• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L) di Kebun Blawan, PTPN XII (Persero) Bondowoso, Jawa Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L) di Kebun Blawan, PTPN XII (Persero) Bondowoso, Jawa Timur."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KOPI ARABIKA

(

Coffea arabica

L) DI KEBUN BLAWAN, PTPN XII (PERSERO)

BONDOWOSO, JAWA TIMUR

VINSENSIA FEBRINA SIANTURI

A24100031

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L) di Kebun Blawan, PTPN XII (Persero) Bondowoso, Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

(4)

ABSTRAK

VINSENSIA FEBRINA SIANTURI. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L) di Kebun Blawan, PTPN XII (Persero) Bondowoso, Jawa Timur. Dibimbing oleh ADE WACHJAR.

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Kegiatan magang bertujuan mempelajari teknik budidaya tanaman dan pengelolaan perkebunan kopi, mempelajari dan menganalisis permasalahan yang dihadapi di lapangan mengenai pengelolaan pemangkasan serta solusi mengatasinya. Pemangkasan bertujuan agar pohon tetap rendah sehingga mudah perawatannya, dan membentuk cabang-cabang produksi yang baru. Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Blawan PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Bondowoso, Jawa Timur, mulai bulan Februari sampai dengan Juni 2014. Pengumpulan data primer diperoleh melalui pengamatan dan praktik kerja secara langsung meliputi kegiatan pemeliharaan tanaman yaitu pemangkasan lepas panen (pengamatan cabang-cabang tanaman, tinggi tanaman, jumlah tunas yang tumbuh), sedangkan data sekunder diperoleh melalui laporan manajemen perusahaan. Analisis data yang dilakukan secara deskriptif, rata-rata dan persentase. Pemangkasan yang dilakukan termasuk dalam kategori pemangkasan ringan. Tanaman kopi yang memiliki kondisi cabang yang merata dan seimbang sangat mempengaruhi hasil taksasi produksi. Banyak cabang yang harus dipangkas disebabkan cabang-cabang sudah tua dan terserang penyakit. Setelah melakukan pemangkasan, tanaman menghasilkan tunas-tunas baru.

Kata kunci : kopi, Kebun Blawan, pemangkasan, cabang produktif

ABSTRACT

VINSENSIA FEBRINA SIANTURI. Pruning Management of Arabica Coffee (Coffea arabica L) at Kebun Blawan PTPN XII (Persero) Bondowoso, East Java. Supervised by ADE WACHJAR.

(5)

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KOPI ARABIKA

(

Coffea arabica

L) DI KEBUN BLAWAN, PTPN XII (PERSERO)

BONDOWOSO, JAWA TIMUR

VINSENSIA FEBRINA SIANTURI A24100031

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul : Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L) di Kebun Blawan, PTPN XII (Persero) Bondowoso, Jawa Timur

Nama : Vinsensia Febrina Sianturi NRP : A24100031

Disetujui oleh

Dr Ir Ade Wachjar, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur atas rahmat Tuhan yang Maha Esa sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini berjudul “Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L) di Kebun Blawan,

PTPN XII (Persero) Bondowoso, Jawa Timur”. Karya ilmiah ini sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.

Karya ilmiah ini memberikan deskripsi mengenai topik magang yang telah dilakukan penulis sejak Februari-Juni 2014 di Kebun Blawan PTPN XII Bondowoso, Jawa Timur. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Bapak Dr Ir Supijatno, MSi dan Ibu Dr Ir Heni Purnamawati, MSc.Agr selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan saran-saran sehingga skripsi ini selesai.

3. Direksi PTPN XII yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan magang pada salah satu kebun di bawah pengelolaannya.

4. Manajer Kebun Blawan, Bondowoso beserta staf dan karyawan yang telah membimbing dan memberikan fasilitas dalam melaksanakan magang. 5. Ayah Ir John Manimbul Sianturi dan Ibu Ir Cypriana Siagian, MSi selaku

orang tua, Abang Purwanto dan Kakak Alvide yang telah mendukung dan memberikan semangat selama kegiatan magang dan pembuatan skripsi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Percabangan Tanaman Kopi 2

Pemangkasan 2

METODE MAGANG 3

Tempat dan Waktu 3

Metode Pelaksanaan 4

Pengamatan dan Pengumpulan Data 4

Analisis Data dan Informasi 5

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 5

Sejarah 5

Wilayah Administratif 6

Keadaan Tanah dan Iklim 6

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 6

Keadaan Pertanaman dan Produksi 7

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 7

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 9

Aspek Teknis 9

Aspek Manajerial 21

PEMBAHASAN 23

Jenis-Jenis Cabang 23

Pemangkasan 24

KESIMPULAN DAN SARAN 26

Kesimpulan 26

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 26

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Luas areal, produksi dan produktivitas kopi di Kebun Blawan dari

tahun 2009-2013 7

2. Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di kebun Blawan 9

3. Hubungan antara persentase jenis cabang dengan hasil taksasi

produksi tanaman kopi Arabika di Kebun Blawan 14

4. Rata-rata jumlah cabang-cabang produktif dan cabang-cabang tidak

produktif tanaman kopi Arabika di Kebun Blawan 15

5. Rata-rata tinggi tanaman dengan jarak antar cabang tanaman kopi

Arabika di Kebun Blawan 15

6. Jumlah tunas yang tumbuh setelah pemangkasan cabang tanaman

kopi Arabika di Kebun Blawan 16

7. Contoh taksasi produksi di Kebun Blawan pada tahun 2014 18

DAFTAR GAMBAR

1. Pembibitan pre nursery dan main nursery di Kebun Blawan:

(a) Sambung stek hipokotil, (b) Penanaman hasil sambung stek hipokotil, -

(c) Pengendalian gulma 11

2. Pembuatan lubang tanam tanaman Kopi 11

3. Pengendalian gulma secara kimiawi 12

4. Pemupukan tanaman kopi 13

5. Pemangkasan tanaman kopi 15

6. Pembiakan trichoderma untuk pengendalian nematoda 17

7. Pemeliharaan tanaman pelindung 17

8. Kegiatan taksasi produksi 19

9. Kegiatan panen 20

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di Kebun Blawan, PTPN XII (Persero), Bondowoso, Jawa Timur 29

(11)

3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten tanaman di Kebun Blawan, PT Perkebunan Nusantara XII (Persero),

Bondowoso, Jawa Timur 31

4. Letak wilayah administratif 33

5. Keadaan curah hujan dan hari hujan bulanan di Afdeling Besaran Kebun Blawan, PT Perkebunan Nusantara XII (Persero),

Bondowoso, Jawa Timur, Tahun 2009-2013 34

6. Luas areal konsesi dan tata guna lahan di Kebun Blawan, PT

Perkebunan Nusantara XII (Persero), Bondowoso, Jawa Timur 35

7. Struktur organisasi perusahaan 36

8. Pupuk anjuran tanaman kopi di Kebun Blawan, PT Perkebunan

Nusantara XII (Persero), Bondowoso, Jawa Timur, Tahun 2014 36

9. Kriteria pemangkasan standar perusahaan 37

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara (Rahardjo 2012). Bentuk usaha perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat (PR) dengan porsi 96% dari total area di Indonesia, 2% perkebunan besar negara (PBN) dan 2% perkebunan besar swasta (PBS). Komposisi tersebut menunjukkan peranan petani kopi dalam perekonomian nasional cukup signifikan. Sebaran produksi kopi di Indonesia tidak merata di seluruh daerah/provinsi sehingga hal ini akan menyebabkan wilayah-wilayah basis komoditas kopi di Indonesia hanya terpusat pada beberapa daerah/provinsi saja (Kusmiati dan Windiarti 2011).

Luas perkebunan kopi di Indonesia pada tahun 2008 adalah 1 295 110 ha, dengan produksi sebesar 698 016 ton, produktivitas sebesar 749 kg/ha, volume ekspor sebesar 468 000 ton, nilai ekspor US$ 991. Luas areal, produksi, produktivitas, volume ekspor kopi tersebut pada tahun 2012 mengalami penurunan masing-masing menjadi 1 235 289 ha, 691 163 ton, 745 kg/ha, 448 000 ton dan nilai ekspor naik menjadi US$ 1249. Luas perkebunan kopi Arabika di Indonesia pada tahun 2008 adalah 285 897 ha, dengan produksi sebesar 147 095 ton, produktivitas sebesar 824 kg/ha. Luas areal, produksi dan produktivitas kopi Arabika tersebut pada tahun 2012 mengalami peningkatan masing-masing menjadi 306 086 ha, 162 658 ton dan 858 kg/ha (Ditjenbun 2013).

Salah satu yang mempengaruhi produksi adalah penerapan teknik budidaya tanaman. Teknik budidaya tanaman kopi yang penting dilakukan adalah pembibitan, pembukaan dan persiapan lahan, penanaman penaung, persiapan tanam dan penanaman, pemeliharaan, serta penanganan panen dan pasca panen (Tim Karya Tani Mandiri 2010). Kegiatan pemeliharaan tanaman kopi meliputi penyulaman, pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, serta pengendalian hama dan penyakit (Anggara dan Marini 2011).

Pemangkasan bertujuan agar tanaman tetap rendah sehingga mempermudah perawatan dan pemanenan, membentuk cabang-cabang produksi yang baru, mempermudah pengendalian hama dan penyakit. Perusahaan perkebunan besar di Indonesia umumnya menerapkan pemangkasan dengan sistem berbatang tunggal, sedangkan perkebunan rakyat umumnya menerapkan sistem berbatang ganda. Sistem pemangkasan batang tunggal yang dilakukan yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi (pemeliharaan), dan pemangkasan rejuvinasi/peremajaan. Sistem berbatang ganda memiliki dua batang dalam satu pohon, pada umumnya kurang bersifat individu atau tidak terlalu tergantung pada kondisi pohon (Mulyanti 2002).

Tujuan Adapun tujuan magang adalah :

(14)

2. Melatih keterampilan dan mendapatkan pengalaman kerja di bidang perkebunan, khususnya perkebunan kopi.

3. Mempelajari dan menganalisis permasalahan yang dihadapi di lapangan mengenai pengelolaan pemangkasan serta solusi mengatasinya.

TNJAUAN PUSTAKA

Percabangan Tanaman Kopi

Kopi memperlihatkan sifat dimorfisma dalam pertumbuhan vegetatifnya terdiri atas pertumbuhan ortotropik (arah pertumbuhan tegak) dan plagiotropik (arah pertumbuhan ke samping). Bagian tanaman yang tumbuh ortotropik yaitu batang dan tunas-tunas air (wiwilan) dapat menghasilkan pertumbuhan ortotropik dan plagiotropik. Sebaliknya bagian tanaman yang tumbuh plagiotropik yaitu cabang, hanya menghasilkan pertumbuhan plagiotropik dan tidak dapat menghasilkan pertumbuhan ortotropik.

Ketiak daun pada batang terdapat dua macam kuncup tunas yaitu kuncup tunas primer atau legitim dan kuncup tunas reproduksi. Kuncup tunas primer hanya terdapat satu buah terletak di bagian paling atas, kuncup tunas primer dapat tumbuh menjadi cabang primer atau cabang buah kecuali pada 2 - 5 pasang daun yang paling bawah. Buah terbentuk pada cabang-cabang primer sehingga cabang primer sangat bermanfaat. Pada ketiak daun cabang primer memiliki dua kuncup tunas terdiri atas kuncup tunas sekunder dan kuncup tunas reproduksi. Kuncup tunas sekunder dapat tumbuh menjadi cabang sekunder. Kuncup tunas reproduksi memiliki 4-5 buah, terletak di bawah kuncup tunas primer, kuncup tunas reproduksi dapat tumbuh menjadi cabang reproduksi, cabang cacing, atau cabang balik (Yahmadi 1972).

Cabang primer adalah cabang yang tumbuh pada batang utama. Cabang primer mempunyai ciri-ciri yaitu arah pertumbuhannya mendatar, dan berfungsi sebagai penghasil bunga karena di setiap ketiak daun terdapat mata atau tunas yang dapat tumbuh menjadi bunga. Cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan mempunyai sifat yang sama seperti cabang primer sehingga dapat menghasilkan bunga. Cabang balik adalah cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang primer, berkembang tidak normal dan mempunyai arah pertumbuhan menuju ke dalam mahkota tajuk (Tim Karya Tani Mandiri 2010).

Pemangkasan

Sebelum bercocok tanam kopi, selain memperhatikan keadaan iklim, jenis dan varietas yang akan ditanam, juga harus diperhatikan pekerjaan-pekerjan yang akan dilaksanakan. Kegiatan budidaya tanaman kopi yang dilaksanakan yaitu persemaian dan pembibitan kopi, persiapan lahan, pembukaan lahan, penanaman tanaman pelindung, pemeliharaan (pemupukan, pemangkasan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama dan penyakit), pemanenan, serta pengelolaan pasca panen (Rahardjo 2012).

(15)

Indonesia umumnya menerapkan pemangkasan dengan sistem berbatang tunggal, sedangkan perkebunan rakyat umumnya menerapkan sistem berbatang ganda.

Sistem pemangkasan batang tunggal yang dilakukan yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi (pemeliharaan), dan pemangkasan rejuvenasi (peremajaan). Sistem berbatang ganda pada umumnya kurang bersifat individu atau bergantung keadaan antar pohon tanaman kopi. Sistem berbatang tunggal lebih sesuai bagi jenis-jenis kopi yang banyak membentuk cabang-cabang sekunder seperti kopi Arabika, karena sistem berbatang tunggal lebih banyak diarahkan pada pengaturan peremajaan cabang (Mulyanti 2002).

Pemangkasan bentuk bertujuan membentuk kerangka tanaman kopi yang kuat dan seimbang, tanaman tidak terlalu tinggi, cabang-cabang lateral dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih kuat dan lebih panjang. Pemangkasan bentuk pada tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan umur 1 tahun yang memiliki ketinggian lebih dari 1 m dipotong/dibentuk dan tiga cabang primer dipotong (disunat) pada ketinggian 80 - 100 cm. Pemotongan dilakukan pada ruas ke 2 - 3, dan pasangan cabang yang disunat dipangkas.

Pemangkasan pemeliharaan meliputi pemangkasan lepas panen (PLP), pemangkasan halus, pemangkasan seleksi dan pemangkasan tunas air (wiwil kasar). Pemangkasan pemeliharaan bertujuan menjaga keseimbangan kerangka tanaman yang telah diperoleh melalui pemangkasan bentuk. Pemangkasan cabang-cabang tua yang tidak produktif biasanya cabang yang telah berbuah 2 - 3 kali, hal ini bertujuan agar dapat memacu pertumbuhan cabang-cabang produksi. Apabila tidak ada cabang-cabang reproduksi, cabang tersebut harus dipotong juga agar zat hara dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan cabang lain yang lebih produktif. Pemangkasan pemeliharaan juga dilakukan terhadap cabang yang terserang hama dan penyakit.

Pemangkasan rejuvenasi bertujuan untuk memperoleh batang muda. Pemangkasan rejuvenasi dilakukan apabila produksi rendah, tetapi keadaan pohon-pohon masih cukup baik. Pemangkasan tidak hanya untuk menghasilkan cabang-cabang saja tetapi juga banyak menghasilkan buah (Prastowo et al. 2010). Sistem pemangkasan berbatang ganda bertujuan membentuk kerangka batang utama pohon kopi lebih dari satu dan meremajakan batang dan cabang. Keunggulan pemangkasan sistem batang ganda dibandingkan sistem batang tunggal yaitu memberi potensi produksi lebih tinggi terutama pada tanaman muda, lebih praktis dan mudah dilakukan, serta tidak memerlukan banyak tenaga dan keterampilan khusus. Sistem pemangkasan berbatang ganda biasanya dianjurkan pada varietas kopi Kartika yang pertumbuhannya seragam. Hal yang penting dalam sistem pemangkasan batang ganda yaitu pemupukan dilakukan harus intensif dan naungan cukup 25 % dari tanaman kopi dan tidak kekurangan sinar matahari (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 2010).

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

(16)

Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan magang yaitu melakukan pekerjaan secara langsung dengan mengikuti kegiatan yang ada di kebun, pengumpulan data primer dan sekunder. Selama magang penulis bekerja secara langsung di kebun dengan status sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama 4 minggu, sebagai pendamping mandor selama 4 minggu, dan sebagai pendamping asisten selama 8 minggu.

Kegiatan di lapangan pada saat sebagai KHL meliputi: pembibitan, pembuatan lubang tanam, pemeliharaan (pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian hama penyakit), pemeliharaan tanaman pelindung serta penanganan panen dan pengolahan hasil. Selama sebagai KHL dilakukan penulisan jurnal harian yang diketahui pembimbing lapangan, mencatat prestasi kerja yang diperoleh penulis dan karyawan setiap kali mengikuti kegiatan, kemudian dibandingkan dengan norma kerja yang berlaku di perusahaan (Lampiran 1).

Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor adalah membantu mandor dalam penentuan jumlah karyawan yang dibutuhkan, membuat perencanaan untuk setiap kegiatan, pengawasan karyawan harian di lapangan, dan pembuatan analisis pekerjaan. Penulis juga mempunyai tanggung jawab administratif yaitu membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan mandor (Lampiran 2).

Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping asisten tanaman adalah mempelajari cara mengelola kebun mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan serta evaluasi dalam pengelolaan kebun (Lampiran 3).

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan difokuskan pada kegiatan pemangkasan tanaman kopi dengan beberapa parameter yang mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Populasi tanaman kopi Arabika di Kebun Blawan rata-rata 1 949 pohon per hektar, untuk pengamatan ditentukan jumlah pohon contoh sebanyak 10 tanaman per blok. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga ulangan. Pengamatan dilakukan dengan mengumpulkan data di lapangan khusus aspek pemangkasan. Bagian tanaman kopi yang diamati adalah cabang-cabang tanaman, tinggi tanaman dan jumlah tunas yang tumbuh. Pengamatan dilakukan di lima blok, masing-masing blok memiliki perbedaan tahun tanam. Cara pengambilan sampel dilakukan secara acak. Pengamatan dibagi atas tiga tahap yaitu sebelum pemangkasan, saat pemangkasan dan sesudah pemangkasan.

Pengamatan Sebelum Pemangkasan : 1. Pengamatan jumlah cabang kopi

(17)

2. Taksasi produksi

Menurut Tampubolon (2002), perhitungan taksasi hasil dilakukan dengan menggunakan rumus yang baku, yaitu :

, dimana P hasil taksasi produksi, A rata-rata jumlah buah

per pohon, B persentase keberhasilan, C populasi tanaman, dan e jumlah buah biji kopi untuk menghasilkan satu kilogram kopi.

Pengamatan Saat Pemangkasan

Peubah yang diamati yaitu cabang produktif dan cabang tidak produktif. Jumlah cabang yang dipangkas dengan kategori cabang tidak produktif, sedangkan sisa cabang-cabang yang ditinggal pada tanaman kopi merupakan cabang yang produktif.

Pengamatan Setelah Pemangkasan

Peubah yang diamati yaitu jumlah tunas yang tumbuh dan tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik teratas kuncup tunas primer. Pengamatan tinggi tanaman sebanyak tiga kali, pengukuran dilakukan 1 bulan sekali mulai 2 minggu setelah pemangkasan (MSP) hingga 2 bulan berikutnya.

Berdasarkan kegiatan pengamatan tersebut diperoleh data prestasi kerja penulis, hambatan atau pendukung dari kegiatan yang dilakukan. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan (laporan tahunan, semesteran, dan bulanan) meliputi letak geografis dan administratif kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal konsesi dan tata guna lahan, kondisi tanaman dan produksi, struktur organisasi dan norma ketenagakerjaan perusahaan. Data tersebut dibandingkan dengan standar kebun yang berlaku.

Analisis Data dan Informasi

Hasil pengamatan baik berupa data primer maupun data sekunder dengan berbagai peubah, dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif, persentase (%) dan nilai rata-rata. Hasil olahan data tersebut disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dibahas secara deskriptif dengan membandingkan data terhadap standar yang ditetapkan oleh kebun dan pustaka (literatur).

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Sejarah

(18)

PTP Nusantara XII (Persero) merupakan hasil peleburan tiga perusahaan perkebunan aneka tanaman yaitu PTP XXIII, PTP XXVI, dan PTP XXIX. Pembentukan PTP Nusantara XII (Persero) didasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 17/1996 yang dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 23 tahun 1996. Pendirian perusahaan disahkan oleh notaris Harun Kamil, 3H dengan akte nomor 45 tanggal 11 Maret 1996, yang dilakukan oleh Menteri Kehakiman RI melalui keputusan nomor C.22843HT.01

Wilayah Administratif

Secara administratif pemerintahan, Kebun Blawan terletak di Desa Kalianyar Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, yang berjarak 60 km dari kota Bondowoso dan 48 km dari Banyuwangi. Kebun Blawan berada di kawasan Dataran Tinggi Ijen merupakan kawasan pegunungan yang sesuai untuk budidaya tanaman kopi Arabika, dengan ketinggian 900 - 1 500 meter di atas permukaan laut. Kebun Blawan di sebelah timur berbatasan dengan Dataran Tinggi Kawah Ijen, di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sempol, di sebelah utara berbatasan dengan Kebun Kali Sengon, di sebelah selatan berbatasan dengan Kebun Kalisat Jampit.

Areal utama tanaman kopi Arabika tersebar di empat kebun yaitu Kebun Kalisat Jampit, Kebun Blawan, Kebun Pancoer Angkrek, Kebun Kayumas yang terdapat di kawasan Dataran Tinggi Ijen (Ijen Plateau). Batas wilayah administratif tercantum pada Lampiran 4.

Keadaan Tanah dan Iklim

Kebun Blawan terletak pada ketinggian 900 - 1 500 meter di atas permukaan laut dan mempunyai topografi lahan bergelombang sampai dengan berbukit. Jenis tanah umumnya seri Andosol. Derajat kemasaman tanah di Kebun Blawan, khususnya Afdeling Besaran relatif rendah dengan pH 4.5 - 5.5.

Berdasarkan curah hujan lima tahun terakhir (2009 - 2013) keadaan iklim di Kebun Blawan termasuk ke dalam tipe iklim D sampai E menurut Schmidth-Ferguson, dengan curah hujan rata-rata tahunan 1 504 mm/tahun dan jumlah hari hujan 114 hari, serta 5.6 bulan basah dan 5.2 bulan kering. suhu rata-rata harian berkisar 17 – 23 ⁰C. Keadaan curah hujan tercantum pada Lampiran 5.

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

(19)

Keadaan Pertanaman dan Produksi

Tanaman kopi yang diusahakan di Kebun Blawan adalah jenis Arabika dengan tahun tanam yang bervariasi mulai dari tahun 1974 – 2010. Jarak tanam yang digunakan 2 m x 1 m, 2 m x 2 m, 2.5 m x 2 m dengan rata-rata populasi tanaman per hektar 1 949 pohon/ha untuk tanaman menghasilkan. Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah 2.5 m x 2.5 m dengan rata-rata populasi tanaman per hektar 1 600 pohon/ ha.

Penyulaman dilakukan dengan menggunakan bibit khusus untuk bahan sulaman agar kebun yang populasi tanamannya belum standar menjadi standar. Perbanyakan tanaman kopi dilakukan dengan penyambungan. Penyambungan bibit dilakukan dengan menggunakan kopi Excelsa sebagai batang bawah dan kopi Arabika sebagai batang atas. Klon yang digunakan sebagai bahan entres yaitu BP 42, BP 234, BP 254, BP 288, BP 308, BP 358, BP 393, BP 409, BP 439, BP 436, BP 534, BP 920, BP 936, BP 939, SA 203.

Tanaman pelindung di Kebun Blawan terdiri atas tanaman pelindung tetap dan tanaman pelindung sementara. Tanaman pelindung tetap yang digunakan terdiri atas lamtoro (Leucaena glauca Benth) L2 dan ramayana (Cassia spectabilis). Tanaman pelindung sementara, yaitu dadap (Erythrina sp), tepro (Tephrosia sp) dan Moghania macrophylla.

Produksi tanaman kopi di Kebun Blawan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Rata-rata produksi selama lima tahun terakhir (2009-2013) sebesar 781 202 kg biji kering dengan produktivitas rata–rata sebanyak 442 kg/ha (Tabel 1).

Tabel 1. Luas areal, produksi dan produktivitas kopi di Kebun Blawan dari tahun 2009-2013

Tahun Luas Areal (ha)

Produksi Kering (kg)

Produktivitas (kg/ha)

2009 1 869.67 441 222 236

2010 1 869.67 1 064 889 570

2011 1 824.53 480 848 264

2012 1 778.18 1 326 956 746

2013 1 507.83 592 095 393

Rata-rata 1 769.97 781 202 442

Sumber : Kantor Induk Kebun Blawan 2014

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Struktur Organisasi

Struktur organisasi di Kebun Blawan PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) berbentuk lini/garis. Struktur tersebut mendeskripsikan, atasan memiliki wewenang terhadap bawahan, sedangkan bawahan bertanggung jawab kepada atasan dalam pelaksanaan tugas.

(20)

a) Manajer bertugas menyusun rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP), memimpin, mengelola, mengawasi perkebunan serta kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya. Selain itu, manajer bertugas menjalin hubungan sosial dengan karyawan dan masyarakat di sekitar kebun serta membuat laporan periodik tentang pelaksanaan tugas dan kewajibannya.

b) Wakil manajer bertugas membantu manajer dalam melakukan bimbingan, pengawasan dan koordinasi dengan para asisten tanaman dalam pengelolaan kebun sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c) Asisten akuntansi (asakun) bertanggung jawab atas segala hal yang berhubungan dengan administrasi, kepegawaian, pembukuan dan keuangan perkebunan secara keseluruhan. Selain itu asisten akuntansi bertugas memimpin dan mengelola kantor induk.

d) Asisten teknik dan pengolahan (astekpol) bertugas memimpin dan mengelola bagian teknik, pengolahan, mesin dan listrik. Astekpol bertanggungjawab terhadap kelancaran kegiatan pengolahan kopi yang mencakup mesin-mesin pengolahan, alat-alat transportasi, bangunan serta seluruh inventaris pabrik.

e) Asisten tanaman bertugas memimpin dan mengelola kebun serta bertanggungjawab terhadap produksi yang terdapat di afdeling yang dipimpinnya. Asisten tanaman dibantu oleh mandor besar dan mandor dalam melaksanakan tugas.

f) Kepala balai pengobatan bertugas melayani seluruh staf karyawan dan menjadi salah satu unit kesehatan warga di sekitar Kebun Blawan.

Ketenagakerjaan

Berdasarkan sistem kerjanya, tenaga kerja di Kebun Blawan digolongkan menjadi staf dan non staf. Tenaga kerja staf di Kebun Blawan terdiri atas manajer, wakil manajer, asisten akuntansi, asisten teknik dan pengolahan, asisten tanaman, dan kepala balai pengobatan. Tenaga non staf di Kebun Blawan meliputi karyawan bulanan (mandor memiliki golongan), karyawan harian tetap (KHT) adalah karyawan kantor induk, karyawan harian lepas terdiri atas mandor non golongan, karyawan harian, operator dan supir.

(21)

Tabel 2. Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Kebun Blawan

No. Status karyawan Jumlah (orang)

1. Staf : Manajer Wakil manejer Asisten akuntansi

Asisten teknik dan pengolahan Asisten tanaman

Kepala balai pengobatan

1 1 1 1 9 1

2. Non Staf :

Karyawan bulanan (mandor memiliki golongan) Karyawan harian tetap (KHT)

Karyawan harian lepas (KHL)

76 36 2 540

Total Tenaga Kerja 2 666

Sumber : Kantor Induk Kebun Blawan (2014)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Kegiatan teknis yang dilakukan di kebun selama magang, yaitu kegiatan yang dilakukan sebagai karyawan harian lepas (KHL). Pekerjaan di lapangan diawali dengan mengikuti apel pagi setiap hari kerja pukul 06.00 WIB. Pada saat apel pagi tersebut dilakukan absensi kehadiran dan pembagian hanca panen untuk setiap pemanen. Semua kegiatan dimulai pada pukul 07.00 - 12.00 WIB dan dilanjutkan kembali pada pukul 14.00 - 16.00 WIB. Untuk hari Jumat kegiatan dilakukan pada pukul 07.00 - 11.30 dan dilanjutkan kembali pukul 13.30 - 16.00. Sistem pengaturan jam kerja untuk karyawan pabrik (pengolahan) dibagi dalam 3 shift, dengan masing-masing shift 7 jam kerja.

Pembibitan

Kegiatan pembibitan di Kebun Blawan terdiri atas dua tahap, yaitu pre nursery dan main nursery. Kegiatan di pembibitan di pre nursery terdiri atas pembuatan bedengan persemaian, pendederan benih, pemeliharaan kecambah kopi, pembuatan media tanam di polybag, penanaman bibit di polybag. Sebelum dilakukan penanaman bibit di polybag, terlebih dahulu dilakukan pengambilan pupuk kandang dan tanah, pengisian dan penataan polybag, penyambungan hipokotil (serdadu), dan penyambungan entres.

Selanjutnya, untuk kegiatan di main nursery meliputi pengendalian gulma di dalam polybag, pengendalian gulma di areal bedengan, pemupukan dan penyiraman.

(22)

penyediaan bahan tanam berupa batang bawah dan batang atas (entres). Pada saat ini, kebijakan pengembangan batang atas menggunakan klon Arabika USDA dan batang bawah menggunakan klon Excelsa. Keuntungan penggunaan batang atas dari klon kopi Arabika USDA yaitu produksi lebih banyak dan lebih tahan terhadap serangan penyakit. Keuntungan penggunaan batang bawah dari klon kopi Excelsa yaitu umur tanaman lebih panjang, tahan kekeringan dan lebih tahan terhadap nematoda.

Pupuk kandang yang digunakan sebagai media tanam berasal dari kotoran ternak yang dipelihara oleh penduduk sekitar dan tanah yang didapat berasal dari areal bedengan. Kegiatan pengisian polybag dengan media tumbuh dilakukan dengan mencampurkan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3:1 berdasarkan volume.

Kegiatan yang dilakukan pada sambung hipokotil/sambung serdadu adalah menyambung bibit kopi yang masih berumur 30 - 40 hari dengan batang bawah jenis kopi Excelsa dan batang atas kopi Arabika. Pada sambung hipokotil diawali dengan membelah batang bawah jenis Excelsa secara simetris, kemudian disela-sela potongan dimasukkan bibit kopi yang masih berumur 30 - 40 hari/serdadu kopi Arabika lalu direkatkan keduanya dengan plastik parafilm. Kegiatan sambung entres yang dilakukan adalah pemotongan entres satu ruas 6 - 8 cm dengan sepasang daun di batangnya, kemudian pangkal stek dibuat runcing (sudut 45⁰). Penulis dapat menghasilkan sambung entres sebanyak 15 per HK, prestasi kerja karyawan 100 sambung entres per HK dan standar kebun 100 sambung entres per HK. Setelah melakukan penyambungan hipokotil, hasil sambungan ditanam ke polybag.

Pengendalian gulma di persemaian dilaksanakan dengan cara manual yaitu dengan cara membersihkan gulma yang ada dalam bedengan dan membabad di pinggiran bedengan dengan menggunakan sabit. Penyiraman pembibitan dilakukan setiap hari dengan menggunakan selang air. Sumber air untuk penyiraman pembibitan berasal dari sungai yang berada di dekat areal bedengan.

Main nursery. Setelah dilakukan penyambungan hipokotil, hasil sambungan ditanam ke polybag. Pengendalian gulma di main nursery dilaksanakan dengan cara manual yaitu dengan membersihkan gulma di sekitar bibit kopi yang ada di dalam polybag dan membabad yang ada di sekitar bedengan dengan menggunakan cangkul dan sabit. Penulis dapat membersihkan gulma di dalam polybag sebanyak 500 polybag per HK, prestasi kerja karyawan 2 000 polybag dan standar kebun 2 000 polybag per HK. Pupuk yang digunakan di main nursery yaitu Urea dan KNO3, dengan dosis masing-masing 5 g/polybag.

(23)

Gambar 1. Pembibitan pre nursery dan main nursery di Kebun Blawan : (a) Sambung stek hipokotil, (b) Penanaman hasil sambung stek hipokotil, (c) Pengendalian gulma

Persiapan Penanaman Tanaman Kopi

Jarak tanam kopi umumnya disesuaikan dengan kemiringan tanah. Penyulaman dilaksanakan dengan tujuan mempertahankan populasi tanaman sesuai standar yang berlaku yaitu 2 000 pohon/ha. Penyulaman tanaman kopi harus diusahakan tidak terpencar-pencar tetapi dengan sistem blok dengan varietas yang sama. Lubang tanaman untuk tanaman sulaman dibuat dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm. Lubang tanaman untuk tanaman sulaman ditutup 1 - 2 bulan sebelum tanam. Pembuatan lubang tanam tanaman kopi dicantumkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Pembuatan lubang tanam tanaman kopi

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan

Pemeliharaan tanaman kopi menghasilkan (TM) yang dilaksanakan di Kebun Blawan terdiri atas pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan tanaman kopi, pengendalian hama dan penyakit.

Pengendalian gulma. Gulma yang dominan di lapangan terdiri atas Mikania micrantha, Setaria plicata, Crassocephalum crepidiodes, Cyperus sp. dan Ageratum conyzoides. Pengendalian gulma dilaksanakan sebelum pemupukan, sebelum panen, dan bila populasi gulma telah mengganggu tanaman kopi dan kegiatan budidaya lainnya. Pengendalian gulma sebelum pemupukan bertujuan untuk menghindari persaingan penyerapan hara antara tanaman kopi dengan gulma, sedangkan pengendalian gulma menjelang panen bertujuan untuk memudahkan dalam pemanenan dan mengurangi jumlah kehilangan buah yang jatuh ke tanah.

c

(24)

Pengendalian gulma dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara manual dan kimia disesuaikan dengan kebutuhan kebun. Pengendalian gulma secara manual dilaksanakan dengan cara membabad gulma di sekitar piringan tanaman kopi seluas proyeksi tajuk tanaman dengan menggunakan sabit dan cangkul. Kegiatan gulma secara manual penulis bekerja selama satu hari dengan waktu kerja 6 - 7 jam dan prestasi kerja penulis mencapai 70 - 100 m2 per HK, prestasi kerja karyawan mencapai 100 - 150 m2per HK, dan standar kebun 200m2per HK.

Penyiangan secara kimiawi hanya dilakukan pada larikan tanaman untuk areal kemiringan >300, sedangkan di areal punggung (perengan) tidak dianjurkan disiang secara kimiawi karena dikhawatirkan akan terjadi longsor atau tanah tererosi. Gulma pada areal terlindung dan populasi gulma tidak menutup seluruh areal lahan, dikendalikan dengan menggunakan larutan herbisida yaitu Dry Up berbahan aktif Gliphosate dengan volume 100 ml yang dilarutkan dalam 15 liter air, ditambah zat perekat yaitu agristik dengan dosis 10 ml. Larutan Dry Up 1 l/ha dengan volume semprot 150 l/ha, dan konsentrasi 0.6%.

Kegiatan membabad gulma biasanya dilakukan karyawan dengan prestasi 2 - 3 ha per HK untuk pengaplikasian dengan Solo sprayer, standar kebun 2 ha per HK dan penulis bekerja selama tiga hari dengan waktu kerja 6 - 7 jam per hari dan prestasi kerja rata-rata mencapai 0.6 ha per HK. Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi dicantumkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Pengendalian gulma secara kimiawi

Pemupukan. Pemupukan dilakukan untuk mempertahankan dan memperbaiki kesuburan tanah, sehingga produktivitas tanah dapat meningkat dan diperoleh hasil tanaman yang optimal. Pemupukan di Kebun Blawan dilakukan dua kali dalam setahun (dua semester), yakni semester satu pada bulan Maret – April (akhir musim hujan) dan semester dua pada bulan Oktober – November (awal musim hujan). Pupuk yang digunakan di Kebun Blawan yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik.

Jenis pupuk anorganik yang digunakan yaitu Urea, SP-36, KCl, Kieserit. Dosis pupuk tersebut dibedakan berdasarkan umur tanaman kopi, misalnya pada tanaman kopi umur 3 tahun dosis pupuk yang digunakan per pohon yaitu 80 g Urea, 80 g SP-36, 80 g KCl, dan 40 g Kieserit. Anjuran dosis pemupukan yang digunakan di Kebun Blawan dapat dilihat pada Lampiran 8.

(25)

anorganik, Kebun Blawan juga melaksanakan pemupukan organik yang berasal dari kompos kulit buah kopi dan daun kopi yang sudah kering. Pemupukan pupuk organik tidak dilakukan secara menyeluruh, tetapi hanya pada tanaman kopi yang tidak sehat yang ditandai dengan warna daun yang menguning. Pupuk organik diberikan di bekas gandungan dengan cara disebar merata di lubang tersebut.

Pupuk diangkut dari gudang menggunakan truk menuju lokasi pemupukan. Pemupukan dilaksanakan mulai pukul 07.00 – 12.00 WIB. Pekerjaan pemupukan umumnya dilakukan oleh tenaga kerja wanita dengan organisasi tugasnya yaitu pengangkutan, pengeceran, penaburan dan penutupan alur pupuk. Alat–alat yang digunakan oleh tenaga pemupuk yaitu ember untuk tempat pupuk, mangkok sebagai takaran dosis/pohon, dan cangkul.

Persiapan pemupukan di kebun dilakukan mulai dari pembuatan coklak atau alur untuk pemupukan. Kemudian, dilakukan pencampuran pupuk di blok kebun yang akan dipupuk. Campuran pupuk dimasukkan ke dalam karung plastik (sak) masing–masing sebanyak 25 kg pupuk campuran dengan proporsi sesuai dengan yang direkomendasikan. Pengangkutan dimulai dari tempat pencampuran pupuk dalam karung, selanjutnya diecer ke masing–masing ember tenaga pemupuk. Penaburan pupuk dilakukan dengan menggunakan mangkok yang sudah ditentukan takaran dosis/pohonnya. Terakhir, dilakukan penutupan alur pupuk yang sudah ditaburi pupuk dengan cangkul.

Penulis bekerja melakukan pemupukan selama 5 hari dengan 6 - 7 jam per hari dan prestasi kerja penulis mencapai 80 tanaman per HK, prestasi karyawan 400 tanaman per HK dan standar kebun 400 tanaman per HK. Kegiatan pemupukan yang dilakukan pemupuk dicantumkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Pemupukan tanaman kopi

Pemangkasan. Tujuan pemangkasan adalah mempertahankan tinggi tanaman kopi setinggi 160 cm untuk memudahkan perawatan/pemeliharaan dan panen. Sistem pemangkasan yang sering dilakukan di Kebun Blawan yaitu sistem pemangkasan batang tunggal. Sistem pemangkasan batang ganda jarang dilakukan karena Kebun Blawan hanya sedikit tanaman kopi varietas Kartika (KT), sistem tersebut biasanya digunakan untuk tanaman kopi varietas KT. Sistem pemangkasan batang tunggal (single stem) terdiri atas pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan peremajaan. Pemangkasan bentuk yaitu perlakuan pemotongan/sunat cabang primer terutama untuk tanaman yang sulit menumbuhkan cabang reproduktif.

(26)

kali (B2), dan cabang yang telah berbuah tiga kali (B3). Cabang-cabang yang termasuk cabang produktif adalah cabang B1, B2, dan B3. Pemangkasan pemeliharaan meliputi pemangkasan lepas panen (PLP), pemangkasan halus/pemangkasan seleksi dan pemangkasan wiwil selektif (wiwil kasar).

Pemangkasan lepas panen bertujuan mempertahankan keseimbangan kerangka tanaman yang diperoleh dari pemangkasan bentuk. Cabang–cabang yang dibuang adalah cabang yang tidak produktif yaitu cabang mati, rusak, terserang hama dan penyakit, cabang yang tumbuhnya berlawanan dengan cabang lainnya, cabang laki dan cabang–cabang yang berbuah kurang dari empat dompol (B3). Berdasarkan intensitas pemangkasan meliputi pangkas berat, pangkas sedang dan pangkas ringan.

Pemangkasan halus/seleksi dilakukan untuk mendapatkan cabang-cabang baru yang tetap/kontinu dalam jumlah yang cukup untuk menunjang kontinuitas produksi. Tanaman kopi yang dipangkas memudahkan masuknya cahaya untuk merangsang pembentukan primordia bunga yang merata dan pembungaan yang sempurna. Pemangkasan wiwil selektif yaitu pemangkasan yang dilakukan selektif areal atau selektif blok/pohon diperlukan satu kali dan dapat diulang setiap tahun. Wiwil kasar harus dilakukan dengan terampil sehingga dapat mengambil keputusan perlu tidaknya tunas dipelihara untuk memperbanyak cabang.

Sebelum melakukan pemangkasan, cabang-cabang yang terdapat di tanaman kopi diidentifikasikan. Masing-masing cabang memiliki jumlah dompolan buah berbeda. Pengamatan persentase jenis cabang dihubungkan dengan taksasi produksi (Tabel 3).

Tabel 3. Hubungan antara persentase jenis cabang dan hasil taksasi produksi tanaman kopi Arabika di Kebun Blawan

Blok

B0 : Cabang belum berbuah B1 : Cabang yang telah berbuah satu kali

B2 : Cabang yang telah berbuah dua kali B3 : Cabang yang telah berbuah tiga kali Sumber : Hasil pengamatan (2014)

(27)

Tabel 4. Rata-rata jumlah cabang-cabang produktif dan cabang-cabang tidak produktif tanaman kopi Arabika di Kebun Blawan

Blok Kebun Tahun

Sumber : Hasil pengamatan (2014)

Pada kegiatan pembuangan tunas air penulis bekerja selama 3 hari dengan waktu kerja 6 - 7 jam per hari dan prestasi penulis rata–rata mencapai 100 pohon per hari, prestasi karyawan 200 pohon per HK dan standar kebun 200 pohon per HK. Kegiatan pengamatan pemangkasan lepas panen dicantumkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Pemangkasan tanaman kopi

Standar tinggi tanaman kopi untuk tanaman menghasilkan adalah tidak melebihi 160 cm. Pengamatan yang dilakukan adalah mengukur jarak antar cabang primer, kemudian tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik teratas kuncup tunas primer, pengukuran dilakukan tiga kali. Hasil pengamatan tinggi tanaman dan jarak antar cabang di pohon (Tabel 5).

(28)

Cabang-cabang mati, cabang-cabang sakit, dan cabang-cabang primer yang telah berbuah lebih dari tiga kali dipotong atau dipangkas. Setelah dilakukan pemangkasan, tanaman akan menghasilkan tunas-tunas baru seperti tunas air (wiwilan), dan cabang-cabang reproduksi. Jumlah tunas yang tumbuh setelah pemangkasan (Tabel 6).

Tabel 6. Jumlah tunas yang tumbuh setelah pemangkasan cabang tanaman kopi Arabika di Kebun Blawan

Blok Kebun Tahun Tanam

Jumlah Populasi Tanaman

(pohon)

Jumlah Pohon Sampel

(pohon)

Tunas yang Tumbuh

(tunas)

Kalirejo 2010 16 876 10 3.8

Kalirejo 1989 14 839 10 8.6

Blok C 1986 15 020 10 5.2

Arabusta 1982 10 019 10 10.6

Kayu Manis 1999 3 411 10 6.5

Sumber : Hasil pengamatan (2014)

Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kopi dilaksanakan secara terpadu (PHT) yang menitik beratkan pada keseimbangan ekosistem di suatu pertanaman sehingga mampu menekan populasi atau kerusakan tanaman pada tingkat yang tidak merugikan. Sifat penerapan PHT adalah dinamik dan lentur sehingga perlu dilandasi oleh informasi dasar baik tentang ekosistem maupun sistem sosial ekonomi dari masing-masing afdeling/kebun. Hama dan penyakit yang dominan terdapat di Kebun Blawan adalah bubuk buah kopi (Hypotenemus hampei) dan nematoda (Pratylenchus coffeae).

Ketersediaan buah di pertanaman yang terus menerus memungkinkan perkembangan serangan bubuk buah kopi secara berkesinambungan dari generasi ke generasi. Jenis kopi Conuga yang berbuah terus menerus dapat menjadi sumber infeksi. Petik bubuk yang dilakukan mulai bulan Maret – April kurang lebih 1 bulan menjelang panen, ditujukan untuk mengurangi sumber infeksi bubuk buah di pertanaman.

(29)

Gambar 6. Pembiakan trichoderma untuk pengendalian nematoda

Pemeliharaan Tanaman Pelindung

Tanaman pelindung dapat dikelompokkan menjadi tanaman pelindung sementara dan tanaman pelindung tetap. Tanaman pelindung sementara digunakan untuk tanaman kopi belum menghasilkan, tetapi setelah tanaman kopi memasuki masa tanaman menghasilkan tanaman pelindung sementara dibongkar. Tanaman pelindung sementara yang digunakan terdiri atas tanaman tepro, dan dadap. Tanaman pelindung tetap yang ada di Kebun Blawan yaitu tanaman lamtoro klon L2 dan ramayana (Cassia spektabilis). Populasi tanaman Lamtoro 500 pohon dengan jarak tanam 4 m x 3 m, sedangkan populasi tanaman dadap sebanyak 105 pohon dengan jarak tanam 8 m x 12 m.

Tanaman dadap setelah umur maksimal 8 tahun harus diremajakan diganti dengan pelindung yang baru, yaitu tanaman pelindung klon L2 atau lamtoro (Leucaena glauca) yang sudah berfungsi. Penokokan tanaman pelindung dilakukan pada ketinggian 1 - 2 m di atas tajuk tanaman kopi, dilaksanakan pada menjelang musim hujan. Penokokan dilakukan saat TM I kopi, dan tanaman pelindung disisakan ± 275 pohon/ha. Limbah penokokan/perempesan tanaman pelindung dimanfaatkan untuk penambahan bahan organik. Cabang-cabang tanaman pelindung dirempes sampai setinggi ± 1.5 m di atas tajuk pohon kopi. Rempesan tanaman pelindung dilakukan dua kali dalam setahun. Kegiatan perempesan tanaman pelindung dicantumkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Pemeliharaan tanaman pelindung

Taksasi Produksi dan Persiapan Panen

(30)

lapangan, penyediaan alat panen, persiapan tenaga pemetik dan pembuatan jadwal panen.

Taksasi dan hertaksasi buah. Taksasi buah dilaksanakan pada tiap blok/tahun tanam. Pelaksanaan taksasi dilakukan sebelum panen pada bulan Maret–April. Taksasi buah adalah penghitungan jumlah buah tanaman kopi per tanaman sampel.

Pohon contoh tidak boleh diambil di bagian tepi/pinggir. Pelaksanaan taksasi diawali dengan menentukan tanaman sampel berdasarkan sistem acak teratur (systematic random sampling). Pada sistem tersebut ditentukan sampel tanaman dengan cara membuat garis silang secara acak sesuai kebutuhan pengamatan, dengan kelipatan 10 - 20 pohon pada tiap blok per tahun tanaman. Jumlah pohon sampel ditentukan 0.5% dari populasi tanaman per blok. Penghitungan buah dilakukan pada buah yang masih hijau dan diperkirakan dapat dipanen pada dua bulan ke depan. Pohon sampel diberi tanda ajir, dengan tanda warna yang tegas dan diberi label yang dicantumkan tahun tanam, nomor sampel, nomor kebun, blok dan jumlah buah. Taksasi produksi pada tahun 2014, dijadikan tanaman sampel sebanyak 32 017 tanaman (dari 91 926 tanaman) dengan target produksi diperkirakan sebesar 2 967 kg untuk luas areal 70.67 hektar. Contoh hasil taksasi produksi di Blok C dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Contoh taksasi produksi di Kebun Blawan pada tahun 2014

Sumber : Kantor Induk Kebun Blawan 2014 Afdeling : Besaran

Blok : C Tahun Tanam : 1986 Luas : 17.74 ha Klon : Poliklonal

No. Uraian Satuan Jumlah

1. Populasi pohon 25 139

2. Jumlah sampel pohon 123

3. Jumlah buah pohon sampel buah 162 483

4. Rata-rata buah per pohon sampel = jumlah sampel/jumlah buah pohon sampel

buah/pohon 1 321

5. Jumlah buah seluruh populasi = populasi x rata-rata buah per pohon sampel

buah 33 208 619

6. Jumlah biji seluruh populasi = 2 biji (buah) x jumlah buah seluruh populasi

biji 66 417 238

7. 95% WP (WIB) = 95 % x jumlah biji seluruh

populasi

biji 63 096 376

8. 5% DP (OIB) = 5 % x jumlah biji seluruh populasi

biji 3 320 862

9. Rata-rata 1 kg WP (WIB) biji 7 476

10. Rata-rata 1 kg DP (OIB) biji 8 505

Taksiran produksi kg kopi beras

11. WP (WIB) = 95% WP/rata-rata 1 kg WP (WIB)

kg 8 439

12. DP (OIB) = 5 % DP/rata-rata 1 kg DP kg 390

(31)

Presentase pohon berbuah dengan cara ditentukan 1 ha tiap blok yang mewakili dan dihitung jumlah pohon total dalam 1 ha tersebut (POP). Jumlah pohon dalam 1 ha dihitung yang jumlah buahnya minimal 100 butir (PB). Presentase pohon berbuah dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% PB = PB / POP X 100%

Pada kegiatan taksasi buah, penulis bekerja selama lima hari dengan waktu kerja 6-7 jam kerja/hari dan prestasi penulis rata-rata mencapai 9 pohon per 0.1 HK, prestasi karyawan sesuai dengan standar kebun yaitu 9 pohon per 0.1 HK. Karyawan yang melakukan taksasi sebanyak 8 orang. Kegiatan taksasi produksi dicantumkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Kegiatan taksasi produksi

Persiapan panen. Persiapan panen meliputi persiapan lapangan, penyediaan alat panen, persiapan tenaga pemetik dan pembuatan jadwal panen. Persiapan lapangan yaitu membersihkan kebun pada saat sebelum dan selama panen, terutama di sekitar pohon agar buah yang tercecer dapat dikumpulkan. Setiap karyawan petik membawa kocok, tekotek, sapu, tangga dan tanda pengenal, timbangan, lampu petromax/emergency, bendera mandor dengan warna yang berbeda, bendera tempat pengumpulan hasil (TPH), bendera lokasi petik, kentongan. Kocok adalah wadah atau tempat untuk menampung buah kopi yang baru dipetik. Tekotek adalah karung plastik yang digunakan untuk menampung hasil petikan buah kopi yang akan ditimbang.

Setiap mandor panen membawahi 20 - 25 pemetik agar pengawasan pemanenan dapat efektif. Pembuatan jadwal panen dilakukan sesuai dengan rotasi panen yang telah ditetapkan kebun berdasarkan kecepatan kematangan buah kopi antar blok. Selain itu, pembuatan jadwal panen juga harus mempertimbangkan kemampuan sarana angkutan dan rencana pengolahan. Rotasi panen kopi di Kebun Blawan rata-rata 12 hari.

Pemanenan

(32)

bervariasi antara 200 - 300 pemetik dengan rata-rata pemetik per hari 270 pemetik per hari dengan luas kebun yang dipetik rata-rata 27.5 ha/hari.

Pemetikan buah kopi dilakukan hanya pada buah kopi yang telah memenuhi kriteria panen, yaitu buah kopi yang berwarna merah. Pemetikan buah pada tiap dompolan dilakukan satu persatu tidak boleh diracut. Apabila buah hijau yang terpetik terlalu banyak, maka mandor yang mengawasi pemetik tersebut akan mendapat teguran dari mandor besar atau sinder afdeling. Pemanenan hanya dilakukan pada buah kopi yang masak, tetapi bila ada buah kopi yang berwarna hitam juga harus dipetik dan dipisahkan ketika sortasi. Buah kopi inferior yang diperbolehkan ikut terpetik dibatasi maksimal 2% dari hasil panen pada hari yang bersangkutan. Buah kopi inferior yaitu buah lewat matang, dan buah hijau.

Saat akhir panen dilakukan lelesan dan petik racutan pada bulan Oktober. Lelesan yaitu mengambil semua buah yang tertinggal di bawah pohon untuk menghilangkan sumber infeksi bubuk buah. Petik racutan adalah mengambil semua buah kopi merah, hijau, kuning dan hitam yang terdapat di pohon, diusahakan tidak tersisa di kebun. Prestasi pemetik pada saat panen raya dalam satu hari kerja dapat mencapai 50 kg dan prestasi rata-rata pemetik sebelum panen puncak hanya mencapai 16 kg per HK. Sedangkan standar kebun 50 kg per HK. Jumlah panen harian dari afdeling-afdeling, diatur agar tidak melampaui kapasitas sarana pengolahan yang tersedia. Pada panen puncak, pemetikan dahulukan pada daerah-daerah rawan keamanan dan risiko kerontokan (bila pada masa panen masih hujan). Kegiatan yang dilaksanakan pada saat pemanenan dicantumkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Kegiatan panen

Pengolahan Hasil

Pengolahan buah kopi terbagi atas dua cara yaitu pengolahan basah (wet process) dan pengolahan kering (dry process). Pengolahan kopi Arabika dengan metode basah (wet processing) umumnya menggunakan dua cara fermentasi yaitu fermentasi basah dan fermentasi kering, sedangkan pengolahan kering digunakan untuk mengolah buah kopi hijau, rambangan, hitam dan terserang hama/penyakit (buah inferior).

(33)

Cara fermentasi basah tidak diterapkan lagi di Pabrik Pengolahan Kopi Kebun Blawan karena sudah beralih ke cara fermentasi kering. Fermentasi kering dilakukan dengan beberapa tahapan proses. Biji kopi setelah melalui pencucian pendahuluan lalu masuk ke dalam bak fermentasi dan ditutup terpal. Biji kopi segera mengalami proses fermentasi alami di dalam bak fermentasi tersebut. Proses fermentasi berlangsung selama 36 jam.

Proses fermentasi yang terlalu lama akan menghasilkan kopi beras yang berbau apek disebabkan oleh terjadinya pemecahan komponen isi putih lembaga. Selain bertujuan melepaskan daging buah berlendir (mucilage) yang masih melekat pada kulit tanduk, proses fermentasi juga menentukan/menciptakan cita rasa acidity, calon warna dan aroma pada kopi Arabika. Cita rasa acidity diperoleh dari perombakan sukrosa yang terkandung dalam daging buah kopi menjadi asam-asam organik sebagai hasil dari proses fermentasi. Perubahan warna yang terjadi akibat proses browning, terjadi akibat oksidasi polifenol sehingga warna biji menjadi sedikit kecoklatan dan abu-abu atau abu-abu kebiruan

Tahapan pengolahan basah yaitu buah kopi merah dimasukkan ke dalam bak syphon berisi air, dialirkan ke ruang pulper untuk dikupas kulit buahnya, lalu dialirkan ke bak pencucian, kemudian biji dikeringkan dengan mason dryer, lalu dimasukkan ke mesin huller untuk memisahkan kulit ari dan kulit tanduk, kemudian biji disortasi. .

Pengolahan kering. Pengolahan kering digunakan untuk mengolah buah kopi hijau, rambangan, hitam dan terserang hama/penyakit (buah inferior). Tahapan pengolahan kering diawali dengan penjemuran biji kopi di bawah sinar matahari selama 10 hari, biji kopi dimasukkan ke mesin viss dryer, lalu biji kopi ke mesin huller, kemudian biji disortasi.

Aspek Manajerial

Pengelolaan Tenaga Kerja Lapangan

Tenaga kerja di Kebun Blawan terdiri atas tenaga kerja staf dan non staf. Tenaga staf terdiri atas manajer, wakil manajer, asisten akuntansi, asisten teknik dan pengolahan, asisten tanaman, dan kepala balai pengobatan. Karyawan non staf merupakan karyawan yang membantu karyawan staf dalam melaksanakan tugasnya. Tenaga non staf di Kebun Blawan meliputi karyawan harian tetap (karyawan di kantor induk), karyawan bulanan (mandor memiliki golongan), karyawan harian lepas terdiri atas mandor non golongan, karyawan lepas, operator dan supir. Aspek manajerial yang dipelajari penulis di Kebun Blawan meliputi manajerial tingkat asisten tanaman, mandor, dan karyawan.

Pimpinan Kebun Blawan PTPN XII dipegang oleh manajer. Manajer bertugas memimpin, mengawasi dan mengelola perkebunan serta kegiatan yang ada di dalamnya seperti budidaya, produksi, teknik dan administrasi yang berpedoman kepada kebijakan direksi dan rencana kerja dan anggaran perkebunan yang telah disahkan oleh direksi, serta membuat laporan periodik tentang pelaksanaan tugas dan kewajibannya. Manajer membawahi wakil manajer, asisten akuntansi, asisten tanaman dan asisten teknik pengolahan dan kepala balai pengobatan.

(34)

termasuk keuangan dan pembagian gaji karyawan, pergudangan serta data yang berkaitan dengan seluruh kegiatan perkebunan. Asisten akuntansi (asakun) bertanggung jawab atas segala hal yang berhubungan dengan administrasi, kepegawaian, pembukuan dan keuangan perkebunan secara keseluruhan. Asisten teknik dan pengolahan bertanggung jawab terhadap hasil pengolahan. Hasil pengolahan tersebut harus memenuhi standar kualitas dari produksi yang telah ditetapkan. Asisten teknik pengolahan bertanggung jawab terhadap kelancaran kegiatan pengolahan kopi yang mencakup mesin-mesin pengolahan, alat transportasi, bangunan serta seluruh inventaris perusahaan.

Asisten tanaman bertanggung jawab atas keadaan kebun dan produksi yang terdapat di afdeling yang dipimpinnya. Asisten tanaman dibantu oleh mandor besar. Tugas asisten tanaman mengawasi kegiatan mandor, memberikan arahan pelaksanaan kegiatan kepada mandor besar dan mandor, memberikan motivasi mandor dan karyawan, melaksanakan pembagian gaji karyawan setiap bulan, menganalisa seluruh data kebun dan melaporkan rencana anggaran afdeling kepada manajer dalam bentuk RKAP afdeling. Kepala balai pengobatan bertugas melayani seluruh karyawan staf, non staf dan menjadi salah satu unit kesehatan warga di sekitar Kebun Blawan.

Pendamping asisten tanaman. Asisten tanaman melaksanakan tugas mengkoordinasikan semua jenis pekerjaan yang akan dilakukan di kebun dan mengawasi semua pekerjaan. Sebagai pendamping asisten tanaman, penulis menerima instruksi dan bimbingan dari asisten tanaman dan manajer. Selama kegiatan di kebun, asisten tanaman memberikan instruksi dan petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada mandor besar dan mandor, mengawasi kinerja mandor besar dan mandor, melaksanakan pembayaran gaji karyawan pada tanggal 5 dan 26 setiap bulan serta menyusun anggaran kegiatan kebun. Asisten tanaman juga menganalisis seluruh data kebun kemudian menyusun dan melaporkannya kepada manajer dalam bentuk rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) afdeling. Penulis bekerja sebagai pendamping asisten tanaman selama 2 bulan dengan waktu kerja 5 - 6 jam kerja/hari.

Pendamping mandor besar. Kebun Blawan memiliki satu mandor besar untuk satu afdeling. Mandor besar dibantu oleh mandor-mandor. Mandor besar membantu tugas asisten tanaman. Penulis bertugas membantu asisten tanaman untuk mengawasi dan memberikan pengarahan pelaksanaan pekerjaan lapangan kepada mandor lapangan. Mandor besar mengumpulkan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan hari tersebut dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan bersama asisten tanaman. Sebagai pendamping mandor besar, penulis melakukan pengontrolan kegiatan penyulaman kopi, kesrik mulching, membuat bulan-bulan, penyiangan kimia di TM, ajir tanaman kopi, membuat gandungan dan pemupukan. Penulis bekerja sebagai pendamping mandor besar selama 10 hari dengan waktu kerja 6 - 7 jam kerja/hari. Realisasi pemupukan dilaporkan setelah kegiatan pemupukan dan dicatat dalam buku mandor serta dicatat dalam peta realisasi yang terdapat di kantor afdeling.

(35)

Setelah pekerjaan selesai pada pukul 12.30 WIB, mandor melaporkan pekerjaan hari yang bersangkutan kepada juru tulis afdeling dan menerima pengarahan dari mandor besar dan asisten tanaman tentang lokasi dan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan esok hari.

Saat sebagai pendamping mandor, penulis berperan sebagai mandor pembibitan, mandor pemeliharaan (mandor pengendalian gulma manual, mandor pengendalian gulma secara kimia, mandor persiapan pemupukan, mandor pemangkasan pemeliharaan, mandor pangkas bentuk), mandor pemeliharaan tanaman pelindung, dan mandor panen.

Mandor pembibitan. Mandor pembibitan mengawasi pekerjaan karyawan pelaksana dalam melakukan kegiatan pembibitan dan pemeliharaannya seperti penanaman, penyetekan, pemupukan, penyiraman, penyiangan gulma, pengendalian hama dan penyakit. Mandor pembibitan juga harus mengenal ciri-ciri klon-klon tanaman kopi dan bertanggung jawab atas terselenggaranya kebun entres.

Mandor pemeliharaan. Mandor pemeliharaan terdiri atas mandor pemupukan, mandor pengendalian hama dan penyakit, mandor pemangkasan, dan mandor pengendalian gulma. Mandor pemupukan bertanggung jawab atas pekerjaan yang berkaitan dengan pemupukan mulai dari pembuatan lubang pupuk, dosis pupuk yang digunakan, jumlah tenaga pemupuk sampai pada saat pelaksanaan pemupukan yaitu mengawasi pekerjaan karyawan pemupuk. Mandor pengendalian hama dan penyakit dirangkap juga sebagai mandor pengendalian gulma. Mandor tersebut bertanggung jawab terhadap dosis herbisida dan pestisida, bertanggung jawab terhadap karyawannya, alat yang digunakan, dan hasil pekerjaan tersebut. Mandor pemangkasan bertanggung jawab atas semua kegiatan pemangkasan tanaman kopi, alat pemangkas, dan terhadap karyawan pemangkas.

Mandor pemeliharaan tanaman pelindung. Mandor pemeliharaan tanaman pelindung bertanggung jawab terhadap pemeliharaan tanaman pelindung dan penyulaman tanaman pelindung. Kegiatan yang dilakukan adalah penyiangan di sekitar tanaman pelindung dan perempesan tanaman pelindung sementara. Penulis bertanggungjawab terhadap jumlah tanaman penaung yang dirempes dan jumlah tanaman penaung yang sudah disiangi.

Mandor panen. Mandor panen bertanggung jawab terhadap kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan panen dan juga taksasi panen. Kegiatan taksasi panen meliputi pemilihan tanaman sampel, pemasangan tanda sampel, pengawasan kegiatan taksasi dan bertanggung jawab terhadap hasil panennya.

PEMBAHASAN

Jenis-Jenis Cabang

(36)

(Tabel 3), cabang-cabang B0 (belum berbuah) yang paling banyak terdapat di tanaman kopi Blok Arabusta, cabang-cabang B1 (berbuah satu kali) paling banyak terdapat di tanaman kopi Blok Kalirejo 1989, cabang-cabang B2 (berbuah dua kali) paling banyak terdapat di tanaman kopi Blok Kayu Manis 1999, sedangkan cabang-cabang B3 paling banyak terdapat di tanaman kopi Blok C.

Tanaman kopi di Blok Kalirejo 2010 termasuk kategori proporsi seimbang karena kondisi persentase cabang-cabang B0, B1, dan B2 yang terdapat di pohon persentasenya tidak berbeda jauh. Tanaman kopi di Blok Kalirejo 2010 memiliki cabang-cabang yang kondisinya merata dan seimbang, sehingga sangat mempengaruhi hasil taksasi produksi. Hasil taksasi produksi tanaman kopi di Blok Kalirejo 2010 sangat besar, dan kondisi tanaman Kopi di Blok Kalirejo sangat baik dan terpelihara.

Cabang-cabang tanaman kopi di Blok C 1986 termasuk proporsi tidak seimbang karena cabang-cabang B1 sedikit tetapi cabang-cabang B3 terlalu banyak. Kondisi cabang-cabang B3 memiliki sedikit dompolan buah, dan pada tahun selanjutnya cabang B3 akan semakin rusak karena cabang-cabangnya semakin tua. Tanaman kopi di Blok C memiliki banyak cabang, tetapi hasil taksasi produksi yang diperoleh tidak maksimal, karena persentase masing-masing cabang B0, B1, B2 tidak merata dan cabang B3 sangat banyak.

Pemangkasan

Pemangkasan berbatang tunggal terdiri atas pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan rejuvinasi. Pemangkasan pemeliharaan terbagi atas 3 yaitu pemangkasan lepas panen (PLP), wiwil halus atau selektif, dan wiwil kasar. Pemangkasan lepas panen dilakukan setelah 2 bulan masa akhir panen. PLP bertujuan menghilangkan cabang-cabang yang tidak produktif, baik cabang liar maupun yang sudah tua. Cabang yang kurang produktif dipangkas agar unsur hara yang diberikan dapat tersalur ke batang-batang yang lebih produktif (Prastowo et al. 2010).

Intensitas pemangkasan pemeliharaan terdiri atas pangkasan berat, pangkasan sedang dan pangkasan ringan (Anggara dan Marini 2011). Pemangkasan yang dilakukan termasuk dalam kategori pemangkasan ringan karena setelah lepas panen pada bulan Oktober sampai Desember sudah dilaksanakan perlakuan pemangkasan berat dan pemangkasan sedang. Kategori perlakuan pemangkasan ringan yaitu kondisi pohon sebelum dipangkas cabang-cabang B0, B1, B2 dalam proporsi seimbang sesuai standar perusahaan PTPN XII yaitu masing-masing cabang ±33% dari total cabang tanaman dan kondisi cabang-cabang B2 tetap dipertahankan. Pemangkasan ringan yang dilaksanakan adalah pangkas wiwil kasar dan pangkas wiwil selektif (PTPN XII 2012). Kategori perlakuan pemangkasan terdapat di Lampiran 9.

Cabang Produktif dan Cabang Tidak Produktif

(37)

pertumbuhan cabang-cabang lain yang lebih produktif (Yahmadi 1972). Berdasarkan hasil pengamatan pada (Tabel 4), cabang-cabang yang produktif paling banyak terdapat di Blok Kayu Manis 1999, sedangkan cabang-cabang tanaman kopi di Blok C dan Blok Arabusta dikategorikan sedang. Cabang-cabang produktif tanaman kopi di Blok Kalirejo 2010 dan Blok Kalirejo 1989 dikategorikan sedikit. Rata-rata jumlah cabang yang tidak produktif paling banyak adalah di Blok C, dibandingkan rata-rata jumlah cabang di Blok Kalirejo 2010 dikategorikan sedikit. Tanaman kopi di Blok C banyak cabang yang harus dipangkas disebabkan cabang-cabang tua, dan terserang penyakit.

Cabang-cabang tanaman kopi di Blok Kayu Manis lebih banyak cabang produktif, karena cabang-cabang yang tidak produktif sudah dipangkas. Tanaman kopi akan lebih produktif dan tumbuh banyak cabang baru jika cabang-cabang yang tidak produktif segera dipangkas. Cabang yang produktif pada Tabel 4 terlihat sangat bervariasi tidak bergantung pada tahun tanam. Perbedaan cabang cabang produktif diduga karena faktor kesuburan tanah dan iklim mikro masing-masing blok pertanaman. Iklim mikro yang mempengaruhi yaitu persaingan antar tanaman (jarak tanam), keadaan tanaman pelindung, letak Blok berbeda-beda menurut arah mata angin.

Tinggi Tanaman Setelah Pemangkasan

Pengamatan tinggi tanaman (Tabel 5) untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman, meratakan sesuai standar tinggi tanaman di kebun. Pengamatan rata-rata tinggi tanaman tertinggi adalah tanaman kopi di Blok Kalirejo 1989. Kondisi tanaman di Blok Kalirejo 1989 pada umumnya tinggi tanaman lebih dari 160 cm, tanaman juga subur, sedikit yang terkena hama dan penyakit, memiliki sedikit cabang. Tetapi jarak antar cabang tanaman kopi di blok Kalirejo 1989 lebih jauh dibanding blok lainnya.

Tanaman kopi untuk hasil yang lebih optimal tidak melebihi 160 cm, karena tanaman tersebut kondisi cabang-cabang produktif sedikit, banyak cabang-cabang tua, dan saat panen pemetik tidak sulit memetik kopi. Tanaman kopi yang tahun tanam lebih tua seperti di Blok Kalirejo 1989, Blok C 1986, dan Blok Arabusta 1982 memiliki rata-rata tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan tanaman kopi di Blok Kayu Manis 1999 dan di Blok Kalirejo 2010 yang termasuk kategori tanaman kopi muda. Kondisi cabang tanaman kopi di Blok Kayu Manis antar cabang sangat dekat disebabkan tanaman kopi di Blok Kayu Manis memiliki banyak cabang, tetapi tinggi tanamannya sesuai dengan standar tinggi tanaman kopi. Jarak antar cabang tanaman kopi di masing-masing blok memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut diduga karena faktor gen kesuburan masing-masing tanaman berbeda, dan kondisi cabang yang sering dipelihara dengan baik.

Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan

(38)

tunas-tunas baru. Tunas yang tumbuh bervariasi antar blok tetapi tidak berhubungan dengan umur tanaman. Perbedaan tersebut diduga karena faktor kesuburan tanah dan iklim mikro masing-masing blok pertanaman. Cabang-cabang yang dipangkas saat ini sangat mempengaruhi jumlah cabang dan produksi untuk tahun selanjutnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan magang yang dilakukan telah meningkatkan pengetahuan bagi penulis mengenai teknik budidaya tanaman kopi. Penulis juga telah memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja mulai dari karyawan harian lepas (KHL), mandor dan asisten tanaman dalam pengelolaan kopi secara teknis maupun manajerial khususnya aspek pemangkasan.

Tanaman kopi menghasilkan yang terdapat di Kebun Blawan sebagian besar 75% berumur lebih dari 20 tahun. Kondisi tanaman di Blok Kalirejo 1989 pada umumnya tinggi tanaman lebih dari 160 cm karena banyak cabang yang terlewat tidak dipangkas. Tinggi tanaman yang lebih dari 160 cm memiliki banyak cabang-cabang B3 dan B4 yaitu cabang-cabang-cabang-cabang tua yang mempunyai jumlah dompolan sedikit. Pemangkasan pemeliharaan/pemangkasan produksi terdiri atas pangkas lepas panen, pangkas seleksi atau wiwil selektif dan wiwil kasar. Cabang-cabang yang termasuk cabang produktif yaitu cabang B1, B2, dan B3. Jumlah cabang-cabang B3 tanaman kopi di Kebun Blawan jumlahnya sangat banyak. cabang tanaman kopi yang tua di Kebun Blawan banyak tidak dipangkas. Cabang-cabang yang dipangkas saat ini sangat mempengaruhi jumlah Cabang-cabang dan produksi untuk tahun selanjutnya.

Saran

Sebaiknya dilakukan pemangkasan rejuvinasi secara sistematis pada tahun yang akan datang yaitu peremajaan dilakukan secara bertahap, sehingga setiap periode blok yang dipangkas dan tetap berproduksi. Sebaiknya cabang tersebut dikurangi karena kondisi cabang-cabang B3 memiliki sedikit dompolan buah dan pada tahun selanjutnya cabang-cabang B3 akan semakin tua dan rusak. Cabang-cabang yang tidak produktif sebaiknya segera dipangkas untuk menghasilkan tunas-tunas baru sehingga cabang-cabang semakin banyak dan produktif. Karyawan masih belum melakukan pemangkasan dengan baik, banyak cabang yang terlewat dipangkas karena mengejar prestasi, sehingga perlu arahan dari asisten tanaman atau dari mandor.

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Gambar 2.  Pembuatan lubang tanam tanaman kopi
Tabel 5. Rata-rata tinggi tanaman dan jarak antar cabang tanaman kopi
Tabel 6. Jumlah tunas yang tumbuh setelah pemangkasan cabang tanaman kopi Arabika di Kebun Blawan
Gambar 6. Pembiakan trichoderma untuk pengendalian nematoda
+2

Referensi

Dokumen terkait

(2) bagaimana fungsi olah tempat kejadian perkara (TKP) dalam proses penyidikan?. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif. Lokasi

Dipersiapkan alat penyulingan minyak atsiri tipe uap langsung.. Dimasukkan air kedalam

menjadi pihak penanggung akhir dari beban pajak tersebut.. Pajak penghasilan (PPh) perusahaan

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SEKOLAH DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA MIN KECANDRAN SALATIGA TAHUN PELAJARAN

Pada hari ini, Selasa tanggal Dua Belas bulan Juli tahun Dua Ribu Enam Belas, yang bertanda tangan di bawah ini merupakan unsur dari Camat Tabang, Kepala Desa Tukung Ritan, Kepala

[r]

[r]

Before conducting a process of teaching and learning in the classroom, a teacher should prepare a model of teaching designed based on the curriculum