• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventarisasi Zingiberaceae Di Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Inventarisasi Zingiberaceae Di Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

Susanti Siagian : Inventarisasi Zingiberaceae Di Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara, 2010.

SKRIPSI

SUSANTI SIAGIAN 050805028

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

INVENTARISASI ZINGIBERACEAE DI KAWASAN AGROWISATA HUTAN TAMAN EDEN 100 KABUPATEN TOBA SAMOSIR

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

SUSANTI SIAGIAN 050805028

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : INVENTARISASI ZINGIBERACEAE DI

KAWASAN AGROWISATA HUTAN TAMAN EDEN 100 KABUPATEN TOBA SAMOSIR SUMATERA UTARA.

Kategori : SKRIPSI

Nama : SUSANTI SIAGIAN

Nomor Induk Mahasiswa : 050805028

Program Studi : SARJANA S-1 BIOLOGI

Departermen : BIOLOGI

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

NIP. 196212141991032001 NIP. 197211211998022001

(4)

PERNYATAAN

INVENTARISASI ZINGIBERACEAE DI KAWASAN AGROWISATA HUTAN TAMAN EDEN 100 KABUPATEN TOBA SAMOSIR

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Desember 2009

Susanti Siagian

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Inventarisasi Zingiberaceae di Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara” dalam waktu yang telah ditetapkan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Etti Sartina Siregar, S. Si, M. Si dan Ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan waktunya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada Bapak Drs. Nursal, M.Si dan Bapak Riyanto Sinaga, S.Si, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukannya untuk kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Ibu Yurnaliza S. Si, M. Si selaku pembimbing akademik yang telah banyak membimbing penulis selama pendidikan. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M. Sc dan Ibu Dra. Nunuk Priyani, M. Sc selaku ketua dan sekretaris Departemen Biologi yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, kepada Bapak Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh Staf Dosen Departemen Biologi FMIPA USU yang telah mendidik penulis dalam perkuliahan. Kepada Ibu Roslina Ginting, Ibu Nurhasni Muluk, Bapak Sukirmanto dan Bapak Endra Raswin sebagai staf pegawai Departemen Biologi FMIPA USU. kepada Bapak Khairul USAID yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada ayah (Djarunjung Siagian), Ibu (Rosmaida Simanjuntak), Kakak (Rosalina dan Anita), Abang (Charli) serta Adik (Danny dan Lowis) dan seluruh keluarga tercinta atas segala doa, dukungan baik moril maupun material dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Kepada tim peneliti terutama Barita, Mahya, Dwi Ratna A.K.M, Sri Zulyani, Nalverta Haverna Yutas, Masrayanti Dalimunthe, Seneng Sri Astuti, dan Andini Saputri terima kasih atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian. Rekan-rekan seangkatan 2005 (Ulan, Rico, Widya, Nikma, Susi, Mustika, Diana, Nurzaidah, Fifi, Tober, Rosida, Gustin, Ummi, Ruth, Siti, Kalista, Simlah, Julita, Riris, Delni, Irfan, Effendi, Kabul, Sidahin, Juned, Misran, Taripar, Sarah, Fitria, Erni, Valen, Patimah, Winda, Dini, Susanti SM, Rahmat, Andi, Maysarah, Rebecca, Erna, Elfrida, Kurniayanti) terima kasih atas kebersamaannya selama ini. Kepada seluruh pengelola Agrowisata Hutan Taman Eden 100 terutama Michael Sirait, Marandus Sirait, dan seluruh keluarga terima kasih atas bantuanannya selama di lapangan.

Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu semoga Tuhan membalasnya dengan balasan yang setimpal.

(6)

Inventarisasi Zingiberaceae di Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian “Inventarisasi Zingiberaceae di Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara” telah dilakukan dari bulan Maret 2009 sampai dengan September 2009. Penelitian dilakukan dengan menggunakan “Metode Survey”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 6 genus Zingiberaceae yaitu

Etlingera, Geostachys, Globba, Hedychium, Hornstedtia, dan Zingiber dengan 10 jenis Zingiberaceae yaitu Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm, Etlingera sp.1, Etlingera

sp.2, Geostachys decurvata (Bak.) Ridl., Globba marantina Linn., Globba patens

Miq.,Globba pendulaROXB.,Hedychium cylindricum Ridl.,Hornstedtia scyphifera

(Koenig) Steud., dan Zingiber multibracteatum Holtt. Hasil analisis diperkuat deskripsi, habitat, ordinat, dan distribusi dari masing-masing jenis Zingiberaceae.

(7)

Inventarization of Zingiberaceae in Taman Eden 100 Forest Toba Samosir Regency North Sumatera

ABSTRACT

The study on “Inventarization of Zingiberaceae in Taman Eden 100 Forest Toba Samosir Regency North Sumatera” have been conducted from March to September 2009. The result showed that there are 6 genera of Zingiberaceae, they are Etlingera, Geostachys, Globba, Hedychium, Hornstedtia, and Zingiber with 10 species:

Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm, Etlingera sp.1, Etlingera sp.2, Geostachys decurvata (Bak.) Ridl., Globba marantina Linn., Globba patens Miq., Globba pendula ROXB., Hedychium cylindricum Ridl., Hornstedtia scyphifera (Koenig) Steud., dan Zingiber multibracteatum Holtt. The analysis of research was supported by description of habitat, ordinat, and distribution of each Zingiberaceae species.

(8)

DAFTAR ISI

2.4 Polinasi dan Penyebaran Biji 7

2.5 Kegunaan Zingiberaceae 8

2.6 Beberapa Penelitian Zingiberaceae 11

BAB 3 Bahan dan Metode 12

3.3.2 Kekerabatan Jenis-Jenis Zingiberaceae 15

BAB 4 Hasil dan Pembahasan 16

4.1 Keanekaragaman Jenis Zingiberaceae 16

(9)

4.3.3 Etlingera sp.2 26

4.3.4 Geostachys decurvata(Bak.) Ridl. 28

4.3.5 Globba marantinaLinn. 29

4.3.6 Globba patensMiq. 31

4.3.7 Globba pendulaROXB. 33

4.3.8 Hedychium cylindricumRidl. 35

4.3.9 Hornstedtia scyphifera (Koenig) Steud. 37

4.3.10 Zingiber multibracteatumHoltt. 39

4.4 Kekerabatan Morfologi Zingiberaceae 41

4.5 Peta Penyebaran Jenis-Jenis Zingiberaceae 43

BAB 5 Kesimpulan dan Saran 45

5.1 Kesimpulan 45

5.2 Saran 45

Daftar pustaka 46

(10)

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 4.1 Jenis-jenis Zingiberaceae di Kawasan Agrowisata

Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara.

(11)

DAFTAR GAMBAR

Etlingera elatior(Jack) R. M. Sm.

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Peta Kawasan Taman Eden 100 dan sekitarnya 49

Lampiran B Jalur Pengamatan Zingiberaceae Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100

50

Lampiran C Hasil Identifikasi Zingiberaceae 51

Lampiran D Pengukuran Faktor Fisik 52

Lampiran E Penyebaran Zingiberaceae di Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100

53

Lampiran F Ciri Morfologi Zingiberaceae 56

Lampiran G Kode Ciri Morfologi Zingiberaceae 58

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Zingiberaceae secara umum dikenal oleh masyarakyat Indonesia sebagai tumbuhan

jahe-jahean. Tumbuhan ini banyak dimanfaatkan antara lain sebagai bumbu masak,

obat, bahan rempah-rempah, tanaman hias, bahan kosmetik, bahan minuman, bahan

tonik rambut, dan sebagainya (Lawrence, 1964).

Anggota suku ini mempunyai ciri khas pada rhizomnya yang mengandung

minyak menguap dan berbau aromatik. Zingiberaceae merupakan terna berumur

panjang, mempunyai rhizom yang membengkak seperti umbi dengan akar-akar yang

tebal dan seringkali mempunyai ruang-ruang yang terisi dengan minyak menguap.

Daun tersusun sebagai rozet akar atau berseling pada batang, bangun lanset atau

jorong, bertulang menyirip atau sejajar. Tangkai daun beralih menjadi pelepah yang

membelah kadang-kadang mempunyai lidah-lidah. Pelepah daun saling membalut

dengan eratnya, sehingga kadang-kadang merupakan batang semu (Tjitrosoepomo, 1994).

Zingiberaceae merupakan salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan pada

kawasan hutan tropis, terutama Indo-Malaya. Zingiberaceae ini belum diketahui

secara pasti berapa jumlah jenisnya, menurut Pandey (2003), terdapat sekitar 50

persen dari total genera famili Zingiberaceae ini ditemukan di hutan tropis.

Zingiberaceae dapat hidup dari dataran rendah sampai pada ketinggian lebih dari 2000

mdpl terutama di daerah dengan curah hujan yang tinggi. Menurut Larsen et al (1999), sejauh ini daerah yang kaya Zingiberaceae adalah wilayah Malesiana, Indonesia,

Brunei, Singapura, Philipina dan Papua. Kita ketahui bahwa daerah yang luas seperti

Sumatera dan Borneo masih sangat belum diketahui dan diselidiki lebih dalam lagi

untuk flora gingernya. Oleh karena itu banyak jenis baru yang dipastikan akan

(14)

Beberapa penelitian tentang jenis-jenis Zingiberaceae pernah dilakukan,

Widjaja (2001) melaporkan di kawasan hutan Sikundur Kabupaten Langkat, Sumatera

Utara diperoleh lima jenis Zingiberaceae; yaitu Kaempferia sp, Globba sp, Amomum

sp dan Hornstedtia sp. Mumpuni (2004) melaporkan di kawasan hutan Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat terdapat 10 jenis tumbuhan dari

famili Zingiberaceae. Sari (2007), melaporkan memperoleh 18 jenis Zingiberaceae

dengan 7 genus di Kawasan Hutan Sibayak I, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli

Serdang Sumatera Utara.

Pengetahuan masyarakyat dari berbagai etnis tentang pemanfaatan suku

Zingiberaceae sebagai bahan obat tradisional. Adapun bagian yang digunakan sebagai

bahan obat sebagian besar adalah rhizome dari tanaman tersebut, sedangkan cara

pengobatannya bermacam-macam antara lain direbus atau dibuat jamu dan diambil

airnya untuk diminum, diambil sarinya dengan cara diparut kemudian diminum airnya

atau dioleskan pada bagian tubuh yang diobati yaitu bagian perut, kening atau bagian

lainnya dan ada juga yang langsung dimakan misalnya rhizome kencur (Kuntorini,

2005). Contoh jenis Zingiberaceae yang bernilai ekonomi yaitu Hedychium coronariumKoen.Merupakan tumbuhan herba dalam rumpun yang padat, tinggi 1,5-3m, mempunyai rhizome yang pipih, berwarna putih dan lunak. Bunga majemuk besar

dan berbunga terus menerus sehingga sering digunakan untuk tanaman hias. Bunga

berwarna putih dan berbau harum. Pangkal batang bila dikunyah akan mengeluarkan

cairan yang dapat menyembuhkan sakit amandel atau tenggorokan. Batangnya sangat

baik untuk membuat kertas (Hasliza, 1999).

Kawasan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

merupakan daerah Agrowisata yang termasuk hutan hujan tropis, berdasarkan survey

yang telah dilakukan banyak ditemukan jenis-jenis Zingiberaceae. Namun, belum ada

data tentang jenis Zingiberaceae di Kawasan Taman Eden 100. Berdasarkan hal

tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang “Inventarisasi Zingiberaceae di

Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera

(15)

1.2Permasalahan

Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera

Utara memiliki jenis-jenis Zingiberaceae yang banyak, untuk itu perlu diketahui

bagaimana kekayaan jenis Zingiberaceae di Kawasan Taman Eden 100 Kabupaten

Toba Samosir Sumatera Utara dan kedudukannya secara taksonomi.

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis Zingiberaceae di Kawasan

Agrowisata Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara dan

untuk mengetahui kekerabatan antar jenis Zingiberaceae.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai informasi dasar tentang

jenis-jenis Zingiberaceae yang terdapat di Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba

Samosir Sumatera Utara dan masukan bagi peneliti, pemerintah, instansi/lembaga

terkait yang ingin meneliti lebih lanjut tentang famili Zingiberaceae. Penelitian ini

juga dilakukan untuk melengkapi data keanekaragaman jenis Zingiberaceae

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Zingiberaceae

Zingiberaceae termasuk salah satu suku dari ordo Zingiberales yang semua anggotanya

berupa herba perenial. Anggota suku ini mempunyai ciri khas pada rhizomnya yang

mengandung minyak menguap atau berbau aromatik (Ernawati, 2001).

Zingiberaceae merupakan tumbuhan herba perenial dengan rimpang yang

mengandung minyak menguap hingga berbau aromatik. Batang di atas tanah,

seringkali hanya pendek dan mendukung bunga-bunga saja. Daun tunggal,

mempunyai sel-sel minyak menguap, tersusun dalam 2 baris, kadang-kadang jelas

mempunyai 3 bagian berupa helaian tangkai dan upih, selain itu juga memiliki

lidah-lidah, helaian biasanya lebar dengan ibu tulang yang tebal dan tulang-tulang cabang

yang sejajar dan rapat satu dengan yang lain dengan arah yang serong ke atas, tangkai

daun pendek atau tidak ada, upih terbuka dan tertutup, lidah-lidah pada batas antara

helaian dengan tangkai atau antara helaian dengan upih (Tjitrosoepomo, 2002).

Menurut Nurainas & Yunaidi (2007), letak perbungaan Zingiberaceae terminal

atau muncul langsung dari rhizom, atau dari ujung batang, mempunyai braktea primer

yang tersusun saling tumpang tindih. Menurut Tjitrosoepomo, (2002), bunga

terpisah-pisah, tersusun dalam bunga majemuk tunggal dan berganda, kebanyakan banci,

zigomorf atau asimetrik, hiasan bunga dapat dibedakan dalam kelopak dengan 3 daun

kelopak dan mahkota yang terdiri atas 3 daun mahkota yang berlekatan, pada bagian

bawahnya membentuk suatu buluh dengan bentuk dan warna yang kadang-kadang

cukup atraktif, benang sari 1 dengan 3-5 benang sari mandul yang kadang-kadang

bersifat seperti daun mahkota, tangkai putik di ujung, tidak berbagi, bebas atau bergigi

(17)

satu dengan tembuni pada dinding atau pada dasarnya, buah kendaga yang berkatup

tiga atau berdaging tidak membuka. Bakal biji banyak, biji bulat atau berusuk,

mempunyai salut biji dan endosperm banyak.

Beberapa contoh bunga dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Beberapa bunga Zingiberaceae. A. Hedychium, dengan staminoid yang panjang dan bebas dari lip. 1. Anther, 2. Filamen, 3. Staminoid, 4. Petal, 5. Lip, 6. Calyx, 7. Ovari. B.

Alpinia, dengan staminoid yamg kecil atau kadang tidak ada dan lip yang besar. 1.

Stigma, 2, Anther, 3. Petal, 4. Lip, 5. Calyx, 6. Ovari. C. Zingiber, dengan staminoid yang kecil dan menyatu dengan lip. 1. Stigma, 2. Petal, 3. Stamenoid, 4. Tabung Corolla, 5. Anther, 6. Lip, 7. Calyx, 8. Ovari (Henderson, 1954).

2. 2 Taksonomi Zingiberaceae

Kata ginger berasal dari bahasa Malaysia sebagai halia dan istilah botani sebagai

Zingiber officinale. Zingiber berasal dari kata Arab “Zanzabil” yang diterbitkan untuk nama Yunani kuno “Zingiberi” dan akhirnya zingiber dalam bahasa latin. Secara

botani pemberian nama Zingiber secara keseluruhan untuk famili ginger yaitu

(18)

Famili Zingiberaceae dibagi oleh Loesener (1930) dalam Marco, (1995) ke dalam 2 subfamili yaitu zingiberoideae dan costoideae dengan subfamili yang pertama

dibagi kedalam 3 bagian yaitu hedychieae, globbeae, dan zingibereae. Perbedaan

karakter untuk zingiberaceaea adalah memiliki minyak aromatik, ligula, perbedaan

ditandai dengan rangkaian periantium sebelah luar, stamen tunggal, dan biasanya

memiliki stamen petal yang besar. Beberapa karakter morfologi yang umum

digunakan dalam mengidentifikasi jenis-jenis suku Zingiberaceae antara lain adalah

keberadaan ligula, susunan perhiasan bunga dan staminodium.

Menurut Engler dan Prantl dalam Sharma (2002) bahwa Costoideae merupakan tumbuhan tidak aromatik dengan daun tersusun secara spiral seperti

Costus. Menurut Poulsen (2006), jenis Costus berbeda dengan Zingiberaceae dalam beberapa karakter sehingga ditempatkan dalam satu famili yang terpisah yaitu

Costaceae.

Menurut Nurainas & Yunaidi (2007), klasifikasi lengkap dari famili

Zingiberaceae berdasarkan sistem klasifikasi tumbuhan adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

dan sebagainya yang tersebar di sepanjang daerah tropik dan

subtropik.

Spesies : Lebih dari 1200 jenis seperti Alpinia galanga, Amomum lappaceum,

(19)

2.3 Distribusi Zingiberaceae

Menurut Lawrence (1964) bahwa tumbuhan Zingiberaceae tersebar luas mulai dari

daerah tropik sampai daerah subtropik. Menurut Ernawati (2001) bahwa jenis-jenis

dari suku ini secara alami tumbuh di hutan hujan tropis yaitu dari dataran rendah

hingga dataran tinggi. Menurut Larsen et al (1999), kebanyakan Zingiberaceae adalah teresterial, tumbuh alami di tempat pembuangan sampah, di daerah dengan sinar

matahari yang cukup, tetapi ada juga yang epifit seperti Hedychium longicornatum.

Menurut Pandey (2003) bahwa ada kira-kira 47 genus dan 1400 jenis dalam

famili Zingiberaceae ini. Tumbuhan famili ini ditemukan pertama kali di daerah tropik

di dunia, tetapi terutama terdapat di daerah Indo-Malaya dimana terdapat kira-kira

50% dari jumlah jenis yang ditemukan.

Hedychium adalah salah satu genera dengan jumlah jenis yang banyak tumbuh di Asia Tropik dan satu jenis hanya tumbuh di Madagaskar. Kaempferia tumbuh di Indo-Malaya dan Afrika Tropik. Zingiber tersebar luas di Indo-Malaya sampai ke China, Jepang dan Kepulauan Pasifik. Alpinia juga tersebar sampai ke Utara Jepang (1 spesies) dan Selatan yang diwakili oleh Kaempferia dan genus endemik Aframomum.

Genus yang terdapat di Amerika Tropik dan terdapat juga di Afrika Tropik yaitu

Costus dan Renealmia. Costus banyak tumbuh di Amerika Tropik dan Afrika Barat tapi sedikit yang tumbuh di Asia dan hanya satu jenis di Australia (Rendle, 1959).

Anggota-anggota dari famili ini biasanya tumbuh di hutan hujan dalam vegetasi

sekunder (Balgooy, 2001).

2.4 Polinasi dan Penyebaran Biji

Dalam aspek Biologi Zingiberaceae sangat sedikit yang diketahui. Pengamatan

polinasi Zingiberaceae inipun hanya dilakukan pada beberapa jenis, tetapi kupu-kupu

dan ngengat memegang peranan penting dalam melakukan polinasi pada

(20)

pada pagi hari dan menutup pada sore hari. Di beberapa jenis Zingiber, bunga mekar pada pagi hari dan setelah itu menutup dalam beberapa jam (Holttum, 1950).

Peyebaran biji juga masih sedikit yang diketahui. Dalam hal ini penyebaran

biji diduga burung sebagai agen penyebar biji yang berperan aktif. Misalnya pada

Hedychium, saat kapsul biji Hedychium terbuka, burung akan tertarik untuk mendatangi biji tersebut karena warna bijinya yang mencolok dan juga berdaging.

Burung ini akan menyebarkan biji Hedychium tersebut kemanapun dia terbang. Pada kebanyakan jenis Zingiberaceae, buah tumbuh dekat permukaan tanah dengan arillus

biji berwarna putih yang akhirnya akan disebarkan oleh semut. Pada genus Caulo kaempferia yang ditemukan di Thailand, biji disebarkan oleh aliran air hujan (Larsen

et al., 1999).

2.5 Kegunaan Zingiberaceae

Famili Zingiberaceae memilki manfaat bagi masyarakyat antara lain tumbuhan ini

dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, bahan obat-obatan, misalnya untuk

mengobati batuk, rematik, masuk angin dan lain sebagainya, juga dapat dimanfaatkan

sebagai bahan minuman, misalnya untuk menghangatkan badan. Menurut Lawrence

(1964) bahwa kepentingan ekonomi dari famili ini adalah akarnya yang dapat

digunakan sebagai ekstrak rasa dan sebagai bumbu, untuk minyak wangi yang

digunakan dalam parfum, dan untuk ornamental atau tanaman hias. Di Indonesia

umumnya banyak digunakan sebagai tanaman hias termasuk Alpinia, Hedychium, Elettaria, Cardamon dimana bijinya digunakan untuk obat-obatan dan sebagai bumbu masakan (Marco, 1995).

Menurut Ernawati (2001) bahwa Zingiberaceae yang paling banyak digunakan

terdapat pada genera Alpinia, Amomum, Curcuma dan Zingiber, sedangkan untuk yang umum yaitu Boesenbergia, Kaempferia, Elettaria, Elettrariopsis, Etlingera dan

Hedychium. Paling sedikit 20 atau lebih jenis Zingiberaceae yang telah dibudidayakan untuk digunakan sebagai bumbu masakan, pewangi, obat-obatan, tanaman hias dan

(21)

sebagai bumbu masakan. Keberadaan minyak yang penting, misalnya Limonen,

Eugenol, Geraniol dan lain-lain.

Pengetahuan masyarakyat dari berbagai etnis tentang pemanfaatan suku

Zingiberaceae sebagai obat tradisional. Dari hasil survey sebagian besar diperoleh

secara turun temurun, dan ada juga diperoleh dari tetangga atau media massa. Adapun

bagian yang digunakan sebagai bahan obat sebagian besar adalah rimpang dari

tanaman tersebut, sedangkan cara pengobatannya bermacam-macam antara lain

direbus atau dibuat jamu dan diambil airnya untuk diminum, diambil sarinya dengan

cara diparut kemudian diminum airnya atau dioleskan pada bagian tubuh yang diobati

yaitu bagian perut, kening atau bagian lainnya dan ada juga yang langsung dimakan

misalnya pada rimpang kencur (Nugroho, 1998).

Jahe (Zingiber officinale) merupakan genus yang paling dikenal dari genus Zingiber karena memiliki manfaat yang sangat banyak. Sudah sejak lama jahe

digunakan sebagai bumbu dapur. Misalnya jahe digunakan dalam masakan ikan untuk

menghilangkan bau amis. Aroma dan rasanya yang khas menyebabkan penggunaan

jahe untuk bumbu dapur oleh masyarakyat. Penggunaan jahe kedua terbanyak yaitu

sebagai obat tradisional. Jahe yang mengandung gingerol dapat dimanfaatkan sebagai

obat antiinflamasi, obat nyeri sendi dan otot karena rematik, tonikum, serta obat batuk.

Selain kedua penggunaan jahe di atas, jahe kering juga digunakan untuk memberi

aroma dan rasa pada makanan seperti permen, biskuit, kue dan minuman. Minyak jahe

atau oleoresin yang dihasilakan dari destilasi jahe kering banyak digunakan dalam

industri parfum dan minuman. Sampai saat ini, ekspor jahe dilakukan dalam bentuk

jahe segar, jahe kering, jahe asinan (Isalted ginger), dan minyak atsiri (Syukur, 2001). Menurut Paimin dan Murhananto (2000), kerabat jahe antara lain lempuyang emprit

(Zingiber americans), lempuyang wangi (Zingiber aromaticum), bangle (Zingber cassumunar), belakatua (Zingiber ordoriferum), bunglai hantu (Zingiber ottensii), lempuyang gajah (Zingiber zerumbet).

Tanaman kencur atau Kaempferia galanga L., jenis tanaman ini termasuk famili Zingiberaceae, tempat tumbuhnya di berbagai tempat di Tanah Air kita. Para

(22)

bumbu masakan. Sebagai bahan obat yang terpenting dari tanaman ini ialah akar

tinggalnya yang mempunyai khas aromatik, rasanya memang tajam. Kandungan

zat-zat yang terdapat pada kencur yaitu: alkaloida, minyak atsiri yang bermuatan sineol,

kamferin, mineral, pati dan gom. Berbagai manfaat dari genus ini adalah sebagai

ekspektoransia yaitu meringankan dahak, diaforetik (melancarkan keringat),

karminativa (melancarkan pembuangan gas dari perut), stimulansia (meningkatkan

kegairahan), dan lain-lain (Kartasapoetra, 1992).

Alpinia galanga merupakan jenis yang terkenal dari genus ini, di Indonesia biasa disebut lengkuas atau laos. Tumbuhan ini merupakan herba berumur panjang

yang tingginya dapat mencapai 1-1,5 m, batang tertutup oleh pelepah-pelepah dari

daun yang tersusun berseling bangun lanset, rimpang dengan sisik-sisik yang

berwarna putih atau kemerah-merahan, keras, mengkilap, rasanya pedas. Rhizom

Alpinia galanga mengandung minyak atsiri berwarna kuning yang terutama terdiri dari sineol, eugenol, dan seskuiterpen. Resin Alpinia galanga disebut galangol. Kandungan kimia yang terdapat pada Alpinia galanga tersebut digunakan sebagai stimulan, karminatif, dan sebagai bumbu (Tjitrosoepomo, 1994).

Curcuma domestica dan Curcuma longa merupakan jenis yang terkenal dari genus Curcuma, berasal dari India dan beberapa negara Asia. Kedua jenis ini

digunakan sebagai bumbu masakan, pewarna makanan, dan sebagai obat tradisional.

Tumbuhan ini berupa terna, tinggi mencapai 75 cm sampai 1 meter, tumbuh

membentuk rumpun. Batang semu, tegak, silindris, warnanya hijau kekuningan. Daun

dapat mencapai 50 cm panjangnya, pangkal daun pelindung berwarna putih keunguan.

Rimpang Curcuma domestica di Malaya dikenal sebagai kunyit, mengandung senyawa kimia berupa feladren, turmerol, kurkumin dan minyak atsiri. Kurkumin

bermanfaat sebagai acnevulgaris, antiradang, pencegah kanker, menurunkan resiko

(23)

2.6 Beberapa Penelitian Zingiberaceae

Taman Nasional Gunung Mulu di Sarawak, salah satu negara bagian yang memiliki

luas area 124.658 km2 juga telah dilakukan penelitian Zingiberaceae. Penelitian

dilakukan dari permukaan laut sampai pada ketinggian lebih dari 2000 mdpl. Dari

penelitian tersebut diperoleh lebih dari 50 jenis Zingiberaceae. Tempat lain di

Sarawak yang kaya akan Zingiberaceae adalah Gunung Matang (Taman Nasional

Kubah), dimana naturalis Italia Ordoardo Beccari mempelajari tumbuhan, dan

mengoleksi beberapa jenis Zingiberaceae baru (Poulsen, 2006).

Gustina (2007), penelitian Zingiberaceae pernah dilakukan di Kawasan Taman

Wisata Alam Deleng Lancuk dan Hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo, Sumatera

Utara. Dari penelitian tersebut diperoleh lima jenis Zingiberaceae yaitu Globba pendula Roxb., Globba marantina Linn., Amomum apiculatum K. Schum.,

Hedychium longicornatum Bak., dan Geostachys decurvata (Bak.) Ridl. Agustini (1997), juga melaporkan di Kabupaten Jayapura, Papua terdapat 20 jenis

Zingiberaceae yang terdiri dari 10 genera dimana yang sering ditemukan pada lokasi

(24)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret s/d September 2009 di Kawasan Agrowisata

Hutan Taman Eden 100 Dusun Lumban Rang Desa Sionggang Utara Kecamatan

Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara.

3.1.1 Letak dan Luas

Secara administratif pemerintahan, Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100

terdapat di Dusun Lumban Rang, Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu,

Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara dengan luas areal ± 1.980 ha

dimana ± 1800 ha merupakan hutan alami atau hutan primer. Secara geografis terletak

pada 020 39´- 020 42´ Lintang Utara (LU) dan 980 62´ - 980 64´ Bujur Timur (BT).

Kawasan Hutan Taman Eden 100 berjarak ± 16 km dari Parapat ke arah Barat dan ±

55 km dari Balige ke arah Selatan. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba

Samosir, kawasan Hutan Taman Eden 100 berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Ajibata dan Kabupaten Simalungun

b. Sebelah Selatan : Kecamatan Uluan dan Kecamatan Porsea

c. Sebelah Barat : Danau Toba dan Kecamatan Ajibata

d. Sebelah Timur : Kecamatan P.P Meranti dan Kabupaten Asahan

3.1.2 Topografi

Keadaan topografi di kawasan Hutan Taman Eden 100 pada umumnya terdiri dari

tebing-tebing yang tinggi, jurang yang terjal dan sungai yang deras dan berada pada

(25)

3.1.3 Tipe Iklim

Berdasarkan Schmidt-Ferguson, tipe iklim di kawasan Hutan Taman Eden 100 adalah

tipe B, dengan suhu maksimum antara 17-270C dengan kelembaban rata-rata berkisar

antara 72-92%.

3.1.4 Vegetasi

Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100 memiliki keanekaragaman tumbuhan

yang tinggi di antaranya dari famili Orchidaceae, Nephentaceae, Zingiberaceae,

Araceae, Rubiaceae, Pinaceae, Pteridophyta dan jenis tumbuhan lain.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

3.2.1 Di Lapangan

Penelitian Zingiberaceae dilakukan dengan menggunakan metode survey yaitu

melakukan penjelajahan di sepanjang jalur pendakian dengan lebar jalur ± 10 meter ke

sebelah kiri dan kanan jalur pendakian atau disesuaikan dengan keadaan di lapangan

(Lampiran B).

Jenis-jenis Zingiberaceae yang ditemukan dicatat morfologi penting seperti

habitat, letak rhizome, bau rhizome, warna kulit rhizome, warna sisik rhizome, tinggi

batang, permukaan batang, warna daun, permukaan daun, warna bunga, bau bunga,

letak bunga dan warna buah, dan ciri lain yang akan hilang bila dikeringkan,

kemudian dikoleksi dan diberi label gantung bernomor setelah dilakukan pengambilan

foto pada bagian tanaman yang dianggap penting.

Cara pengkoleksian mengikuti Rugayah et al (2004), dimana bagian vegetatif yang berperawakan kecil dapat dikoleksi seluruhnya. Untuk tumbuhan yang

berperawakan tinggi, dianjurkan untuk memisahkan bagian yang berimpang, bagian

(26)

pada bagian tengahnya dibuang untuk mempermudah dalam pengeringan. Kemudian

disusun di antara lipatan koran serta di ikat dengan tali plastik, dimasukkan kedalam

kantung plastik yang berukuran 60x 40 cm, kemudian disiram dengan alkohol 70%

sampai basah agar spesimen tidak berjamur, diusahakan sebelum kantung plastik

ditutup rapat dikosongkan terlebih dahulu udara yang terdapat di dalam kantung

plastik tersebut seminimal mungkin, kemudian kantung plastik ditutup rapat dengan

lakban.

Pada lokasi pengamatan dilakukan pengukuran faktor fisik yang meliputi

ketinggian dengan altimeter, suhu udara dengan termometer, suhu tanah dengan soil

termometer, kelembaban udara dengan higrometer, kelembaban dan pH tanah dengan

soil tester, intensitas cahaya dengan luxmeter dan titik ordinat dengan GPS

(Lampiran D). Setiap jenis Zingiberaceae yang dijumpai, diukur titik ordinatnya

jarak 100 meter (Lampiran E).

3.2.2Di Laboratorium

Spesimen Zingiberaceae yang dikoleksi dari lapangan dibuka kembali dan disusun

sedemikian rupa untuk dikeringkan dalam oven pengering dengan temperatur ± 60 0C

sampai kering. Spesimen yang telah benar-benar kering dideterminasi di Herbarium

MEDANENSE (MEDA) Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan buku

determinasi antara lain:

- Checklist of the Zingiberaceae of Malesia ( Newman, et.al., 2004). - Collection of Illustrated Tropical Plant (Watanabe and Comer, 1969).

- Etlingera Giseke of Java (Poulsen, D.A, 2007).

- Etlingera of Borneo (Poulsen, D.A, 2006).

- Gingers of Sarawak (Poulsen, D. A., 2006).

- Gingers of Thailand (Larsen, K and S.S. Larsen, 2006).

- Malayan wild flowers (Henderson, 1954).

- Panduan lapangan Jahe-jahean Liar Di Taman Nasional Siberut (Nurainas &

(27)

- The Zingiberaceae of the Malaya Peninsula (Holttum, R. E, 1950).

Jenis-jenis yang tidak dapat diidentifikasi di Herbarium Medanense

Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA Universitas

Sumatera Utara dikirim ke Herbarium Bogoriense untuk diidentifikasi lebih lanjut.

Titik ordinat yang telah dicatat dibuat ke dalam software ArcView GIS 3.3 yaitu

suatu program yang digunakan untuk pemetaan penyebaran tumbuhan termasuk untuk

pemetaan jenis-jenis Zingiberaceae.

3.3 Analisis Data

3.3.1 Deskripsi Jenis

Jenis-jenis Zingiberaceae yang dijumpai disajikan dalam bentuk kunci

determinasi yang dilengkapi dengan deskripsi morfologi dan gambaran habitat secara

umum dari masing-masing jenis.

3.3.2 Kekerabatan Jenis-Jenis Zingiberacaeae

Berdasarkan karakter-karakter hasil pengamatan morfologi, dilakukan analisis

kekerabatan untuk melihat kecenderungan pengelompokkan jenis-jenis Zingiberaceae

dengan menggunakan program NTSYS (Numerical Taxonomy and Multivariate

(28)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keanekaragaman Jenis Zingiberaceae

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kawasan Agrowisata Hutan Taman

Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara ditemuka n 10 jenis Zingiberaceae

dengan 6 genus (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Jenis-jenis Zingiberaceae di Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara.

Genus Spesies

Zingiberaceae yang telah ditemukan di Kawasan Agrowisata Hutan Taman

Eden 100 sebagaimana tertera pada Tabel 4.1 masih tergolong sedikit jika

dibandingkan dengan total genus keseluruhan yaitu sebanyak 40 genus dengan jumlah

jenis lebih dari 1200 jenis (Nurainas & Yunaidi, 2006). Hal ini mungkin disebabkan

karena daerah cakupan yang diteliti kurang luas. Hutan Taman Eden 100 merupakan

suatu kawasan agrowisata dan kawasan konservasi anggrek pertama di Sumatera dan

sebagian lahan telah dimanfaatkan untuk penanaman pohon. Menurut Sirait (2005),

(29)

sisanya merupakan hutan alami atau hutan primer. Namun bila dibandingkan dengan

penelitian Zingiberaceae yang dilakukan oleh Gustina (2007) di Taman Wisata Alam

Deleng Lancuk dan Hutan Gunung Sinabung Kecamatan Simpang empat Kabupaten

Karo yang hanya diperoleh 4 genus dengan 5 jenis, jumlah Zingiberaceae yang

ditemukan pada penelitian ini rerlatif lebih banyak yaitu 6 genus dengan 10 jenis.

Perbedaan jumlah Zingiberaceae yang diperoleh di dua lokasi penelitian

tersebut salah satunya disebabkan oleh perbedaan faktor fisik lingkungan, karena

berdasarkan pengukuran faktor fisik lingkungan, kawasan Taman Eden 100 sesuai

untuk pertumbuhan dan perkembangan Zingiberaceae (Lampiran D). Lokasi

penelitian merupakan kawasan yang termasuk ke dalam hutan pegunungan bawah

sampai dengan ketinggian 1700 mdpl dan mempunyai faktor lingkungan seperti

kelembaban udara 73,6-91% dengan intensitas cahaya matahari berkisar antara

120-312,6 Candela. Hal ini sesuai dengan pendapat Pandey (2003) menyatakan bahwa

Zingiberaceae dapat hidup dari dataran rendah sampai ketinggian lebih dari 2000

mdpl terutama didaerah dengan curah hujan yang tinggi. Menurut Nurainas & Yunaidi

(2006), tempat tumbuh yang disenangi tumbuhan ini umumnya tempat-tempat yang

lembab tapi beberapa jenis ada yang ditemukan pada hutan sekunder, hutan yang

terbuka, pinggir sungai, rawa-rawa dan kadang dapat tumbuh pada daerah terbuka

dengan cahaya matahari penuh.

Genus Etlingera terdiri dari 3 jenis yaitu Etlingera elatior, Etlingera sp.1, dan

Etlingera sp.2. Di lokasi penelitian, 2 diantaranya dijumpai di sekitar aliran sungai pada daerah yang terbuka dengan intensitas cahaya yang tinggi yaitu Etlingera elatior,

Etlingera sp.1 sedangkan Etlingera sp.2 dijumpai pada daerah yang lembab di daerah yang tertutup atau ternaungi dengan intensitas cahaya yang cukup. Menurut Larsen et al (1999); Sirirugsa (1998) dalam Nurainas & Yunaidi (2007) menyatakan bahwa secara alami Etlingera tumbuh mengelompok di tempat-tempat lembab, hutan sekunder atau lokasi hutan yang baru terbuka, yang mana bisa tumbuh dengan cepat

seperti gulma. Bahkan beberapa diantaranya dapat dijadikan sebagai indikator

(30)

Genus Globba terdiri dari 3 jenis yaitu Globba patens, Globba pendula dan

Globba marantina. Genus ini dijumpai pada daerah-daerah yang lembab di sekitar aliran sungai dan pada tebing-tebing di pinggir sungai dengan ketinggian 1100-1200

mdpl kecuali Globba marantina yang dijumpai di tempat-tempat yang terbuka dan jalan setapak jalur pendakian dengan ketinggian 1100-1300 mdpl. Menurut Van

Valkenburg & Bunyapraphatsara (2002), genus ini dapat tumbuh dari daerah rendah

sampai dengan daerah yang cukup tinggi, tetapi jenis ini lebih banyak ditemukan di

daerah yang cukup ternaungi dan disepanjang daerah pinggiran sungai. Menurut

Holttum (1950), Globba merupakan jenis Zingiberaceae yang memiliki penyebaran yang luas, mulai dari Timur Himalaya dan Selatan China sampai ke Malaysia. Semua

jenis Globba ini hidup pada daerah yang teduh, ternaungi kecuali Globba marantina

dan tidak ada yang tumbuh pada ketinggian tinggi kecuali Globba curtisii yang hidup pada pegunungan atas. Menurut Van Valkenburg & Bunyapraphatsara (2002) bahwa

Globba patens menyebar di daerah Malaysia dan Sumatera. Tanaman ini umumnya tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian 1200 mdpl.

Hasil yang diperoleh menunjukkan ada beberapa genus yang hanya memiliki

satu jenis saja yaitu Hedychium, Geostachys, Hornstedtia dan Zingiber. Akan tetapi, berdasarkan pengukuran faktor fisik lingkungan, kawasan ini mendukung untuk

pertumbuhan Zingiberaceae. Hal ini kemungkinan disebabkan genus-genus tersebut

memiliki kemampuan yang berbeda dibandingkan dengan genus lain untuk hidup dan

berkembang dalam suatu kawasan. Loveless (1989) menyatakan bahwa suatu

tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik bila kebutuhan

fisiologinya terpenuhi dan lingkunganlah yang menyediakannya. Oleh karena itu,

setiap tumbuhan mempunyai suatu kisaran toleransi tertentu terhadap kondisi

sekitarnya. Sebagaimana menurut menurut Holttum (1950), Hedychium membutuhkan daerah yang subur dan tanah yang lembab untuk pertumbuhannya. Hedychium

membutuhkan cuaca yang sensitif, beberapa jenis Hedychium tumbuh pada suhu yang rendah yaitu atau -70C. Hedychium kecuali yang epifit membutuhkan tanah yang lembab atau tanah yang basah pada dataran rendah atau hutan pegunungan dan kondisi

yang ternaung. Menurut Van Valkenburg & Bunyapraphatsara (2002), Hedychium

terdiri dari 40-50 jenis dan mula-mula merupakan genus Himalaya tetapi terdapat juga

(31)

Beberapa dari mereka menjadi tumbuhan yang alami. Kawasan Hutan Taman Eden

100 memiliki suhu berkisar antara 18,5-21,3oC dan Hedychium dijumpai pada daerah yang terbuka dengan cahaya matahari yang cukup pada ketinggian 1200 mdpl.

Selain itu, bunga juga dapat mempengaruhi dalam penyebaran Zingiberaceae

seperti yang terjadi pada genus Zingiber. Hal ini sesuai dengan pendapat Holttum (1950) yang menyatakan bahwa kebanyakan kasus dari para peneliti jarang

menemukan bunga Zingiber sehingga data yang diperoleh tidak lengkap. Hal ini dikarenakan bunga Zingiber umurnya pendek dan bunga mekar pada pagi hari dan setelah itu menutup dalam beberapa jam. Selain itu, bunga Zingiber juga cepat mengalami kerusakan dan memungkinkan penyebaran Zingiber jarang terjadi sehingga jenis yang diperoleh di lokasi penelitian sedikit.

Jenis Hornstedtia yang diperoleh yaitu Hornstedtia scyphifera. Pada lokasi penelitian jenis ini dijumpai pada daerah-daerah yang terbuka dengan intensitas

cahaya yang cukup tinggi dari ketinggian 1200-1300 mdpl. Jenis ini juga sering

dijumpai dalam keadaan rusak karena dimakan oleh hewan. Hal ini memungkinkan

penyebaran Hornstedtia sedikit. Menurut Whitmore (1984) dalam Sagala (1997) bahwa penyebaran yang luas dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, alat

reproduksi, interaksi beberapa jenis dan kompetisi.

Genus Geostachys yang dijumpai pada lokasi penelitian ada yang memiliki stilt roots dan yang tidak memiliki stilt roots. Hal ini mungkin disebabkan karena

keadaan topografi tanahnya atau disebabkan karena usia dari tumbuhan itu sendiri.

Namun, menurut Poulsen (2006) bahwa umumnya genus ini dijumpai dengan adanya

stilt roots yang berkembang dengan baik. Pada lokasi penelitian, jenis ini dijumpai

pada daerah yang lembab dan ternaungi dengan intensitas cahaya yang cukup pada

ketinggian 1300 mdpl.

Zingiberaceae dapat berkembang biak melalui organ vegetatif yaitu dengan

adanya rhizome. Menurut Dumbois & Ellenberg (1974), jenis yang memperbanyak

diri dengan biji lebih luas penyebarannya jika dibandingkan dengan jenis tumbuhan

(32)

4.2 Kunci Identifikasi

4.2.1 Kunci Identifikasi Genus di Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100.

Adapun kunci identifikasi genus Zingiberaceae dapat dilihat sebagai berikut :

1.a. Mempunyai rhizome dengan stilt roots ...2 b. Mempunyai rhizome yang bebas dari stilt roots ...3 2.a. Bractea berjarak satu dengan yang lain ……….Geostachys

b. Bractea saling menutupi satu dengan yang lain ………Hornstedtia

3.a. Mempunyai anther dengan appendages ...Globba

b. Mempunyai anther yang bebas dari appendages ...4 4.a. Bunga yang dilengkapi dengan staminal tube ...Etlingera

b. Bunga yang bebas dari staminal tube ...5 5.a Bracteole berbentuk tubular ...Hedychium

b. Bracteole berbentuk lanset ...Zingiber

4.2.2 Kunci Identifikasi Jenis di Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100.

Adapun kunci identifikasi jenis Zingiberaceae dapat dilihat sebagai berikut :

1. a. Mempunyai rhizome dengan stilt roots ...2 b. Mempunyai rhizome yang bebas dari stilt roots ...3 2. a. Bractea berjarak satu dengan yang lain ………...……Geostachys decurvata

b. Bractea saling menutupi satu dengan yang lain …...…...Hornstedtia scyphifera

3. a. Permukaan peduncle berbulu ...Globba patens

b. Permukaan peduncle licin ...4 4. a. Mempunyai anther dengan appendages ...5 b. Mempunyai anther yang bebas dari appendages ...6 5. a. Anther dengan 2 appendages ...Globba pendula

b. Anther dengan 4 appendages ...Globba marantina

6. a. Bunga yang bebas dari staminal tube ...7 b. Bunga yang dilengkapi dengan staminal tube ...8 7. a. Bracteole berbentuk tubular ...Hedychium cylindricum

b. Bracteole berbentuk lanset ...Zingiber multibracteatum

(33)

4.3 Deskripsi Zingiberaceae

4.3.1 Etlingera elatior(Jack) R. M. Sm.

Herba berumpun, tinggi ± 505 cm. Rimpang keras dan berkayu, berada dalam tanah,

warna kulit coklat, permukaan licin, permukaan sisik kasar, warna coklat kemerahan,

daging warna putih, beraroma tajam, jarak antar shoot 31 cm. Pseudostem dengan

warna coklat kemerahan, tinggi 5,5 cm, diameter pangkal 6,5 cm. Lamina permukaan

atas licin, warna hijau, permukaan bawah kasap, warna hijau kekuningan, ujung

meruncing, pangkal membulat, tepi daun rata dan berbulu halus, panjang 74,5 cm,

lebar 19,5 cm, jumlah lembaran daun 23-25. Tangkai daun warna hijau kekuningan,

pangjang 3 cm. Vagina berwarna hijau, panjang 41 cm. Ligula selaput lunak, warna

hijau, panjang 2,35 cm. Perbungaan aksilar dan terminal, panjang 6-10 cm, tersusun

dari banyak bractea berwarna merah muda. Tangkai Perbungaan warna merah,

panjang 3-188 cm. Bractea steril bentuk lanset, warna pangkal hijau, bagian tengah

sampai ujung warna merah muda, panjang 5,6-10,7 cm, lebar 0,3-3,8 cm, permukaan

licin. Bractea fertil bentuk lanset, licin, panjang 2,9-8,7 cm, lebar 0,2-2 cm.

Bracteole bentuk lanset, bagian ujung berbulu halus, warna putih dan garis tengah

berwarna merah muda, margin warna merah muda, permukaan licin, panjang 2,3 cm,

lebar 1,1-1,7 cm. Calyx lanset, licin, warna pangkal putih, bagian ujung runcing

warna merah muda dan berbulu halus, panjang 1,3-2,9 cm, lebar 1,2-1,5 cm,

permukaan licin. Corolla bentuk lanset, warna pangkal putih dengan ujung warna

merah muda, panjang 0,8 cm. Corolla lobe dorsal bentuk lanset, permukaan licin,

warna putih dengan ujung warna merah muda, panjang 1,9-3,1 cm, lebar 0,2-0,4 cm.

Lip bentuk oval, warna merah tua, ujung membulat, warna kuning dan merah tua, pangkal rata berwarna merah tua, center warna merah panjang 2,7 cm, lebar 1,8 cm.

Androecium dengan stamen warna kuning dan merah tua, posisi anther bebas,

panjang anther 2,3-3,5 cm, panjang filamen 0,02-2,8 cm dengan warna merah.

Gynoecium dengan warna pistillum merah muda, panjang stylus 0,01 cm, bentuk

(34)

Spesimen SG 01, 22 November 2008 (fl+ft) (MEDA-USU)

Malaya, Sumatera, Borneo (Nurainas & Yunaidi, 2007).

Jenis ini hidup pada habitat teresterial dan terdapat di daerah yang

terbuka dengan intensitas cahaya yang tinggi. Hidup pada ketinggian

1100-1200 mdpl.

Distribusi

Habitat

A

B C

(35)

F G

Gambar 4.3.1 Etlingera elatior(Jack) R.M Sm.

A. Menampakkan rumpun keseluruhan B. Perbungaan terminal C.

Perbungaan aksilar D. Lip E. Rimpang F.1. Petiole 2. Ligula G. Buah

1

(36)

4.3.2Etlingera sp.1

Herba berumpun, tinggi ± 423 cm. Rimpang berada dalam tanah, warna kulit putih kecoklatan, permukaan licin, bentuk sisik keras, warna coklat, permukaan kasar,

warna daging putih kecoklatan, beraroma halus, jarak antar shoot 20 cm. Pseudostem

warna kuning kecoklatan, tinggi 3 cm, diameter 8,2 cm. Lamina bagian atas dan

bawah warna hijau kemerahan, permukaan licin, ujung runcing, pangkal membulat,

tepi daun rata dan berbulu halus, panjang 79 cm, lebar 21,5 cm. Tangkai daun warna

hijau kemerahan, panjang 3 cm. Vagina warna hijau, panjang 36 cm. Ligula warna

hijau kekuningan, bagian ujung membulat dan berbelah, ujung berbulu, bentuk selaput

keras, panjang 1,2 cm, jumlah lembaran daun 13-15. Perbungaan muncul dari

rimpang, bractea warna kuning kecoklatan, panjang 104 cm jumlah bunga yang mekar

13. Tangkai Perbungaan warna hijau, panjang 99 cm. Bractea warna coklat, bentuk

meruncing, panjang 5,2 cm, lebar 4,6 cm, permukaan kasar. Bracteole bentuk

runcing, warna kuning, panjang 2,1 cm, lebar 1,7 cm. Lip bentuk membulat, warna

kuning, panjang 2,7 cm, lebar 1,5 cm, permukaan licin, ujung membulat warna

kuning, pangkal runcing, margin warna kuning, center warna kuning. Androecium

stamen warna merah, panjang filamen 2,2, cm. Gynoecium warna pistillum putih.

Buah bentuk buah kendaga, warna merah, beraroma halus, panjang 2,93 cm, lebar

1,92 cm.

Spesimen SG 02, 22 November 2008 (fl+ft) (MEDA-USU)

Distribusi Sumatera

Habitat Jenis ini hidup pada habitat teresterial dan terdapat di daerah yang cukup lembab,

ternaungi dan terdapat disepanjang aliran sungai

sampai pada daerah yang terbuka dengan cahaya

matahari yang cukup. Hidup pada ketinggian

(37)

A B

C D

E Gambar 4.3.2 Etlingera sp.1

A. Menampakkan rumpun keseluruhan B.1 Petiole 2. Ligula C. Bunga D. Lip E. Buah

1

(38)

4.3.3Etlingera sp. 2

Herba berumpun, tinggi ± 205 cm. Rimpang berada dalam tanah, bentuknya keras dan berkayu, warna kulit coklat muda, permukaan licin, warna sisik coklat, warna

daging coklat, tidak beraroma. Jarak antar shoot 3,5 cm. Stilt roots licin, warna

merah, tinggi 14,5 cm. Pseudostem warna coklat, tinggi 1,79 cm, diameter pangkal

1,8 cm. Lamina licin berbentuk ovalis menuju ellipticus, ujung meruncing, pangkal

runcing, tepi daun rata, permukaan atas dan bawah daun licin, panjang 22,5 cm, lebar

10 cm, jumlah lembaran daun 17. Tangkai daun warna hijau, panjang 0,3 cm.

Vagina warna hijau, panjang 51 cm. Ligula warna hijau, berupa selaput keras, ujung

membulat, panjang 0,3 cm. Perbungaan seperti bongkol, tersusun dari banyak bractea

berwarna merah, ujung bractea meruncing, posisi muncul dari rimpang, panjang 4,2

cm. Tangkai Perbungaan warna merah muda, bentuk sisik meruncing, panjang 5 cm.

Calyx bentuk lanset, ujung runcing, warna merah muda, panjang 2,3 cm, lebar 0,4 cm,

permukaan licin. Corolla bentuk lanset, warna merah, panjang 2,2 cm, lebar 0,3 cm,

permukaan licin. Lip bentuk lanset, warna merah, panjang 2,1 cm, lebar 0,3 cm, ujung

runcing warna putih, pangkal rata, margin warna putih, center warna merah.

Androecium dengan stamen warna merah, posisi anther berada dalam pistillium, panjang filamen 1,8 cm berwarna merah.

Spesimen SG 03, 22 November 2008 (fl) (MEDA-USU)

Distribusi Sumatera.

Habitat Jenis ini hidup pada habitat teresterial dan terdapat di daerah yang cukup lembab dengan

intensitas cahaya yang rendah. Hidup pada

ketinggian 1200-1300 mdpl.

(39)

A

B C

Gambar 4.3.3 Etlingera sp. 2

A. Perbungaan aksilar B. Folium C.1 Petiole 2. Ligula.

1

(40)

Herba berumpun, tinggi ± 8,5 cm. Rimpang berada di atas tanah, kecil dan berkayu,

warna kulit hijau, permukaan kasar, bentuk sisik membulat, warna coklat, permukaan

licin, warna daging coklat, tidak beraroma, jarak antar shoot 2,3 cm. Stilt roots warna

coklat, permukaan licin, tinggi 39 cm. Pseudostem warna hijau, tinggi 1,2 cm,

diameter 0,85 cm. Lamina bagian atas warna hijau, permukaan licin, bagian bawah

warna hijau, permukaan kasap, ujung merunjung, pangkal runcing, tepi daun rata,

panjang 29 cm, lebar 6,5 cm. Vagina warna hijau, panjang 36,5 cm. Ligula warna

hijau kekuningan, permukaan licin, ujung membulat, berbentuk selaput lunak, panjang

0,82 cm. Buah seperti kapsul, warna merah, jumlah ± 11buah, panjang 1,7 cm, lebar

1,1 cm.

Spesimen SG 04, 22 November 2008 (ft) (MEDA-USU)

Distribusi Sumatera dan Borneo (Gustina, 2006).

Habitat Jenis ini hidup pada habitat teresterial dan terdapat di daerah yang cukup lembab dan

teduh dengan intensitas cahaya yang rendah.

Hidup pada ketinggian 1200-1300 mdpl.

A B

Gambar 4.3.4 Geostachys decurvata (Bak.) Ridl. A. Buah B.1 Petiole 2. Ligula

(41)

4.3.5Globba marantinaLinn.

Herba, tinggi ± 115 cm. Rimpang kecil tidak beraroma, berada dalam tanah.

Pseudostem warna merah, tinggi 3 cm, diameter 1,51 cm dengan permukaan berbulu halus. Lamina bagian atas dan bawah warna hijau dengan permukaan licin, ujung

meruncing, pangkal runcing, tepi daun rata, panjang 20,5 cm, lebar 9,2 cm, jumlah

lembaran daun 6-7. Vagina warna hijau kemerahan, panjang 2,4 cm. Ligula warna

hijau kekuningan, permukaan berbulu halus, ujung membulat berupa selaput tipis.

Tangkai daun warna hijau, panjang 0,3 cm. Perbungaan terminal, warna kuning,

panjang 9 cm. Tangkai Perbungaan warna hijau, panjang 10 cm. Bractea warna

hijau. Bracteole bentuk lanset, warna hijau, panjang 0,69 cm, lebar 0,23 cm,

permukaan licin. Calyx bentuk tabung, warna hijau kekuningan, ujung tumpul,

permukaan licin.

Spesimen SG 05, 22 November 2008 (fl) (MEDA-USU)

Distribusi Malaya, Sumatera, Borneo (Gustina, 2006).

Habitat Jenis ini hidup pada habitat teresterial dan terdapat di daerah yang cukup lembab sampai

daerah yang sedikit terbuka dengan intensitas

cahaya yang cukup. Hidup pada ketinggian

(42)

A

B

Gambar 4.3.5 Globba marantinaLinn.

(43)

4.3.6Globba patens Miq.

Herba, Tinggi ± 110 cm, Rimpang warna coklat kemerahan, tidak beraroma, jarak antar shoot 13 cm.. Pseudostem warna merahdengan tinggi 2,8 cm, diameter 1,47 cm

dengan permukaan batang berbulu halus. Lamina bagian atas dan bawah warna hijau

dengan permukaan licin, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi daun rata, panjang

20,5 cm, lebar 9,2 cm, jumlah lembaran daun 5-6. Tangkai daun warna hijau,

panjang 0,4 cm. Vagina warna hijau, panjang 8 cm. Ligula warna hijau, ujung

runcing, panjang 0,6 cm, bentuk selaput lunak. Perbungaan terminal, warna kuning,

panjang 16 cm, tangkai bunga warna hijau, panjang 16 cm. Tangkai Perbungaan

warna hijau, panjang 16 cm, permukaan berbulu halus. Bractea bentuk lanset, warna

hijau dengan bagian ujung kuning, panjang 2 cm, lebar 0,1 cm, permukaan licin.

Spesimen SG 06, 22 November 2008 (fl) (MEDA-USU)

Distribusi Malaya, Sumatera, Borneo (Newman, et.al., 2004).

Habitat Jenis ini hidup pada habitat teresterial dan terdapat di daerah yang cukup lembab dengan intensitas

cahaya yang rendah. Hidup pada ketinggian

(44)

A

B

(45)

4.3.7Globba pendulaROXB.

Herba, Tinggi 42 cm, Rimpang tidak beraroma, jarak antar shoot 1,4cm.

Pseudostem warna pangkal merah hatidengan tinggi 11 cm, diameter 0,68 cm, dan terdapat pembengkakan pada pangkal. Lamina warna hijau dengan panjang 10,2 cm,

lebar 2,7 cm, jumlah lembaran daun 5 lembar, warna permukaan atas hijau, warna

permukaan bawah hijau muda, permukaan atas berbulu halus, permukaan bawah

berbulu halus dan herwarna hijau, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi daun rata.

Tangkai daun dengan panjang 0,1 cm. Vagina dengan panjang 3 cm, berwarna hijau

dan mempunyai bintik-bintik berwarna merah. Ligula dengan panjang 0,18 cm,

permukaan licin, warna hijau. Midrib dengan permukaanberbulu halus. Perbungaan

terminal, panjang 7,2 cm, warna hijau dengan bercak merah. Tangkai Perbungaan

panjangnya 3,8 cm dengan warna hijau, Bractea tidak ada. Calyx bentuk tabung,

ujung runcing, warna orange. Lip bentuk seperti segitiga dan sedikit berdaging, warna

orange, margin dan center warna orange, spot warna merah tua. Androecium dengan

warna stamen coklat kemerahan, panjang anther 0,4 cm, lebar 0,3 cm, panjang filamen

2,2 cm, terdapat 2 appendage berwarna orange. Lateral staminode bentuk oval,

warna orange, panjang 0,8 cm, lebar 0,4 cm. Gynoecium dengan pistillum warna

orange, panjang stylus 2,2 cm, stigma warna putih.

Spesimen SG 07, 22 November 2008 (fl) (MEDA-USU)

Distribusi Thailand, Sumatera, Semenanjung Malaysia,

Singapore, Sarawak, Sabah dan Kalimantan

(Nurainas & Yunaidi, 2007).

Habitat Jenis ini hidup pada habitat teresterial dan terdapat di daerah yang cukup lembab dengan

intensitas cahaya yang rendah. Hidup pada

(46)

A B

C D

Gambar 4.3.7 Globba pendulaROXB.

A. Menampakkan perawakan keseluruhan B. Bulbil C.1 Bunga D.1

Petiole 2. Ligula.

(47)

4.3.8Hedychium cylindricum Ridl.

Herba soliter, tinggi ± 97 cm. Rimpang berada dalam tanah, warna daging putih

kecoklatan, tidak beraroma, jarak antar shoot 3,4 cm. Pseudostem warna merah,

tinggi 1,2 cm, diameter 1,44 cm. Lamina bagian atas warna hijau dengan

bercak-bercak kuning, permukaan licin, bagian bawah warna hijau, permukaan kasap, ujung

meruncing, pangkal runcing, tepi daun rata, panjang 34,5 cm, lebar 7,3 cm. Vagina

warna hijau, panjang 19 cm. Ligula warna coklat, permukaan licin, bentuk selaput

tipis, panjang 30 cm. Perbungaan terminal, warna putih, panjang 30 cm, tangkai

bunga warna hijau, bentuk sisik lanset, panjang 6,5 cm. Bracteole warna coklat dengan ujung membulat, panjang 2,51 cm, lebar 0,37 cm. Calyx warna coklat,

permukaan licin, ujung membulat, panjang 1,45 cm, lebar 0,22 cm. Corolla bentuk

lanset, warna putih dengan panjang 3,1 cm. Lip warna putih dan berbelah dua,

panjang 3,5 cm, lebar 1,1 cm, ujung runcing, warna putih, pangkal rata berwarna

putih, bagian tengah warna putih. Androecium warna stamen putih kekuningan,

posisi tegak, anther panjang 0,8 cm, lebar 0,3 cm, filamen panjang 4,4 cm, warna

putih. Lateral staminode memanjang, warna coklat, panjang 3,8 cm, lebar 0,2 cm.

Petal warna coklat, panjang 3,5 cm, lebar 0,1 cm. Lateral staminode bentuk jorong,

warna putih, panjang 3,2 cm, lebar 2,0 cm. Gynoecium pistillum warna putih, stylus

panjang 4,3 cm, stigma bentuk bulat dan berwarna berwarna hijau, permukaan

berbulu. Buah bentuk kapsul, warna buah mentah hijau, panjang 1,4 cm, bau tidak

beraroma.

Spesimen SG 08, 22 November 2008 (fl+ft) (MEDA-USU)

Distribusi Malaya, Sumatera, Borneo (Newman, et.al., 2004).

Habitat Jenis ini hidup pada habitat teresterial dan terdapat di daerah yang cukup lembab sampai daerah yang

terbuka dengan cahaya matahari yang cukup.

(48)

A B

C D

Gambar 4.3.8 Hedychium cylindricum Ridl.

A. Menampakkan perawakan keseluruhan B. Perbungaan terminal C.

Buah D.1 Petiole 2. Ligula

(49)

4.3.9Hornstedtia scyphifera (Koenig) Steud.

Herba berumpun, tinggi ± 273 cm. Rimpang di atas tanah, warna kulit coklat, permukaan licin, bentuk sisik membulat, warna coklat, permukaan licin, warna daging

coklat, tidak beraroma, jarak antar shoot 4 cm. Stilt roots warna coklat kemerahan,

permukaan berbulu halus, tinggi 38,5 cm. Pseudostem warna coklat, tinggi 1,1 cm,

diameter 1,8 cm. Lamina bagian atas licin, warna hijau, bagian bawah kasp, warna

hijau, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi daun rata, panjang 21,5 cm, lebar 8 cm,

jumlah lembaran daun 28. Vagina warna hijau, panjang 72 cm. Ligula warna hijau

dengan bercak-bercak merah, permukaan berbulu halus, bagian ujung membulat,

berbentuk selaput lunak, panjang 1,36 cm. Perbungaan muncul dari rimpang dengan

bractea warna merah bercak-bercak hitam, panjang 13,4 cm. Tangkai Perbungaan

warna coklat, panjang 3 cm, permukaan sisik berbulu rapat, bentuk sisik runcing.

Calyx bentuk lanset, ujung runcing, warna merah, panjang 1,8 cm, lebar 0,7 cm,

permukaan licin. Corolla bentuk lanset, warna merah, panjang 2,3 cm, lebar 0,5 cm

permukaan licin. Lip bentuk lanset, warna merah, panjang 2,2 cm, lebar 0,5 cm, ujung

runcing, warna merah kekuningan, pangkal merah, margin warna merah, central

warna merah. Bractea bentuk lanset, warna hijau sampai merahbercak hitam, panjang

7,2 cm, lebar 2,3 cm, permukaan kasar. Bracteole bentuk memanjang, warna merah,

panjang 4,7 cm, lebar 0,5 cm. Pedicel panjang 7,8 cm, warna merah.

Spesimen SG 09, 22 November 2008 (fl) (MEDA-USU)

Distribusi Sumatera, Semenanjung Malaysia, Sarawak (Nurainas & Yunaidi, 2007).

Habitat Jenis ini hidup pada habitat teresterial dan terdapat di daerah yang cukup lembab dan

daerah yang sedikit terbuka pada daerah yang

cukup cahaya. Hidup pada ketinggian

1200-1300 mdpl.

(50)

A B

C D

Gambar 4.3.9 Hornstedtia scyphifera (Koenig) Steud.

A. Menampakkan rumpun keseluruhan B. Perbungaan C.1 Petiole 2

Ligula D. Stilt roots

(51)

Herba berumpun, tinggi ± 270 cm. Rimpang lunak dan berdaging, berada dalam tanah, warna kulit putih kecoklatan, permukaan sisik kasar, warna daging putih,

beraroma tajam, jarak antar shoot 5,5 cm. Pseudostem bergetah, warna hijau

kekuningan, tinggi 3,5 cm, diameter 3,8 cm. Lamina bagian atas dan bawah warna

hijau dan permukaan licin, ujung meruncing, pangkal meruncing, tepi daun rata,

panjang 42 cm, lebar 9,5 cm. Tangkai daun warna hijau, panjang 1,4 cm, pangkal

bagian bawah membengkak. Vagina warna hijau kekuningan, panjang 56 cm. Ligula

warna coklat dengan ujung membelah, permukaan berbulu halus, bentuk selaput

lunak, panjang 0,5 cm. Perbungaan muncul dari rimpang dengan posisi berada diatas

tanah, bractea warna merah muda, panjang 15 cm. Tangkai Perbungaan warna

merah muda, panjang 17 cm, warna coklat. Bracteole meruncing, warna kuning,

panjang 1,9 cm, lebar 0,31 cm. Calyx warna kuning, bentuk lanset, permukaan licin,

bagian ujung bergigi 2, panjang 2 cm, lebar 0,3 cm. Corolla warna merah, bentuk

lanset, panjang corolla tube 8,7 cm. Petal bentuk lanset dengan ujung tumpul, panjang

2,1 cm, lebar 0,4 cm. Lip warna kuning, panjang 1,9 cm, lebar 1,8 cm, bagian ujung

berbelah 3, warna kuning, bagian tengah rata, bagian tepi dan tengah berwarna

kuning. Androecium warna stamen kuning, posisi anther menempel pada petal,

panjang 1,2 cm, lebar o,2 cm, panjang filamen 2,6, warna kuning. Gynoecium dengan

warna pistillum kuning, panjang stillus 2,8 cm, bentuk stigma segitiga berwarna

kuning dengan bagian ujung berbulu.

Spesimen SG 10, 22 November 2008 (fl) (MEDA-USU)

Distribusi Kepulauan Kamerun, Malaya, Sumatera, Borneo (Sari, 2007).

Habitat Jenis ini hidup pada habitat teresterial dan

terdapat di daerah yang cukup lembab dan

ternaungi dengan intensitas cahaya yang rendah.

(52)

A B

C

Gambar 4.3.10 Zingiber multibracteatum Holtt.

A. Perbungaan aksilar B.1 Petiole membengkak 2. Ligula membelah C. Bunga

(53)

Tumbuhan dapat memiliki variasi morfologi dan anatomi sesuai dengan letak,

ketinggian dan sifat tanahnya. Variasi ini akan semakin besar jika variasi habitatnya

juga besar. Berdasarkan hasil koleksi Zingiberaceae di Kawasan Agrowisata Hutan

Taman Eden 100 Kab. Toba Samosir Sumatera Utara dibuat deskripsi morfologinya.

Ciri morfologi yang dipakai bagian vegetatif dan bagian generatif seperti

bunga dan buah. Selanjutnya dari data morfologi dibuat pengelompokkan kesamaan

taksonominya dalam bentuk phenogram dengan NTSYS versi 2.0.

Gambar 4.4 Phenogram Famili Zingiberaceae

Coefficient

0.27 0.44 0.61 0.79 0.96

Et.ela

Et.sp1

Et.sp2

Horns

Geost

Glo.pat

Glo.pen

Glo.mar

Hedy

(54)

Keterangan Gambar:

Horns : Hornstedtia scyphifera (Koenig) Steud.

Dari gambar phenogram famili Zingiberaceae diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa Etlingera elatior dan Etlingera sp. 1 memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dilihat dari ciri morfologi yang dimiliki yaitu memiliki perawakan tinggi lebih

dari 5 m, tangkai perbungaan tinggi, memiliki rimpang berdaging, bangun daun lebar

memanjang, dan bentuk buah. Tapi kedua jenis berkerabat jauh dengan Etlingera sp.2. Hal ini dilihat dari ciri morfologinya yaitu perawakan kurang dari 2 m, tangkai

perbungaan hampir tidak ada, rimpang keras tidak berdaging, bangun daun jorong.

Etlingera sp.2. berkerabat dekat dengan Hornstedtia scyphifera, hal ini dilihat dari cirri morfologi yang dimilikinya yaitu perawakannya kurang dari 2 m, perbungaan

aksilar, tangkai perbungaan hampir tidak ada, rimpang keras tidak berdaging.

Selanjutnya, Globba pendula dan Globba patens memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat dan kedua jenis ini juga berkerabat dekat dengan

Globba marantina jika dibandingkan dengan Hedychium cylindricum. Hal ini sesuai dengan ciri morfologi yang dimiliki yaitu perawakan yang pendek kurang dari 1 m,

bangun daun jorong, bentuk daun, tepi daun, pangkal daun, warna dan letak bunga

yang terminal, adanya bulbil dan appendages. Sedangkan Hedychium cylindricum

memiliki ciri dengan perawakan yang tinggi lebih dari 1 m, bunga warna putih,

(55)

4.5 Peta Penyebaran Jenis-Jenis Zingiberaceae di Kawasan Agrowisata Hutan

Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara.

Peta penyebaran jenis-jenis Zingiberaceae di Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden

100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara dapat dilihat dengan menggunakan

software ArcView GIS 3.3. Adapun data yang digunakan adalah titik ordinat setiap

jenis Zingiberaceae yang ditemukan pada lokasi penelitian (Gambar 4.5).

Dari Gambar 4.5 diketahui bahwa terdapat beberapa jenis Zingiberaceae yang

penyebarannya luas yaitu Zingiber multibracteatum dan Hornstedtia scyphifera, dan jenis Zingiberaceae yang penyebarannya sempit dari jenis Geostachys decurvata

(56)
(57)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian jenis-jenis Zingiberaceae yang telah dilakukan di

Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir Sumatera

Utara dapat disimpulkan bahwa:

a. Zingiberaceae ditemukan sebanyak 10 jenis yang termasuk ke dalam 6 genera

yaitu, Etlingera, Geostachys, Globba, Hedychium, dan Zingiber. Dimana genus yang paling banyak jenisnya adalah Etlingera dan Globba yaitu masing-masing sebanyak 3 jenis.

b. Zingiberaceae yang penyebarannya luas yaitu jenis Zingiber multibracteatum

dan Hornstedtia scyphifera, dan jenis Zingiberaceae yang penyebarannya sempit yaitu jenis Geostachys decurvata dimana jenis ini hanya dijumpai pada satu titik saja.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi tentang jenis-jenis Zingiberaceae di

Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden 100 pada waktu dan musim yang berbeda

dengan cakupan yang lebih luas untuk melengkapi data agar lebih lengkap dan akurat

dan diharapkan kepada instansi terkait agar dapat menjaga kelestarian di Kawasan

Agrowisata Hutan Taman Eden 100 yang merupakan salah satu habitat alami bagi

jenis Zingiberaceae.

Untuk pengelolaan dan pemanfaatan hasil penelitian lanjutan yang lebih baik

disarankan membuat spesimen hidup dan dikelola dan dikulturkan di Botanical

Gambar

Tabel 4.1 Jenis-jenis Zingiberaceae di Kawasan Agrowisata
Gambar 2.1 Beberapa bunga Zingiberaceae. A. Hedychium, dengan staminoid yang panjang dan bebas dari lip
Tabel 4.1 Jenis-jenis Zingiberaceae di Kawasan Agrowisata Hutan Taman Eden
Gambar 4.3.7 Globba pendula ROXB.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hendro Gunawan, MA

Jika Rangkaian dan penyambungan anda benar, maka akan muncul tulisan seperti dibawah ini, jika masih ada error silahkan cek kondisi IC Mikro dan penyambungannya sudah betul belum..

According Bitar (2003), a firm needs three generic dynamics capability to generate multiple capabilities or competences in turbulent environment, such as: absorptive capacity,

2. Meminimumkan biaya pemesanan dan biaya pengadaan persediaan barang Pada dasarnya laporan inventori dimaksudkan untuk mengajukan informasi mengenai keadaan atau kondisi

Karena pihak Amerika Serikat siap dengan alasan-alasannya, bahwa jika persetujuan tersebut dianggap mengikat, bukan dapat diartikan juga untuk

Bersama ini kami informasikan kepada Bapak/Ibu peneliti dan pengabdi, bahwa kontrak penelitian dan pengabdian skim kemenristek dikti yang sudah ditanda tangani ketua LPPM, sudah bisa

Persentase Jumlah penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan, jumlah pembinaan yang dilakukan kecamatan kepada desa dan kelurahan secara berkala dan jumlah

This results in geometric distortions and ghosting effects in the original multispectral images, which requires image registration for performing band co-registration correction to