PERSEPSI MASYARAKAT DAN PROSPEK PEMBANGUNAN HUTAN WISATA LUMBAN JULU
(Studi Kasus di Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara)
SKRIPSI
Oleh:
PINONDANG AFRIANTY 011201016/ MANAJEMEN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Persepsi Masyarakat dan Prospek Pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu (Studi Kasus di Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara)
Nama : Pinondang Afrianty
Nim : 011201016
Program Studi : Manajemen Hutan
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Agus Purwoko, S.Hut, M.Si Oding Affandi, S.Hut, M.P
Ketua Anggota
Mengetahui
Ketua Departemen Kehutanan
ABSTRACT
Tourism Forest is intended for established and kept to use tourism important and hunt tour. The basic of tourism development is the society development and the district, example to incite the economy activity, to grow the love for fatherland and the nation, and to keep the continuation of the function of environment. Reinforcement of this position is be done with analyze SWOT. The potency study of Hutan Wisata Lumban Julu based on perception society, field observation and discussion to get the development strategy of area. Exploiting of natural resources and forest and also society culture in a form of tourism product will become strength and opportunity of area. Exploiting of the product and tourism service by continuously and improvement of human resources will be minimization weakness and threat of area. The characteristic of society are dominated men, age 31 – 40 years, earnings RP 1.000.000,00 - RP 1.500.000,00, work of farmer, end study of high school generally have almost same perception that is good perception for the development of Hutan Wisata Lumban Julu. According the analyze SWOT that has been done tourism object of Hutan Wisata Lumban Julu is not looking yet be tourism object area that has the prospect in Kabupaten Toba Samosir. So that need to keep up, order and develop Hutan Wisata Lumban Julu’s area.
ABSTRAK
Hutan wisata diperuntukkan secara khusus untuk dibina dan dipelihara guna kepentingan pariwisata dan/atau wisata buru. Pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah pengembangan masyarakat dan wilayahnya, misalkan menggalakkan kegiatan ekonomi, memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa dan memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup. Penguatan posisi ini dilakukan dengan analisis SWOT. Studi potensi terhadap Hutan Wisata Lumban Julu didasarkan persepsi masyarakat, observasi lapangan dan diskusi untuk mendapatkan strategi pengembangan kawasan. Pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan hutan serta kebudayaan masyarakat dalam bentuk produk wisata akan menjadi kekuatan sekaligus peluang terhadap kawasan. Pemanfaatan produk dan jasa wisata yang lestari dan peningkatan sumberdaya manusia akan meminimalkan ancaman dan kelemahan terhadap kawasan. Karakteristik masyarakat yang didominasi masyarakat Laki-laki, umur 31 - 40 tahun, pendapatan RP 1.000.000,- sampai dengan RP 1.500.000,-, pekerjaan petani, tingkat pendidikan umumnya tamat Sekolah Menengah Umum/sederajat, memiliki persepsi yang hampir seragam yaitu persepsi yang baik terhadap pembangunan hutan wisata Lumban Julu. Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan objek wisata Hutan Wisata Lumban Julu belum kelihatan menjadi daerah objek wisata yang memiliki prospek di kabupaten Toba Samosir. Sehingga perlu memperhatikan, membenahi dan mengembangkan kawasan Hutan Wisata Lumban Julu.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 April 1983, anak pertama
dari empat bersaudara pasangan Bapak T. Panjaitan dan Ibu T. Siagian.
Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SD Negeri No.173569
Hutanamora tahun 1995 dilanjutkan SLTP Negeri 2 Silaen tahun 1998. Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas diselesaikan di SMU Negeri 1 Silaen tahun 2001.
Pada tahun 2001, penulis lulus sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian
Departemen Kehutanan program studi Manajemen Hutan melalui jalur PMDK.
Tahun 2003 penulis melaksanakan Praktek Umum Kehutanan (PUK) di hutan
lindung Gunung Sinabung, hutan wisata alam Sibolangit dan hutan mangrove
Bandar Khalifa dan tahun 2005 melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul
Persepsi Masyarakat dan Prospek Pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu
(Studi Kasus di Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba
Samosir Provinsi Sumatera Utara).
Pada kesempatan ini, penulis juga megucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing dan
memberikan saran dalam menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terima kasih ini
penulis sampaikan kepada:
1. Penghargaan tertinggi kepada orang tua yang sangat penulis cintai ayahanda
T. Panjaitan dan Ibunda T. Siagian buat segala kasih, doa dan
pengorbanannya.
2. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Oding
Affandi, S.Hut, M.P selaku komisi pembimbing yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyelesaian penelitian.
3. Ketua Departemen Kehutanan, Sekretaris Departeman Kehutanan, serta
seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Kehutanan atas segala bantuan,
saran dan arahan.
4. Saudara-saudaraku tersayang (Marianus Fredly, Noverdi dan Willy) atas
dukungan, harapan dan doanya.
5. Abang Boston Pane atas bantuan, dukungan dan doa buat studi yang saya
6. Keluarga besar Pinomparni Opung Si Ponding dan Opung Si Limbong atas
bantuan, motivasi dan doa.
7. Opung P. Siagian beserta keluarga atas segala bantuan dan arahan.
8. Buat sahabat-sahabatku tercinta (Junita Elisa Barutu, Dje-Dje dan Tina ) dan
teman kelompokku Merpati B. Petrus (Kak Devi, Asnija dan Junita).
9. Rekan-rekan seperjuangan di Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, khususnya program studi Manajemen Hutan
angkatan 2001 untuk kerjasama, persaingan dan persahabatan yang telah
ditunjukkan.
10.Bapak Syamsudin Manurung selaku Kepala Desa Sionggang Utara,
Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir beserta keluarga dan
masyarakat atas bantuan dan kerjasamanya sehingga penulis dapat
melaksanakan dan menyelesaikan penelitian.
11.Pihak Kantor Kecamatan Lumban Julu, Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kehutanan Lumban Julu dan Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir yang juga telah membantu
penulis menyelesaikan penelitian.
12.Semua pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namanya yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini memberikan manfaat
dan informasi bagi pihak yang memerlukan.
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT ... iii
ABSTRAK ... iv
RIWAYAT HIDUP ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 2
Tujuan Penelitian ... 3
Manfaat Penelitian ... 3
Batasan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Hutan dan Hutan Wisata ... 5
Masyarakat di sekitar Hutan Wisata ... 8
Prospek Pembangunan Hutan Wisata... 10
Konsep Persepsi ... 15
Analisis SWOT ... 20
KONDISI UMUM LOKASI ... 22
Keadaan Geografis dan Bentang Alam ... 22
Demografi dan Sosial Ekonomi serta Budaya Masyarakat ... 22
Sarana dan Prasarana ... 24
METODOLOGI PENELITIAN ... 26
Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
Bahan dan Alat ... 26
Pemilihan Responden ... 26
Pengumpulan Data ... 27
Analisis Data ... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
Karakteristik Responden... 30
Umur ... 30
Pendidikan ... 31
Jenis Kelamin ... 33
Pendapatan ... 33
Kondisi Hutan ... 34
Persepsi terhadap Hutan, Keberadaan Hutan Wisata Lumban Julu, Manfaat Hutan Wisata Lumban Julu, Fungsi Hutan Wisata Lumban Julu dan Resiko Hutan Wisata Lumban Julu ... 36
Persepsi Masyarakat Terhadap Hutan... 36
Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Wisata Lumban Julu ... 39
Persepsi Mayarakat terhadap Manfaat Hutan Wisata Lumban Julu ... 41
Persepsi Mayarakat terhadap Fungsi Hutan Wisata Lumban Julu ... 42
Persepsi Masyarakat terhadap Resiko Hutan Wisata Lumban Julu ... 44
Analisis SWOT terhadap Hutan Wisata Lumban Julu ... 46
Faktor Internal ... 46
Faktor Eksternal ... 51
Penentuan Strategi berdasarkan Analisis SWOT ... 51
Prospek Pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu ... 53
KESIMPULAN DAN SARAN ... 55
Kesimpulan ... 55
Saran ... 55
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Analisis SWOT ... 29
Tabel 2. Kisaran Umur Responden ... 30
Tabel 3. Tingkat Pendidikan Responden ... 32
Tabel 4. Jenis Pekerjaan Pokok Responden ... 32
Tabel 5. Jenis Kelamin Responden ... 33
Tabel 6. Pendapatan Responden ... 34
Tabel 7. Persepsi Masyarakat terhadap Hutan ... 36
Tabel 8. Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Wisata Lumban Julu ... 39
Tabel 9. Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat Hutan Wisata Lumban Julu ... 41
Tabel 10.Persepsi Masyarakat terhadap Fungsi Hutan Wisata Lumban Julu ... 42
Table 11.Persepsi Masyarakat terhadap Resiko Hutan Wisata Lumban Julu ... 44
Tabel 12. Faktor Internal Hutan Wisata Lumban Julu ... 49
Tabel 13. Faktor Eksternal Hutan Wisata Lumban Julu ... 51
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Pelaksanaan wawancara mendalam dengan salah seorang
Warga Desa Sionggang Utara ... 77
Gambar 2. Pelaksanaan wawancara dengan Sekertaris Camat
Lumban Julu ... 77
Gambar 3. Salah Satu Objek Wisata Hutan Wisata Lumban Julu ... 78
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
dari Kepala Desa Sionggang Utara ... 57
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Kantor Kecamatan Lumban Julu
Kabupaten Toba Samosir ... 58
Lampiran 3. Peta Lokasi Hutan Wisata Lumban Julu ... 59
Lampiran 4. Surat Penunjukkan Kawasan Hutan Wisata Lumban Julu
oleh Bupati Toba Samosir ... 60
Lampiran 5. Kuisioner Penelitian ... 71
ABSTRACT
Tourism Forest is intended for established and kept to use tourism important and hunt tour. The basic of tourism development is the society development and the district, example to incite the economy activity, to grow the love for fatherland and the nation, and to keep the continuation of the function of environment. Reinforcement of this position is be done with analyze SWOT. The potency study of Hutan Wisata Lumban Julu based on perception society, field observation and discussion to get the development strategy of area. Exploiting of natural resources and forest and also society culture in a form of tourism product will become strength and opportunity of area. Exploiting of the product and tourism service by continuously and improvement of human resources will be minimization weakness and threat of area. The characteristic of society are dominated men, age 31 – 40 years, earnings RP 1.000.000,00 - RP 1.500.000,00, work of farmer, end study of high school generally have almost same perception that is good perception for the development of Hutan Wisata Lumban Julu. According the analyze SWOT that has been done tourism object of Hutan Wisata Lumban Julu is not looking yet be tourism object area that has the prospect in Kabupaten Toba Samosir. So that need to keep up, order and develop Hutan Wisata Lumban Julu’s area.
ABSTRAK
Hutan wisata diperuntukkan secara khusus untuk dibina dan dipelihara guna kepentingan pariwisata dan/atau wisata buru. Pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah pengembangan masyarakat dan wilayahnya, misalkan menggalakkan kegiatan ekonomi, memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa dan memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup. Penguatan posisi ini dilakukan dengan analisis SWOT. Studi potensi terhadap Hutan Wisata Lumban Julu didasarkan persepsi masyarakat, observasi lapangan dan diskusi untuk mendapatkan strategi pengembangan kawasan. Pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan hutan serta kebudayaan masyarakat dalam bentuk produk wisata akan menjadi kekuatan sekaligus peluang terhadap kawasan. Pemanfaatan produk dan jasa wisata yang lestari dan peningkatan sumberdaya manusia akan meminimalkan ancaman dan kelemahan terhadap kawasan. Karakteristik masyarakat yang didominasi masyarakat Laki-laki, umur 31 - 40 tahun, pendapatan RP 1.000.000,- sampai dengan RP 1.500.000,-, pekerjaan petani, tingkat pendidikan umumnya tamat Sekolah Menengah Umum/sederajat, memiliki persepsi yang hampir seragam yaitu persepsi yang baik terhadap pembangunan hutan wisata Lumban Julu. Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan objek wisata Hutan Wisata Lumban Julu belum kelihatan menjadi daerah objek wisata yang memiliki prospek di kabupaten Toba Samosir. Sehingga perlu memperhatikan, membenahi dan mengembangkan kawasan Hutan Wisata Lumban Julu.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dengan semakin pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk di negara
Indonesia maka semakin besar kebutuhan hidup penduduknya sehingga tidak
dapat dihindari terdapatnya angka kemiskinan yang relatif tinggi. Namun kendati
adanya kenaikan jumlah penduduk dan stagnasi ekonomi nasional tidak berarti
angka kemiskinan di Indonesia selalu naik. Perkembangan ini disebabkan adanya
rangsangan oleh pengusaha sumberdaya alam Indonesia, terutama minyak bumi
dan gas, bahan tambang, hasil pertanian begitu juga dengan hutan.
Sebelum terjadinya krisis moneter di negara Indonesia, kegiatan pariwisata
memiliki potensi yang berpengaruh cukup besar terhadap pendapatan devisa
negara. Dengan demikian kegiatan pariwisata mampu meningkatkan pendapatan
nasional dan daerah. Hutan wisata merupakan salah satu dari objek wisata yang
dapat dikembangkan guna meningkatkan pendapatan nasional maupun pendapatan
daerah.
Kondisi riil hutan di Toba Samosir terus mengalami kerusakan dan
luasnya terus berkurang, sebagai akibat akumulasi tekanan faktor eksternal yang
tidak terkuasai dan melemahnya kondisi internal pengelola kehutanan. Mengingat
kondisi topografi dan iklim di kabupaten toba Samosir, maka dasar pijak utama
sebagai inti lingkungan penyangga kehidupan (Kabupaten Toba Samosir No. 25
Tentang Program Pembangunan Daerah Kabupaten Toba Samosir, 2001).
Adapun program pengembangan Hutan Wisata Lumban Julu berdasarkan
peraturan daerah Kabupaten Toba Samosir No.25 tahun 2001 memiliki tujuan
meningktkan pemanfaatan hutan tanpa melakukan penebangan untuk menambah
daya tarik wisata.
Hal inilah yang melatar-belakangi penulis untuk meneliti persepsi
mayarakat Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba
Samosir terhadap pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu dan prospek
pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu.
Identifikasi Masalah
Hutan Wisata Lumban Julu sengaja dibuat oleh pemerintah Kabupaten
Toba Samosir. Belum banyak yang mengetahui tentang keberadaan hutan wisata
ini. Hal ini disebabkan Hutan Wisata Lumban Julu ini masih dalam tahap
pembangunan sehingga kurang didapati kegiatan pengembangan pelayanan dan
promosi yang signifikan. Sehingga perlu diketahui bagaimana persepsi
masyarakat terhadap pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu dan apa prospek
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi karakteristik masyarakat Desa Sionggang Utara,
Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera
Utara berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin dan
pendapatan.
2. Mengetahui persepsi masyarakat Desa Sionggang Utara, Kecamatan
Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara
terhadap hutan, keberadaan Hutan Wisata Lumban Julu, manfaat Hutan
Wisata Lumban Julu, fungsi Hutan Wisata Lumban Julu dan resiko Hutan
Wisata Lumban Julu.
3. Mengetahui prospek pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat sebagai Informasi tentang persepsi masayarakat
Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir,
Provinsi Sumatera Utara terhadap pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu dan
Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini mencakup:
1. Responden ialah Masyarakat Desa Sionggang Utara yang terdiri dari 5
dusun yaitu: Dusun Lumban Gorat, Dusun Lumban Pea, Dusun Lumban
Rang, Dusun Aek Natolu dan Dusun Perbatasan.
2. Persepsi mencakup persepsi terhadap hutan, keberadaan Hutan Wisata
Lumban Julu, manfaat Hutan Wisata Lumban Julu, fungsi Hutan Wisata
Lumban Julu, dan resiko Hutan Wisata Lumban Julu.
3. Analisis SWOT ialah indentifikasi faktor internal Kekuatan dan
Kelemahan dengan faktor eksternal Peluang dan Ancaman lokasi Hutan
Wisata Lumban Julu yang dipergunakan untuk menyusun strategi dan
operasional pengusahaan hutan wisata.
4. Prospek Pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu ialah gambaran sebagai
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan dan Hutan Wisata
Menurut Undang-Undang No. 41 tahun 1999 hutan memiliki pengertian
sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang
satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Menurut Arief (2001), dilihat dari sudut pandang orang ekonomi hutan
merupakan tempat orang menanam modal jangka panjang yang sangat
menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Dilihat dari
ekologinya hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh
pohon-pohon dan memiliki keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di
luar hutan. Dari segi fungsi, hutan berfungsi sebagai pelindung (hutan lindung),
konservasi (hutan konservasi).
Menurut Zain (1998), hutan merupakan faktor penting yang ikut
menentukan keadaan iklim serta lingkungan global. Hutan memiliki peran yang
besar dalam proses pembersihan udara dan mengurangi pemanasan bumi yang
diakibatkan oleh polusi industri yang semakin pesat di negara maju.
Dari segi fungsi, hutan berfungsi sebagai pelindung (hutan lindung),
konservasi (hutan konservasi), dan fungsi produksi (hutan produksi). Walaupun
CO2, mempertahankan kesuburan tanah, keseimbang tata air wilayah dan
kelestarian daerah dari erosi (Arief,1994).
Salim (1997) membedakan manfaat hutan menjadi dua bagian yaitu:
manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung ialah manfaat
yang dapat dirasakan secara langsung oleh manusia, contohnya: kayu, rotan,
getah, buah-buahan dan madu. Manfaat tidak langsung dapat dibagi menjadi
delapan bagian yaitu:
1. Dapat mengatur air
2. Dapat mencegah terjadinya erosi
3. Dapat memberikan manfaat terhadap kesehatan
4. Dapat memberikan rasa keindahan
5. Dapat memberikan manfaat di sektor pariwisata
6. Dapat memberikan manfaat dalam bidang pertahanan dan keamanan
7. Dapat menampung tenaga kerja
8. Dapat menambah devisa negara.
Masyarakat di Sekitar Hutan Wisata
Masyarakat sekitar hutan memiliki kesamaan dengan masyarakat
pedesaan, pada umumnya adalah masyarakat agraris yang sangat tergantung pada
alam lingkungannya. Mata pencaharian utama adalah petani. Tapi tidak semua
dan kemampuan serta teknik bertani yang masih sederhana. Maka kehidupan
mereka sangat tergantung pada hutan (Anonim, 1987).
Akibat adanya ketidakseimbangan antara sumberdaya alam yang tersedia,
lingkungan biofisik dan sumberdaya manusia, kondisi demikian ditambah adanya
kesempatan, menimbulkan masalah-masalah yang menyangkut gangguan
keamanan hutan dan keagrarian (Anonim,1987).
Suatu kegiatan pengembangan terhadap suatu lokasi komunitas tertentu,
dimana karakter masyarakat lokal secara fisik dan sosial budaya merupakan
sumberdaya utama, maka pendekatan pengembangan perlu memandang
masyarakat lokal sebagai sumberdaya yang berkembang dinamis untuk
berkembang sebagai subyek, dan bukan sekedar sebagai obyek. Oleh karena itu
setiap langkah keputusan perencanaan harus mencerminkan dialog yang kreatif
dengan masyarakat lokal secara aktif dalam proses pengambilan keputusan
pembangunan kepariwisataan (Fandeli, 2001).
Fandeli (2001) juga mengungkapkan bahwa dengan perlibatan partisipasi
masyarakat sejak awal atau lebih menjamin kesesuaian program pengembangan
dengan aspirasi masyarakat setempat, kesesuaian dengan kapasitas yang ada,
serta menjamin adanya komitmen masyarakat karena adanya rasa memiliki yang
kuat. Konsep pendekatan ini dalam jangka panjang akan mendukung dan
Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan
wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya
merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan
produk wisata. Pengelolaan lahan pertanian secara tradisional seperti di Bali,
upacara adat, kerajinan tangan dan kebersihan merupakan beberapa contoh peran
yang memberikan daya tarik bagi wisatawan (Weber dan Damanik, 2006).
Pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah pengembangan
masyarakat dan wilayah dan selanjutnya perlu didasarkan pada kriteria sebagai
berikut:
1. Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas
budaya dan tradisi lokal.
2. Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus
mendistribusikan merata pada penduduk lokal.
3. Berorientasi pada pengembangan wirausaha berskala kecil dan menengah
dengan daya serap tenaga kerja besar dan berorientasi pada teknologi
cooperative.
4. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang
tradisi budaya dengan dampak negatif yang seminimal mungkin (Fandeli,
2001).
Pembangunan kepariwisataan memiliki tiga fungsi, yaitu: menggalakkan
kegiatan ekonomi, memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi
dan bangsa, serta menanamkan jiwa semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam
rangka memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional (Fandeli, 2001).
Prospek Pembangunan Hutan Wisata
Dalam memasuki era tinggal landas dan pembangunan jangka panjang
tahap II (PJPT II), setiap sektor diharapkan untuk meningkatkan kontribusinya
terhadap pembangunan nasional. Industri pariwisata merupakan salah satu sektor
non-migas yang menjadi pembuat tumpuan bagi kesinambungan kiprah
pembangunan nasional pada PJPT II dan seterusnya. Hal ini berdasarkan pada
prestasi gemilang yang telah dicapai oleh sektor ini melalui kontribusi yang besar
terhadap Gross National Product (GNP) dan penyediaan lapangan kerja secara
signifikan selama dasawarsa terakhir (Fandeli, 2001).
Pengembangan kegiatan pariwisata di Indonesia yang merupakan suatu hal
baru mulai mendapat perhatian dan sangat menarik banyak peminat.
Pengembangan kegiatan ini secara ideal diharapkan mampu menciptakan saling
keterkaitan dan saling menjaga secara harmonis antara unsur-unsur lingkungan
fisik, sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Namun, kegiatan pengembangan
pariwisata mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positifnya antara lain
dapat meningkatkan devisa negara, perluasan lapangan kerja, mendorong
pengembangan usaha baru, serta diharapkan mampu meningkatkan kesadaran
masyarakat terutama wisatawan tentang konservasi sumberdaya alam. Sedangkan
kerusakan sumberdaya alam, serta munculnya kesenjangan sosial-ekonomi dan
perubahan dengan masyarakat setempat (Fandeli, 2001).
Kegiatan-kegiatan pariwisata membutuhkan dukungan tenaga-tenaga
operasional untuk pengelolaan sumberdaya alam dan ekosistemya, khususnya
kawasan pelestarian alam, sehingga dalam pelaksanaannya di lapangan masih bisa
terarah (Fandeli, 2001).
Rasa optimis bahwa wisata alam di Indonesia mempunyai prospek yang
cerah dan banyak nilai tambah, perlu diimbangi dengan melihat “sisi lain” yang
menjadi kendala pengembangan wisata alam. Hal ini penting agar pengembangan
wisata alam di Indonesia dilakukan secara lebih berhati-hati dan bijaksana
sehingga pada akhirnya nanti diperoleh hasil yang memuaskan (Nurrochmat,
2005).
Di banyak negara termasuk Indonesia, pariwisata memegang peranan
utama dalam penetapan kawasan konservasi, dan potensi wisata suatu kawasan
adalah faktor penting dalam proses seleksi. Dalam menentukan suatu kawasan
hutan untuk kepentingan rekreasi alam, banyak faktor yang perlu untuk
dipertimbangkan. Faktor-faktor yang membuat suatu kawasan hutan menarik
untuk dikunjungi sebagai obyek wisata alam antara lain dapat dikemukakan dalam
butir-butir pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah kawasan teresbut dekat dengan bandar udara atau pusat wisata
utama? (dekat, agak jauh, jauh)
2. Perjalanan ke kawasan tersebut: mudah dan nyaman, agak sulit dan kurang
3. Apakah kawasan itu memiliki: atraksi spesies binatang, satwa/tumbuhan
lain yang menarik.
4. Apakah keberhasilan melihat satwa: dijamin, biasa, bila nasib baik, jarang
sekali.
5. Kawasan tersebut memiliki banyak obyek yang menarik, lebih dari satu,
satu obyek saja.
6. Apakah kawasan tersebut memiliki tambahan atraksi lain: budaya yang
sangat menarik, cukup menarik, biasa.
7. Apakah kawasan itu unik dalam penampilannya, sedikit berbeda, serupa
dengan cagar alam lain.
8. Apakah kawasan itu cukup dengan obyek wisata lain yang menarik: amat
potensial, cukup, biasa.
9. Pemandangan sekitar kawasan: sangat indah, cukup menarik, biasa.
10. Bagaimana standar anakan dan akomodasi yang tersedia: sangat baik,
cukup baik, kurang baik (Fandeli,2001).
Menurut Weber dan Damanik (2006) penawaran pariwisata dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu:atraksi, aksesibilitas dan amenitas. Secara singkat
atraksi dapat diartikan sebagai obyek wisata (baik yang bersifat tangible maupun
intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Atraksi dapat dibagi
menjadi tiga yaitu alam (pemandangan alam seperti danau, gunung, hutan
perawan , sungai dan gua), budaya (peninggalan sejarah: candi, adat-istiadat
masyarakat) dan buatan (kebun raya Bogor, Taman Impian Jaya Ancol dan
darat, laut, dan udara. Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak
langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan
wisatawan. Yang dapat digolongkan dalam bagian ini yaitu: bank, penukaran
uang, telekomunikasi, usaha persewaan rental, penerbit dan penjual buku panduan
pariwisata, seni pertunjukkan (teater dan bioskop).
Fandeli (2001) mengungkapkan pada umumnya faktor-faktor yang
mempengaruhi kepariwisataan alam:
1. Penduduk. Faktor penduduk ini terdiri atas struktur (umur, mata
pencaharian dan pendidikan) serta jumlah yang bertempat tinggal di kota
dan di desa.
2. Dana. Faktor dana ini berhubungan dengan besarnya pendapatan penduduk
serta kemampuannya untuk menabung.
3. Waktu. Faktor waktu berkaitan dengan pekerjaan dan mobilitas. Jenis
pekerjaan yang berbeda mempunyai kesempatan yang berbeda pula.
4. Komunikasi. Faktor ini sangat erat dengan mass media (koran, majalah,
booklet) akan memberikan pengaruh langsung. Adpertensi merupakan alat
komunikasi yang efektif kepada calon wisatawan.
5. Pasar. Faktor pasar ini terdiri atas dua aspek yaitu ketersediaan obyek
pariwisata dan tingkat aksesibilitasnya.
Menurut Weber dan Damanik (2006) penawaran pariwisata dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu:atraksi, aksesibilitas dan amenitas. Secara singkat
atraksi dapat diartikan sebagai obyek wisata (baik yang bersifat tangible maupun
menjadi tiga yaitu alam (pemandangan alam seperti danau, gunung, hutan
perawan , sungai dan gua), budaya (peninggalan sejarah: candi, adat-istiadat
masyarakat) dan buatan (kebun raya Bogor, Taman Impian Jaya Ancol dan
sebagainya). Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang
menghubungkan wisatawan dari, ke dan selama di daerah tujuan wisata mulai dari
darat, laut, dan udara. Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak
langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan
wisatawan. Yang dapat digolongkan dalam bagian ini yaitu: bank, penukaran
uang, telekomunikasi, usaha persewaan rental, penerbit dan penjual buku panduan
pariwisata, seni pertunjukkan (teater dan bioskop).
Syarat utama dalam mencapai keberhasilan pembangunan pariwisata
adalah peningkatan profesionalisme yang didukung oleh kuantitas dan kualitas
sumberdaya manusia, juga masalah koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS)
dalam pembangunan pariwisata (Fandeli, 2001).
Fandeli (2001) menyatakan peranan pengembangan obyek wisata alam
akan dapt memberikan keuntungan berupa materi dari hasil kegiatan wisata, juga
memberikan manfaat lainnya berupa:
1. Penyediaan lapangan kerja
2. Peningkatan masyarakat
3. Perbaikan lingkungan
4. Peningkatan sumber ekonomi
Konsep Persepsi
Persepsi sangat penting dalam hal menafsirkan dunia di sekeliling kita dan
setiap orang memiliki persepsi masing-masing yang berbeda-beda terhadap apa
yang dimaksud dalam situasi ideal. Memang secara tipikal persepsi setiap orang
berbeda-beda, namun persepsi merupakan proses yang otomatis dan bekerja
dengan cara yang serupa pada masing-masing individu (Winardi,2001).
Persepsi juga dapat diartikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa
atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan pada stimulasi inderawi (sensory stimuly) sehingga manusia mendapatkan
pengetahuan baru. Sama halnya dengan yang dijelaskan Kayam dalam Basyuni,
2001 persepsi adalah pandangan atau penilaian seseorang terhadap obyek tertentu
yang dihasilkan oleh kemampuan mengorganisir pengamatan (Rahmat dalam
Effendi, 2002).
Menurut Wibowo (1998), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
veridikalitas persepsinya sendiri atau menimbulkan perbedaan persepsi antara
perseptor yang satu dengan perseptor yang lain. Faktor-faktor tersebut yaitu:
1. Faktor Pengalaman
Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang mengenai obyek
stimulusnya sebagai hasil dari seringnya kontak antara perseptor dan
dapat pula terjadi karena kontak-kontak dengan obyek-obyek stimulus
yang serupa.
2. Faktor Intelegensia
Semakin tinggi tingkat kecerdasan atau intelegensia seseorang yang
berangkutan maka semakin besar pula kemungkinan ia akan bertindak
obyektif dalam memberikan penilaian atau pembangunan pesan mengenai
obyek stimulus.
3. Faktor Kemampuan Menghayati Stimuli
Setiap orang dalam taraf yang berbeda-beda, memiliki untuk menangkap
perasaan orang lain sebagaimana adanya. Kemampuan tersebut dinamakan
empati.
4. Faktor Ingatan
Veridikalitas persepsi seseorang juga dapat ditentukan oleh daya ingat
seseorang.
5. Faktor Disposisi Kepribadian
Disposisi kepribadian yang dapat menentukan veridikalitas persepsi yang
baik adalah kecenderungan kepribadian yang relatif menetap pada diri
seseorang.
6. Faktor Sikap Terhadap Stimulus
Sikap secara umum dapat dinyatakan sebagai suatu kecenderungan yang
ada pada diri seseorang untuk berpikir atau berpandangan, berperasaan dan
7. Faktor Kecemasan
Seseorang yang dikecam oleh kecemasan karena suatu hal yang berkaitan
dengan objek stimulusnya akan mudah dihadapkan pada hambatan dalam
mempersepsikan obyek tersebut sehingga dapat mengatasi keadaan dalam
dirinya.
8. Faktor Pengharapan
Faktor ini merupakan kumpulan dari beberapa bentuk pengharapan yang
bersumber dari adanya asumsi-asumsi tertentu mengenai manusia, perilaku
dan ciri-cirinya, yang sampai taraf tertentu diyakini kebenarannya.
Wibowo (1998) juga mengungkapkan bahwa persepsi juga bergantung
pada:
1. Pendidikan
2. Kedudukan dalam strata
3. Latar belakang sosial budaya
4. Usia.
Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (1997) analisis SWOT membandingkan antara faktor
eksternal Peluang (opportunity) dan Ancaman (Threat) dengan faktor internal
Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness).
Saleh ( 2000 ) menyatakan analisis SWOT mempertimbangkan berbagai
Opportunity dan Threat. Analisis SWOT dirumuskan berdasarkan hasil studi
puataka, wawancara dan pengamatan langsung di lapangan, selanjutnya hasil
SWOT ini dipergunakan untuk menyusun strategi dan operasional pengusahaan
wisata. Untuk mengusahakan ekowisata di suatu tempat yang perlu dikenali
adalah keadaan (keindahan dan daya tarik) yang spesifik atau unit dari obyek
wisata yang bersangkutan, prasarana yang tersedia (lancer/tidak lancer,
nyaman/tidak nyaman), tersedianya sumberdaya manusia (yang terlatih maupun
KONDISI UMUM LOKASI
Keadaan Geografis dan Bentang Alam
Hutan Wisata Lumban Julu terletak di Desa Sionggang Utara Kecamatan
Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir dan terletak pada 30º LU – 140º LU dan
99º BT - 100º BT. Hutan Wisata Lumban Julu memiliki luas 10 Ha dengan batas –
batas sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Kabupaten Simalungun / Kecamatan Ajibata
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Lumban Julu dan Kecamatan Porsea /
Kecamatan Uluan
3. Sebelah Timur : Bukit Barisan
4. Sebelah Barat : Danau Toba
Keadaan permukaan tanah pada umunya bergelombang / berbukit dengan
ketinggian 900 – 1200 m di atas permukaan laut.
Kawasan Hutan Wisata Lumban Julu memiliki iklim sedang / sejuk
dengan temperatur udara berkisar 26º C - 28º C. Curah hujan rata – rata 2.200 mm
/ tahun.
Demografi dan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat
Penduduk Desa Sionggang Utara berjumlah 1.977 jiwa; 980 laki-laki dan
997 perempuan yang tersebar pada 5 dusun yaitu Dusun Lumban Rang, Dusun
Penduduk di sekitar kawasan mayoritas suku Batak Toba, selebihnya suku Jawa,
Simalungun dan Karo.
Mata pencaharian penduduk Desa Sionggang Utara pada umumnya
dominan hidup dari pertanian yaitu sebanyak 1.703 orang. Mata pencaharian
lainnya yaitu buruh tani 100 orang, buruh / swasta 13 orang, montir 2 orang,
TNI-POLRI 55 orang, dokter 1 orang, pedagang 15 orang, supir 6 orang dan tidak
menentu 55 orang.
Agama yang dianut oleh penduduk adalah Islam 140 orang, Kristen
Protestan 736 orang, Katolik 1053 orang dan aliran kepercayaan 48 orang.
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sionggang Utara terdiri dari belum
sekolah 327 orang, usia 7 – 45 tahun tidak pernah sekolah 5 orang, pernah sekolah
SD tetapi tidak tamat 322 orang, tamat SD / sederajat 522 orang, SLTP / sederajat
430 orang, SLTA / sederajat 211 orang, Diploma-I 15 orang, Diploma-II 15
orang, Diploma-III 50 orang dan Strata-I 70 orang.
Adat – istiadat yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat Desa Sionggang
Utara yaitu pesta pernikahan, acara pemakaman, acara makkaroan (pembuatan
nama, pengangkatan marga dan penempatan rumah pertama) yang tidak lepas dari
budaya suku Batak asli. Prinsip atau pedoman adat Batak Dalihan Natolu yang
berisikan manat mardongan tubu (menjaga hubungan dengan saudara sepupunya),
elek marboru (menyanjung anak perempuannya), somba marhula – hula (hormat
Desa Sionggang Utara. Alat musik tradisional yang digunakan adalah Gondang
Sabangunan dan kain khas Batak yaitu Ulos. Tarian Tor – tor merupakan tari
tradisional masyarakat setempat.
Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasarana yang tersedia yaitu:
1. Untuk mempermudah transportasi masyarakat telah dibangun jalan antar
desa dan kecamatan sepanjang 1,8 Km dalam keadaan baik. Namun tidak
dijumpai sarana angkutan umum yang berasal dari daerah ini. Kendaraan
umum yang melewati jalan adalah berasal dari luar daerah yang melintasi
jalan antar desa maupun kecamatan Lumban Julu.
2. Prasarana komunikasi yang terdapat di desa Sionggang Utara yaitu warung
telepon dan kantor pos pembantu.
3. Prasarana air bersih yang digunakan yaitu sumur pompa dan mata air.
4. Prasarana irigasi berupa saluran primer, saluran sekunder, pintu sadap dan
pintu pembagi air untuk membantu kegiatan pertanian.
5. Prasarana peribadatan yang tersedia yaitu mesjid, gereja Kristen Protestan
dan gereja Kristen Katolik.
6. Untuk menunjang kesehatan masyarakat terdapat parasarana kesehatan
seperti puskesmas, posyandu, toko obat dan tempat penyimpanan obat
serta sarana kesehatan seperti dokter umum, bidan desa, paramedis dan
7. Prasarana pendidikan yang tersedia yaitu gedung Sekolah Dasar saja.
Sementara untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang tingkat SLTP /
KONDISI UMUM LOKASI
Keadaan Geografis dan Bentang Alam
Hutan Wisata Lumban Julu terletak di Desa Sionggang Utara Kecamatan
Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir dan terletak pada 30º LU – 140º LU dan
99º BT - 100º BT. Hutan Wisata Lumban Julu memiliki luas 10 Ha dengan batas –
batas sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Kabupaten Simalungun / Kecamatan Ajibata
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Lumban Julu dan Kecamatan Porsea /
Kecamatan Uluan
3. Sebelah Timur : Bukit Barisan
4. Sebelah Barat : Danau Toba
Keadaan permukaan tanah pada umunya bergelombang / berbukit dengan
ketinggian 900 – 1200 m di atas permukaan laut.
Kawasan Hutan Wisata Lumban Julu memiliki iklim sedang / sejuk
dengan temperatur udara berkisar 26º C - 28º C. Curah hujan rata – rata 2.200 mm
/ tahun.
Demografi dan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat
Penduduk Desa Sionggang Utara berjumlah 1.977 jiwa; 980 laki-laki dan
997 perempuan yang tersebar pada 5 dusun yaitu Dusun Lumban Rang, Dusun
Penduduk di sekitar kawasan mayoritas suku Batak Toba, selebihnya suku Jawa,
Simalungun dan Karo.
Mata pencaharian penduduk Desa Sionggang Utara pada umumnya
dominan hidup dari pertanian yaitu sebanyak 1.703 orang. Mata pencaharian
lainnya yaitu buruh tani 100 orang, buruh / swasta 13 orang, montir 2 orang,
TNI-POLRI 55 orang, dokter 1 orang, pedagang 15 orang, supir 6 orang dan tidak
menentu 55 orang.
Agama yang dianut oleh penduduk adalah Islam 140 orang, Kristen
Protestan 736 orang, Katolik 1053 orang dan aliran kepercayaan 48 orang.
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sionggang Utara terdiri dari belum
sekolah 327 orang, usia 7 – 45 tahun tidak pernah sekolah 5 orang, pernah sekolah
SD tetapi tidak tamat 322 orang, tamat SD / sederajat 522 orang, SLTP / sederajat
430 orang, SLTA / sederajat 211 orang, Diploma-I 15 orang, Diploma-II 15
orang, Diploma-III 50 orang dan Strata-I 70 orang.
Adat – istiadat yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat Desa Sionggang
Utara yaitu pesta pernikahan, acara pemakaman, acara makkaroan (pembuatan
nama, pengangkatan marga dan penempatan rumah pertama) yang tidak lepas dari
budaya suku Batak asli. Prinsip atau pedoman adat Batak Dalihan Natolu yang
berisikan manat mardongan tubu (menjaga hubungan dengan saudara sepupunya),
elek marboru (menyanjung anak perempuannya), somba marhula – hula (hormat
Desa Sionggang Utara. Alat musik tradisional yang digunakan adalah Gondang
Sabangunan dan kain khas Batak yaitu Ulos. Tarian Tor – tor merupakan tari
tradisional masyarakat setempat.
Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasarana yang tersedia yaitu:
1. Untuk mempermudah transportasi masyarakat telah dibangun jalan antar
desa dan kecamatan sepanjang 1,8 Km dalam keadaan baik. Namun tidak
dijumpai sarana angkutan umum yang berasal dari daerah ini. Kendaraan
umum yang melewati jalan adalah berasal dari luar daerah yang melintasi
jalan antar desa maupun kecamatan Lumban Julu.
2. Prasarana komunikasi yang terdapat di desa Sionggang Utara yaitu warung
telepon dan kantor pos pembantu.
3. Prasarana air bersih yang digunakan yaitu sumur pompa dan mata air.
4. Prasarana irigasi berupa saluran primer, saluran sekunder, pintu sadap dan
pintu pembagi air untuk membantu kegiatan pertanian.
5. Prasarana peribadatan yang tersedia yaitu mesjid, gereja Kristen Protestan
dan gereja Kristen Katolik.
6. Untuk menunjang kesehatan masyarakat terdapat parasarana kesehatan
seperti puskesmas, posyandu, toko obat dan tempat penyimpanan obat
serta sarana kesehatan seperti dokter umum, bidan desa, paramedis dan
7. Prasarana pendidikan yang tersedia yaitu gedung Sekolah Dasar saja.
Sementara untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang tingkat SLTP /
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Hutan Wisata Lumban Julu Desa
Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi
Sumatera Utara pada bulan Mei – Juni 2007.
Bahan dan Alat
Adapun bahan atau obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah
masyarakat Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba
Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, alat
tulis, kalkulator dan kamera
Pemilihan Responden
Dalam suatu penelitian yang menggunakan metode survei, individu dalam
suatu populasi tidaklah perlu seluruhnya untuk diteliti. Penelitian ini dapat
menambah hasil yang dapat mewakili gambaran atau penjelasan yang akurat.
Penelitian ini memilih masyarakat Desa Sionggang Utara sebagai populasi
penelitian. Hal ini disebabkan masyarakat tersebut adalah masyarakat yang
Pemilihan responden pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan
metode Purposive Sampling (sampel bertujuan). Maka dibutuhkan pengambilan
sampel yang berdasarkan kesengajaan menurut ciri atau dengan karakter yang
diperlukan seperti yang dikemukakan oleh Soekarwi (1995).
Responden diambil dari masyarakat Desa Sionggang Utara sebanyak 50
orang. Desa Sionggang Utara terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Lumban Gorat,
Dusun Lumban Pea, Dusun Lumban Rang, Dusun Aek Natolu dan Dusun
Perbatasan. Maka masing-masing dusun terdiri dari 10 orang responden yang
berciri-ciri utama yaitu sebagai kepala rumah tangga, dan berusia 20 – 50 tahun.
Pengumpulan Data
Data-data yang dibutuhkan adalah:
1. Data Primer
Data primer mencakup karakterisitik masyarakat Desa Sionggang Utara
yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok, jenis kelamin,
dan pendapatan dengan cara menyebarkan kuisioner, melakukan
wawancara, dan observasi. Persepsi masyarakat Desa Sionggang Utara
yang terdiri dari persepsi tentang keberadaan Hutan Wisata Lumban Julu,
manfaat Hutan Wisata Lumban Julu, fungsi Hutan Wisata Lumban Julu,
dan resiko Hutan Wisata Lumban Julu dengan cara menyebarkan
kuisioner, dan melakukan wawancara dengan masyarakat. Data primer
yang lainnya yaitu prospek pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu
Hutan Wisata Lumban Julu dengan cara melakukan observasi dan diskusi
dengan masyarakat, pihak Unit Pelaksana Dinas Kehutanan Lumban Julu
dan pihak Kantor Kecamatan Lumban Julu.
2. Data Sekunder
Data sekunder mencakup data profil Desa Sionggang Utara yang diperoleh
dari Kepala Desa Sionggang Utara. Data program dan kegiatan Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Toba Samosir, peta Hutan Wisata
Lumban Julu dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Toba
Samosir.
Analisis Data
Dalam penentuan analisis data sangat dipengaruhi oleh macam dan bentuk
datanya. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini bersifat studi kasus. Oleh
sebab itu penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif (ditentukan dari
keberadaan kawasan, karakteristik penduduk dan nilai keunggulan kawasan
penelitian) sebagai metode utama. Penelitian ini akan mendeskripsikan persepsi
masyarakat terhadap pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu dan prospek
pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu.
Kuisioner ini akan dibagikan kepada masyarakat Desa Sionggang Utara,
Kecamatan Lumban Julu yang telah dipilih secara acak menurut karakteristik,
dengan jumlah yang telah ditentukan sesuai dengan perhitungan penentuan ukuran
Analisis SWOT juga digunakan dalam penelitian ini untuk
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada Hutan Wisata
[image:43.595.123.493.212.337.2]Lumban Julu.
Tabel 1. Analisis SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
Sumber: Rangkuti, 1997
Analisis ini maka dapat ditentukan strategi yang dibutuhkan dan prospek
pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu dengan memperhatikan faktor internal,
yaitu kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal, yaitu peluang dan ancaman
yang ditemui pada Hutan Wisata Lumban Julu ini. Saleh (2000) menyatakan
bahwa untuk mengusahakan wisata alam di suatu tempat yang perlu dikenali
adalah keadaan (keindahan dan daya tarik) dari objek wisata yang bersangkutan,
prasarana yang tersedia, sumberdaya manusianya, tingkat pendidikan dan budaya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Responden yang dipilih dalam penelitian ini sebanyak 50 orang yang
terbagi dalam 5 dusun yaitu: Dusun Lumban Gorat, Dusun Lumban Pea, Dusun
Lumban Rang, Dusun Aek Natolu, dan Dusun Parbatasan. Responden diperoleh
dengan cara Purposive Sampling. Karakteristik responden penelitian meliputi
kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, dan pendapatan.
Umur
Data karakteristik responden penelitian dapat diuraikan pada Tabel 2
[image:44.595.108.553.498.649.2]dengan komposisi kisaran umur antara 21-50 tahun.
Tabel 2. Kisaran Umur Responden
Kisaran Umur
Jumlah ( orang ) Total Persentase (%) Dusun Lumban Gorat Dusun Lumban Pea Dusun Lumban Rang Dusun Aek Natolu Dusun Perbata-san
21 – 30 Tahun 2 6 0 2 0 10 20
31 – 40 Tahun 3 2 7 6 2 20 40
41 – 50 Tahun 2 2 2 2 6 14 28
> 50 Tahun 3 0 1 0 2 6 12
Jumlah 10 10 10 10 10 50 100
Data Primer, 2007
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa responden mayoritas berusia
mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang menetap. Kisaran umur 41 - 50
tahun (28%) juga sudah mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang menetap.
Sedangkan kisaran umur 21- 30 tahun (20%) ada yang tinggal menetap di sana
dan ada juga yang merantau untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Penduduk
yang berumur di atas 50 tahun sudah banyak yang meninggal dunia.
Pendidikan
Dari hasil pengambilan data responden penelitian, dijumpai bahwa
respoden yang memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) /
sederajat mendominasi dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya. Namun
berdasarkan sistem pendataan profil desa dan profil kelurahan, masyarakat yang
memiliki tingkat pendidikan SMU atau sederajat lebih sedikit dibandingkan
dengan karakteristik tingkat pendidikan di bawahnya. Dengan demikian tingkat
pendidikan penduduk di desa Sionggang Utara masih memiliki tingkat pendidikan
yang rendah meskipun dari data responden tingkat pendidikan Sekolah Menengah
Umum / sederajat lebih banyak. Untuk lebih jelasnya tingkat pendidikan
responden disajikan dalam Tabel 3 dan tingkat pendidikan masyarakat Desa
Sionggang Utara pada umumnya dapat dilihat dengan jelas pada lampiran potensi
Tabel 3. Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan Jumlah ( orang ) Total Persentase
(%) Dusun Lumban Gorat Dusun Lumban Pea Dusun Lumban Rang Dusun Aek Natolu Dusun Perbatasan Tidak Tamat SD
0 0 0 0 0 0 0
Tamat SD 0 0 1 0 0 1 2
SLTP/sederajat 2 3 0 3 2 10 20
SMU/sederajat 8 5 7 6 8 34 68
Perguruan Tinggi/ Akademik
0 2 2 1 0 5 10
Jumlah 10 10 10 10 10 50 100
Data Primer, 2007
Pekerjaan Pokok
Karakteristik responden dilihat dari segi pekerjaan pokok atau mata
pencaharian mayoritas sebagai petani (62 %), sisanya adalah wiraswasta (sebesar
22 %), Pegawai Negeri Sipil (12 %), Supir (2 %), dan Karyawan atau Buruh
(2 %). Jenis pekerjaan pokok responden penelitian disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Jenis Pekerjaan Pokok Responden.
Pekerjaan Jumlah ( orang ) Total Persentase
(%) Dusun Lumban Gorat Dusun Lumban Pea Dusun Lumban Rang Dusun Aek Natolu Dusun Perba-tasan
Bertani 7 3 7 5 9 31 62
Wira Swasta 3 5 1 2 0 11 22
Supir 0 1 0 0 0 1 2
Karyawan / buruh
0 1 0 0 0 1 2
PNS 0 0 2 3 1 6 12
Jumlah 10 10 10 10 10 50 100
[image:46.595.109.545.565.744.2]Jenis Kelamin
Karakteristik responden dilihat dari segi jenis kelamin dijumpai bahwa
pada umumnya kepala rumah tangga adalah laki-laki. Apabila dalam rumah
tangga, perempuan berperan sebagai kepala rumah tangga karena suami atau
ayahnya yang menjadi kepala rumah tangga sudah meninggal dunia. Data
karakteristik responden penelitian menurut jenis kelamin dapat diuraikan pada
[image:47.595.112.520.348.467.2]Tabel 5.
Tabel 5. Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Jumlah ( orang ) Total Persentase (%)
Dusun Lumban Gorat
Dusun Lumban Pea
Dusun Lumban Rang
Dusun Aek Natolu
Dusun Perba-tasan
Laki-laki 8 8 10 10 10 46 92
Perempuan 2 2 0 0 0 4 8
Jumlah 10 10 10 10 10 50 100
Data Primer, 2007
Pendapatan
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan wawancara diperoleh tingkat
Tabel 6. Pendapatan Responden
Pendapatan Responden
Jumlah ( orang ) Total Persentase (%) Dusun Lumban Gorat Dusun Lumban Pea Dusun Lumban Rang Dusun Aek Natolu Dusun Perba-tasan
< Rp500.000,- 1 0 0 0 0 1 2
Rp 500.000,- s/d
Rp 1.000.000,- 6 2 1 1 4 14 28
Rp1.000.000,- s/d
Rp 1.500.000,- 2 4 4 2 5 17 34
Rp1.500.000,- s/d
Rp 2.000.000,- 1 2 2 7 1 13 26
> Rp 2.000.000 0 2 3 0 0 5 10
Jumlah 10 10 10 10 10 50 100
Data Primer, 2007
Masyarakat Desa Sionggang Utara berpendapatan rata- rata Rp 1.000.000,-
sampai dengan Rp 1.500.000,- per bulan. Pendapatan masyarakat di dusun ini
tergolong kelas menengah ke bawah. Pada umumnya masyarakat desa Sionggang
Utara memiliki pekerjaan pokok sebagai petani, sebagian kecil memiliki
pekerjaan pokok sebagai wiraswasta, pegawai negeri sipil dan karyawan.
Sebagian masyarakat yang memiliki pendapatan tergolong tinggi disebabkan
memiliki pekerjaan sampingan yang menambah pendapatan pokok mereka.
Kondisi Hutan
Hutan di sekitar Desa Sionggang Utara memiliki kondisi yang baik.
Sebagian kecil dari responden menyatakan kondisi hutan di sekitar Desa
Berdasarkan hasil wawancara bersama pihak Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kehutanan Lumban Julu, pada tahun 1975 kawasan hutan pinus yang dimiliki
masyarakat Lumban Julu diserahkan kepada Pemerintahan Daerah Tapanuli Utara
sehingga Menteri Kehutanan Republik Indonesia mengeluarkan Ijin Penebangan
Kayu (IPK). Masyarakat yang menyerahkan lahannya kemudian merubah
pikirannya sehingga ingin menarik kembali lahannya dari pemerintah daerah
kabupaten Toba Samosir. Namun masyarakat dan pemerintah membuat
kesepakatan bahwa hutan tersebut akan ditanam kembali dan dijadikan sebagai
hutan wisata.
Pada tahun 2000 pemerintah mengadakan penanaman hutan kembali pada
kawasan hutan yang ditebang tersebut dengan jarak tanam 6 x 6 m2. Pada tahun
2006 pemerintah daerah Kabupaten Toba Samosir menjadikannya sebagai hutan
wisata yaitu seluas 10 Ha. Jenis pohon yang ditanam yaitu Meranti, Mahoni,
Nangka, Kecapi, Medang, Ingul, Pinus, Andalehat, Kemenyan, Petai, Sampinur
Tali dan Halembang. Sisa lahan yang diserahkan masyarakat Lumban Julu kepada
pemerintah Kabupaten Toba Samosir diserahkan kepada Lembaga Swadaya
Masyarakat Mekar Toba.
Sumber pendanaan pengelolaan Hutan Wisata Lumban Julu yaitu APBD
Kabupaten Toba Samosir dan Otorita Asahan.
Kegiatan pemeliharaan Hutan Wisata seluas 10 Ha masih mengalami
kendala, yaitu terjadi keterlambatan pemeliharaan dan pertumbuhan tanaman
Julu, seharusnya pemeliharaan ditindak lanjuti sebanyak 1 x 6 bulan secara rutin,
agar pertumbuhan tanaman tidak bervariasi dan menjadi baik.
Persepsi Terhadap Hutan, Keberadaan Hutan Wisata Lumban Julu, Manfaat Hutan Wisata Lumban Julu, Fungsi Hutan Wisata Lumban Julu dan Resiko Hutan Wisata Lumban Julu
Persepsi Masyarakat Terhadap Hutan
Persepsi masyarakat terhadap hutan dibutuhkan untuk mengetahui
bagaimana pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang hutan secara umum.
[image:50.595.113.508.416.547.2]Persepsi responden terhadap hutan dapat dikelompokkan seperti dalam Tabel 7.
Tabel 7. Persepsi Masyarakat Terhadap Hutan
Persepsi Masyarakat Terhadap Hutan Jumlah Responden
Persentase (%)
Persepsi masyarakat terhadap hutan secara umum dengan baik
50 100
Persepsi masyarakat terhadap hutan secara umum dengan tidak baik
0 0
Jumlah 50 100
Data Primer, 2007
Seluruh responden memiliki persepsi yang baik terhadap hutan secara
umumnya. Hutan dinyatakan sebagai kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Dengan adanya persepsi ini sebagian besar masyarakat tidak mengganggu atau
karena pohon dan persekutuan alam lingkungannya baik biotic maupun abiotik
tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satunya terganggu maka hutan akan
mengalami kerusakan dan merugikan manusia di sekitarnya.
Hutan memiliki manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi
kehidupan manusia. Seperti yang dikemukakan Salim, 1997 manfaat langsung,
contoh kayu, rotan, getah, buah, madu dan binatang buruan. Manfaat tidak
langsung, contohnya mengatur air mencegah terjadinya erosi, memberikan
manfaat terhadap kesehatan, memberi rasa keindahan, bermanfaat di sektor
periwisata, bermanfaat terhadap bidang pertahanan dan keamanan, menampung
tenaga kerja dan menambah devisa Negara.
Responden menyatakan bahwa kondisi hutan di kecamatan Lumban Julu
baik. Namun masih ditemukan pembakaran hutan untuk pembuatan ladang yang
dilakukan oleh masyarakat. Hal ini disebabkan masyarakat masih sangat
bergantung dengan pertanian. Mereka masih menganggap bahwa lahan hutan
yang diwariskan kepada mereka merupakan properti untuk membuka lahan
pertanian.
Kondisi hutan di Indonesia mengalami kerusakan dan luas arealnya
berkurang. Melalui media elektronik maupun media cetak masyarakat
memperoleh informasi tentang keberadaan hutan di Indonesia pada umumnya.
Seiring berjalan waktu, luas hutan di Indonesia secara keseluruhan semakin
Apabila sumber daya hutan mengalami kerusakan akan merugikan bagi
manusia dan lingkungannya. Kerusakan sumber daya hutan dapat mengakibatkan
erosi tanah / tanah longsor dan kebanjiran yang dapat merusak lahan pertanian
sumber mata pencaharian mayoritas pada desa ini dan mengganggu kelangsungan
hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Kerusakan hutan dapat disebabkan oleh siapapun baik masyarakat,
pemerintah maupun pengelola lainnya sehingga dapat merugikan semua pihak.
Berdasarkan wawancara dengan responden bahwa masyarakat membuka lahan
pertanian yang baru dengan menebang kayu dan membakar hutan. Kayu yang
mereka tebang ada yang dijual atau digunakan sendiri baik itu sebagai bahan
bangunan maupun kayu bakar. Sementara pembalakan liar juga dilakukan oleh
pihak – pihak lain untuk kebutuhan usaha yang dikelolanya. Dengan demikian
kerusakan hutan pun terjadi dan luas arealnya semakin berkurang. Kurang
tegasnya pemerintah dalam memberikan sanksi terhadap pihak – pihak yang
merusak hutan juga dapat berpengaruh terhadap keberadaan hutan saat ini.
Seluruh pihak baik masyarakat, para pengelola hutan atau
perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan hutan maupun pemerintah memerlukan kerja
Persepsi Terhadap Keberadaan Hutan Wisata Lumban Julu
Persepsi terhadap keberadaan Hutan Wisata Lumban Julu dari hasil
penyebaran kuesioner dan wawancara secara garis besar dikelompokkan seperti
[image:53.595.105.526.267.456.2]terlihat dalam Tabel 8.
Tabel 8. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Hutan Wisata Lumban Julu
Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Wisata Lumban Julu
Jumlah Responden
Persentase (%)
Hutan Wisata Lumban Julu sudah baik keberadaannya, masyarakat dan pemerintah bekerja sama dengan baik
3 6
Hutan Wisata Lumban Julu sudah baik keberadaannya, masyarakat dan pemerintah kurang bekerja sama dengan baik.
24 48
Hutan Wisata Lumban Julu belum baik keberadaannya
23 46
Jumlah 50 100
Data Primer, 2007
Ada 3 persepsi masyarakat terhadap keberadaan Hutan Wisata Lumban
Julu. Kelompok responden pertama (6 %) yaitu responden yang berkarakteristik
berumur 31 – 40 tahun, seluruhnya wanita, bermata pencaharian bertani memiliki
persepsi Hutan Wisata Lumban Julu sudah baik keberadaannya, masyarakat dan
pemerintah bekerja sama dengan baik. Bentuk dari pada kerjasama masyarakat
dan pemerintah yaitu dalam penanaman pohon masyarakat turut serta
melaksanakannya dan memelihara Hutan Wisata dengan tidak mengganggu
sudah baik keberadaannya, tinggal sedikit penataan pada kawasan tersebut supaya
lebih indah dan menarik.
Kelompok responden kedua (48 %) adalah responden mayoritas laki-laki,
berumur 31 – 40 tahun, berpendidikan tamatan Sekolah Menengah Umum
sederajat ke atas, bermata pencaharian bertani maupun bukan bertani,
mengemukakan bahwa Hutan Wisata Lumban Julu sudah baik keberadaannya,
pemerintah dan masyarakat kurang bekerjasama dengan baik. Hutan Wisata
Lumban Julu dinyatakan sudah baik keberadaannya karena fasilitas transportasi
yang memadai, tidak terlalu jauh dari jalan dan jenis pohon yang ditanam beragam
dan langka sehingga dapat menarik minat para wisatawan untuk mengunjungi
Hutan Wisata Lumban Julu. Dalam pengelolaan dan pemeliharaan masyarakat
kurang diberdayakan. Kelompok responden ini mengungkapkan bahwa
masyarakat yang ikut serta menolong pemerintah diberi upah.
Kelompok responden ketiga (46 %) adalah responden yang memiliki
karakteristik yang sama dengan responden kelompok kedua menyatakan Hutan
Wisata Lumban Julu belum baik keberadaannya. Hingga saat ini kelompok
responden ini tidak melihat kemajuan setelah penanaman pohon Hutan Wisata
Lumban Julu yang sudah dimulai pada tahun 2000, masih banyak yang perlu
dibenahi untuk menambah keindahannya. Terlebih hutan ini menjadi obyek wisata
rohani yang membutuhkan suasana yang lebih tenang dan nyaman. Dengan
pertumbuhan pohon yang bervariasi hutan ini masih kurang nyaman dan tenang
untuk dijadikan objek wisata rohani. Berdasarkan pengamatan mereka tempat ini
bahkan para petani yang berladang di sekitar hutan wisata ini sering melintasi
hutan ini untuk memotong jalan menuju tempat tinggal atau ladang mereka.
Sebagian responden mengatakan bahwa keberadaan hutan ini menjadi tempat
binatang-binatang yang datang dari hutan sekitarnya mencari makan, maka tidak
sedikit ladang di sekitarnya rusak karena diganggu oleh binatang- binatang
tersebut. Hal ini disebabkan hutan ini belum memiliki sistem penjagaan atau
keamanan yang baik.
Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Hutan Wisata Lumban Julu
Dari hasil penyebaran kuesioner dan wawancara hanya ditemukan satu
kelompok responden (100 %) yaitu kelompok responden yang menyatakan Hutan
Wisata Lumban Julu dapat memberi keuntungan finansial dan peningkatan
kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan serta ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tidak ada responden yang menyatakan Hutan Wisata Lumban Julu
tidak dapat memberi kontribusi apapun. Persepsi masyarakat terhadap manfaat
[image:55.595.117.510.590.736.2]Hutan Wisata Lumban Julu dapat dilihat dalam Tabel 9.
Tabel 9. Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Hutan Wisata Lumban Julu
Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Hutan Wisata Lumban Julu
Jumlah Responden
Persentase (%)
Hutan Wisata Lumban Julu memberi keuntungan finansial dan peningkatan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
50 100
Hutan Wisata Lumban Julu tidak memberi kontribusi apapun.
0 0
Hutan Wisata Lumban Julu bermanfaat bagi kepentingan pariwisata,
penyediaan lapangan kerja, peningkatan sumber ekonomi atau pendapatan
masyarakat, peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbaikan
lingkungan. Kebanyakan dari responden menyatakan Hutan Wisata Lumban Julu
memiliki kelima manfaat tersebut secara keseluruhan. Namun pada saat ini
manfaat tersebut belum dapat dirasakan oleh masyarakat, karena masih sedikitnya
pengunjung Hutan Wisata Lumban Julu dan Hutan Wisata ini belum memiliki
nilai jual. Hal ini disebabkan Hutan Wisata Lumban Julu masih dalam proses
pembangunan dan penataan sehingga belum memiliki nilai jual sebagai kawasan
wisata terutama sebagai daerah objek wisata Hutan Wisata.
Persepsi Masyarakat terhadap Fungsi Hutan Wisata Lumban Julu
Dari hasil penyebaran kuesioner dan wawancara, persepsi masyarakat
[image:56.595.120.510.534.742.2]terhadap fungsi Hutan Wisata Lumban Julu dapat dilihat dalam Tabel 10.
Tabel 10. Persepsi Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan Wisata Lumban Julu
Persepsi Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan Wisata Lumban Julu
Jumlah Responden
Persentase (%)
Hutan Wisata Lumban Julu memiliki fungsi ekologis, sosial dan ekonomis sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa merusak lingkungan sekitarnya.
47 94
Masyarakat kurang menyadari akan pentingnya fungsi ekologis, sosial dan ekonomis Hutan Wisata Lumban Julu.
3 6
Hutan Wisata Lumban Julu tidak memiliki fungsi ekologis, sosial dan ekonomis yang baik.
0 0
Jumlah 50 100
Kelompok responden pertama (94 %) adalah responden yang memiliki
keseluruhan karakteristik menyatakan Hutan Wisata Lumban Julu memiliki
fungsi ekologis, sosial dan ekonomis sehingga dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat tanpa merusak lingkungan sekitarnya. Secara ekologis Hutan Wisata
Lumban Julu dapat memperbaiki lingkungan sekitarnya untuk menghindar dari
kebanjiran, erosi tanah dan menjaga pengaturan air dengan baik. Secara sosial
Hutan Wisata Lumban Julu dapat meningkatkan kepekaan sosial terhadap
sesamanya dan mengembangkan budaya Batak berupa adat - istiadat masyarakat
sekitarnya, tarian tradisional dan cara bercocok tanam agar menjadi lebih baik dan
lebih dikenal oleh para wisatawan. Secara ekonomi Hutan Wisata Lumban Julu
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan cara membuka lapangan kerja
seperti membuka toko, warung dan tempat penginapan di sekitar Hutan Wisata
Lumban Julu serta dapat meningkatkan devisa negara.
Kelompok responden kedua (6 %) adalah responden yang memiliki tingkat
pendidikan dominan tamatan Sekolah Dasar sederajat kurang menyadari akan
pentingnya fungsi ekologis, sosial dan ekonomis Hutan Wisata Lumban Julu.
Kebanyakan dari masyarakat memiliki pekerjaan pokok bertani. Mereka hanya
menganggap pertanian jauh lebih penting, misalnya harga pupuk, harga padi
maupun beras sehingga mereka kurang perduli dengan keberadaan Hutan Wisata
Lumban Julu. Namun mereka membenarkan persepsi bahwa Hutan Wisata
Tidak ada responden yang memiliki persepsi bahwa Hutan Wisata Lumban
Julu tidak memiliki fungsi ekologis, sosial dan ekonomis yang baik. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Hutan Wisata Lumban Julu memiliki fungsi
sosial, ekonomi dan ekologi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa
terkecuali dan dapat meningkatkan pendapatan daerah maupun devisa negara
apabila fungsi Hutan Wisata Lumban Julu dapat dikelola dengan baik.
Persepsi Masyarakat terhadap Resiko Hutan Wisata Lumban Julu.
Persepsi responden terhadap Resiko Hutan Wisata Lumban Julu dari hasil
penyebaran kuesioner dan wawancara secara garis besar dapat dikelompokkan
[image:58.595.113.513.452.594.2]seperti dalam Tabel 11.
Tabel 11. Persepsi Masyarakat Terhadap Resiko Hutan Wisata Lumban Julu
Persepsi Masyarakat Terhadap Resiko Hutan Wisata Lumban Julu
Jumlah Responden
Persentase (%)
Keberadaan Hutan Wisata Lumban Julu beresiko tinggi terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan ekologi masyarakat sehingga tidak dapat dikendalikan.
13 26
Keberadaan Hutan Wisata Lumban Julu memiliki resiko namun dapat dikendalikan.
37 74
Jumlah 50 100
Data Primer, 2007
Persepsi yang dikemukakan responden penelitian terhadap resiko Hutan
Wisata Lumban Julu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama (26 %) yang terdiri dari responden yang dominan memiliki usia 41
berpendidikan tamatan Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Sederajat menyatakan keberadaan Hutan Wisata Lumban Julu beresiko tinggi
terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan ekologi masyarakat sehingga tidak dapat
dikendalikan. Kelompok responden ini menganggap keberadaan Hutan Wisata
Lumban Julu dapat mengubah bahkan melunturkan nilai-nilai kebudayaan Batak
Asli dengan hadirnya budaya asing yang dibawa oleh para wisatawan,
keanekaragaman motivasi para pengunjung bisa saja mengakibatkan kerusakan
sumber daya alam dan lingkungan sekitarnya serta keberadaan peningkatan
pendapatan masyarakat di sekitar Hutan Wisata juga belum tentu menggambarkan
kesejahteraan yang meningkat bisa jadi akan terjadi kemerosotan daya beli
masyarakat. Ketiga kelompok resiko tersebut dianggap masyarakat tidak dapat
dikendalikan lagi apabila terjadi akibat keberadaan Hutan Wisata Lumban Julu
karena belum siapnya masyarakat menghadapi resiko–resiko tersebut.
Kelompok kedua (74%) adalah responden yang terdiri dari semua
karakteristik umur, mata pencaharian, tingkat pendapatan dan dominan
berpendidikan Sekolah Menengah Umum sederajat ke atas, menyatakan
keberadaan Hutan Wisata Lumban Julu memiliki resiko namun dapat
dikendalikan. Sebagai daerah objek wisata Hutan Wisata Lumban Julu bermanfaat
sebagai