• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENANGGULANGAN PENCURIAN PULSA TERHADAP PENGGUNA TELEPON SELULER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENANGGULANGAN PENCURIAN PULSA TERHADAP PENGGUNA TELEPON SELULER"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA PENANGGULANGAN PENCURIAN PULSA TERHADAP PENGGUNA TELEPONSELULER

Oleh

MARISSA FEBRIANA PUTRI

Kecanggihan dan kemajuan Teknologi pada masa kini menjadikan setiap orang memiliki pemikiran yang lebih maju, setiap orang yang menggunakan telepon seluler bisa melakukan komunikasi saat ini merupakan kebutuhan yang sangat mendominasi bagi masyarakat. Disamping digunakan untuk alat komunikasi, telepon seluler bisa digunakan untuk mengakses internet dimana saja. Alat telekomunikasi yang semakin canggih akan semakin mempermudah orang melakukan tindak pidana, semakin maraknya pengguna telepon seluler oleh masyarakat banyak memunculkan modus operandi kejahatan yang dilakukan oleh orang guna mencapai kepentingan pribadi. Kejahatan yang sekarang yang sedang marak adalah pencurian pulsa melalui sarana Short Messages Service(SMS) yang ada pada telepon seluler. Permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi penulis adalah Bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana pencurian pulsa terhadap pengguna telepon seluler dan Apakah yang menjadi faktor penghambat upaya penanggulangan tindak pidana pencurian pulsa terhadap pengguna telepon seluler.

(2)

Marissa Febriana Putri

Berdasarkan penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa upaya penanggulangan pencurian pulsa dapat dilakukan dengan upaya penal dan non-penal. Upaya repersif (penal) adalah upaya yang melalui sistem peradilan pidana atau dengan penerapan hukum pidana, dengan sendirinya akan bersentuhan dengan kriminalisasi yang mengatur ruang lingkup perbuatan yang bersifat melawan hukum, pertanggungjawaban pidana, dan sanksi yang dapat dijatuhkan, baik berupa pidana (punishment) maupun tindakan (treatment) pada pencurian pulsa upaya penanggulangan itu sendiri merupakan tindakan polisi dalam menemukan suatu perusahaan yang diduga terkait dengan tindak pidana pencurian pulsa tersebut. Upaya preventif (non penal), yaitu upaya pencegahan tanpa pidana dan mempengaruhi pandangan masyarakat tentang kejahatan dan pemidanaan melalui massa media dengan menginformasikan kepada masyarakat umum tentang adanya suatu tidak pidana pencurian pulsa melalui sarana sms. Dalam proses upaya penanggulangan pencurian pulsa terdapat hambatan yaitu Hambatandalam upaya penanggulangan hukum tindak pidana pencurian pulsa melalui SMS antara lain: Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. Penegak hukum dalam menerapkan dan menanggulangi tindak pidana pencurian mengalami hambatan alat sarana dan prasarana berteknologi canggih dan Rendahnya pendidikan dalam menguasai alat sarana dan prasaran yang canggih untuk menemukan pelakunya. Faktor masyarakat yaitu kurangnya kesadaran yang rendah pada masyarakat dalam melaporkan keaparat penegak hukum dan ketidaktahuan masyarakat pada modus pencurian pulsa.

(3)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecanggihan dan kemajuan Teknologi pada masa kini menjadikan setiap orang

memiliki pemikiran yang lebih maju daripada jaman dahulu. Bila di pahami lebih

dalam, masyarakat akan lebih mudah melakukan sesuatu yang menjadi keinginan

mereka, begitu juga dengan sebagian orang yang ingin melakukan kejahatan.

Perubahan paradigama dari masyarakat industri menjadi masyarakat informasi

membawa perubahan penting dalam bidang hukum. Perubahan yang sangat

mendasar diantaranya telepon selular yang merupakan salah satu produk atau alat

komunikasi yang dihasilkan dari penerapan berbagai ilmu disiplin ilmu

pengetahuan yang mengahasilkan nilai bagi pemerataan kebutuhan,

kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia. Kemajuan teknologi

yang dihasilkan oleh telepon seluler semakin maju, setiap orang yang

menggunakan telepon seluler bisa melakuan komunikasi saat ini merupakan

kebutuhan yang sangat mendominasi bagi masyarakat. Disamping digunakan

untuk alat komunikasi, telepon seluler bisa digunakan untuk mengakses internet

dimana saja. Keunggulan dalam telepon seluler yang sering dikenal yaitu adanya

(4)

2

Keunggulan yang terdapat diaplikasi SMS sering disalah gunakan oleh para

pemakainya. Kebutuhan yang sangat besar terhadap informasi tersebut telah

membawa kemajuan yang sangat pesat terhadap telekomunikasi dan informasi

dan menjadi lahan bisnis yang sangat subur dan menjanjikan.

Kemajuan tersebut membuat banyak orang yang memiliki pengetahuan yang luas

akan sangat mudah untuk menyalahgunakan pengetahuan yang mereka miliki.

Bila kita amati berita-berita yang sedang marak diberitakan diberbagai media,

baik cetak maupun elektronik, telekomunikasi bukan saja di manfaatkan sebagai

alat berkomunikasi, tetapi dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk melakukan

kejahatan.

Alat telekomunikasi yang semakin canggih akan semakin mempermudah orang

melakukan tindak pidana. Mulanya kejahatan di bidang telekomunikasi diawali

dengan banyaknya penipuan produk undian yang mengatasnamakan

perusahaan-perusahaan tertentu. Biasanya para pelaku mengaku-ngaku sebagai perwakilan

perusahaan yang memberikan informasi kepada korban bahwa korban telah

memenangkan undian yang berhadiah. Tetapi pada saat ini modus penipuan yang

dilakukan pelaku sudah banyak diantisipasi oleh korban. Para pelaku pun mencari

cara untuk dapat melakukan kejahatan yang beda dari biasanya. Pelaku kejahatan

yang memiliki pengetahuan yang luas mereka melakukan modus kejahatan yang

lain. Pesan singkat atau SMS yang sering digunakan oleh pengguna telepon

seluler adalah akses yang sangat tepat untuk mengelabui para pengguna telepon

(5)

3

SMS atau pesan singkat. Tetapi bukan melalui berkedok undian, pelaku

menggunakan cara agar korban mau menjawab membalas pesan singkat yang

berisi menawarkan konten produk mereka seperti nada sambung pribadi atau

Ringtone yang memerintahkan untuk membalas pesan singkat tersebut dengan kata “ya”. Apabila korban membalas pesan singkat tersebut maka secara otomatis

pulsa korban akan berkurang. Modus yang dilakukan ini terbilang bukan hal yang

baru lagi. Banyaknya korban yang mengaku seringkali pulsanya berkurang

padahal para korban mengaku belum sama sekali menggunakan pulsa tersebut.

Contoh pada kasus pencurian pulsa yang terjadi pada Muhammad Feri Kuntoro,

warga Matraman Dalam, Jakarta Pusat yang telah melaporkan dugaan pencurian

pulsa, Feri mengatakan harus membayar tagihan kartu pascabayarnya sekitar

ratusan ribu rupiah setelah regristrasi undian berhadiah lewat layanan SMS

konten, feri telah berupaya menghentikan layanan SMS itu dengan mengetik

”Unreg”. Namun usahanya selalu gagal dan mesin hanya menjawab “maaf sistem

sedang bermasalah silahkan ulangi lagi”.

Kasus-kasus yang terjadi mengundang perhatian dari berbagai kalangan

masyarakat. Terutama pihak berwajib yang bertugas untuk mencari pelakunya

yang dibantu dengan masyarakat. Kerugian yang dialami oleh korban pencurian

pulsa tersebut jumlah kerugiannya memang tidak besar tetapi bila diakumulasikan

korban-korban yang telah kehilangan pulsanya akan terlihat jelas bahwa pulsa

(6)

4

Korban yang mengalami pencurian pulsa belum secara langsung mengadukan

langsung kepada pihak Kepolisian karena berfikir kerugian yang dialaminya tidak

terlalu besar dan tidak terlalu merasa dirugikan. Pemerintah telah membentuk

badan yang menangani korban dari kecanggihan telekomunikasi yaitu Badan

Regulasi Telekomunikasi Indonesia atau yang disingkat BRTI untuk menampung

semua keluhan dan aspirasi masyarakat. BRTI menerima semua pengaduan

kehilangan pulsa dan setelah menerima pengaduan dari masyarakat BRTI akan

menindak lanjuti ke pihak Kepolisian.

Media pesan singkat atau SMS merupakan salah satu alat komunikasi yang

digunakan oleh pengguna telepon seluler. Menurut Undang-Undang Nomor 36

Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, telekomukasi adalah setiap pemancaran,

pengiriman, dan/atau penerimaan dan setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda,

isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau

sistem elektromagnetik lainnya. Telepon seluler merupakan salah satu alat

komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi sesuai dengan Pasal 1 ayat (2)

yaitu alat telekomunikasi adalah setiap alat perlengkapan yang di gunakan dalam

bertelekomunikasi. Pada kejahatan pencurian pulsa pada penelitian ini bila

ditinjau dari hukum pidana kejahatan ini merupakan tindak pidana pencurian,

maka sebagaimana diatur pada Pasal 362 KUHP yaitu :

“Barangsiapa yang mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian

(7)

5

diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau

denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”

Tindak pidana pencurian biasa yang dilakukan pelaku tanpa menggunakan alat

atau media elektronik akan lebih mudah diungkap oleh Polisi bila dibandingkan

dengan pencurian pulsa karena media yang digunakan adalah telepon seluler

melalui pesan singkat atau SMS. Pada pencurian pulsa akan sulit diungkapkan

karena menggunakan media elektronik seperti telepon seluler untuk

mengungkapnya pelakunya memerlukan teknologi yang mendukung agar

memudahkan menangkap para pelaku.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, penulis mengadakan

penelitian dan menuangkannya dalam bentuk penulisan skripsi yang berjudul:

“Upaya Penanggulangan Pencurian Pulsa Terhadap Pengguna TeleponSeluler”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan

Berdasarkan judul diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan

skripsi ini adalah :

a. Bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana pencurian pulsa

terhadap pengguna teleponseluler?

b. Apakah yang menjadi faktor penghambat upaya penanggulangan tindak

(8)

6

2. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi substansi penelitian

mengenai bidang ilmu pidana dengan kajian mengenai tindak pidana pencurian

pulsa dengan menggunakan pesan singkat atau SMS di Bandar Lampung.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui upaya penanggulangan tindak pidana pencurian pulsa

terhadap pengguna teleponseluler.

b. Untuk mengetahui faktor penghambat upaya penanggulangan tindak pidana

pencurian pulsa terhadap pengguna teleponseluler. 2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Untuk memberikan sumbangan pemikiran dan mengembangkan pengetahuan

ilmu hukum, khususnya ilmu hukum pidana yang berkaitan dengan masalah

bagaimana penegakan hukum dalam tindak pidana pencurian pulsa melalui

Short Messages Service (SMS) bila dihubungkan dengan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

dan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

(9)

7

b. Kegunaan Praktis

Sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berkarya ilmiah, daya

nalar dan acuan yang disesuaikan dengan disiplin ilmu yang telah di pelajari

dan juga untuk memperluas cakrawala bagi siapa saja yang ingin mengetahui

tindak pidana pencurian pulsa melalui Short Messages Service (SMS) yang Ditinjau dari Aspek Hukum Pidana.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis

Kerangka Teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstrak dan hasil

pemikiran dan kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan

identiikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti

(Soerjono Soekanto, 1984:132). Untuk menjawab permasalahan yang ada, teori

yang digunakan adalah menggunakan pendapat ahli hukum tentang tindak pidana

dan kendala atau faktor yang mempengaruhi penegakan hukum yang digunakan

sebagai acuan dalam menganalisis permasalahan yang ada.

Kerangka teori juga menggunakan acuan dalam penelitian dengan maksud agar

lebih jelas untuk membahas pokok permasalahan dengan mendasarkan pada suatu

teori. Relevansi sebagai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah

mengenai pencurian pulsa melalui SMS ditinjau pada hukum pidananya. Agar

dapat mengetahui pencurian pulsa itu bias dikategorikan sebagai tindak pidana.

(10)

8

Tindak pidana adalah suatu pelanggaran kaidah (penggangguan ketertiban

hukum) terhadap mana pelaku mempunyai kesalahan untuk mana pemidanaan

adalah wajar untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dan menjamin

kesejahteraan umum (Bambang Purnomo, 1985:91).

Unsur-unsur tindak pidana menurut Moeljatno yaitu, perbuatan dari manusia,

memenuhi rumusan dalam undang-undang dan bersifat melawan hukum (Tri

Andrisman, 2009:72).

Pencurian pada dasarnya merupakan perbuatan yang dilarang sesuai dengan Pasal

362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana karena perbuatan tersebuat akan

merugikan korbannya.

Kebijakan kriminal menurut Sudarto adalah suatu usaha yang rasional dari

masyarakat dalam menanggulangi kejahatan. Upaya penanggulangan tindak

pidana pencurian pulsa melalui SMS juga menggunakan teori penanggulangan

kejahatan yang dikemukan oleh G.P Hoefnogels yaitu melalui:

a. Penerapan hukum pidana

b. Pencegahan tanpa pidana

c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan

lewat media massa.

(Barda Nawawi Arief, 2002: 42).

Hukum pidana hendaknya dipertahankan sebagai salah satu cara penyelesaian

(11)

9

pelaku kejahatan akan merasa jera dengan perbuatan yang telah dilakukannya.

Perumusan kebijakan criminal tentu tidak terlepas faktor penegakan hukum.

Karena pada dasarnya kebijakan ini merupakan produk yang semata-mata demi

tegaknya supremasi secara konsepsional, inti dari arti penegakan hukum yaitu

menyerasikan antara nilai-nilai yang terkandung pada masyarakat itu sendiri.

Masalah penegakan hukum terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya

faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral sehingga dampak positif dan

negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut, (Soerjono Soekanto, 1986:8)

faktor-faktor penegakan hukum adalah sebagai berikut :

a. Faktor hukumnya sendiri, yaitu Terdapat beberapa asas dalam berlakunya

undang-undang yang tujuannya adalah agar undang-undang tersebut

mempunyai dampak positif. Artinya, agar undang-undang tersebut mencapai

tujuannya secara efektif di dalam kehidupan masyarakat.

b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum, Penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan

peranan (role). Seorang yang mempunyai kedudukan tertentu lazimnya

dinamakan pemegang peranan (role occupant). Suatu hak sebenarnya

wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah

beban atau tugas.

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, penegakan

hukum tidak mungkin berlangsung lancar tanpa adanya faktor sarana atau

(12)

10

yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang

memadai, keuangan yang cukup dan seharusnya

d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan, Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk

mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari

sudut tertentu maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum

tersebut

e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan

pada karsa manusia didalam pergaulan hidup, Kebudayaan (sistem) hukum

pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku,

nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang

dianggap baik (sehingga dianut) dan apa yang dianggap buruk (sehingga

dihindari).

2. Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang meggambarkan hubungan secara

konsep-konsep khusus, merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan

istilah-istiah yang ingin diteliti atau diketahui (Soerjono Soekanto, 1986 : 132).

Sebuah perbuatan yang masuk dalam kejahatan pencurian dalam Pasal 362 Kitab

Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan :

“Barangsiapa yang mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian

(13)

11

diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau

denda paling banyaj Sembilan ratus rupiah”.

Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap pokok permasalahan dan

pembahasan dalam skripsi ini, maka dibawah ini terdapat Beberapa batasan

mengenai konsep yang bertujuan untuk menjelaskan beberapa istilah yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Upaya penanggulangan adalah usaha untuk mencapai suatu maksud,

memecahkan suatu persoalan, dan mencari jalan keluar

melalui proses menanggulangi.

b. Pencurian adalah perbuatan mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau

sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara

melawan hukum (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)

c. Pulsa adalah sebagai satuan perhitungan biaya telepon

(http://pulsa-online.web.id/artikel/)

d. Telepon seluler adalah telepon kawat yang tidak menggunakan kabel untuk melakukan komunikasi

e. Short Messages Service disingkat dengan SMS, merupakan pesan singkat berupa teks yang dikirim dan diterima antar sesama pengguna telpon, pada

awalnya pesan ini digunakan antar telpon genggam, namun dengan

berkembangnya teknologi, pesan tersebut dilakuakan melalui komputer

ataupun telepon rumah dan merupakan fasilitas untuk mengirim dan

(14)

12

perangkat komunikasi teleon selular, dalam hal ini perangkat nirkabel yang

digunakan adalah telepon selular (http;//ilmucomputer2.blogspot.com

Minggu 30 Oktober 2011 11:10)

f. Hukum Pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku

disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk :

1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang

dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu

bagi barang siapa melanggar ketenuan tersebut.

2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah

melanggar larangalarngan itu dapat dikenai dan dijatuhi pidana

sebagaimana yang telah diancamkan.

3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat

dilaksanakan apabila ada orang yag disangka tela melanggar laranagan

tersebut. (Tri Andrisman 2009 : 7).

E. Sistematika Penulisan

Memahami isi penelitian ini, maka penulisannya terbagi dalam 5 (lima) Bab

secara berurutan dan saling berkaitan hubungannya dengan perincian sebagai

(15)

13

I. PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang penulisan, pokok

permasalahan serta ruang lingkup. Selain itu juga tujuan dan kegunaan penulisan,

kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menguraikan mengenai hukum pidana, pengertian tindak pidana,

pengertian tindak pidana pencurian, unsur-unsur pencurian, pengertian pencurian

pulsa, upaya penanggulangan danShort Messages Service(SMS).

III. METODE PENELITIAN

Merupakan bab yang penelitiannya untuk menelaah suatu masalah digunakan metode

ilmiah secara sistematis, terarah dan terancang untuk mencari solusi suatu masalah

dalam suatu pengetahuan yang dapat diandalkan kebenarannya. Proses yang

dilakukan ini merupakan proses yang terencana, sehingga dengan demikian

memerlukan suatu metode yang jelas dan efektif agar hasil yang diperoleh dari

penelitian ini maksimal serta dapat dipertanggungjawabkan.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab hasil penelitian dan pembahasan meliputi karakteristik apakah upaya

penanggulangan pencurian pulsa terhadap pengguna telepon seluler dan

faktor-faktor penghambat menanggulangi pencurian pulsa terhadap pengguna telepon

(16)

14

V. PENUTUP

Dalam bab ini dibahas mengenai kesimpulan terhadap jawaban permasalahan dari

hasil penelitian dan saran-saran dari penulis yang merupakan alternatif

penyelesaian yang berguna dan dapat menambah wawasan hukum khususnya

(17)

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hukum Pidana

Hukum pidana menurut Mezger adalah aturan hukum yang mengikatkan kepada

suatu perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat berupa pidana (Tri

Andrisman, 2009: 7).

Hukum pidana dibedakan menjdi hukum pidana materiil dan hukum pidana formil.

Hukum pidana materiil terdiri atas tindak pidana yang disebut berturut-turut,

peraturan umum yang dapat diterapan terhadap perbuatan itu, dan pidana yang

diancamkan terhadap perbuatan itu. Hukum pidana formil mengatur cara bagaimana

acara pidana seharusnya dilakukan dan menentukan tata tertib yang arus diperhatikan

pada kesempatan itu. Beberapa Para ahli sarjana mengemukakan pendapatnya tentang

pengertian hukum pidana.

Mr.Wirjono prodjodikoro menjelaskan hukum pidana Materiil dan hukum pidana

formil. Isi dari hukum pidana adalah

1. Penunjukan dan gambaran dari perbuatan-perbuatan yang diancam dengan

(18)

✂6

2. Penunjukan syarat umum yang harus dipenuhi agar perbuatan itu merupakan

perbuatan yang pembuatnya dapat dihukum pidana,

3. Penunjukan orang atau badan hukum yang pada umumnya dapat dihukum

pidana.

4. Penunjukan jenis hukuman pidana yang dapat dijatuhkan

(Leden Marpaung, 2008:2).

Moeljatno menyebutkan adalah Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan

hukum yang berlaku disuatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk :

1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang

dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi

barang siapa melanggar larangan tersebut.

2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar

larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang

telah diancamkan. (Moeljatno, 2002:8).

Pompe menyatakan Hukum Pidana adalah semua aturan-aturan hukum yang

menentukan terhadap perbuatan-perbuatan apa yang seharusnya dijatuhi pidana, dan

apakah macamnya pidana itu.

Menurut Simons Hukum Pidana adalah kesemuanya perintah-perintah dan

larangan-larangan yang diadakan oleh negara dan yang diancam dengan suatu nestapa

(19)

✄ ☎

menentukan syarat-syarat bagi akibat hukum itu dan kesemuanya aturan-aturan untuk

mengadakan dan menjalankan pidana tersebut.

B. Pengertian Tindak Pidana

Melihat dasar asas legalitas pada Pasal 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana

menunjukkan hubungan yang erat antara suatu tindak pidana, pidana dan

undang-undang yang akan menetapkan perbuatan apa saja yang dapat dikenakan pidana dan

pidana apakah yang dapat dikenakan. Dengan memperhatikan keterkaitan antara

suatu tindak pidana. pidana seringkali diartikan sebagai suatu hukuman, dengan

demikian dikatakan pula bahwa pidana atau hukuman adalah perasaan tidak enak

(yakni penderitaan dan perasaan sengsara) yang dijatuhkan oleh hakim dengan vonis

kepada orang yang melanggar undang-undang hukum pidana.

Pengertian dari tindak pidana adalah tindakan yang tidak hanya dirumuskan oleh

kitab undang-undang hukum pidana sebagai kejahatan atau tindak pidana). Tindak

pidana atau yang disebut strafbaar feit merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana (yuridis normatif). Kejahatan atau perbuatan jahat dapat diartikan secara

yuridis atau kriminologis. Kejahatan atau perbuatan jahat dalam arti yuridis normatif

adalah perbuatan yang terwujud in-abstracto dalam peraturan pidana. Sedangkan perbuatan jahat dapat diarti kriminologis adalah perbuatan manusia yang menyalahi

norma yang hidup di masyarakat secara konkrit. Tindak pidana adalah perbuatan

(20)

✆8

yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar tersebut (Tri Andrisman,

2009:70).

Istilah perbuatan pidana adalah perbuatan yang diancam pidana, yang mana larangan

itu ditujukan kepada perbuatan yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan

oleh kelakuan orang, sedangkan ancaman pidana ditujukan kepada orang yang

menimbulkan kejadian itu. Antara larangan dan ancaman pidana ada hubungan yang

erat oleh karena antara kejadian dan orang yang menimbulkan bukan orang dan orang

tidak dapat diancam pidana jika tidak karena kejadian yang ditimbulkan.

Pompe merumuskan tindak pidana adalah suatu pelanggaran kaidah (penggangguan

ketertiban hukum) terhadap mana pelaku mempunyai kesalahan untuk mana

pemidanaan adalah wajar untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dan menjamin

kesejahteraan umum (Bambang Purnomo, 1985:91).

Van Hamel merumuskan tindak pidana adalah kelakuan (Menselijke Gedraging)

orang yang dirumuskan dalam undang-undang atau WET yang bersifat melawan, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan (Tri Andrisman, 2009:70).

Beberapa pandangan pakar diatas, setidaknya dalam pengertian tindak pidana

tercakup didalamnya:

a. Tindakan yang sebelumnya telah diatur oleh hukum pidana, tindakan-tindakan

tersebut merupakan hal yang dilarang pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana

atau undang-undang pidana yang lainnya. Karena pada dasarnya perbuatan itu

(21)

✝9

b. Tindakan itu dapat dihukum atau dijatuhi sanksi pidana oleh negara melalui

alat-alatnya. Sehingga perbuatan yang telah dilakukan seseorang dan terbukti telah

melanggar peraturan-peraturan hukum akan diberikan hukuman, dan hukuman

tersebut diberikan setelah terbukti bahwa seseorang tersebut telah melakukan

pelanggaran melalui aparat penegak hukum.

c. Tindakan itu berhubungan dengan kesalahan atau bersifat melawan hukum.

d. Pelaku dapat dipertanggungjawabkan, perbuatan pidana yang dilakukan pelaku

harus dipertanggungjawabakan sesuai dengan undang-undang.

Mengetahui adanya tindak pidana, dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan

pidana tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang dan disertai dengan sanksi.

Rumusan tersebut ditentukan beberapa unsur dari tindak pidana yaitu.Menurut

Simons, unsur-unsur tindak pidana :

1. Perbuatan manusia

2. Diancam dengan pidana

3. Melawan hukum

4. Dilakukan dengan kesalahan

5. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab

Simons juga menyebutkan adanya unsur objektif dan unsur subjektif dari tindak

pidana:

a. Unsur–unsur Objektif

(22)

✞ ✟

2. Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu.

3. Keadaan–keadaan

4. Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum

b. Unsur- unsur Subjektif

1. Orang yang mampu bertanggung jawab

2. Adanya kesalahan

C. Pengertian Tindak Pidana Pencurian

Tindak pidana pencurian diatur dalam Bab XXII Buku II Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (KUHP) yaitu Pasal 362 sampai dengan Pasal 367, pasal-pasal

tersebut mengatur tentang berbagai bentuk dari tindak pidana pencurian.

Pencurian yang dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “curi” yang mengalami

imbuhan “pe” dan berakhiran “an” sehingga kata “pencurian mengandung arti proses,

perbuatan cara mencuri untuk dilaksanakan. Pengertian pencurian menurut hukum

beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum

Pidana, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya:

Barangsiapa yang mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,

diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda

(23)

✠ ✡

Didalam rumusan Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dapat diketahui

bahwa tindak pidana pencurian itu merupakan tindak pidana yang diancam hukuman

adalah suatu perbuatan yang dalam hal ini adalah “mengambil” barang orang lain.

Tetapi tidak setiap mengambil barang orang lain adalah pencurian, sebab ada juga

yang mengambil barang orang ntuk diserahkan kepada pemiliknya. Yang

membedakan adalah perbuatan untuk melawan hukum.

Berdasarkan bunyi Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana terdapat

unsur-unsur pencurian sebagai berikut:

1. Unsur - Unsur Objektif berupa :

a. Unsur perbuatan mengambil

Pengertian “mengambil” dalam pasal tersebut adalah dikuasainya, yaitu pada waktu

pencuri mengambil barang itu, barang tersebut belum ada kekuasaannya. Dari adanya

unsur perbuatan yang dilarang mengambil ini menunjukkan bahwa pencurian adalah

berupa tindak pidana formil. Unsur pokok dari perbuatan mengambil adalah harus

ada perbuatan aktif, ditujukan pada benda dan berpindahnya kekuasaan benda itu ke

dalam kekuasaannya. Berdasarkan hal tersebut, maka mengambil dapat dirumuskan

sebagai melakukan perbuatan terhadap suatu benda dengan membawa benda tersebut

ke dalam kekuasaan. Unsur berpindahnya kekuasaan benda secara mutlak dan nyata

adalah merupakan syarat untuk selesainya perbuatan mengambil, yang artinya juga

merupakan syarat untuk menjadi selesainya suatu pencurian secara sempurna. Dari

(24)

☛☛

usaha membawa sesuatu benda di bawah kekuasaannya secara mutlak dan nyata.

Pencurian atau perbuatan mengambil dapat dikatakan apaba barang tersebut

berpindah tempat. Apabila barang atau benda tersebut baru dipegang saja namun

belum namun belum bepindah tempat, maka belumlah disebut perbuatan mencuri,

tetapi baru dkatakan perbuatan percobaan mencuri.

b. Unsur benda atau barang

Benda - benda tidak bergerak, baru dapat menjadi objek pencurian apabila telah

terlepas dari benda tetap dan menjadi benda bergerak. Benda bergerak adalah setiap

benda yang berwujud dan bergerak ini sesuai dengan unsur perbuatan mengambil.

Benda yang kekuasaannya dapat dipindahkan secara mutlak dan nyata adalah

terhadap benda yang bergerak dan berwujud saja.

Pengertian barang dalam hal ini tidak perlu hatus berniali ekonomis, karena dalam

hal-hal tertentu barang-barang tersebutbukan nilai ekonomisnya tetapi unsur

sejarahnya, misalnya kenang-kenangan dan sebagainya

c. Unsur sebagian maupun seluruhnya milik orang lain.

Benda tersebut tidak perlu seluruhnya milik orang lain, cukup sebagian saja,

sedangkan yang sebagian milik petindak itu sendiri. Siapakah yang diartikan dengan

orang lain dalam unsur sebagian atau seluruhnya milik orang lain? Orang lain ini

harus diartikan sebagai bukan si petindak. Dengan demikian maka pencurian dapat

(25)

☞ ✌

benda yang dapat menjadi objek pencurian ini haruslah benda - benda yang ada

pemiliknya. Benda - benda yang tidak ada pemiliknya tidak dapat menjadi objek

pencurian. Unsur benda bukan hanya benda-benda yang berwujud tetapi benda-benda

yang tidak berwujud juga dapat dikatakan benda dan dimiliki oleh seseorang atau

milik suatu badan. Misalnya benda yang tiak berwujud adalah air ataupun listrik. Air

adalah benda yang sangat dibutuhkan sama seperti uang. (Lamintang,1997:193)

2. Unsur - Unsur Subjektif berupa :

a. Maksud untuk memiliki

Maksud untuk memiliki terdiri dari dua unsur, yakni pertama unsur maksud

(kesengajaan sebagai maksud atauopzet als oogmerk), berupa unsur kesalahan dalam pencurian, dan kedua unsur memiliki. Dua unsur itu dapat dibedakan dan tidak

terpisahkan. Maksud dari perbuatan mengambil barang milik orang lain itu harus

ditujukan untuk memilikinya. Dari gabungan dua unsur itulah yang menunjukkan

bahwa dalam tindak pidana pencurian, pengertian memiliki tidak mensyaratkan

beralihnya hak milik atas barang yang dicuri ke tangan petindak, dengan alasan,

pertama tidak dapat mengalihkan hak milik dengan perbuatan yang melanggar

hukum, dan kedua yang menjadi unsur pencurian ini adalah maksudnya (subjektif)

saja. Apabila dihubungkan dengan unsur maksud, berarti sebelum melakukan per

buatan mengambil dalam diri petindak sudah terkandung suatu kehendak (sikap

(26)

✍ ✎

b. Melawan hukum

Maksud memiliki dengan melawan hukum atau maksud memiliki itu ditujukan pada

melawan hukum, artinya ialah sebelum bertindak melakukan perbuatan mengambil

benda, ia sudah mengetahui, sudah sadar memiliki benda orang lain (dengan cara

yang demikian) itu adalah bertentangan dengan hukum. Berhubung dengan alasan

inilah, maka unsur melawan hukum dalam pencurian digolongkan ke dalam unsur

melawan hukum subjektif.

Unsur maksud adalah merupakan bagian dari kesengajaan. Sedangkan apa yang

dimaksud dengan melawan hukum undang-undang tidak memberikan penjelasan

lebih lanjut. Pada dasarnya melawan hukum adalah sifat tercelanya atau terlarangnya

dari suatu perbuatan tertentu. Dilihat dari mana atau oleh sebab apa sifat tercelanya

atau terlarangnya suatu perbuatan itu, dalam doktrin dikenal ada dua macam melawan

hukum, yaitu pertama melawan hukum formil, dan kedua melawan hukum materiil.

Melawan hukum formil adalah bertentangan dengan hukum tertulis, artinya sifat

tercelanya atau terlarangnya suatu perbuatan itu terletak atau oleh sebab dari hukum

tertulis. Seperti pendapat Simons yang menyatakan bahwa untuk dapat dipidananya

perbuatan harus mencocoki rumusan delik yang tersebut dalam undang-undang

(Moeljatno, 1983:132). Sedangkan melawan hukum materiil, ialah bertentangan

dengan azas-azas hukum masyarakat, azas mana dapat saja dalam hukum tidak

tertulis maupun sudah terbentuk dalam hukum tertulis. Dengan kata lain dalam

(27)

✏ ✑

terletak pada masyarakat. Sifat tercelanya suatu perbuatan dari sudut masyarakat

yang bersangkutan.

Suatu delik yang dimuat unsur “melawan hukum” unsur tersebut harus dibuktikan

dan sebaliknya jika tidak dirumuskan, tidak perlu dibuktikan. Pada tindak pidana

pencurian sesorang yang dituduh ecuri harus dibuktikan terlebih dahulu, ini sesuai

dengan faham formil. (Lenden Marpaung, 2008,46).

D. Pengertian Penegakan dan Upaya Penanggulangan Hukum

Penegakan Hukum (law enforcement) dalam arti luas mencakup kegiatan untuk

melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap

setiap pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum,

baik melalui prosedur peradilan ataupun melalui prosedur arbitrase dan mekanisme

penyelesaian sengketa lainnya. Bahkan, dalam pengertian yang lebih luas lagi,

kegiat-an penegakkegiat-an hukum mencakup pula segala aktifitas ykegiat-ang dimaksudkkegiat-an agar hukum

sebagai perangkat kaedah normatif yang mengatur dan mengikat para subjek hukum

dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara benar-benar ditaati dan

sungguh-sungguh dijalankan sebagaimana mestinya. Dalam arti sempit, penegakan

hukum itu menyangkut kegiatan penindakan terhadap setiap pelanggaran atau

pe-nyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan, khususnya yang lebih sempit

lagi melalui proses peradilan pidana yang melibatkan peran aparat kepolisian,

(28)

✒6

Penegakan hukum merupakan suatu proses yag melibatkan banyak hal pada dasarnya

ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhi penegakan hukum tersebut yaitu:

1. Faktor hukumnya sendiri

2. Faktor penegak hukumnya, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum

3. Faktor sarana dan fasilitas hukum

4. Faktor masyarakat, Semakin tinggi kesadaran masyarakat akan hukum maka

semakin memungkinkan adanya penegakan hukum di masyarakat. Karena

hukum adalah berasal dari masyarakat dan diperuntukkan mencapai keadilan

di masyarakat pula

5. Faktor Kebudayaan, Kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang

mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana merupakan

konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap

buruk.

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku hubungan

hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dalam disetiap lingkungannya.

Dalam menegakkan hukum, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu kepastian

hukum, kemanfaatan dan keadilan. Oleh karena itu Satjipto Rahardjo mengatakan

bahwa penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide

keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Proses

(29)

✓ ✔

Penegakan hukum harus berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, karena hukum

diciptakan semata-mata untuk kepetingan masyarakat. Sehingga dengan adanya

penegakan hukum diharapkan masyarakat dapat hidup aman, damai, adil, dan

sejahtera.tugas penegakan hukum itu dijalankan oleh komonen eksekutif dan

dilaksanakan oleh birokrasi dari eksekutif tersebut (Satjipto Rahardjo, 2000:181)

Konsep penegakan hukum merupakan kegiatan menyerasikan nilai-nilai yang

terjabarkan dalam kaidah-kaidah hukum sikap mental seseorang dalam berprilaku dan

berinteraksi dalam masyrakat untuk memelihara dan mempertahankan kedamaian

pergaulan hidup.

Menurut Jimly Asshiddiqie, penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya

untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai

pedoman perilaku dalam lalulintas atau hubungan–hubungan hukum dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara (http://jimly.com/makalah/namafile/56

/Penegakan_Hukum.pdf).Dalam pengertian lain penegakan hukum merupakan upaya

yang dilakukan untuk menjadikan hukum, baik dalam artian formil yang sempit

maupun dalam arti materil yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap

perbuatan hukum, baik oleh para subyek hukum yang bersangkutan maupun oleh

aparatur penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh

Undang-undang untuk menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Aparatur penegak hukum mencakup

pengertian mengenai institusi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum.

(30)

✕8

dimulai dari saksi, polisi (termasuk PPNS sebagai pengemban fungsi kepolisian),

penasehat hukum, jaksa hakim dan petugas-petugas sipir pemasyarakatan. Setiap

aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan

tugas atau perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan,

penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian

sanksi, serta upaya pemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana. Dalam proses

bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat 3 elemen penting yang

mempengaruhi, yaitu:

1. Institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana

pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya;

2. Budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai

kesejahteraan aparatnya, dan

3. Perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupun

yang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum

materilnya maupun hukum acaranya.

Upaya penegakan hukum secara sistematik haruslah memperhatikan ketiga aspek itu

secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan itu sendiri secara

internal dapat diwujudkan secara nyata.

Menurut Barda Nawawi Arief mengenai upaya penanggulangan berbagai bentuk

(31)

✖9

Bahwa upaya penanggulangan berbagai bentuk perilaku menyimpang dapat ditempuh

melalui upaya non-penal dan upaya penal. Upaya non-penal biasanya

menitikberatkan pada upaya-upaya yang sifatnya pencegahan (preventive) terhadap

terjadinya kejahatan, dengan cara menangani faktor-faktor kondusif penyebab

terjadinya kejahatan. Sedangkan, upaya penal merupakan upaya penanggulangan

dengan menggunakan hukum pidana. Upaya penal ini menitikberatkan pada

upaya-upaya yang sifatnya memberantas (repressive).

Menurut Marc Ancel kebijakan kriminal (criminal policy) adalah suatu usaha yang

rasional dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan. Secara garis besar

kebijakan kriminal ini dapat ditempuh melalui dua cara yaitu:

1. Upaya Penal, merupakan upaya penanggulangan kejahatan yang lebih

menitikberatkan pada upaya – upaya yang sifatnya repressive

(penindasan/pemberantasan/penumpasan) dengan menggunakan sarana penal

(hukum penal);

2. Upaya Non-Penal, merupakan upaya penanggulangan kejahatan yang lebih

menitikberatkan pada upaya-upaya yang sifatnya preventif (pencegahan/

penangkalan/ pengendalian) sebelum kejahatan tersebut terjadi. Sasaran utama

dari kejahatan ini adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya

kejahatan.

Kebijakan Penanggulangan Kejahatan dengan Menggunakan Pidana Fenomena

(32)

✗ ✘

melekat pada tiap bentuk masyarakat. Sebagai bentuk masalah sosial dan masalah

kemanusiaan maka kejahatan perlu segera ditanggulangi. Upaya penanggulangan

kejahatan atau biasa disebut sebagai kebijakan kriminal. Menurut Marc Ancel

kebijakan kriminal (criminal policy) adalah suatu usaha yang rasional dari

masyarakat dalam menanggulangi kejahatan. Sebagai bentuk masalah sosial bahkan

masalah kemanusiaan maka kejahatan perlu segera ditanggulangi. Upaya

penanggulangan kejahatan atau biasa disebut sebagai kebijakan kriminal. Menurut

Marc Ancel kebijakan kriminal (criminal policy) adalah suatu usaha yang rasional

dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan✙

G.P. Hoefnagels menggambarkan ruang lingkup upaya penanggulangan kejahatan

(criminal policy) sebagai berikut :

a. penerapan hukum pidana (criminal law application)

b. pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment)

c. mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat

media massa

Berdasarkan ruang lingkup kebijakan kriminal di atas, penerapan hukum pidana

(criminal law application) merupakan salah satu upaya penanggulangan kejahatan.

Penanggulangan kejahatan dengan menggunakan pidana sebenarnya bukan sebuah

(33)

✚ ✛

E. Pengertian Pencurian Pulsa

Pengertian pencurian yang telah disebutkan merupakan tindak pidana yang mana

adalah perbuatan mengambil barang milik orang lain tanpa izin atau dengan

sembunyi-sembunyi untuk menguasainya secara keseluruhan maupun sebagian. Pada

pencurian biasa barang yang diambil adalah barang yang sifatnya berwujud, namun

pada pencurian pulsa barang yang diambil adalah barang telah tidak berwujud, karena

pulsa adalah satuan nominal biaya yang digunakan untuk melakukan kegiatan

komunikasi melalui telepon seluler misalnya dengan menelpon atau dengan mengirim

pesan singkat atau SMS.

Pencurian pulsa dapat dikategorikan sebagai kejahatan dibidang teknologi informasi,

karena sarana yang digunakan pelaku untuk mencuri adalah hasil dari kecanggihan

teknologi informasi. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik mengatur secara umum mengenai kejahatan-kejahatan teknologi

informasi, sehingga pemanfaatan teknologi informasi dilakukan secara aman untuk

mencegah penyalahgunaannya. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menjelaskan bahwa Informasi

Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,termasuk tetapi tidak terbatas

pada tulisan, suara, gambar, peta,rancangan, foto, elektronik data interchange (EDI),

surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telekopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti

(34)

✜ ✢

Pencurian pulsa dilakukan oleh sekolompok orang atau badan dengam cara modus

mengirimkan pesan singkat atau SMS dengan menawarkan undiah berhadiah atau

produk-produk yang mendukung kelengkapan telepon selelur tersebut. Pelaku

tersebut mengirimkan pesan singkat atau SMS dengan memerintahkan untuk

membalas ya pada pesan yang diterima. Apabila sudah membalas pesan singkat atau

SMS tersebut secara otomatis pulsa akan berkurang dengan sendirinya. Tanpa

persetujuan pemilik telepon seluler pulsa tersebut akan berkurang. Dengan cara itu

terpenuhilah unsur-unsur tindak pidana pencurian pulsa. Pada pencurian pulsa, Polisi

biasanya akan menindaklanjutin perkara tersebut apabila ada aduan dari korban.

Dalam delik aduan maka diadakan tidaknya tuntutan terhadap delik itu karena adanya

persetujuan yang dirugikannya. Baru polisi dan jaksa dapat menuntutnya (Utrecht,

1987:257). Unsur perbuatan yang dilarang adalah perbuatan yang dengan sengaja

mengambil pulsa milik orang lain tanpa hak melalui pesan singkat atau SMS itu

adalah yang dilarang. Hal ini dapat disamakan dengan pencurian sebagai mana diatur

dalam Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

F. PengertianShort Messages Service

Short Message Service yang disingkat SMS merupakan kemampuan untuk mengirim dan menerima pesan dalam bentuk teks dari dan kepada telepon seluler. Teks

tersebut bisa terdiri dari kata-kata atau nomor atau kombinasi alphanumeric. SMS diciptakan sebagai standar pesan oleh ETSI (Europesan Telecommunication

(35)

✣✣

Layanan SMS merupakan layanan yang bersifat dinamis dimana sebuah SMS dapat

dihubungkan ke suatu tujuan, tidak peduli apakah tujuan tersebut aktif atau tidak.

SMS merupakan sebuah sistem pengiriman data dalam paket yang bersifat langsung

mealui satelit, dengan karakteristik ini pengiriman suatu burst data yang pendek dapat

dilakukan dengan efisiensi yang sangat tinggi.

Kecanggihan SMS dibidang telekomunikasi semakin membaik, kemajuan teknologi

akan dimanfaatkan oleh sebagian besar penggunanya untuk kepentingannya

masing-masing. Dengan ada SMS para pengguna telepon seluler akan lebih mudah dalam

berkomunikasi, karena untuk menghemat dalam segi ekonomisnya. Media SMS

merupakan temuan baru yang canggih yang dirancang untuk mempermudah manusia

dalam melakukan komunikasi dengan cara pengiriman pesan singkat kepada

seseorang yang dikehendakinya diamana pun mereka berada sepanjang masih dalam

jangkauan operator. Selama ini SMS menjadi sarana komunikasi teks, semakin cepat

inovasi yang berkembang. Ada banyak jenis pesan teks, panjang karakter, dan

berbagai bentuk layanan tambahan seperti gambar dan kode-kode komunikasi di

dalamnya. Hasil penemuan inovatif yang paling menonjol adalah layanan pesan yang

dimodifikasi dari segi konten (media) atau metode.

SMS sebagai bagian dari teknologi komunikasi bergerak telah berkembang dengan

pesat. Teknologi komunikasi bergerak mulai dirasakan perlu sejak orang semakin

sibuk pergi kesana kemari dan memerlukan alat telekomunikasi yang siap dipakai

(36)

✤ ✥

Kebutuhan ini ternyata menuntut adanya perkembangan teknologi dalam bidang

seluler. Selain itu diperlukan standardisasi untuk komunikasi bergerak ini, salah

satunya adalah GSM (Global System for Mobile Communications). GSM merupakan

sebuah teknologi komunikasi selular yang bersifat digital. Teknologi ini

memanfaatkan gelombang sinyal yang dibagi berdasarkan oleh waktu, sehingga

sinyal informasi yang dikirim akan sampai pada tujuan. Keunggulan SMS

dibandingkan metode komunikasi yang lain diantaranya adalah biaya yang murah,

waktu kirim yang kecil dan adanya jaminan bahwa pesan yang dikirimkan akan

sampai selama nomor yang dituju aktif. Namun disamping kemudahan-kemudahan

yang diberikan, layanan SMS ini membatasi jumlah karakter yang dapat dikirimkan

oleh penggunanya.

Pesan yang dikirimkan melalui SMS, memiliki kapasitas maksimal 140bytes. Hal ini menyebabkan seseorang yang ingin mengirimkan pesan yang cukup panjang, terdiri

dari sejumlah karakter, atau memiliki karakter yang berukuran besar akan mengalami

kesulitan.

Walaupun memiliki kekurangan yaitu terbatasnya huruf yang digunakan tetapi

layanan SMS tetap sebagai media masyarakat yang mengelompok. Sebab SMS tidak

hanaya merabah dalam komunikasi ruang pribadi melainkan untuk sarana bisnis dan

komunikasi yang sifatnya sosial. Salah satu lahan bisnis bagi para pengguna telepon

seluler yaitu muculnya berbagai kuis dengan tarif yang mahal tapi tetap saja para

pengguna SMS merasa tertarik mengikutinya. Karena banyaknya para pelanggan

(37)

✦ ✧

Kemajuan teknologi pada SMS membuat sebagian orang menyalah gunakan

kemajuan teknologi tersebut. Sebelum merebak isu pencurian pulsa, penipuan sangat

mendominasi terjadinya kejahatan pada pengguna short messages service. Pencurian

bermula dari undangan program dari Conten Provider ke nomor konsumen. Ketika menerima tawaran, konsumen dapat saja mendaftar, tetapi kemudian pada

kesempatan berikutnya berhenti (unreg). Pada titik inilah, terjadi kerusakan sistem,

yaitu proses penghentian berlangganan itu bersih sehingga konsumen tidak lagi

berlangganan, tanpa sadar sebenarnya tetap berlangganan.

Pencurian pulsa biasanya modus operandi yang sering digunakan para pelaku adalah

sebagai berikut :

a. Pelaku menawarkan produk atau konten yang biasanya berupa penawaran

produk permainan atau produk berupa nada sambung atau nada dering

telepon seluler.

b. Pelaku memerintahkan untuk membalas pesan singkat atau SMS tersebut jika

mau menggunakan layanan tersebut.

c. Biasanya pelanggan hanya ingin menggunakan layanan tersebut untuk

sementara atau sekali kirim saja.

d. Setelah itu pelaku akan mengirimkan pesan singkat atau SMS dalam

berjangka waktu. Apabila pelaku mengirimkan SMS kepada pelanggan,

(38)

★6

e. Korban yang tidak tahu cara untuk berhenti dalam layanan tersebut, tidak bisa

berbuat apa-apa, dan membiarkan sampai pulsa miliknya habis. Dan berfikir

bila pulsa tidak diisi layanan tersebut akan berhenti dengan sendirinya.

f. Ketika mengisi ulang pulsa, ternyata pulsa dibeli seketika berkurang tanpa

digunakan untuk menelpon ada mengirim pesan singkat SMS

g. Disini terjadinya pencurian pulsa atau yang disering disebut sebagai

penyedotan pulsa atau dengan kata lain terjadi perpindahan kekuasaan atas

(39)

✩ ✪

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penelitian merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan dalam rangka mengamati

suatu objek atau fenomena tertentu dengan pendekatan ilmu pengetahuan dan

menggunkan metode tertentu guna mendapatkan suatu kesimpulan pada obje aau

fenomena yang diteliti. Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisis

konstruksi terhadap data yang dikumpulkan dan di olah. (Soerjono Soekanto dan Sri

Samudji, 1984:1)

Penulisan penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan menggunakan:

1. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan cara menelaah kaidah-kaidah,

teori-teori, konsep-konsep serta peraturan perundang-undangan yang ada dan

berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. Pendekatan yang besifat

normatif adalah penelitian dengan data sekunder yang dilakukan dengan mencari

data atau sumber yang bersifat teori yang berguna untuk memecakan masalah

melalui studi kepustakaan yang meliputi buku-buku, perturan-peraturn,

surat-surat keputusan dan dokumen resmi yang berhubungan dengan masalah yang

(40)

✫8

2. Pendekatan yuridis empiris yaitu dengan meneliti dan mengumpulkan data

primer yang diperoleh secara langsung melalui penelitian terhadap objek

penelitian dengan cara observasi dan wawancara denga responden atau

narasumber yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang digunakan dala penelitian ini dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari penelitian dilapangan

pada objek yang diteliti atau dengan melakukan wawancara kepada aparat penegak

hukum di instansi penegak hukum dan akademisi yang terkait dengan pembahasan

pencurian pulsa melalui SMS.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan studi pustaka yang terdiri dari bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

a. Bahan Hukum Primer adalah berupa perundang-undangan yang terdiri dari :

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

(41)

✬ ✭

4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik.

b. Bahan Hukum Sekunder berupa bahan hukum yang meliputi peraturan

pelaksanaan rancangan Undang-undang, Keputusan Menteri dan Peraturan

Pemerintah.

c. Bahan Hukum Tersier adalah bahan-bahan yang memberikan petunjuk dan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, berupa pendapat para

sarjana, kamus, ensiklopedia, literatur hukum, majalah, koran, internet dan hasil

seminar.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga.

(Masrisingarimbun dan sofian Efendi, 1989 : 152). Populasi dalam penelitian adalah

pihak Kepolisian diwilayah Bandar Lampung, Badan Regulasi Telekomunikasi

Indonesia Dan Akademisi. Sedangkan sample dilakukan berdasarkan metode

penentuan sample yang didasarkan pada penegtahuan dan pemahaman responden

terhadap substansi informasi yang dinginkan penulis.

Responden yang dianggap dapat mewakili penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Hakim pada Pengadilan Kelas I A Tanjung Karang : 2 (dua) orang

2. Jaksa pada Kejaksaan Negeri Tanjung Karang : 2 (dua) orang

(42)

✮ ✯

4. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia di Lampung : 1 (satu) orang

5. Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila : 1 (satu) orang

Jumlah Responden : 8 (delapan) orang

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Data Primer, yaitu melakukan wawancara secara langsung dengan anggota

Kepolisian dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia serta Akademisi yang

erat kaitannya dengan pencurian pulsa melalui SMS.

b. Data Sekunder, yaitu mempelajari berbagai macam baan antuan hukum, baik

bahan hukum primer maupun sekunder, dengan melakukan kegiatan membaca,

mengutip, menganalisis, dan menyimpulkan.

2. Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengelola data adalah, sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa data yang diperoleh untuk segera mengetahui apakah

data yang diperoleh itu relevan dan sesuai dengan bahasan. Selanjutnya apabila

ada data yang salah akan dilakukan perbaikan dan terhadap data yang kurang

lengkap akan diadakan penambahan.

(43)

✰ ✱

c. Sistematika data adalah penyusunan data secara sistematis yaitu sesuai dengan

pokok bahasan sehingga memudahkan analisis data.

Tahap-tahap pengolahan data tersebut bertujuan untuk mempermudah analisis yang

nantinya akan mempermudah pengambilan kesimpulan.

E. Analisis Data

Analisis data yang dimaksudkan untuk menyederhanakan data agar mudah dibaca dan

dipahami. Analisis data penulis dilakukan dengan cara atau metode Deskritif Analisis

Kualitatif yaitu menguraikan data-data yang penulis peroleh dalam penelitian

dilapangan dalam bentuk penjelasan kalimat guna mendapatkan

penngertian-pengertian tertentu dalam rangka menjawab permsalahan yang telah dirumuskan.

Berdasarkan hasil analisis data tersebut akan ditarik kesimpulan secara induktif, yaitu

cara berfikir dan hal-hal yang bersifat umum kearah yang lebih khusus yang

(44)

63

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dipaparkan pada bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Upaya-upaya penaggulangan kejahatan pencurian pulsa melalui SMS dilakukan

melalui dua upaya yaitu:

Upaya preventif (non penal), yaitu upaya pencegahan tanpa pidana dan

mempengaruhi pandangan masyarakat tentang kejahatan dan pemidanaan melalui

massa media dengan menginformasikan kepada masyarakat umum tentang

adanya suatu tidak pidana pencurian pulsa melalui sarana sms, dan

menginformasikan untuk menghubungi nomor 159 bila menjadi korban pencurian

pulsa. Menganjurkan masyrakat agar lebih hati- hati terhadap penawaran dari

layanan content provider tidak langsung mengikuti tawaran yang ditawarkan dan melaporkan langsung kepada Polisi jika menjadi korban pencurian SMS.

Upaya repersif (penal) adalah upaya yang melalui sistem peradilan pidana atau

dengan penerapan hukum pidana, dengan sendirinya akan bersentuhan dengan

kriminalisasi yang mengatur ruang lingkup perbuatan yang bersifat melawan

(45)

64

berupa pidana (punishment) maupun tindakan (treatment) pada pencurian pulsa

upaya penanggulangan itu sendiri merupakan tindakan polisi dalam menemukan

suatu perusahaan yang diduga terkait dengan tindak pidana pencurian pulsa

merupakan upaya penegak hukum yaitu polisi dalam menemukan suatu

perusahaan yang diduga tekait dengan tindak pidana pencurian pulsa. Adanya

pengaduan dari masyarakat bisa dijadikan dasar untuk menangani tindak pidana

pencurian pulsa.

2. Hambatan dalam upaya penanggulangan hukum tindak pidana pencurian pulsa

melalui SMS antara lain:

a. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum. Penegak hukum dalam menerapkan dan menanggulangi

tindak pidana pencurian mengalami hambatan alat sarana dan prasarana

berteknologi canggih dan rendahnya pendidikan dalam menguasai alat sarana

dan prasaran yang canggih untuk menemukan pelakunya

b. Faktor sarana prasarana dan fasilitas yang dimiliki oleh aparat penegak hukum

belum memadai atau kurangnya alat untuk melacak pelaku pencurian pulsa,

yang dikarenakan harga yang mahal.

c. Faktor masyarakat yaitu kurangnya kesadaran yang rendah pada masyarakat

dalam melaporkan keaparat penegak hukum dan ketidaktahuan masyarakat

(46)

65

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan pembahasan penulis

menyarankan kepada pemerintah, instansi-instansi penegak hukum mamupun

masyarakat sebagai berikut :

1. Kepada aparat penegak hukum, Polisi, Jaksa, Hakim agar dapat meningkatkan

kinerja dalam menganggulangi kejahatan pencurian pulsa SMS yang telah

memakan korbam, khususnya agar senantiasa beraksi dengan segera dalam

memproses laporan yang masuk sesuai dengan ketetapan undang-undang.

2. Kepada pihak pemerintah agar lebih memperhatikan dalam menyediakan alat-alat

teknologi canggih dan memberikan pendidikan tambahan bagi penegak hukum

agar dapat menggunakan alat-alat teknologi canggih tersebut.

3. Kepada masyarakat umum khususnya pengguna telepon seluler hendaknya lebih

berhati-hati dan tidak capat terpengaruh dengan pa yang ditawarkan oleh

produk-produk layanan provider. Ada baiknya bila mendapatkan penawaran yang ditawarkan kita benar-benar mengetahui bagaimana cara berhenti menggunakan

layanan tersebut dan segera menanyakan kebenaran layanan tersebut kepada

(47)

UPAYA PENANGGULANGAN PENCURIAN PULSA TERHADAP PENGGUNA TELEPON SELULER

(Skripsi)

oleh

Marissa Febriana Putri

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(48)

UPAYA PENANGGULANGAN PENCURIAN PULSA TERHADAP PENGGUNA TELEPON SELULER

Oleh

Marissa Febriana Putri

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(49)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP

PERSEMBAHAN MOTTO

SAN WACANA DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………....……… 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup.……… 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……… 6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual………. 7

E. Sistematika Penulisan………. 12

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Pengertian Hukum Pidana……… 15

B. Pengertian Tindak Pidana………. 17

C. Pengertian Tindak Pidana Pencurian……… 20

(50)

E. Pengertian Pencurian Pulsa……… 31

F. PengertianShort Messages Service(SMS)……….. 32

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah………. 37

B. Sumber dan Jenis Data………. 38

C. Penentuan Populasi dan Sampel……….. 39

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data……….. 40

E. Analisis Data……… 41

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ……….. 42

B. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian terhadap Pengguna Telepon Seluler……….……… 44

C. Faktor Penghambat Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian terhadap Pengguna TeleponSeluler……… 54

V. PENUTUP A. Kesimpulan………..……… 63

B. Saran………. 65

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Andrisman, Tri SH., MH. 2009.Asas-asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia. Universitas Lampung. Bandar lampung

Arief, Barda Nawawi. 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Citra Aditya Bakti. Bandung

. 2007. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Hamzah, Andi.2007.Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.Rineka Cipta. Jakarta Lamintang,Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung Marpaung, Leden. 2008.Asas Teori Praktik hukum Pidana. Sinar Grafika. Jakarta Media, Tim. 2009.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Media Center Moeljatno. 1987.Asas-asas Hukum Pidana. Bina Aksara. Jakarta

Muladi. 2002, Demokratisasi,Hak Asasi Manusia dan Reformasi Hukum di Indonesia, The Habibie Center, Jakarta

O.S. Hiariej, Eddy. 2006. Bunga Rampai Hukum Pidana Khusus, Pena Pundi Aksara. Jakarta

Purnomo, Bambang SH. 1985.Asas-asas Hukum Pidana. Ghalia Indonesia. Jakarta

Rahardjo, Satjipto SH. 2000.Ilmu Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung

Singaribuan, Masri dan Sofyan effendi. 1989.Metode Penelitian Survey.LP3ES. Jakarta

(52)

________________. 1986.Pengantar Penelitian Hukum.UI. Jakarta

________________. 2001.Penelitian Hukum Normatif. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Universitas Lampung. 2008.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas

Utrecht. 1987.Hukum Pidana II. Pustaka Tinta Mas. Surabaya Lampung. Bandar Lampung

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Komunikasi

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

http://jimly.com/makalah/namafile/56 /Penegakan_Hukum.pdf

http://techno.okezone.com

www. total.or.id/info.php?kk=SMS

http;//ilmucomputer2.blogspot.com

(53)

Judul Skripsi :Upaya Penanggulangan Pencurian Pulsa Terhadap

Pengguna Telepon Seluler

Nama Mahasiswa :Marissa Febriana Putri

No. Pokok Mahasiswa : 0812011221

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Gunawan Jatmiko, S.H., M.H. Maya Shafira, S.H., M.H.

NIP 19600406 198903 1 003 NIP 19770601 200501 2002

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H.

(54)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Gunawan Jatmiko, S.H., M.H.

...

Sekretaris/Anggota :Maya Shafira, S.H., M.H

...

Penguji Utama :Tri Andrisman, S.H., M.H.

...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H. M.S.

NIP 19621109 198703 1 003

(55)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 04 Februari

1991, yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari

pasangan Bapak Taswan Ahmad Passa dan Ibu Zainuri AR.

Penulis memulai pendidikan dari Taman Kanak-kanak

As-salam Sukarame pada tahun 1995, menyelesaikan Sekolah

Dasar pada tahun 2002 di Sekolah Dasar Negeri 5 Sukarame.

Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Bandar

Lampung pada tahun 2005 dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas di

SMA Negeri 10 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008. Selama

mengikuti perkuliahan penulis tercatat sebagai anggota Himpunan Mahasiswa (HIMA)

Pidana.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui

jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2008.

Pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2011 penulis mengikuti Kuliah Kerja

(56)

PERSEMBAHAN

Bissmillahirohmannirohim

Dengan harapan yang ingin ku raih

Tak lepas dari kekuasaan yang diberikan Allah SWT

Yang telah melimpahkan yang terbaik bagi jalanku menuju kesuksesan

Semua yang kugapai.

Dengan segala kepatuhan rasa hormat, cinta dan sayangku

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada Papa dan Mama tercinta

Yang senantiasa berdo’a dan dengan sabar menanti atas keberhasilanku

Adik-adikku yang tersayang Indah Ayu Maharani dan Muhammad Rezky Fajar

Yang selalu memberikan motivasi dan berdo’a untuk

Keberhasilanku

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat- Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi yang berjudul "Tingkat Konsumsi Protein Ikan

Pertumbuhan tanaman melon di lahan tailing pasir mengalami penghambatan, dimana tinggi tanaman yang paling tinggi ± 41-45 cm (Gambar 1 dan Gambar 2), dan pertumbuhan diameter

kepala daerah untuk menghindari besarnya biaya penyelenggaraan pilkada Berapapun biaya yang akan di keluarkan, sangat penting bagi rakyat untuk memilih pemimpin

aspek struktur sosial masyarakat Madura sebagai satu komunitas, dan otonomi-relasi antara aspek jatidiri orang Madura dengan makna nasionalisme yang disadari telah

Dalam kenyataannya, khususnya di Jawa Timur, ditemukan Surat Keputusan (SK) penetapan tim seleksi pemilihan Anggota KPI Daerah disusun dan ditandatangani oleh

bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (4) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir

Upaya preventif dilakukan melalui sarana di luar hukum pidana (non-penal). Penanggulangan melalui upaya preventif bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar tidak

Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan menjadi lebih baik, hal yang perlu diperbaiki yaitu dalam pembuatan tiket, dimana tiket tersebut harus mampu memberikan informasi