• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal :Konstipasi di Ruang Rindu B3 Bedah Orthopaedi RSUP HAM Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal :Konstipasi di Ruang Rindu B3 Bedah Orthopaedi RSUP HAM Medan"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PBLK

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal : Manajemen Konstipasi di Ruang RB3 Bedah

Orthopaedi

RSUP H. Adam Malik Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajaran Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh

Melati Ramadani Br Ginting 071101016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadhirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek belajar lapangan komprehensif dengan judul “Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal :Konstipasi di Ruang Rindu B3 Bedah Orthopaedi RSUP HAM Medan. Penulisan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini merupakan suatu tugas akhir bagi setiap mahasiswa jurusan keperawatan dan menjadi syarat utama untuk memperoleh gelar Ners di Fakultas Keperawatan USU. Laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini terlaksana karena arahan, masukan, dukungan dan koreksi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 3. dr. Dedi Artadinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

4. Bapak Achmad Fathi, S.Kep, MNS, selaku dosen pembimbing laporan praktek belajar lapangan komprehensif penulis dalam Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan laporan ini.

5. Ibu Salbiah, S.Kp,M.Kep selaku Koordinator Mata Ajar Praktik Belajar Lapangan Komprehensif yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti PBLK

(4)

doa kepada penulis dalam menyelesaikan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini.

7. Kepada seluruh staf pengawai ruangan di ruang RB3 RSUP H. Adam Malik Medan yang telah banyak membantu pelaksaanan praktek lapangan ini.

8. Terima kasih kepada teman-teman tang saya sayangi Donal Bakri, Rianti Pramita, Erwina Irwan, Rini Lestari, Tri Ratna Ritonga, Novinda Sari, Yutiva Irnanda yang selama ini telah bersama-sama saling mendukung dalam penyelesaian studi.

9. Teman-teman sejawat profesi stambuk 2007 yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas bantuan , dukungan dan semangatnya selama ini.

Akhir kata penulis berharap laporan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, Juli 2012

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Skema ... vii

Daftar bagan ... viii

Daftar Lampiran ... ix

Abstrak ... x

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ... 1

B. Tujuan ... ... 3

C. Manfaat Penulisan ... ... 3

BAB 2 PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar ... 5

B. Analisa Ruangan Rawat ... 20

1. Pengkajian ... 20

2. Analisa Situasi ... 45

3. Rumusan Masalah ... 50

4. Rencana Penyelesaian Masalah ... 51

5. Implementasi ... 55

6. Evaluasi ... 56

BAB IIIPENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori ... 58

B. Tinjauan Kasus ... 85

1. Pengkajian ... 85

2. Diagnosa Keperawatan ... 85

3. Intervensi Keperawatan ... 86

4. Implementasi dan Evaluasi ... 87

5. Ringkasan Keperawatan Klien Pulang ... 90

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah tenaga perawatan yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB2B berdasarkankategori asuhan keperawatan menurut

Depkes (2002)……….... 24 Tabel 3 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap

RB3 berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut

Douglas(1975)……..………25 Tabel 4 Definisi konstipasi sesuai dengan International

(7)

DAFTAR SKEMA

(8)

DAFTAR BAGAN

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Instrumen Pengkajian Sistem Manajemen Keperawatan

2. Kuesioner Pengkajian Kepemimpinan Kepala Ruangan di RB3 3. Instrumen pengkajian Kepuasan Kerja Perawat

4. Instrumen Pengkajian Tingkat kepuasan Pasien di RB3 RSUP HAM Medan

5. Bahan Sosialisasi Asuhan Keperawatan Konstipasi Kepada Perawat di Ruang RB3 RSUP HAM Medan

6. Standar Operasional Prosedur Manajemen Konstipasi 7. Leaflet manajemen konstipasi

(10)

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal : Manajemen Konstipasi di Ruang RB3 Bedah Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan

Melati Ramadani Br Ginting

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fkep USU ABSTRAK:

Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata seperti pada saat bekerja dengan memberikan kesesempatan untuk meningkatkan kemampuan adalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah di peroleh selama pendidikan. Kegiatan PBLK ini diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktek. Praktek belajar lapangan ini dilakuakan di ruang Rindu B3 bedah orthopaedi RSUP HAM Medan selama 4 minggu, dimulai sejak tanggal 11 juni sampai 7 juli 2012. Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan di ruang Rindu B3 bedah orthopaedi didapat salah satu salah satu fenomena kasus yaitu konstipasi pada pasien fraktur. Konstipasi merupakan persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak puas buang air besar, terdapat rasa sakit, perlu ekstra mengejan atau feses yang keras yang disebabkan oleh banyak faktor. Pada pasien dengan fraktur konstipasi terjadi akibat tingkat immobilitas yang rendah, konsumsi serat dan cairan yang tidak adekuat serta ketidaknyamanan saat melakukan defekasi. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pendidikan kesehatan kepada pasien fraktur yang mengalami konstipasi serta merencanakan metode operan bed to bed dengan mengevaluasi pola eliminasi bowel pasien fraktur setiap harinya yang bertujuan untuk mencegah terjadinya konstipasi. Dari hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan di dapat data bahwa kejadian konstipasi pada pasien fraktur berkurang, perawat sudah melakukan evaluasi mengenai pola eliminasi bowel setiap operan bed to bed.

(11)

Management Services and Nursing care of Patient withMuskuloskeletalDisorders: Constipation in Rindu B3 Orthopaedic Surgery RSUP H. Adam Malik Medan

Melati Ramadani Br Ginting

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi FKep USU

ABSTRACT:

Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) is one of study that have pusposed student meet a real fact when working by giving an opportunityto their application in theory andconcepts that they got in collage. PBLKactivityis expectedto provide inputdirectlytoan increase innursing servicesat the site ofthepracticefield. PBLK was done in Rindu A2RSUPH.AdamMalikMedanfor 4weeks, starting June 11untilJuly 7, 2012. The results ofthe assessmentthat has beendone in RB3orthopedic surgeonobtainedaphenomenonthat isthe case

ofconstipationin patients withfractures. Constipationis aperception

ofboweldisturbancein the form ofreduced frequency ofdefecation,sensation

ofunsatisfieddefecation,there ispain,needan

extrapushorhardstoolscausedbymanyfactors. Patients

fracturewithconstipationcausedbylowlevels ofimmobility,fiberandfluidintakeis not adequateanddiscomfortduringdefecation. Toovercome thisneed to be done health educationto patients with constipationand planmethods ofoperantbedtobedtoevaluatethe pattern ofbowelelimination of patient with constipation everydaywhich aimsto preventconstipation. From the results ofthe evaluationexercise ofthe activities can be found that incidence ofconstipationcan be reduce, nurseshaveto evaluatethepattern ofboweleliminationeveryhand overbedtobed

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif merupakan mata kuliah yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata seperti pada saat bekerja dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktik.

Pada akhir kegiatan PBLK ini diharapkan mahasiswa mampu mensitesa ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional, baik kepada individu, keluarga, maupun masyarakat. Selain pada pengelolaan manajemen asuhan keperawatan, juga mampu melakukan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan.

Praktik Belajar Lapangan ini dilakukan di Instalasi Rindu B3 RSUP H. A. Malik Medan selama 4 minggu, dimulai sejak 11 juni – 8 juli 2012. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK ini mencakup manajemen pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan pada lahan praktik dan pasien kelolaan.

(13)

kepada pasien fraktur yang mengalami konstipasi. Sedangkan untuk manajemen ruangan dilakukan pada ruangan Rindu B3 Bedah orthopaedi sesuai dengan masalah yang ditemukan dari hasil analisa pada unsur methode dalam pemberian suhan keperawatan konstipasi.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan pada pasien fraktur yang di rawat di ruang RB3 bedah orthopaedi bahwa banyak pasien yang mengalami konstipasi dan sulit untuk bunag air besar. Sekitar 60% dari pasien yang mengalami konstipasi tersebut mengatakan enggan untuk buang air besar dan kurnag mengkonsumsi air serta serat yang cukup. Alasan lain yang menyebabkan pasien-pasien fraktur sulit untuk buang air besar adalah rasa nyeri yang menyebabkan pasien dengan fraktur mengalami penurunan tingkat mobilitas fisik yang berdampak pada penurunan motilitas usus juga sehingga dapat menyebabkan pasien mengalami konstipasi.Oleh karena itu penulis akan melakukan pengelolaan manejemen pelayanan dan manejemen keperawatan dengan pasien fraktur yang mengalami konstipasi di ruangan rindu B3 Bedah Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan.

B. Tujuan

(14)

C. Manfaat 1. Mahasiswa

Manfaat dari kegiatan PBLK ini bagi mahasiswa yaitu diharapkan mampu mencapai kompetensi utama perawat profesional yaitu mengelola manajemen asuhan keperawatan pada klien secara individu dan pengelolaan pelayanan keperawatan dengan menggunakan metode asuhan keperawatan pada ruang rawat secara professional.

2. Intitusi Keperawatan

Manfaat bagi institusi keperawatan yaitu menghasilkan mahasiswa profesi keperawatan yang mampu memenuhi karakteristik esensial profesi keperawatan yaitu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang diperlukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, mampu menyelesaikan masalah secara ilmiah yang ditumbuhkan secara langsung berhubungan dengan pasien dan dalam membantu memenuhi kebutuhan pasien melalui tahapan proses keperawatan, memiliki sikap dan tingkah laku profesional yang dituntut dari seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan kehidupan profesi dan mampu belajar aktif dan mandiri pada pengalaman praktik di lapangan.

3. Lahan Praktek

(15)

BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar

1. Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 1990 ).

Manajemen merupakan proses penyelesaian pekerjaan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Manajemen juga merupakan proses mengumpulkan dan mengorganisirsumber-sumber dalam mencapai tujuan melalui kerja orang lain yang mencerminkan dinamika organisasi. Sistem manajemen memiliki beberapa elemen penting yaitu

Man, Methode, Material, Money, dan Machine. Manajer keperawatan dituntut

untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang holistik. (Bahtiar, 2002)

2. Fungsi Manajemen

Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian),

Staffing(kepegawaian), Directing (pengarahan), Controlling

(16)

a. Planning (Perencanaan)

Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.

Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

Tujuan Perencanaan:

• Upaya koordinasi: bagaimana memberikan arahan. Semua personel paham akan kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya dalam mencapai tujuan (mandiri/ tim) melalui pengorganisasian.

• Mengurangi dampak perubahan, misalnya: konflik peran.

• Meminimalkan hasil yang sia-sia, efektif dan efisien dan menghindari pengulangan kegagalan.

• Menetapkan standar pengontrolan/ pengendalian: membandingkan kinerja dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan.

(17)

Prasyarat Perencanaan

Sederhana, jelas tujuan, hasil yang akan dicapai, berdasarkan kebijakan dan prosedur yang berlaku, prioritas, perlibatan aktif, praktis, fleksibel, berkesinambungan, dan mempunyai kejelasan metode evaluasi.

Langkah-langkah dalam Perencanaan • Pengumpulan data

• Analisa lingkungan (SWOT: strength, weakness, opportunities, treaths) • Pengorganisasian data: pilih data yang mendukungdan data yang

menghambat

• Pembuatan rencana: tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode yang digunakan.

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999).

(18)

Manfaat

Didalam proses manajemen pengorganisasian bermanfaat untuk:

1. Penjabaran terinci semua kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

2. Pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan perorangan atau kelompok

3. Mengatur mekanisme kerja dan komunikasi antar masing-masing anggota kelompok

Manfaat pengorganisasian, akan dapat diketahui: 1. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok

2. Hubungan organisatoris antara orang-orang didalam organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya

3. Pendelegasian wewenang

4. Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik

Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi:

1. Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan secara efektif

2. Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi 3. Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama, pola

hubungan antar kegiatan yang berbeda, penempatan tenaga yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang efektif antar perawat

(19)

1. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok. Tugas pokok staf dan prosedur kerja merupakan dokumen dari fungsi pengorganisasian digunakan sebagai panduan kinerja staf.

2. Hubungan organisasi antara manusia yang menjadi anggota atau staf sebuah organisasi. Hubungan ini akan terlihat pada struktur organisasi. 3. Pendelegasian wewenang. Manajer atau pimpinan organisasi akan

melimpahkan wewenang kepada staf sesuai dengan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka.

4. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi. Tugas staf dan pemanfaatan fasilitas fisik harus diatur dan diarahkan semaksimal mungkin. Untuk membantu staf baik secara individual maupun sekelompok mencapai tujuan organisasi.

Tahapan Dalam Pengorganisasian

1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tujuan organisasi sudah disusun pada saat fungsi perencanaan

2. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini pemimpin yang mengemban tugas pokok organisasi sesuai dengan visi dan misi organisasi.

3. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam suatu kegiatan yang praktis 4. Menetapkan pola kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan

menyediakan fasilitas pendukung yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya.

5. Penugasan personal yang cakap yaitu memilih dan menempatkan staf yang dipandang mampu melaksanakan tugas.

(20)

Prinsip- prinsip Pengorganisasian 1. Pembagian kerja

2. Pendelegasian tugas 3. Koordinasi

4. Manajemen waktu 5. Kesatuan komando

c. Actuating (pergerakan)

Actuating (pergerakan) adalah melakukan kegiatan untuk mempengaruhi

orang lain agar mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas, demi tercapainya tujuan bersama. Dalam hal ini diusahakan agar orang lain yang diperintah tidak hanya semata-mata menerima lisan dari atasan, tetapi bergerak hatinya untuk menyelesaikan tugasnya dengan keadaan sendirinya.

Ada tiga tipe pergerakan yang dapat dijadikan acuan, yaitu: 1. Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat ditinjau dari empat sisi: a. Pola dasar kepemimpinan

b. Komponen peristiwa kepemimpinan c. Tipe kepemimpinan

d. Figure kepemimpinan 2. Motivasi Kerja

Yang dimaksud dengan motivasi kerja adalah dorongan yang menyebabkan seseorang mampu melaksanakan suatu pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Motivasi kerja terbagi tiga jenis yaitu motivasi, factor motivator, dan factor demotivator.

(21)

KISS adalah akronim yang berarti koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi, sedangkan komunikasi merupakan penambahan.

d. Controling (pengendalian/ evaluasi)

Controlling adalah proses pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi

sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditetapkan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi (Fayol, 1949 dikutip Swanburg, 2002).

Tugas seorang manajerial dalam usaha menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut:

a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur.

b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

c. Standard untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.

d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.

Terdapat 10 karakteristik suatu sistem kontrol yang baik: a. Harus menunjukkan sifat dari aktifitas

b. Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera c. Harus memandang kedepan

(22)

e. Harus objektif f. Harus fleksibel

g. Harus menunjukkan pola organisasi h. Harus ekonomis

i. Harus sudah ekonomis j. Harus mudah dimengerti

k. Harus menunjukkan tindakan perbaikan

Ada 2 metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan keperawatan, yaitu:

a. Analisa data

Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya ukuran fisik saja dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.

b. Kotrol Kualitas

Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.

Manfaat pengawasan

Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat maka akan diperoleh manfaat:

a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja

(23)

c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar

d. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan kerja

3. Standard Asuhan Keperawatan

Standard Praktek keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (Nursalam, 2002), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi, sebagai berikut :

1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi, pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang

Standard 1 : Pengkajian keperawatan

Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat diperoleh, dikomunikasikan, dan dicatat.

Kriteria Pengkajian meliputi :

2. Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lain.

Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi : a) Status kesehatan pasien masa lalu

b) Status kesehatan pasien saat ini

c) Status biologis-psikologis-sosial-spritual d) Respon terhadap terapi

(24)

Standard 2 : Diagnosa Keperawatan

Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan.

Adapun kriteria proses :

1. Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah, perumusan diagnosa keperawatan.

2. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).

3. Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa keperawatan.

4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.

Standard 3 : Perencanaan keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien.

Kriteria proses, meliputi :

1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan

2. Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan

3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien

(25)

Standard 4 : Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses Asuhan Keperawatan.

Kriteria proses, meliputi :

1. Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan 2. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien. 4. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai

konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan

5. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon pasien.

Standard 5 :Evaluasi

Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.

Adapun kriteria prosesnya:

1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus

2. Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah pencapaian tujuan

3. Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat

4. Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi perencanaan keperawatan

5. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan

(26)

4. Model Asuhan Keperawatan

Untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan, keperawatan primer dan sistem manajemen kasus (Kozier Erb, 1990 dikutip Priharjo R, 1995).

a) Metode Kasus

Disebut juga sebagai perawatan total ( total care ) yang merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam setiap shift. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru. b) Metode Fungsional

Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan dengan perawat profesional. Dalam model ini dibutuhkan pembagian tugas ( job doscription ), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode

ini cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan.

c) Metode Tim

(27)

karena kemajuan teknologi kesehatan dan perawatan. Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional ( registered nursing ), perawat praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk belajar. Hal pokok yang harus ada adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan.

Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien. Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.

d)Keperawatan Primer.

Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab selama 24 jam sehari, 7 hari /minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten.

(28)

kesehatan lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan perawatan. Perawat primer merupakan manajer garis terdepan bagi perawatan pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya.

e) Sistem Manajemen Kasus.

Ini merupakan sistem pelayanan keperawatan yang lebih baru dimana para manajer kasus ( case manager ) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manajer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti :

1. Dengan dokter dan pasien tertentu

2. Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit.

3. Dengan mengadakan diagnosa

Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi. f) Modifikasi : Keperawatan TIM-Primer

Pada model modifikasi keperawatan TIM-Primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model ini didasarkan pada beberapa alasan yaitu :

(29)

2. Keperawatan Tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim. 3. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan

keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.

Untuk ruang model modifikasi keperawatan TIM-Primer ini diperlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang).

B. Analisa Ruang Rawat 1. Pengkajian

a) Gambaran Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan RSUP. H. Adam Malik Medan merupakan Rumah sakit Umum Tipe A yang melayani seluruh lapisan masyarakat dan merupakan rumah sakit rujukan terbesar di Sumatera Utara juga sebagai rumah sakit pendidikan.

Adapun visi dan misi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah :

b) Visi RSUP. H. Adam Malik Medan

(30)

c) Misi RSUP. H. Adam Malik Medan

a. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu, dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

b. Berperan aktif dalam pelaksanan pendidikan, pelatihan, dan penelitian kesehatan yang profesional.

c. Melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien, akuntabel.

d) Falsafah RSUP. H. Adam Malik Medan

Memberi pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat secara profesional, efisien dan efektif sesuai standar pelayanan yang bermutu.

e) Motto RSUP. H. Adam Malik Medan

Mengutamakan keselamatan pasien dengan pelayanan PATEN: P : Pelayanan cepat

A : Akurat T : Terjangkau E : Efisien N : Nyaman

f) Pengkajian Ruangan RB3 Bedah Orthopaedi Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan

Pengkajian fungsi manajemen di Ruangan RB3 Bedah Orthopaedi melalui analisa situasi ruangan dan wawancara pada tanggal 11-14 Juni 2012 dengan menggunakan metode :

(31)

b. Observasi dilakukan oleh mahasiswa PBLK program profesi Ners F.Kep USU tahun ajaran 2012 meliputi observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, sistem kerja, dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. c. Penyebaran kuisioner, dilakukan pada tanggal 12-13 Juni 2012 kepada

perawat yang terdiri dari kepala ruangan, kepala grup, dan tim perawat pelaksana. Kuisioner yang dibagi yaitu tentang model kepemimpinan kepala ruangan dan kepuasan kerja perawat. Selain kusioner untuk perawat, keluarga pasien juga diberikan kuisioner tentang tingkat kepuasan keluarga pasien pada pelayanan.

Setelah data terkumpul, kemudian data dianalisa. Gambaran hasil analisa situasi ruangan di ruangan rindu RB3 Bedah Orthopaedi dideskripsikan sebagai berikut :

1) Man

a. Penghitungan Kebutuhan Tenaga Perawat

(32)

Ruang rawat inap RB3 memiliki 1 orang kepala ruangan, 2 orang kepala tim, 1 orang Clinical Instructure dan 22 orang perawat pelaksana dan 1 orang tenaga Tata Usaha. Tenaga perawat yang memiliki jenjang pendidikan formal sarjana keperawatan (S.Kep/ Ners) sebanyak 3 orang, D4 Kebidanan sebanyak 2 orang, D3 keperawatan sebanyak 21 orang dan SPK sebanyak 1 orang. Rata-rata tenaga perawat sudah mampu mengoperasikan komputer untuk pelaksanaan SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit).

Pada tanggal 12 Januari 2012 pendistribusian tenaga keperawatan yang ada di ruangan RB3 Bedah Orthopaedi sebagai berikut: pada shift pagi terdapat 15 orang perawat, shift sore 3 orang perawat, shift malam 3 orang perawat dan yang libur sebanyak 2 orang.

Pembagian jam kerja :

a. Shift Pagi : 08.00-14.30 WIB b. Shift Sore : 14.30-20.30 WIB c. Shift Malam : 20.30-08.00 WIB

Dari hasil pengkajian yang dilakukan, rata-rata jumlah pasien per hari di ruang rawat inap RB3 sebanyak 47 orang dengan jumlah tempat tidur sebanyak60 buah. Berdasarkan data tersebut diperoleh nilai BOR :

BOR : rata-rata pasien x 100% Tempat tidur pasien : 47 x 100% = 78,3% 60

(33)

No Kategori

Rata-rata jumlah pasien /hari

Rata-rata jam perawatan

/hari

Total perawatan/hari

1. Askep minimal 20 2 40

2. Askep sedang 15 3,08 46,20

3. Askep agak berat 7 4,15 29,05

4. Askep maksimal 5 6,16 30,80

47 146,05

1) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:

Jumlah total perawatan = 146,05 = 20, 86 orang Jam efektif perawat 7

2) Jumlah hari libur (loss day):

(Jumlah hari minggu/tahun + cuti + hari besar) x jumlah perawat Jumlah hari kerja efektif

(52+12+14)x20, 86= 5,68 orang 286

3) Pekerjaan Non Keperawatan

(Jumlah perawat yang dibutuhkan + jumlah hari libur) x 25 % (20, 86+ 5,68) x 25% = 6,63 orang

4) Jumlah kebutuhan perawat:

Jumlah perawat yang dibutuhkan + Jumlah hari libur + Pekerjaan non keperawatan

(34)
[image:34.595.93.543.170.499.2]

Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB3 menurut Depkes adalah 33 orang + 1 orang kepala ruangan = 34 orang.

Tabel 2. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB3 berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Douglas (1975)

N o

Kategori

Rata-rata pasien /hari

Jumlah kebutuhan perawat

Pagi Siang Malam

1.

Minimal care/mandiri

20

20 x 0,17 = 3,40

20 x 0,14 = 2,80

20 x 0,10 = 2,00

2.

Partial care

22

22 x 0,27 = 5,94

22 x 0, 15 = 3,30

22 x 0,07 = 1,54

3.

Total care

5

5 x 0,36 = 1,80

5 x 0, 30 = 1,50

5 x 0,20 = 1,00 Jumlah 47 = 11,14 = 7,60 = 4,54 Ket. tabel:

Jumlah kebutuhan perawat:

• Shift pagi = 11 perawat • Shift Siang = 8 perawat • Shift Malam = 5 perawat

Jumlah kebutuhan perawat/hari : 11 + 8 + 5 = 24 orang Faktor libur dan cuti = 25% x 24 = 6,00 = 6 orang perawat

(35)

Pagi + Siang + Malam + Libur+ 1 Karu + 2 Katim = 11 + 8 + 5 + 6 + 1 + 2 = 33 perawat

Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan menurut rumus Douglas bahwa perawat yang dibutuhkan sebanyak 33 orang. sehingga jika dibandingkan dengan jumlah tenaga perawat yang ada saat ini yaitu sebanyak 27 orang dengan rata-rata jumlah pasien ± 47 pasien per hari maka ruangan RB3 membutuhkan penambahan tenaga sebanyak 6 orang. Sedangkan menurut Depkes, dibutuhkan tenaga perawat sebanyak 34 orang sehingga kekurangan tenaga sebanyak 7 orang.

b. Pengadaan Tenaga Perawat

Perekrutan tenaga perawat di RB3 Bedah Orthopaedi dilakukan secara sentral melalui seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Pusat. Pengelola Ruangan RB3 Bedah Orthopaedi tidak terlibat secara langsung dalam perekrutan pegawai hanya saja berhak melakukan/mengajukan permintaan tambahan tenaga perawat di RB3 Bedah Orthopaedi kepada Kepala Kelompok Kerja (Kapokja). Kemudian Kapokja meneruskan ke Kepala Instalasi Keperawatan untuk selanjutnya permintaan tersebut diajukan ke bagian profesi bidang keperawatan untuk ditindaklanjuti.

Setiap pegawai baru diorientasikan oleh Kepala Ruangan selama lebih kurang 3 bulan dan dilakukan evaluasi setiap bulannya. Setelah memenuhi kriteria penilaian dari Kepala Ruangan maka perawat baru dapat diikut sertakan dalam jadwal dinas seperti perawat lainnya. Namun, penempatan pegawai baru tidak berdasarkan kompetensi di ruangan RA4 Bedah Saraf.

(36)

sendiri dan pendidikan non formal atau pelatihan. Adapun pelatihan yang pernah diikuti oleh perawat di RB3 Bedah Orthopaedi yaitu pelatihan manajemen bangsal, EKG, PPGD, dan lain-lain. Namun belum semua perawat pernah mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut. Pegawai yang dapat mengikuti pelatihan ditentukan berdasarkan senioritas, kepangkatan dan loyalitas.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada karu, terdapat penilaian hasil kerja yang dilakukan oleh karu berdasarkan DP3 per tahun dan penilaian kinerja dengan Indeks Kinerja Individu (IKI) yang dilakukan setiap bulannya oleh Karu dan Katim. Hal ini dilihat dari beberapa penilaian yang harus dicapai setiap perawat antara lain dari: kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, kepemimpinan.

c. Kepuasan kerja perawat dan gaya kepemimpinan di ruang RB3 Bedah Orthopaedi

Dari hasil kuisioner yang disebarkan kepada 14 orang perawat didapatkan bahwa 100% perawat merasa puas dalam pekerjaannya Dari hasil kuesioner gaya kepemimpinan yang telah dibagikan kepada 14 orang perawat didapat bahwa gaya kepemimpinan di ruang RB3 Bedah Orthopaedi bersifat demokratis.

d. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan

(37)

2) Metode a. Tujuan Pelayanan

Ruang RB3 Bedah Orthopaedi merupakan ruang rawat yang memberikan pelayanan terhadap pasien-pasien wanita dan pria dengan jenis penyakit bedah saraf.

Ruang RB3 Bedah Orthopaedi memiliki visi, misi, motto, falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan yaitu:

1. Visi

Membantu klien atau pasien untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui kegiatan asuhan keperawatan

2. Misi

Memberi bantuan kepada klien atau pasien untuk mengatasi masalah kesehatannya melalui pelayanan asuhan keperawatan yang profesional dengan menerapkan: senyum yang manis, sapa yang ramah, sentuh dengan kasih. 3. Motto

Perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan harus bersikap: senyum yang manis, sapa yang ramah, sentuh dengan kasih, tanggap.

4. Falsafah

(38)

5. Tujuan

Terlaksananya pelayanan asuhan keperawatan yang etis, bermutu, dengan penggunaan logistik, asuhan keperawatan secara efisien dan efektif sesuai dengan standar di RB3 Bedah Orthopaedi. Berdasarkan pengkajian diperoleh bahwa ruangan RB3 Bedah Orthopaedi memberikan pelayanan kesehatan untuk pasien dengan Umum, Askes, Jamkesmas, Jamkesda, dan SKTM. Standar pelayanan keperawatan di ruangan RB3 Orthopaedi adalah:

a. Pelayanan harus sesuai dengan standar pelayanan medis

b. Pelayanan yang diberikan adalah spesialis dan sub spesialis dan dilaksanakan secara terpadu

c. Setiap pasien mempunyai rekam medis yang lengkap dan jika pasien telah meninggalkan ruangan maka rekam medis akan di kembalikan paling lambat 2 x 24 jam

d. Adanya panduan orientasi bagi pasien dan keluarga

b. Struktur Organisasi

(39)

BAGAN RUANGAN INSTALASI RAWAT INAP RB3

Perawat Pelaksana 1. Ns. Risnawati, S.Kep 2. Dahniar Rosdewita, AMK 3. Sanni Manik, AMK 4. Amviaranti, AMK

5. Marintan Lbn. Toruan, AMK 6. Rosmi Situmorang, AMK 7. Rusnamaulina, AMK 8. Irmawati Tambun, AMK 9. Josefa H Marbun, AMK 10. Mariana Turnip, AMK

Perawat Pelaksana 1. Ida Nursanti, AMK 2. Herliana Pasaribu, AMK 3. Tutik Prihatin, AMK 4. Tuty Arika, AMK 5. Romala Siagian, AMK 6. Dhestri Herdiyanti, AMK 7. Lasma Siboro, AMK 8. Nursiah, AMK

9. Tantri R Pardede, AMK Kepala Tim II Adriana Manurung, AMK Kepala Tim I

Hobas Juniarti N, AMK Clinical Intructure Ns. Sri Rahmadani, S.Kep

(40)

Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas kepada perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Adapun uraian tugas dari masing-masing perawat di ruangan adalah sebagai berikut:

a)Kepala Ruangan Kedudukan

Kepala ruangan adalah seorang perawat profesional secara teknis fungsional bertanggung jawab kepada kepala bidang keperawatan melalui perawat pengawas keperawatan secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi.

Tugas Pokok

Membantu pelaksanaan bimbingan asuhan keperawatan penerapan etika keperawatan serta mengelola kegiatan asuhan keperawatan di ruangan.

Uraian Tugas

1. Mengatur pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan klien/ anggota keluarga.

2. Mengatur penempatan tenaga keperawatan di ruangan.

3. Mengatur penggunaan dan pemeliharaan logistik keperawatan agar selalu siap pakai.

(41)

5. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga baru, siswa/ mahasiswa, klien/ anggota keluarga baru.

6. Mendampingi dokter/ supervisor selama kunjungan visite

7. Mengelompokkan klien/ anggota keluarga menurut tingkat jenis kelamin untuk mempermudah asuhan keperawatan.

8. Menciptakan, memelihara suasana kerja yang baik antar petugas, klien/ anggota keluarga sehingga memberi ketenangan.

9. Mengadakan pertemuan berkala tenaga keperawatan minimal 2 kali perhari untuk membicarakan pelaksanaan kegiatan di rumah.

10.Memeriksa dan meneliti : pengisian daftar permintaan makanan, pengisian sensus harian, pengisian buku register, pengisian rekam medik.

11.Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan 5 tahapan: pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan.

12.Pertemuan secara rutin dengan pelaksana keperawatan. 13.Membuat laporan pelaksanaan kegiatan di ruangan b)Kepala Grup/ Kepala Tim

Kedudukan

(42)

Tugas Pokok

Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan standar profesi serta menggunakan dan memelihara logistik keperawatan secara efisien dan efektif.

Uraian Tugas

1. Bersama anggota group melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar. 2. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan group/ tim (group

petugas ganti) mengawasi : kondisi klien/ anggota keluarga, logistik keperawatan, administrasi rekam medik, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.

3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnya.

4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya. 5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.

6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter.

7. Membantu pelaksanaan rujukan.

8. Melakukan orientasi terhadap klien/ anggota keluarga baru mengenai : tata tertib ruangan RS, perawat yang bertugas.

9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan.

10.Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning service, mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang

(43)

11.Membantu Kepala Ruangan membimbing peserta didik keperawatan.

12.Membantu Kepala Ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan.

13.Menulis laporan tim mengenai klien/ anggota keluarga dan lingkungan. c) CI (Clinical Instructure)

Uraian Tugas

1. Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta didik. 2. Melakukan preconference dan membaca laporan pendahuluan.

3. Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca rekam medis pasien. 4. Membimbing peserta didik untuk meningkatkan komunikasi teraupetik. 5. Membimbing peserta didik dalam menerapkan rencana tindakan 6. Melakukan bed side teaching.

7. Melakukan ronde keperawatan.

8. Mengambil alih yang dilakukan peserta didik dalam situasi tertentu.

9. Melakukan postconference yang membahas tentang kegiatan peserta didik dalam melakukan asuhan keperawatan.

10.Membimbing peserta didik dalam rangka mengakhiri praktek di suatu ruangan.

(44)

12.Mengkordinasi bimbingan kepada penanggung jawab tugas sore dan malam.

d)Perawat Pelaksana Uraian Tugas

1. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar.

2. Mengadakan serah terima dengan group/ tim lain (group petugas ganti) mengenai kondisi klien/ anggota keluarga, logistik keperawatan, administrasi rekam medik, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.

3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnya.

4. Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya.

5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.

6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter.

7. Membantu pelaksanaan rujukan.

8. Melakukan orientasi terhadap klien/ anggota keluarga/ keluarga baru mengenai : tata tertib ruangan/ Rumah Sakit, perawat yang bertugas.

9. Menyiapkan klien/ anggota keluarga pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan.

(45)

11.Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan.

12.Membantu Kepala Ruangan membimbing peserta didik keperawatan. 13.Membantu Kepala Ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan

keperawatan serta tenaga keperawatan.

14.Menulis laporan tim/group mengenai kondisi klien/ anggota keluarga dan lingkungannya.

15.Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/ anggota keluarga/ keluarga.

a. Metode Asuhan Keperawatan

Metode Asuhan Keperawatan yang dianjurkan pihak rumah sakit adalah metode tim, namun berdasarkan observasi dan wawancara dengan beberapa perawat pelaksana ruang RB3 Orthopaedi.

Ketua tim akan melimpahkan beberapa tugas kepada perawat pelaksana dan perawat pelaksana akan melaporkan tugas yang telah dijalankan kepada ketua tim, sedangkan kepala ruangan akan mengawasi semua tugas yang dilaksanakan oleh ketua tim dan perawat pelaksana.

Jika terdapat konflik dalam ruangan, kepala ruangan beserta staf-stafnya mendiskusikan masalah tersebut melalui pertemuan saat pergantian shift dan segera diselesaikan

d. Timbang terima

(46)

diagnosa medis, terapi yang diberikan dan rencana terapi yang akan diberikan), diawali dengan berdoa yang dipimpin oleh salah seorang perawat, kemudian kepala ruangan membagi tugas, lalu pegawai malam melaporkan rawatan dan melihat langsung kondisi pasien. Kegiatan timbang terima ini dilakukan pada shift pagi, sedangkan pada shift sore dan malam dilakukan dengan serah terima antara perawat.

e. Pendokumentasian

Berdasarkan hasil pengkajian dan wawancara dengan kepala ruangan, RB3 Bedah Orthopaedi telah memiliki standar asuhan keperawatan (SAK) dan standar operasional prosedur (SOP). Sejak 10 Januari 2012 yang lalu, RSUP Haji Adam Malik telah diberlakukannya JCIA, telah disosialisasikan kepada perawat mengenai catatan terintegrasi (RM 14) dimana catatan dokter dan perawat berada dalam satu lembar catatan yang terintegrasi sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pemberian terapi medis dan tindakan keperawatan. Sedangkan pengkajian, diagnosa, intervensi dan evaluasi belum terdokumentasi dengan lengkap. Berdasarkan wawancara dengan perawat pelaksana hal ini disebabkan karena kurangnya tenaga perawat dan tingginya beban kerja, sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk menjalankan pendokumentasian askep.

Pemberian pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sudah dilaksanakan pada saat dokter melakukan visite dan bed side teaching namun hanya dalam bentuk lisan (belum menggunakan media dan tidak

(47)

Alur pengelolaan obat dimulai dari penulisan resep oleh dokter pada masing-masing status pasien, kemudian perawat memindahkan resep ke dalam kartu kendali yang kemudian akan diantarkan ke bagian depo farmasi. Setelah dari depo farmasi, obat-obat pasien dan kartu kendali diantar kembali ke ruangan, kemudian perawat yang membagikan obat ke masing-masing pasien.

g. Pengelolaan logistik

Pengadaan logistik di ruang RB3 Bedah Orthopaedi dikelola secara sentralisasi, dimana ruangan melakukan permohonan diajukan oleh penanggung jawab alat kepada Kapokja berdasarkan amprahan. Untuk bahan habis seperti alkohol, betadine, plester dan obat-obatan lainnya ruangan membuat permohonan amprahan ke depo.

Pengelolaan di ruang RB3 Bedah Orthpedi RSUP Haji Adam Malik Medan sebagai berikut:

1) Penggunaan alat tenun seperti laken, selimut dan bantal disediakan oleh rumah sakit

2) Penggantian alat-alat tenun bervariasi tergantung pada kebutuhan pasien yang biasanya tergantung kondisi kebersihan alat tenun.

3) Pencucian alat tenun dilakukan secara sentralisasi di ruang laundry, ruangan hanya mengantarkan alat tenun yang kotor dengan membuat bon. 4) Perawatan untuk alat/instrument seperti pinset, gunting, klem dan lain-lain

(48)

5) Perawatan untuk alat rumah tangga seperti tempat tidur dilakukan dengan perbaikan bila terjadi kerusakan sedangkan untuk bantal, tilam dan lainnya disimpan di gudang.

6) Penyimpanan alat tenun dilakukan secara baik yaitu disimpan dalam lemari alat tenun.

7) Alat pencatatan dan pelaporan seperti buku rawatan, buku visite, buku ekspedisi, buku pemeriksaan penunjang, buku injeksi, buku operan alat dan operan oksigen, jadwal dinas, buku denah ruangan dan pasien belum dikelola dengan baik.

h. Supervisi

Kepala ruangan juga berperan sebagai supervisor, dilakukan dengan cara pengontrolan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh anggotanya setiap hari pada pergantian shift dari mulai pengontrolan pasien bed to bed beserta pembacaan rawatan, pemberian asuhan yang optimal, pengontrolan alat-alat keperawatan kebersihan ruangan sampai pada kegiatan mahasiswa yang praktik atau dinas di ruang RB3 Bedah Orthopaedi.

(49)

Ruang RB3 Bedah Orthopaedi memiliki alur pendelegasian tugas sebagai berikut:

Kepala Ruangan

Ketua TIM Ketua TIM

Perawat Pelaksana

Skema . Alur Pendelegasian Tugas

Pembagian tim dilakukan oleh Kepala Ruangan dan tugas masing-masing anggota tim di bagi oleh ketua Tim. Tugas yang diberikan kepada masing-masing anggota tim dilakukan secara lisan. Sistem pendelegasian tugas keperawatan di ruang RB3 Bedah Orthopaedi dilaksanakan sesuai metode penugasan Tim dan selanjutnya Ketua Tim mendelegasikan kepada Perawat Pelaksana. Apabila salah satu Ketua Tim berhalangan dalam melaksanakan tugasnya, pelimpahan tugas diberikan kepada Perawat Pelaksana yang lebih berpengalaman dan senior di dalam timnya.

3) Material

(50)

ruangan yaitu ruangan bedah Orthopaedi (15-25), dan kamar kelas (1-11), ruangan kepala ruangan, ruangan PPDS dan perawat, gudang. Namun ruang RB3 Bedah Orthopaedi tidak memiliki ruang diagnostik, ruang perawat dan dokter yang terpisah serta wastafel yang belum mencukupi. Ruangan RB3 Bedah Orthopaedi sudah memiliki tempat sampah terpisah untuk sampah infeksi berwarna kuning dan non infeksi yang berwarna hitam, dan tempat sampah untuk setiap troli sudah tersedia. Selain itu terdapat juga jerigen untuk tempat sampah benda tajam. Di setiap depan ruangan tersedia handsrub sebagai pencuci tangan alternatif yang dapat digunakan perawat, dokter maupun keluarga pasien. Setiap keluarga pasien yang baru masuk ke ruangan dijelaskan tentang enam langkah mencuci tangan yang benar untuk dalam upaya pengendalian infeksi. Semua pasien sudah memiliki identitas berupa gelang pasien yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin dan nomor rekam medik.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruangan dan penanggung jawab instrumen ruangan bedah saraf telah memiliki alat-alat medis untuk melakukan tindakan keperawatan. Alat-alat tersebut umumnya dalam keadaan baik. Beberapa alat yang belum lengkap diantaranya alat perawatan luka, tiang infuse, regulator dan O2 central dijadikan sebagai permintaan tambahan barang kepada pihak rumah sakit. Peralatan medis yang terkait untuk mengkaji tanda-tanda vital sign tidak lengkap sehingga pemantauan tidak dapat dilakukan secara simultan.

(51)

baik. Beberapa fasilitas yang tersedia dalam jumlah sedikit dijadikan sebagai permintaan tambahan barang kepada pihak rumah sakit. Persediaan alat tenun di ruang bedah saraf belum memenuhi standar baik dalam hal jumlah maupun penggunaan. Berdasarkan hasil wawancara dari perawat pengganti laken dilakukan secara simultan. Sedangkan hasil wawancara dengan keluarga dan pasien penggantian laken tidak dilakukan sesuai standar karena perawat belum bisa mengontrol kondisi laken klien. Seluruh alat tenun yang ada di ruangan dalam keadaan baik.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruangan dan penanggung jawab obat-obatan di ruangan diperoleh bahwa ruangan bedah saraf memiliki persediaan obat-obatan emergency yang disimpan dalam lemari di ruang perawat. Obat-obatan tersebut belum tersusun rapi dalam wadah masing-masing dan tidak diberi label sesuai dengan nama obat. Persediaan barang-barang lainnya seperti cairan RL, Dextrose 5%, NaCl, Spuit juga telah memenuhi standar. Beberapa fasilitas yang tersedia dalam jumlah sedikit dijadikan sebagai permintaan tambahan barang kepada pihak rumah sakit.

(52)

4) Money

Ruang Bedah Saraf memiliki system budgeting yang diatur langsung oleh direktorat RSUP. H. Adam Malik Medan baik untuk pelayanan dalam pendanaan kesehatan bagi petugas kesehatan. Seluruh perawat mendapatkan tunjangan berupa gaji (sesuai golongan) dimana system penggajian melalui bagian keuangan (cash/ via Bank Bukopin), uang makan selama 22 hari kerja dalam sebulan dan diterima di akhir bulan, kecuali pegawai honor. Selain itu, perawat juga mendapat insentif (jasa medik). Dalam hal pembagian jumlah insentif, semua perhitungan diatur oleh instalasi, disesuaikan dengan kinerja perawat dan diserahkan proses pembagiannya oleh kepala ruangan. Perawat juga mempunyai jaminan pelayanan

(53)

2. Analisa SWOT di Ruang Inap RB3 Bedah Orthopedi RSUP Haji Adam Malij Medan Tanggal 11-16 Juni 2012 1. Man

Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Oppurtunity (Peluang) Threatened (Ancaman) • Adanya program rekruitmen dan seleksi

tenaga perawat dilakukan melalui seleksi penerimaan CPNS oleh DEPKES pusat dan rekruitmen tenaga honor oleh RS Haji Adam Malik sehingga diperoleh perawat sesuai dengan kriteria yang diharapkan. • Adanya uraian tugas perawat RS dan

Instalasi Kardiologi yang jelas sehingga setiap perawat mengetahui batasan tugas. • Tenaga perawat di RB3 sudah mengikuti

berbagai pelatihan yang meningkatkan kinerja perawat.

• Adanya program pelatihan yang diberikan bagi perawat yang ditentukan berdasarkan senioritas, kepangkatan, dan loyalitas yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja individu.

• Adanya penilaian hasil kinerja perawat (DP3) yang dilakukan secara berkala dalam 1 tahun oleh Karu dan Kapokja dan penilaian berdasarkan Indeks Kinerja Individu (IKI) yang meningkatkan kinerja

• Jumlah perawat di RB3 saat ini (26 perawat) dengan rata-rata jumlah pasien 47 orang per hari belum mencukupi untuk penerapan metode penugasan tim yang seharusnya membutuhkan 35 orang perawat.

• Jumlah dan tingkat ketergantungan pasien dibandingkan tenaga perawat belum seimbang.

• Perawat/bidan belum melakukan penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan secara optimal

• RS Haji Adam Malik Medan merupakan merupakan Rumah Sakit

tipe A sekaligus sebagai Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian (SK

MENKES NO. 502/MENKES/SK/IX/199

1).

• Adanya institusi

pendidikan keperawatan yang menyediakan SDM spesialisasi keperawatan (S2 Klinisi dan Sertifikasi).

• Adanya mahasiswa

profesi Ners, S1 Keperawatan, D3 Keperawatan/ Kebidanan

yang dinas di ruang rawat inap instalasi RB3 RSUP H. Adam Malik.

 Era globalisasi yang menuntut tenaga keperawatan yang profesional dan memiliki kompetensi pada bidang pelayanan keperawatan.

• Adanya rumah sakit lain yang mempunyai SDM yang lebih baik dan berkualitas.

 Anggapan masyarakat bahwa Rumah Sakit

(54)

perawat.

• Adanya izin khusus dari Karu kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan yang mendukung peningkatan SDM.

• Karu sudah pernah mengikuti pelatihan manajemen keperawatan yang dapat meningkatkan fungsi manajerial di ruangan.

• Sudah ada kebijakan internal bagi tenaga keperawatan untuk melanjutkan pendidikan.

• Permintaan masyarakat meningkat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan khususnya bedah Orthopedi

2. Metode

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Peluang) Threatened (Ancaman) • Ruang rawat inap RB3 memiliki struktur

organisasi sehingga membantu mengetahui hubungan kerja dan koordinasi sesuai dengan kedudukan dan jabatan.

• Mempunyai Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang diterapkan dalam setiap pelaksanaan tindakan mempermudah pendokumentasian asuhan keperawatan secara komprehensif.

• Tenaga perawat di RB3 telah mengikuti berbagai pelatihan yang meningkatkan kinerja perawat.

• Adanya pendelegasian tugas oleh Karu

• Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal berdasarkan standar asuhan keperawatan (SAK) dan standar operasional prosedur (SOP) dikarenakan beban kerja perawat yang tinggi. Hasil observasi mengenai kelengkapan askep dari 10 status pasien yang dipilih secara random :

- Pengkajian 70% tidak lengkap - Diagnose 80% tidak lengkap - Perencanaan 90% tidak lengkap - Implementasi 80% lengkap

•Berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kesehatan

No.983/MENKES/SK/XI/19 92 RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit pendidikan, penelitian dan rujukan.

• Tersedianya Askes,

Jamkesmas, Jamkesda, Medan Sehat, JKA dan UmumRSUP HAM di ruangan Kardiovaskular memiliki kesempatan dalam

• Adanya rumah sakit

lain yang mempunyai SDM

yang lebih baik dan berkualitas.

• Adanya tuntutan akan pelayanan yang lebih baik dan profesional. • Munculnya rumah

(55)

apabila Karu atau kepala Tim berhalangan untuk melaksanakan tugasnya pada hari tersebut.

• Supervisi dilakukan kepala ruangan setiap hari terhadap staf, dan logistik, sehingga setiap fungsi dan kinerja berjalan dengan baik.

• Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 14 responden tentang penilaian tingkat kepuasan pasien/ keluarga pasien terhadap pelayanan keperawatan di ruangan rawat inap RSUP HAM Medan diperoleh hasil dengan kriteria puas 93%.

• Adanya sosialisasi penggunaan dan perawatan alat-alat medis yang baru yang mendukung pemberian pelayanan keperawatan.

- Evaluasi 80 % lengkap tetapi belum sesuai dengan standar asuhan keperawatan

- Catatan perkembangan

terintegrasi (RM 14) 100% lengkap

• Pendidikan kesehatan masih jarang dilakukan perawat dan tidak didokumentasikan

• Kurangnya supervise dari katim terkait dengan pendokumentasian asuhan keperawatan

• Pelaksanaan operan bed to bed yang belum menjelaskan tentang masalah keperawatan yang dialami pasien terutama tentang manajemen konstipasi

memberikan pelayanan yang terjangkau.

persaingan yang ketat.

3. Material

Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Peluang) Treatened (Ancaman) • Ruangan rawat inap memiliki perawat

penanggung jawab khusus bagian logistik sehingga mendukung pengadaan dan penggunaan alat terkoordinir dengan baik. • Tersedianya format pendokumentasian

askep yang dapat memudahkan perawat dalam mendokumentasikan askep.

• Pengadaan bahan logistik yang belum berjalan dengan baik yang mempengaruhi kepuasan pasien di ruangna dalam menerima asuhan keperawatan

• Media penyuluhan yang belum lengkap (leaflet) terutama tentang

• Rumah sakit HAM Medan merupakan rumah sakit pusat pemerintah yang telah menjadi Badan Layanan Umum, yang memfasilitasi ruang inap RB3 dalam penyediaan logistik.

• Adanya persaingan mutu pelayanan antar Rumah Sakit. • Adanya RS yang

(56)

• Ruanganrawat inap RB3 sudah memiliki tempat pembuangan sampah yang terpisah untuk sampah infeksi dan non infeksi serta khusus benda tajam sehingga mengurangi angka penyebaran infeksi.

 Ruangan RB3 sudah menggunakan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yaitu sistem komputerisasi dalam pemasukan data (seperti layanan awal, visite dokter, tindakan untuk pasien dan lain-lain) ke pusat.

 Tersedianya peralatan code blue sebagai peralatan emergency memudahkan perawat dalam menangani pasien dalam kondisi gawat darurat di ruangan RB3.

pencegahan dan penatalaksanaan konstipasi

• RSUP H. Adam Malik Medan terpilih dalam JCIA sehingga tersedianya format pendokumentasian yang

sesuai standard internasional.

• Adanya bantuan/jaminan pembayaran dari DEPKES

yaitu Jamkesmas, Jamkesda, JKA, Medan

Sehat.

• Adanya PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) misalnya hasil keuntungan rumah sakit.

• Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik memiliki fasiltas pemeriksaan yang cukup lengkap dan canggih. • Adanya alat–alat

pemeriksaan fisik (tensimeter, stetoskop dan

(57)

4. Money

Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Peluang) Treatened (Ancaman) 1.Ruang Inap RB3 memiliki alur

pasien yang memakai bukti pembayaran Jamkesmas, Askes dan Umum.

1.Tidak adanya anggaran bagi perawat untuk melanjutkan pendidikan formal.

1. Adanya bantuan/jaminan bagi masyarakat melalui Jamkesmas, Jamkesda, JKA, JPKMS, dan perusahaan-perusahaan swasta yang bekerjasama dengan RSUP H.Adam Malik Medan.

2. Sistem penggajian melalui bagian keuangan (cash ataupun via Bank BUKOPIN dan ATM Mandiri. 3. RSUP HAM memberikan insentif

(jasa pelayanan) dan uang makan, kecuali pegawai honor tidak mendapatkan uang makan.

4. Sistem pembayaran biaya perawatan 1 pintu (sentral), adanya kasir terpadu.

1. Rumah sakit lain yang mempunyai donatur atau yayasan untuk meningkatkan

kebutuhan rumah sakit dengan dana yang tinggi.

(58)

3. Rumusan Masalah

Masalah adalah kesenjangan yang dapat diamati antara situasi/kondisi yang terjadi dengan situasi/kondisi yang diharapkan, atau kesenjangna yang dapat diukur antara hasil uyang mampu dicapai dengan tujuan/target yang akan dicapai. Masalah juga dapat dirumuskan dalam bentuk hambatan kerja, kendala yang dihadapi staf dalam pelaksanaan kegiatan program (Muninjaya, 2004). Berdasarkan hasil analisa situasi (SWOT), maka penulis merumuskan masalah yang terdapat di ruangan yaitu

1. Beban kerja perawat yang terlalu tinggi (jumlah perawat di RB3 saat ini 27 perawat dengan rata-rata jumlah pasien 47 orang per hari belum mencukupi untuk penerapan metode penugasan tim yang seharusnya membutuhkan 34 orang perawat). Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya pengkajian mengenai pola eliminasi bowel oleh perawat di ruang RB3 beedah orthopaedi

2. Standard operasional Prosedur (SOP) manajemen konstipasi belum ada 3. Pelaksanaan operan bed to bed yang belum menjelaskan masalah

keperawatan yang sering muncul akibat dari fraktur khususnya mengenai masalah konstipasi dan evaluasi mengenai pola eliminasi yang seharusnya dapat di lakukan oleh perawat saat operan bed to bed.

(59)

4. Rencana Penyelesaian Masalah

Planning of Action (POA)

No. Masalah Tujuan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Waktu

1 Man

5. Beban kerja perawat yang terlalu tinggi (jumlah perawat di RB3 saat ini 27 perawat dengan rata-rata jumlah pasien 47 orang per hari belum mencukupi untuk penerapan metode penugasan tim yang seharusnya membutuhkan 34 orang perawat). Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya pengkajian mengenai pola eliminasi bowel oleh perawat di ruang RB3 beedah orthopaedi

Peningkatan kualitas kinerja perawat

• Adanya penanggung

jawab dan jadwal perawat. Melakukan edukasi manajemen nyeri di ruangan

• Setiap pagi pada saat operan bed to bed perawat melakukan evaluasi mengenai masalah pola eliminasi bowel pada pasien fraktur yang di rawat di ruang RB3 bedah orthopaedi • Perawat yang bertugas di

ruang RB3 bedah orthopaedi mampu memberikan asuhan keperawatan mengenai

• Diskusikan bersama Karu untuk membuat penanggung jawab dalam pemberian edukasi masalah pencegahan dan penanganan konstipasi

• Melakukan sosialisasi kembali kepada perawat di ruang RB3 bedah orthopaedi mengenai asuhan keperawatan dengan pasien kosntipasi.

• Diskusikan dengan

perawat di ruang RB3 bedah orthopaedi mengenai operan bed to

(60)

konstipasi bed dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang setiap paginya harus di evaluasikan kepada pasien debah orthopaedi 2. Metode.

• Pelaksanaan operan bed to bed yang belum menjelaskan

tentang masalah keperawatan yang dialami

pasien terutama tentang manajemen konstipasi

• Standar operasional prosedur (SOP) manajemen konstipasi belum ada.

• Pendidikan kesehatan masih jarang dilakukan perawat dan tidak didokumentasikan Peningkatan kualitas kinerja perawat dalam peningkatan kualitas pelayanan

• Adanya format Standard Operasional Prsedur (SOP) manajemen konstipasi di ruang RB3 bedah orthopaedi

• Pelaksanaan operan bed to bed menjelaskan masalah keperawatann yang di alami pasien terutama masalah konstipasi yang harus di

lakukan evaluasi setiap padi saat pergantian shift • Pendidikan kesehatan

diberiakan secara teratur kepada pasien yang di rawat di ruang RB3

• Buat format Standard Operasional Prosedur (SOP) mengenai manajemen konstipasi

• Berikan pendidikan

kesehatan mengenai masalah konstipasi pada pasien dengan fraktur • Menganjurkan agar pasien

segera mobilisasi sesuai dengan indikasi dan memberikan air putih sebanyak 750 ml pada pasien yang mengalami konstipasi setiap operan bed to bed

• Berikan notes yang berisi

(61)

bedah orthopaedi terutama mengenai masalah konstipasi

format berupa beberapa pertanyaan yang akan di ajukan kepada setiap pasien bedah orthopaedi yang bertujuan untuk mengevaluasi pola eliminasi bowel pasien yang dilakukan setiap pergantian shift pada saat operan bed to bed setiap paginya.

3 Material

• Belum tersedia media edukasi (leaflet) khusunya manajemen konstipasi Peningkatan Kualitas pelayanan keperawatan yang baik

• Setiap penyuluh

melakukan edukasi dengan menggunakan media yang suda hada

• Setiap pasien

mendapatkan leaflet edukasi pencegahan dan penanganan konstipasi

• Susun media penyuluhan berupa leaflet tentang

pencegahan dan penanganan kosntipasi

• Anjurkan perawat dan mahasiswa untuk menggunakan media yang sudah ada ketika ingin memberikan edukasi kepada pasien

• Bagikan leaflet kepada setiap pasein dan

(62)
(63)

5. Implementasi

Tindakan yang dilakukan oleh praktikan dalam mengatasi masalah situasi di ruangan RB3 bedah orthopaedi terkait dengan masalah keperawatan konstipasi yaitu:

a. Melakukan diskusi bersama Karu untuk membuat penanggung jawab dalam pemberian edukasi masalah pencegahan dan penanganan konstipasi

b. Melakukan sosialisasi kembali kepada perawat di ruang RB3 bedah orthopaedi mengenai asuhan keperawatan dengan pasien kosntipasi. c. Melakukan diskusi dengan perawat di ruang RB3 bedah orthopaedi

mengenai operan bed to bed dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang setiap paginya harus di evaluasikan kepada pasien debah orthopaedi

d. Membuat format Standard Operasional Prosedur (SOP) mengenai manajemen konstipasi

e. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai masalah konstipasi pada pasien dengan fraktur

f. Memberikan notes yang berisi format berupa beberapa pertanyaan yang akan di ajukan kepada setiap pasien bedah orthopaedi yang bertujuan untuk mengevaluasi pola eliminasi bowel pasien yang dilakukan setiap pergantian shift pada saat operan bed to bed setiap paginya.

(64)

h. Menganjurkan perawat dan mahasiswa untuk menggunakan media yang sudah ada ketika ingin memberikan edukasi kepada pasien

6. Evaluasi

Dari hasil pengkajian yang telah dilakuakan mahasiswa di ruang RB3 bedah orthopaedi di dapat data bahwa tidak ada pengkajian dan pendokumentasian khusus yang dilakuakan mengenai masalah konstipasi yang dialami pasien fraktur yang di rawat di ruang bedah orthopaedi, oleh sebab itu mahasiswa mensosialisasikan kembali mengenai asuhan keperawatan konstipasi kepada perawat RB3 bedah orthopaedi, dari hasil sosialisasi yang dilakukan banyak masukan yang disampaikan oleh perawat mengenai keterbatasan waktu untuk melakuakn pendokumentasian khususnya untuk pendokumentasian pola eliminasi bowel, kemudian mahasiswa juga memberikan notes yang berisi format berupa beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada setiap pasien bedah orthopaedi khususnya yang mengalami konstipasi. Mahasiwa menyarankan agar setiap perawat membawa notes tersebut serta melakukan evaluasi mengenai pola eliminasi bowel pada pasien fraktur yang dilakuakn setiap paginya saat operan bed to bed.

(65)
(66)

BAB III

PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori

1. Konstipasi

1.1 Defenisi Konstipasi

Pada umumnya konstipasi sulit didefinisikan secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat variasi yang berlainan antara individu. Penggunaan istilah konstipasi secara keliru dan belumadanya

Gambar

Tabel 2. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB3

Referensi

Dokumen terkait

a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan. Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien