pendidikan seni meliputi spektrum yang sangat luas. Sebab pada dasarnya seni meliputi spektrum yang sangat luas dan beragam. Jadi, sangat disayangkan dan merupakan kesalahan fatal jika PAUD tidak menyediakan kesempatan pada anak-anak untuk mengalami seni.

Berdasarkan latar belakang permasalahan ini, maka dilakukan penelitian tentang Melalui Metode Imitasi pada Kelas Matahari edaton, Bandar Lampung Tahun

(20)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penelitian ini ditujukan pada aspek-aspek kajian tertentu sebagai masalah yang diteliti dengan rumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimanakah pembelajaran gerak tari melalui metode imitasi pada kelas Matahari

Lampung?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran gerak tari melalui metode imitasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Bandar Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini antara lain.

a. Secara teoretis mencoba menerapkan konsep metode imitasi dalam pembelajaran gerak tari di Pendidikan Anak Usia Dini Bab

Bandar Lampung.

b. Sebagai referensi di bidang pendidikan seni tari pembelajaran gerak tari melalui metode imitasi bagi anak usia dini.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut.

(21)

b. Agar meningkatkan kemampuan gerak tari anak usia dini dengan penerapan metode pembelajaran imitasi.

c. Sebagai bahan kajian bagi guru untuk merefleksikan kualitas pelaksanaan pembelajaran di kelas terutama pada pendidikan anak usia dini.

d. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ba

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:

1. Subjek penelitian adalah anak usia dini kelas matahari pada pendidikan anak

2. Objek penelitian adalah pembelajaran gerak tari melalui metode imitasi. 3.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi dan proporsi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori memiliki tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala (Sugiyono, 2011: 81). Penelitian ini menggunakan beberapa teori yang berkaitan dengan judul pada penelitian meliputi, pembelajaran, gerak tari, metode imitasi dan pendidikan anak usia dini.

2.1 Pengertian Pembelajaran

dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat (Sanjaya, 2010: 27). Istilah ini mengandung pengertian, dalam pembelajaran siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat memermudah siswa, memelajari segala sesuatu melalui berbagai macam media. Media yang digunakan seperti bahan-bahan media cetak, program televisi, gambar, audio dan lain sebagainya. Dengan demikian, semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Sebagai contoh yaitu, guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar.

(23)

merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam memelajari sesuatu.

Pengertian pembelajaran menurut para ahli yang telah dijabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan upaya yang sistematis dan disengaja untuk menciptakan suasana atau kondisi, agar terjadi kegiatan interaksi antara warga belajar dengan pendidik dalam melakukan pembelajaran. Hal ini merupakan media atau cara untuk menyampaikan materi kepada siswa agar materi tersebut dapat tersampaikan secara sistematis.

Sardiman (2006: 96) menerangkan bahwa prinsip pembelajaran adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku dengan adanya melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dengan kata lain, dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, aktivitas merupakan prinsip didalam interaksi dan kegiatan belajar-mengajar. Aktivitas belajar meliputi aktivitas fisik dan aktivitas mental. Aktivitas fisik seperti belajar gerak tari yang diajarkan oleh guru, sedangkan aktivitas mental dengan menumbuh-kembangkan kemampuan intelektual siswa dengan menggunakan metode imitasi.

Sardiman (2006: 101) menggolongkan aktivitas belajar berdasarkan pendapat Denrick dalam delapan golongan, dan diuraikan seperti di bawah ini.

1. Aktivitas visual (visual activities), seperti: membaca, memperhatikan, gambar demonstrasi, memperhatikan orang bekerja.

(24)

3. Aktivitas mendengarkan (listening activities), contohnya: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Aktivitas menulis (writing activities), seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Aktivitas menggambar (drawing activities), misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram.

6. Aktivitas motorik (motor activities), yang termasuk di dalamnya, antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7. Aktivitas mental (mental activities), sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Aktivitas emosi (emotional activities), seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan penjabaran berbagai macam aktivitas yang dijabarkan di atas, aktivitas yan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Aktivitas lisan, yang ditunjukkan dengan keterlibatan seluruh siswa kelas Matahari dalam menyanyikan lagu Potong Bebek Angsa.

2. Aktivitas motorik, yang ditunjukkan dengan keterlibatan seluruh siswa kelas Matahari dalam melakukan gerak tari dengan media lagu Potong Bebek Angsa. 3. Aktivitas emosi, dengan keterlibatan seluruh siswa kelas Matahari dengan

menunjukkan rasa gembira, berani, dan sangat bersemangat dalam memeragakan gerak tari dengan media lagu Potong Bebek Angsa.

(25)

Setiap karya tari selalu memunyai elemen yang melandasi bangunan dari sebuah bentuk tari. Elemen dasar tari selalu saling bergantung dan mengisi, baik tari tradisional maupun tari kreasi baru, dengan tidak meninggalkan salah satu elemen tari tersebut. Secara garis besar elemen tari tersebut dibagi tiga bagian: elemen gerak dan struktur, elemen musik dan elemen kostum dengan tata rias (Indah, 2007: 43)

Sumandiyo (2007: 25) mengemukakan bahwa gerak merupakan dasar ekspresi. Oleh sebab itu, gerak merupakan ekspresi dari semua pengalaman emosional yang diekspresikan lewat medium yang tidak rasional, yakni gerakan tubuh atau gerakan seluruh tubuh. Gerak tari adalah gerak yang distilir sehingga menimbulkan bentuk yang ekspresif. Menurut Langer, bentuk ekspresif itu adalah bentuk yang diungkapkan manusia untuk dinikmati dengan rasa (1957: 15). -gerak yang indah yang dapat menggetarkan perasaan manusia, serta mampu menjalin komunikasi dengan penonton. Adapun gerak yang indah merupakan gerak yang distilir yang di dalamnya mengandung ritme tertentu (1977: 16).

Tujuan dari tari adalah untuk mengomunikasikan gagasan, oleh karena itu, begitu banyak hal yang tedapat dalam sebuah tarian. Dalam hal ini bukan hanya serangkaian gerak saja namun tari juga memunyai bentuk, yaitu wujud keseluruhan sistem, kesatuan ciri dan mode.

2.3 Metode Imitasi

(26)

untuk mengasah kecerdasan ana, sebagai orang tua seharusnya tidak boleh bosan menjawab berbagai pertanyaan anak. Konsentrasi.untuk mengetahui baik tidaknya anak berkonsentrasi dilihat saat anak bermain aturan. Sebagai pendidik harus tegas dan konsisten dalam membuat aturan bagi anak, harus ada motivasi dan hukuman. Pujian yang positif dan hukuman harus tegas. tidak boleh emosi dan bersuara rendah, intonasi suara sangat menentukan sikap.

Sebagai upaya pemberian materi gerak tari yang lebih mengutamakan kecerdasan kinestetik anak, diberikan melaui metode imitasi. Imitasi (peniruan) adalah keterampilan untuk menentukan suatu gerakan yang dilatih sebelumnya. Latihan ini bisa dilakukan dengan cara memerdengarkan atau memerlihatkan. Dengan demikian, kemampuan ini merupakan representasi ulang terhadap apa yang dilihat atau didengar oleh anak. Oleh karena itu, peningkatan gerak fisik-motorik pada tahap ini bisa dilakukan dengan memeragakan gerakan tertentu. Misalnya, stimulasi yang diberikan untuk mencapai kemampuan gerak fisik-motorik dengan menirukan gerak binatang atau gerakan-gerakan lain (Suyadi, 2010: 74).

(27)

Metode imitasi adalah metode penyampaian tari secara tradisional yang banyak digunakan guru-guru tari terutama di PAUD, TK dan SD. Metode imitasi ini dibagi menjadi dua yaitu imam(anak diajarkan tarian secara keseluruhan dengan arah hadap yang sama) dan ngede (anak menirukan gerakan yang diajarkan guru yang berlawanan arah atau anak seperti bercermin di kaca). Secara umum metode imitasi memiliki tujuan untuk membentuk kebiasaan, tingkah laku, keterampilan, sikap, dan keyakinan (Yuni, 2004: 12).

Metode ini dilakukan agar siswa mendapatkan gambaran yang realistis tentang kualitas gerak tari yang baik, seperti yang diutarakan oleh Dave (Suyadi, 2010: 74), bahwa imitasi meliputi tindakan mendengar dan mengamati keterampilan-keterampilan teknik dan artistik (posisi tubuh, diksi dan interpretasi). Dengan metode imitasi ini, siswa dapat belajar dengan cara mendengar, mengamati, dan meniru keterampilan teknik yang dilakukan atau dicontohkan oleh pengajar. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada metode imitasi sebagai berikut. 1. Pengajar menemukan topik dari tujuan imitasi.

2. Pengajar memberikan gambaran garis besar terhadap materi yang akan diimitasikan.

3. Pengajar memberikan pengarahan kepada anak didik tentang hal-hal yang harus dilakukan.

4. Siswa melakukan imitasi guru mencontohkan, memberi koreksi untuk kelancaran imitasi.

(28)

Kegiatan pembelajaran metode ini disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan, maka seorang pengajar akan sangat terbantu, sehingga semua materi pelajaran yang disampaikan dapat dipahami dan dapat diterima oleh para muridnya. Seperti ya

materi gerak bersamaan dengan iringan lagu yang anak usia dini tidak merasa asing dengan lagu tersebut, yaitu dengan lagu potong bebek angsa.

Pembelajaran gerak tari dengan pengulangan gerak yang efektif serta merelevansi peniruan-peniruan gerakan yang telah dilakukan pada anak. Dengan metode imitasi ini memiliki kelebihan-kelebihan antara lain.

1. Murid akan memeroleh gambaran yang realistis tentang kualitas gerak tari yang baik, yang terjadi karena proses peniruan dari murid tersebut.

2. Dapat diterapkan pada setiap fase perkembangan angka untuk meningkatkan daya tangkap dan ingatannya.

3. Dapat meningkatkan penguasaan materi gerak yang diperoleh anak usia dini.

2.4 Pendidikan Anak Usia Dini

(29)

emosional, dan sosial yang tepat dan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Menurut UU SPN No 20 Tahun 2003, pendidikan anak usia dini adalah suatu pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidkan lebih lanjut. Melalui PAUD ini, diharapkan anak dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya yang meliputi agama, intelektual, sosial, emosi, fisik, kebiasaan-kebiasaan yang positif, menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan sesuai perkembangannya serta memiliki motivasi dan sikap untuk kreatif.

Prinsip pendidikan anak usia dini adalah upaya untuk menumbuhkembangkan semua yang dimiilki oleh anak usia dini. Ki Hajar Dewantara (Tirtarahardja 2005: 118) merangkum semua potensi anak menjadi cipta,rasa dan karsa. Sedangkan teori Multiple Intlegancies (kecerdasan ganda) dari Gardner (Suyanto, 2005: 7) menyatakan bahwa ada delapan tipe kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik (bahasa), logika matematik, spasial, kinestetik tubuh, musikal, interpersonal dan naturalis. Biasanya seorang anak memilki satu atau lebih kecerdasan dan amat jarang, anak memiliki secara sempurna delapan kecerdasan tersebut.

1. Kecerdasan Linguistik.

(30)

latihan seperti menulis dan membaca puisi, berdebat, menulis cerita, meniru kata-kata, bermain peran, bermain teka-teki, berpidato atau permainan yang menggu-nakan gerak gerak dan isyarat yang disertai musik dan lagu.

2. Kecerdasan Logika-Matematika.

Menurut pakar pendidikan, kecerdasan logika-matematika biasanya hanya tampak dalam diri perseorangan. Kecerdasan ini meliputi antara lain kemampuan menghi-tung, mengukur, berpikir logis serta menyelesaikan masalah-masalah matematika dengan cepat. Kecerdasan logika-matematika dapat dirangsang dengan melakukan pengenalan terhadap konsep waktu, hubungan sebab-akibat, simbul abstrak, serta latihan berpikir secara matematis-logis, mengumpulkan bukti dan menarik kesim-pulan, menciptakan rumus-rumus, serta mengaitkan peristiwa sehari-hari dengan aplikasi bidang fisika dan matematika.

3. Kecerdasan Spasial.

Kecerdasan spasial terkait dengan kepandaian yang dimiliki seseorang dalam hal memersepsi apa yang dilihat. Kecerdasan spasial ini sangat menekankan kemam-puan individu untuk berpikir dalam tiga dimensi. Kecerdasan ini, memungkinkan individu untuk bisa menerjemahkan apa yang dibayangkannya, bahkan memodifi-kasi imajinasinya itu dalam suatu dimensi. Lebih jauh individu mampu meng-gambarkan keberadaan dirinya sebagai bagian dari ruang dengan objek-objek yang mengitarinya.

4. Kecerdasan Kinestetik.

(31)

kinestetik tubuh menurit koordinasi antara otak dan tubuh. Anak yang memiliki kecerdasan kinestetik tubuh memiliki kemampuan komunikasi melalui gerakan dan bentuk-bentuk secara efektif. Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan kinestetik antara lain.

a. Memiliki prestasi yang menonjol dalam bidang olahraga kompetitif. b. Senang bergerak, bahkan ketika duduk sekalipun.

c. Menyenangi aktivitas yang melibatkan gerakan fisik.

d. Menunjukkan prestasi yang menonjol dalam bidang kerajinan tangan. e. Senang melakukan pekerjaan yang melibatkan tangan.

f. Gemar membongkar sebuah benda dan kemudian menyusun kembali, dan g. Gemar berlari, melompat ataupun berguling.

Sejumlah kegiatan yang bisa dilakukan untuk melatih kecerdasan kinestetik tubuh adalah mengenal lingkungan dan menjelajahi dengan sentuhan, bermain ketangkasan peran yang memungkinkan menggunakan gerak tubuh sebagai simbol, mendemonstrasikan kemampuan mengolah gerak tubuh dalam bentuk tarian, melakukan senam atau olahraga lainnya.

5. Kecerdasan Musikal.

(32)

mendorong anak untuk bernyanyi, menikmati lagu dan musik, memainkan musik atau menonton pertunjukkan musik baik langsung maupun tak langsung.

6. Kecerdasan Interpersonal.

Kecerdasan interpersonal terkait dengan bagaimana seseorang memahami perasaan, suasana hati, serta karakter orang lain. Secara lahiriah, kecerdasan ini sudah tampak dalam hhubungan khusus antara orang tua, guru dan sesama anak itu sendiri. Tinggal bagaimana guru mendorong agar anak mampu mengembangkan aspek ini dengan kawan-kawan seusianya, ataupun dengan pergaulan disekitar lingkungan kehidupan mereka.

7. Kecerdasan Intrapersonal.

Selain kecerdasan interpersonal ada pula yang disebut sebagai kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan ini erat kaitannya dengan kemampuan melihat pemikiran dan perasaan sendiri.kecerdasan intrapersonal adalah orang yang mampu menyadari keadaan emosialnya serta mampu menemukan jalan keluar untuk mengekspresikan perasaan pikirannya dengan baik, mampu bekerja secara mandiri.

Untuk merangsang agar anak memilki kecerdasan intrapersonal yang prima, orang tua atau guru dapat mendorong anak dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk bisa mengekspresikan pikiran dan gagasannya sehingga anak pada gilirannya nanti benar-benar mampu menjadi dirinya sendiri.

8. Kecerdasan Naturalis.

(33)

menyukai keberadaan mereka di alam terbuka. Untuk merangsang kecerdasan ini anak lebih diarahkan untuk melalukan berbagai eksperimen yang terkait dengan fenomena alam.

2.4.1 Karakteristik Anak Usia Dini

Periode emas merupakan masa ketika otak anak mengalami perkembangan paling cepat sepanjang sejarah kehidupannya. Periode ini hnanya berlangsung pada saat anak dalam kandungan hingga usia dini, yaitu 0-6 tahun. Namun, masa bayi dalam kandungan hingga lahir, sampai usia empat tahun adalah masa-masa yang paling menentukan. Periode ini pula yang disebut-sebut sebagai periode emas, atau yang lebih dikenal sebagaiin the golden ages.

Alasan disebut periode emas karena pada masa itu anak sedang mengalami. pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Sehingga, otak merupakan kunci utama bagi pembentukan kecerdasan anak. Oleh karena itu, kunci pembentukan kecerdasan otak anak adalah pada usia dini atau periode emas ini. Saphiro (Suyadi, 2010: 24) menyatakan bahwa anak usia dini menaruh harapan yang tinggi untuk berhasil dalam mempelajari segala hal, meskipun dalam praktiknya selalu buruk. Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa, pada anak usia dini, anak dapat dididik untuk melakukan apa saja dan mereka mempunyai kepercayaan diri yang tinggi untuk berhasil, meskipun dalam praktiknya sangat buruk, bahkan terkesan mustahil.

(34)

dilakukan untuk menjadikan anak lebih cerdas. Salah satu cara untuk memanfaatkan periode ini adalah dengan memberikan berbagai stimulasi. Bagi anak usia dini stimulasi yang terbaik yaitu dengan permainan, agar anak meningkatkan kecerdasan ganda, yaitu kecerdasan linguistik (bahasa), logika matematik, spasial, kinestetik tubuh, musikal, interpersonal dan naturalis.

Pandangan para ahli tentang anak cenderung berbeda antara satu sama lain dan cenderung berubah dari waktu ke waktu. Namun kajian terhadap berbagai sumber yang relevan dan relatif mutakhir menyimpulkan adanya beberapa karakteristik anak usia dini yang menonjol dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Karakteristik anak usia dini menurut Suyadi (2010: 28) yaitu sebagai berikut:

1. Anak bersifat unik.

Anak berbeda antara satu sama lain. Anak memiliki bawaan, minat, kapasitas dan latar belakang kehidupan masing-masing. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.

2. Anak bersifat egosentris.

Anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Bagi anak yang masih bersifat egosentris, sesuatu itu akan penting sepanjang hal tersebut terkait dengan dirinya.

3. Anak bersifat aktif dan energik.

(35)

beraktivitas, terlebih jika anak dihadapkan pada suatu kegiatan baru dan memantang.

4. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. Dengan rasa ingin tahu yang kuat ini, anak usia PAUD cenderung banyak memer-hatikan, membicarakan dan memertanyakan berbagai hal yang sempat dilihat dan didengarnya, terutama terhadap hal-hal yang baru.

5. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.

Terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat, anak lazimnya senang menjelajah, mencoba dan mempelajari hal-hal baru. Ia senang membongkar pasang alat-alat mainan yang baru dibelinya. Kadang-kadang ia terlibat secara intensif dalam kegiatan memerhatikan, memermainkan dan melakukan sesuatu dengan benda-benda yang dimilikinya.

6. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan.

Perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli dan tidak ditutup-tutupi. Anak merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan fikirannya. Ia akan marah kalau ada yang membuatnya jengkel, ia akan menangis kalau ada yang membuatnya sedih, dan ia pun akan memerlihatkan wajah yang ceria kalau ada sesuatu yang membuatnya bergembira tak peduli dimana dan dengan siapa ia berada.

7. Anak senang dan kaya dengan fantasi.

(36)

bercerita melebihi pengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal yang gaib sekalipun.

8. Anak masih mudah frustasi.

Umumnya anak masih mudah kecewa bila menghadapi sesuatu yang tidak memuaskan. Ia mudah menangis atau marah bila keinginannya tidak terpenuhi. Kecenderungan perilaku anak seperti ini terkait dengan sifat egosentrisnya yang masih kuat, sifat spontanitasnya yang masih tinggi serta rasa empatinya yang masih relatif terbatas.

9. Anak masih kurang perkembangan dalam melakukan sesuatu.

Sesuai dengan perkembangan cara berfikirnya, anak lazimnya belum memiliki rasa pertimbangan yang matang, termasuk berkenaan dengan hal-hal yang membahayakan. Ia kadang-kadang suka melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya dan orang lain. Oleh karena itu perlu diberikan perhatian dan pengawasan bagi anak usia dini.

10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek.

Anak lazimnya memiliki daya perhatian yang pendek, kecuali terhadap hal-hal yang secara instrinsik menarik dan menyenangkan. Ia masih sangat sulit untuk duduk dan memerhatikan sesuatu dalam jangka waktu yang sama.

11. Anak bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman.

(37)

mempraktikkan berbagai kemampuan dan keterampilan, serta mengembangkan konsep dan keterampilan baru, namun tidak seperti orang dewasa, anak cenderung banyak belajar dari pengalaman melalui interaksi dengan benda atau orang lain dari pada belajar dari simbol.

12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman sosial, anak usia dini semakin berminat terhadap orang lain. Ia mulai menunjukkan kemampuan untuk bekerja sama dan berhubungan dengan teman-temannya. Ia memiliki penguasaan perbendaharaan kata yang cukup untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Adapun ciri-ciri anak usia 3-6 tahun menurut Snow Man (Suyadi, 2010: 28-30) sebagai berikut.

1. Anak usia dini umumnya sangat aktif, karena mereka telah memiliki penguatan kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.

2. Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, karena anak sering tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat yang cukup.

3. Walaupun otot-otot anak lebih berkembang terhadap jari dan tangan namun biasanya anak belum terampil, contoh anak belum bisa mengikat tali sepatu sendiri.

4. Anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. 5. Peranan sebagai anak laki-laki atau perempuan lebih jelas, anak laki-laki

(38)

Masa kanak-kanak merupakan masa yang ideal untuk mempelajari keterampilan tertentu. Dengan alasan bahwa anak-anak mempunyai sifat senang mengulang-ulang dan dengan senang hati mau mengmengulang-ulang suatu aktivitas sampai terampil melakukannya. Anak bersifat pemberani, anak lebih mudah dan cepat belajar karena tubuhnya masih sangat lentur serta keterampilan yang dimiliki baru sedikit, sehingga keterampilan yang lentur dikuasai tidak mengganggu keterampilan yang sudah ada (Putra dan Dwilestari, 2012: 29). Dapat disimpulkan bahwa anak usia dini telah memiliki kemampuan dengan keterbatasan, yang harus diperhatikan oleh guru.

Pembelajaran gerak tari melalui metode imitasi melibatkan kecerdasan kinestetik anak. Anak usia 4-6 tahun tahun yang memiliki kecerdasan kinestetik mempunyai ciri sebagai berikut.

1. Anak usia 3-4 tahun.

a. Berbalik atau berhenti secara tiba-tiba atau cepat. b. Melompat dengan lompatan kurang lebih 37-60 cm. c. Naik tangga tanpa dibantu.

d. Meloncat dengan tambahan beberapa variasi lompatan.

2. Anak usia 4 -5 tahun

a. Anak sangat aktif, mampu meniru, mengikuti, dan menikmati berbagai gerakan yang dicontohkan.

b. Mampu mengontrol gerakan dan memberikan respon bila diberi petunjuk orang dewasa. Seperti berhenti, memulai, atau berputar yang lebih efektif. c. Naik turun tangga dengan langkah kaki yang saling bergantian.

(39)

a. Mampu melakukan gerakan dengan konstan dan waktu istirahat yang pendek.

b. Mampu mengikuti permainan fisik yang bersifat sosial. c. Mampu menaiki sepeda roda tiga.

d. Berjalan di garis lurus ke depan atau ke belakang.

e. Lompat di tempat dengan 1 kaki berjalan di atas papan keseimbangan.

2.4.2 Konsep Pendidikan Anak Usia Dini

Aktivitas pendidikan tidak dibatasi secara sempit pada kegiatan belajar mengajar di kelas, melainkan mencakup segenap aktivitas yang diarahkan untuk mendukung proses pembelajaran.

1. Berperan sebagai pendidik tidak terbatas pada orang tua dan guru, melainkan bisa pula melibatkan orang dewasa lainnya yang ikut terlibat dalam proses pendidikan anak.

2. Sesuai dengan istilah yang digunakan usia dini,masa pendidikan dibatasi pada jenjang usia sejak lahir sampai dengan enam tahun.

3 Sasaran akhir PAUD adalah tercapainya perkembangan anak yang optimal sesuai dengan nilai dan norma yang dianut melalui penyediaan berbagai rangsangan serta lingkungan dan pengalaman belajar yang relevan dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

(40)

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani bagi anak usia dini yang berusia nol sampai dengan enam tahun agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut serta anak dapat berkembang secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai dan norma yang dianut.

2.4.3 Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Terdapat sejumlah prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Mengacu sebagian pada prinsip-prinsip yang dirumuskan dalam suatu Semiloka Nasional PAUD di Bandung (Ditjen Diklusepa Depdiknas dan UPI, 2003) Solehudin dan Ihat Hatimah memformulasikan prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini dintaranya sebagai berikut.

1. Holistik dan Terpadu.

Prinsip ini mengandung arti bahwa penyelenggaran PAUD seyogyanya terarah pada perkembangan segenap aspek perkembangan jasmani dan rohani anak serta terintegrasi dalam suatu kesatuan program yang utuh dan proporsional. Secara makro, prinsip holistik dan terpadu bisa berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dilakukan secara terintegrasi dengan sistem sosial yang ada di masyarakat dan menyertakan komponen masyarakat sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya.

(41)

sehingga dapat diaplikasikan oleh para praktisi PAUD, baik oleh tenaga profesional di lembaga PAUD maupun oleh tenaga nonprofesional di masyarakat dan keluarga. Berorientasi pada kebutuhan perkembangan dan keunikan anak. Pendidikan anak usia dini seharusnya dirancang dan dilaksanakan seusai dengan karakteristik dan kebutuhan dan perkembangan anak.

2. Berorientasi pada Masyarakat

Anak adalah bagian dari masyarakat dan sekaligus sebagai genarasi penerus dari masyarakat yang bersangkutan. Pendidikan anak usia dini hendaknya berlandaskan dan sekaligus turut mengembangkan nilai-nilai sosiokultural yang berkembang pada masyarakat yang bersangkutan. Prinsip ini memasyarakatkan keragaman sosial budaya, maupun berupa sumber-sumber daya potensial yang ada di masyarakat setempat.

3. Menjamin Keamanan Anak

Pendidik harus mampu menyediakan lingkungan belajar dan perkembangan yang aman bagi anak baik yang bisa membahayakan secara fisik, maupun kesehatan. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat dihindari seminimal mungkin.

4. Keselarasan antara Rumah, Sekolah, dan Masyarakat.

(42)

Semua anak memiliki hak untuk mendapat layanan pendidikan anak usia dini yang layak dan berkualitas. Prinsip ini tidak menuntut bahwa anak harus mendapatkan perlakuan yang sama, tetapi justru mereka perlu mendapat perlakuan yang proporsional dan tepat sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak yang bersangkutan.

2.4.4 Pembelajaran Gerak Tari Melalui Metode Imitasi Di PAUD

Pada dasarnya seni untuk anak-anak berbeda dengan seni untuk orang dewasa karena karakter fisik maupun mentalnya berbeda. Hal ini penting diperhatikan khususnya dalam melakukan penilaian karya anak didik, supaya hasil kreasi anak tidak diukur menurut selera dan kriteria keindahan orang dewasa. Fungsi seni dalam pendidikan berbeda dengan fungsi seni dalam kerja profesional. Seni untuk pendidikan difungsikan sebagai media untuk memenuhi fungsi perkembangan anak, baik fisik maupun mental. Sedangkan seni dalam kerja profesional difungsikan untuk meningkatkan kemampuan bidang keahliannya secara profesional.

(43)

melibatkan pengalaman mengamati, mengalami, menghayati, menikmati dan menghargai secara langsung aktivitas berolah seni.

Pengertian pendidikan seni anak adalah usaha sadar manusia dengan menggunakan medium seni (musik, tari, dan rupa) untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran pendidikan seni untuk anak usia dini. Tujuan pembelajaran tari untuk anak usia dini adalah:

1. melatih fisik motorik anak,

2. melatih perkembangan kognitif, afektif,

3. melatih perkembangan sosial emosi, komunikasi, dan bahasa, 4. melatih minat, bakat, dan kreativitas anak,

5. menanamkan nilai-nilai pendidikan atau nilai-nilai kemanusiaan (kepekaan estetis), dan

6. melestarikan budaya Indonesia.

(44)

Ciri-ciri khusus pendidikan seni untuk anak usia dini adalah musik dan tari yang sesuai dengan kemampuan dasar anak usia usia dini dari aspek intelektual, emosional, sosial, perseptual, fisikal, estetik dan kreatif. Bermain merupakan pendekatan yang paling cocok untuk pembelajaran tari di usia dini. Ciri-ciri bentuk tari anak usia dini adalah musik dan tarinya bertema, musik dan gerak tariannya bersifat tiruan (gerak imitatif), musik dan gerak tarinya lebih variatif, bentuk penyajian musik dan tarinya kurang lebih 5 menit.

Oleh karena itu, untuk mengetahui kemampuan gerak tari maka anak diberikan lagu potong bebek angsa dengan gerak tari yang sederhana diberikan oleh guru dengan metode imitasi yaitu anak mengikuti rangkaian gerak yang dicontohkan oleh guru. Gerak tari yang diajarkan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak usia dini misalnya seperti melambaikan tangan disertai jalan kemudian menggelengkan kepala dan memutarkan badan. Dengan gerakan yang sederhana seperti itu dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan kinestetik anak usia dini agar anak mampu menyesuaikan diri selaras dengan kesadaran terhadap anggota tubuh yang dimilikinya.

Indikator gerak dalam pembelajaran tari dengan iringan lagu potong bebek angsa yang dicontohkan oleh guru dengan metode imitasi adalah sebagai berikut :

1. anak mampu membentuk kedua siku tangan dengan ditekuk ke atas lalu dikepakkan ke bawah dengan jari tangan yang menggenggam,

2. mengangkat kaki kanan dan kiri secara bergantian, 3. berjalan memutar,

(45)

6. kedua tangan diletakkan di depan dada kemudian menggerakkan kedua telapak tangan dan diarahkan ke kiri dan ke kanan.

(46)

1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Judul penelitian yaitu pembelajaran gerak tari berdasarkan metode imitasi di kelas

matahari tahun

pelajaran 2011/2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Arikunto (Prastowo, 2011: 186) menjelaskan metode deskriptif adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang tidak dimaksudkan untuk

suatu variabel, gejala atau keadaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran gerak tari berdasarkan metode imitasi Pendidikan

.

3.2 Sumber Data

Pelaksanaan pendidikan an

(47)

2

pengembangan seni dan musik. Selain itu, kelas Matahari lebih dipersiapkan untuk anak-anak yang melanjutkan pendidikannya yang lebih tinggi yaitu sekolah dasar.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta di lapangan (Prastowo, 2011: 208). Teknik pengumpul-an data dalam penelitipengumpul-an ini, menggunakpengumpul-an teknik non test dpengumpul-an teknik test.

3.3.1 Teknik Nontest

Teknik nontest digunakan untuk pengumpulan data mengenai aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode imitasi. Teknik non test yang dilakukan diantaranya observasi dan dokumentasi.

3.3.1.1 Observasi

(48)

3

Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dengan melakukan pengamatan terhadap penggunaan metode imitasi dalam pembelajaran gerak tari dengan iringan lagu pada anak kelas Matahari di PAUD . Selain itu juga untuk mengungkap bagaimana aktivitas dan kemampuan anak dalam pembelajaran gerak tari. Pada proses observasi lebih ditekankan pada observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian dan siswa saat pembelajaran di dalam kelas. Data yang akan dikumpulkan dengan metode observasi ini adalah sistem perencanaan pembelajaran yang dibuat guru sebelum memulai proses pembelajaran, implementasi metode imitasi dan evaluasi hasil belajar siswa.

3.3.1.2 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011: 329). Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memeroleh data tambahan dan data pembanding, berupa dokumen laporan maupun gambar. Penelitian ini menggunakan foto sebagai bukti dan memermudah berjalannya dari kegiatan dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah mengungkap aspek kegiatan atau aktivitas anak PAUD Babul

Bandar Lampung meliputi.

3.3.2 Teknik Test

Jenis test yang digunakan yaitu test kemampuan gerak tari siswa berdasarkan metode imitasi dengan beberapa indikator yang telah ditentukan.

Tabel 3.1 Indikator Penilaian Kemampuan Gerak Tari Siswa

No Indikator Deskriptor Penilaian Skor Skor

(49)

4

1 Keindahan

Gerak

a) Jika siswa dapat melakukan gerak tari secara luwes dan sempurna berdasarkan gerakan kepala, tangan dan kaki.

3

3 b) Jika salah satu gerak dari

gerakan kepala, tangan dan kaki belum dilakukan oleh siswa

2

c) Jika siswa hanya melakukan salah satu dari gerakan kepala, tangan dan kaki

1

2 Ketepatan Hitungan

a) Jika siswa mampu

melakukan gerak tari dengan hitungan yang sesuai dengan iringan lagu

3

3 b) Jika siswa belum mampu

melakukan gerak tari dengan hitungan yang sesuai dengan iringan lagu

2

3 Ekspresi

Saat Menari

a) Jika dari awal mulai menari sampai akhir menari sudah terlihat konstan (percaya diri menunjukkan senyum ceria dengan pandangan ke depan dan tidak tegang)

3

3 b) Jika dari awal mulai menari

sampai akhir menari terlihat senyum namun terkadang sering dengan pandangan menunduk

2

c) Jika dari awal mulai menari sampai akhir menari hanya terlihat senyum sesekali (apabila ingat)

1

Jumlah Skor 9

Nilai Akhir = xskor ideal

3.3.3 Pembahasan Berdasarkan per Aspek pada Lembar Pengamatan Tes Praktik

(50)

5

Tes mengenai aspek keindahan gerak ini menuntut siswa untuk mampu melakukan gerak tari dengan iringan lagu Potong Bebek Angsa secara luwes dan sempurna. Keindahan gerak yang dimaksud berdasarkan ketepatan gerakan kepala, gerakan tangan dan gerakan kaki yang dilakukan siswa secara benar. Jika siswa dapat melakukan gerak tari secara luwes sempurna berdasarkan gerakan kepala, gerakan tangan, dan gerakan kaki, maka siswa memeroleh skor 3. Jika salah satu gerak dari gerakan kepala, tangan dan kaki belum dilakukan oleh siswa, maka siswa memeroleh skor 2. Selanjutnya jika siswa hanya melakukan salah satu dari gerakan kepala, tangan dan kaki maka siswa hanya memeroleh skor 1.

3.3.3.2 Ketepatan Hitungan

Tes mengenai ketepatan hitungan ini menuntut siswa untuk mampu melakukan gerak tari dengan hitungan yang sesuai dengan iringan lagu. Jika siswa mampu melakukan gerak tari dengan hitungan yang sesuai dengan iringan lagu, maka siswa memeroleh skor 3. Dan jika siswa belum mampu melakukan gerak tari dengan hitungan yang sesuai dengan iringan lagu, maka siswa hanya memeroleh skor 2.

3.3.3.3 Aspek Ekspresi Saat Menari

(51)

6

siswa memeroleh skor 3. Jika siswa mampu dari awal mulai menari sampai akhir menari terlihat senyum namun terkadang sering dengan pandangan menunduk, maka siswa memeroleh skor 2. Dan jika siswa mampu dari awal mulai menari sampai akhir menari hanya terlihat senyum sesekali (apabila ingat), maka siswa hanya memeroleh skor 1.

Setelah skor didapat, maka dilakukan penghitungan untuk mengetahui nilai siswa, berdasarkan tiga aspek yang akan dijadikan indikator penilaian yaitu keindahan gerak, ketepatan ritme dan ekspresi pada saat menari dengan pemberian skor yang sudah ditentukan di tabel di atas yang memiliki skor maksimal 9. Selanjutnya setelah skor siswa diperoleh maka diolah menjadi nilai dengan rumus berikut.

Skor yang diperoleh siswa

Nilai Siswa = X skor Ideal

Skor Makimum

Contoh : Devina memeroleh skor dari keseluruhan aspek yang dinilai yaitu 7. Untuk menghitung nilai skor yang diperoleh Devina berdasarkan rumus perhitungan penilaian tes menari dapat dihitung sebagai berikut.

7

Nilai Siswa = X 100% = 77 9

Dengan demikian, jika disandingkan dengan tolok ukur penilaian nilai skor kemampuan menari, Devina termasuk kategori baik.

3.4 Instrumen Penelitian

(52)

7

yang utama adalah peneliti itu sendiri, yang mengumpulkan data, penggunaan panduan observasi, panduan dokumentasi dan catatan harian. Dalam pengumpulan data, alat yang digunakan antara lain: alat tulis, handphone dan kamera foto.

3.4.1 Panduan Observasi

[image:52.595.119.508.420.752.2]

Lembar observasi digunakan peneliti pada saat melakukan penelitian, berisi kisi-kisi yang akan diamati. Agar data-data yang diperoleh lebih otentik, maka dilakukan pencatatan atas apa yang dilihat secara langsung atau dari hasil pengamatan langsung. Untuk melakukan observasi pembelajaran digunakan lembar observasi yang telah disesuaikan dengan aktivitas gerak tari siswa berdasarkan metode imitasi. Pengamatan aktivitas yang dilakukan dalam penelitian ini, meliputi aktivitas lisan, aktivitas motorik, dan aktivitas emosi. Tabel 3.2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dengan Menggunakan Metode

Imitasi

No Indikator Deskriptor Penilaian Skor Skor

Maksimal 1 Aktivitas Lisan (Menyanyikan lagu potong bebek angsa)

a. Seluruh siswa (ke-20 anak) menyanyikan lagu Potong Bebek Angsa.

5

5 b. Sebagian besar dari seluruh

siswa (15-19 anak) yang menyanyi-kan lagu Potong Bebek Angsa.

4

c. Setengah dari seluruh siswa (10-14 anak) yang

menyanyikan lagu Potong Bebek Angsa.

3

d. Hanya sebagian kecil dari seluruh siswa (5-9) yang menyanyikan lagu Potong Bebek Angsa.

2

e. Hanya beberapa siswa (1-4) yang menyanyi-kan lagu Potong Bebek Angsa.

(53)

8 2 Aktivitas Motorik (Melakukan gerak tari)

a. Seluruh siswa (ke-20 anak) yang menirukan dan memeragakan gerak tari yang diajarkan oleh guru menggunakan metode imitasi.

5

5 b. Sebagian besar dari seluruh

siswa (15-19 anak)yang menirukan dan

memeragakan gerak tari yang diajarkan oleh guru menggunakan metode imitasi.

4

c. Setengah dari seluruh siswa (10-14 anak) yang

menirukan dan

memeragakan gerak tari yang diajarkan oleh guru menggunakan metode imitasi.

3

d. Hanya sebagian kecil dari seluruh siswa (5-9) yang menyanyikan lagu potong bebek angsa yang

menirukan dan

memeragakan gerak tari yang diajarkan oleh guru menggunakan metode imitasi.

2

e. Hanya beberapa siswa (1-4) yang menirukan dan

memeragakan gerak tari yang diajarkan oleh guru menggunakan metode imitasi. 1 3 Aktivitas Emosi (Semangat siswa dalam melakukan gerak tari)

a. Seluruh siswa (ke-20 anak) merasa bergembira, berani, dan sangat bersemangat dalam memeragakan gerak tari dengan iringan lagu Potong Bebek Angsa.

5

b. Sebagian besar dari seluruh siswa (15-19 anak) merasa bergembira, berani, dan sangat bersemangat dalam memeragakan gerak tari dengan iringan lagu Potong Bebek Angsa.

(54)

9

Nilai Akhir = xskor ideal

3.4.2 Panduan Dokumentasi

Panduan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen berupa foto-foto, catatan resmi, dan catatan harian. Alat bantu yang digunakan adalah kamera foto. Panduan dokumentasi juga menggunakan catatan harian dalam mengumpulkan data-data secara runtut pada saat melakukan observasi. Catatan harian ini selalu dibawa saat melakukan penelitian dan untuk menulis data-data secara lengkap sehingga tidak ada data yang terlewatkan. Alat bantu yang digunakan adalah buku dan alat tulis.

3.5 Teknik Analisis Data

c. Setengah dari seluruh siswa (10-14 anak) merasa

bergembira, berani, dan sangat bersemangat dalam memeragakan gerak tari dengan iringan lagu Potong Bebek Angsa.

3

5

d. Hanya sebagian kecil dari seluruh siswa (5-9) merasa bergembira, berani, dan sangat bersemangat dalam memeragakan gerak tari dengan iringan lagu Potong Bebek Angsa.

2

e. Hanya beberapa siswa (1-4) merasa bergembira, berani, dan sangat bersemangat dalam memeragakan gerak tari dengan iringan lagu Potong Bebek Angsa.

1

(55)

10

Analisis data dalam penelitian deskriptif kualitatif pada hakikatnya adalah suatu proses, yang sudah dimulai sejak tahap pengumpulan data di lapangan untuk kemudian dilakukan penyederhanaan secara intensif setelah data terkumpul seluruhnya. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data model Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (Praswoto, 2011: 241), analisis data kualitatif adalah suatu proses analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

3.5.1 Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan teknik non test dan teknik test. Dalam teknik nontest, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi (pengamatan) dan dokumentasi. Sedangkan dalam pengumpulan data teknik test, untuk mengumpulkan data menggunakan lembar pengamatan kemampuan gerak tari siswa berdasarkan instrumen penilaian yang telah ditentukan.

3.5.2 Penyajian Data

(56)

11

data terkumpul kemudian data tersebut akan disajikan berdasarkan masing-masing teknik pengumpulan data yang telah dilakukan.

Pada teknik nontest, yang dilakukan dengan dengan observasi dan dokumentasi, diperoleh data pengamatan aktivitas keseluruhan siswa kelas Matahari pada pembelajaran gerak tari melalui metode Imitasi. Penelitian ini dilakukan dengan enam kali pertemuan. Pengamatan dengan lembar pengamatan aktivitas siswa ini, dilakukan pada pertemuan pertama sampai dengan pertemuan kelima. Kemudian data yang diperoleh, dijabarkan ke dalam aspek aktivitas siswa. Aspek aktivitas siswa terbagi menjadi tiga yaitu aktivitas lisan, aktivitas motorik, dan aktivitas emosi.

Selanjutnya pada teknik test, data yang diperoleh yaitu kemampuan siswa melakukan gerak tari dengan media Lagu Potong Bebek Angsa. teknik pengumpulan data dengan teknik test ini, dilakukan pada pertemuan keenam. Kemudian data yang diperoleh, dijabarkan berdasarkan instrumen penilaian yang telah ditentukan. Aspek yang dinilai pada lembar penilaian kemampuan gerak tari siswa diantaranya, aspek keindahan gerak, ketepatan hitungan, dan ekspresi saat menari.

3.5.3 Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan temuan yang dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang setelah diselidiki menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, atau teori.

(57)

12

1. Mengamati dan menskor kemampuan gerak tari anak dilihat dari setiap aspek penilaian yang telah ditentukan.

2. Menghitung kemampuan siswa berdasarkan setiap aspek penilaian yang telah ditentukan dengan rumus:

N= Skor Siswa x 100% Skor Maksimal

Keterangan:

N = Nilai siswa

[image:57.595.138.512.404.474.2]

3. Menafsirkan hasil perhitungan data dari setiap aspek yang telah ditentukan, kemudian digolongkan dalam kriteria tingkat kemampuan bedasarkan penilaian skala tiga, dengan tabel berikut.

Tabel 3.3 Tolok Ukur Penilaian Siswa Berdasarkan Setiap Aspek Kemampuan Gerak Tari

Interval Persentasi Tingkat

Kemampuan Keterangan

68%-100% Baik

34%-67% Kurang

1%-33% Cukup

Hal ini disesuaikan dengan analisis kebutuhan dengan penilaian skala tiga, agar mudah dalam menentukan kemampuan gerak tari siswa berdasarkan setiap aspek yang dinilai.

4. Menjumlah skor kemampuan gerak tari siswa secara utuh.

5. Menentukan tingkat kemampuan gerak tari anak melalui metode imitasi. 6. Menghitung rerata tingkat gerak tari anak dengan menggunakan rumus:

X= 100%

Keterangan:

(58)

13

= Jumlah hasil skor kemampuan gerak tari anak melalui metode imitasi

n = Jumlah sampel

[image:58.595.133.512.285.392.2]

7. Menafsirkan hasil perhitungan data dari seluruh aspek yang telah ditentukan, kemudian digolongkan dalam kriteria tingkat kemampuan bedasarkan Pendekatan Acuan Patokan (PAP), dengan tabel berikut:

Tabel 3.4 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Gerak Tari Berdasarkan Metode Imitasi

Interval Persentasi Tingkat

Kemampuan Keterangan

85%-100% Baik Sekali

75%-84% Baik

60%-74% Cukup

40%-59% Kurang

0%-39% Gagal

(59)

86

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada bagian akhir dibuat sebuah kesimpulan dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi pemikiran yang berharga bagi dunia pendidikan umumnya. Adapun kesimpulan yang dapat disajikan berdasarkan hasil analisis deskriptif, yakni sebagai berikut.

1. Pembelajaran anak usia dini yang merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Oleh karena itu, proses pembelajaran gerak tari melalui metode imitasi, dapat memermudah siswa dalam menirukan bentuk gerak tari. Dengan alasan, metode imitasi yang diajarkan dalam pembelajaran gerak tari pada penelitian ini, dikombinasikan dengan metode bermain. Tujuannya, agar siswa tidak merasa dipaksa dalam mencapai tujuan pembelajaran gerak tari, khususnya pada anak usia dini. Pembelajaran gerak ini melibatkan aktivitas siswa dan kesadaran siswa tentang tubuhnya sebagai media pembelajaran gerak tari.

(60)

87

oleh guru sangat baik. Hal ini disebabkan guru selalu memiliki kemampuan dan pendekatan yang tepat untuk anak usia dini.

3. Dalam pembelajaran gerak tari khususnya bagi anak usia dini, guru harus memiliki kemampuan dan pendekatan yang benar-benar berpusat pada siswa. Hal ini disebabkan usia anak dini yang cenderung ingin selalu diperhatikan. Selain itu, sebagai pengajar, khususnya di pendidikan anak usia dini, juga diperlukan pengembangan metode imitasi dalam pembelajaran gerak tari. Tujuannya, untuk lebih meningkatkan kemampuan gerak tari siswa dan tidak merasa bosan.

5.2 Saran-saran

1. Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi guru yang lain untuk menerapkan metode imitasi yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan karakteristik materi pelajarannya.

2. Dalam proses pembelajaran gerak tari khususnya pada anak usia dini, pada aspek ekspresi perlu ditingkatkan dan lebih berlatih lagi untuk rasa percaya diri saat menampilkan ragam gerak tari.

(61)

88

(62)

PEMBELAJARAN GERAK TARI MELALUI METODE IMITASI DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

KEDATON BANDAR LAMPUNG (Skripsi)

Oleh AL FITRI ULFA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(63)

PEMBELAJARAN GERAK TARI MELALUI METODE IMITASI DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

KEDATON BANDAR LAMPUNG

Oleh AL FITRI ULFA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(64)

DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM

Gambar Halaman

4.1 Proses Pembelajaran Pertemuan

Pertama...

51 4.2 Foto Pertemuan

Kedua...

54 4.3 Foto Pertemuan

Ketiga...

58 4.4 Foto Pertemuan

Keempat...

61 4.5 Siswa Mengikuti Gerakan yang Diajarkan dengan Metode

Imitasi...

63 4.6 Foto Pertemuan

Kelima...

66 4.7 Grafik Persentase Aktivitas Keseluruhan Siswa Pada Setiap

Pertemuan... ...

69 4.8 Proses Pengambilan

Nilai...

70 4.9 Proses Pengambilan Nilai Yang Dilakukan Siswa dalam

Kelompok...

67 4.10 Grafik Persentase Kemampuan Gerak

Tari...

69 4.11 Grafik Persentase Kemampuan Gerak Tari Berdasarkan Aspek

Keindahan

Gerak... ...

70

4.12 Grafik Persentase Kemampuan Gerak Tari Berdasarkan Aspek Ketepatan

Hitungan... ...

73

4.13 Grafik Persentase Kemampuan Gerak Tari Berdasarkan Aspek

Ekspresi Saat

Menari... .

(65)
(66)
[image:66.595.116.508.210.752.2]

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ... ii ABSTRACT... ... iii HALAMAN PERSETUJUAN... iv PERNYATAAN SKRIPSI... v RIWAYAT HIDUP... vi MOTTO... ... vii PERSEMBAHAN... ... vii i SANWANCANA... ... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

i

BAB I PENDAHULUAN... ...

1 1.1 Latar Belakang

(67)

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian...

7

BAB II LANDASAN

TEORI...

8 2.1 Pengertian

Pembelajaran...

8 2.2 Pengertian Gerak

Tari...

10 2.3 Metode

Imitasi...

11 2.4 Pendidikan Anak Usia

Dini...

14 2.4.1 Karakteristik Anak Usia

Dini...

19 2.4.2 Konsep Pendidikan Anak Usia

Dini...

26 2.4.3 Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia

Dini...

27 2.4.4 Kemampuan Gerak Tari Melalui Imitasi di

PAUD...

29

BAB III METODE PENELITIAN

...

33 3.1 Metode Penelitian

...

33 3.2 Sumber

Data...

33 3.3 Teknik Pengumpulan

Data... 34 3.3.1 Teknik Nontest... 34 3.3.1.1 Observasi... 34 3.3.1.2 Dokumentasi... 35 3.3.2 Teknik Test... 35 3.3.3 Pembahasan Berdasarkan Per Aspek Pada Lembar

Pengamatan Test Praktik... 37 3.4 Instrumen Penelitian... 39 3.4.1 Panduan Observasi... 39 3.4.2 Panduan Dokumentasi... 42

(68)

Gambar

Tabel 3.2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dengan Menggunakan Metode
Tabel 3.3 Tolok Ukur Penilaian Siswa Berdasarkan Setiap AspekKemampuan Gerak Tari
Tabel 3.4 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Gerak Tari BerdasarkanMetode Imitasi
TABEL........................................................................................................
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan

Pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kapada anak sejak ia lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Pendidikan Anak Uisa Dini merupkaan suatu upaya pembinan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan