A. Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, khususnya di negara berkembang. Menurut World Health Organization (WHO), kecelakaan lalu lintas menelan korban jiwa sekitar 2,4 juta jiwa manusia setiap tahunnya. Menurut data Kepolisian Republik Indonesia tahun 2011, jumlah kecelakaan lalu lintas dalam operasi ketupat tahun 2011 sebanyak 1.111 (30,58 %) dibandingkan tahun 2010. Pada tahun 2011 tercatat sebanyak 4.744 kecelakaan dibandingkan jumlah kecelakaan pada tahun 2010 yang berjumlah 3.633 kecelakaan (Biro Penerangan Masyarakat Polri, 2011).
Fraktur maxilla adalah suatu trauma pada fisik yang mengenai jaringan lunak dan keras pada wajah, yang terdiri cidera pada wajah, mulut dan rahang. Hampir setiap orang mengalami cidera tersebut, atau yang mengetahui seseorang yang mengalami fraktur maxilla. Fraktur maxilla sebagian besar mengenai pada tulang rahang dan perabaan serta menggunakan penerangan yang baik. Trauma pada tulang rahang jarang menimbulkan syok dan bila hal tersebut terjadi mungkin dikarenakan komplikasi yang lebih parah, seperti pada pasien dengan batas kesadaran yang menurun tidak mampu melindungi jalan pernafasan dari darah, patahan gigi dan gigi tiruan (Sjamsuhidajat, 2010).
Kedaruratan pada fraktur maxilla merupakan suatu penatalaksanaan tindakan darurat pada pasien yang baru saja mengalami trauma pada daerah maxilla (wajah). Penatalaksanaan kegawatdaruratan pada fraktur maxilla oleh dokter umum hanya mencakup pada bantuan hidup dasar (basic life support) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kecacatan dan kematian pasien sampai didapatkannya penanganan selanjutnya di rumah sakit (Lewis, 2005).
Prinsip untuk mengobati patah tulang atau fraktur pada wajah adalah hampir sama seperti pada patah lengan atau kaki. Bagian-bagian dari tulang harus berbaris dan ditahan dalam posisi yang cukup lama untuk memungkinkan mereka waktu untuk menyembuhkannya. Dalam waktu penyembuhannya mungkin membutuhkan enam minggu atau lebih tergantung pada usia pasien dan kompleksitas fraktur itu. Dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya tindakan yang ringan (non operatif) dan tindakan yang paling berat seperti operasi bedah plastik (Sjamsuhidayat, 2010).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang akan dikemukakan yaitu “Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
fraktur maxilla dekstra di Bangsal Mawar 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta ?”.
C. Tujuan Karya Tulis Ilmiah
Adapun tujuan karya tulis ilmiah ini meliputi dua hal yaitu tujuan umum dan tujuan khusus:
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus karya tulis ilmiah ini, untuk dapat mengidentifikasi:
a. Pengkajian pada pasien dengan fraktur maxilla dekstra,
b. Penegakan diagnosa pada pasien dengan fraktur maxilla dekstra, c. Intervensi pasien dengan fraktur maxilla dekstra,
d. Implementasi pada pasien dengan fraktur maxilla dekstra, e. Evaluasi pada pasien dengan fraktur maxilla dekstra.
D. Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat penulisan karya tulis pada pasien dengan fraktur maxilla dekstra adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Mendapat pengalaman nyata mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur maxilla dekstra.
2. Bagi Pasien
Terjalin hubungan yang baik antara perawat dengan pasien melalui komunikasi therapeutik.
3. Bagi Intitusi
4. Bagi RSUD Dr. Moewardi Surakarta