ABSTRAK
UPAYA PENANGGULANGAN PENCURIAN PULSA TERHADAP PENGGUNA TELEPONSELULER
Oleh
MARISSA FEBRIANA PUTRI
Kecanggihan dan kemajuan Teknologi pada masa kini menjadikan setiap orang memiliki pemikiran yang lebih maju, setiap orang yang menggunakan telepon seluler bisa melakukan komunikasi saat ini merupakan kebutuhan yang sangat mendominasi bagi masyarakat. Disamping digunakan untuk alat komunikasi, telepon seluler bisa digunakan untuk mengakses internet dimana saja. Alat telekomunikasi yang semakin canggih akan semakin mempermudah orang melakukan tindak pidana, semakin maraknya pengguna telepon seluler oleh masyarakat banyak memunculkan modus operandi kejahatan yang dilakukan oleh orang guna mencapai kepentingan pribadi. Kejahatan yang sekarang yang sedang marak adalah pencurian pulsa melalui sarana Short Messages Service(SMS) yang ada pada telepon seluler. Permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi penulis adalah Bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana pencurian pulsa terhadap pengguna telepon seluler dan Apakah yang menjadi faktor penghambat upaya penanggulangan tindak pidana pencurian pulsa terhadap pengguna telepon seluler.
Marissa Febriana Putri
Berdasarkan penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa upaya penanggulangan pencurian pulsa dapat dilakukan dengan upaya penal dan non-penal. Upaya repersif (penal) adalah upaya yang melalui sistem peradilan pidana atau dengan penerapan hukum pidana, dengan sendirinya akan bersentuhan dengan kriminalisasi yang mengatur ruang lingkup perbuatan yang bersifat melawan hukum, pertanggungjawaban pidana, dan sanksi yang dapat dijatuhkan, baik berupa pidana (punishment) maupun tindakan (treatment) pada pencurian pulsa upaya penanggulangan itu sendiri merupakan tindakan polisi dalam menemukan suatu perusahaan yang diduga terkait dengan tindak pidana pencurian pulsa tersebut. Upaya preventif (non penal), yaitu upaya pencegahan tanpa pidana dan mempengaruhi pandangan masyarakat tentang kejahatan dan pemidanaan melalui massa media dengan menginformasikan kepada masyarakat umum tentang adanya suatu tidak pidana pencurian pulsa melalui sarana sms. Dalam proses upaya penanggulangan pencurian pulsa terdapat hambatan yaitu Hambatandalam upaya penanggulangan hukum tindak pidana pencurian pulsa melalui SMS antara lain: Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. Penegak hukum dalam menerapkan dan menanggulangi tindak pidana pencurian mengalami hambatan alat sarana dan prasarana berteknologi canggih dan Rendahnya pendidikan dalam menguasai alat sarana dan prasaran yang canggih untuk menemukan pelakunya. Faktor masyarakat yaitu kurangnya kesadaran yang rendah pada masyarakat dalam melaporkan keaparat penegak hukum dan ketidaktahuan masyarakat pada modus pencurian pulsa.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecanggihan dan kemajuan Teknologi pada masa kini menjadikan setiap orang
memiliki pemikiran yang lebih maju daripada jaman dahulu. Bila di pahami lebih
dalam, masyarakat akan lebih mudah melakukan sesuatu yang menjadi keinginan
mereka, begitu juga dengan sebagian orang yang ingin melakukan kejahatan.
Perubahan paradigama dari masyarakat industri menjadi masyarakat informasi
membawa perubahan penting dalam bidang hukum. Perubahan yang sangat
mendasar diantaranya telepon selular yang merupakan salah satu produk atau alat
komunikasi yang dihasilkan dari penerapan berbagai ilmu disiplin ilmu
pengetahuan yang mengahasilkan nilai bagi pemerataan kebutuhan,
kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia. Kemajuan teknologi
yang dihasilkan oleh telepon seluler semakin maju, setiap orang yang
menggunakan telepon seluler bisa melakuan komunikasi saat ini merupakan
kebutuhan yang sangat mendominasi bagi masyarakat. Disamping digunakan
untuk alat komunikasi, telepon seluler bisa digunakan untuk mengakses internet
dimana saja. Keunggulan dalam telepon seluler yang sering dikenal yaitu adanya
2
Keunggulan yang terdapat diaplikasi SMS sering disalah gunakan oleh para
pemakainya. Kebutuhan yang sangat besar terhadap informasi tersebut telah
membawa kemajuan yang sangat pesat terhadap telekomunikasi dan informasi
dan menjadi lahan bisnis yang sangat subur dan menjanjikan.
Kemajuan tersebut membuat banyak orang yang memiliki pengetahuan yang luas
akan sangat mudah untuk menyalahgunakan pengetahuan yang mereka miliki.
Bila kita amati berita-berita yang sedang marak diberitakan diberbagai media,
baik cetak maupun elektronik, telekomunikasi bukan saja di manfaatkan sebagai
alat berkomunikasi, tetapi dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk melakukan
kejahatan.
Alat telekomunikasi yang semakin canggih akan semakin mempermudah orang
melakukan tindak pidana. Mulanya kejahatan di bidang telekomunikasi diawali
dengan banyaknya penipuan produk undian yang mengatasnamakan
perusahaan-perusahaan tertentu. Biasanya para pelaku mengaku-ngaku sebagai perwakilan
perusahaan yang memberikan informasi kepada korban bahwa korban telah
memenangkan undian yang berhadiah. Tetapi pada saat ini modus penipuan yang
dilakukan pelaku sudah banyak diantisipasi oleh korban. Para pelaku pun mencari
cara untuk dapat melakukan kejahatan yang beda dari biasanya. Pelaku kejahatan
yang memiliki pengetahuan yang luas mereka melakukan modus kejahatan yang
lain. Pesan singkat atau SMS yang sering digunakan oleh pengguna telepon
seluler adalah akses yang sangat tepat untuk mengelabui para pengguna telepon
3
SMS atau pesan singkat. Tetapi bukan melalui berkedok undian, pelaku
menggunakan cara agar korban mau menjawab membalas pesan singkat yang
berisi menawarkan konten produk mereka seperti nada sambung pribadi atau
Ringtone yang memerintahkan untuk membalas pesan singkat tersebut dengan kata “ya”. Apabila korban membalas pesan singkat tersebut maka secara otomatis
pulsa korban akan berkurang. Modus yang dilakukan ini terbilang bukan hal yang
baru lagi. Banyaknya korban yang mengaku seringkali pulsanya berkurang
padahal para korban mengaku belum sama sekali menggunakan pulsa tersebut.
Contoh pada kasus pencurian pulsa yang terjadi pada Muhammad Feri Kuntoro,
warga Matraman Dalam, Jakarta Pusat yang telah melaporkan dugaan pencurian
pulsa, Feri mengatakan harus membayar tagihan kartu pascabayarnya sekitar
ratusan ribu rupiah setelah regristrasi undian berhadiah lewat layanan SMS
konten, feri telah berupaya menghentikan layanan SMS itu dengan mengetik
”Unreg”. Namun usahanya selalu gagal dan mesin hanya menjawab “maaf sistem
sedang bermasalah silahkan ulangi lagi”.
Kasus-kasus yang terjadi mengundang perhatian dari berbagai kalangan
masyarakat. Terutama pihak berwajib yang bertugas untuk mencari pelakunya
yang dibantu dengan masyarakat. Kerugian yang dialami oleh korban pencurian
pulsa tersebut jumlah kerugiannya memang tidak besar tetapi bila diakumulasikan
korban-korban yang telah kehilangan pulsanya akan terlihat jelas bahwa pulsa
4
Korban yang mengalami pencurian pulsa belum secara langsung mengadukan
langsung kepada pihak Kepolisian karena berfikir kerugian yang dialaminya tidak
terlalu besar dan tidak terlalu merasa dirugikan. Pemerintah telah membentuk
badan yang menangani korban dari kecanggihan telekomunikasi yaitu Badan
Regulasi Telekomunikasi Indonesia atau yang disingkat BRTI untuk menampung
semua keluhan dan aspirasi masyarakat. BRTI menerima semua pengaduan
kehilangan pulsa dan setelah menerima pengaduan dari masyarakat BRTI akan
menindak lanjuti ke pihak Kepolisian.
Media pesan singkat atau SMS merupakan salah satu alat komunikasi yang
digunakan oleh pengguna telepon seluler. Menurut Undang-Undang Nomor 36
Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, telekomukasi adalah setiap pemancaran,
pengiriman, dan/atau penerimaan dan setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda,
isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau
sistem elektromagnetik lainnya. Telepon seluler merupakan salah satu alat
komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi sesuai dengan Pasal 1 ayat (2)
yaitu alat telekomunikasi adalah setiap alat perlengkapan yang di gunakan dalam
bertelekomunikasi. Pada kejahatan pencurian pulsa pada penelitian ini bila
ditinjau dari hukum pidana kejahatan ini merupakan tindak pidana pencurian,
maka sebagaimana diatur pada Pasal 362 KUHP yaitu :
“Barangsiapa yang mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian
5
diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”
Tindak pidana pencurian biasa yang dilakukan pelaku tanpa menggunakan alat
atau media elektronik akan lebih mudah diungkap oleh Polisi bila dibandingkan
dengan pencurian pulsa karena media yang digunakan adalah telepon seluler
melalui pesan singkat atau SMS. Pada pencurian pulsa akan sulit diungkapkan
karena menggunakan media elektronik seperti telepon seluler untuk
mengungkapnya pelakunya memerlukan teknologi yang mendukung agar
memudahkan menangkap para pelaku.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, penulis mengadakan
penelitian dan menuangkannya dalam bentuk penulisan skripsi yang berjudul:
“Upaya Penanggulangan Pencurian Pulsa Terhadap Pengguna TeleponSeluler”.
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan
Berdasarkan judul diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan
skripsi ini adalah :
a. Bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana pencurian pulsa
terhadap pengguna teleponseluler?
b. Apakah yang menjadi faktor penghambat upaya penanggulangan tindak
6
2. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi substansi penelitian
mengenai bidang ilmu pidana dengan kajian mengenai tindak pidana pencurian
pulsa dengan menggunakan pesan singkat atau SMS di Bandar Lampung.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui upaya penanggulangan tindak pidana pencurian pulsa
terhadap pengguna teleponseluler.
b. Untuk mengetahui faktor penghambat upaya penanggulangan tindak pidana
pencurian pulsa terhadap pengguna teleponseluler. 2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
Untuk memberikan sumbangan pemikiran dan mengembangkan pengetahuan
ilmu hukum, khususnya ilmu hukum pidana yang berkaitan dengan masalah
bagaimana penegakan hukum dalam tindak pidana pencurian pulsa melalui
Short Messages Service (SMS) bila dihubungkan dengan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
dan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
7
b. Kegunaan Praktis
Sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berkarya ilmiah, daya
nalar dan acuan yang disesuaikan dengan disiplin ilmu yang telah di pelajari
dan juga untuk memperluas cakrawala bagi siapa saja yang ingin mengetahui
tindak pidana pencurian pulsa melalui Short Messages Service (SMS) yang Ditinjau dari Aspek Hukum Pidana.
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis
Kerangka Teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstrak dan hasil
pemikiran dan kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan
identiikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti
(Soerjono Soekanto, 1984:132). Untuk menjawab permasalahan yang ada, teori
yang digunakan adalah menggunakan pendapat ahli hukum tentang tindak pidana
dan kendala atau faktor yang mempengaruhi penegakan hukum yang digunakan
sebagai acuan dalam menganalisis permasalahan yang ada.
Kerangka teori juga menggunakan acuan dalam penelitian dengan maksud agar
lebih jelas untuk membahas pokok permasalahan dengan mendasarkan pada suatu
teori. Relevansi sebagai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah
mengenai pencurian pulsa melalui SMS ditinjau pada hukum pidananya. Agar
dapat mengetahui pencurian pulsa itu bias dikategorikan sebagai tindak pidana.
8
Tindak pidana adalah suatu pelanggaran kaidah (penggangguan ketertiban
hukum) terhadap mana pelaku mempunyai kesalahan untuk mana pemidanaan
adalah wajar untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dan menjamin
kesejahteraan umum (Bambang Purnomo, 1985:91).
Unsur-unsur tindak pidana menurut Moeljatno yaitu, perbuatan dari manusia,
memenuhi rumusan dalam undang-undang dan bersifat melawan hukum (Tri
Andrisman, 2009:72).
Pencurian pada dasarnya merupakan perbuatan yang dilarang sesuai dengan Pasal
362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana karena perbuatan tersebuat akan
merugikan korbannya.
Kebijakan kriminal menurut Sudarto adalah suatu usaha yang rasional dari
masyarakat dalam menanggulangi kejahatan. Upaya penanggulangan tindak
pidana pencurian pulsa melalui SMS juga menggunakan teori penanggulangan
kejahatan yang dikemukan oleh G.P Hoefnogels yaitu melalui:
a. Penerapan hukum pidana
b. Pencegahan tanpa pidana
c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan
lewat media massa.
(Barda Nawawi Arief, 2002: 42).
Hukum pidana hendaknya dipertahankan sebagai salah satu cara penyelesaian
9
pelaku kejahatan akan merasa jera dengan perbuatan yang telah dilakukannya.
Perumusan kebijakan criminal tentu tidak terlepas faktor penegakan hukum.
Karena pada dasarnya kebijakan ini merupakan produk yang semata-mata demi
tegaknya supremasi secara konsepsional, inti dari arti penegakan hukum yaitu
menyerasikan antara nilai-nilai yang terkandung pada masyarakat itu sendiri.
Masalah penegakan hukum terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya
faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral sehingga dampak positif dan
negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut, (Soerjono Soekanto, 1986:8)
faktor-faktor penegakan hukum adalah sebagai berikut :
a. Faktor hukumnya sendiri, yaitu Terdapat beberapa asas dalam berlakunya
undang-undang yang tujuannya adalah agar undang-undang tersebut
mempunyai dampak positif. Artinya, agar undang-undang tersebut mencapai
tujuannya secara efektif di dalam kehidupan masyarakat.
b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum, Penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan
peranan (role). Seorang yang mempunyai kedudukan tertentu lazimnya
dinamakan pemegang peranan (role occupant). Suatu hak sebenarnya
wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah
beban atau tugas.
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, penegakan
hukum tidak mungkin berlangsung lancar tanpa adanya faktor sarana atau
10
yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang
memadai, keuangan yang cukup dan seharusnya
d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan, Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk
mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari
sudut tertentu maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum
tersebut
e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan
pada karsa manusia didalam pergaulan hidup, Kebudayaan (sistem) hukum
pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku,
nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang
dianggap baik (sehingga dianut) dan apa yang dianggap buruk (sehingga
dihindari).
2. Konseptual
Kerangka konseptual adalah kerangka yang meggambarkan hubungan secara
konsep-konsep khusus, merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan
istilah-istiah yang ingin diteliti atau diketahui (Soerjono Soekanto, 1986 : 132).
Sebuah perbuatan yang masuk dalam kejahatan pencurian dalam Pasal 362 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan :
“Barangsiapa yang mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian
11
diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
denda paling banyaj Sembilan ratus rupiah”.
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap pokok permasalahan dan
pembahasan dalam skripsi ini, maka dibawah ini terdapat Beberapa batasan
mengenai konsep yang bertujuan untuk menjelaskan beberapa istilah yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Upaya penanggulangan adalah usaha untuk mencapai suatu maksud,
memecahkan suatu persoalan, dan mencari jalan keluar
melalui proses menanggulangi.
b. Pencurian adalah perbuatan mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)
c. Pulsa adalah sebagai satuan perhitungan biaya telepon
(http://pulsa-online.web.id/artikel/)
d. Telepon seluler adalah telepon kawat yang tidak menggunakan kabel untuk melakukan komunikasi
e. Short Messages Service disingkat dengan SMS, merupakan pesan singkat berupa teks yang dikirim dan diterima antar sesama pengguna telpon, pada
awalnya pesan ini digunakan antar telpon genggam, namun dengan
berkembangnya teknologi, pesan tersebut dilakuakan melalui komputer
ataupun telepon rumah dan merupakan fasilitas untuk mengirim dan
12
perangkat komunikasi teleon selular, dalam hal ini perangkat nirkabel yang
digunakan adalah telepon selular (http;//ilmucomputer2.blogspot.com
Minggu 30 Oktober 2011 11:10)
f. Hukum Pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku
disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk :
1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang
dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu
bagi barang siapa melanggar ketenuan tersebut.
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangalarngan itu dapat dikenai dan dijatuhi pidana
sebagaimana yang telah diancamkan.
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yag disangka tela melanggar laranagan
tersebut. (Tri Andrisman 2009 : 7).
E. Sistematika Penulisan
Memahami isi penelitian ini, maka penulisannya terbagi dalam 5 (lima) Bab
secara berurutan dan saling berkaitan hubungannya dengan perincian sebagai
13
I. PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang penulisan, pokok
permasalahan serta ruang lingkup. Selain itu juga tujuan dan kegunaan penulisan,
kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menguraikan mengenai hukum pidana, pengertian tindak pidana,
pengertian tindak pidana pencurian, unsur-unsur pencurian, pengertian pencurian
pulsa, upaya penanggulangan danShort Messages Service(SMS).
III. METODE PENELITIAN
Merupakan bab yang penelitiannya untuk menelaah suatu masalah digunakan metode
ilmiah secara sistematis, terarah dan terancang untuk mencari solusi suatu masalah
dalam suatu pengetahuan yang dapat diandalkan kebenarannya. Proses yang
dilakukan ini merupakan proses yang terencana, sehingga dengan demikian
memerlukan suatu metode yang jelas dan efektif agar hasil yang diperoleh dari
penelitian ini maksimal serta dapat dipertanggungjawabkan.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab hasil penelitian dan pembahasan meliputi karakteristik apakah upaya
penanggulangan pencurian pulsa terhadap pengguna telepon seluler dan
faktor-faktor penghambat menanggulangi pencurian pulsa terhadap pengguna telepon
14
V. PENUTUP
Dalam bab ini dibahas mengenai kesimpulan terhadap jawaban permasalahan dari
hasil penelitian dan saran-saran dari penulis yang merupakan alternatif
penyelesaian yang berguna dan dapat menambah wawasan hukum khususnya
✁
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hukum Pidana
Hukum pidana menurut Mezger adalah aturan hukum yang mengikatkan kepada
suatu perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat berupa pidana (Tri
Andrisman, 2009: 7).
Hukum pidana dibedakan menjdi hukum pidana materiil dan hukum pidana formil.
Hukum pidana materiil terdiri atas tindak pidana yang disebut berturut-turut,
peraturan umum yang dapat diterapan terhadap perbuatan itu, dan pidana yang
diancamkan terhadap perbuatan itu. Hukum pidana formil mengatur cara bagaimana
acara pidana seharusnya dilakukan dan menentukan tata tertib yang arus diperhatikan
pada kesempatan itu. Beberapa Para ahli sarjana mengemukakan pendapatnya tentang
pengertian hukum pidana.
Mr.Wirjono prodjodikoro menjelaskan hukum pidana Materiil dan hukum pidana
formil. Isi dari hukum pidana adalah
1. Penunjukan dan gambaran dari perbuatan-perbuatan yang diancam dengan
✂6
2. Penunjukan syarat umum yang harus dipenuhi agar perbuatan itu merupakan
perbuatan yang pembuatnya dapat dihukum pidana,
3. Penunjukan orang atau badan hukum yang pada umumnya dapat dihukum
pidana.
4. Penunjukan jenis hukuman pidana yang dapat dijatuhkan
(Leden Marpaung, 2008:2).
Moeljatno menyebutkan adalah Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan
hukum yang berlaku disuatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk :
1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang
dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi
barang siapa melanggar larangan tersebut.
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar
larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang
telah diancamkan. (Moeljatno, 2002:8).
Pompe menyatakan Hukum Pidana adalah semua aturan-aturan hukum yang
menentukan terhadap perbuatan-perbuatan apa yang seharusnya dijatuhi pidana, dan
apakah macamnya pidana itu.
Menurut Simons Hukum Pidana adalah kesemuanya perintah-perintah dan
larangan-larangan yang diadakan oleh negara dan yang diancam dengan suatu nestapa
✄ ☎
menentukan syarat-syarat bagi akibat hukum itu dan kesemuanya aturan-aturan untuk
mengadakan dan menjalankan pidana tersebut.
B. Pengertian Tindak Pidana
Melihat dasar asas legalitas pada Pasal 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana
menunjukkan hubungan yang erat antara suatu tindak pidana, pidana dan
undang-undang yang akan menetapkan perbuatan apa saja yang dapat dikenakan pidana dan
pidana apakah yang dapat dikenakan. Dengan memperhatikan keterkaitan antara
suatu tindak pidana. pidana seringkali diartikan sebagai suatu hukuman, dengan
demikian dikatakan pula bahwa pidana atau hukuman adalah perasaan tidak enak
(yakni penderitaan dan perasaan sengsara) yang dijatuhkan oleh hakim dengan vonis
kepada orang yang melanggar undang-undang hukum pidana.
Pengertian dari tindak pidana adalah tindakan yang tidak hanya dirumuskan oleh
kitab undang-undang hukum pidana sebagai kejahatan atau tindak pidana). Tindak
pidana atau yang disebut strafbaar feit merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana (yuridis normatif). Kejahatan atau perbuatan jahat dapat diartikan secara
yuridis atau kriminologis. Kejahatan atau perbuatan jahat dalam arti yuridis normatif
adalah perbuatan yang terwujud in-abstracto dalam peraturan pidana. Sedangkan perbuatan jahat dapat diarti kriminologis adalah perbuatan manusia yang menyalahi
norma yang hidup di masyarakat secara konkrit. Tindak pidana adalah perbuatan
✆8
yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar tersebut (Tri Andrisman,
2009:70).
Istilah perbuatan pidana adalah perbuatan yang diancam pidana, yang mana larangan
itu ditujukan kepada perbuatan yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan
oleh kelakuan orang, sedangkan ancaman pidana ditujukan kepada orang yang
menimbulkan kejadian itu. Antara larangan dan ancaman pidana ada hubungan yang
erat oleh karena antara kejadian dan orang yang menimbulkan bukan orang dan orang
tidak dapat diancam pidana jika tidak karena kejadian yang ditimbulkan.
Pompe merumuskan tindak pidana adalah suatu pelanggaran kaidah (penggangguan
ketertiban hukum) terhadap mana pelaku mempunyai kesalahan untuk mana
pemidanaan adalah wajar untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dan menjamin
kesejahteraan umum (Bambang Purnomo, 1985:91).
Van Hamel merumuskan tindak pidana adalah kelakuan (Menselijke Gedraging)
orang yang dirumuskan dalam undang-undang atau WET yang bersifat melawan, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan (Tri Andrisman, 2009:70).
Beberapa pandangan pakar diatas, setidaknya dalam pengertian tindak pidana
tercakup didalamnya:
a. Tindakan yang sebelumnya telah diatur oleh hukum pidana, tindakan-tindakan
tersebut merupakan hal yang dilarang pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana
atau undang-undang pidana yang lainnya. Karena pada dasarnya perbuatan itu
✝9
b. Tindakan itu dapat dihukum atau dijatuhi sanksi pidana oleh negara melalui
alat-alatnya. Sehingga perbuatan yang telah dilakukan seseorang dan terbukti telah
melanggar peraturan-peraturan hukum akan diberikan hukuman, dan hukuman
tersebut diberikan setelah terbukti bahwa seseorang tersebut telah melakukan
pelanggaran melalui aparat penegak hukum.
c. Tindakan itu berhubungan dengan kesalahan atau bersifat melawan hukum.
d. Pelaku dapat dipertanggungjawabkan, perbuatan pidana yang dilakukan pelaku
harus dipertanggungjawabakan sesuai dengan undang-undang.
Mengetahui adanya tindak pidana, dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan
pidana tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang dan disertai dengan sanksi.
Rumusan tersebut ditentukan beberapa unsur dari tindak pidana yaitu.Menurut
Simons, unsur-unsur tindak pidana :
1. Perbuatan manusia
2. Diancam dengan pidana
3. Melawan hukum
4. Dilakukan dengan kesalahan
5. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab
Simons juga menyebutkan adanya unsur objektif dan unsur subjektif dari tindak
pidana:
a. Unsur–unsur Objektif
✞ ✟
2. Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu.
3. Keadaan–keadaan
4. Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum
b. Unsur- unsur Subjektif
1. Orang yang mampu bertanggung jawab
2. Adanya kesalahan
C. Pengertian Tindak Pidana Pencurian
Tindak pidana pencurian diatur dalam Bab XXII Buku II Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) yaitu Pasal 362 sampai dengan Pasal 367, pasal-pasal
tersebut mengatur tentang berbagai bentuk dari tindak pidana pencurian.
Pencurian yang dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “curi” yang mengalami
imbuhan “pe” dan berakhiran “an” sehingga kata “pencurian mengandung arti proses,
perbuatan cara mencuri untuk dilaksanakan. Pengertian pencurian menurut hukum
beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya:
Barangsiapa yang mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,
diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda
✠ ✡
Didalam rumusan Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dapat diketahui
bahwa tindak pidana pencurian itu merupakan tindak pidana yang diancam hukuman
adalah suatu perbuatan yang dalam hal ini adalah “mengambil” barang orang lain.
Tetapi tidak setiap mengambil barang orang lain adalah pencurian, sebab ada juga
yang mengambil barang orang ntuk diserahkan kepada pemiliknya. Yang
membedakan adalah perbuatan untuk melawan hukum.
Berdasarkan bunyi Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana terdapat
unsur-unsur pencurian sebagai berikut:
1. Unsur - Unsur Objektif berupa :
a. Unsur perbuatan mengambil
Pengertian “mengambil” dalam pasal tersebut adalah dikuasainya, yaitu pada waktu
pencuri mengambil barang itu, barang tersebut belum ada kekuasaannya. Dari adanya
unsur perbuatan yang dilarang mengambil ini menunjukkan bahwa pencurian adalah
berupa tindak pidana formil. Unsur pokok dari perbuatan mengambil adalah harus
ada perbuatan aktif, ditujukan pada benda dan berpindahnya kekuasaan benda itu ke
dalam kekuasaannya. Berdasarkan hal tersebut, maka mengambil dapat dirumuskan
sebagai melakukan perbuatan terhadap suatu benda dengan membawa benda tersebut
ke dalam kekuasaan. Unsur berpindahnya kekuasaan benda secara mutlak dan nyata
adalah merupakan syarat untuk selesainya perbuatan mengambil, yang artinya juga
merupakan syarat untuk menjadi selesainya suatu pencurian secara sempurna. Dari
☛☛
usaha membawa sesuatu benda di bawah kekuasaannya secara mutlak dan nyata.
Pencurian atau perbuatan mengambil dapat dikatakan apaba barang tersebut
berpindah tempat. Apabila barang atau benda tersebut baru dipegang saja namun
belum namun belum bepindah tempat, maka belumlah disebut perbuatan mencuri,
tetapi baru dkatakan perbuatan percobaan mencuri.
b. Unsur benda atau barang
Benda - benda tidak bergerak, baru dapat menjadi objek pencurian apabila telah
terlepas dari benda tetap dan menjadi benda bergerak. Benda bergerak adalah setiap
benda yang berwujud dan bergerak ini sesuai dengan unsur perbuatan mengambil.
Benda yang kekuasaannya dapat dipindahkan secara mutlak dan nyata adalah
terhadap benda yang bergerak dan berwujud saja.
Pengertian barang dalam hal ini tidak perlu hatus berniali ekonomis, karena dalam
hal-hal tertentu barang-barang tersebutbukan nilai ekonomisnya tetapi unsur
sejarahnya, misalnya kenang-kenangan dan sebagainya
c. Unsur sebagian maupun seluruhnya milik orang lain.
Benda tersebut tidak perlu seluruhnya milik orang lain, cukup sebagian saja,
sedangkan yang sebagian milik petindak itu sendiri. Siapakah yang diartikan dengan
orang lain dalam unsur sebagian atau seluruhnya milik orang lain? Orang lain ini
harus diartikan sebagai bukan si petindak. Dengan demikian maka pencurian dapat
☞ ✌
benda yang dapat menjadi objek pencurian ini haruslah benda - benda yang ada
pemiliknya. Benda - benda yang tidak ada pemiliknya tidak dapat menjadi objek
pencurian. Unsur benda bukan hanya benda-benda yang berwujud tetapi benda-benda
yang tidak berwujud juga dapat dikatakan benda dan dimiliki oleh seseorang atau
milik suatu badan. Misalnya benda yang tiak berwujud adalah air ataupun listrik. Air
adalah benda yang sangat dibutuhkan sama seperti uang. (Lamintang,1997:193)
2. Unsur - Unsur Subjektif berupa :
a. Maksud untuk memiliki
Maksud untuk memiliki terdiri dari dua unsur, yakni pertama unsur maksud
(kesengajaan sebagai maksud atauopzet als oogmerk), berupa unsur kesalahan dalam pencurian, dan kedua unsur memiliki. Dua unsur itu dapat dibedakan dan tidak
terpisahkan. Maksud dari perbuatan mengambil barang milik orang lain itu harus
ditujukan untuk memilikinya. Dari gabungan dua unsur itulah yang menunjukkan
bahwa dalam tindak pidana pencurian, pengertian memiliki tidak mensyaratkan
beralihnya hak milik atas barang yang dicuri ke tangan petindak, dengan alasan,
pertama tidak dapat mengalihkan hak milik dengan perbuatan yang melanggar
hukum, dan kedua yang menjadi unsur pencurian ini adalah maksudnya (subjektif)
saja. Apabila dihubungkan dengan unsur maksud, berarti sebelum melakukan per
buatan mengambil dalam diri petindak sudah terkandung suatu kehendak (sikap
✍ ✎
b. Melawan hukum
Maksud memiliki dengan melawan hukum atau maksud memiliki itu ditujukan pada
melawan hukum, artinya ialah sebelum bertindak melakukan perbuatan mengambil
benda, ia sudah mengetahui, sudah sadar memiliki benda orang lain (dengan cara
yang demikian) itu adalah bertentangan dengan hukum. Berhubung dengan alasan
inilah, maka unsur melawan hukum dalam pencurian digolongkan ke dalam unsur
melawan hukum subjektif.
Unsur maksud adalah merupakan bagian dari kesengajaan. Sedangkan apa yang
dimaksud dengan melawan hukum undang-undang tidak memberikan penjelasan
lebih lanjut. Pada dasarnya melawan hukum adalah sifat tercelanya atau terlarangnya
dari suatu perbuatan tertentu. Dilihat dari mana atau oleh sebab apa sifat tercelanya
atau terlarangnya suatu perbuatan itu, dalam doktrin dikenal ada dua macam melawan
hukum, yaitu pertama melawan hukum formil, dan kedua melawan hukum materiil.
Melawan hukum formil adalah bertentangan dengan hukum tertulis, artinya sifat
tercelanya atau terlarangnya suatu perbuatan itu terletak atau oleh sebab dari hukum
tertulis. Seperti pendapat Simons yang menyatakan bahwa untuk dapat dipidananya
perbuatan harus mencocoki rumusan delik yang tersebut dalam undang-undang
(Moeljatno, 1983:132). Sedangkan melawan hukum materiil, ialah bertentangan
dengan azas-azas hukum masyarakat, azas mana dapat saja dalam hukum tidak
tertulis maupun sudah terbentuk dalam hukum tertulis. Dengan kata lain dalam
✏ ✑
terletak pada masyarakat. Sifat tercelanya suatu perbuatan dari sudut masyarakat
yang bersangkutan.
Suatu delik yang dimuat unsur “melawan hukum” unsur tersebut harus dibuktikan
dan sebaliknya jika tidak dirumuskan, tidak perlu dibuktikan. Pada tindak pidana
pencurian sesorang yang dituduh ecuri harus dibuktikan terlebih dahulu, ini sesuai
dengan faham formil. (Lenden Marpaung, 2008,46).
D. Pengertian Penegakan dan Upaya Penanggulangan Hukum
Penegakan Hukum (law enforcement) dalam arti luas mencakup kegiatan untuk
melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap
setiap pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum,
baik melalui prosedur peradilan ataupun melalui prosedur arbitrase dan mekanisme
penyelesaian sengketa lainnya. Bahkan, dalam pengertian yang lebih luas lagi,
kegiat-an penegakkegiat-an hukum mencakup pula segala aktifitas ykegiat-ang dimaksudkkegiat-an agar hukum
sebagai perangkat kaedah normatif yang mengatur dan mengikat para subjek hukum
dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara benar-benar ditaati dan
sungguh-sungguh dijalankan sebagaimana mestinya. Dalam arti sempit, penegakan
hukum itu menyangkut kegiatan penindakan terhadap setiap pelanggaran atau
pe-nyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan, khususnya yang lebih sempit
lagi melalui proses peradilan pidana yang melibatkan peran aparat kepolisian,
✒6
Penegakan hukum merupakan suatu proses yag melibatkan banyak hal pada dasarnya
ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhi penegakan hukum tersebut yaitu:
1. Faktor hukumnya sendiri
2. Faktor penegak hukumnya, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3. Faktor sarana dan fasilitas hukum
4. Faktor masyarakat, Semakin tinggi kesadaran masyarakat akan hukum maka
semakin memungkinkan adanya penegakan hukum di masyarakat. Karena
hukum adalah berasal dari masyarakat dan diperuntukkan mencapai keadilan
di masyarakat pula
5. Faktor Kebudayaan, Kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang
mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana merupakan
konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap
buruk.
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku hubungan
hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dalam disetiap lingkungannya.
Dalam menegakkan hukum, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu kepastian
hukum, kemanfaatan dan keadilan. Oleh karena itu Satjipto Rahardjo mengatakan
bahwa penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide
keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Proses
✓ ✔
Penegakan hukum harus berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, karena hukum
diciptakan semata-mata untuk kepetingan masyarakat. Sehingga dengan adanya
penegakan hukum diharapkan masyarakat dapat hidup aman, damai, adil, dan
sejahtera.tugas penegakan hukum itu dijalankan oleh komonen eksekutif dan
dilaksanakan oleh birokrasi dari eksekutif tersebut (Satjipto Rahardjo, 2000:181)
Konsep penegakan hukum merupakan kegiatan menyerasikan nilai-nilai yang
terjabarkan dalam kaidah-kaidah hukum sikap mental seseorang dalam berprilaku dan
berinteraksi dalam masyrakat untuk memelihara dan mempertahankan kedamaian
pergaulan hidup.
Menurut Jimly Asshiddiqie, penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya
untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai
pedoman perilaku dalam lalulintas atau hubungan–hubungan hukum dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara (http://jimly.com/makalah/namafile/56
/Penegakan_Hukum.pdf).Dalam pengertian lain penegakan hukum merupakan upaya
yang dilakukan untuk menjadikan hukum, baik dalam artian formil yang sempit
maupun dalam arti materil yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap
perbuatan hukum, baik oleh para subyek hukum yang bersangkutan maupun oleh
aparatur penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh
Undang-undang untuk menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Aparatur penegak hukum mencakup
pengertian mengenai institusi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum.
✕8
dimulai dari saksi, polisi (termasuk PPNS sebagai pengemban fungsi kepolisian),
penasehat hukum, jaksa hakim dan petugas-petugas sipir pemasyarakatan. Setiap
aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan
tugas atau perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian
sanksi, serta upaya pemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana. Dalam proses
bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat 3 elemen penting yang
mempengaruhi, yaitu:
1. Institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana
pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya;
2. Budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai
kesejahteraan aparatnya, dan
3. Perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupun
yang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum
materilnya maupun hukum acaranya.
Upaya penegakan hukum secara sistematik haruslah memperhatikan ketiga aspek itu
secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan itu sendiri secara
internal dapat diwujudkan secara nyata.
Menurut Barda Nawawi Arief mengenai upaya penanggulangan berbagai bentuk
✖9
Bahwa upaya penanggulangan berbagai bentuk perilaku menyimpang dapat ditempuh
melalui upaya non-penal dan upaya penal. Upaya non-penal biasanya
menitikberatkan pada upaya-upaya yang sifatnya pencegahan (preventive) terhadap
terjadinya kejahatan, dengan cara menangani faktor-faktor kondusif penyebab
terjadinya kejahatan. Sedangkan, upaya penal merupakan upaya penanggulangan
dengan menggunakan hukum pidana. Upaya penal ini menitikberatkan pada
upaya-upaya yang sifatnya memberantas (repressive).
Menurut Marc Ancel kebijakan kriminal (criminal policy) adalah suatu usaha yang
rasional dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan. Secara garis besar
kebijakan kriminal ini dapat ditempuh melalui dua cara yaitu:
1. Upaya Penal, merupakan upaya penanggulangan kejahatan yang lebih
menitikberatkan pada upaya – upaya yang sifatnya repressive
(penindasan/pemberantasan/penumpasan) dengan menggunakan sarana penal
(hukum penal);
2. Upaya Non-Penal, merupakan upaya penanggulangan kejahatan yang lebih
menitikberatkan pada upaya-upaya yang sifatnya preventif (pencegahan/
penangkalan/ pengendalian) sebelum kejahatan tersebut terjadi. Sasaran utama
dari kejahatan ini adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya
kejahatan.
Kebijakan Penanggulangan Kejahatan dengan Menggunakan Pidana Fenomena
✗ ✘
melekat pada tiap bentuk masyarakat. Sebagai bentuk masalah sosial dan masalah
kemanusiaan maka kejahatan perlu segera ditanggulangi. Upaya penanggulangan
kejahatan atau biasa disebut sebagai kebijakan kriminal. Menurut Marc Ancel
kebijakan kriminal (criminal policy) adalah suatu usaha yang rasional dari
masyarakat dalam menanggulangi kejahatan. Sebagai bentuk masalah sosial bahkan
masalah kemanusiaan maka kejahatan perlu segera ditanggulangi. Upaya
penanggulangan kejahatan atau biasa disebut sebagai kebijakan kriminal. Menurut
Marc Ancel kebijakan kriminal (criminal policy) adalah suatu usaha yang rasional
dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan✙
G.P. Hoefnagels menggambarkan ruang lingkup upaya penanggulangan kejahatan
(criminal policy) sebagai berikut :
a. penerapan hukum pidana (criminal law application)
b. pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment)
c. mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat
media massa
Berdasarkan ruang lingkup kebijakan kriminal di atas, penerapan hukum pidana
(criminal law application) merupakan salah satu upaya penanggulangan kejahatan.
Penanggulangan kejahatan dengan menggunakan pidana sebenarnya bukan sebuah
✚ ✛
E. Pengertian Pencurian Pulsa
Pengertian pencurian yang telah disebutkan merupakan tindak pidana yang mana
adalah perbuatan mengambil barang milik orang lain tanpa izin atau dengan
sembunyi-sembunyi untuk menguasainya secara keseluruhan maupun sebagian. Pada
pencurian biasa barang yang diambil adalah barang yang sifatnya berwujud, namun
pada pencurian pulsa barang yang diambil adalah barang telah tidak berwujud, karena
pulsa adalah satuan nominal biaya yang digunakan untuk melakukan kegiatan
komunikasi melalui telepon seluler misalnya dengan menelpon atau dengan mengirim
pesan singkat atau SMS.
Pencurian pulsa dapat dikategorikan sebagai kejahatan dibidang teknologi informasi,
karena sarana yang digunakan pelaku untuk mencuri adalah hasil dari kecanggihan
teknologi informasi. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik mengatur secara umum mengenai kejahatan-kejahatan teknologi
informasi, sehingga pemanfaatan teknologi informasi dilakukan secara aman untuk
mencegah penyalahgunaannya. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menjelaskan bahwa Informasi
Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,termasuk tetapi tidak terbatas
pada tulisan, suara, gambar, peta,rancangan, foto, elektronik data interchange (EDI),
surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telekopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti
✜ ✢
Pencurian pulsa dilakukan oleh sekolompok orang atau badan dengam cara modus
mengirimkan pesan singkat atau SMS dengan menawarkan undiah berhadiah atau
produk-produk yang mendukung kelengkapan telepon selelur tersebut. Pelaku
tersebut mengirimkan pesan singkat atau SMS dengan memerintahkan untuk
membalas ya pada pesan yang diterima. Apabila sudah membalas pesan singkat atau
SMS tersebut secara otomatis pulsa akan berkurang dengan sendirinya. Tanpa
persetujuan pemilik telepon seluler pulsa tersebut akan berkurang. Dengan cara itu
terpenuhilah unsur-unsur tindak pidana pencurian pulsa. Pada pencurian pulsa, Polisi
biasanya akan menindaklanjutin perkara tersebut apabila ada aduan dari korban.
Dalam delik aduan maka diadakan tidaknya tuntutan terhadap delik itu karena adanya
persetujuan yang dirugikannya. Baru polisi dan jaksa dapat menuntutnya (Utrecht,
1987:257). Unsur perbuatan yang dilarang adalah perbuatan yang dengan sengaja
mengambil pulsa milik orang lain tanpa hak melalui pesan singkat atau SMS itu
adalah yang dilarang. Hal ini dapat disamakan dengan pencurian sebagai mana diatur
dalam Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
F. PengertianShort Messages Service
Short Message Service yang disingkat SMS merupakan kemampuan untuk mengirim dan menerima pesan dalam bentuk teks dari dan kepada telepon seluler. Teks
tersebut bisa terdiri dari kata-kata atau nomor atau kombinasi alphanumeric. SMS diciptakan sebagai standar pesan oleh ETSI (Europesan Telecommunication
✣✣
Layanan SMS merupakan layanan yang bersifat dinamis dimana sebuah SMS dapat
dihubungkan ke suatu tujuan, tidak peduli apakah tujuan tersebut aktif atau tidak.
SMS merupakan sebuah sistem pengiriman data dalam paket yang bersifat langsung
mealui satelit, dengan karakteristik ini pengiriman suatu burst data yang pendek dapat
dilakukan dengan efisiensi yang sangat tinggi.
Kecanggihan SMS dibidang telekomunikasi semakin membaik, kemajuan teknologi
akan dimanfaatkan oleh sebagian besar penggunanya untuk kepentingannya
masing-masing. Dengan ada SMS para pengguna telepon seluler akan lebih mudah dalam
berkomunikasi, karena untuk menghemat dalam segi ekonomisnya. Media SMS
merupakan temuan baru yang canggih yang dirancang untuk mempermudah manusia
dalam melakukan komunikasi dengan cara pengiriman pesan singkat kepada
seseorang yang dikehendakinya diamana pun mereka berada sepanjang masih dalam
jangkauan operator. Selama ini SMS menjadi sarana komunikasi teks, semakin cepat
inovasi yang berkembang. Ada banyak jenis pesan teks, panjang karakter, dan
berbagai bentuk layanan tambahan seperti gambar dan kode-kode komunikasi di
dalamnya. Hasil penemuan inovatif yang paling menonjol adalah layanan pesan yang
dimodifikasi dari segi konten (media) atau metode.
SMS sebagai bagian dari teknologi komunikasi bergerak telah berkembang dengan
pesat. Teknologi komunikasi bergerak mulai dirasakan perlu sejak orang semakin
sibuk pergi kesana kemari dan memerlukan alat telekomunikasi yang siap dipakai
✤ ✥
Kebutuhan ini ternyata menuntut adanya perkembangan teknologi dalam bidang
seluler. Selain itu diperlukan standardisasi untuk komunikasi bergerak ini, salah
satunya adalah GSM (Global System for Mobile Communications). GSM merupakan
sebuah teknologi komunikasi selular yang bersifat digital. Teknologi ini
memanfaatkan gelombang sinyal yang dibagi berdasarkan oleh waktu, sehingga
sinyal informasi yang dikirim akan sampai pada tujuan. Keunggulan SMS
dibandingkan metode komunikasi yang lain diantaranya adalah biaya yang murah,
waktu kirim yang kecil dan adanya jaminan bahwa pesan yang dikirimkan akan
sampai selama nomor yang dituju aktif. Namun disamping kemudahan-kemudahan
yang diberikan, layanan SMS ini membatasi jumlah karakter yang dapat dikirimkan
oleh penggunanya.
Pesan yang dikirimkan melalui SMS, memiliki kapasitas maksimal 140bytes. Hal ini menyebabkan seseorang yang ingin mengirimkan pesan yang cukup panjang, terdiri
dari sejumlah karakter, atau memiliki karakter yang berukuran besar akan mengalami
kesulitan.
Walaupun memiliki kekurangan yaitu terbatasnya huruf yang digunakan tetapi
layanan SMS tetap sebagai media masyarakat yang mengelompok. Sebab SMS tidak
hanaya merabah dalam komunikasi ruang pribadi melainkan untuk sarana bisnis dan
komunikasi yang sifatnya sosial. Salah satu lahan bisnis bagi para pengguna telepon
seluler yaitu muculnya berbagai kuis dengan tarif yang mahal tapi tetap saja para
pengguna SMS merasa tertarik mengikutinya. Karena banyaknya para pelanggan
✦ ✧
Kemajuan teknologi pada SMS membuat sebagian orang menyalah gunakan
kemajuan teknologi tersebut. Sebelum merebak isu pencurian pulsa, penipuan sangat
mendominasi terjadinya kejahatan pada pengguna short messages service. Pencurian
bermula dari undangan program dari Conten Provider ke nomor konsumen. Ketika menerima tawaran, konsumen dapat saja mendaftar, tetapi kemudian pada
kesempatan berikutnya berhenti (unreg). Pada titik inilah, terjadi kerusakan sistem,
yaitu proses penghentian berlangganan itu bersih sehingga konsumen tidak lagi
berlangganan, tanpa sadar sebenarnya tetap berlangganan.
Pencurian pulsa biasanya modus operandi yang sering digunakan para pelaku adalah
sebagai berikut :
a. Pelaku menawarkan produk atau konten yang biasanya berupa penawaran
produk permainan atau produk berupa nada sambung atau nada dering
telepon seluler.
b. Pelaku memerintahkan untuk membalas pesan singkat atau SMS tersebut jika
mau menggunakan layanan tersebut.
c. Biasanya pelanggan hanya ingin menggunakan layanan tersebut untuk
sementara atau sekali kirim saja.
d. Setelah itu pelaku akan mengirimkan pesan singkat atau SMS dalam
berjangka waktu. Apabila pelaku mengirimkan SMS kepada pelanggan,
★6
e. Korban yang tidak tahu cara untuk berhenti dalam layanan tersebut, tidak bisa
berbuat apa-apa, dan membiarkan sampai pulsa miliknya habis. Dan berfikir
bila pulsa tidak diisi layanan tersebut akan berhenti dengan sendirinya.
f. Ketika mengisi ulang pulsa, ternyata pulsa dibeli seketika berkurang tanpa
digunakan untuk menelpon ada mengirim pesan singkat SMS
g. Disini terjadinya pencurian pulsa atau yang disering disebut sebagai
penyedotan pulsa atau dengan kata lain terjadi perpindahan kekuasaan atas
✩ ✪
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Penelitian merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan dalam rangka mengamati
suatu objek atau fenomena tertentu dengan pendekatan ilmu pengetahuan dan
menggunkan metode tertentu guna mendapatkan suatu kesimpulan pada obje aau
fenomena yang diteliti. Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisis
konstruksi terhadap data yang dikumpulkan dan di olah. (Soerjono Soekanto dan Sri
Samudji, 1984:1)
Penulisan penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan menggunakan:
1. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan cara menelaah kaidah-kaidah,
teori-teori, konsep-konsep serta peraturan perundang-undangan yang ada dan
berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. Pendekatan yang besifat
normatif adalah penelitian dengan data sekunder yang dilakukan dengan mencari
data atau sumber yang bersifat teori yang berguna untuk memecakan masalah
melalui studi kepustakaan yang meliputi buku-buku, perturan-peraturn,
surat-surat keputusan dan dokumen resmi yang berhubungan dengan masalah yang
✫8
2. Pendekatan yuridis empiris yaitu dengan meneliti dan mengumpulkan data
primer yang diperoleh secara langsung melalui penelitian terhadap objek
penelitian dengan cara observasi dan wawancara denga responden atau
narasumber yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini.
B. Sumber dan Jenis Data
Sumber data yang digunakan dala penelitian ini dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari penelitian dilapangan
pada objek yang diteliti atau dengan melakukan wawancara kepada aparat penegak
hukum di instansi penegak hukum dan akademisi yang terkait dengan pembahasan
pencurian pulsa melalui SMS.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan studi pustaka yang terdiri dari bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.
a. Bahan Hukum Primer adalah berupa perundang-undangan yang terdiri dari :
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
✬ ✭
4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
b. Bahan Hukum Sekunder berupa bahan hukum yang meliputi peraturan
pelaksanaan rancangan Undang-undang, Keputusan Menteri dan Peraturan
Pemerintah.
c. Bahan Hukum Tersier adalah bahan-bahan yang memberikan petunjuk dan
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, berupa pendapat para
sarjana, kamus, ensiklopedia, literatur hukum, majalah, koran, internet dan hasil
seminar.
C. Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga.
(Masrisingarimbun dan sofian Efendi, 1989 : 152). Populasi dalam penelitian adalah
pihak Kepolisian diwilayah Bandar Lampung, Badan Regulasi Telekomunikasi
Indonesia Dan Akademisi. Sedangkan sample dilakukan berdasarkan metode
penentuan sample yang didasarkan pada penegtahuan dan pemahaman responden
terhadap substansi informasi yang dinginkan penulis.
Responden yang dianggap dapat mewakili penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Hakim pada Pengadilan Kelas I A Tanjung Karang : 2 (dua) orang
2. Jaksa pada Kejaksaan Negeri Tanjung Karang : 2 (dua) orang
✮ ✯
4. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia di Lampung : 1 (satu) orang
5. Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila : 1 (satu) orang
Jumlah Responden : 8 (delapan) orang
D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. Data Primer, yaitu melakukan wawancara secara langsung dengan anggota
Kepolisian dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia serta Akademisi yang
erat kaitannya dengan pencurian pulsa melalui SMS.
b. Data Sekunder, yaitu mempelajari berbagai macam baan antuan hukum, baik
bahan hukum primer maupun sekunder, dengan melakukan kegiatan membaca,
mengutip, menganalisis, dan menyimpulkan.
2. Pengolahan Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengelola data adalah, sebagai berikut:
a. Editing, yaitu memeriksa data yang diperoleh untuk segera mengetahui apakah
data yang diperoleh itu relevan dan sesuai dengan bahasan. Selanjutnya apabila
ada data yang salah akan dilakukan perbaikan dan terhadap data yang kurang
lengkap akan diadakan penambahan.
✰ ✱
c. Sistematika data adalah penyusunan data secara sistematis yaitu sesuai dengan
pokok bahasan sehingga memudahkan analisis data.
Tahap-tahap pengolahan data tersebut bertujuan untuk mempermudah analisis yang
nantinya akan mempermudah pengambilan kesimpulan.
E. Analisis Data
Analisis data yang dimaksudkan untuk menyederhanakan data agar mudah dibaca dan
dipahami. Analisis data penulis dilakukan dengan cara atau metode Deskritif Analisis
Kualitatif yaitu menguraikan data-data yang penulis peroleh dalam penelitian
dilapangan dalam bentuk penjelasan kalimat guna mendapatkan
penngertian-pengertian tertentu dalam rangka menjawab permsalahan yang telah dirumuskan.
Berdasarkan hasil analisis data tersebut akan ditarik kesimpulan secara induktif, yaitu
cara berfikir dan hal-hal yang bersifat umum kearah yang lebih khusus yang
63
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dipaparkan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Upaya-upaya penaggulangan kejahatan pencurian pulsa melalui SMS dilakukan
melalui dua upaya yaitu:
Upaya preventif (non penal), yaitu upaya pencegahan tanpa pidana dan
mempengaruhi pandangan masyarakat tentang kejahatan dan pemidanaan melalui
massa media dengan menginformasikan kepada masyarakat umum tentang
adanya suatu tidak pidana pencurian pulsa melalui sarana sms, dan
menginformasikan untuk menghubungi nomor 159 bila menjadi korban pencurian
pulsa. Menganjurkan masyrakat agar lebih hati- hati terhadap penawaran dari
layanan content provider tidak langsung mengikuti tawaran yang ditawarkan dan melaporkan langsung kepada Polisi jika menjadi korban pencurian SMS.
Upaya repersif (penal) adalah upaya yang melalui sistem peradilan pidana atau
dengan penerapan hukum pidana, dengan sendirinya akan bersentuhan dengan
kriminalisasi yang mengatur ruang lingkup perbuatan yang bersifat melawan
64
berupa pidana (punishment) maupun tindakan (treatment) pada pencurian pulsa
upaya penanggulangan itu sendiri merupakan tindakan polisi dalam menemukan
suatu perusahaan yang diduga terkait dengan tindak pidana pencurian pulsa
merupakan upaya penegak hukum yaitu polisi dalam menemukan suatu
perusahaan yang diduga tekait dengan tindak pidana pencurian pulsa. Adanya
pengaduan dari masyarakat bisa dijadikan dasar untuk menangani tindak pidana
pencurian pulsa.
2. Hambatan dalam upaya penanggulangan hukum tindak pidana pencurian pulsa
melalui SMS antara lain:
a. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum. Penegak hukum dalam menerapkan dan menanggulangi
tindak pidana pencurian mengalami hambatan alat sarana dan prasarana
berteknologi canggih dan rendahnya pendidikan dalam menguasai alat sarana
dan prasaran yang canggih untuk menemukan pelakunya
b. Faktor sarana prasarana dan fasilitas yang dimiliki oleh aparat penegak hukum
belum memadai atau kurangnya alat untuk melacak pelaku pencurian pulsa,
yang dikarenakan harga yang mahal.
c. Faktor masyarakat yaitu kurangnya kesadaran yang rendah pada masyarakat
dalam melaporkan keaparat penegak hukum dan ketidaktahuan masyarakat
65
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan pembahasan penulis
menyarankan kepada pemerintah, instansi-instansi penegak hukum mamupun
masyarakat sebagai berikut :
1. Kepada aparat penegak hukum, Polisi, Jaksa, Hakim agar dapat meningkatkan
kinerja dalam menganggulangi kejahatan pencurian pulsa SMS yang telah
memakan korbam, khususnya agar senantiasa beraksi dengan segera dalam
memproses laporan yang masuk sesuai dengan ketetapan undang-undang.
2. Kepada pihak pemerintah agar lebih memperhatikan dalam menyediakan alat-alat
teknologi canggih dan memberikan pendidikan tambahan bagi penegak hukum
agar dapat menggunakan alat-alat teknologi canggih tersebut.
3. Kepada masyarakat umum khususnya pengguna telepon seluler hendaknya lebih
berhati-hati dan tidak capat terpengaruh dengan pa yang ditawarkan oleh
produk-produk layanan provider. Ada baiknya bila mendapatkan penawaran yang ditawarkan kita benar-benar mengetahui bagaimana cara berhenti menggunakan
layanan tersebut dan segera menanyakan kebenaran layanan tersebut kepada
UPAYA PENANGGULANGAN PENCURIAN PULSA TERHADAP PENGGUNA TELEPON SELULER
(Skripsi)
oleh
Marissa Febriana Putri
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
UPAYA PENANGGULANGAN PENCURIAN PULSA TERHADAP PENGGUNA TELEPON SELULER
Oleh
Marissa Febriana Putri
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ABSTRAK
HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP
PERSEMBAHAN MOTTO
SAN WACANA DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………....……… 1
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup.……… 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……… 6
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual………. 7
E. Sistematika Penulisan………. 12
II. TINJAUAN PUSTAKA A.Pengertian Hukum Pidana……… 15
B. Pengertian Tindak Pidana………. 17
C. Pengertian Tindak Pidana Pencurian……… 20
E. Pengertian Pencurian Pulsa……… 31
F. PengertianShort Messages Service(SMS)……….. 32
III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah………. 37
B. Sumber dan Jenis Data………. 38
C. Penentuan Populasi dan Sampel……….. 39
D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data……….. 40
E. Analisis Data……… 41
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ……….. 42
B. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian terhadap Pengguna Telepon Seluler……….……… 44
C. Faktor Penghambat Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian terhadap Pengguna TeleponSeluler……… 54
V. PENUTUP A. Kesimpulan………..……… 63
B. Saran………. 65
DAFTAR PUSTAKA
Andrisman, Tri SH., MH. 2009.Asas-asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia. Universitas Lampung. Bandar lampung
Arief, Barda Nawawi. 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Citra Aditya Bakti. Bandung
. 2007. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Hamzah, Andi.2007.Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.Rineka Cipta. Jakarta Lamintang,Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung Marpaung, Leden. 2008.Asas Teori Praktik hukum Pidana. Sinar Grafika. Jakarta Media, Tim. 2009.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Media Center Moeljatno. 1987.Asas-asas Hukum Pidana. Bina Aksara. Jakarta
Muladi. 2002, Demokratisasi,Hak Asasi Manusia dan Reformasi Hukum di Indonesia, The Habibie Center, Jakarta
O.S. Hiariej, Eddy. 2006. Bunga Rampai Hukum Pidana Khusus, Pena Pundi Aksara. Jakarta
Purnomo, Bambang SH. 1985.Asas-asas Hukum Pidana. Ghalia Indonesia. Jakarta
Rahardjo, Satjipto SH. 2000.Ilmu Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung
Singaribuan, Masri dan Sofyan effendi. 1989.Metode Penelitian Survey.LP3ES. Jakarta
________________. 1986.Pengantar Penelitian Hukum.UI. Jakarta
________________. 2001.Penelitian Hukum Normatif. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Universitas Lampung. 2008.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas
Utrecht. 1987.Hukum Pidana II. Pustaka Tinta Mas. Surabaya Lampung. Bandar Lampung
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Komunikasi
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
http://jimly.com/makalah/namafile/56 /Penegakan_Hukum.pdf
http://techno.okezone.com
www. total.or.id/info.php?kk=SMS
http;//ilmucomputer2.blogspot.com
Judul Skripsi :Upaya Penanggulangan Pencurian Pulsa Terhadap
Pengguna Telepon Seluler
Nama Mahasiswa :Marissa Febriana Putri
No. Pokok Mahasiswa : 0812011221
Bagian : Hukum Pidana
Fakultas : Hukum
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Gunawan Jatmiko, S.H., M.H. Maya Shafira, S.H., M.H.
NIP 19600406 198903 1 003 NIP 19770601 200501 2002
2. Ketua Bagian Hukum Pidana
Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua :Gunawan Jatmiko, S.H., M.H.
...
Sekretaris/Anggota :Maya Shafira, S.H., M.H
...
Penguji Utama :Tri Andrisman, S.H., M.H.
...
2. Dekan Fakultas Hukum
Dr. Heryandi, S.H. M.S.
NIP 19621109 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 04 Februari
1991, yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari
pasangan Bapak Taswan Ahmad Passa dan Ibu Zainuri AR.
Penulis memulai pendidikan dari Taman Kanak-kanak
As-salam Sukarame pada tahun 1995, menyelesaikan Sekolah
Dasar pada tahun 2002 di Sekolah Dasar Negeri 5 Sukarame.
Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Bandar
Lampung pada tahun 2005 dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas di
SMA Negeri 10 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008. Selama
mengikuti perkuliahan penulis tercatat sebagai anggota Himpunan Mahasiswa (HIMA)
Pidana.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2008.
Pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2011 penulis mengikuti Kuliah Kerja
PERSEMBAHAN
Bissmillahirohmannirohim
Dengan harapan yang ingin ku raih
Tak lepas dari kekuasaan yang diberikan Allah SWT
Yang telah melimpahkan yang terbaik bagi jalanku menuju kesuksesan
Semua yang kugapai.
Dengan segala kepatuhan rasa hormat, cinta dan sayangku
Kupersembahkan karya kecilku ini kepada Papa dan Mama tercinta
Yang senantiasa berdo’a dan dengan sabar menanti atas keberhasilanku
Adik-adikku yang tersayang Indah Ayu Maharani dan Muhammad Rezky Fajar
Yang selalu memberikan motivasi dan berdo’a untuk
Keberhasilanku