• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pembibitan Kopi Arabika (Coffea Arabica L.) Di Kebun Kalisat Jampit, Ptpn Xii, Bondowoso, Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Pembibitan Kopi Arabika (Coffea Arabica L.) Di Kebun Kalisat Jampit, Ptpn Xii, Bondowoso, Jawa Timur"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PEMBIBITAN KOPI ARABIKA

(

Coffea arabica

L.) DI KEBUN KALISAT JAMPIT, PTPN XII,

BONDOWOSO, JAWA TIMUR

YUSUF SETIAWAN PUTRA

A24110158

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Pembibitan Kopi Arabika (Coffea arabica L.) di Kebun Kalisat Jampit, PTPN XII, Bondowoso, Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2015

Yusuf Setiawan Putra

(4)
(5)

ABSTRAK

YUSUF SETIAWAN PUTRA. Pengelolaan Pembibitan Kopi Arabika (Coffea arabica L.) di Kebun Kalisat Jampit, PTPN XII, Bondowoso, Jawa Timur. Dibimbing oleh WINARSO DRAJAD WIDODO dan ANI KURNIAWATI.

Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari, menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai aspek teknis dan manajemen perkebunan kopi Arabika serta mengembangkan keterampilan yang didapatkan di lapangan. Selain itu, kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengelolaan pembibitan kopi Arabika. Magang dilaksanakan di Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara XII, Bondowoso, Jawa Timur pada bulan Maret–Juli 2015. Pengumpulan data primer diambil secara langsung dari hasil kegiatan lapangan, yaitu daya berkecambah benih, seleksi bibit, pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi, diameter dan jumlah daun), keberhasilan sambung-stek dan intensitas serangan hama dan penyakit di areal pembibitan. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen kebun. Analisis data dilakukan secara deskriptif (rata-rata dan persentase) serta uji t-student. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa daya berkecambah benih hasil pakan luwak di Kebun Kalisat Jampit sudah cukup baik yakni memiliki nilai di atas standar (80 %). Persentase bibit sehat pada umur 9 bulan setelah tanam yakni bernilai 95.85 %. Sambung-stek pada varietas USDA yang menggunakan naungan lamtoro penuh memiliki persentase hidup yang lebih besar daripada sambung–stek varietas USDA dengan naungan lamtoro sedang. Nilai persentase keberhasilan sambung-stek antara varietas USDA dengan Andungsari pada tingkat naungan yang sama tidak berbeda nyata secara statistik. Intensitas penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh jamur Rizoctonia solani masih berada di bawah 5 % atau masih ditoleransi oleh pembibitan Kebun Kalisat Jampit.

Kata kunci: Kebun Kalisat Jampit, kopi, pembibitan, sambung-stek

ABSTRACT

YUSUF SETIAWAN PUTRA Nursery management of Arabica Coffee (Coffea

arabica L.) at Kebun Kalisat Jampit, PTPN XII, Bondowoso, East Java. Supervised by WINARSO DRAJAD WIDODO and ANI KURNIAWATI.

Coffee is an export comodity of Indonesia. The internship activity aimed for learning, improving knowledges and experiences about techniques and management of Arabica coffee plantation and developing skills which it got at the field. Then, the internship activity aimed for learning and understanding the management of Arabica coffee nursery. The internship was implemented at Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara XII, Bondowoso, East Java for March-July 2015. The collection of primary data took immediately from the field activity obtained of seed germination, nursery selection, vegetative growth (high, diameter and number of leaves), the percentage of successful cut-graftings and the intensity of pests and diseases in nursery area. The secondary data were taken

(6)

(average and percentage) and t-student test. The observation showed that seed germination of the results civet feed at Kebun Kalisat Jampit was good enough, which has a value above the standar (80 %). The average percentage of healthy seedlings aged 9 months after planting is 95.85 %. Cut-graftings of USDA variety that used full shade of Leucaena glauca has greater percentage than cut-graftings of USDA variety used medium shade of L. glauca. Cut-graftings between USDA variety and Andungsari variety on the same shade level has not different statistically. Intensity of damping off that caused of fungus Rizoctonia solani is still under 5 % or still tolerated by Kebun Kalisat Jampit nursery.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGELOLAAN PEMBIBITAN KOPI ARABIKA

(

Coffea arabica

L.) DI KEBUN KALISAT JAMPIT, PTPN XII,

BONDOWOSO, JAWA TIMUR

YUSUF SETIAWAN PUTRA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengelolaan Pembibitan Kopi Arabika (Coffea arabica L.) di Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara XII, Bondowoso, Jawa Timur. Skripsi ini merupakan hasil dari kegiatan magang penulis pada bulan Maret-Juli 2015 di Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara XII, Bondowoso, Jawa Timur. Penulis menyampaikankan terima kasih kepada:

1. Dr Ir Winarso Drajad Widodo, MS PhD selaku pembimbing skripsi I dan Dr Ani Kurniawati, SP MSi selaku pembimbing skripsi II atas segala bimbingan, pengarahan dan sarannya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat diselasaikan dengan baik. 3. Dr Syarifah Iis Aisyah, MSc.Agr selaku dosen pembimbing akademik atas seluruh arahan, masukan, motivasi dan saran selama penulis melaksanakan studi.

4. PT Perkebunan Nusantara XII yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan magang di salah satu kebun yang dibawahinya.

5. Manajer kebun Kalisat Jampit beserta seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan untuk melaksanakan magang. 6. Kedua orang tua Ir. Samsudin, MM dan Sulasteri serta adik-adikku Ikhsan,

Aris, Dila, Raihan, Daffa dan Raisa serta seluruh keluarga yang selalu memberikan d’oa dan dukungan moril serta materil kepada penulis.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bogor, November 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani dan Morfologi Kopi Arabika 2

Syarat Tumbuh Kopi Arabika 3

Perbanyakan Kopi 3

Pembibitan Kopi 4

METODE MAGANG 5

Tempat dan Waktu 5

Metode Pelaksanaan 5

Pengumpulan Data dan Informasi 6

Analisis Data dan Informasi 7

KEADAAN UMUM 8

Letak Geografis Kebun 8

Keadaan Iklim dan Tanah 8

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 8

Keadaan Tanaman dan Produksi 9

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 9

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12

Aspek Teknis 12

Aspek Manajerial 32

PEMBAHASAN 34

KESIMPULAN DAN SARAN 38

Kesimpulan 38

Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 38

LAMPIRAN 41

(14)

DAFTAR TABEL

1 Luas areal, produksi dan produktivitas kopi Arabika pada tahun 2010–

2014 di Kebun Kalisat Jampit. 9

2 Data jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Kebun Kalisat Jampit pada

bulan April 2015. 11

3 Jumlah bibit di Kebun Kalisat Jampit pada tahun 2015 12 4 Daya berkecambah benih hasil pakan luwak di Kebun Kalisat Jampit 13 5 Persentase hidup sambung-stek di pembibitan Kebun Kalisat Jampit 14 6 Dosis dan realisasi pemupukan pembibitan kopi Arabika Kebun Kalisat

Jampit Afdeling Kampung Baru tahun 2015 16

7 Pengaruh varietas terhadap tinggi bibit, diameter dan jumlah daun pada

umur 22–32 MST 17

8 Persentase serangan penyakit rebah batang pada bibit kopi varietas USDA umur 1 bulan setelah tanam kepelan di pembibitan 19 9 Jumlah bibit kerdil hasil seleksi dan persentasi bibit sehat pada umur 9

bulan dari penanaman benih (umur 6 bulan setelah pindah tanam dari lahan persemaian ke polybag) di pembibitan Kebun Kalisat Jampit 20 10 Prestasi kerja penulis, karyawan dan standar yang berlaku di kebun 20 11 Hasil panen di Afdeling Kampung Baru bulan Mei masa II 2015 26

12 Check list hasil petik Afdeling Kampung Baru tanggal 09 Juni 2015 27

13 Hasil timbang Afdeling Kampung Baru bulan Juni masa I tahun 2015 28

14 Uji petik glondong tanggal 23 Juni 2015 29

15 Parameter standar yang digunakan dalam uji petik hasil pulping dan

limbah pulping 30

DAFTAR GAMBAR

1 Pendederan benih; a) kegiatan pendederan benih, b) blak 13 2 Sambung-stek; a) penanaman sambung-stek, b) pisau sambung 14 3 Naungan lamtoro di areal pembibitan; a) naungan lamtoro sedang,

b) naungan lamtoro penuh 14

4 Penanaman kepelan; a) kegiatan penanaman kepelan ke polybag,

b) sohlet, c) jemblung 15

5 Penyiraman bibit kopi 16

6 Pemupukan lewat tanah 17

7 Pasang geer 18

8 Pengendalian gulma secara manual di pembibitan 18 9 Pengendalian hama dan penyakit dan pengaplikasian pupuk lewat daun

di areal pembibitan 19

10 Kegiatan pendongkelan kopi yang telah mati 21

11 Kegiatan pengajiran 21

12 Kegiatan penyulaman kopi 22

13 Kegiatan persiapan pemupukan 22

(15)

15 Kegiatan wiwil; a) kegiatan wiwil halus pada tanaman kopi, b) contoh cabang tidak produktif, c) kegiatan wiwil kasar pada tanaman kopi,

d) contoh tunas air kopi 24

16 Pengendalian gulma; a) pengendalian secara kimiawi di kebun kopi, b) pengendalian secara manual di kebun kopi, c) panjang dan bantol 25 17 Panen bubuk; a) kegiatan panen bubuk, b) gejala serangan hama bubuk 25

18 Kegiatan petik kopi 26

19 Kegiatan sortasi setelah petik kopi 27

20 Penimbangan kopi 28

21 Analisis uji petik glondong 29

22 Pengilingan kopi menggunakan mesin anglia pulper dan vis pulper 29

23 Fermentasi kopi di bak fermentasi 30

24 Mesin aqua pulper yang digunakan untuk mencuci kopi 31

25 Penjemuran kopi 31

26 Penggerbusan kopi 32

27 Kegiatan blending kopi 32

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegaiatan magang sebagai karyawan harian lepas di

Kebun Kalisat Jampit, PTPN XII 42

2 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di Kebun Kalisat Jampit,

PTPN XII 43

3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten tanaman di

Kebun Kalisat Jampit, PTPN XII 44

4 Peta Kebun Kalisat Jampit 2015 46

5 Data curah hujan dan hari hujan di Kebun Kalisat Jampit, PTPN XII,

Bondowoso, Jawa Timur tahun 2010–2014 47

6 Luas areal konsesi dan tata guna lahan Kebun Kalisat Jampit, PTPN XII,

Bondowoso, Jawa Timur tahun 2015 48

7 Tahun tanam, luas lahan dan jumlah tanaman di Kebun Kalisat Jampit, PTPN XII, Bondowoso, Jawa Timur pada bulan April 2015 49 8 Bagan Organisasi Kebun Kalisat Jampit, PTPN XII, Bondowoso, Jawa

Timur 50

9 Jadwal pembibitan kopi di Afdeling Kampung Baru, Kebun Kalisat

Jampit, PTPN XII, Bondowoso, Jawa Timur 51

10 Dosis rekomendasi di pembibitan kopi Arabika PTPN XII 51 11 Rekomendasi pupuk jika menggunakan pupuk tunggal di Kebun

Kalisat Jampit, PTPN XII, Bondowoso, Jawa Timur 52

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkebunan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang menjadi andalan Indonesia. Perkebunan memegang peranan penting dalam sumber pendapatan petani, pedagang, industri, maupun tenaga kerja sektor lain. Salah satu produk perkebunan adalah kopi. Secara nasional produksi kopi tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 berturut-turut adalah 698 000, 682 500, 686 900, 638 600 dan 698 890 ton (BPS 2014a). Nilai produksi kopi Indonesia mengalami fluktuasi dan diharapkan nilainya akan meningkat di tahun-tahun yang akan datang.

Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Nilai ekspor kopi Indonesia cukup tinggi dari 2007–2011 berturut-turut adalah 321 404, 468 749, 433 600, 433 595 dan 346 493 ton (Ditjenbun 2012). Nilai ekspor kopi ke berbagai negara mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun dan diharapkan nilai ekspor ini akan meningkat di tahun-tahun yang akan datang. Tiga negara utama pengimpor kopi Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang dan Jerman pada tahun 2012 (BPS 2014b).

Budi daya kopi di Indonesia diusahakan oleh perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta dan perkebunan besar negara. Luas total lahan perkebunan kopi di Indonesia sebesar 1 235 802 ha pada tahun 2013. Perkebunan rakyat mendominasi dari total keseluruhan luas lahan kopi sebesar 1 186 735 ha (96.01 %), disusul perkebunan milik swasta dan perkebunan milik negara dengan nilai masing-masing sebesar 26 203 ha (2.12 %) dan 22 611 ha (1.83 %) (Ditjenbun 2012).

Kopi jenis Arabika hanya ditanam oleh kurang dari 10 persen petani kopi di Provinsi Bengkulu, Lampung dan Sumatera Selatan. Kopi Arabika umumnya ditanam petani di Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Bali, dan Nusa Tenggara Timur (Siahaan 2008). Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan yang berproduksi satu kali dalam setahun, sehingga perlu diperhatikan semua faktor-faktor yang dapat mempengeruhi produksi baik kualitas maupun kuantitasnya (Prihasty 2002).

Menurut Siahaan (2008) keunggulan kompetitif industri kopi Arabika nasional masih lemah dan harus dibenahi. Hal ini dapat dilihat melalui lahan kopi Arabika yang hanya seluas 101 867 ha dan memiliki produksi sekitar 61 251 ton sehingga sulit untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Apabila dibandingkan dengan kopi Robusta yang memiliki lahan mencapai 1.17 juta ha dan produksi mencapai 596 ribu ton. Hal ini menyebabkan kopi Arabika tidak dapat mendorong peningkatan produksi domestik dan menyebabkan daya saing di pasar internasional menjadi lemah jika dilihat dari ketersediaan lahan yang kurang mendukung. Padahal di pasar dunia, harga kopi jenis Arabika lebih tinggi daripada kopi Robusta.

(18)

2

akhir. Menurut Evizal (2013) pembibitan merupakan tahap penting dalam budi daya tanaman. Mutu bibit sangat penting mengingat investasi di sektor perkebunan berjangka panjang dan membutuhkan modal yang besar. Bibit yang ditanam saat ini baru akan terlihat hasilnya setelah 4–5 tahun kemudian. Hal ini akan sangat merugikan apabila ternyata tanaman berproduksi rendah karena bibit yang ditanam tidak baik. Oleh karena itu diperlukan teknik pembibitan yang baik dan benar agar dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi kopi.

Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari, menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai aspek teknis dan manajemen perkebunan kopi Arabika (Coffea arabica L.) serta mempelajari dan mengembangkan keterampilan yang didapatkan di lapangan. Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui pengelolaan pembibitan kopi Arabika di Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara XII, Bondowoso, Jawa Timur.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Kopi Arabika

Tanaman kopi Arabika dapat diklasifikasikan ke dalam Famili Rubiaceae, Genus Coffea, Spesies Coffea arabica (Clifford dan Willson 1985). Tanaman kopi terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah. Tanaman kopi memiliki akar tunggang yang mengarah lurus ke bawah, pendek dan kuat dengan ukuran 45–50 cm. akar tunggang memiliki 4–8 akar samping dengan panjang 1–2 m. Selain itu, banyak pula akar cabang samping dengan panjang 0.5–1 m horizontal dan memiliki kedalaman kurang lebih 30 cm dan bercabang merata (PTPN XII 2013).

Batang yang tumbuh dari biji disebut batang pokok. Batang pokok memiliki ruas-ruas yang tampak jelas pada saat tanaman itu masih muda. Pada tiap ruas tumbuh sepasang daun yang berhadapan, selanjutnya tumbuh dua macam cabang, yakni cabang orthotrop (cabang yang tumbuh tegak lurus atau vertikal dan dapat menggantikan kedudukan batang bila batang dalam keadaan patah atau dipotong) dan cabang plagiotrop (cabang atau ranting yang tumbuh ke samping atau horizontal) (PTPN XII 2013).

Daun kopi memiliki bentuk bulat telur, bergaris ke samping, bergelombang, hijau pekat, kekar, dan meruncing di bagian ujungnya. Daun tumbuh dan tersusun secara berdampingan di ketiak batang, cabang dan ranting. Sepasang daun terletak di bidang yang sama di cabang dan ranting yang tumbuh mendatar. Kopi Arabika memiliki daun yang lebih kecil dan tipis apabila dibandingkan dengan spesies kopi Robusta yang memiliki daun lebih lebar dan tebal. Warna daun kopi Arabika hijau gelap, sedangkan kopi Robusta hijau terang (Panggabean 2011).

(19)

3 berwarna putih dan berbau harum. Kelopak bunga berwarna hijau. Pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benang sari terdiri dari 5– 7 tangkai berukuran pendek. Bunga kopi biasanya akan mekar pada awal musim kemarau. Bunga berkembang menjadi buah dan siap dipetik pada akhir musim kemarau (Najiyati dan Danarti 2007).

Buah kopi mentah berwarna hijau muda. Setelah itu, berubah menjadi hijau tua, lalu kuning. Buah kopi matang (ripe) berwarna merah atau merah tua. Ukuran panjang buah kopi Arabika sekitar 12–18 mm, sedangkan kopi Robusta sekitar 8– 16 mm. Buah kopi terdiri dari beberapa lapisan, yakni eksokarp (kulit buah),

Arabika akan tumbuh baik pada suhu yang lebih dingin serta tidak ada frost. Kopi Arabika tumbuh baik pada suhu 60–70 F (15.56–21.11 oC) (Haarer 1963). Kopi Arabika hidup di dataran tinggi dengan tingkat ketinggian 850–2 000 m dpl. Kopi Arabika sangat rentan dengan serangan penyakit karat daun. Tanaman kopi membutuhkan curah hujan sebanyak 1 250–3 000 mm/tahun dengan 1–5 bulan kering (PTPN XII 2013).

Sifat fisik tanah yang baik bagi kopi adalah tanah dengan tekstur clay-loam, struktur remah – derajat struktur kuat, porositas dan permeabilitas baik dan tidak berbatu, sedangkan sifat kimia tanah yang baik bagi kopi adalah tanah dengan kadar nitrogen total > 0.20 %, fosfor tersedia > 30 ppm, kalsium tertukar > 0.10 me%, bahan organik > 3.5 % (C-organik > 2 %), pH antara 5.5–6.5 (PTPN XII 2013). Menurut Haarer (1963) kopi akan tumbuh baik pada tanah yang memiliki pH netral.

Perbanyakan Kopi

Perbanyakan menggunakan biji (generatif) adalah cara termurah dan termudah untuk perbanyakan kopi. Kopi juga bisa diperbanyak secara vegetatif dengan stek, sambung dan kultur jaringan. Teknik stek dan sambung dapat diterapkan pada beberapa tanaman untuk menyelamatkan materi yang berguna (Wintgens 2009).

Bahan stek diambil dari kebun entres yang telah berumur 4–6 bulan. Ruas yang digunakan untuk bahan stek adalah ruas kedua dan ketiga dari ujung yang keadaannya masih lentur. Setiap batang stek terdiri dari 1 ruas yang panjangnya 7–10 cm dengan sepasang daun yang dikupir (dipotong) dan disisihkan 4–5 cm dari ketiak daun (PTPN XII 2013).

(20)

4

kurang tahan sehingga jenis kopi yang tidak tahan terhadap serangan nematoda dapat memiliki akar yang akan menolak nematoda (Haarer 1963).

Pembibitan Kopi

Lahan pembibitan sebaiknya memiliki irigasi yang baik. lokasinya harus terletak di dekat sumber air yang memiliki kualitas baik dengan kadar asam rendah. Sumber air harus bebas dari parasit termasuk nematoda. Lokasi pembibtan harus memiliki tanaman pelindung (penaung) untuk melindungi dari panas dan angin kencang yang bisa merusak tanaman muda. Lokasi harus mudah diakses menggunakan transportasi. Lereng landai merupakan pilihan terbaik untuk mengurangi resiko frost dan memungkinkan drainase (aliran) yang baik dari udara dingin dan kelebihan air (Wintgens 2009).

Naungan di pembibitan dapat berupa naungan tetap atau naungan buatan. Naungan tetap bedengan dapat menggunakan lamtoro hantu (PG) dan naungan buatan dapat menggunakan paranet/jaring/waring. Tidak dibenarkan membuat bedengan dibawah pohon hidup tidak bisa diatur intensitas pencahayaannya. Naungan tetap berupa lamtoro L2 dengan tata tanam 3.60 m x 1.80 m dengan ketinggian cabang sekitar 2 m (PTPN XII 2013). Tanaman makadamia (Macadamia integrifolia) dan kayu manis (Cinnamomum burmani) tidak menunjukkan alelopati terhadap bibit kopi Arabika, sedangkan ramayana (Cassia spectabilis), diduga mengandung senyawa kimia yang berdampak alelopati cukup kuat terhadap bibit kopi Arabika (Prawoto et al. 2006).

Polybag yang digunakan berukuran panjang 35 cm, lebar 22 cm dan tebal 0.10 mm. Polybag dilubangi dengan ukuran kurang lebih 6 mm sebanyak 10–18 lubang, sudut bawah kanan dan kirinya dipotong seperlunya untuk penutasan.

Polybag yang sudah siap akan diisi menggunakan media tanam. Media tanam berupa campuran pupuk kandang dan tanah top soil dengan perbandingan 1:2. Campuran tanah lapisan atas (top soil) dan pupuk kandang difumigasi dengan insektisida. Polybag diisi sampai 2 cm dari tepi atas (PTPN XII 2013).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sampai dengan umur 5 bulan tidak terdapat pengaruh interaksi antara ukuran polybag dengan tipe pertumbuhan bibit. Pertumbuhan bibit dalam polybag ukuran 15 cm x 30 cm tidak berbeda dengan yang berukuran 20 cm x 30 cm dan secara statistik lebih baik daripada yang ditumbuhkan pada polybag berukuran 11 cm x 30 cm. Pertumbuhan bibit dalam

polybag ukuran 11 cm x 30 cm pada umur 5 bulan di lapangan tidak berbeda dengan ukuran polybag lainnya, menunjukkan bahwa di dataran rendah bibit kopi Arabika yang ditumbuhkan dalam polybag berukuran 11 cm x 30 cm pada umur 5 bulan secara agronomis sudah memenuhi syarat untuk dipindah ke lapangan. Dengan demikian, untuk pembibitan kopi Arabika dapat digunakan polybag

ukuran 11 cm x 30 cm atau 15 cm x 30 cm (Nur 2010).

Polybag yang telah diisi tanah ditata di bedengan pembibitan. Salah satu teknis penataan polybag dengan melakukan pengajiran untuk posisi polybag

(21)

5 mudah roboh. Khususnya daerah miring, penataan disesuaikan dengan kondisi tempat (dengan terasan) (PTPN XII 2013).

Benih dari bibit yang akan ditanam dapat diperoleh dari dengan cara membeli dari tempat khusus (dapat dipercaya). Benih dan bibit tersebut harus bersertifikat agar kualitasnya terjamin. Perlakuan selama penyimpanan dan pengangkutan serta perawatan bibit diperlukan untuk menghindari kegagalan ketika ditanam di lahan (Najiyati dan Danarti 2004).

Hasil penelitian Winaryo (2010) menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit kopi Robusta yang terbaik dihasilkan oleh pemindahan pada stadium serdadu. Tidak ada perbedaan antara pemindahan pada stadium kepelan dan berdaun sepasang terhadap bibit. Tidak ada interaksi antara faktor stadium serdadu pemindahan dan jarak polybag. Kelemahan pemindahan bibit pada stadium serdadu adalah sulitnya melakukan seleksi terhadap bibit yang berdaun keriting di persemaian.

Pemeliharaan bibit meliputi kegiatan penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. penyiraman dilakukan setiap hari secara merata selama tidak ada hujan (minimal dua hari sekali). Pengendalian gulma dilakukan secara manual baik pada gulma yang tumbuh di media polybag

maupun di bedengan. Pemupukan lewat daun dilakukan sebulan sekali dengan pupuk daun konsentrasi 0.3–0.5 %, sedangkan pemupukan lewat tanah dilakukan sesuai rekomendasi kebun. pemberantasan hama dan penyakit dilakukan secara preventif (PTPN XII 2013).

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara XII, Bondowoso, Jawa Timur. Kegiatan magang dilakukan selama empat bulan, yakni mulai dari tanggal 09 Maret sampai 09 Juli 2015.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilakukan meliputi kegiatan praktik teknis di lapangan secara langsung dan aspek manajerial di perkebunan maupun kantor. Pengambilan data primer dilakukan selama melakukan kegiatan teknis di lapangan, sedangkan pengambilan data sekunder dilakukan pada saat melakukan kegiatan manajerial di kantor dan lapangan.

Kegiatan yang dilakukan dibagi menjadi tiga kegiatan pokok, yakni pada bulan pertama sebagai Buruh Harian Lepas (BHL) atau Karyawan Harian Lepas (KHL), bulan kedua sebagai pendamping mandor, bulan ketiga serta keempat sebagai pendamping asisten tanaman.

(22)

6

Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping mandor meliputi mengawasi dan mengkoordinasi para tenaga kerja, membuat rencana kerja keesokan hari, membuat jurnal harian, menghitung prestasi kerja karyawan, melakukan diskusi bersama mandor mengenai hal-hal yang menjadi tanggung jawab dan kegiatan yang dilakukan mandor di lapangan (Lampiran 2).

Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping asisten tanaman meliputi membantu memastikan semua kegiatan operasional yang dibawahinya agar dapat terlaksana sesuai rencana serta membantu dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta menganalisis setiap kegiatan yang dilakukan di tingkat tanggung jawab afdeling (Lampiran 3).

Pengumpulan Data dan Informasi

Data yang diperoleh dalam kegiatan magang adalah data primer dan data sekunder. Kegiatan yang dilakukan setiap hari ditulis dalam jurnal harian selaku KHL, pendamping mandor dan pendamping asisten tanaman. Data primer merupakan data yang diperoleh oleh penulis di lapangan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara serta diskusi langsung dengan karyawan. Pengamatan dilakukan baik bibit hasil perbanyakan generatif maupun vegetatif, baik di pre-nursery maupun main-nursery. Peubah yang diamati adalah:

A. Pertumbuhan Bibit

1. Jumlah kecambah normal dan daya berkecambahnya

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah kecambah abnormal dan normal. Kecambah kopi yang diamati merupakan hasil tanam dari peserta magang sebelumnya. Benih yang digunakan merupakan benih hasil pakan luwak yang dipelihara di pabrik kebun. Waktu pengamatan dan kriteria kecambah abnormal dan normal mengacu pada standar operasional pembibitan yang berlaku di kebun. Waktu pengamatan kecambah normal dan abnormal yang berlaku di kebun sekitar 85–95 HST (Hari Setelah Tanam), yakni ketika pemindahan kecambah dari lahan persemaian ke polybag. Kriteria kecambah normal, yakni kecambah memiliki dua lembar daun kepel dan perakaran yang lurus, sedangkan kriteria kecambah abnormal, yakni kecambah memiliki lebih dari dua lembar daun kepel (bisa 3 atau 4 daun kepel) dan perakaran yang tumbuh membengkok. Saat penulis melakukan pengamatan (98 HST atau 14 MST), pemindahan kecambah ke polybag belum dilakukan kebun, sehingga penulis hanya mengamati kecambah normal dengan menggunakan kriteria daun kepel.

2. Persentase hidup sambung-stek

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah sambung-stek yang mati dan hidup dari setiap masing-masing petak. Sambung-stek yang diamati merupakan hasil tanam karyawan kebun.

3. Tinggi bibit

(23)

7 pangkal batang hingga titik tumbuh tanaman. Pengukuran dilakukan 2 minggu sekali.

4. Diameter batang

Diameter batang diukur menggunakan jangka sorong sekitar 2 cm dari permukaan tanah. Pengukuran dilakukan 2 minggu sekali.

5. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung dengan cara menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna. Pengukuran dilakukan 2 minggu sekali.

6. Intensitas serangan penyakit

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah tanaman yang terserang penyakit. Tanaman yang diamati merupakan hasil tanam karyawan kebun.

7. Seleksi bibit

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah bibit yang diseleksi dari penyeleksian tahap kedua. Penyeleksian bibit di kebun terdiri dari 3 tahap, yakni tahap pertama dilakukan ketika kecambah dipindah tanam ke polybag, tahap kedua dilakukan pada saat bulan keenam setelah pindah tanam dari lahan persemaian ke polybag, dan tahap ketiga dilakukan pada saat bulan kesepuluh-keduabelas setelah pindah tanam dari lahan persemaian ke polybag (ketika bibit akan keluar dari kebun bibit untuk ditanam ke lahan).

B. Manajemen Tenaga Kerja dalam Pembibitan

Data manajemen tenaga kerja digunakan untuk menentukan Prestasi Kerja (PK) pada pembibitan, yang diamati dari PK di pembibitan. Nilai PK akan dibandingkan dengan PK yang dicapai oleh mahasiswa dan standar kebun. Selain itu dihitung PK kebun kopi.

Pengumpulan data sekunder dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data serta mempelajari laporan manajemen kebun, arsip kebun dan studi pustaka. Data lain yang dikumpulkan adalah data keadaan umum kebun yang meliputi sejarah perkebunan, peta perkebunan, letak administratif perkebunan, keadaan iklim, tanah, topografi, luas areal lahan dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi, produktivitas, struktur organisasi dan ketenagakerjaan.

Analisis Data dan Informasi

(24)

8

KEADAAN UMUM

Letak Geografis Kebun

Kebun Kalisat Jampit terletak di kawasan Gunung Ijen tepatnya di Desa Kalisat, Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Kebun Kalisat Jampit merupakan salah satu kebun milik PT Perkebunan Nusantara XII di bawah naungan BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Titik tertinggi kebun adalah 1 550 m dpl dan terendah 1 100 m dpl. Jarak ke Kota Bondowoso dan Banyuwangi masing-masing adalah 52 km dan 80 km, sedangkan jarak ke Kota Surabaya adalah 275 km. Bagian utara kebun berbatasan dengan Desa Pedati, bagian timur berbatasan dengan Kebun Blawan, sedangkan bagian selatan dan barat berbatasan langsung dengan areal perhutani. Peta Kebun dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kebun Kalisat Jampit terletak di Dataran Tinggi Ijen yang memiliki tipe iklim D (menurut Schmidt dan Ferguson). Curah hujan tahunan sebesar 1 670.4 mm/tahun dengan hari hujan 128 hari serta bulan basah 6.6 dan bulan kering 4.6 (Lampiran 5). Kelembaban udara rata-rata 82 % dengan kelembaban tertinggi 95.70 % dan terendah 57.40 %. Dataran Ijen memiliki suhu rata-rata 18 oC dengan suhu terendah –5 oC dan suhu tertinggi 40 oC.

Tanah di Kebun Kalisat Jampit dipengaruhi letupan gunung berapi, sehingga berwarna kelabu, kelam oleh kadar humus arang dan unsur-unsur hara yang tinggi, kecuali kadar Mg yang rendah sampai sedang. Jenis tanahnya merupakan tanah Andosol seri sempol, Andosol seri bruma, Andosol seri kampung baru, Andosol seri kalisat, Regosol seri jampit, Regosol seri curah macan, Alluvial seri mlaten/jampit. Batuan Pegunungan Ijen terdiri dari batuan pyroxeen andesit, bazalt, dan sedikit horblende. Bazalt mempunyai kadar asam kresik yang cukup tinggi. Kebun Kalisat Jampit memiliki pH berkisar antara 4.4– 7.0 dengan rata-rata 6.0.

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

(25)

9 Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kopi Arabika yang ada di Kebun Kalisat Jampit terdiri atas beberapa varietas, yakni Typika, Kate dan USDA. Jarak tanam yang digunakan kebun adalah 1.75 m x 1.75 m, 1.25 m x 2.50 m dan 2.50 m x 2.50 m. Luas areal tanaman menghasilkan (TM) hingga bulan April 2015 adalah 1 344.79 ha dengan jumlah tanaman produktif 2 972 042 pohon. Rata rata populasi tanaman sekitar 2 000 tanaman/ha (Lampiran 7).

Tanaman penaung yang digunakan di Kebun Kalisat Jampit terdiri atas tanaman penaung sementara dan tanaman penaung tetap. Tanaman penaung sementara yang digunakan, yaitu Mogania (Moghania macrophylla) dan teprosia (Tephrosia sp). Tanaman penaung tetap terdiri atas jenis lamtoro (Leucaena glauca) L2 dan lamtoro PG 79. Jarak tanam penaung te tap yang digunakan adalah 5 m x 4 m. Tanaman pemecah angin (wind breaker) yang digunakan adalah sengon (Albizia falcataria).

Semua hasil panen dari kebun dikirim ke pabrik pengolahan yang ada di kebun Kalisat Jampit untuk diolah. Jumlah produksi kopi di Kebun Kalisat Jampit mengalami naik-turun setiap tahunnya. Fluktuasi ini terjadi karena tanaman kopi memiliki sifat biennial bearing. Produktivitas rata-rata di Kebun Kalisat Jampit adalah 741 kg/ha (Tabel 1). Produktivitas tersebut dapat dikatakan baik karena produktivitas rata-rata perkebunan besar negara seluruh Indonesia pada tahun 2011 adalah 522 kg/ha (Ditjenbun 2012).

Tabel 1 Luas areal, produksi dan produktivitas kopi Arabika pada tahun 2010– 2014 di Kebun Kalisat Jampit.

Tahun Luas Areal (ha) Produksi Kering (kg) Produktivitas (kg/ha) 2010 1 161.67 1 000 159 861 Sumber: Kantor Induk Kebun Kalisat Jampit 2015

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Struktur Organisasi

Struktur organisasi di Kebun Kalisat Jampit dipimpin oleh seorang manajer dan wakil manajer. Manajer memiliki wewenang terhadap wakil manajer, asisten adminstrasi, keuangan dan umum, asisten tanaman dan asisten teknik dan pengolahan (Lampiran 8). Keterangan tentang tugas masing-masing karyawan dijelaskan sebagai berikut:

(26)

10

laporan manajemen (LM); menyusun rencana kerja triwulan (Permintaan Pelaksanaan Anggaran Perusahaan atau PPAP), tahunan (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan atau RKAP) dan jangka panjang (RJP); merencanakan dan melaksanakan kegiatan community development (CD) di wilayah kerjanya.

b) Wakil manajer bertugas melaksanakan pengawasan operasional terhadap asisten tanaman, asisten teknik dan pengolahan, dalam pencapaian produksi, mutu dan rendemen; menghimpun dan mengevaluasi laporan produksi dan hama penyakit; menghimpun dan mengevaluasi perkembangan pelaksanaan investasi tanaman dan non-tanaman; bersama-sama manajer UUS menyusun rencana kerja triwulan (PPAP), tahunan (RKAP) dan jangka panjang (RJP); menghimpun dan mengevaluasi pelaksanaan pemupukan; bersama-sama manajer UUS melaksanakan kegiatan CD di wilayah kerjanya.

c) Asisten administrasi, keuangan dan umum (Asaku) bertugas menghimpun RKAP dari masing-masing bagian; melaksanakan pengawasan bidang keuangan dan umum dengan mengontrol laporan harian; membuat laporan harian; mengirim laporan harian produksi ke UBS (Unit Bersama Strategi); validasi keabsahan bukti pengeluaran dan penerimaan uang; validasi keabsahan permintaan bahan dan barang dari masing-masing bagian; stok opname kas, persediaan bahan dan hasil; mengkompilasi kebutuhan dan membuat permintaan modal kerja sepuluh harian; memeriksa dan mengeluarkan upah karyawan tiap pertengahan dan akhir bulan; membayar pajak dan iuran jamsostek; menghimpun dan membuat PPAP triwulan serta RKAP tahunan; membuat neraca laba/rugi triwulan dan tahunan.

d) Asisten tanaman (Astan) bertugas mengawasi dan memeriksa pelaksanaan rol karyawan; mendelegasikan tugas kerja harian kepada mantri; mengontrol kesiapan kondisi peralatan kerja dan bahan; mengawasi pelaksanaan kerja; menghimpun laporan hasil kerja; memeriksa dan menandatangani laporan harian pekerjaan; mengevaluasi hasil kerja hari ini dan menyusun rencana kerja untuk hari esok; membuat rencana kerja bulanan, termasuk kebutuhan alat, bahan dan tenaga kerja; mengevaluasi hasil kerja bulanan dibandingkan anggaran; menyusun, mengajukan permintaan, dan melaksanakan pembayaran upah karyawan; menyusun dan melaporkan pencapaian produksi harian, bulanan dan tahunan; menyusun RKAP bagian tahunan, RKO (Rencana kerja OHK) bagian bulanan dan PPAP bagian triwulan.

(27)

11 Ketenagakerjaan

Tenaga kerja di Kebun Kalisat Jampit terdiri atas dua jenis, yakni: golongan dan non-golongan. Karyawan terdiri dari karyawan staf (IIIA–IVD) dan non-staf (IA–IID). Jumlah tenaga kerja di Kebun Kalisat Jampit pada bulan April 2015 berjumlah 945 orang (Tabel 2). Rasio pekerja per ha di Kebun Kalisat Jampit adalah 0.30 HK/ha. Nilai tersebut dapat dikatakan kurang baik karena indeks tenaga kerja (ITK) untuk perkebunan kopi adalah 1.38 HK/ha(Disbunjabar 2015). Nilai ITK yang masih di bawah standar tersebut dapat mempengaruhi kepada

Tabel 2 Data jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Kebun Kalisat Jampit pada bulan April 2015.

No Status Karyawan Jumlah (orang)

1. Staf

Sumber: Kantor Induk Kebun Kalisat Jampit 2015

Jumlah gaji golongan IA–IVD ditetapkan oleh perusahaan dan diserahkan kepada para karyawan setiap satu bulan sekali (pada awal bulan). Gaji karyawan harian lepas dibagi menjadi tiga bagian, yakni karyawan skill (Rp 42 375/HOK), semi skill (Rp 31 600/HOK) dan non skill (Rp 25 500/HOK). Gaji karyawan harian lepas dibagikan dua kali pada setiap bulannya, yakni pada tanggal 5 dan tanggal 18. Gaji golongan IA–IVD diatur langsung oleh PTPN XII dan diberikan setiap satu bulan sekali.

(28)

12

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis Pembibitan

Pembibitan di Kebun Kalisat Jampit bertujuan untuk penyulaman di kebun sendiri dan hanya sedikit yang dijual ke kebun lain. Syarat lokasi pembibitan adalah sumber air yang mudah didapat serta bebas dari hama dan penyakit. Naungan yang digunakan di pembibitan adalah lamtoro dengan jarak tanam 4 m x 4 m. Jumlah bibit yang ada di pembibitan Kebun Kalisat Jampit adalah 500 000 bibit pada tahun 2015 (Tabel 3).

Tabel 3 Jumlah bibit di Kebun Kalisat Jampit pada tahun 2015

Afdeling Varietas Jumlah (bibit) Keterangan

Sumber: Kantor Afdeling Kampung Baru, Kebun Kalisat Jampit 2015 Keterangan: HDT = Hibrido de Timor

Kegiatan di pembibitan terdiri atas pendederan benih, sambung-stek, mengambil kepelan, menanam kepelan ke polybag, penyulaman, penyiraman, pemupukan, pasang gier, pengendalian gulma dan pengendalian hama dan penyakit.

(29)

13 mendeder benih adalah 704 benih/HOK. Prestasi karyawan adalah 2 000 benih/HOK dan prestasi standar perusahaan adalah 2 000 benih/HOK.

Gambar 1 Pendederan benih; a) kegiatan pendederan benih, b) blak

Penulis melakukan pengamatan terhadap daya berkecambah benih kopi Arabika. Benih yang digunakan berasal dari hasil pakan luwak yang dipelihara di pabrik Kebun Kalisat Jampit. Persentase rata-rata daya berkecambah benih tersebut sebesar 86.70 % (Tabel 4)

Tabel 4 Daya berkecambah benih hasil pakan luwak di Kebun Kalisat Jampit

Varietas Umur

Keterangan: * = standar daya berkecambah benih berdasarkan peraturan menteri pertanian no 89/Permentan/OT.140/9/2013

Sambung-stek. Sambung-stek merupakan salah satu cara perbanyakan vegetatif yang dilakukan di Kebun Kalisat Jampit. Kegiatan sambung-stek terdiri atas pengambilan batang bawah, batang atas, penyambungan dan penanaman. Alat yang digunakan adalah pisau sambung dan plastik (untuk mengikat sambungan) (Gambar 2). Batang bawah yang digunakan berupa tunas air (tunas orthotrop) yang diambil dari kebun entres Robusta BP 308, sedangkan batang atas yang digunakan adalah tunas air dari kopi Arabika varietas USDA, Andungsari, Komposit dan Lini S yang dimbil dari kebun. Batang atas dan batang bawah yang diambil berumur sekitar 3 bulan. Pengambilan batang atas dan batang bawah dilakukan pada pagi hari menggunakan gunting pangkas. Penyambungan dimulai dengan memotong seluruh cabang dan daun yang ada pada tunas air, lalu memotong bagian pangkal batang atas sehingga berbentuk huruf “V”. Bagian atas batang bawah diiris secara vertikal dan batang atas disisipkan di bagian irisan tersebut, lalu diikat menggunakan plastik. Ikatan tersebut tidak boleh dimasuki air karena bisa menyebabkan busuk pada sambungan.

Kegiatan penyambungan harus dilakukan di tempat yang teduh dan terlindung dari cahaya matahari langsung. Bahan tanam direndam dengan rooton F sebelum ditanam ke polybag. Polybag disiram hingga tanah jenuh air. Polybag

(30)

14

berisi tanah hutan : kotoran kambing dengan perbandingan 2 : 1. Polybag ditata di dalam sungkup plastik dan diberi naungan paranet dengan ketinggian 180 cm. Prestasi penulis dalam menyambung sebanyak 28 sambungan/HOK. Standar prestasi kerja penyambungan adalah 100 sambungan/HOK, sedangkan karyawan bisa menyambung hingga 150 sambungan/HOK.

Gambar 2 Sambung-stek; a) penanaman sambung-stek, b) pisau sambung

Penulis melakukan pengamatan terhadap tingkat keberhasilan sambung-stek yang ada di pembibitan. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung langsung jumlah tanaman hidup dan mati dari hasil sambung-stek. Pengamatan dilakukan pada saat karyawan kebun membuka sungkup plastik pembibitan vegetatif untuk melakukan penyiraman atau penyiangan gulma. Pengamatan yang dilakukan pada varietas USDA dan Andungsari tersebut memiliki nilai persentase keberhasilan hidup berkisar 43.59–83.07 % (Tabel 5).

Lahan perbanyakan vegetatif (sambung-stek) menggunakan dua jenis naungan sekaligus, yakni paranet dan lamtoro. Naungan paranet memiliki ketinggian sekitar 2 m dari permukaan tanah. Naungan lamtoro di pembibitan Kebun Kalisat Jampit memiliki jarak tanam 4 m x 4 m. Naungan lamtoro yang digunakan memiliki intensitas naungan yang berbeda-beda (Gambar 3).

Tabel 5 Persentase hidup sambung-stek di pembibitan Kebun Kalisat Jampit

Kode Varietas

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student pada taraf α = 5 %

* = naungan lamtoro hasil cangkok berumur di bawah 5 bulan, ** = naungan lamtoro hasil cangkok berumur di atas 12 bulan

Gambar 3 Naungan lamtoro di areal pembibitan; a) naungan lamtoro sedang, b) naungan lamtoro penuh

a

b

(31)

15 Pengambilan dan penanaman kecambah kopi (kepelan) ke polybag. Kegiatan penanaman kepelan terdiri atas pengambilan kepelan, pembuatan lubang tanaman, penutupan lubang tanam, penyiraman. Penanaman kepelan dilakukan pada umur tanam 3 BSD (Bulan Setelah Deder) atau sekitar 85–95 hari setelah deder. Alat yang digunakan dalam penanaman kepelan adalah sohlet dan jemblung. Sohlet berfungsi dalam pengambilan kepelan di tanah dan penutupan lubang tanam, sedangkan jemblung berfungsi sebagai pembuat lubang tanam (Gambar 4). Kepelan yang ditanam ke polybag bisa berasal dari hasil deder di kebun pembibitan atau dari kepelan yang tumbuh di bawah pertanaman kopi TM. Kepelan yang baik adalah yang diambil dari hasil deder di kebun pembibitan. Ukuran polybag yang digunakan sebesar 35 cm x 22 cm dengan 4 lubang perfolasi. Lubang tanam dibuat sedalam 10–13 cm dan diameter 4–5 cm. Standar prestasi kerja karyawan dalam mengambil kepelan dan menanam kepelan ke polybag

adalah sama, yakni sebesar 1 500 bibit/HOK. Tetapi biasanya pengambilan dan penanaman kepelan dilakukan dengan sistem borongan sehingga lebih menghemat dana yang dikeluarkan kebun.

Gambar 4 Penanaman kepelan; a) kegiatan penanaman kepelan ke polybag,

b) sohlet, c) jemblung

Penyulaman. Penyulaman di polybag dilakukan setiap saat oleh para karyawan. Karyawan diinstruksikan untuk menyulam langsung tanaman sakit atau mati saat mereka menemuinya ketika sedang menyiang gulma, memupuk dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain di areal pembibitan. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mencegah polybag tanpa bibit kopi yang bisa menyebabkan kerugian perusahaan.

Penyiraman. Penyiraman dilakukan pada saat musim kemarau dengan frekuensi satu hari sekali (Gambar 5). Kegiatan penyiraman dimulai pukul 06.00 pagi, tetapi apabila terjadi frost, kegiatan penyiraman dimulai pukul 04.00 pagi untuk menghindari kerusakan yang diakbatkannya. Kegiatan penyiraman tidak dilakukan pada musim hujan. Alat yang digunakan adalah selang yang disambung dari pipa-pipa yang telah dipasang di setiap sisi areal pembibitan. Prestasi karyawan dalam menyiram adalah 20 000 polybag/HOK. Standar perusahaan adalah 20 000/HOK. Karyawan mampu menyiram hingga 30 000 polybag/HOK.

(32)

16

Gambar 5 Penyiraman bibit kopi

Pemupukan. Pemupukan di areal pembibitan diaplikasikan dalam dua cara, yakni puleta (pupuk lewat tanah) dan puleda (pupuk lewat daun). Puleta dan puleda masing-masing diaplikasikan satu bulan sekali sesuai SOP kebun (Lampiran 9). Puleta diaplikasikan dengan cara melarutkan pupuk urea, TSP dan KCl ke dalam air, lalu disiram ke setiap polybag menggunakan gayung (Gambar 6). Dosis pemupukan lewat tanah yang digunakan di areal pembibitan Kebun Kalisat Jampit berbeda-beda berdasarkan umur tanaman (Tabel 6). Perusahaan memiliki dosis rekomendasi pemupukan di pembibitan kopi Arabika (Lampiran 10).

Tabel 6 Dosis dan realisasi pemupukan pembibitan kopi Arabika Kebun Kalisat Jampit Afdeling Kampung Baru tahun 2015

Bulan

Dosis rekomendasi

(g/pohon) Jumlah Pohon Realisasi (kg) Jumlah

(kg)

Urea TSP KCl Urea TSP KCl

Januari 1 0.25 0.25 125 000 125 31 31 187

Februari 1 0.25 0.25 314 500 314 79 79 472

Maret 1 0.25 0.25 390 000 390 98 98 586

April 2 0.50 0.50 390 000 780 195 195 1 170

Mei 2 0.50 0.50 390 000 780 195 195 1 170

Juni 2 0.50 0.50 390 000 780 195 195 1 170

Juli 3 1.00 1.00 - - - - -

Agustus 3 1.00 1.00 - - - - -

September 3 1.00 1.00 - - - - -

Oktober 4 1.50 1.50 - - - - -

November 4 1.50 1.50 - - - - -

Desember 4 1.50 1.50 - - - - -

Sumber: Kantor Afdeling Kampung Baru 2015

Puleda diaplikasikan bersamaan dengan penyemprotan hama dan penyakit, yakni gandasil D dengan konsentrasi 6.7 g/l air dan dicampur insektisida serta fungisida. Tangki semprot yang digunakan adalah knap sack Solo berukuran 15 l. Prestasi karyawan dalam aplikasi puleta adalah 2 000 polybag/HOK, sedangkan standar perusahaan adalah 2 000 polybag/HOK. Prestasi karyawan dalam aplikasi puleda adalah 30 000 polybag/HOK, sedangkan prestasi perusahaan adalah 20 000

(33)

17

Gambar 6 Pemupukan lewat tanah

Pengamatan pertumbuhan vegetatif tanaman merupakan cara sederhana untuk mengetahui kualitas bibit yang ditanam. Beberapa peubah vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji t-student (Tabel 7).

Tabel 7 Pengaruh varietas terhadap tinggi bibit, diameter dan jumlah daun pada umur 22–32 MST

Peubah Umur (MST) Varietas p-value

(34)

18

Gambar 7 Pasang geer

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma di pembibitan dilakukan secara manual (Gambar 8). Pengendalian secara manual di areal pembibitan dianggap lebih efektif daripada pengendalian secara kimiawi. Pengendalian secara kimiawi akan mematikan serta bibit kopi yang terkena cairan herbisida. Jenis gulma yang ada di pembibitan antara lain adalah Drymoria cordata, Ageratum conyzoides,

Erechtites valerianifolia, Paspalum conjugatum, Oxalis corniculata, Cyperus sp

dan jenis paku-pakuan. Prestasi kerja penulis dalam pengendalian gulma manual adalah 1 158 polybag/HOK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 2 000 polybag/HOK. Standar prestasi kerja perusahaan dalam pengendalian gulma manual adalah 2 000 polybag/HOK.

Gambar 8 Pengendalian gulma secara manual di pembibitan

(35)

19

Gambar 9 Pengendalian hama dan penyakit dan pengaplikasian pupuk lewat daun di areal pembibitan

Penulis melakukan pengamatan terhadap intensitas serangan penyakit di pembibitan. Tanaman yang diamati adalah tanaman hasil penanaman karyawan. Tanaman yang diamati berasal dari varietas USDA. Persentase serangan penyakit berkisar antara 0.92–8.69 % (Tabel 8).

Tabel 8 Persentase serangan penyakit rebah batang pada bibit kopi varietas USDA umur 1 bulan setelah tanam kepelan di pembibitan

Varietas Populasi awal

Penyeleksian bibit. Seleksi bibit merupakan kegiatan memisahkan bibit-bibit normal dengan bibit-bibit tidak normal. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan karyawan dengan mengambil bibit-bibit tidak normal dari setiap petak bibit. Bibit-bibit tidak normal tersebut disatukan di suatu tempat khusus. Bibit-bibit tidak normal tersebut selanjutnya akan mendapatkan perlakuan khusus. Prestasi kerja karyawan dalam penyeleksian bibit adalah 1 500 polybag/HOK, sedangkan standar prestasi kebun adalah 1 500 polybag/HOK.

(36)

20

Tabel 9 Jumlah bibit kerdil hasil seleksi dan persentasi bibit sehat pada umur 9 bulan dari penanaman benih (umur 6 bulan setelah pindah tanam dari lahan persemaian ke polybag) di pembibitan Kebun Kalisat Jampit

Tanggal

Prestasi kerja merupakan cara untuk mengukur kemampuan kerja dalam suatu kegiatan. Karyawan kebun diwajibkan untuk mencapai standar prestasi yang telah ditetapkan. Prestasi penulis umumnya masih di bawah prestasi karyawan kebun dan standar kebun (Tabel 10).

Tabel 10 Prestasi kerja penulis, karyawan dan standar yang berlaku di kebun

Kegiatan Prestasi kerja penulis

(37)

21

Gambar 10 Kegiatan pendongkelan kopi yang telah mati Pengajiran

Pengajiran adalah kegiatan pemasangan ajir tanam sebelum kegiatan penanaman tanaman kopi ke lahan (Gambar 11). Alat yang digunakan dalam pengajiran kopi adalah kawat sepanjang 50 meter yang telah diberi tanda pada setiap kelipatan 2.5 meter. Pemilihan kawat dalam pengajiran adalah karena kawat memiliki sifat yang lebih kaku dan tidak mudah memuai bila dibandingkan dengan tali. Bahan yang digunakan sebagai ajir adalah potongan bambu berukuran 80–100 cm. Standar prestasi kerja pengajiran adalah 400 ajir/HOK, sedangkan karyawan hanya bisa mengerjakan hingga 210 ajir/HOK.

Gambar 11 Kegiatan pengajiran Penanaman dan Penyulaman

Penanaman dan penyulaman adalah satu kegiatan yang sama. Kegiatan penanaman terdiri atas pembuatan lubang tanam dan penanaman bibit kopi di lapangan (Gambar 12). Bibit kopi yang digunakan diambil langsung dari kebun bibit Afdeling Kampung Baru, Kebun Kalisat Jampit. Penanaman dan penyulaman dilakukan sesudah kegiatan pengajiran. Penyulaman bertujuan untuk menggantikan tanaman yang mati di lapangan. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 20 cm x 30 cm. Cara membuka polybag dalam penanaman kopi adalah dengan memotong secara horizontal bagian bawah polybag sekitar 2–3 cm dari permukaan bawah polybag, kemudian merobek secara vertikal polybag

(38)

22

menanam kopi adalah 50 tanaman/HOK. Standar prestasi kerja dalam penanaman dan penyulaman adalah 50 tanaman/HOK.

Gambar 12 Kegiatan penyulaman kopi Persiapan Pemupukan (Persipuk)

Persipuk adalah kegiatan membuat lubang atau alur pupuk sebelum dilakukannya pemupukan (Gambar 13). Alat yang digunakan adalah cangkul. Alur pupuk dibuat di bawah tajuk kopi dengan bentuk “L”. Akan tetapi, apabila lepas dari pengawasan mandor, karyawan kadang-kadang menyalahi prosedur tersebut dengan membuat alur pupuk berbentuk “I”. Alur pupuk umumnya dibuat 1 atau 2 hari sebelum dilakukannya pemupukan. Prestasi karyawan dalam pemupukan adalah 0.33 ha/HOK. Standar prestasi kerja persipuk adalah 0.33 ha/HOK atau sekitar 528 pohon/HOK (asumsi jarak tanam kopi 2.5 m x 2.5 m).

Gambar 13 Kegiatan persiapan pemupukan Pemupukan

(39)

23 analisis LSU dan SSU digunakan untuk menentukan dosis rekomendasi (Lampiran 11). Prestasi kerja penulis pada pemupukan adalah 296 tanaman/HOK (0.185 ha/HOK). Prestasi kerja karyawan adalah 0.33 ha/HOK atau setara 528 tanaman/HOK. Standar perusahaan adalah 0.33 ha/HOK. Pengawasan dalam pemupukan harus berjalan baik dan sesuai rencana sehingga efektifitas pemupukan dapat dicapai.

Gambar 14 Kegiatan pemupukan tanaman kopi Wiwil Halus

Kegiatan wiwil halus terdiri dari memangkas atau membuang cabang kipas, cabang cacing, cabang kering (ranting mati), cabang balik, serta cabang tidak produktif lainnya yang berada di cabang primer dan cabang sekunder (Gambar 15). Kegiatan tersebut dilakukan pada saat menjelang panen dan bulan Januari atau 3– 4 bulan setelah pangkas lepas panen (bulan September). Wiwil halus yang dilakukan pada saat menjelang panen bertujuan untuk mengoptimalkan pengisian buah. Wiwil halus yang dilakukan setelah pangkas lepas panen bertujuan untuk menjaga kelembaban percabangan. Percabangan yang terlalu lembab akan menyebabkan calon buah busuk dan rontok. Alat yang digunakan adalah sarung tangan, gunting pangkas dan gergaji. Prestasi penulis pada kegiatan wiwil halus adalah 29 pohon/HOK (0.018 ha/HOK). Prestasi rata-rata karyawan adalah 0.125 ha/HOK atau setara 200 tanaman. Prestasi standar perusahaan adalah 0.125 ha/HOK.

Wiwil Kasar

(40)

24

Gambar 15 Kegiatan wiwil; a) kegiatan wiwil halus pada tanaman kopi, b) contoh cabang tidak produktif, c) kegiatan wiwil kasar pada tanaman kopi, d) contoh tunas air kopi

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma terdiri atas dua cara, yakni pengendalian secara kimia atau chemical weeding (menggunakan alat semprot) dan pengendalian secara manual atau jombret (menggunakan panjang dan bantol). Pengendalian secara kimia dilakukan pada lahan yang memiliki jumlah sulaman tanaman kopi yang sedikit, sedangkan pengendalian secara manual dilakukan pada lahan yang memiliki jumlah sulaman kopi yang banyak. Jenis gulma yang ada di lahan antara lain adalah Drymoria cordata, Ageratum conyzoides, Erechtites valerianifolia,

Paspalum conjugatum, Setaria plicata, Cyperus sp, Sida rhombifolia, Axonopus compressus, Cynodon dactylon dan Eleusine indica.

Pengendalian secara kimia menggunakan herbisida Dry up berbahan aktif glyphosate dengan konsentrasi 5 ml/l air atau dosis sekitar 900 ml/ha. Alat yang digunakan adalah alat semprot knap sack solo berukuran 15 l (Gambar 16). Air yang digunakan diambil dari areal pabrik yang dikirim menggunakan truk ke lahan, di lahan air ditampung menggunakan drum plastik berukuran 220 l. Prestasi penulis dalam mengendalikan gulma secara kimia adalah 0.09 ha/HOK. Prestasi kerja karyawan dalam pengendalian gulma secara kimia adalah 0.5 ha/HOK, sedangkan standar perusahaan adalah 0.5 ha/HOK.

a

b

(41)

25 Pengendalian gulma secara manual atau jombret terdiri dari dua cara, yakni jombret merah (hitam) dan jombret atas (biasa). Jombret merah adalah kegiatan memotong gulma hingga hanya menyisakan 0–2 cm gulma dari permukaan tanah. Jombret atas adalah memotong gulma hingga hanya menyisakan 5 cm gulma dari permukaan tanah. Jombret merah lebih disarankan untuk dilakukan. Kebun Kalisat Jampit khususnya Afdeling Kampung Baru menerapkan jombret atas. Alat yang digunakan adalah panjang (parang) dan bantol. Panjang (parang) berfungsi untuk memotong rumput. Bantol adalah kayu bebentuk huruf “L” yang berukuran sekitar 80–100 cm. Bantol berfungsi sebagai alat pelindung diri dari panjang terutama kaki pada saat pemotongan gulma (Gambar 16). Prestasi kerja karyawan dalam pengendalian gulma secara manual adalah 0.2 ha/HOK. Prestasi standar perusahaan adalah 0.2 ha/HOK.

Gambar 16 Pengendalian gulma; a) pengendalian secara kimiawi di kebun kopi, b) pengendalian secara manual di kebun kopi, c) panjang dan bantol Pengendalian Hama dan Penyakit

Panen bubuk. Panen bubuk dilakukan saat tanaman kopi mulai menghasilkan buah merah, namun jumlahnya masih sedikit (Gambar 17). Tujuannya adalah untuk memutus penyebaran hama bubuk kopi yang bisa menyebar lebih banyak saat panen puncak. Alat yang digunakan adalah tekote, karung petik dan karung angkut. Setelah kegiatan panen selesai, para pemetik akan mensortasi langsung kopi yang mereka petik menjadi dua bagian, yakni kopi bancuk dan kopi merah. Prestasi karyawan dalam panen bubuk adalah 2 ha/HOK. Standar perusahaan adalah 2 ha/HOK.

Gambar 17 Panen bubuk; a) kegiatan panen bubuk, b) gejala serangan hama bubuk

a

a

c b

(42)

26 Panen

Panen merupakan kegiatan memetik buah kopi yang telah merah (Gambar 18). Panen kopi dilakukan satu tahun sekali. Setiap afdeling dibagi menjadi 12 blok panen. Hal tersebut dilakukan karena masa merah buah kopi adalah 12 hari. Apabila melebihi 12 hari maka kopi tersebut menjadi over red. Alat yang digunakan adalah kocok, tekote, beberan, karung petik, karung angkut, hamparan, timbangan dan cagak timbang. Pada musim panen awal (sambang kocok), jumlah kopi merah di lapangan masih sedikit, sehingga pemanen hanya memanen sedikit kopi. Prestasi rata-rata pemanen pada musim panen awal di Kebun Kalisat Jampit adalah 11.14 kg/orang (Tabel 11). Sistem yang digunakan dalam panen adalah sistem borongan. Setiap kilogram kopi glondong yang didapat pemanen dihargai Rp 1 250 (pada masa awal panen) pada tahun 2015. Hasil panen dapat dilihat pada Tabel 11.

Gambar 18 Kegiatan petik kopi

Tabel 11 Hasil panen di Afdeling Kampung Baru bulan Mei masa II 2015

Tanggal Hasil Panen (kg) Jumlah Tenaga Kerja

(orang)

Prestasi rata-rata (kg/orang)

18/05/2015 459 47 9.76

19/05/2015 585 45 13.00

20/05/2015 294 40 7.35

22/05/2015 139 12 11.58

23/05/2015 285 28 10.17

25/05/2015 271 22 12.32

26/05/2015 305 37 8.24

27/05/2015 363 25 14.52

28/05/2015 546 41 13.31

Rata-rata 11.14

Sumber: Kantor Afdeling Kampung Baru, Kebun Kalisat Jampit 2015

Check list hasil petik

(43)

27

list dilakukan dengan menggambil sampel dari beberapa areal petik dan dari beberapa mandor petik yang berbeda. Kegiatan ini bertujuan untuk mengontrol dan mengevaluasi hasil petik yang dilakukan pemetik dari setiap mandoran. Parameter standar mutu petik kopi, yakni: a) baik: jumlah buah diatas atau di bawah pohon bersih, b) sedang: jumlah buah di atas atau di bawah pohon berjumlah 1–5 butir, c) kurang: jumlah buah di atas atau di bawah pohon berjumlah > 5 butir (Tabel 12).

Tabel 12 Check list hasil petik Afdeling Kampung Baru tanggal 09 Juni 2015

Nomor

Sortasi merupakan kegiatan memisahkan hasil petikan menjadi bebarapa bagian, yakni kopi glondong merah, bancuk, hijau dan hitam. Kegiatan sortasi umumnya dilakukan di atas hamparan yang terbuat dari terpal (Gambar 19). kopi superior terdiri dari kopi merah dan kopi bancuk. Kopi inferior terdiri dari kopi hijau dan hitam. Biasanya sortasi dilakukan oleh masing-masing pemetik langsung setelah pemetikan di lahan selesai. Standar mutu superior terdiri dari buah merah 93 %, buah bancuk 5 % dan buah hitam atau kismis 2 %. Semakin tinggi persentasi buah merah, maka semakin baik pula mutu petikan suatu afdeling.

Gambar 19 Kegiatan sortasi setelah petik kopi Penimbangan

(44)

28

selesai ditimbang dipindahkan ke karung angkut dan diikat. Karung angkut dipisahkan menjadi 3 bagian, yakni: a) kopi merah, b) kopi bancuk, c) kopi hijau dan hitam. Pengangkutan karung angkut ke pabrik dikawal langsung oleh petugas

security yang bertugas pada hari itu.

Gambar 20 Penimbangan kopi

Tabel 13 Hasil timbang Afdeling Kampung Baru bulan Juni masa I tahun 2015

Tanggal Hasil Timbang (kg) Jumlah (kg) Superior Inferior

03/06/2015 719 15 734 04/06/2015 937 83 1 020 05/06/2015 352 16 368 06/06/2015 554 26 580 08/06/2015 1 021 71 1 092 09/06/2015 972 33 1 005 10/06/2015 698 8 706 11/06/2015 236 2 238 12/06/2015 594 7 601 13/06/2015 753 14 767 15/06/2015 1 198 27 1 225 Rata-rata (kg) 730 27 758

Sumber: Kantor Afdeling Kampung Baru, Kebun Kalisat Jampit 2015

Uji Petik Glondong

(45)

29

Gambar 21 Analisis uji petik glondong Tabel 14 Uji petik glondong tanggal 23 Juni 2015

Afdeling

Glondong (buah/kg)

Merah Bancuk Hijau Kismis Kering ⅀ Ramb HS Vos Boon

Bubuk Buah %

Kampung

Baru 664 60 0 1 17 742 149 137 12 35 89

Sempol 635 48 1 9 6 699 54 51 3 17 91

Kampung

Malang 623 70 0 10 10 713 64 63 1 19 87

Krepekan 688 32 0 22 12 754 86 82 4 15 91

Jampit 710 6 0 11 9 736 121 118 3 6 96

Rata-rata 664 43 0 11 11 729 95 90 5 18 91

Sumber: Kantor Afdeling Pabrik, Kebun Kalisat Jampit

Keterangan: ⅀ = Jumlah, Ramb = rambangan, HS = hampa sebelah, Vos Boon = biji hampa, % = persentase bobot glondong merah terhadap bobot glondong total.

Penggilingan Kopi (Pulping)

Penggilingan kopi merupakan kegiatan memisahkan antara daging buah dari kulit tanduk dan biji kopi (Gambar 22). Kopi glondong yang datang ke ruang pengolahan basah akan diletakan di atas lantai penerimaan dan disalurkan ke dalam conestank (kapasitas 4 ton glondong/unit/jam). Conestank berfungsi untuk memisahkan buah kopi normal dengan buah kopi rambangan. Buah kopi rambangan akan mengapung di dalam conestank, sedangkan buah kopi normal akan tenggelam. Buah kopi rambangan yang mengapung disalurkan ke dalam mesin anglia pulper (kapsitas 2 ton glondong/jam/unit). Buah kopi normal yang tenggelam disalurkan ke mesin vis pulper (kapasitas 4 ton gondong/jam/unit). Kopi yang sudah terpisah dari daging buah akan disalurkan ke bak fermentasi masing-masing.

(46)

30

Uji Petik Hasil Pulping dan Uji Petik Hasil Limbah Pulping

Uji petik hasil pulping dan uji petik limbah pulping bertujuan untuk mengontrol mesin vis pulper dan anglia pulper saat dioperasikan. Kegiatan uji petik hasil pulping terdiri dari mengambil sampel secara acak dari mesin vis pulper sebanyak 300 g. Sampel tersebut dipisahkan menjadi beberapa bagian, yakni HS normal, glondong, lecet, pecah dan kulit. Apabila persentase glondong, lecet dan pecah melebihi parameter standar (Tabel 15), maka bagian quality control akan menghubungi bagian teknisi penggilingan untuk memeriksa mesin

vis pulper dan anglia pulper. Kegiatan uji petik hasil limbah pulping terdiri dari mengambil sampel secara acak dari saluran pembuangan limbahsebanyak 300 g. Limbah pulping yang diinginkan adalah limbah yang persentase HS (Hoorn Skin) terikutnya dibawah 1 %.

Sumber: Kantor Afdeling Pabrik, Kebun Kalisat Jampit

Keterangan: HS = Hoorn skin (biji yang masih dilapisi kulit tanduk)

Fermentasi

Fermentasi adalah kegiatan memeram HS hasil pulping di dalam bak fermentasi (Gambar 23). Tujuan fermentasi adalah untuk membentuk citarasa kopi Arabika. Waktu fermentasi pada pengolahan kopi Arabika adalah 36 jam. Fermentasi dilakukan dalam bak–bak fermentasi yang dibagi menjadi 3 bagian¸ yakni bak fermentasi kopi merah, bancuk dan rambangan. Kapasitas bak fermentasi adalah 40 ton glondong/unit.

Gambar 23 Fermentasi kopi di bak fermentasi Pencucian (washing) dan Pembilasan

(47)

31 selama 36 jam, kopi dialirkan dari bak fermentasi ke dalam mesin aqua pulper

menggunakan conveyor. Pembuangan lendir terjadi di dalam mesin aqua pulper

(Gambar 24). Kopi yang lendirnya telah dibuang selanjutnya dialirkan menuju serpentin untuk dibilas. Tujuan pembilasan adalah untuk memisahkan kulit kopi yang masih terikut dari sisa pengolahan sebelumnya. Serpentin berukuran panjang 28 m, lebar 1.45 m dan tinggi 0.5 m (volume = 22.33 m3) dengan kapasitas 15 742 kg HS basah/unit. Kulit kopi akan terikut air pada saat dibilas di dalam serpentin.

Gambar 24 Mesin aqua pulper yang digunakan untuk mencuci kopi Penjemuran

Kopi yang telah dibilas di dalam serpentin akan dikirim ke lantai jemur. Kopi yang keluar dari serpentin disebut HS basah. HS basah dijemur di lantai jemur selama kurang lebih 20 hari hingga kadar air sebesar 10.5 % (Gambar 25). Luas lantai jemur di areal pabrik Kebun Kalisat Jampit adalah 2.6 ha. Pembalikan kopi dilakukan sebanyak enam kali dalam sehari. Selama masa penjemuran diberlakukan sistem bendera, yakni bendera hijau (9.5–14 kg), bendera kuning (7.5–9.4 kg) dan bendera merah (7–7.4 kg). Pengecekan kadar air dilakukan pada kopi yang sudah berbendera merah. Alat yang digunakan untuk mengetahui kadar air HS kering kopi adalah Grain Moisture Tester PM-410. Apabila kadar air kopi telah mencapai 10.5 % maka kopi akan dikemas ke dalam karung dengan ukuran 40 kg HS kering per karung. Hasil penjemuran kopi yang telah dikemas ke dalam karung disimpan di gudang HS kering.

(48)

32

Penggerbusan

Penggerbusan bertujuan untuk melepas biji kopi dari kulit tanduk kopi. Biji kopi yang telah dilepas kulit tanduknya disebut kopi pasar. Alat yang digunakan adalah mesin huller (kapasitas 600 kg kopi pasar/jam). Dari mesin huller kopi pasar akan masuk ke dalam mesin catador. Mesin catador berfungsi untuk memisahkan kulit tanduk kopi yang masih terikut dengan kopi pasar. Dari mesin

catador kopi pasar disalurkan ke mesin greader. Mesin greader berfungsi untuk memisahkan kopi pasar menjadi beberapa bagian, yakni X (excellent), M (medium), S (small), Pea Berry (Gambar 26).

Gambar 26 Penggerbusan kopi

Blending

Blending adalah kegiatan menggabungkan kopi dari beberapa karung menjadi satu dengan tujuan membuat kopi seragam (homogen) (Gambar 27). Alat yang digunakan adalah terpal sebagai alas untuk mencampur kopi pasar. Kopi pasar yang telah tercampur dimasukkan ke dalam karung HC Green (karung goni) dengan ukuran 60 kg kopi pasar/karung. Karung-karung berisi kopi tersebut disusun per kavling. Satu kavling berjumlah 50 karung atau 3 ton kopi pasar. Kopi pasar yang telah dikavling siap untuk dikirim ke konsumen.

Gambar 27 Kegiatan blending kopi

Aspek Manajerial

Gambar

Tabel 3 Jumlah bibit di Kebun Kalisat Jampit pada tahun 2015
Gambar 2 Sambung-stek; a) penanaman sambung-stek, b) pisau sambung
Gambar 5 Penyiraman bibit kopi
Gambar 6 Pemupukan lewat tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Khusus untuk aspek pemanenan telah dilakukan pengamatan terhadap luas areal panen dan rotasi petik, sistem dan cara pemanenan buah kopi, jumlah tenaga pemetik

Analisis sensitivitas pada agribisnis perkebunan kopi arabika di PTPN XII Kebun Blawan menunjukkan bahwa perubahan penurunan harga kopi, kenaikan biaya produksi

Strategi pengembangan agribisnis perkebunan kopi robusta (kopi lanang) di Unit Kebun Malangsari Wilayah I PTPN XII di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan posisi

Atau dapat dikatakan bahwa usaha pengolahan kopi arabika PTPN XII Kebun Kalisat-Jampit untuk pasar ekspor memiliki keunggulan komparatif pada kondisi tanpa adanya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari perbedaan proses pengolahan kopi arabika dan kopi robusta, untuk mengetahui dan memperoleh hasil

Pada daerah yang endemik nematoda parasit dapat dipakai benih sambungan dengan batang bawah stek klon kopi Robusta BP 308 yang tahan nematoda, dan selanjutnya

Strategi pengembangan agribisnis perkebunan kopi robusta (kopi lanang) di Unit Kebun Malangsari Wilayah I PTPN XII di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan posisi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kebun entres untuk memperoleh bahan tanam karet yang prima adalah: a kebun entres menggunakan bahan tanam okulasi yang batang