HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN MENGIKUTI
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA
MIN KECANDRAN SALATIGA
TAHUN 2008/2009
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
Drs. H.M. Banany Dosen STAIN Salatiga Jl. Stadion No.3 Salatiga
Salatiga, 09 Agustus 2008
NOTA PEMBIMBING
Kepada Yth.
Lampiran : 3 (tiga) Eksemplar Ketua STAIN Salatiga
Hal : Naskah Skripsik di
Sdr. BASIROH Salatiga
Assalam u 'alaikum Wr. W b.
Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :
BASIROH 11406005
TARBIYAH/PAI EKSTENSI
PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA MIN
KECANDRAN SALATIGA TAHUN
2008/2009
Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera di munaqosahkan. Demikian harap dijadikan perhatian.
SEKOLAH TINGGI AGa MA ISLAM NEGERI S A L A T I G A
JL Stadion No. 3 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706
PENGESAHAN S k k lP S I
Judul : HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN
MENGIKUTI KEGIATAN EKTRAKURIKULER DI
SEKOLAH DENGAN TINGKAH LAKU SISWA MIN
KECANDRAN SALATIGA TAHUN 2008/2009
Nama : Basiroh
NIM : 11406005
Prodi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Salatiga, 25 Agustus 2008
Panitia Ujian,
Sekretaris Sidang K eti^Sidang4
0
Dr. Imam Sutomo, M.Ag. DR. H. Muh. Saerozi. M.Ag.
' w ! 150216814 150247014
Penguji I Penguji II
U
Nama Prof.Dr. Muh. ZuhriNIP. 150182686
■M W .
\pr. Qijf\
ijj CT^'P
o j 0 yvaxjfj(®)^-^aJU I j-ys> I j j j ^
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. ”
(QS:Al-Ashr:l-3)
“KETIDAKBISAAN YANG DITAKUTKAN OLEH SESEORANG
SEBENARNYA LAHIR DARI KATA TIDAK BISA ITU SENDIRI”
“KEGAGALAN HANYA TERCIPTA JIKA SESEORANG TIDAK
MEMPERSIAPKAN DIRI KETIKA HENDAK MERAIH SUATU
KEINGINAN
”Ku persembahkan skripsi ir.i kepada :
❖ Suamiku tercinta, yang telah setia memberi motivasi dan bimbingan
❖ Bapak dan Ibu tercinta di rumah.
❖ Anakku tersayang
❖ Teman-temanku seperjuangan, semoga tetap semangat.
melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah, serta ridho-Nya sehingga skripsi ini
dapat diselesaikank, sholawat serta salam semoga selalu terlimpahkan atas
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Berkat ketekunan serta dorongan dari semua pihak, maka penyusunan
skripsi yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN MENGIKUTI
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DENGAN TINGKAT
KEDISIPLINAN SISWA MIN KECANDRAN SALATIGA TAHUN
2008/2009” dapat terselesaikan.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada berbagai
pihak yang telah membantu, terutama kepada :
1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah
memberikan rekomendasi untuk penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Drs. H.M. Banany, selaku pembimbing yang dengan sabar dan ikhlas
meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran, berkenaan bimbingan dan
pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Joko Sutopo, M.Ag., selaku Ketua Program Pendidikan Agama
Islam/Ekstensi, yang telah memberikan motivasi dan dukungan.
4. Bapak Drs. H. Sa’adi, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Tarbiyah, yang telah
membantu dalam kegiatan belajar mengajar mahasiswa PAI/ekstensi.
5. Segenap sivitas akademika STAIN Salatiga, yang telah banyak membantu
penulis dalam menuntut ilmu.
6. Kepala Sekolah MIN Kecandran Kota Salatiga, yang telah memberikan ijin
dalam melanjutkan studi.
7. Kedua orang tua yang telah mencurahkan seluruh jiwa raga daiam menuntun
menjadi orang yang bermanfaat bagi sesame.
8. Seganap sahabat mahasiswa yang secara langsung maupun tidak langsung
telah banyak memberikan bantuannya.
yang diberikan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan do’a
semoga Allah SWT senantiasa memberikan imbalan pahala yang setimpal atas
amal kebaikan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa hasil penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu harapan penulis kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua. Amin.
Salatiga, 09Agustus 2008
BAB III LAPORAN PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM
1. Sejarah MIN Kecandran... 30
2. Letak Geografis MIN Kecandran... 34
3. Sarana, prasarana dan fasilitas... 34
4. Kondisi sisw a... 35
5. Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan... 36
B. HASIL PENELITIAN 1. Data Responden... 37
2. Data Keaktifan Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler... 39
3. Data Kedisiplinan Sisw a... 42
BAB IV ANALISIS DATA A. Pengelompokan D ata... 48
B. Analisis Per-item dengan Persentase... 50
C. Analisis Kuantitatif... 59
D. Analisis Statistik Dengan Product M om ent... 65
BAB V PENUTUP TABEL XIV NILAI KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER... 60
TABEL XV NILAI KEDISIPLINAN SISWA... 63
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses secara sadar yang merubah seseorang
menjadi lebih baik dari kondisi sebelumnya. Hal inilah yang terjadi di setiap
lembaga pendidiKan baik formal maupun non formal, baik di sekolah pada
saat jam belajar resmi yang terjadwal maupun pada jam ekstra (di luar) jam
sekolah, yang dikenal dengan ekstrakurikuler, atau di luar sekolah sekalipun.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan resmi, dalam menyelenggarakan
kegiatan pendidikan secara bersama, sengaja, terarah, sistematis oleh para
pendidik profesional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum
untuk jangka waktu tertentu. Dan di luar itu, ada kegiatan yang menunjang
program tersebut yang dinamakan dengan kegiatan ekstrakurikuler yang
dikemas dalam berbagai program kegiatan seperti: Pramuka, Palang Merah
Remaja (PMR), dokter kecil, seni tari, maupun kegiatan lainnya.
Dalam konteks sekolah dasar, kegiatan ini menjadi daya tarik
tersendiri bagi siswa. Berbagai jenis keterampilan, yang dikemas dengan
nuansa bermain dan kebersamaan dan dibangun melalui berbagai kegiatan.
Misalnya, dalam kegiatan pramuka ada kegiatan berkemah, memasak, tali-
temali, dan lain-lain. PMR ada kegiatan memberi pertolongan terhadap orang
sakit, atau dokter kecil ada kegiatan merawat orang sakit, dan begitu pula
kegiatan ekstrakurikuler yang lainnya terdapat kegiatan yang mengasah
keterampilan siswa. Kegiatan ini diasumsikan sedikit banyak akan membawa
pengaruh terhadap perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari, terutama
mengenai kedisiplinannya. Kebiasaan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang
menuntut kedisiplinan, kerapihan, kesabaran, dan sebagainya, akan berdampak
positif pada terbawanya kebiasaan itu dalam kehidupannya.
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) pada peraturan yang berlaku.1.
Kedisiplinan adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena di
dorong atau disebabkan oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.
Artinya bahwa kedisiplinan akan muncul dalam diri seseorang dengan sadar
tanpa suatu paksaan.
Di MIN Kecandran, berbagai kegiatan ekstrakurikuler seperti
Pramuka, PMR, Dokter Kecil, Drum Band, sudah menjadi kegiatan yang
diprogramkan di sekolah. Tidak sedikit, bahkan hampir seluruh siswa MIN
Kecandran terlibat dalam kegiatan ini. Menariknya, tidak semua siswa yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler juga memiliki kebiasaan yang sama,
terutama dalam hal kedisiplinan. Tata tertib yang diterapkan di sekolah, tidak
secara utuh dilaksanakan oleh semua siswa, ada saja pelanggaran yang terjadi,
misalnya pada waktu upacara, ada saja siswa yang tidak bertopi, tidak
memakai sepatu yang dianjutkan, dan lain-lain.
Contoh lain yang lebih ekstrim adalah ketika pada suatu kesempatan,
penulis bertemu dengan orang tua murid. Beliau mengeluh karena nilai belajar
anaknya menurun. Orang tua siswa dipanggil ke sekolah oleh guru untuk
diberitahu tentang kondisi belajar si anak. Menurut orang tua, si anak ke
sekolah tiap hari bahkan sore hari juga ke sekolah untuk kegiatan
ekstrakurikuler. Namun kenapa nilainya masih rendah. Si guru yang bijak
kemudian menjelaskan mengapa nilai anak menurun. Diantara faktor
penyebab menurunnya nilai tersebut adalah si anak terlalu aktif kegiatan
ekstrakurikuler. Lho kok bisa? Ternyata si anak aktif dikegiatan
ekstrakurikuler sehingga mengesampingkan proses belajar yang wajib.
Dengan termangut-mangut si orang tua tadi mendengarkan penjelasan guru.
Sungguh hal demikian ini diluar maksud dari diadakannya
ekstrakurikuler, yang dengan sengaja diselenggarakan di sekolah-sekolah guna
mendukung proses pembelajaran anak, sehingga memiliki kompleksitas
“kemampuan” baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis terdorong
untuk meneliti hubungan antara keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler dengan tingkat kedisiplinan siswa, dan menuliskan hasil
penelitian tersebut dalam sebuah skripsi yang penulis beri judul
“HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN SISWA DALAM MENGIKUTI
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SEKOLAH DENGAN TINGKAT
KEDISIPLINAN SISWA MIN KECANDRAN SALATIGA TAHUN
PELAJARAN 2008/2009.
B. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda
istilah pokok maupun kata-kata yang terkandung dalam judul skripsi ini,
antara lain:
1. Hubungan
Yang dimaksud dengan hubungan adalah keterkaitan antara satu hal
dengan hal yang lainya.2
2. Keaktifan
Keaktifan berasal dari kata aktif, yang berarti kegiatan atau kesibukan.3
Dalam hal ini yang dimaksud dengan keaktifan kegiatan adalah intensitas
tinggi dalam menjalankan kegiatan. Dengan demikian, maksud konkret
dari kata keaktifan adalah intensitas kegiatan yang dilakukan siswa yang
berkaitan dengan segala kegiatan yang diadakan oleh organisasi/ sekolah.
3. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah pelajaran tambahan atau kegiatan
tambahan yang dilakukan sekolah di luar jam pelajaran sekolah.4
Indikator - Indikator keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah adalah sebagai berikut:
a. Mengikuti minimal salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan
sekolah.
b. Mengikuti perkembangan kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti.
c. Hadir dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti
d. Menjadi anggota dari salah satu kegiatan
2 WJS. Poerwodarminto, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him. 362
3 Ibid, him. 26
4. Kedisiplinan
Kedisiplinan berarti sikap kepatuhan terhadap peraturan. Sehingga
bisa diartikan bahwa disiplin merupakan sikap seseorang terhadap suatu
peraturan dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator - Indikator kedisplinan siswa di sekolah adalah sebagai berikut:
a. Tepat waktu mengikuti pelajara, tepat waktu mengerjakan tugas
b. Memiliki jadwal pelajaran
c. Memiliki agenda kegiatan
d. Patuh terhadap peraturan
C. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran tahun
2008/2009?
2. Bagaimana disiplin siswa di sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Kecandran tahun 2008/2009?
3. Adakah hubungan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah dengan kedisiplinan siswa di sekolah Madrasah
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran tahun
2008/2009.
2. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa di sekolah Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Kecandran tahun 2008/2009.
3. Untuk mengetahui hubungan antara keaktifan siswa dalam mengiktui
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dengan tingkat kedisiplinan siswa di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran tahun 2008/2009.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai bahan kajian bagi
sekolah, siswa, maupun penulis sendiri untuk mengembangkan prestasi yang
lebih baik.
1. Bagi sekolah, dapat menjadi evaluasi program-program kegiatan yang ada
disekolah kaitannya dengan kreativitas dan pendisplinan siswa.
2. Bagi siswa, dapat menjadi motivasi untuk berprestasi bahwa untuk
menambah wawasan ternyata diperlukan kegiatan-kegiatan di luar jam
sekolah
3. Bagi penulis, dapat menjadi referensi pengetahuan pribadi penulis, dan
menjadi bahan kajian lebih lanjut dalam rangka memberi kontribusi
F. Hipotesis
Hitpotesis adalah kesimpulan yang tingkat kenyataannya rendah karena
belum dikaji oleh kenyataan empirik.5 Dalam konteks iri hipotesis adalah
jawaban yang bersifat sementara tentang permasalahan penelitiannya sampai
terbukti melalui data yang terkumpul.6
Hipotesis yang penulis ungkapkan di sini adalah bahwa Terdapat
hubungan antara tingkat keaktifan dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
dengan tingkat kedisiplinan siswa.
G. Metodologi Penelitian
1. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian.7 8 Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, populasi adalah
semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari
o sampel itu hendak digeneralisasikan.
Berdasarkan pendapat di atas, populasi adalah seluruh individu
atau penduduk dalam wilayah penelitian, yang nantinya akan dikenai
hasil penelitian. Populasi penelitian ini mencakup seluruh siswa IV, V,
dan VI MIN Kecandran 2008 yang berjumlah sekitar 75 siswa dan
semuanya beragama Islam.
5 Tatang M, Arifin, Manyusun Rencana Penelitian, CV. Rajawali, Jakarta, 1990, him. 82 6 Suharsini Arikutno,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, him. 67
7 ibid, him. 115.
b. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, sample adalah sebagian atau
wakil populasi yang diselidiki.9 Sedangkan menurut Sutrisno Hadi
sebagian dari populasi disebut sampel. Sampel adalah sejumlah
penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi.10
Berdasarkan dua pendapat di atas, penulis mengambil
kesimpulan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang
merupakan hasil perwakilan dari keseluruhan subyek penelitian.
Mengenai besar kecilnya sampel, menurut Suharsini Arikunto, jika
penelitian menggunakan responden kurang dari 100, maka lebih baik
diambil semua, tetapi jika lebih dari 100 maka dapat ditentukan 10-
15% atau 20-25% atau sampai 50% dari responden. Namun demikian
bila sampel yang diambil lebih banyak maka hasil dari penelitian akan
menjadi lebih baik.
Dalam penelitian ini penulis mengambil semua populasi
menjadi sampel, karena jumlah seluruh populasi tidak lebih dari
seratus orang yaitu 75 responden. Sehingga dapat dikatakan penelitian
ini merupakan penelitian populasi,
a. Variabel Penelitian
Penelitian ini mengkaji dua variabel, yaitu kaktifan siswa dalam
mengikuti kegaitan ekstrakurikuler sebagai variable pertama dan
9 Suharsimi Arikunto, op cit., him. 117.
merupakan variable bebas yang diberi simbul (X) dan tingkat kedisplinan
siswa sebagai variabel kedua yang terikat, diberi simbul (Y),
b. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis
menempuh dengan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Metode Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui.11 Angket
digunakan sebagai metode pokok untuk memperoleh informasi tentang
keaktifan siswa dalam mengiktui kegiatan ekstrakurikuler dan tingkat
kediplinan siswa.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini bersifat langsung
dan jawaban angket telah disediakan oleh peneliti. Angket bersifat
tertutup {closed form), artinya siswa tinggal memilih jawaban yang
telah disediakan yang dianggap paling sesuai dengan pribadinya dan
tidak diberi kesempatan untuk menyusun kalimat sendiri.
2. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki oleh peneliti.
Pengamatan yang khusus dan pencatatan yang sistematis pada
beberapa masalah dalam penelitian dimaksudkan untuk mendapatkan
merupakan variable bebas yang diberi simbul (X) dan tingkat kedisplinan
siswa sebagai variabel kedua yang terikat, diberi simbul (Y),
b. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis
menempuh dengan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Metode Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui.11 Angket
digunakan sebagai metode pokok untuk memperoleh informasi tentang
keaktifan siswa dalam mengiktui kegiatan ekstrakurikuler dan tingkat
kediplinan siswa.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini bersifat langsung
dan jawaban angket telah disediakan oleh peneliti. Angket bersifat
tertutup {closed form ), artinya siswa tinggal memilih jawaban yang
telah disediakan yang dianggap paling sesuai dengan pribadinya dan
tidak diberi kesempatan untuk menyusun kalimat sendiri.
2. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki oleh peneliti.
Pengamatan yang khusus dan pencatatan yang sistematis pada
beberapa masalah dalam penelitian dimaksudkan untuk mendapatkan
data yang diperlukan oleh peneliti. Metode observasi dalam penelitian
ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang sekolah MIN
Kecandran tahun 2008/2009
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode penelitian yang
menggunakan sekumpulan data variable yang berupa dokumen, tulisan
dan foto.12 Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai keadaan sekolah dengan mengambil
dari dokumentasi yang tersedia di sekolah. Untuk mendapatkan data
tentang jumlah siswa, jumlah guru, jumlah karyawan, serta mengenai
catatan berdirinya MIN Kecandran.
4. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah metode penelitian yang bertujuan
untuk mendapatkan informasi langsung dari responden dengan harapan
data yang diperoleh benar-benar valid. Wawancara dalam penelitian ini
digunakan untuk memperoleh data penunjang yang menguraikan
sekilas tentang gambaran secara umum latar belakang siswa MIN
Kecandran tahun 2008/2009.
c. Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka peneliti akan melakukan rekapitulasi
data, dilanjutkan dengan menganalisis data yang ada. Dalam melakukan
analisis data, melalui dua tahap, yaitu:
12
1. Analisis Awal
Untuk analisis awal, peneliti menganalisis data yang terkumpul
dengan menggunakan teknik presentase yang bertujuan untuk
mengetahui frekuensi gejala yang muncul.
Rumus yang peneliti gunakan adalah:
p = — x m %
2. Analisis Akhir
Dari hasil pengumpulan data selama dalam penelitian, peneliti
menggunakan analisis korelasi product moment. Analisis ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara variabel keaktifan siswa dalam
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan variabel kedisplinan siswa.
Analisis korelasi product moment ini menggunakan rumus: N
Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah
r
Keterangan:
N = Banyaknya data
X = Variabel pengaruh
Y = Variabel terpengaruh
X x = Jumlah skor dalam distribusi X
Xy = Jumlah skor dalam distribusi Y
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini, penulis mensistematisasikan dalam lima bab
dengan pokok bahasan dalam tiap bab sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi: Latar Belakang Masalah,
Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Hipotesis, Metode Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORi
Pada bab ini disajikan mengenai keatifan siswa dalam mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler, meliputi beberapa bahasan diantaranya
Pengertian ekstrakurikuler, visi dan misi ekstrakurikuler, Fungsi
kegiatan ekstrakurikuler. Prinsip Kegiatan ekstrakurikuler, jenis
ekstrakurikuler, dan Format kegiatan ekstrakurikuler. Dibahas
pula mengenai disiplin yang menyangkut pengertian
kedisiplinan, dan upaya pembinaan kedisiplinan, serta pada
bagian akhir pembahasan bab ini dibahas pula mengenai
hubungan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstra
BAB III
BAB IV
BABY
: LAPORAN PENELITIAN
Pada bab ini dibahas mengenai gambaran umum MIN Kecandran
menyangkut Sejarah MIN Kecandran, Letak Geografis MIN
Kecandran, Sarana, prasarana dan fasilitas, Kondisi siswa,
keadaan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan. Pada bab ini
dilaporkan pula mengenai hasil penelitian berupa data-data, yaitu
Data Responden, Data Keaktifan Mengikuti Kegiatan
Ekstrakurikuler, Data Kedisiplinan Siswa
: ANALISIS DATA
Pada bab keempat ini, akan dilakukan analisis terhadap data yang
sudah terkumpul dengan pentahapan klasifikasi data, tabulasi
data, dan presentase untuk menjawab rumusan masalah pertama
dan kedua. Sementara untuk menjawab rumusan maslaah yang
ketiga, yaitu tentang ada dan tidaknya pengaruh Keaktifan
Berorganisasi di Sekolah Terhadap Tingkah Laku Disiplin Siswa,
digunakan analisis statistik product moment.
: PENUTUP
Pada bab penutup ini, akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir
dari hasil penelitian, saran-saran yang berhubungan dengan
LAND ASAN TEORI
A. Kegiatan Ekstrakurikuler
Pendidikan merupakan sarana utama untuk meniti karir setiap insan yang
berpengaruh luas buat kemajuan suatu bangsa terutama bagi negara yang
sedang berkembang. Hal ini penting bagi kehidupan manusia sebagai sarana
utama menjamin masa depan secara pribadi, keluarga, masyarakat, dan
kehidupan bangsa itu sendiri. Pendidikan yang sejalan dengan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), juga dengan Ilmu Agama tidak akan
berpengaruh oleh keadaan dan situasi dalam perkembangan zaman yang
berubah terus menerus. Abad ke-21 yang lebih dikenal tahun millenium ke-3
sebagai tahun yang perlu dihadapi dengan pendidikan. Sehingga generasi
masa depan perlu diberi pelajaran yang baik sehingga kelak siap dalam
menghadapi tantangan hidup yang semakin kompleks.
....dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jhva mereka. (QS:An-Nisaa:63)
Pembelajaran tidak cukup hanya dengan pembekalan akademis saja
tetapi harus dilengkapi dengan pengembangan kecakapan hidup, untuk
mencapai keseimbangan ini sekolah menyediakan pelatih yang profesional
untuk memupuk minat dan bakat siswa yang dikemas dalam kegiatan yang
disebut dengan ekstrakurikuler.
1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata
pelajaran yang mempunyai visi berkembangnya potensi, bakat dan minat
secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta
didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.13 Pada
definisi lain dikatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan
program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan
ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan dan perbaikan program
intrakurikuler serta kegiatan-kegiatan untuk memantapkan pembentukan
kepribadian.14 Dalam konteks sekolah dasar, Kegiatan ekstrakurikuler
adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling
untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.
Kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan di MIN Kecandran
berupa kegiatan Pramuka, PMR, Dokter Kecil, dan Drum Band.
13http://gudep-smkn 1 bawang.blogspot.com/2007/08/laporan-kegiatan-ekstra- kurikuler.html, diakses tanggal 10 Juli 2008
2. Visi dan Misi
Visi kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat
dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan
peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Sedangkan misi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah: pertama,
menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka. Kedua,
menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik
mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau
kelompok.15
3. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler tidak semata sebagai pelengkap
kurikulum yang dilaksanakan di sekolah, melainkan lebih jauh memiliki
fungsi yang signifikan. Fungsi tersebut diantaranya adalah:
a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas siswa sesuai dengan
potensi, bakat dan minat mereka.
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial siswa.
5. Jenis kegiatan Ekstrakurikuler
a. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa
(LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera
Pusaka (PASKIBRAKA).
b. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan
penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.
c. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat
olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jumaistik, teater, keagamaan.
d. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain
karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni
budaya.18
6. Format Kegiatan
a. Individual, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa
secara perorangan.
b. Kelompok, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh
kelompok-kelompok siswa.
c. Klasikal, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa
dalam satu kelas.
d. Gabungan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa
antarkelas/antarsekolah/madraasah.
e. Lapangan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti seorang
atau sejumlah siswa melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan
lapangan.19
Eksistensi kegiatan ekstrakurikuler seakan-akan memiliki dilema, yaitu
Di satu sisi keberadaannya diperlukan siswa sebagai media untuk
mengembangkan potensi diri, selain itu diharapkan mampu mengangkat dan
mengharumkan nama sekolah dengan prestasinya. Namun di sisi lain justru
menjadi musabab menurunnya nilai siswa dan bukan tidak mungkin hanya
menjadi formalitas saja untuk mencari keuntungan.
Kenyataan di lapangan memang menunjukkan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler mendapat proporsi yang tidak seimbang, kurang mendapat
perhatian, bahkan cenderung disepelekan. Perhatian sekolah-sekolah juga masih
kurang serius, hal ini terlihat dari kurangnya dukungan yang memadai baik dari
segi dana, perencanaan, dan pelaksanaan, seria perannya sebagai bagian dari
evaluasi keberhasilan siswa. Padahal dikalangan siswa, banyak proses
aktualisasi potensi siswa yang terjadi melalui kegiatan ekstrakurikuler ini.
Misalnya aktualisasi tentang kepemimpinan, kesenian, olahraga, kepekaan
sosial, nilai religius, dan sebagainya sering muncul pada kegiatan
ekstrakurikuler.
Jika dilihat secara mendalam, maka ada bebarapa manfaat mengikuti
ektrakurikuler. Pertama, dapat mengakomodasi keragaman kecerdasan dan
potensi siswa. Kedua, lebih mendekatkan pendidikan pada dunia riil. Ketiga,
memiliki fleksibilitas yang tinggi dari segi program dan kurikulum. Keempat,
pendidikan dilaksanakan secara menarik dan menyenangkan.
Dengan demikian pemahaman dan pengelolaan ektrakurikuler yang baik akan
membentuk siswa yang kreatif, inovatif, dan beradab. Memang, pada sekolah
tertentu pengelolaan ekstrakurikuler belum menunjukkan hasil yang maksimal.20
Konferensi anak-anak sedunia di Gerenoble, Prancis tahun 1993
menyimpulkan bahwa kurikulum pendidikan formal memiliki kemampuan
terbatas untuk menyerap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Konferensi ini juga merekomendasikan konsep pendidikan sains di luar sekolah
melalui kegiatan-kegiatan ilmiah di luar sekolah.21 Hal tersebut membuat
kulikulum formal menjadi terbatasi oleh birokrasi dan penjabwalan kegiatan
yang terlambat. Akibatnya tidak seiring dengan perkembangan teknologi dan
informasi. Kondisi inilah yang sebenarnya dapat ditutupi oleh kegiatan
ektrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler tidak seperti penjadwalan di dalam
kelas. Pembuatan programnya pun terbilang mudah dan tidak serumit kurikulum
formal. Program penyelenggaraan ekstrakurikuler dapat bersifat fleksibel
sehingga sangat memungkinkan untuk mengadakan pendidikan yang integratif
dan multidisiplin.
Dari sini juga guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk
mengembangkan potensi diri. Bagi guru yang jeli, ia dapat juga melihat
seberapa besar apresiasi siswa terhadap proses belajar mengajar dengan kegiatan
ektrakulikuler. Jika siswa terlalu asik dengan ekstrakulikuler maka guru dapat * *
20 Tri Hayat Ariwibowo, Quo Vadis Ekstrakulikuler, Artikel Pendidikan pada http://re- searchengines.com/0208trihayat.html, diakses tanggal 10 Juli 2008
mengingatkan bahwa untuk tidak meninggalkan hal yang wajib. Atau juga guru
memberikan motivasi pengembangan diri bagai siswa yang kesulitan belajar
melalui kegiatan ekstrakulikuler. Sehingga orang tua tidak perlu khawatir jika
anaknya terlalu asik dengan ektrakulikuler nilainya akan jatuh karena guru
mengawasi secara langsung.
Jika ini mampu dilakukan guru maka ia berarti mampu mengembangkan
10 kompetensi guru secara baik. Terlebih dalam UU Sisdiknas No. 22/2003
terutama pasal 58 tentang evaluasi. Disebutkan evaluasi hasil belajar peserta
didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan
hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Inilah yang membuat
profesi guru menjadi unik, ia tidak saja mengajar tetapi juga membimbing dan
mengarahkan siswa.
B. Kedisplinan Siswa
1. Pengertian kedisiplinan
Disiplin bukan sebuah kata yang asing didengar oleh masyarakat
umum. Disiplin dalam pengertian umum adalah sebagai suatu ketaatan
terhadap peraturan22 23. Dalam kamus Bahasa Indonesia dikatakan 'bahwa
disiplin adalah latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala
perbuatannya selalu mentaati tata tertib (baik di sekolah maupun
kemiliteran)24. Penulis mengambil pendapat beberapa pakar yang
mendefinisikan disiplin sebagai berikut:
22 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2003 23 WJS. Poerwodarminto, op.cit., him. 16.
a. William A. Kelly dalam bukunya Dolet Unaijan, menjelaskan bahwa
disiplin adalah sebagai pendidikan yang komprehensif termasuk di
dalamnya adalah mengenai pelatihan mental, psikis, dan moral.25
b. Hadari Nawawi berpendapat, disiplin adalah usaha mencegah
terjadinya pelanggaran terhadap semua ketentuan yang disetujuai
bersama agar pemberian hukuman terhadap orang lain dapat
dihindari.26
c. Elizabeth Hurlock
Elizabeth Hurlock, sebagaimanan dikutip oleh Singgih
Dirgagunarsa, menerangkan bahwa disiplin sebagai suatu proses dari
latiahan atau belajar yang bersangkut paut dengan pertubuhan dan
perkembangan.27
Pendapat lain mengatakan bahwa disiplin menurut bahasa
berasal dari kata latin dicipulus, yang berarti siswa atau murid,
kemudian makna dari disiplin secara istilah adalah latihan watak dan
batin agar segala perbuatan seseorang sesuai dengan peraturan yang
ada.
Dari definisi-definisi di atas, secara umum terdapat persamaan
konsep meski secara deskriptif berbeda bunyinya, yaitu pada konsep
ketaatan atau kepatuhan. Sehingga dapat dikatakan bahwa disiplin
merupakan suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung
25 Dolet Unarjan, Manajemen Disiplin Ilmu, Gramedia Widiasarana, Jakarta, 2003, him.8-9.
a. William A. Kelly dalam bukunya Dolet Unaijan, menjelaskan bahwa
disiplin adalah sebagai pendidikan yang komprehensif termasuk di
dalamnya adalah mengenai pelatihan mental, psikis, dan moral.25
b. Hadari Nawawi berpendapat, disiplin adalah usaha mencegah
teijadinya pelanggaran terhadap semua ketentuan yang disetujuai
bersama agar pemberian hukuman terhadap orang lain dapat
dihindari.26
c. Elizabeth Hurlock
Elizabeth Hurlock, sebagaimanan dikutip oleh Singgih
Dirgagunarsa, menerangkan bahwa disiplin sebagai suatu proses dari
latiahan atau belajar yang bersangkut paut dengan pertubuhan dan
perkembangan.27
Pendapat lain mengatakan bahwa disiplin menurut bahasa
berasal dari kata latin dicipulus, yang berarti siswa atau murid,
kemudian makna dari disiplin secara istilah adalah latihan watak dan
batin agar segala perbuatan seseorang sesuai dengan peraturan yang
ada.
Dari definisi-definisi di atas, secara umum terdapat persamaan
konsep meski secara deskriptif berbeda bunyinya, yaitu pada konsep
ketaatan atau kepatuhan. Sehingga dapat dikatakan bahwa disiplin
merupakan suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung
25 Dolet Unaijan, Manajemen Disiplin Ilmu, Gramedia Widiasarana, Jakarta, 2003, hlm.8-9.
dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada
dengan senang hati.
Oleh karenanya disiplin sangat penting artinya bagi siswa
untuk menentukan identitas dirinya. Bahkan para ahli megatakan
bahwa disiplin merupakan kunci dari keberhasilan seseorang dalam
meraih apa yang dicita-citakannya. Disiplin mempunyai arti luas,
yaitu disiplin dalam mendidik, menuntun, mengarahkan anak dalam
28
kehidupan dan dalam masa pertumbuhan serta perkembangannya.
Munculnya kedisplinan dalam diri seseorang bukan sesuatu
yang lahir begitu saja, melainkan perlu adanya pelatihan, dan
pengarahan, perlu adanya intervensi dari pendidik danitupun
dilakukan secara bertahap. Kebiasaan yang ditanamkan oleh orang
tua dan guru, atau pendidik lainnya akan terbawa oleh anak dan
sekaligus memberikan warna terhadap perilaku kedisiplinan anak.
Menurut Webster’s, dalam New World Dictionary yang dikutip
oleh Oteng Sutrisna28 29, menjabarkan disiplin menjadi dua, yaitu
disiplin negatif dan disiplin positif. Disiplin negatif adalah
pendisiplinan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kekuatan dan kekuasaan. Hukuman kepada pelanggar aturan untuk
menimbulkan efek jera, dan juga untuk memberi perhatian kepada
orang lain untuk tidak melanggar peraturan. Sedangkan pendekatan
positif adalah pendisplinan dengan melibatkan penciptaan suatu
28 Charles Shcaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak, Dahara Prize, Jakarta, 1989, hlm.l 1.
sikap dan iklim organisasi di mana para anggotanya mematuhi
peraturan-peraturan yang perlu dari organisasi atas kemauan sendiri.
Berlaku disiplin merupakan salah satu cara membentuk watak
yang baik30. Dengan disiplin semua kegiatan dalam kehidupan akan
terarah dan teratur karena pelakunya selalu taat pada rel-rel kegiatan
yang sudah ditentukan. Dalam hal belajar baik di sekolah maupun di
rumah juga akan terpengaruh dengan sikap disiplin ini. Pembuatan
agenda kegiatan dan jadwal pelajaran merupakan salah satu indikator
bahwa pola hidup disiplin sudah mulai diterapkan.
Jenis sikap yang menjadi indikator pola kedisiplinan siswa
diantaranya adalah:
a. Tepat waktu, artinya siswa terbiasa datang, melaksanakan
kegiatan, mengumpulkan tugas, dan mengakhiri kegiatan
berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
b. Memiliki jadwal pelajaran, artinya siswa terbiasa mengatur
waktu belajar dan menyesuaikan diri dengan kegiatan belajar
yang ditentukan disekolah.
c. Memiliki agenda kegiatan, artinya siswa terbiasa mengatur
waktu untuk kegiatan yang dilakukan selama dirumah, baik
waktu untuk belajar, istirahat, bermain, dan kegiatan-kegiatan
lainnya.
d. Patuh terhadap peraturan, artinya siswa terbiasa mentaati segala
peraturan yang telah diketahuinya.
2. Cara pembentukan kedisiplinan
Belajar merupakan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus
sepanjang hayat manusia dan sekaligus merupakan suatu keseriusan bagi
setiap manusia untuk melakukannya demi meningkatkan bobot dan
kualitas hidup.31 32 Guna mencapai tingkat keseriusan ini perlu disiplin yang
dapat mengarahkan seseorang untuk konsisten dan tekun dalam melakukan
apa-apa yang dipikirkan. Jamal Abdul Hadi dan kawan-kawan
mengemukakan cara pembentukan kedisiplinan anak secara Islami,
diantaranya:
a. Pertama, memberitahukan kepada anak bahwa agama Islam
memuliakan orang yang berilmu dan para ulama. Hal ini dapat
menumbuhkan perasaan takut dan ketaatan kepada Alah SWT, serta
menjaga diri dari berbuat kesalahan.
b. Kedua, memberitahukan kepada anak bahwa ilmu paling penting
dan harus diperhatikan, serta paling utama adalah ilmu tentang
Allah, kemudian Al Qur’an dan keimanan, seteiah itu ilmu tentang
kehidupan dunia, sebab ilmu-ilmu ini merupakan pondasi awal dari
seseorang untuk taat di jalan Allah sebagai jalan mencapai kebaikan
dunia dan akhirat.
31 Abd Rochmat Abror, Psikologi Pendidikan, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 1993, hlm.65
c. Ketiga, anak harus didorong untuk mengaitkan berbagai informasi
pelajaran yang didapat dengan masalah keimanan dan segala hal
yang menunjukkan keagungan sang pencipta-Nya, serta
pengaturanya dengan cermat. Dengannya akan menanamkan sikap
pencarian ilmu yang berkesinambungan, sebab pada hakekatnya
ilmu adalah tanpa batas dan selalu bermanfaat bagi kehidupan
manusia.
d. Keempat, anak dibantu untuk menerapkan teori-teori pelajaran yang
didapatnya dalam kehidupan sehari-hari. Ini akan membuat anak
lebih memahami kebenaran ilmu itu sendiri, sehingga anak akan
cenderung paham dan termotivasi untuk mengembangkan ilmu yang
didapatnya.
e. Kelima, anak diberi reward atau hadiah berupa pujian atau
sanjungan. Ini dapat membangkitkan pemahaman anak bahwa
prestasi itu penting adanya dan membuat dirinya menjadi lebih
berarti.
f. Keenam, anak diberitahu cara-cara praktis dalam mengingat
pelajaran. Ini akan membuat anak merasa senang jika dia mampu
mengingat apa yang telah didapatkannya, karena dia akan merasa
puas jika mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
tentang hal-hal yang telah diketahuinya.
g. Ketujuh, anak didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekoah
berkesinambungan menggali kemampuannya karena didasari oleh
kesukaan terhadap kegiatan yang ditekuninya.
h. Kedelapan, anak dibantu dalam mengatur waktu dan jadwal
pelajaranya. Hal ini akan membuat anak terbiasa disiplin membagi
waktu antara bermain, belajar, tidur dan kegiatan lain yang sudah
teratur.
i. Kesembilan, anak harus dibiasakan bangun pagi. Hal ini dapat
membuat anak merasa segar dan selalu siap untuk menghadapi
aktivitas di siang hari, termasuk sekolah dan kegiatan lainnya yang
sudah diagendakan.
j. Kesepuluh, anak didorong untuk berkreasi. Hal ini akan membuat
anak merasa dinamis dan tidak kaku dalam menyikapi suatu
masalah, dan anak akan cenderung memiliki daya kreativitas tinggi
untuk menyelesaikan suatu masalah.
C. Hubungan Antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa
Ekstrakurikuler yang merupakan kegiatan yang mengambil waktu di luar
jam pelajaran, diselenggarakan oleh sekolah guna memfasilitasi siswa untuk
mengaktualisasikan bakat yang dimiliki dan menambah daya kreativitas siswa.
Namun demikian tidak jarang pula orang mengatakan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler terdengar membosankan. Yang demikian biasanya
sifatnya monoton, tidak menarik. Sebaliknya justru kegiatan kurikuler ini
sebagian besar bertumpu pada bentuk kegiatan yang berhubungan dengan
penyaluran bakat dan minat siswa, seperti olahraga, kesenian, karya ilmiah,
kesehatan, pramuka, pencinta alam, dan lainnya. Kegiatan ekstrakurikuler
biasanya diikuti oleh siswa yang memang berminat pada kegiatan tersebut.
Tetapi ada juga siswa yang mengikuti kegiatan ini berdasarkan alasan
ikut-ikutan teman atau pelampiasan kejenuhan kondisi di rumah, dan
sebagainya yang tidak lagi didorong oleh faktor minat. Maka ekstrakurikuler
menjadi alasan yang tepat sebagai jalan keluar, apalagi ramai-ramai dengan
teman. Kata “fleksibel”, itulah yang dapat dilakukan agar ekstrakulikuler
tidak membosankan. Pola pelaksanaan yang begitu-gitu saja diganti dengan
pola integratif dan multidisiplin serta tidak melupakan fun.
Melihat manfaat kegiatan ekstrakurikuler manfaat mengikuti
ektrakurikuler, seperti yang dikemukakan oleh Tri Hayar Ariwibowo dalam
artikel pendidikannya bahwa ektsrakurikuler dapat mengakomodasi
keragaman kecerdasan dan potensi siswa, kemudian kegiatan ini dapat lebih
mendekatkan pendidikan pada dunia riil, dan kegiatan ini juga menarik dan
menyenangkan, maka dapat dikatakan bahwa secara psikologis siswa akan
terbiasa untuk melaksanakan apa-apa yang didapat dari kegiatan
ekstrakurikuler ini, dalam hal ini adalah kedisiplinan.
Secara umum, sifatnya yang menyenangkan, juga pengelolaan yang
professional, mengikat tetapi tidak terasa membebani siswa, kegiatan
A. GAMBARAN UMUM
1. Sejarah Berdirinya MIN Kecandran
Berdasarkan Garis-Garis Besar Rencana Sekolah Tahun 2007/2008
sampai dengan 2010/2011', diringkas tentang sejarah berdirinya MIN
Kecandan sebagai berikut:
Pada tahun 1963 terbentuk suatu kegiatan Belajar Mengajar
setingkat sekolah dasar. Disebabkan belum memiliki gedung sekolah,
maka kegiatan tersebut dilaksanakan di rumah kediaman Bapak Soeharto
(Bekel Gamol), dengan pertimbangan rumah beliau tersedia tempat luas.
Tekad dan semangat para siswa untuk belajar serta memiliki gedung
sendiri,akhirnya terbukti dari kegigihan mereka melakukan kerja bhakti
bergotong royong bersama bapak guru untuk setiap hari Sabtu
mempersiapkan tempat untuk mendirikan sebuah gedung sekolah.
Tahun 1964 teijadi peristiwa pemberontakan G 30 S/PKI. Wilayah
Gamol merupakan basis PKI, demikian pula masyarakatnya terkenal
dengan masyarakat abangan yang di dalamya banyak sekali tokoh-tokoh
PKI. Salah satu diantaranya adalah Bapak Soeharto (dari Desa
Gedhangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang) selaku guru pada
saat itu. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap para siswa yang mengikuti
Kegiatan Belajar Mengajar, sehingga kegiatan dibubarkan.
1 MIN Kecandran, Garis-Garis Besar Rencana Sekolah Tahun 2007/2008 - 2010/2011, MIN Kecandran, Salatiga, 2007.
Pasca pemberontakan G 30 S/PKI, tepatnya pada tahun 1966,
bapak H. Basyir selaku Kepala Desa Kecandran mempunyai gagasan
untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan berbasis agama Islam.
Gagasan tersebut dilatarbelakangi oleh rasa keprihatinan beliau akan
keadaan masyarakat Dukuh Gamol serta tujuan utama adalah
menghilangkan image masyarakat Dukuh Gamol sebagai masyarakat
abangan dan basis PKI. Untuk merealisasikan gagasan tersebut, beliau
mengadakan musyawarah dengan para tokoh pemuka masyarakat, yaitu:
1. Bapak Jarwo
2. Bapak Ismani
3. Bapak H. Soehaijo
(dari Gamol)
(dari Gamol)
(dari Gamol)
4. Bapak Djoyo Masiran (dari Gamol)
5. Bapak Toha
6. Bapak Irfani
(dari Kecandran)
(dari Kecandran)
Pada tahun 1966 berdirilah Madrasah Ibtidaiyah Gamol, dengan
tenaga pengajar:
1. Bapak Nurhadi, selaku Kepala Madrasah (dari Pulutan)
2. Bapak Irfani, selaku guru agama (dari Kecandran)
3. Bapak Istat Amat Ngarifm (dari Banyuputih)
Tahun 1967 mendapat tambahan tenaga pengajar:
2. Bapak Yasmin (dari Gamol)
3. Ibu Robiatun (dari Kecandran)
tempat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar meminjam dua
tempat, yaitu di rumah kediaman Bapak Soeharto di wilayah RT. 04, RW.
06 dukuh Gamol dan di serambi masjid. Atas gagasan dari Bapak Basyir
pula, Madrasah Ibtidaiyah tersebut diberi nama Madrasah Ibtidaiyah
Ma’arif (MIM).
Tahun 1970 didirikan sebuah gedung Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif
(MIM), dengan menggunakan bahan bangunan kayu yang telah tersedia.
Gedung MIM memiliki enam lokasi kelas, dengan jumlah siswa 180 anak.
Sesuai dengan ketentuan pada saat itu maka siswa yang diterima di MIM
hanya yang berasal dari Duren, Gamol, Kecandran dan Sodong (wilayah
Kecamatan Getasan).
Dalam perkembangan selanjutnya Desa Kecandran memperoleh
bantuan SD Inpres yang didirikan menjadi satu lokasi dengan SD
Kecandran yang telah ada lebih dulu, sehingga Desa Kecandran
mempunyai dua SD yaitu SD I dan SD II. Sejak saat itu Kepala Desa
menetapkan peraturan baru bahwa siswa yang berasal dari Duren harus
masuk SD Kecandran, sedangkan siswa dari Sodong harus masuk ke SD
Polobugo III, sehingga MIM hanya memiliki siswa yang berasal dari
MIM mengikuti Ujian Akhir Madrasah (UAM) untuk pertama kali
pada tahun 1969, karena pada tahun tersebut MIM baru mempunyai siswa
kelas VI. Sesudahnya tidak mengikuti UAM untuk sementara waktu,
sebab mobilitas siswa (keluar dan masuk) belum stabil. Siswa banyak
yang keluar sebelum mencapai kelas VI.
Pada tahun 1979 MIM dapat mengikuti ujian lagi. Pada saat itu
jumlah siswa kelas VI yang mengikuti UAM hanya 5 (lima) anak.
Diantara tahun 1991 sampai 1992 Pemerintah Kota Salatiga (Kodya
Daerah Tingkat II Salatiga saat itu) mencanangkan program pemekaran
wilayah.Dukuh Gamol yang pada waktu itu merupakan wilayah
Kabupaten Semarang yang merupakan salah saru target pemekaran
wilayah Kota Salatiga. Bapak Auze yang menjabat Kasi Mapenda pada
saat itu, berkunjung ke Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif menemui staf
pengajar madrasah, beijanji jika nanti Dukuh Gamol menjadi wilayah
Kodya Salatiga, beliau akan membantuk secara administratif untuk
mengubah status Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif menjadi Madrasah
Ibtidaiyah Negeri (MIN).
Tahun 1996 Dukuh Gamol resmi menjadi wilayah Kodya Dati II
Salatiga. Seperti yang telah dijanjikan sebelumnya, maka Bapak Auze
didukung pula oleh Bapak Mudatsir Muslim (Kasi Mapenda Kabupaten
Pada tanggal 14 Juni 1997 bertempat di Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) II Tegalrejo, Madrasah Ma’arif resmi menyandang status Negeri
dengan nam3 Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran.
2. Letak Geografis MIN Kecandran
MIN Kecandran terletk di daerah Kecandran, Kecamatan
Sidomukti, Kota Salatiga, menempati lahan seluas 873 m2, dengan panjang
area 43 m dan lebar 21 m, luas bangunan 448 m2, serta dikelilingi pagar
tembol sepanjang 56 m.
3. Sarana, prasarana dan fasilitas yang tersedia di MIN Kecandran adalah
sebagai berikut:
a. Kantor dan ruangan:
1 (satu) kantor kepala sekolah/guru
- 7 (tujuh) ruang kelas
- 2 (dua) kamar mandi/WC
1 (satu) pengadaan air bersih
1 (satu) listrik
b. Barang/Perkakas:
- 168 (seratus enam puluh delapan) buah kursi siswa
- 80 (delapan puluh) buah meja untuk satu siswa
- 85 (delapan puluh lima) buah meja untuk dua siswa
- 5 (lima) buah meja guru
5 (lima) buah kursi guru
1 (satu) buah rak buku
- 6 (enam) buah papan tulis
1 (satu) set meja kursi tamu
- 7 (tujuh) unit alat peraga
1 (satu) unit alat kesenian
- 3 (tiga) unit alat olah raga
- 2 (dua) buah mesin ketik
- 4 (empat) unit komputer
4. Kondisi siswa
Keadaan siswa sampai tahun 2008/2009 adalah sebagai berikut:
Tabel I
Keadaan Siswa MIN Kecandran sampai dengan tahun 2008/2009
No Tahun Siswa Jumlah
L P
1 2001/2002 Awal 85 87 172
Akhir 99 68 167
2 2002/2003 Awal 104 64 168
Akhir 102 57 159
3 2003/2004 Awal 106 87 193
Akhir 105 83 188
4 2004/2005 Awal 88 102 190
Akhir 86 100 186
5 2005/2006 Awal 91 88 179
Akhir 91 88 179
6 2006/2007 Awal 87 99 186
Akhir 87 99 186
7 2007/2009 Awal 92 97 189
Akhir 84 91 181
8 2008/2009 Awal 95 87 182
Akhir 99 69 168
Sumber: Data Primer2
Adapun keadaan siswa MIN Kecandran tahun 2008/2009
5. Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan
a. Nama-nama kepala sekolah yang pernah dan masih menjabat di MIN
Kecandran tahun 1966/1967sampai dengan tahun 2008/2009 adalah:
Tabel IU
Nama-Nama Kepala Sekolah MIN Kecandran sampai dengan tahun 2008/2009
No Nama Tahun 'ugas
Awal Akhir
1 Drs. Kasimin al Nurhadi, BA 1996 1972
2 Dasuki al Maryono 1977 1983
3 Muh. Hufron 1983 1987
4 Muslih 1989 1991
5 Markum, A.Ma 1991 2002
6 Drs Taqwim 2002 2006
7 Achmad Arifin, S.Ag 2006 2008
8 Agus Rachmad Yuanta 2008
Sumber: Data primer*
b. Nama-nama guru dan karyawan yang masih aktif di MIN Kecandran
hingga tahun 2008/2009 adalah sebagai berikut:
Tabe! IV
3 Pricahyono * IV
18 Dewi Setiya Putri * IV
47 Fais * VI
58 Agustin Dwi Hapsari * VI
59 Enggar Rudi H * VI
60 Nurul Isnaini * VI
61 Said * VI
62 Siswanto * VI
63 Andri Sefthiyan * VI
64 Munawiratun * VI
74 Andre Satya Andika * VI
75 Johan Prasetio * VI
Jumlah 39 36
2. Data Keaktivan Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler
Data berikut merupakan hasil angket yang telah dirubah dari data
kualitatif menjadi kuantitatif, dengan cara:
- xMemberi nilai 3 untuk jawaban A
- Memberi nilai 2 untuk jawaban B
Adapun hasil selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel VI
Berikut disajikan pula data mengenai tingkat kedisiplinan siswa MIN
Kecandran Salatiga tahun 2008/2009.
Tabel VII
Data Mengenai Kedisiplinan Siswa MIN Kecandran Tahun 2008/2009
3. Data Kedisiplinan Siswa
Dan berikut ini adalah rangkuman penilaian dari hasil penelitian
mengenai kedua variabel, yaitu:
Tabel VIII
Berdasarkai^hasil penghitungan di atas dapat diketahui nilai tertinggi
untuk data mengikuti kegiatan ekstrakurikuler adalah 30 dengan nilai
terendah adalah 15 , d2n diperoleh juga nilai tertinggi untuk kedisiplinan
ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul secara lengkap, langkah selanjutnya adalah
menganalisis data. Untuk menganalisis data tersebut penulis menggunakan teknik
statistik dengan maksud dapat memperoleh jawaban dari pokok masalah yang
disajikan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam bagian ini adalah:
A. Pengelompokan data hasil jawaban angket. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan dalam proses penghitungan dengan menggunakan teknik
statistik dan analisisnya.
B. Analisis pertama, yaitu analisis dengan menggunakan persentase per-item
disertai analisis kuantitatifnya. Hal ini digunakan untuk mengetahui tingkat
keaktifan siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, dan seberapa jauh tingkat
kedisiplinan siswa kelas IV, V, dan VI MIN Kecandran Salatiga dalam
kategori rendah, sedang, dan tinggi
C. Analisis kedua, yaitu analisis kuantitatif untuk mengetahui variasi kedisiplinan
siswa kelas IV, V, dan VI MIN Kecandran, Salatiga dalam kategaori rendah,
sedang, dan tinggi.
D. Analisi ketiga, yaitu dengan proses penghitungan dengan korelasi product
moment guna mengetahui hubungan antara mengiktui kegiatan ektrakurikuler
dengan kedisiplinan siswa kelas IV, V, dan VI MIN Kecandran, Salatiga.
A. Pengelompokan Data
Tabel IX
Data K olektif Nilai Keaktifan M engikuti K egiatan E k strak u rik u ler dan Kedisiplinan Siswa MIN K ecandran T ahun 2008/2009
Berdasarkan hasil penghitungan di atas dapat diketahui nilai tertinggi
untuk data mengikuti kegiatan ekstrakurikuler adalah 30 dengan nilai
terendah adalah 15 , dan diperoleh juga nilai tertinggi untuk kedisiplinan
sisw a, yaitu 30 , dan nilai terendah adalah 16
B. Analisis per-item dengan persentase
Tabel X
Persentase Jawaban Tentang Keaktifan Mengikuti Ekstrakurikuler
No Item Pertanyaan Kategori Persentase (%)
A B C A B C
berdasarkan keinginan sendiri? 62 4 9 83 5 12
6
Apakah anda selalu aktif pada
setiap kegiatan? 35 40 0 47 53 0
7 Apakah anda selalu hadir tepat
8
Apakah anda selalu meminta ijin jika berhalangan untuk
hadir pada suatu kegiatan? 39 32 4 52 43 5
9
Apakah anda menjadi anggota di salah satu kegiatan yang
anda ikuti? 54 20 1 72 26 2
10
Apakah anda selalu ikut kegiatan, jika ada kegiatan ke luar sekolah (misalnya kemping/kemah)?
24 29 22 32 39 29
Berdasarkan tabel tersebut di atas, penulis dapat memberikan
keterangan sebagai berikut:
1. Pada item pertanyaan nomor satu tentang apakah anda aktif mengikuti
perkembangan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, diperoleh hasil
jawaban dari 75 responden bahwa siswa yang memilih jawaban ya,
mencapai 61 siswa atau 81%, yang menjawab tidak 13 siswa atau 17%
dan yang menjawab tidak peduli 1 orang atau 2%.
2. Pada item pertanyaan nomor dua tentang apakah dalam mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di sekolah dilakukan
dengan suka rela, diperoleh hasil jawaban dari 75 responden bahwa
siswa yang memilih jawaban ya mencapai 69 siswa atau 92%, yang
menjawab tidak 5 siswa atau 7% dan yang menjawab asal ikut saja 1
3. Pada item pertanyaan nomor tiga tentang apakah dalam mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler, anda merasa senang, diperoleh hasil jawaban
dari 75 responden bahwa siswa yang memilih jawaban ya ada 64 siswa
atau 85%, yang menjawab tidak 10 siswa atau 13% dan yang menjawab
tidak tahu 1 siswa atau 2%.
4. Pada item pertanyaan nomor empat tentang apakah dalam mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler, anda meminta ijin orang tua, diperoleh hasil
jawaban dari 75 responden bahwa siswa yang memilih jawaban ya ada
10 siswa atau 13%, yang menjawab tidak 59 siswa atau 79% dan yang
menjawab tidak peduli 6 siswa atau 8%.
5. Pada item pertanyaan nomor lima tentang apakah dalam mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler berdasarkan keinginan sendiri, diperoleh hasil
jawaban dari 75 responden bahwa siswa yang memilih jawaban
berdasarkan keinginan sendiri mencapai 6^ siswa atau 83%, yang
menjawab karena ajakan teman ada 4 siswa atau 5% dan yang menjawab
ikut-ikutan ada 9 siswa atau 12%.
6. Pada item pertanyaan nomor enam tentang apakah anda selalu aktif
pada setiap kegiatan, diperoleh hasil jawaban dari 75 responden bahwa
menjawab kadang-kadang 40 siswa atau 53% dan yang menjawab tidak
pernah tidak ada.
7. Pada item pertanyaan nomor tujuh tentang apakah anda selalu hadir tepat
waktu pada setiap kegiatan, diperoleh hasil jawaban dari 75 responden
bahwa siswa yang memilih jawaban selalu tepat waktu mencapai 34
siswa atau 45%, yang menjawab kadang-kadang 41 siswa atau 55 % dan
yang menjawab tidak pernah tepat waktu tidak ada.
8. Pada item pertanyaan nomor delapan tentang apakah anda selalu
meminta ijin jika berhalangan untuk hadir pada suatu kegiatan,
diperoleh hasil jawaban dari 75 responden bahwa siswa yang memilih
jawaban selalu minta mencapai 39 siswa atau 52%, yang menjawab
kadang-kadang 32 siswa atau 43% dan yang menjawab tidak pernah
minta ijin ada 4 siswa atau 5%.
9. Pada item pertanyaan nomor sembilan tentang apakah anda menjadi
anggota di salah satu kegiatan yang anda ikuti, diperoleh hasil jawaban
dari 75 responden bahwa siswa yang memilih jawaban terdaftar sebagai
anggota mencapai 54 siswa atau 72%, yang menjawab tidak terdaftar ada
20 siswa atau 26% dan yang menjawab tidak mau tahu ada 1 orang atau
10. Pada item pertanyaan nomor sepuluh tentang apakah anda selalu ikut
kegiatan, jika ada kegiatan ke luar sekolah (misalnya kemping/kemah),
diperoleh hasil jawaban dari 75 responden bahwa siswa yang memilih
jawaban selalu mengikuti mencapai 24 siswa atau 32%, yang menjawab
kadang-kadang ada 29 siswa atau 39% dan yang menjawab tidak pernah
mencapai 22 siswa atau 29%.
Selanjutnya data tersebut di atas diklasifikasikan kembali dengan
menggunakan kategori jawaban jumlah jawaban item yang telah diberikan,
danjuga persentase hasil perhitungan. Dengan pemberlakuan untuk satu orang
siswa mendapat 10 item soal. Jumlah siswa (responden) adalah 75, sehingga
jumlah item soal keseluruhan adalah 750 soal.
Tabel XI
Kesimpulan Hasil Perhitungan Per-item Keaktifan Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler
No Kategori Jawaban Jumlah Jawaban Persentese (%)
1 A 452 60
2 B 253 34
3 C 45 6
Jumlah 750 100
Dari tabel tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa:
- Kategori jawaban A sejumlah 452, apabila dipersentasekan menjadi
452 : 750 = 0.60, 0.60 x 100 % = 60 %
Kategori jawaban B sejumlah 253, apabila dipersentasekan menjadi
- Kategori jawaban C sejumlah 45, apabila dipersentasekan menjadi
45 : 750 = 0.06, 0.06 x 100 % = 6 %
Tabel XII
Persentase Jaw aban Tentang K edisiplinan Siswa
No Item Pertanyaan K ategori
ketika akan memulai belajar? 47 28 c 63 37 0
3
Apakah anda memiliki jadwal
pelajaran di rumah? 67 6 2 89 8 3
6
Apakah anda memiliki jadwal
kegiatan selain di sekolah? 40 33 2 53 44 3
7
Apakah anda selalu mentaati
peraturan sekolah? 48 21 6 64 28 8
8
Apakah anda selalu memakai
seragam sesuai dengan
peraturan sekolah? 60 13 2 80 17 3
9
Apakah anda selalu ijin jika tidak masuk sekolah?
39 35 1 52 47 2
10
Apakah anda selalu mengisi waktu luang di sekolah untuk belajar?
Berdasarkan tabel tersebut di atas, penulis dapat memberikan
keterangan sebagai berikut:
1. Pada item pertanyaan nomor satu tentang apakah anda pergi ke sekolah
selalu tepat waktu, diperoleh hasil jawaban dari 75 responden bahwa yang
menjawab selalu tepat waktu mencapai 37 siswa atau 49%, yang
menjawab kadang-kadang juga ada 37 siswa atau 49% dan yang menjawab
tidak pernah tepat waktu ada 1 siswa atau 2%.
2. Pada item pertanyaan nomor dua tentang apakah anda selalu berdoa ketika
akan memulai belajar, diperoleh hasil jawaban dari 75 responden bahwa
siswa yang memilih jawaban selalu berdoa mencapai 47 siswa atau 63%,
yang menjawab kadang-kadang 28 siswa atau 37% dan yang menjawab
tidak pernah tidak ada.
3. Pada item pertanyaan nomor tiga tentang apakah anda pulang sekolah
selalu tepat waktu, diperoleh hasil jawaban dari 75 responden bahwa siswa
yang memilih jawaban selalu tepat waktu mencapai 43 siswa atau 57%,
yang menjawab kadang-kadang 26 siswa atau 35% dan yang menjawab
tidak pernah tepat waktu ada 6 siswa atau 8%.
4. Pada item pertanyaan nomor empat tentang apakah anda selalu ganti
pakaian dulu setelah pulang sekolah sebelum melakukan kegiatan lain,
jawaban selalu ganti baju dahulu mencapai 58 siswa atau 77%, yang
menjawab kadang-kadang 15 siswa atau 20% dan yang menjawab tidak
pernah ganti baiu dahulu ada 2 siswa atau 3%.
5. Pada item pertanyaan nomor lima tentang apakah anda memiliki jadwal
pelajaran di rumah, diperoleh hasil jawaban dari 75 responden bahwa
siswa yang memilih jawaban mempunyai jadwal pelajaran mencapai 67
siswa atau 89%, yang menjawab belajar tidak punya jadwal 6 siswa atau
8% dan yang menjawab masa bodoh ada 2 siswa atau 3%.
6. Pada item pertanyaan nomor enam tentang apakah anda memiliki jadwal
kegiatan selain di sekolah, diperoleh hasil jawaban dari 75 responden
bahwa siswa yang memilih jawaban mempunyai jadwal lain mencapai 40
siswa atau 53%, yang menjawab tidak punya ada 33 siswa atau 28% dan
yang menjawab masa bodoh ada 2 siswa atau 3%.
7. Pada item pertanyaan nomor tujuh tentang apakah anda selalu mentaati
peraturan sekolah, diperoleh hasil jawaban dari 75 responden bahwa siswa
yang memilih jawaban selalu taat pertaturan mencapai 48 siswa atau 64%,
yang menjawab kadang-kadang 6 siswa atau 28% dan yang menjawab