KAJIAN KEMITRAAN PENGELOLAAN AIR
TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU
DI KECAMATAN SENDURO, KABUPATEN LUMAJANG
ARDIANSYAH
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
KAJIAN KEMITRAAN PENGELOLAAN AIR
TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU
DI KECAMATAN SENDURO, KABUPATEN LUMAJANG
ARDIANSYAH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
RINGKASAN
ARDIANSYAH. Kajian Kemitraan Pengelolaan Air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Dibimbing oleh HARYANTO R. PUTRO dan AGUS PRIYONO.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang dikelola pelibatan masyarakat. Kerjasama yang dilakukan antara lain berupa pengelolaan air yang diwujudkan melalui pengelolaan kolaboratif dan dilakukan melalui perjanjian kerjasama antara pihak balai taman nasional dengan pihak mitra.
Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi kemitraan yang terdapat dalam pengelolaan air TNBTS dan memberikan rekomendasi pelaksanaan kerjasama berdasarkan hasil analisis dampak dan permasalahan kemitraaan serta evaluasi terhadap sistem kemitraan. Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kemitraan pengelolaan air yang berlaku di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru serta berguna sebagai pertimbangan bagi pihak pengelola dan pihak mitra dalam menindaklanjuti sistem kemitraan.
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009-Januari 2010 di Kantor Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, PDAM Kabupaten Lumajang, dan Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Data yang berhubungan dengan proses kesepakatan kemitraan digunakan untuk mengidentifikasi sistem kemitraan. Analisis stakeholder didasarkan pada identifikasi akses kepentingan dan peran dan fungsi para pihak. Stakeholder dikelompokkan menurut analisis 4R serta kriteria pengaruh dan tingkat kepentingan. Analisis permasalahan dilakukan menurut tabulasi data dan pembandingan kondisi menurut observasi. Sedangkan evaluasi kemitraan dilakukan menurut pendekatan metode analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerjasama pengelolaan air yang diterapkan TNBTS dilakukan melalui kemitraan dalam skala pemerintah daerah kabupaten. Kemitraan ini dilakukan dengan cara kesepakatan dengan pihak mitra yang berkepentingan melalui penandatanganan MoU berupa perijinan pembangunan instalasi air bersih dengan PDAM kabupaten dan pihak pemerintah desa. Dampak secara sosial ekonomi yang didapat dari kemitraan pengelolaan air TNBTS diantaranya adalah manfaat dalam hal aspek jaminan kemanfaatan sumberdaya, terpeliharanya kelestarian kawasan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat secara lebih baik. Permasalahan kemitraan meliputi pelaksanaan kerjasama yang tidak sesuai aturan perundang-undangan, kurangnya koordinasi antara masing-masing pihak, tidak terpenuhinya hak pihak pengelola kawasan dan kewajiban pihak mitra, serta kurangnya evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemanfaatan air. Berdasarkan evaluasi, dapat disimpulkan bahwa secara umum kemitraan telah berlangsung cukup baik namun perlu pembenahan aturan kebijakan dan peningkatan koordinasi dari berbagai pihak untuk berbagi peran dan tanggung jawab.
SUMMARY
ARDIANSYAH. Assessment of Partnership Water Management in Bromo Tengger Semeru National Park in District Senduro, Lumajang. Supervised by HARYANTO R. PUTRO and AGUS PRIYONO.
Bromo Tengger Semeru National Park (BTSNP) is one of protected area that is managed by involving local people. The collaborative management in this national park is carried out in term of partnership water management by signing agreement of collaboration between national park and some partners.
The aims of this study are to identify the partnership water management at BTSNP and finally give recommendation concerning collaboration of water management based on analysis result of impact and partnership problem and evaluation of partnership system. This study hopefully can give information about partnership water management at BTSNP and be useful as consideration to manager and partners for the future partnership.
This study was conducted during December 2009 - January 2010 at BTSNP Office, PDAM of Lumajang Regency, and Senduro District, Lumajang Regency. Data related about process of partnership agreement was needed to understand partnership system of water management there. Stakeholder analysis was based on identification of interest access, role and function of each stakeholder. The stakeholders then were classified using 4R analysis and criteria of impacts and level of interest. The problem analysis was tabulated and compired to observation result. The evaluation of partnership was conducted using qualitative and descriptive method.
The result shows that collaborative water management at BTSNP is in term of partnership at level of regency. The partnership is stated through Memorandum of Understanding (MoU) between PDAM and village government about clean water instalation. Socio economic impact from partnership water management at BTSNP among others are guarranty of resources utilization, protection of area and community prosperity. Some problems consist of unappropriate between partnership realization and government policy, lack of coordination among stakeholders, the area manager’s right and partner’s duties are not fulfilled, lack of evaluation and reporting concerning water utilization. Based on evaluation, it can be concluded that generally the partnership has been conducted fairly but it should refer to the government policy and increases coordination concerning each partner’s roles and responsibilities.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kajian Kemitraan Pengelolaan Air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang” adalah benar-benar hasil kerja saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2010
Judul Skripsi: Kajian Kemitraan Pengelolaan Air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang Nama : Ardiansyah
NIM : E34050888
Menyetujui : Komisi Pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Haryanto R. Putro, MS. Ir. Agus Priyono, MS. NIP : 19600928 198503 1 004 NIP : 19610812 198601 1 001
Mengetahui :
Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor,
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP : 19580915 198403 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Agustus 1987 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan H. Agus Salim dan Hj. Sadiyah.
Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 49 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Pada tahun 2006 penulis mulai aktif menempuh pendidikan di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif pada sejumlah organisasi kemahasiswaan diantaranya sebagai ketua Kelompok Fotografi Konservasi “FOKA” HIMAKOVA periode 2008, staff IFSA LC IPB pada tahun 2007-2008, dan staff BEM KM IPB periode 2008-2009. Semasa kuliah penulis telah mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cagar Alam/Taman Wisata Alam Kamojang - Cagar Alam Leuweung Sancang, Garut Jawa Barat pada tahun 2007, serta Praktek Umum Konservasi Ex-situ Satwaliar (PUKES) di Taman Mini Indonesia Indah dan Taman Sringanis pada tahun 2008. Pada tahun 2009 penulis juga mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur. Kegiatan lapang yang pernah diikuti penulis diantaranya adalah Studi Konservasi Lingkungan “SURILI” HIMAKOVA di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan (2007) dan di Taman Nasional Bukit Baka - Bukit Raya, Kalimantan Barat (2008), survey vegetasi tumbuhan HCVF’s Semenanjung Kampar (2010) dan survey pencemaran lingkungan DAS Ciliwung (2010).
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirobil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan kesempatan kepada penulis sehingga karya tulis ini mencapai tahap selesai dalam pengerjaannya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa yang akan selalu penulis syukuri. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Haryanto R. Putro, MS dan Bapak Ir. Agus Priyono, MS sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Papa dan Mama tersayang yang telah mencurahkan kasih sayang, doa yang tulus, dukungan moril dan materil, serta kakak dan adikku atas motivasi untuk terus belajar tentang banyak hal.
3. Bapak Ir. Ahmad Hajdib, MS, Bapak Ir. Iwan Hilwan, MS, dan Ibu Arinana, S.Hut, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi penyempurnaan skripsi ini.
4. Pihak Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru serta seluruh pegawai kantor balai atas izin yang diberikan untuk melakukan penelitian serta dokumen dan informasi data.
5. Bapak Hady Suyitno, SE, MP. selaku Kepala SPTN 3 Senduro, Bapak Eko Herawanto selaku Kepala Resort Seroja, serta Pak Agus Jatmiko atas pengarahannya selama di lapangan.
6. Bapak Toni Artaka, S.Hut, Ma’ruf Hadi, S.Hut selaku pembimbing lapang atas bantuan teknis serta izin penggunaan sarana prasarana kantor resort. 7. Ibu Evi, Bapak As’ad, dan Bapak Kamil selaku pegawai PDAM atas bantuan
data dan informasi.
9. Masyarakat Kecamatan Senduro khususnya dan Kabupaten Lumajang pada umumnya atas kesempatan tinggal sementara dan berbagi informasi.
10. Kepala dan seluruh staff TU DKSHE IPB atas bantuannya demi kelancaran proses penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata angkatan 42 (Tarsius 42) atas jalinan persahabatan dan kebersamaannya selama masa studi.
12. Seluruh keluarga besar FORMALIN 49, HIMAKOVA, FOKA, IFSA LC IPB, serta Kabinet Gemilang BEM KM IPB atas kebersamaan dalam organisasi dan semua pengalaman serta motivasi untuk melakukan hal yang terbaik.
13. Robiatul Awaliyah, S.Si. atas semua dukungan, kasih sayang, dan kebersamaan. Semoga kita dapat meraih segala cita-cita di masa depan. 14. Penghuni kos Pondok Gaharu, Pondok Mandala, dan Wisma Maliyan untuk
kenangan tinggal dalam satu atap kebersamaan.
15. Bantuan yang amat berharga untuk diskusi pengayaan dan bahan skripsi kepada Wulandari dan Dina Fatmasari (KPM 43).
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam atas limpahan nikmat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Kemitraan Pengelolaan Air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini membahas tentang isu kerjasama pengelolaan taman nasional yang masih menjadi masalah dalam meningkatkan efektivitas dan kinerja dalam pelaksanaan kebijakan konservasi di lapangan. Salah satunya adalah tentang penggunaan sumberdaya berupa air yang bersumber dari kawasan lindung dan dimanfaatkan oleh banyak pihak terutama bagi masyarakat di sekitar kawasan. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan salah satu kawasan dengan kepentingan air yang melibatkan banyak pihak, sehingga pengkajian mengenai aspek kemitraan pengelolaan air perlu dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak pengelola dan para pihak yang bermitra dalam rangka meningkatkan kualitas kerjasama di masa mendatang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Haryanto R. Putro, MS. dan Bapak Ir. Agus Priyono, MS. yang telah membimbing penulis hingga skripsi ini terselesaikan.
Bogor, Desember 2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BABII TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Pengelolaan Sumberdaya Air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru 5 2.2 Pemerintah Daerah dan Lembaga Pengelola Air ... 7
2.3 Pengelolaan Kolaboratif dan Kemitraan ... 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 13
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13
3.2 Objek dan Alat Penelitian ... 13
3.3 Jenis Data ... 13
3.3.1 Jenis data untuk mengetahui sistem kemitraan ... 13
3.3.2 Jenis data untuk mengetahui sikap masyarakat ... 13
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 14
3.4.1 Studi literatur ... 14
3.4.2 Observasi dan wawancara ... 15
3.5. Pengolahan dan Analisis Data... 17
3.5.1 Sistem kemitraan ... 17
3.5.2 Analisis stakeholder...18
3.5.3 Sosial ekonomi masyarakat ... 21
3.5.4 Permasalahan kemitraan ... 21
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 23
4.1 Letak dan Luas ... 23
4.2 Kondisi Fisik Kawasan ... 24
4.2.1 Kondisi Geografis ………24
4.2.2 Iklim dan Curah Hujan ……….24
4.2.3 Luas dan Tata Guna Lahan ………..24
4.3 Sosial Ekonomi Masyarakat ... 25
4.3.1 Kependudukan ………..25
4.3.2 Sarana dan Prasarana Umum ………...……....26
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
5.1 Sistem Kemitraan ... 29
5.1.1 Analisis isisurat kesepakatan kemitraan ... 29
5.1.1.1 Kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan PDAM Kabupaten Lumajang ....29
5.1.1.2 Kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan Pemerintah Desa Argosari ...31
5.1.2 Analisis stakeholder ... 35
5.1.2.1 Identifikasi stakeholder ...35
5.1.2.2 Akses kepentingan stakeholder ...37
5.1.2.3 Peran dan fungsi stakeholder ...38
5.1.2.4 Klasifikasi stakeholder menurut analisis 4R ...41
5.1.2.5 Klasifikasi stakeholder menurut tingkat kepentingan dan pengaruh ...47
5.2 Sosial Ekonomi Masyarakat ... 51
5.2.1 Aspek demografi... 51
5.2.2 Dampak kemitraan terhadap sosial ekonomi masyarakat ... 52
5.2.3 Harapan terhadap kemitraan ... 59
5.3 Permasalahan Kemitraan ... 59
5.3.1 Pelaksanaan kerjasama yang belum sesuai peraturan perundang- undangan ………..61
5.3.3 Lemahnya koordinasi antara masing-masing stakeholder ....…62
5.3.4 Kurangnya evaluasi dan laporan pelaksanaan pemanfaatan air 64 5.4 Evaluasi Sistem Kemitraan ... 64
5.4.1 Evaluasi kemitraan pengelolaan air TNBTS ………64
5.4.2 Pembelajaran kasus lain sebagai sebuah alternatif strategi kemitraan ...66
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 69
6.1 Kesimpulan ... 69
6.2 Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Sumber air di kawasan TNBTS yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Kabupaten Lumajang ... 5
2. Danau di kawasan TNBTS yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Lumajang ... 5
3. Kriteria dan tujuan pengelolaan sumberdaya air ... 6
4. Kebutuhan dasar air bersih penduduk Indonesia ... 6
5. Jenis data untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap sistem kemitraan pengelolaan air TNBTS ... 14
6. Metode pengumpulan data ... .15
7. Tiga prinsip dalam panduan evaluasi kemitraan ... 22
8. Jenis dan luas penggunaan lahan di Kecamatan Senduro ... 24
9. Jumlah penduduk Kecamatan Senduro menurut kelompok umur dan jenis kelamin ... 25
10. Jumlah penduduk Kecamatan Senduro menurut pemeluk agama ... 26
11. Jumlah penduduk Kecamatan Senduro menurut mata pencaharian ... 26
12. Fasilitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang terdapat di Kecamatan Senduro ... 26
13. Kapasitas produksi PDAM Lumajang ... 27
14. Analisis isi kesepakatan kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan PDAM Kabupaten Lumajang ... 29
15. Analisis isi kesepakatan kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan Desa Argosari ... 31
16. Peraturan perundang-undangan terkait kemitraan pengelolaan air TNBTS.... 33
17. Daftar hak, tanggung jawab, dan manfaat masing-masing stakeholder ... 42
18. Perbandingan antara stakeholder dari segi hak, tanggung jawab, dan manfaat ... 43
19. Hubungan antar stakeholder dalam sistem kemitraan ... 45
20. Klasifikasi stakeholder menurut tingkat kepentingan dan pengaruh ... 47
21. Empat strategi pengelolaan hubungan stakeholder ... 50
22. Data produksi PDAM unit Senduro ... 56
24. Hasil evaluasi sistem kemitraan pengelolaan air di TNBTS ... 65 25. Dimensi dan indikator kerjasama pengelolaan dalam model kolaborasi
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian . ... 3
2. Peta Wilayah Kecamatan Senduro ... 23
3. Tingkat kepentingan para pihak ... 38
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Peta Jaringan Pipa Layanan PDAM Unit Senduro ... 74
2. Panduan Wawancara Kelembagaan ... 75
3. Panduan Wawancara Masyarakat ... 76
4. Rekapitulasi Hasil Wawancara Kelembagaan ... 77
5. Rekapitulasi Hasil Wawancara Masyarakat ... 81
6. Perjanjian Kerjasama ... 82
7. Dokumentasi Pemanfaatan Air Melalui PDAM ... 89
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia konservasi kehutanan pada saat ini sedang menggalakkan suatu paradigma baru dalam mengelola kawasan konservasi. Paradigma baru ini berupa pengusahaan hutan dengan didukung kerjasama kelembagaan yang kuat dalam pengelolaannya. Paradigma baru tersebut di Indonesia diwujudkan dalam bentuk kemitraan dalam rangka perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistem.
Air sebagai kebutuhan hidup manusia memegang peranan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Keberadaannya yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia sangat tergantung dari kondisi ekosistem yang ada di sekitarnya. Sebagai kawasan pelestarian alam yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam tujuan termasuk pemanfaatan sumberdaya alam, taman nasional merupakan wilayah yang menyimpan potensi sebagai penyedia air yang penggunaannya dilakukan oleh banyak pihak terutama bagi masyarakat di sekitar kawasan.
Sistem pengelolaan yang berlaku di taman nasional berada langsung dibawah pemerintah pusat, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Secara mandiri taman nasional mempunyai kewenangan dengan tanggung jawab langsung kepada pemerintah pusat. Di sisi lain, dalam UU Nomor 41 Tahun 1999, penyelenggaraan kehutanan pemerintah pusat juga dilimpahkan sebagian kewenangannya kepada pemerintah daerah dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas pengurusan hutan pada pengembangan otonomi daerah.
Pemerintah daerah, dalam hal ini sebagai pemangku wilayah juga berkewajiban dalam menyelenggarakan perlindungan hutan dan konservasi alam agar fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi, tercapai secara optimal dan lestari. Salah satu aspek yang melingkupi kegiatan tersebut adalah pengelolaan air, dalam hal ini yang melibatkan kepentingan para pihak yaitu taman nasional maupun pihak mitra di daerah. Sedemikian pentingnya hingga dari pandangan tersebut, maka diperlukan semacam kesepahaman antara pihak mitra dan pihak taman nasional dalam menjalankan kerjasama khususnya dalam pengelolaan pemanfaatan air yang ada dalam lingkup wilayah yang sama.
1.2 Kerangka Pemikiran Penelitian
Sistem kemitraan pengelolaan air BB TNBTS - PDAM
Sikap masyarakat terhadap sistem kemitraan pengelolaan air
Proses pelaksanaan sistem kemitraan pengelolaan air Dampak dan permasalahan dan kemitraan
Metode pengumpulan data : a. Studi literatur
b. Observasi dan wawancara kelembagaan dan masyarakat
Sosial ekonomi masyarakat: a. Parameter Demografi b. Wawancara Masyarakat Sistem kemitraan:
a. Proses kesepakatan kemitraan b. Analisis stakeholder
c. Dampak sosial ekonomi kemitraan d. Permasalahan kemitraan
Untuk menganalisis karakteristik pihak mitra digunakan analisis peran dan fungsi stakeholder, analisis 4R, dan klasifikasi stakeholder menurut tingkat
kepentingan dan pengaruh
Untuk menganalisis sikap masyarakat dilakukan secara deskriptif berdasarkan observasi dan wawancara
mendalam
Evaluasi terhadap sistem kemitraan pengelolaan air antara BB TNBTS dengan pihak mitra
Akomodasi kepentingan dan pengelolaan dampak antar stakeholder akan menjadikan kemitraan lebih berfungsi dengan baik Analisis Data
Sintesis Data
Pengelolaan kolaboratif taman nasional
Pelibatan pihak mitra dan masyarakat
Kemitraan Konservasi Sumber Air BB TNBTS - Masyarakat Desa
Argosari
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.
Kemitraan Pinjam Pakai Tanah Kawasan Hutan
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sistem kemitraan yang berlaku pada pengelolaan air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
2. Memberikan rekomendasi pelaksanaan kerjasama berdasarkan hasil analisis dampak dan permasalahan serta evaluasi kemitraan bagi pihak pengelola taman nasional dan pihak mitra.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai pembelajaran umum kepada berbagai pihak mengenai sistem kemitraan pengelolaan air yang berlaku di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Sumberdaya Air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sebagai salah satu kawasan konservasi dengan fungsi hidrologisnya yang besar cukup memegang peranan penting terutama bagi kawasan di sekitarnya. Sebagai daerah tangkapan air bagi wilayah hilir yang meliputi DAS Brantas dan DAS Sampean Madura yang memanjang dari bagian utara di kabupaten Pasuruan sampai selatan di Kabupaten Lumajang, terdapat empat danau dan lebih dari lima puluh sungai serta anak sungai yang sumber airnya berasal dari hulu TNBTS (Bambang 2009). Beberapa diantaranya digunakan oleh masyarakat melalui usaha sendiri maupun melalui kerjasama dengan instansi terkait di wilayah yang bersangkutan, diantaranya PDAM kota/kabupaten, Himpunan Pemanfaat Air Minum (HiPAM), dan kelompok masyarakat di sekitar kawasan penyangga taman nasional (Tabel 1 dan Tabel 2). Sungai-sungai di Kabupaten Lumajang yang bermata air di kawasan TNBTS meliputi Sungai Belolo, Argosari, Curah Menjangan, Ireng-ireng, Besuk Semut, Besuk Tompe, Besuk Sat, Besuk Loteng, dan Besuk Koboan. Sementara itu, danau yang bermata air di kawasan TNBTS meliputi Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo, dan Ranu Darungan (Bambang 2009).
Tabel 1 Sumber air di kawasan TNBTS yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Lumajang Nama
Sumber Air Kawasan
Pihak yang
memanfaatkan Dasar Hukum SA. Blok Jantur Resort Ranu Pani Masyarakat - SA. Dempok Resort Ranu Pani Masyarakat - SA. Ayek-Ayek Resort Ranu Pani Masyarakat - SA. Mani Resort Taman Satriyan Masyarakat - SA. Darungan Resort Ranu Darungan PDAM/Masyarakat - SA. Wonoagung Desa Sumber Mujur Masyarakat - S. Ireng-ireng Desa Pasrujambe PDAM/Masyarakat Kepmen No. 149/
Menhutbun-VI/1999 Sumber : Memori Kepala BB TNBTS Masa Bakti 2007-2009
Tabel 2 Danau di kawasan TNBTS yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Lumajang Nama Danau Kawasan Pihak yang memanfaatkan Ranu Pani Resort Ranu Pani Pengunjung dan Masyarakat Ranu Regulo Resort Ranu Pani Pengunjung dan Masyarakat Ranu Kumbolo Jalur Pendakian Semeru Pengunjung dan Masyarakat Ranu Darungan Resort Ranu Darungan Masyarakat
Air yang dimanfaatkan oleh masyarakat maupun pihak mitra setempat diambil dari sumber air yang tersebar di beberapa wilayah resort taman nasional, yaitu pada beberapa desa di wilayah sekitar taman nasional. Sebagian besar diantaranya tidak berdasarkan hukum, sementara sampai akhir tahun 2009 baru ada tiga sumber air yang telah ada ketentuan kerjasamanya.
Pada hubungannya dengan nilai yang dimiliki air menurut Fauzi (2004), ada tiga kriteria untuk menentukan tujuan pengelolaan sumberdaya alam berupa air (Tabel 3).
Tabel 3 Kriteria dan tujuan pengelolaan sumberdaya air
Kriteria Tujuan
Efisiensi
Biaya penyediaan air yang rendah
Penerimaan per unit sumberdaya yang tinggi
Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Keadilan Akses terhadap air bersih untuk semua masyarakat
Keberlanjutan
Menghindari terjadinya deplesi pada air bawah tanah
Menyediakan cadangan air yang cukup untuk memelihara ekosistem
Meminimalkan pencemaran air
Dengan memperhatikan ketersediaan air yang dihasilkan di suatu wilayah dan permintaan pada lingkup wilayah kecil oleh masyarakat sekitar, pengelola dapat memperkirakan penilaian terhadap kuantitas air bagi upaya pengelolaan air yang efektif dan efisien. Menurut penjelasan Puslitbang Fisika Terapan - LIPI (1990) diacu dalam Maharani (2005), disebutkan bahwa besar kebutuhan air bersih bagi masing-masing orang tidak sama dan sangat tergantung pada beberapa faktor, diantaranya faktor sosial, tingkat pendidikan, kebiasaan penduduk, letak geografis, dan lain-lain. Kebutuhan dasar air bersih bagi tiap individu penduduk wilayah Indonesia tersebut antara lain digunakan untuk memenuhi kebutuhan minum, masak, dan mencuci (Tabel 4).
Tabel 4 Kebutuhan dasar air bersih penduduk Indonesia Jenis Kegiatan Kebutuhan ( liter/jiwa/hari)
Minum 2,5 - 5,0 l
Masak 7,5 - 10,0
Cuci 10,0 - 15,0
Jumlah 20,0 - 30,0
ekologi yang dampaknya cukup luas. Pembukaan hutan berpengaruh terhadap hidrologi, erosi, iklim mikro, dan tingkat kesuburan tanah. Pada lahan yang baru dibuka laju infiltrasi air turun drastis, aliran permukaan meningkat sehingga menyebabkan tingkat erosi pun meningkat. Pembukaan hutan juga meningkatkan suhu tanah serta menurunkan kadar air tanah dan aktivitas mikroba (Sinukaban 2007).
Pemanfaatan jasa lingkungan berupa air yang telah ada di TNBTS dilakukan melalui penandatanganan MoU perijinan pembangunan instalasi air bersih antara Balai Besar TNBTS dengan kelompok masyarakat pemanfaat sumber air, masing-masing yaitu di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan dan Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang untuk pembangunan instalasi air bersih, serta kerjasama konservasi air di Desa Argosari Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Pada perkembangannya tahun 2008 juga telah dilakukan penyusunan draft MoU pemanfaatan air di Desa Gubuk Klakah Kabupaten Malang dan pembaharuan perjanjian kerjasama pembangunan bak penampungan air dan jaringan pipa oleh Pemda Kabupaten Lumajang. Pengelolaan di Kabupaten Lumajang tersebut sekarang dilimpahkan kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kabupaten (Bambang 2009).
2.2 Pemerintah Daerah dan Lembaga Pengelola Air
ialah adanya penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada Pemda Propinsi Bali serta Pemda Buleleng dan Jembrana mengenai pengelolaan kawasan taman nasional melalui MoU antara Yayasan Forum Pengelolaan dengan Taman Nasional Bali Barat. Bagi pengelolaan di daerah Kabupaten Lumajang, hal yang berkenaan dengan air bersih diserahkan pengurusannya kepada PDAM kabupaten sebagai badan usaha milik daerah dengan tanggung jawab sosial berupa penyediaan air bersih ke masyarakat.
Perusahaan Daerah Air Minum (dahulu bernama PAM) Kabupaten Lumajang berdiri pada tahun 1975 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1975 dan disahkan kembali pada tahun 1983 melalui Surat Keputusan Bupati Lumajang Nomor 212 Tahun 1983. Pada awalnya daerah yang dilayani meliputi lima wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Lumajang, Sukodono, Klakah, Ranuyoso, dan Pasirian. Selanjutnya pada tahun 1990 dilakukan penambahan di empat wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Senduro, Kecamatan Kedungjajang, Kecamatan Randuagung, dan Kecamatan Pronojiwo sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Lumajang tanggal 31 Mei 1990 tentang Penyerahaan Pengelolaan Saluran Air Minum Pedesaan. Kemudian pada tahun 1996-1997 PDAM mendapatkan bantuan proyek air bersih di tiga wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Tempeh, Tempursari, dan Kunir sehingga sampai dengan akhir tahun 2007 jumlah pelayanan mencapai dua belas wilayah kecamatan (PDAM Kabupaten Lumajang 2009). Pada hubungannya dengan pengelolaan air TNBTS, wilayah PDAM unit Senduro berhubungan langsung dengan kawasan taman nasional karena pengambilan airnya dilakukan pada blok Sungai Ireng-Ireng Resort Seroja SPTN wilayah 3 Senduro dengan debit air sebesar 0,51 m3/detik.
Menurut penghitungan ekonomi perusahaan secara umum, unsur-unsur pendapatan, biaya, dan laba menjadi penting untuk diketahui tidak hanya untuk menilai seberapa besar keberhasilan perusahaan tetapi juga berguna bagi penjalanan kebijakan selanjutnya. Pendapatan PDAM dihasilkan dari pendapatan penjualan (operasional) dan pendapatan lain-lain, sementara biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya langsung dan tidak langsung. Menurut Kusuma (2006), yang termasuk biaya langsung pada proses produksi air PDAM adalah biaya sumber, biaya pengolahan, biaya transmisi, dan biaya distribusi. Sedangkan biaya tidak langsungnya adalah biaya administrsi dan umum yang meliputi biaya pegawai, biaya kantor, biaya penelitian dan pengembangan, biaya instalasi umum, hubungan langganan, biaya pemeliharaan, serta biaya bank.
Kecamatan Senduro adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Lumajang yang sebagian masyarakatnya mendapat layanan air bersih dari PDAM dan pengurusannya dilimpahkan pada PDAM unit kecamatan. Berdasarkan keterangan Business Plan PDAM 2009, desa-desa yang terlayani PDAM unit Kecamatan Senduro sebanyak lima desa yang berlokasi di sekitar pusat kecamatan, diantaranya Desa Senduro, Burno, Pandansari, Kandang Tepus, dan Kandangan. Wilayah kelima desa yang terlayani air bersih ini berada pada kelerengan yang relatif lebih seragam dari desa lainnya karena memperhatikan faktor efektivitas dan ketersediaan saluran air (Lampiran 1). Jumlah pelanggan pada desa-desa tersebut sebanyak 1.153 sambungan dengan total pemakaian air 15.960 m3 (data Februari 2009). Jumlah tersebut hampir setara dengan pelayanan terhadap 4.035 jiwa (1 KK di Senduro sekitar 3,5 jiwa) atau sekitar 8,9% dari total penduduk Kecamatan Senduro yang sebagian besar penduduknya merupakan masyarakat berpenghasilan rendah. Beberapa desa yang tidak terjangkau layanan PDAM sebagian penduduknya telah mendapat bantuan pembangunan sarana air bersih.
memanfaatkan air yang bersumber dari kawasan TNBTS. Masyarakat yang memanfaatkan air dan tinggal di sekitar kawasan taman nasional dikenakan kompensasi berupa upaya pemeliharaan kawasan penyangga.
2.3 Pengelolaan Kolaboratif dan Kemitraan
Secara definisi, menurut Borini dan Feyerabend (1996), pengelolaan kolaboratif merupakan suatu hubungan kerjasama antara beberapa pihak dalam mengelola sesuai fungsi, hak, dan tanggung jawab mengenai penggunaan kawasan dan pengaturan sumberdaya. Lebih jauh lagi, pengertian ini digunakan untuk menggambarkan situasi beberapa atau semua pihak yang terkait dalam suatu kawasan dilindungi dilibatkan dalam proses substansial pada kegiatan pengelolaan. Berdasarkan pendekatan para pihak yang terlibat, menurut IUCN (1997) diacu dalam Dephut, GTZ, dan WWF-Indonesia (2009), pengelolaan kolaboratif merupakan hubungan kerjasama antara lembaga pemerintah, komunitas lokal, pengguna sumberdaya, lembaga non-pemerintah dan kelompok kepentingan lainnya.
Menurut rencana strategis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam tahun 2005-2009, Departemen Kehutanan RI melalui visinya berupaya untuk mewujudkan konservasi sumberdaya alam dan ekosistemnya yang aman dan mantap secara legal formal, didukung kelembagaan yang kuat dalam pengelolaannya serta mampu memberikan manfaat optimal kepada masyarakat. Adapun salah satu misi yang diembannya adalah mengembangkan kelembagaan dan kemitraan dalam rangka pengelolaan perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
Konsep kemitraan dalam konteks antar kelompok usaha sampai saat ini masih merupakan masalah untuk beberapa daerah tertentu di Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah daerah harus ikut terlibat dalam memperlancar program kemitraan dengan mendorong kegiatan dan bertindak sebagai katalisator. Selain itu, manajemen kolaboratif dapat bertindak sebagai filter bagi kelompok besar-kecil dalam menyalurkan dana kemitraan (Subarudi 2007). Sementara itu, upaya dan peran serta rakyat dalam mengelola sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya termasuk air diarahkan dan digerakkan oleh pemerintah melalui berbagai kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna (pasal 37 UU Nomor 5 Tahun 1990). Dalam hal ini, pemerintah juga diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem di kalangan rakyat melalui pendidikan dan penyuluhan.
Proses mengembangkan kemitraan bisa dimulai dari tahap pelembagaan, kegiatan di lapang, dan pengembangan produk-produk bernilai ekonomi (LATIN 1999 diacu dalam Monica 2006). Pendapat lain mengatakan bahwa proses pengembangan kemitraan dimulai dari tahap persiapan, diikuti dengan membuat kesepakatan bersama dan pengkajian ulang kesepakatan secara terus-menerus. Pada bagian akhir dapat dilakukan evaluasi untuk menilai sejauh mana tindakan yang diambil berhasil, apa yang dicapai dan tidak dapat dicapai, efek sampingan yang tidak diinginkan, mengapa ada kegagalan, apa ada kesalahan dalam analisis, perencanaan, atau dalam pelaksanaan, dan lain sebagainya.
Proses analisis, perumusan, dan evaluasi dalam kegiatan perencanaan strategis dipengaruhi oleh potensi-potensi yang ada didalamnya, baik berupa potensi positif atau negatif dan dari faktor internal maupun faktor eksternal. Dengan memahami semua potensi yang ada, para pihak dapat merumuskan sebuah pelaksanaan tindakan dari hasil rumusan analisis tersebut. Pada hubungan antara parameter sosial-ekonomi dengan demografi penduduk, analisis dapat dilakukan dengan langkah eksplorasi secara statistik karakter dari masing-masing variabel sosial-ekonomi yang ada (Priyarsono 2002). Langkah selanjutnya adalah penerapan analisis demografi multiregional yang mengaitkan kondisi satu wilayah dengan wilayah lainnya melalui peramalan pola kependudukan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai ”Kajian Kemitraan Pengelolaan Air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang” ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu mulai bulan Desember 2009 hingga Januari 2010. Pengambilan data lapangan dilaksanakan di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Dari wilayah pengamatan dipilih tiga desa contoh yaitu Desa Burno, Desa Kandang Tepus, dan Desa Argosari.
3.2 Objek dan Alat Penelitian
Objek penelitian yang digunakan adalah kondisi sosial ekonomi yang terdapat pada pengelolaan air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Kecamatan Senduro. Alat yang digunakan yaitu alat tulis, daftar pertanyaan wawancara, peta, kamera digital, dan komputer untuk mengolah data.
3.3 Jenis Data
Data yang diambil terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan pihak pengelola taman nasional, pemerintah kabupaten, dinas pemerintah, PDAM, aparat kecamatan dan desa, LSM, Himpunan Pemanfaat Ar Minum (HiPAM), penyuluh lapangan, dan masyarakat. Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran dokumen dari pihak-pihak mitra yang diamati sebagai data penunjang.
3.3.1 Jenis data untuk mengetahui sistem kemitraan
Jenis data yang dibutuhkan untuk mengetahui sistem kemitraan yang berlangsung pada pengelolaan air TNBTS diperoleh dengan cara penelusuran dokumen dari pihak TNBTS mulai dari balai besar hingga tingkat resort.
3.3.2 Jenis data untuk mengetahui sikap masyarakat
pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan air TNBTS, pengaruh kemitraan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan harapan masyarakat terhadap sistem kemitraan. Jenis data tersebut dijelaskan pada Tabel 5.
Tabel 5 Jenis data untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap sistem kemitraan pengelolaan air TNBTS
No. Parameter Jenis data
1. Tingkat pengetahuan masyarakat 1. Tingkat pengetahuan masyarakat 2. Pendapat tentang sistem kemitraan 2. Pengaruh kemitraan terhadap kondisi
sosial ekonomi masyarakat
1. Pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat 2. Permasalahan kemitraan
3. Dampak positif kemitraan 4. Dampak negatif kemitraan
3. Harapan terhadap sistem kemitraan 1. Harapan terhadap kegiatan kemitraan
Data sekunder untuk menunjang sikap masyarakat meliputi data demografi Kecamatan Senduro yang diperoleh dari kantor kecamatan dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lumajang periode tahun 2009.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Studi literatur
Studi literatur melalui penelusuran dokumen dan pengumpulan data-data yang berkaitan dengan pengelolaan air diantara pihak-pihak yang terkait, diantaranya mencakup:
i. Hasil penelusuran dokumen berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah dan Surat Keputusan Pemerintah Daerah yang berkaitan dengan pengelolaan wilayah, air, dan kehutanan.
ii. Pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru: Peta wilayah kerja, peta potensi sumberdaya air, data pendapatan, data hidrologi, dan laporan internal taman nasional.
iii. Pemda kabupaten, dinas pemerintah kabupaten, serta aparat kecamatan dan desa: Peta wilayah, data penduduk, penggunaan air, data ekonomi, pendapatan, dan data catatan sipil, surat kontrak kerjasama, dan lain-lain.
iv. PDAM Kabupaten Lumajang: Peta wilayah kerja, data kelembagaan, data produksi dan pembiayaan, serta surat kerjasama dan peraturan lainnya.
v. LSM dan HiPAM: Data pokok kelembagaan, kerjasama, dan kontrak perjanjian.
3.4.2 Observasi dan Wawancara
[image:32.595.83.530.252.776.2]Observasi lapang dilakukan melalui pengamatan langsung dengan membandingkan kondisi data dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Wawancara kepada responden dilakukan secara mendalam, penentuan responden berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Unit contoh pada pihak mitra di lembaga-lembaga tertentu diarahkan pada staf yang berkompeten di bidangnya. Responden wawancara masyarakat dilakukan secara sampling kepada 30 orang yang tersebar pada ketiga desa contoh. Keterangan mengenai metode pengumpulan data dijabarkan lebih rinci pada Tabel 6.
Tabel 6 Metode pengumpulan data
No. Jenis Data Sumber Data Metode Pengumpulan Data Pokok
1. Proses kesepakatan kemitraan
- Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
- Dinas Pemerintah Kabupaten Lumajang - PDAM Kabupaten
Lumajang
Penelusuran dokumen dan wawancara
- Masyarakat Wawancara
2. Analisis Stakeholder - Identifikasi para pihak - Tingkat akses kepentingan serta peran dan fungsi para pihak
- Klasifikasi stakeholder
- Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
- Dinas Pemerintah Kabupaten Lumajang - PDAM Kabupaten
Lumajang
Penelusuran dokumen, observasi, dan
wawancara
- Kantor Desa dan Kecamatan - LSM dan HiPAM - Penyuluh Lapang - Masyarakat
Observasi dan wawancara
3. Hak dan Kewajiban Para Pihak
- Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
- Dinas Pemerintah Kabupaten Lumajang - PDAM Kabupaten
Lumajang
Penelusuran dokumen, observasi, dan
wawancara
- Kantor Desa dan Kecamatan - LSM dan HiPAM - Penyuluh Lapang - Masyarakat
Observasi dan wawancara
4. Permasalahan Kegiatan Kemitraan
- Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
- Dinas Pemerintah Kabupaten Lumajang - PDAM Kabupaten
Lumajang
Penelusuran dokumen, observasi, dan
Tabel 6 Metode pengumpulan data (lanjutan)
No. Jenis Data Sumber Data Metode Pengumpulan - Kantor Desa dan
Kecamatan - LSM dan HiPAM - Penyuluh Lapang - Masyarakat
Observasi dan wawancara
5. Dampak Sosial-Ekonomi Sistem Kemitraan
- Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
- Dinas Pemerintah Kabupaten Lumajang - PDAM Kabupaten
Lumajang
Penelusuran dokumen, observasi, dan
wawancara
- Kantor Desa dan Kecamatan - LSM dan HiPAM - Penyuluh Lapang - Masyarakat
Observasi dan wawancara
6. Harapan Terhadap Sistem Kemitraan
- Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
- Dinas Pemerintah Kabupaten Lumajang - PDAM Kabupaten
Lumajang - Kantor Desa dan
Kecamatan - LSM dan HiPAM - Penyuluh Lapang - Masyarakat
Observasi dan wawancara
1.
Data Pendukung
Kondisi Umum Lokasi - Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
- BPS Kabupaten Lumajang - Kantor Desa dan
Kecamatan
Penelusuran dokumen
2. Rencana Pengelolaan - Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
- BPS Kabupaten Lumajang - PDAM Kabupaten
Lumajang - Dinas Pemerintah
Kabupaten Lumajang - Kantor Desa dan
Kecamatan
Penelusuran dokumen
3 Data sosial-ekonomi - BPS Kabupaten Lumajang - Kantor Desa dan
Kecamatan
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data terkait kemitraan pengelolaan air dilakukan secara analisis deskriptif kualitatif melalui cross check antara hasil tabulasi data dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Pengumpulan data dilanjutkan dengan metode triangulasi untuk tahap konfirmasi dan verifikasi data. Sesuai tujuan penelitian, prosesnya dijabarkan sebagai berikut:
3.5.1 Sistem kemitraan
Analisis dilakukan dengan cara mengolah data yang berhubungan dengan proses dalam pelaksanaan kemitraan. Data yang diolah meliputi proses kesepakatan kerjasama, latar belakang pelaku kemitraan, karakteristik para pihak, peran dan fungsi, hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, hingga pada tahap klasifikasi para pihak pada sistem kemitraan yang berlangsung. Proses kesepakatan kerjasama ditelusuri mulai dari perencanaan yang melibatkan pihak BB TNBTS, pemerintah daerah kabupaten, dan pemerintah desa pada awal masa kerjasama. Melalui koordinasi dengan para pihak yang mendukung terbentuknya kemitraan maka para pihak berkembang dengan cakupan yang lebih luas.
Pengolahan data mengenai kesesuaian rencana kerjasama dengan pelaksanaannya didasarkan pada surat perjanjian kerjasama yang telah disepakati oleh pihak taman nasional dan pihak mitra. Perjanjian kerjasama tersebut mengacu pada Kepmenhut Nomor 390/Kpts-II/2003 tentang Tata Cara Kerjasama di bidang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis isi,yaitu analisis terhadap substansi surat kesepakatan kerjasama untuk mengetahui penyelenggaraan kerjasama dalam sistem kemitraan. Hal-hal yang diamati meliputi latar belakang kesepakatan, dasar hukum, proses kesepakatan. ruang lingkup, hak dan kewajiban, hingga pada tahap evaluasi surat kesepakatan kerjasama.
bentuk proses metode penelitian dengan cara menganalisis informasi dan argumentasi terkait kebijakan kemitraan. Sesuai metodenya, digunakan ketiga pendekatan, yaitu empiris (sebab-akibat), evaluatif (penilaian hasil), dan normatif (rekomendasi).
Adapun penilaian terhadap partisipasi para pihak dilakukan menurut beberapa pendekatan. Penilaian terhadap akses kepentingan para pihak menurut Grimble (1997) dilakukan dalam beberapa kriteria diantaranya mengenai jangkauan sejauh mana para pihak tersebut dibutuhkan dalam fungsinya pada organisasi, bernilai pada organisasi, mempengaruhi penjalanan organisasi, menentukan atau mempengaruhi kejadian, punya nama baik yang signifikan, dan memanfaatkan kewenangan.
3.5.2 Analisis stakeholder
Pada tahap mengetahui karakteristik para pihak digunakan analisis stakeholder untuk menilai pihak-pihak yang bermitra dalam pengelolaan air. Secara definisi, analisis stakeholder merupakan suatu pendekatan untuk mencapai pemahaman suatu sistem dengan cara mengidentifikasi aktor-aktor kunci didalam sistem serta mengukur kepentingan masing-masing pihak dalam sistem tersebut (Grimble dan Chan 1995). Identifikasi para pihak merupakan langkah awal yang dapat dilakukan dalam analisis stakeholder. Para pihak yang dimaksud adalah semua pihak yang memiliki kepentingan dengan upaya konservasi kawasan serta mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh kebijakan pengelolaan.
Salah satu cara dalam mempelajari karakteristik para pihak adalah melalui analisis kekuatan stakeholder yang bertujuan untuk menjelaskan peran stakeholder yang sifat dan hubungannya berbeda satu sama lain. Pada salah satu bagian analisis stakeholder ini terdapat suatu metode pendekatan yang disebut sebagai analisis 4R (rights, responsibilities, revenues, dan relationship) yang membagi stakeholder menurut hak, tanggung jawab, manfaat yang diterima, serta hubungan diantara masing-masing pihak tersebut (Wollenberg 2005).
dan manfaat), baik didalam maupun diantara stakeholder dan yang kedua menetapkan status R keempat, yaitu hubungan diantara stakeholder (Mayers 2001). Dalam prakteknya, data yang dikumpulkan dari metode ini disajikan dalam bentuk tabulasi hasil observasi dan data lapang.
Menurut tujuannya, analisis 4R diantaranya digunakan untuk menjelaskan peran yang dimiliki stakeholder yang berbeda sifat dan hubungan diantara mereka. Penilaian dan negosiasi peran dan hubungan antar stakeholder selanjutnya dibutuhkan untuk memperbaiki kebijakan dan institusi. Melalui pendekatan skoring nilai relatif, Tekwe-Percy (2000) mengklasifikasikannya dalam suatu tabel pengelompokkan stakeholder. Beberapa definisi yang menjelaskan tentang hak, tanggung jawab, dan manfaat tersebut diantaranya (Tekwe-Percy 2000):
a. Hak, didefinisikan sebagai :
- Akses dan penggunaan hasil hutan yang berupa hak yang lazim atau hak yang dapat dibeli
- Akses pekerjaan yang berasal dari hutan masyarakat b. Tanggung jawab, berhubungan dengan:
- Tugas-tugas pengelolaan hutan, pengukuran, monitoring dan kontrol, koordinasi, pengambilan keputusan
- Pelaksanaan keputusan pada aturan, prosedur, dan penerima manfaat - Kepatuhan terhadap aturan
c. Manfaat, yang berarti:
- Manfaat langsung yang muncul mulai dari awal hingga sumberdaya hutan dimanfaatkan
- Manfaat langsung yang muncul dari pekerjaan pengelolaan hutan masyarakat - Manfaat tidak langsung yang muncul dari pelaksanaan proyek pengembangan
masyarakat yang menggunakan dana pembangunan masyarakat hutan
Penilaian terakhir yang dilakukan melalui analisis 4R adalah hubungan antara masing-masing stakeholder dalam sistem kemitraan. Hubungan ini didasarkan pada beberapa faktor, diantaranya (Mayers 2001):
- Kekuatan hubungan, yang berkaitan dengan frekuensi dan intensitas kontak - Formalitas hubungan; formal maupun informal
- Ketergantungan antara stakeholder
Cara menganalisis stakeholder yang terlibat dalam suatu proses juga dapat dilakukan dengan mengelompokkan para pihak menurut tingkat kepentingan dan pengaruh yang muncul dalam pelibatan pada proses kemitraan. Kepentingan dalam pengertian tersebut didasarkan pada tingkat perlu atau tidaknya suatu pihak dalam sistem. Jika suatu pihak mutlak harus ada maka kepentingannya besar, begitu pula sebaliknya dengan tingkatan tertentu secara kualitatif. Adapun pengaruh merupakan tingkatan besarnya kekuatan dalam mendukung atau menghambat sistem. Kekuatan dapat berupa hak secara formal dalam hal wewenang sampai kepada aspek informal yang dimiliki pihak tertentu dalam mempengaruhi pihak lain untuk mengikuti suatu maksud. Pengaruh yang besar pada suatu pihak berarti pihak tersebut lebih mudah mempengaruhi pihak lain, sementara pengaruh yang kecil berarti suatu pihak tidak dapat terlalu banyak untuk mempengaruhi hasil tindakan yang diinginkan.
Melalui metode ini, Mayers (2001) melakukan pendekatan melalui langkah-langkah membandingkan kekuatan dan peran potensial stakeholder. Pengukuran pengaruh dinilai dari kekuatan yang dapat dikeluarkan oleh suatu pihak untuk proses dan hasil proyek. Sedangkan kepentingan dinilai dari besarnya peran dalam mencapai hasil dan tujuan proyek. Proses ini kemudian dapat menjelaskan pola tingkatan kepentingan (interest) dan pengaruh (impact) dimiliki oleh masing-masing pihak. Para pihak tersebut kemudian dibedakan menurut kriteria sebagai berikut:
Stakeholder primer langsung, merupakan penerima langsung keuntungan dari hasil kerjasama
Stakeholder primer tidak langsung bukan merupakan penerima keuntungan hasil kerjasama tetapi hanya akan terpengaruh oleh hasil kerjasama
3.5.3 Sosial ekonomi masyarakat
Kajian mengenai sosial ekonomi masyarakat dilakukan untuk mengetahui dampak kemitraan terhadap sosial ekonomi masyarakat dan harapan masyarakat terhadap kemitraan. Dampak sosial ekonomi kemitraan tersebut bisa berupa dampak positif maupun dampak negatif pada hubungan kemitraan yang telah berlangsung. Analisis ini dilakukan dengan cara mengolah data dan hasil wawancara terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dalam kemitraan. Pengamatan dilakukan dalam menilai pengaruh sistem kemitraan terhadap kondisi sosial ekonomi bagi lembaga serta masyarakat yang terlibat pengelolaan air melalui metode observasi dan wawancara yang dihubungkan dengan parameter demografi.
3.5.4 Permasalahan kemitraan
Analisis permasalahan kemitraan dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam kegiatan kemitraan dan upaya solusi untuk meningkatkan kualitas kegiatan kemitraan tersebut. Pengolahan data permasalahan kemitraan dilakukan dengan mengolah data hasil wawancara dan dokumentasi laporan yang meliputi persepsi pelaku kemitraan terhadap kegiatan kemitraan yang sedang/telah berjalan serta hal-hal yang menjadi permasalahan bagi pihak mitra dalam menjalankan posisinya pada hubungan kemitraan.
3.5.5 Evaluasi sistem kemitraan
Evaluasi kemitraan termasuk pada evaluasi kawasan pelestarian alam yang tercantum dalam Permenhut Nomor 14 Tahun 2007 tentang Evaluasi Fungsi Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Taman Buru. Evaluasi ini bertujuan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan lebih lanjut dalam pengelolaan. Evaluasi dilakukan sebagai bentuk kegiatan untuk melakukan penilaian terhadap kondisi yang sebelumnya telah ditetapkan kriterianya sebagai bahan penentuan kebijakan.
stakeholder, tingkat keberhasilan kemitraan, dan hal-hal terkait lainnya sebagai pedoman. Pada akhirnya evaluasi kemitraan dapat dilakukan melalui penilaian kriteria yang menentukan keberhasilan kemitraan. Menurut WWF-UK (2000) diacu dalam Komite PPA-MFP dan Yayasan WWF-Indonesia (2006), setidaknya terdapat 19 kriteria kemitraan yang menentukan penilaian kemitraan. Kriteria tersebut kemudian dapat disederhanakan menjadi delapan poin dalam tiga prinsip utama evaluasi kemitraan. Prinsip-prinsip tersebut dijabarkan pada Tabel 7.
Tabel 7 Tiga prinsip dalam panduan evaluasi kemitraan
Basic Principle Enabling Principle Sufficient Principle
- Kesepakatan peran dan tanggung jawab
- Komitmen kerja berdasarkan nilai-nilai bersama
- Saling tanggung-gugat
- Kesepakatan hak dan kewajiban
- Kesukarelaan untuk bermitra - Transparansi pengambilan keputusan
- Kesetaraan distribusi biaya dan manfaat
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas
Lokasi penelitian adalah Kecamatan Senduro yang merupakan salah satu wilayah administratif kecamatan dari total 21 kecamatan di Kabupaten Lumajang. Berdasarkan pendataan potensi kecamatan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lumajang tahun 2008, luas wilayah Kecamatan Senduro adalah sebesar 228.68 km2, terdiri dari 12 desa dan 50 dusun. Pusat wilayahnya terletak pada jarak 22 km arah barat pusat kabupaten. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
- Sebelah barat : Kecamatan Pasrujambe dan Kabupaten Malang - Sebelah utara : Kecamatan Gucialit dan Kabupaten Probolinggo - Sebelah timur : Kecamatan Gucialit dan Padang
[image:40.595.106.452.253.773.2]- Sebelah selatan : Kecamatan Pasrujambe
Gambar 2 Peta Wilayah Kecamatan Senduro.
4.2 Kondisi Fisik Kawasan
4.2.1 Kondisi Geografis
Keadaan topografi Kecamatan Senduro dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu daerah gunung, pegunungan, dan dataran fluvial. Proporsi terbesarnya ada pada daerah pegunungan dan dataran fluvial yang menyusur dari wilayah Desa Argosari dan Ranu Pani ke arah tenggara. Menurut ketinggian sebagian besar wilayahnya didominasi oleh daratan yang berada pada ketinggian antara 500-700 mdpl dengan kemiringan beranekaragam dan dipengaruhi oleh keberadaan Gunung Bromo dan Gunung Semeru sehingga menjadikan tanah wilayah ini subur (Kecamatan Senduro dalam Angka 2009).
4.2.2 Iklim dan Curah Hujan
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, Kecamatan Senduro beriklim tropis dan termasuk iklim tipe C dengan jumlah curah hujan rata-rata berkisar antara 1.500-2.500 mm/tahun. Temperatur pada sebagian besar wilayahnya 24 °C-32 °C, sedangkan wilayah diatas 1.000 meter diatas permukaan laut temperatur terendah mencapai 5°C terutama pada daerah di lereng Gunung Semeru (Kecamatan Senduro dalam Angka 2009).
4.2.3 Luas dan Tata Guna Lahan
Kondisi lahan di Kecamatan Senduro dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lahan sawah dan non sawah. Penggunaan lahan yang paling besar adalah lahan non sawah yang persentasenya mencakup sebagian besar wilayah kecamatan dari luas seluruh Kecamatan Senduro (Tabel 8). Di bagian utara kecamatan wilayahnya didominasi oleh lahan pertanian dan hutan yang berbatasan dengan kawasan taman nasional.
Tabel 8 Jenis dan luas penggunaan lahan di Kecamatan Senduro
Jenis Penggunaan Lahan Luas Area Presentase Luas Area 1. Lahan sawah (irigasi) 387 Ha 1,97 % 2. Lahan non sawah
4.3 Sosial Ekonomi Masyarakat
4.3.1 Kependudukan
[image:42.595.110.514.351.582.2]Penduduk Kecamatan Senduro berdasarkan asalnya terdiri dari beberapa suku, yang terbesar adalah suku Jawa dan suku Madura. Disamping itu, ada kelompok besar masyarakat yang mempunyai sifat sosial budaya khas yaitu masyarakat Tengger yang bermukim di Ranu Pani, Argosari, dan daerah sekitarnya. Menurut data Kecamatan Senduro Dalam Angka 2009, jumlah penduduk Kecamatan Senduro pada tahun 2008 adalah sebanyak 47.951 jiwa, terdiri dari 23.499 pria (49%) dan 24.452 wanita (51%) dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 210 jiwa/km². Berdasarkan kelompok umur dominasi penduduk berada pada kelompok umur 5-9 tahun, yaitu sebanyak 4.967 orang (10,36%). Rincian data dicantumkan pada Tabel 9.
Tabel 9 Jumlah penduduk Kecamatan Senduro menurut kelompok umur dan jenis kelamin
Kelompok Umur
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
0-4 tahun 2193 9,33 2150 8,79 4343 9,06 5-9 tahun 2522 10,73 2445 10,0 4967 10,36 10-14 tahun 2256 9,6 2105 8,61 4361 9,09 15-19 tahun 2007 8,54 2135 8,81 4142 8,64 20-24 tahun 1749 7,44 2114 8,65 3863 8,06 24-29 tahun 2127 9,05 2294 9,38 4421 9,22 30-34 tahun 1900 8,09 1993 8,15 3893 8,12 35-39 tahun 1771 7,54 1843 7,54 3614 7,54 40-44 tahun 1558 6,63 1652 6,76 3210 6,69 45-49 tahun 1306 5,58 1320 5,4 2626 3,48 50-54 tahun 1255 5,34 1144 4,68 2399 5,0 55-59 tahun 841 3,58 865 3,54 1706 3,56 60-64 tahun 824 3,51 918 3,75 1742 3,63 65-69 tahun 501 2,13 592 2,42 1093 2,28 70 tahun 689 2,93 882 3,61 1571 3,28
Jumlah 23499 49,0 24452 51,0 47951 100
Sumber : Kecamatan Senduro dalam Angka 2009
Tabel 10 Jumlah penduduk Kecamatan Senduro menurut pemeluk agama
Agama/ Kepercayaan Jumlah (jiwa) Presentase
Islam 43.307 90,31
Katholik 30 0,06
Protestan 100 0,21
Hindu 4.514 9,41
Budha - 0
Jumlah 47.951 100
Sumber : Kecamatan Senduro dalam Angka 2009
Sebagian besar mata pencaharian penduduk Kecamatan Senduro adalah petani, beberapa diantaranya adalah pemilik lahan dan sebagian lagi merupakan pekerja/buruh tani. Bidang pekerjaan lain yang banyak digeluti masyarakat adalah konstruksi dan perdagangan (Tabel 11).
Tabel 11 Jumlah penduduk Kecamatan Senduro menurut mata pencaharian
Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)
Petani/Pemilik lahan 490 Petani/Buruh tani 19.116 Industri kerajinan 562
Industri lainnya 36
Konstruksi 2.480
Angkutan dan Komunikasi 755
Perdagangan 2.370
Jasa 351
Pegawai Negeri Sipil/ABRI 224
Jumlah 26.384
Sumber : Kecamatan Senduro dalam Angka 2009
4.3.2 Sarana dan Prasarana Umum
Sebagai wilayah yang berhubungan langsung kepada masyarakat, Kecamatan Senduro memiliki beberapa fasilitas yang digunakan bagi kesejahteraan masyarakatnya. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat dibagi menurut pengelompokkan jenisnya, antara lain berupa fasilitas pelayanan pendidikan dan kesehatan (Tabel 12) serta fasilitas hidrografi berupa air bersih.
Tabel 12 Fasilitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang terdapat di Kecamatan Senduro
Jenis Pelayanan Jenis Bangunan Jumlah
Pendidikan Taman Kanak-kanak 30
Sekolah Dasar Negeri 29
Madrasah Ibtidaiyah Swasta 7 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Madrasah Tsanawiyah Swasta 2 Sekolah Menengah Negeri Negeri 1
Kesehatan Puskesmas 1
Puskesmas pembantu 4
Balai Kesehatan 1
Poliklinik Desa 7
Pada bidang lain, potensi hidrografi juga telah memberikan peluang yang cukup besar bagi pembangunan untuk keperluan air minum, irigasi, industri dan pariwisata Kecamatan Senduro. Air bersih yang dihasilkan khusus dari sumber alam digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan pokok sehari-hari diperoleh tanpa pengolahan yaitu langsung dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa melalui proses pemurnian.
Pada pemanfaatan untuk air bersih melalui pengolahan, pengelolaan air di Kabupaten Lumajang sepenuhnya diserahkan kepada PDAM. Jumlah sistem layanan yang digunakan PDAM saat ini sebanyak 12 unit, dengan rincian 1 unit pelayanan beroperasi di kecamatan Kota Lumajang sedangkan 11 unit pelayanan beroperasi di kecamatan lainnya. Jenis sistem yang digunakan adalah 1 unit layanan menggunakan pengolahan lengkap yaitu unit layanan Senduro yang airnya berasal dari sungai, sedangkan unit-unit lainnya dilakukan tanpa pengolahan yang bahannya menggunakan sumber dari mata air. Sistem yang digunakan pada pengolahan lengkap tersebut adalah dengan sistem gravitasi dan perpompaan, berbeda dengan beberapa kecamatan lainnya yang hanya menggunakan sistem gravitasi atau perpompaan saja.
Menurut data PDAM, wilayah Kabupaten Lumajang pada periode tahun 2005-2008 melakukan pemanfaatan sarana air bersih melalui pengelolaan PDAM dengan rincian padaTabel 13:
Tabel 13 Kapasitas produksi PDAM Lumajang
No. Uraian 2005 2006 2007 2008
1 Kapasitas Terpasang (l/detik) 190,00 190,00 190,00 190,00 2 Kapasitas Dioperasikan (l/detik) 190,00 190,00 190,00 190,00 3 Kapasitas Menganggur (l/detik) 0,00 0,00 0,00 0,00 4 Operasi Produksi Perpompaan (jam) 10, 16, 24 10, 16, 24 10, 16, 24 10, 16, 24 5 Operasi Produksi Gravitasi (jam) 24 24 24 24 6 Jumlah Produksi Air
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Sistem Kemitraan
5.1.1 Analisis isi surat kesepakatan kemitraan
Kesepakatan kemitraan antara Balai Besar TNBTS dengan PDAM Kabupaten Lumajang terdapat pada surat keputusan Nomor 508/PPP/Kwl-6/1999 dan saat ini dalam proses perpanjangan perjanjian kerjasama. Sedangkan kemitraan antara BB TNBTS dengan Pemerintah Desa Argosari dituangkan dalam surat keputusan Nomor BA.09/BB.21/BW.22/2008. Dalam penelitian ini dilampirkan contoh format surat kerjasama berdasarkan kesepakatan konservasi sumber air antara BB TNBTS dengan Pemerintah Desa Argosari. Hal-hal yang diamati dalam surat kerjasama meliputi latar belakang, dasar hukum, proses kesepakatan. ruang lingkup, serta pemenuhan hak dan kewajiban para pihak hingga tahap evaluasinya (Lampiran 6).
5.1.1.1 Kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru dengan PDAM Kabupaten Lumajang
Tabel 14 Analisis isi kesepakatan kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan PDAM Kabupaten Lumajang
Topik Pembahasan
Substansi Surat Kesepakatan
Kerjasama Pelaksanaan dan Evaluasi
Latar belakang kesepakatan
Proyek peningkatan prasarana pemukiman Jawa Timur tahun 1998/1999
Pembangunan dilaksanakan sesuai rencana namun tidak seluruh desa di Senduro terjangkau PDAM Dasar hukum UU Nomor 5 Tahun 1990
UU Nomor 23 Tahun 1997 UU Nomor 41 Tahun 1999 Permenhut Nomor 19 Tahun 2004 Kepmenhut Nomor 390 Tahun 2003
Peraturan menjelaskan ketentuan umum pengelolaan namun tidak secara detail mengatur hal-hal mengenai kompensasi pemanfaatan air Proses
kesepakatan
- Aspirasi masyarakat pengguna air - Rekomendasi dari pemda ke
pemerintah provinsi
- Perizinan ke pemerintah pusat - Survey dan pengecekan lokasi - Kerjasama ijin pinjam pakai kawasan
hutan 1999-2004
- Kerjasama diperbaharui sejak tahun 2008 namun belum mencapai kesepakatan dengan sistem yang baru
Tabel 14 Analisis isi kesepakatan kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan PDAM Kabupaten Lumajang (lanjutan)
Topik Pembahasan
Substansi Surat Kesepakatan
Kerjasama Pelaksanaan dan Evaluasi
Ruang lingkup Penggunaan lahan seluas 9 m2 dan jaringan pipa sepanjang 2.860 m
Aspek teknis pembangunan sesuai dengan rencana. Bak
penampungan berfungsi hingga sekarang dan saluran dibangun dengan cara ditanam sehingga sesuai prinsip kelestarian Hak dan
kewajiban
Hak pengelola taman nasional - Memperoleh informasi dan laporan rencana dan pelaksanaan kegiatan - Pendataan dan monitoring - Evaluasi/pengawasan pelaksanaan dan melakukan penghentian kerjasama
Hak PDAM
- Memanfaatkan sumberdaya air dari dalam kawasan TNBTS
- Memperoleh informasi kegiatan pemanfaatan dan konservasi
Kewajiban pengelola taman nasional - Memberikan pelayanan
- Mengawasi kegiatan penggunaan air - Melakukan pembinaan, bimbingan teknis dan penyuluhan
- Melakukan monitoring dan evaluasi - Menyusun Rencana Pelaksanaan Program dan Rencana Kerja Tahunan
Kewajiban PDAM
- Menjaga ekosistem dan memelihara kelangsungan fungsi resapan - Pengendalian pemanfaatan sumberdaya air
- Memanfaatkan sumberdaya air secara berkelanjutan
- Turut serta dalam upaya perlindungan dan TNBTS - Tidak melakukan pelanggaran perundang-undangan
- Menunjuk pengelola pengaturan sumberdaya air
- Menyusun Rencana Pelaksanaan Program dan Rencana Kerja Tahunan - Mengupayakan pendanaan terkait dengan pelaksanaan kerjasama
Informasi pelaksanaan kegiatan diperoleh pada saat awal kerjasama. Monitoring dan evaluasi balai taman nasional belum dapat dilakukan dengan baik karena kendala kurangnya informasi
Air dapat dimanfaatkan oleh PDAM namun informasi kegiatan didalam TN terkendala kurangnya komunikasi sehingga tidak berjalan lancar
Kewajiban balai TN sebagian besar telah dilakukan namun masih kurang dalam monitoring dan pengawasan
Kewajiban PDAM sudah cukup dipenuhi dalam hal penggunaan air sesuai ketentuan. Namun belum dalam hal partisipasi upaya perlindungan kawasan dan pendanaan
bersih kepada Pemerintah Kabupaten Lumajang. Aspirasi ini kemudian diproses dengan dilayangkannya surat rekomendasi dari pemda ke pemerintah provinsi serta surat perizinan kepada Menteri Kehutanan dan Perkebunan melalui kantor wilayahnya sebagai pelaksana teknis di daerah. Sebagai tindak lanjut, permohonan persetujuan ijin penggunaan kawasan hutan TNBTS oleh Pemda Kabupaten Lumajang sesuai surat Nomor 050/684434.51/1998 ditanggapi melalui ijin Menteri Kehutanan dan Perkebunan melalui surat Nomor 149/Menhutbun-VI/1999. Melalui proses survey dan pengecekan lokasi, akhirnya disepakati kerjasama ijin pinjam pakai kawasan hutan oleh pemerintah Kabupaten Lumajang terhadap sumber air Sungai Ireng-ireng. Proses penandatanganan surat kesepakatan kerjasama pada saat itu dilakukan antara Bupati Lumajang dengan Kakanwil Departemen Kehutanan dan Perkebunan sesuai surat kesepakatan Nomor 508/PPP/Kwl-6/1999 pada tanggal 15 April 1999. Persetujuan ijin diberikan atas penggunaan lahan seluas 9 m2 dan jaringan pipa sepanjang 2.860 m di wilayah TNBTS. Jangka waktu izin yang berlaku yaitu selama lima tahun dan berakhir pada tahun 2004, namun pada waktu tersebut tidak langsung diperpanjang kontraknya. Berbeda dengan sistem sebelumnya, kini perjanjian dilakukan antara kepala balai taman nasional dengan direktur PDAM. Pada saat ini kerjasama berada dalam proses kesepakatan tawar menawar kompensasi pihak PDAM untuk memelihara kawasan melalui kesanggupan menanggung biaya pemeliharaan.
5.1.1.2 Kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru dengan Desa Argosari
Tabel 15 Analisis isi kesepakatan Kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan Desa Argosari
Topik Pembahasan
Substansi Surat Kesepakatan
Kerjasama Pelaksanaan dan Evaluasi
Latar belakang kesepakatan
Pemenuhan kebutuhan air dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
Upaya pemenuhan kebutuhan air berhasil. Masyarakat lebih mudah mendapatkan air.
Dasar hukum UU Nomor 5 Tahun 1990 UU Nomor 23 Tahun 1997 UU Nomor 41 Tahun 1999 Permenhut Nomor 19 Tahun 2004 Kepmenhut Nomor 390 Tahun 2003
Peraturan belum mengatur hal-hal mengenai kompensasi pemanfaatan air secara detail. Tidak ada batasan kewajiban masyarakat pada feedback konservasi kawasan
Proses kesepakatan
Inisiasi perwakilan lembaga Asian Moslem Charity Foundation (AMCF). Proposal perizinan yang ditujukan
Tabel 15 Analisis isi kesepakatan Kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan Desa Argosari (lanjutan)
Topik Pembahasan
Substansi Surat Kesepakatan
Kerjasama Pelaksanaan dan Evaluasi
kepada taman nasional. Survey dan pengecekan lokasi
Pemberlakuan Kerjasama Konservasi Sumber Air di Blok Jantur
Pemeliharaan hubungan kerjasama
untuk membangun hubungan kerjasama yang saling menguntungkan
Ruang lingkup Pemanfaatan dan Konservasi Sumber Air di Blok Jantur
Pemanfaatan air telah dilakukan sebelum dilakukan kerjasama. Namun dengan adanya kerjasama lebih ada jaminan penggunaan air yang sah.
Hak dan kewajiban
Isi poin hak dan kewajiban sama dengan kemitraan antara BB TNBTS antara dengan