• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN GOAL SETTING TERHADAP TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER FUTSAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN GOAL SETTING TERHADAP TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER FUTSAL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN GOAL SETTING

TERHADAP TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA

YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER

FUTSAL

Mikha Basoeki

Basoekimikha@gmail.com

Dosen Pembimbing : Antonina Pantja Juni Wulandari. S.Sos.. M.Si

Binus University : Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530. Telp. (62-21) 535 0660 Fax. (62-21) 535 0644

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh dari pemberian lembar goal setting terhadap tingkat kedisiplinan pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental within-subject. Sampel pada penilitan ini adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal di salah satu sekolah menengah pertama di Jakarta. Rentang usia para siswa dalam penelitian ini adalah 14-15 tahun. Teori yang digunakan sebagai landasan pemikiran peneliti adalah teori SMART goal setting. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi terstruktur. Hasil pada penelitian eksperimental within-subject ini diperoleh dengan membandingkan hasil yang didapat sebelum siswa diberikan lembar goal setting (pretest) dengan hasil yang diperoleh setelah siswa diberikan lembar goal setting (posttest). Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara skor pretest dengan skor posttest dimana pemberian lembar goal setting meningkatkan kedisiplinan para siswa dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 (menggunakan tingkat los sebesar 0,05) dan dengan presentase sebesar 23,31%. Jadi pemberian goal setting berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kedisiplinan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal.

Kata Kunci

(2)

PENDAHULUAN

Kedisiplinan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan. Setiap profesi sangat menuntut kedisiplinan dalam mengerjakan suatu tanggung jawab. Salah satu profesi yang menuntut kedisiplinan adalah atlet. Cesc Fabregas salah satu atlet sepak bola dunia mengatakan bahwa rahasia kesuksesannya sebagai pesepakbola adalah kedisiplinan (Suara Pembaruan, 2012). Selain itu ketua umum baru PB PBSI Gita Wirjawan mengatakan bahwa kedisiplinan pada atlet akan menjadi salah satu hal yang menjadi perhatiannya (PBSI, 2012). Docta Ignoran selaku pelatih tim basket putra provinsi Semarang menambahkan bahwa kedisiplinan menjadi pertimbangan beliau dalam menyeleksi pemain, ia menegaskan tidak akan menoleransi pemain yang tidak disiplin menjalani seleksi (Suara Merdeka, 2013). Melalui beberapa fenomena di atas dapat dilihat bahwa kedisiplinan memegang peran penting dalam kesuksesan seorang atlet.

Merujuk pada observasi peneliti sebagai pelatih di salah satu sekolah swasta di Jakarta, banyak siswa yang rendah tingkat kedisiplinnya. Saat menjalani ekstrakurikuler para siswa sering terlambat, tidak memakai baju yang sesuai, tidak mematuhi instruksi yang diberikan dan masih sering mengobrol saat ekstrakurikuler sudah dimulai. Hal ini tidak hanya terjadi sesekali saja namun setiap ekstrakurikuler dilakukan para siswa terkesan tidak disiplin.

Dari fenomena diatas, dapat dilihat bahwa tingkat kedisiplinan individu yaitu siswa, sangatlah rendah. Rosenberg (dalam Santrock, 2003) mengatakan bahwa diri remaja akan terus memiliki ciri ketidakstabilan hingga tiba suatu saat di mana seorang remaja berhasil membentuk teori mengenai dirinya yang lebih utuh, dan biasanya tidak terjadi hingga masa remaja akhir atau bahkan di awal masa dewasa. Santrock (2003) mengatakan bahwa remaja laki-laki biasa bertingkah laku asertif, sombong, sinis, dan sangat berkuasa, karena mereka menyadari bahwa tingkah laku seperti itu menambah kualitas seksualitas dan daya tariknya. Erikson (dalam Santrock, 2003) menambahkan bahwa dikarenakan struktur genitalnya, laki-laki menjadi lebih berani tampil dan agresif.

Melalui pendapat dari para tokoh diatas memang sangat terllihat bahwa remaja laki-laki dalam hal ini para siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal akan merasa sangat berkuasa dan sulit untuk diatur. Namun sebagai seorang atlet para siswa seharusnya mematuhi segala aturan dan instruksi yang diberikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) atlet adalah olahragawan yang mengikuti suatu perlombaan atau pertandingan. Aspek kepribadian yaitu kedisiplinan merupakan faktor penting yang bisa mempengaruhi perkembangan mereka dalam bermain futsal.

Menurut Maksum (2007) ada tujuh trait kepribadian yang menunjang prestasi atlet salah satunya adalah komitmen. Trait kepribadian ini merujuk pada adanya kesediaan atlet untuk mengikuti dan memegang teguh ketentuan-ketentuan, baik yang datang dari dalam diri atlet sendiri maupun yang datang dari luar. Atlet yang memiliki komitmen adalah atlet yang mencintai profesinya, fokus terhadap tugas, disiplin dan tanggung jawab terhadap tugas, serta rela mengorbankan kepentingan lain demi profesi yang dipilihnya. Dari penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa disiplin termasuk dalam komponen kepribadian yang menunjang prestasi atlet.

Menurut Hasibuan (1997) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan perusahaan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya.

Sastrohadiwiryo (dalam Gusti, 2012) mendefinisikan disiplin sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.

Ketidakdisiplinan yang ditunjukkan oleh para siswa menyebabkan seorang pelatih perlu memiliki metode yang efektif agar individu yaitu atlet dapat disiplin dalam latihan. Selama ini pemberian hukuman dan sanksi dianggap cukup untuk membuat atlet disiplin. Namun menurut Cox (2012) goal setting dapat dipromosikan sebagai strategi pembelajaran yang baru. Goal setting juga dapat meningkatkan performa

(3)

melalui pengarahan atensi, peningkatan usaha dan kegigihan, memotivasi atlet untuk mempelajari strategi belajar yang baru, serta meningkatkan perasaan positif. Menurut Shilts, Horowitz dan Townsend (2004) goal

setting mempunyai potensi sebagai fasilitator penting pada perubahan perilaku. Oleh karena itu menurut

penulis, goal setting dapat digunakan sebagai metode efektif dalam latihan futsal .

Latham dan Locke (dalam Cox, 2012) mengemukakan bahwa goal setting adalah sebuah teori motivasi yang secara efektif memberi energi kepada atlet untuk menjadi lebih produktif dan efektif. Oleh sebab itu peneliti ingin fokus kepada penggunaan metode goal setting dalam pelatihan yang diberikan kepada individu. Dengan harapan dapat memunculkan ataupun meningkatkan perilaku disiplin pada individu.

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian dan Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Cozby (2005) simple random

sampling adalah teknik sampling yang memberikan kesempatan yang sama pada tiap subyek yang berada

dalam populasi tersebut. Sample penelitian adalah para siswa SMPK 7 BPK Penabur yang mengikuti ekstrakurikuler futsal dengan usia 14-15 tahun. Para siswa tersebut terbagi dalam dua rentang kelas, yaitu kelas 8 dan 9 SMP. Jumlah subyek penelitian ini berjumlah 41 anak yang berjenis kelamin laki-laki. Berikut merupakan daftar sebaran siswa kelas 8 dan 9 SMP yang mengikuti ekstrakurikuler futsal.

Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental within-subject. Eksperimental

within-subject hanya menggunakan sekelompok subjek dan setiap subjek diberikan beberapa perlakuan

Variabel Bebas yang berbeda (Seniati dkk, 2011). Selain itu Bordens dan Abbott (2005) mengatakan bahwa penelitian within subject merupakan penelitian yang membandingkan hasil dari perlakuan satu dengan perlakuan yang lainnya. Peneliiti memutuskan menggunakan design penelitian within-subject dikarenakan terbatasnya jumlah subyek dan keterbatasan waktu. Peneliti menggunakan one-group pretest-posttest design, Menurut Christensen (dalam Seniati dkk, 2011) design ini melakukan pengukuran terhadap Variabel Terikat yang telah dimiliki subjek. Setelah diberikan manipulasi, dilakukan pengukuran kembali terhadap VT dengan alat ukur yang sama.

Alat Ukur Penelitian

Adapun beberapa peralatan utama yang digunakan selama proses penelitian berlangsung yang terbagi menjadi dua bagian, yakni pretest dan posttest. Lembar observasi yang diberlakukan selama pretest dan posttest berisikan 16 item yang masing-masing mempunyai skor 10. Jadi total skor maksimal yang mungkin diperoleh tiap subyek adalah 160. Hanya saja terdapat sedikit perbedaan kalimat yang tentunya disesuaikan dengan aktivitas pengambilan data.

Lembar observasi ini terdapat tiga kategori yang merupakan penjabaran dari definisi kedisiplinan yang diutarakan oleh Hasibuan (1997). Hasibuan (1997) menyatakan bahwa kedisiplinan dapat diartikan bilamana seseorang selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Penyusunan lembar observasi, baik pada tahap pretest dan posttest, disusun menggunakan coding

system. Cozby (2005) menyatakan bahwa coding system adalah panduan yang harus disusun sesederhana

mungkin guna memberikan kemudahan bagi observer dalam mengkategorikan perilaku yang diobservasi. Pengkategorian yang terdapat dalam lembar observasi selain mengacu pada definisi kedisiplinan oleh Hasibuan (1997), juga berdasarkan pengalaman peneliti yang sekaligus menjadi pelatih para siswa yang sudah berjalan selama kurun waktu dua tahun.

(4)

Pada lembar observasi terdapat tiga kategori. Kategori pertama berisikan dua buah item, kedua berisikan sembilan item, dan yang ketiga berisikan lima item Maka total item yang terdapat pada lembar observasi tersebut berjumlah enam belas item.

Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Menurut Nasution (2011), alat ukur dalam penelitian harus memenuhi dua syarat utama yakni, alat ukur haruslah valid (tepat) dan reliabel (dapat percaya). Alat ukur yang valid adalah alat ukur yang dapat mengukur apa yang harus diukur. Sedangkan alat ukur yang reliabel adalah alat ukur yang secara konsisten dapat memberikan hasil ukuran yang sama sehingga dapat dipercaya. Dalam hal ini subjek penelitian berjumlah 41 orang, oleh karena itu diperoleh rtabel = 0,308. Dari hasil uji validitas yang dilakukan, terdapat 9 item dinyatakan valid dan sebanyak 7 item dinyatakan tidak valid.

Menurut Bordens dan Abbott (2008), reliabilitas pengukuran adalah kemampuan alat ukur untuk menghasilkan skor yang sama pada saat dilakukan pengukuran ulang dengan tes yang sama ataupun setara pada waktu yang berbeda. Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan berdasarkan perhitungan melalui IBM

SPSS statistics v19. Dalam program SPSS, perhitungan reliabilitas dinyatakan dalam rumus Alpha Cronbach.

Reliabilitas ini didapat dengan menggabungkan data dari siswa-yang mengikuti ekstrakurikuler futsal dengan menggugurkan satu buah item. Hasil reliabilitas alat ukur memenuhi standart yakni 0,630. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tekhnik Formula Alpha Cronbach dan dengan menggunakan program IBM SPSS statistics v19.

Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan di sekolah SMPK 7 BPK Penabur Jakarta Barat dan dilangsungkan selama jam ekstrakurikuler futsal. Kegiatan ekstrakurikuler futsal tersebut akan dilaksanakan di lapangan futsal yang terdapat di sekolah. Hal ini mempermudahkan pengaturan jumlah subyek, tidak merepotkan subyek karena tidak perlu menyediakan waktu luang untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Subyek penelitian merupakan gabungan dari kelas 8 dan 9 SMPK 7 BPK Penabur yang mengikuti ekstrakurikuler futsal dengan rentang usia 14-15 tahun. Jumlah subyek baik pada tahap pretest maupun posttest adalah 41 anak.

Tahap pretest dan posttest dilaksanakan selama 120 menit. Kegiatan yang dilakukan adalah sesi latihan futsal yang telah terbagi menjadi tujuh aktivitas. Selain itu observer yang bertugas akan mengambil data berupa lembar observasi saat kegiatan ekstrakurikuler berlangsung. Pada tahap pretest para siswa tidak diberi pengajaran goal setting, mereka hanya melakukan kegiatan ekstrakurikuler seperti biasa. Sedangkan tahap posttest para siswa mendapatkan pengajaran cara membuat goal setting sebelum kegiatan

ekstrakurikuler futsal berlangsung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara keseluruhan, terjadi peningkatan skor tingkat kedisiplinan antara pretest dan posttest. Total skor mean tingkat kedisiplinan secara keseluruhan pada tahap pretest adalah 86,829 sedangkan total skor mean tingkat kedisiplinan pada tahap posttest adalah 107,073. Terjadi peningkatan skor sebanyak 20,244 poin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan tingkat kedisiplinan pada subyek sebesar 23,31%. Prosentase peningkatan diperoleh dengan membandingkan skor mean perilaku disiplin pretest dan

posttest. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Cox (2012) bahwa goal setting dapat dipromosikan

sebagai strategi pembelajaran yang baru. Goal setting juga dapat meningkatkan performa melalui pengarahan atensi, peningkatan usaha dan kegigihan, memotivasi atlet untuk mempelajari strategi belajar yang baru, serta meningkatkan perasaan positif. Selain itu menurut McCarthy, Jones, Harwood dan Davenport (dalam Cox, 2012) perasaan positif terkait dengan meningkatnya motivasi, performa dan komitmen. Shilts, Horowitz dan Townsend (2004) berpendapat bahwa goal setting mempunyai potensi sebagai fasilitator penting pada

(5)

perubahan perilaku. Dapat dikatakan bahwa SMART Goal Setting dapat meningkatkan ataupun memunculkan perilaku disiplin dari para siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal.

Berdasarkan hasil analisa menggunakan perhitungan paired sample t-test, dengan los 0,05 dapat dilihat perbedaan data pretest (M=17,0976, SD=4,70003) dengan data posttest (M=20,1463, SD=4,39608), t (40) = -3,680, sig (0,001) < 0,05. Hal ini berarti bahwa pemberian goal setting berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku disiplin para siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Hasil penelitian mengenai pengaruh goal setting (IV) terhadap tingkat kedisiplinan (DV) pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal menunjukkan peningkatan sebesar 23,31% dibandingkan pada saat sebelum subyek diberikan lembar goal setting. Uji statistik dengan menggunakan paired sample t-test juga membuktikan bahwa pemberian lembar goal setting berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kedisiplinan siswa yang mengikut ekstrakurikuler futsal.

Hal tersebut selaras dengan pendapat Cox (2012) yang menyatakan bahwa goal setting dapat dipromosikan sebagai strategi pembelajaran yang baru. Goal setting juga dapat meningkatkan performa melalui pengarahan atensi, peningkatan usaha dan kegigihan, memotivasi atlet untuk mempelajari strategi belajar yang baru, serta meningkatkan perasaan positif. Selanjutnya menurut McCarthy, Jones, Harwood dan Davenport (dalam Cox, 2012) perasaan positif terkait dengan meningkatnya motivasi, performa dan komitmen. Kedisiplinan itu sendiri merupakan salah satu aspek di dalam komitmen. Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan skor kedisiplinan terjadi secara menyeluruh, baik kelas 8 maupun 9 smp mengalami kenaikan. Peningkatan kedisiplinan siswa kelas 8 yang mengikuti ekstrakurikuler futsal adalah sebesar 27,33%. Sedangkan siswa kelas 9 smp mengalami kenaikan kedisiplinan sebesar 15,34%.

Saran

Goal setting dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran yang baru dalam bidang psikologi

olahraga maupun bidang terkait lainnya. Goal setting dapat meningkatkan performa, meningkatkan usaha dan kegigihan, serta meningkatkan perasaan positif seseorang. Jika perasaan positif meningkat, secara otomatis motivasi, performa dan komitmen pun akan selaras. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar lembar goal setting dapat diberikan secara berkala kepada atlet agar perilaku yang menjadi fokus perhatian dapat muncul ataupun meningkat.

Selain itu dalam melakukan observasi, alangkah lebih baik jika observer mempunyai pengalaman dalam observasi. Jika tidak mempunyai pengalaman observasi, para calon observer dapat dilatih agar saat melakukan observasi dapat memudahkan mereka dalam melakukan dan menjalankan tugasnya. Bagi peneliti yang ingin meneliti topik serupa hendaknya melakukannya dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga hasil dari penelitian eksperimen tersebut bisa lebih maksimal.

Untuk pihak sekolah dan juga pelatih, melalui penelitian ini peneliti menyarankan agar metode Goal

setting ini dapat digunakan dalam ekstrakurikuler futsal maupun bidang olahraga lain yang menuntut

kedisiplinan pada siswa. Goal setting telah terbukti dapat meningkatkan kedisiplinan para siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal.

REFERENSI

Aiken, L.R. dan Groth-Marnat, G. (2006). Psychological Testing and Assessment. 12th edition. Boston: Pearson Education Group, Inc.

(6)

Alvarez, J.C.B., Soto, V.M., Alvarez, V.M., Vera, J.G. (2007). Match Analysis and Heart Rate of Futsal Players During Competition. Journal of Sports Sciences. (26) 1, 63-73.

http://www.gpsportspain.com/Publicaciones/21_Match%20Analysis%20Futsal%20%28JSS-Barberto%20et%20al.2008%29.pdf.

21 Desember 2012

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bordens, K. S. dan Abbott, B. (2005). Research Design and Methods: A Process Approach. 6th edition. New York: McGraw-Hill.

Bordens, K. S., & Abbott, B. B. (2008). Research Design and Methods (7th ed.). New York: McGraw-Hill Interbational Edition.

Cox, R.H. (2012). Sport Pschology: Concepts and Applications. 7th edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Cozby, P.C. (2005). Methods in Behavioral Research. 9th edition. New York: McGraw-Hill International Edition.

Gusti, M.M. (2012). Pengaruh Kedisiplinan, Motivasi Kerja, dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMKN 1 Purworejo Pasca Sertifikasi. Jurnal Penelitian

Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

http://eprints.uny.ac.id/6119/1/PENGARUH%20KEDISIPLINAN,%20MOTIVASI%20KERJA,%20DAN %20PERSEPSI%20GURU%20TENTANG%20KEPEMIMPINAN%20KEPALA%20SEKOLAH%20TER HADAP%20KINERJA%20GURU%20SMKN%201%20PURWOREJO%20PASCA%20SERTIFIKASI.pd

f .10 November 2012.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Knapczyk, D. (2004). Teaching Self-Disciline. America: Attainment Company, Inc.

Larson, R.W. & Brown, J.R. (2007) Emotional Development in Adolescence: What can be Learned from a High School Theater Program. Child Development, (78) 4, 1083-1099.

http://youthdev.illinois.edu/Documents/j.14678624.2007.01054.x.pdf

21 Desember 2012

Maksum, A. (2007). Kualitas Pribadi Atlet: Kunci Keberhasilan Meraih Prestasi Tinggi. Anima, Indonesian

Psychological Journal, (22) 2, 108-115.

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22207108115_0215-0158.pdf. 15 November 2012

Malayu, S.P.H. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Gunung Agung.

Nasution, S. (2011). Metode Research: Penelitian ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Nugiyantoro, B., dkk. (2004). Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(7)

Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia. (2012). Kedisiplinan Atlet Akan Ditingkatkan. Jakarta: PB PBSI.

http://badmintonindonesia.org/app/information/newsDetail.aspx?/1451 27 Febuari 2013

Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. 6th edition. Jakarta: Erlangga. Seniati, dkk. (2011). Psikologi Eksperimen. Jakarta: Indeks.

Shaugnessy, J.J., dkk. (2000). Research Methods in Psychology. 5th edition. Boston MA:McGraw-Hill Higer Education.

Shilts, M.K., Horowitz, M, Townsend, M.S., V.M. (2004). Goal Setting as a Strategy for Dietary and Physical Activity Behavior Change: A Review of the Literature. The Science of Health Promotion. (19) 2, 81-93.

http://www.csus.edu/indiv/s/shiltsm/pdf/Goal%20setting%20review%20PDF.pdf. 22 Desember 2012

Suara Merdeka. (2013). Atlet Basket Tidak Disiplin. Jakarta: Suara Merdeka.

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/01/23/212895/Atlet-Basket-Tidak-Disiplin- 27

Febuari 2013

Suara Pembaruan. (2012). Fabregas: Atlet Harus Disiplin Dan Tanggungjawab. Jakarta: Suara Pembaruan.

http://www.suarapembaruan.com/home/fabregas-atlet-harus-disiplin-dan-tanggungjawab/22064 27

Febuari 2013

RIWAYAT HIDUP

Nama Penulis : Mikha Basoeki

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 12 Februari 1991

Pendidikan : Sarjana Psikologi dari Universitas Bina Nusantara (2013)

Pekerjaan : Recruitment Officer di PT Matahari Kahuripan Indonesia (MAKIN GROUP) Organisasi :Wakil ketua HIMPSIKO (2012-2013)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun penyandang disabilitas dalam pandangan Al-Quran ialah menunjukkan penyandang disabilitas fisik yaitu : Pertama, bertindak sama atau bersikap toleransi

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua Peraturan Perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun

Adapun peningkatan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran IPS dapat terlihat dari beberapa indikator yaitu siswa mampu mengumpulkan tugas tepat waktu, siswa secara

[r]

[r]

Failed end Condition bidan tidak dapat melihat data yang ada di admin utama. Actor

Untuk lebih mempercepat tercapainya program Reformasi Birokrasi itu secara efektif dan terarah, maka perlu secara konkret diprogramkan suatu strategi pencapaian target

Berdasarkan pada penilaian dari responden, maka berdasarkan pada hasil wawancara bersama koordinator penyuluh pertanian (BP4K) Kecamatan Kupang Timur bahwa dalam