PROPOSAL PENELITIAN
MENENTUKAN JENIS DIATOM PADA SUNGAI-SUNGAI
DI KOTA MEDAN
Oleh :
dr. Asan Petrus
097113004/IKF
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER DAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
HALAMAN PERSETUJUAN
P
ROPOSALP
ENELITIAN DENGANJ
UDUL:
M
ENENTUKANJ
ENIS-J
ENISD
IATOMP
ADAS
UNGAI-S
UNGAIDI
K
OTAM
EDANdr.
097113004/IKF
A
SANP
ETRUSProposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke Lahan Penelitian
Medan, 25 Juni 2012 Dosen pembimbing
NIP. 19480609198503 1 00 1
LEMBARAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI
PROPOSAL PENELITIAN
JUDUL :Menentukan Jenis-Jenis Diatom Pada Sungai-Sungai di Kota Medan Nama :
dr. Asan Petrus
NIM :
097113004/IKFMenyetujui komisi pembimbing
Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua
dr. H. Guntur Bumi Nasution, SpF)
NIP. 19480609198503 1 00 1 NIP. 130318045
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis hadiratkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan ridho-Nya yang dengan segala keterbatasan yang Penulis miliki,
Penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Menentukan
Jenis-Jenis Diatom Pada Sungai-Sungai Di Kota Medan” ini sebagai langkah awal
sebelum memulai penelitian.
Tujuan utama penyusunan proposal penelitian ini merupakan salah satu
syarat Penulis untuk memenuhi tugas dan kelengkapan pendidika dalam
menempuh Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik di Bagian Ilmu
Kedokteran Kehakiman dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara (FK-USU) Medan, serta untuk mengetahui Jenis Diatom yang ada
pada sungai di kota Medan.
Dengan selesainya proposal penelitian ini perkenankanlah Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala dukungan, bantuan,
dan bimbingan dari berbagai pihak selama proses penyusunan tesis ini, khususnya
kepada:
Dr. H. Guntur Bumi Nasution, SpF, selaku pembimbing pertama sekaligus
Kepala Bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK – USU) – RSUP.H. Adam Malik
Medan atas semua dorongan, bantuan, bimbingan dan arahan yang diberikan
selama penyusunan proposal penelitian ini.
Dr. Rita Mawarni, SpF, selaku pembimbing kedua, sekaligus sebagai
Sekretaris Bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman dan Medikolegal Fakultas
Medan atas semua dorongan, bantuan, bimbingan dan arahan yang diberikan
selama penyusunan proposal penelitian ini.
Prof.dr.H.Amri Amir.SpF (K),DFM,SH,SpAK, selaku Guru besar dosen
pembimbing Ilmu Kedokteran Kehakiman dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara (FK-USU) Medan atas semua bimbingan yang
diberikan dalam penyusunan proposal Penelitian ini.
Dr.H.Mistar Ritonga, SpF, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Magister Kedokteran Klinik dan Profesi Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran
Kehakiman dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(FK-USU) atas semua dorongan, bantuan, bimbingan dan arahan yang diberikan
selama penyusunan proposal penelitian ini.
Dr.Surjid Singh,SpF,DFM,MBBS, selaku sekretaris Bagian Ilmu
Kedokteran Kehakiman dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara (FK-USU) atas semua dorongan, bantuan, bimbingan dan arahan
yang diberikan selama penyusunan proposal penelitian ini.
Kepada istriku yang tercinta Irmawaty, SH, dan ananda tersayang
Caterine, Cristovel dan carlos, tiada kata yang setara untuk mengutarakan
terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas cinta, kasih saying,
pengertian, pengorbanan, kesabaran dan dorongan serta do’a yang diberikan
kepada Penulis selama penyusunan proposal penelitian ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa proposal penelitian yang telah disusun
ini masih jauh dari sempurna dan perlu mendapat koreksi dan masukan untuk
menyempurnakannya. Oleh karena itu Penulis berharap saran dan kritik yang
yang akan dating, semoga Penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak,
terutama yang berkecimpung di bidang Ilmu Kedokteran Kehakiman dan
Medikolegal.
Medan, 2012
Penulis
NIM. 097113004
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR……… i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3.Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Umum ... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ... 5
1.4.Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diatom ... 7
2.1.1. Identifikasi Diatom ... 10
2.1.2. Jenis-Jenis Diatom ... 12
2.1.3. Kelompok Diatom ... 15
2.2. Sungai ... 16
2.3 Drowning ... 17
2.3.1. Definisi ... 17
2.3.2. Jenis-Jenis Tenggelam ... 19
2.3.3. Mekanisme Drowning ... 19
2.3.4. Diagnosa Drowning ... 20
2.3.5. Drowning Akibat Kecelakaan ... 21
2.3.6. Drowning Bunuh Diri ... 22
2.3.7. Drowning Pembunuhan ... 23
2.4. Diatome dan Drowning ... 25
2.5. Metode Tes Diatom ... 26
2.6 Penelitian Terdahulu ... 28
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL . 31 3.1. Kerangka Konsep ... 31
3.2. Definisi Operasional... 31
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 32
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
4.2.1. Lokasi Penelitian ... 32
4.2.2. Waktu Penelitian ... 32
4.3. Biaya Penelitian ... 35
4.4. Populasi Penelitian ... 35
4.7. Kriteria Inklusi ... 36
4.8. Kriteria Ekslusi ... 36
4.9. Variabel Penelitian ... 37
4.10. Cara Kerja ... 37
4.11. Alat dan Bahan Penelitian ... 37
4.12. Pengolahan dan Analisa Data ... 38
4.13. Analisis Data ... 38
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mati tenggelam adalah suatu bentuk kematian karena asfiksia akibat
terhalangnya udara masuk ke paru-paru oleh karena ada cairan dalam saluran
pernafasan bagian atas. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan,
baik secara langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban
dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja dikarenakan
akibat dari suatu peristiwa pembunuhan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat pada tahun 2000 di seluruh
dunia ada 400.000 kejadian tenggelam tidak sengaja. Artinya, angka ini
menempati urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Bahkan Global Burden of
Disease (GBD) menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya lebih kecil
dibanding seluruh kematian akibat tenggelam yang disebabkan oleh banjir,
kecelakaan angkutan air dan bencana lainnya.1
Shepherd (2009) menyatakan di
penyebab kematian nomor dua di kalangan anak-anak berusia 14 tahun dan ke
bawah (penyebab kematian nomor satu adalah kecelakaan kendaraan bermotor).
Tenggelam atau nyaris tenggelam bisa terjadi di setiap genangan air yang bisa
mengakibatkan mulut dan hidung anak terendam air, termasuk di kubanga
Di seluruh dunia, tingkat kematian akibat
tenggelam berbeda-beda menurut aksesibilitas terhadap air, iklim, dan budaya
mati tenggelam per tahun (1 : 150.000), sementara di Amerika Serikat terdapat
6.500 korban mati tenggelam per tahun (1 : 50.000). Cedera akibat tenggelam
menempati peringkat ke-5 dalam penyebab kematian akibat kecelakaan di
Amerika Serikat.2
Yunus (2007) dalam jurnal GERAI edisi April 2007 menjelaskan
selama tahun 2000, 10 persen kematian di seluruh dunia adalah akibat kecelakaan
dan 8 persen akibat tenggelam tidak disengaja (unintentional) yang sebagian besar
terjadi di negara-negara berkembang. Dari jumlah tersebut, Afrika menempati
posisi terbanyak kasus tenggelam di dunia. Dan lebih dari sepertiga kasus terjadi
di kawasan Pasifik. Sementara, Amerika merupakan kawasan yang mengalami
kasus tenggelam terendah.1
Pada kasus tenggelam yang sering kali menimbulkan kesulitan bagi
penyidik adalah menentukan dimana tempat pertama kali korban tenggelam.
Pada mayat yang masih segar, beberapa pemeriksaan dapat membantu
menentukan apakah korban tenggelam di tempat dimana korban ditemukan atau
di tempat lain :
1. Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli yang secara
fisik dan kimia sifatnya sama dengan air di tempat korban tenggelam
mempunyai nilai yang bermakna.
2. Pemeriksaan darah jantung. Pemeriksaan berat jenis da kadar elektrolit
pada darah yang berasal dari bilik jantung kiri dan bilik jantung kanan.
Bila tenggelam di air tawar, berat jenis dan kadar elektrolit dalam darah
jantung kiri lebih rendah dari jantung kanan, sedangkan pada tenggelam
Sehubungan dengan penggunaan diatom dalam diagnosis tenggelam,
Revenstorf pada tahun 1904 merupakan orang pertama yang berusaha
menggunakan diatom sebagai tes untuk tenggelam, walaupun dia menyatakan
bahwa Hofmann adalah orang pertama yang menemukannya dalam cairan paru
pada tahun 1896. Pandangan dasar yang dikemukakan adalah jika seseorang
tenggelam dalam air yang mengandung diatom, maka diatom akan menembus
dinding alveolar dan membawanya ke organ utama seperti otak, ginjal, hati
dan tulang.
3. Bila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan ke dalam
saluran pernafasan, maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban
ditemukan dapat membantu menentukan apakah korban tenggelam di
tempat itu atau tempat lain.
3
Diatom adalah makhluk mikroskopis yang hidup hampir di tiap habitat air.
Terdapat banyak sekali ragam dari makhluk hidup ini. Diatom termasuk kelas
tumbuh-tumbuhan, yakni suatu ganggang bersel satu yang ditemukan di air
dengan pencahayaan yang cukup. Dengan ukuran 40-200 micron tetapi mungkin
juga dengan ukuran < 4-5 micron / > 1 micron, dengan bentuk yang dimiliki
bervariasi.
Penelitian Amri Amir (2007) sehubungan dengan kasus tenggelam
menjelaskan korban mati tenggelam hampir selalu didapati dari waktu ke waktu.
Ha ini tidak mengherankan karena disekeliling kita ada selokan, sumur, kolam,
sungai, danau atau laut, bahkan ember berisi air atau bak kamar mandi. Diagnosa
kematian akibat tenggelam kadang-kadang sulit ditegakkan, bila tidak dijumpai
trends yang khas baik pada pemeriksaan luar atau dalam.
4,5,6,7
4
Sampai saat ini para ahli memperkirakan jumlah spesies dari diatom ini
sekitar 50.000 spesies. Diatom kebanyakan tersebar pada seluruh perairan dunia,
dari perairan air tawar hingga lautan dalam. Diatom umumnya di temukan pada
laut, sungai, estuary, kolam, aliran air pada irigasi-irigasi, bahkan kolam-kolam
kecil sekalipun.
Klasifikasi secara umum meliputi oligohalophilic suatu diatom yang hidup
di air segar dengan kadar garam <0,05% dan mesohalophilic serta polyhalophilic
yang hidup di air laut dengan kadar garam > 0,05%.
12,16
8
Studi tentang diatom belum
didokumentasikan dengan baik dalam hal diversitas, pola penyebaran dan data
ekologis terkait lainnya. Namun kajian oleh M.G Forero dkk (2001) dari Spanyol
dengan menggunakan metode baru terhadap klasifikasi dan skrining atom dalam
image yang diambil dari sampel air berdasarkan bentuk dari kontour menemukan
kelompok diatom yakni circular (sirkular), elliptic (eliptik), elongated
(memanjang) dan square (persegi).9
Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan diatom antara lain oleh
Hikmah Thoha (1999) mengkaji tentang struktur komunitas diatom pada
dinoflagellata di perairan sekitar pulau Pari, kepulaan Seribu, Augustiza
Haarcorryati (2005) mengkaji populasi plankton pada ekoteknologi-wetland
buatan dalam pengolahan air limbah penduduk. Marojahan Simanjuntak (2002)
mengkaji pengaruh suhu, salinitas dan silikat terhadap kelimpahan fitoplankton di
perairan Digul laut Arafura, Papua, dengan melakukan penelitian kualitas air
perairan Belitung Barat (kelimpahan fitoplankton) dalam kaitannya dengan
indikator kualitas lingkungan.9 Yeanny (2011) mengkaji komunitas fitoplankton
sebagai bioindikator kualitas air sungai Belawan.
Untuk mengungkap kasus pidana, TKP (Tempat Kejadian Perkara)
merupakan sumber informasi yang penting dalam mengungkapkan kejadian yang
menimpa korban. Hal ini disebabkan di TKP banyak ditemukan barang bukti
(corpus delikti) yang oleh ahlinya dapat berbicara mengungkap tentang peristiwa
yang terjadi. Namun, yang menjadi permasalahan sekarang ini, sulit menentukan
dimana TKP itu sendiri khususnya pada kasus tenggelam oleh karena korban
ditemukan jauh dari tempat dimana korban mati tenggelam.
Penemuan-penemuan patologis pada pemeriksaan post-mortem dari tubuh
yang diangkat dari air tergantung pada sejumlah faktor, termasuk
keadaan-keadaan dimana tubuh terendam dan lama waktu tubuh terendam didalam air.
Faktor-faktor penting lainnya yang perlu dilakukan adalah olah TKP dari adanya
temuan seperti pakaian, darah, rambut dan yang lainnya. Pemeriksaan pakaian
merupakan bagian yang sering diabaikan dari pemeriksaan medis forensik pada
tubuh, dapat menyingkap informasi berguna yang dapat membantu dalam
interpretasi (tafsiran) penemuan-penemuan fisik pada tubuh dalam penyelidikan
terhadap dugaan keadaan kematian.
Beberapa peneliti sebelumnya sudah membahas tentang identifikasi
diatom, namun belum ada studi atau penelitian tentang jenis-jenis diatom yang
ada di sungai Belawan, sungai Badera, sungai Sikambing, sungai Putih, sungai
Babura, sungai Deli, sungai Sulang Saling, sungai Kera dan sungai Tuntungan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis melakukan penelitian
“Menentukan jenis diatom pada sungai-sungai di kota Medan.”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menentukan jenis diatom yang ada pada sungai-sungai di kota
Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
• Untuk menentukan jenis diatom yang ada pada sungai Belawan.
• Untuk menentukan jenis diatom yang ada pada sungai Badera.
• Untuk menentukan jenis diatom yang ada pada sungai Sikambing.
• Untuk menentukan jenis diatom yang ada pada sungai Putih.
• Untuk menentukan jenis diatom yang ada pada sungai Babura.
• Untuk menentukan jenis diatom yang ada pada sungai Deli
• Untuk menentukan jenis diatom yang ada pada sungai Sulang Sailng.
• Untuk menentukan jenis diatom yang ada pada sungai Kera.
• Untuk menentukan jenis diatom yang ada pada sungai Tuntungan.
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Mengetahui tempat kejadian perkara tenggelam yang korbannya
ditemukan.
2. Mengenal jenis diatom yang ada pada masing-masing sungai yang ada di
kota Medan.
3. Menambah wawasan untuk penyidik dalam membantu TKP korban
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diatom
Semua air, apakah air tawar atau air asin, mengandung tumbuhan
mikroskopik, alga. Alga tidak tumbuh atau tumbuh hanya dalam sejumlah kecil di
air yang tercemar. Beberapa air juga mengandung karakteristik materi particular
untuk cemaran lokal, tetapi hanya alga yang dibahas terutama diatom. Menurut
Hendey, ada sebanyak 15.000 spesies diatom; separuh diantaranya hidup di air
tawar dan separuh lainnya hidup di air payau atau air laut. Memiliki ukuran yang
bervariasi, dari 2 µ hingga 1 mm panjang atau diameternya. Sebagian spesies
memiliki panjang 10-80µ, bila cukup panjang dapat memiliki lebar 10 µ.4,8,12
Diatom merupakan sejenis ganggang yang hanya terlihat secara
mikroskopi dan mengandung partikel silikon. Bentuknya bisa bulat lonjong,
segitiga atau segi-empat. Bersamaan dengan air yang masuk kedalam paru-paru,
diatom kemudian menembus paru-paru lalu masuk kedalam saluran limfe. Melalui
peredaran saluran limfe ini diatom disampaikan ke jantung lalu menyebar ke
beberapa jaringan tubuh. 8,15.
Diatom termasuk dalam algae klas Bacillariophyceae dengan penyusun
utama dinding sel dari silica. Disebut diatom karena selnya terdiri dari dua valve
(dua atom), dimana yang satu menutupi yang lainnya seperti layaknya kaleng
pastiles. Diatom umumnya uniseluler (soliter), namun pada beberapa spesies ada
yang hidup berkoloni dan saling bergandengan satu sama lainnya. Diatom dibagi
Centrales bila dilihat dari atas atau bawah berbentuk radial simetris dan lingkaran,
sedangkan Ordo Pennales valvanya berbentuk memanjang. Karena dinding sel
diatom terbentuk dari silikat, apabila mati dinding sel tersebut masih utuh dan
mengendap di dasar perairan sebagai sedimen. 6,9
Diatom bisa terdiri dari satu cell tunggal atau gabungan dari beberapa cell
yang membentuk rantai. Biasanya terapung bebas di dalam badan air dan juga
kebanyakan dari mereka melekat (attach) pada substrat yang lebih keras.
Pelekatan diatom biasanya karena tumbuhan ini mempunyai semacam gelatin
(Gelatinous extrusion) yang memberikan daya lekat pada benda atau substrat. Kita
juga kadang menemukan beberapa diatom yang walau sangat lambat tetapi punya
daya untuk bergerak.
Diatom akan sangat tergantung pada pola arus laut dan pergerakan massa
air baik itu secara horizontal maupun vertical. Cell diatom ini mempunyai ukuran
kurang lebih 2 micron sampai beberapa millimeter, namun kita juga kadang
menemukan beberapa yang ukurannya sampai 200 micron. Sampai saat ini para
ahli memperkirakan jumlah species dari diatom ini sekitar 50.000 spesies.
Diatom sangat berguna dalam studi lingkungan karena distribusi
spesiesnya dipengaruhi oleh kualitas air dan kandungan nutrien serta
keberadaannya sangat melimpah di sedimen perairan seperti di laut, estuari,
danau, kolam, maupun sungai, demikian juga dengan fosil diatom yang dapat
digunakan sebagai indikator kesuburan suatu perairan. Penggunaan diatom
sebagai indikator kualitas perairan lebih baik dibandingkan dengan indeks
saprobitas karena diatom lebih sensitif terutama yang berkaitan dengan parameter
Diatom memiliki struktur yang mengandung asam silikat SiO2. Silikat
sendiri memiliki sifat tahan terhadap adanya pembusukan. Ganggang persik
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui peredaran darah sehingga lokasi ganggang
tersebut memperlihatkan apakah korban tersebut mati tenggelam intravital atau
post-mortal. Diatom juga dapat dicari dalam jantung yang telah diencerkan
dengan air agar terjadi hemolisis dan baru kemudian disentrifus dan endapannya
diperiksa. Pada keadaan korban sudah sedemikian busuknya yaitu korban sudah
terbenam untuk yang ketiga kalinya, baik kulit maupun organ-organ telah hancur,
maka pemeriksaan diatom diambil dari sumsum tulang panjang dan selanjutnya
dilakukan proses yang sama.
Diatom kebanyakan tersebar pada seluruh perairan dunia, dari perairan air
tawar hingga lautan dalam. Bahkan ada beberapa yang di temukan pada genangan
air bekas gunung berapi. Diatom umumnya di temukan pada laut, sungai, estuary,
kolam, aliran air pada irigasi-irigasi, bahkan kolam-kolam kecil sekalipun.
5,7
Dari sumbernya diatom dapat di kelompokkan kedalam Diatom asli
parairan tersebut (Autochthonous) dan Diatom yang berasal dari luar perairan itu
(Allochthonous). Pada daerah-daerah pantai atau estuary yang banyak terdapat
vegetasi seperti lamun (seagrass) dan Macroalga, perairan tersebut kebanyakan di
jumpai kelompok diatom asli yang berasal dari perairan tersebut (autochthonous)
yang umumnya berasal dari epiphyte yang melekat pada macrophyte. Kelompok
2.1.1 Identifikasi Diatom
Diatom adalah tumbuhan cell tunggal yang tergolong dalam kelas
Bacilariophyceae dari phylum Bacilariophyta. Diatom bisa terdiri dari satu cell
tunggal atau gabungan dari beberapa cell yang membentuk rantai. Biasanya
terapung bebas di dalam badan air dan juga kebanyakan dari mereka melekat
(attach) pada substrat yang lebih keras. Pelekatan diatom biasanya karena
tumbuhan ini mempunyai semacam gelatin (Gelatinous extrusion) yang
memberikan daya lekat pada benda atau substrat. Kita juga kadang menemukan
beberapa diatom yang walau sangat lambat tetapi punya daya untuk bergerak.
Diatom akan sangat tergantung pada pola arus laut dan pergerakan massa
air baik itu secara horizontal maupun vertical. Cell diatom ini mempunyai ukuran
kurang lebih 2 micron sampai beberapa millimeter, namun kita juga kadang
menemukan beberapa yang ukurannya sampai 200 micron. Sampai saat ini para
ahli memperkirakan jumlah species dari diatom ini sekitar 50.000 spesies. Diatom
kebanyakan tersebar pada seluruh perairan dunia, dari perairan air tawar hingga
lautan dalam. Bahkan ada beberapa yang di temukan pada genangan air bekas
gunung berapi. Diatom umumnya di temukan pada laut, sungai, estuary, kolam,
aliran air pada irigasi-irigasi, bahkan kolam-kolam kecil sekalipun.
8,10,12
Diatom termasuk dalam algae klas Bacillariophyceae dengan penyusun
utama dinding sel dari silica. Disebut diatom karena selnya terdiri dari dua valve
(dua atom), dimana yang satu menutupi yang lainnya seperti layaknya kaleng
pastiles. Diatom umumnya uniseluler (soliter), namun pada beberapa spesies ada
yang hidup berkoloni dan saling bergandengan satu sama lainnya. Diatom dibagi
menjadi dua ordo berdasarkan bentuknya, yaitu Centrales dan Pennales. Ordo
Centrales bila dilihat dari atas atau bawah berbentuk radial simetris dan lingkaran,
sedangkan Ordo Pennales valvanya berbentuk memanjang.14,16
Penggolongan diatom menurut pola hidupnya juga di bedakan atas 8
kelompok, yaitu :
1. Epiphytic dikenal dengan kelompok diatom yang melekat pada tumbuhan lain
yang lebih besar.
2. Epipsamic dikenal dengan kelompok diatom yang hidup dan tumbuh pada
pasir.
3. Epipelic di kenal dengan kelompok diatom yang hidup dan tumbuh pada
permukaan tanah liat (mud) atau sediment.
4. Endopelic di kenal dengan kelompok diatom yang tumbuh dalam rongga tanah
liat (mud) atau sediment.
5. Epilithic di kenal dengan kelompok diatom yang tumbuh dan melakat pada
permukaan batuan.
6. Endolithic di kenal dengan kelompok diatom yang tumbuh didalam rongga
batuan pada dasar perairan.
7. Epizoic di kenal dengan kelompok diatom yang melakat pada hewan umunya
invertebrate dasar perairan.
8. Fouling di kenal dengan kelompok diatom yang melekat pada benda-benda
2.1.2. Jenis Diatom
[image:20.595.221.402.98.345.2]Jenis diatom oleh Pedora Thomas dkk (2006-2009) di Spanyol.
Gambar Diatom. Didymosphenia. geminata from Gállego River (code 0808in Sta. Eulália) (Scale Bar: 10μm, photograph by JPM) diadopsi dari Distribution of the bloom-forming diatom Didymosphenia geminata in the Ebro
River basin (Northeast Spain) in the period 2006-20
Jenis diatom oleh R.B Owen dari Hongkong
Gambar diatom umum di daerah basah Bogoria-Baringo. A: Navicula confervacea; B: Anomoeoneis sphaerophora; C:
Achnanthes exigua; D: Nitzschia sigma; E: Navicula pupula; F: Rhopalodia gibberula. Scale bar = 3 μm.. Diadopsi dari Swamps, springs and diatoms: wetlands of the semi-arid Bogoria-Baringo
Rift, Kenya oleh :
R. B. Owen1, R. W. Renaut2, V. C. Hover3, G. M.Ashley4 & A. M.Muasya5
1Dept. of Geography, Hong Kong Baptist University, Kowloon Tong, Hong Kong, China E-mail: [email protected]
2Dept. of Geological Sciences, University of Saskatchewan, Saskatoon, SK S7N 5E2, Canada 3Dept. of Earth and Environmental Sciences, Rutgers University, Newark, NJ 07102, U.S.A.
4Dept. of Geological Sciences, Rutgers University, Piscataway, NJ 08854, U.S.A.
[image:20.595.152.459.403.540.2]Jenis diatom diadopsi dari Eduardo A. Morales 1,2,3 Morgan L. Vis 4 , Erika Fernández 5 , J. Patrick Kociolek LM images of diatoms from Sorata. 1. Orthoseira roseana. 2. Melosira varians. 3. Stephanodiscus cf. minutulus. 4.
Diatoma moniliformis. 5. Diatoma hyemalis. 6-7. Frankophila similioides. 8. Staurosirella leptostauron. 9. Pseudostaurosira laucensis var. vulpina. 10-11. Tabellaria ventricosa. 12-13. Tabellaria flocculosa. 14-15. Achnanthidium modestiforme. 16-17. Achnanthidium minutissimum var. jackii. 18-19. Eucocconeis quadratarea. 20. Psammothidium subatomoides. 21-22. Psammothidium grischunum. 23. Eunotia tecta. 24. Eunotia boreoalpina. 25- 26.
Eunotia tenella. 27. Eunotia paludosa. 28. Mayamaea atomus var. permitis. 29. Mayamaea cf. atomus var. alcimonica. 30. Adlafia minuscula. 32. Adlafia suchlandtii. 32. Cavinula pseudoscutiformis. 33. Brachysira lehmanniae. 34.
Brachysira neoexilis. 35. Kobayasiella cf. parasubtilissima . 36. Diploneis kahlii. 37-38. Encyonopsis cf. krammerioides.
39. Encyonopsis cf. krammeri. 40. Gomphonema exilissimum. 41. Gomphonema parvulum. 42. Gomphonema punae.
Gambar Encyonema amazonianum. Figs. 2-3. LM, frustules in valve view. Figs. 4-7. SEM. Fig. 4. Valve in external view. Fig. 5. Valve in internal view. Fig. 6. Detail of the central part of the valve. Fig. 7. Detail of the apex. Scale bars = 10 μm
(Figs. 2,3); 5μm (Figs. 4,5); 1μm diadopsi dari Diatoms from the Colombian and Peruvian Amazon: the Genera Encyonema, Encyonopsis and Gomphonema (Cymbellales:
Bacillariophyceae)
Amelia A. Vouilloud1, Silvia E. Sala1, Marcela Núñez Avellaneda2 & Santiago R. Duque3
1. Departamento Científico Ficología. Facultad de Ciencias Naturales y Museo. Paseo del Bosque s/n. 1900. La Plata. Argentina; [email protected]; [email protected]
2. Instituto Amazónico de Investigaciones Científicas (SINCHI). Avenida Vásquez Cobo entre calles 15 y 16. Leticia, Amazonas. Colombia; [email protected]
2.1.3.Kelompok Diatom
Diatom, alga mikroskop merupakan wahana yang banyak digunakan para
peneliti ekologi modern dan evolusioner sekarang ini. memperkirakan jumlah
spesies dari diatom ini sekitar 50.000 spesies. Diatom kebanyakan tersebar pada
seluruh perairan dunia, dari perairan air tawar hingga lautan dalam. Diatom
umumnya di temukan pada laut, sungai, estuary, kolam, aliran air pada
irigasi-irigasi, bahkan kolam-kolam kecil sekalipun. Menurut Forero, Manual dkk
(2001) dari Institut de Optica Spanyol dengan menggunakan metode baru
untuk klasifikasi dan skrining diatom dalam image yang diambil pada sampel
[image:23.595.119.506.410.556.2]air, kelompok diatom adalah sebagai berikut :
Gambar kelompok diatom oleh Manuel G. Foreroa dari Spanyol
2.2 Sungai
Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut.
Sungai berdasarkan kondisi fisiknya terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Bagian hulu : pada kondisi hulu aliran air deras, batu-batuan juga besar dan
erosi yang terjadi adalah erosi vertikal ke bawah (air terjun).
2. Bagian tengah : Pada bagian ini aliran air sudah agak tenang, batu-batuan
juga sudah tidak besar lagi dan erosi yang terjadi ke samping/horizontal.
3. Pada bagian hilir : pada bagian ini aliran air sudah tenang, batu-batuan juga
sudah berubah menjadi kental/pasir dan sudah jarang terjadi erosi
(http//www.BPS kota Medan, 2010).
Sungai berdasarkan sumber airnya , dibagi menjadi :
1. Sungai hujan : Sungai yang aliran airnya berasal dari air hujan.
2. Sungai Gletser : sungai yang terbentuk dari es yang mencair.
3. Sungai Campuran : Sungai yang aliran airnya berasal dari campuran gletser
dan air hujan.
Sungai berdasarkan debit aliran airnya :
1. Sungai permanen : Sungai yang debitnya stabil dan tidak dipengaruhi oleh
musim.
2. Sungai periodik : Sungai yang aliran airnya dipengaruhi oleh musim, meluap
ketika musim hujan dan kering ketika musim kering.
2.3 Drowning
2.3.1.Definisi
Drowning adalah kematian akibat masuknya cairan ke dalam saluran
pernafasan. Cairan yang menyebabkan drowning biasanya berupa air, meskipun
sejumlah cairan lain juga dapat menyebabkan drowning. Kematian dengan
masuknya cairan asam lambung ke dalam saluran pernapasan tidak disebut
sebagai drowning. Kadangkala orang yang tidak sadarkan diri akan tenggelam
ketika dia menjatuhkan wajahnya ke dalam genagan air, seperti epilepsy selama
berlangsungnya serangan mendadak tetapi drowning umum muncul sebagai akibat
terendamnya tubuh secara total. Dalam hal ini, “drowning” menotasikan kematian
akibat masuknya air ke dalam saluran pernafasan, apakah itu dengan tubuh yang
tenggelam atau tidak.16
Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau
sebagian tubuh ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus
kecelakaan, baik secara langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti
korban dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja
dikarenakan akibat dari suatu peristiwa pembunuhan. Setiap tahun, sekitar
150.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia akibat tenggelam, dengan kejadian
tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000. Beberapa negara terpadat di dunia gagal
untuk melaporkan insiden hampir tenggelam. Ini menyatakan bahwa banyak kasus
tidak pernah dibawa ke perhatian medis, kejadian di seluruh dunia membuat
pendekatan akurat yang hampir mustahil.
Tenggelam diartikan sebagai suatu keadaan tercekik dan mati yang
disebabkan oleh terisinya paru dengan air atau bahan lain atau cairan sehingga
pertukaran gas menjadi tidak mungkin. Sederhananya, tenggelam adalah
merupakan akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan.
Tenggelam merupakan penyebab signifikan kecacatan dan kematian.
Tenggelam telah didefenisikan sebagai kematian sebelumnya sekunder untuk
sesak napas sementara terbenam dalam suatu cairan, biasanya air, atau dalam
waktu 24 jam perendaman. Pada Kongres Dunia 2002 yang diadakan di
Amsterdam, sekelompok ahli menyarankan sebuah definisi konsensus baru
untuktenggelam dalam rangka mengurangi kebingungan atas jumlah istilah dan
definisi (> 20) merujuk kepada proses ini yang telah muncul dalam literatur. Grup
yang percaya bahwa definisi yang seragam akan memungkinkan analisa lebih
akurat dan perbandingan studi, memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan
lebih bermakna dari mengumpulkan data, dan meningkatkan kemudahan kegiatan
surveilans dan pencegahan.18
Namun demikian, beberapa negara terpadat di dunia gagal melaporkan
insiden tenggelam. Ini menyatakan bahwa banyak kasus tidak pernah dibawa ke
perhatian medis dan kejadian di seluruh dunia membuat pendekatan akurat belum
dapat dilakukan. Di Norwegia dengan populasi 4 juta, 350 sampai 400
meninggal karena tenggelam. Kematian karena tenggelam mencapai 1 % dari
semua penyebab kematian. 90% tenggelam terjadi karena kecelakaan, dan lebih
dari 15% dari semua kematian karena tenggelam dengan rasio perbandingan
jenis kelamin laki-laki - perempuan 10 : 1. Berkisar 10% tenggelam adalah
2.3.2. Jenis-jenis Tenggelam
Tenggelam dibagi menjadi beberapa jenis antara lain (A) wet drowning,
(B) dry drowning, (C) secondary drowning, dan (D) the immersion syndrome
(cold water drowning)13.
Wet drowning adalah kematian tenggelam akibat terlalu banyaknya air
yang terinhalasi. Pada kasus wet drowning ada tiga penyebab kematian yang
terjadi, yaitu akibat asfiksia, fibrilasi ventrikel pada kasus tenggelam di air tawar,
dan edema paru pada kasus tenggelam di air asin. Dry drowning adalah suatu
kematian tenggelam dimana air yang terinhalasi sedikit. Penyebab kematian pada
kasus ini sendiri dikarenakan terjadinya spasme laring yang menimbulkan asfiksia
dan terjadinya refleks vagal, cardiac arrest, atau kolaps sirkulasi.14 Secondary
drowning adalah suatu keadaan dimana terjadi gejala beberapa hari setelah korban
tenggelam (dan diangkat dari dalam air) dan korban meninggal akibat komplikasi.
Immersion drowning adalah suatu keadaan dimana korban tiba-tiba meninggal
setelah tenggelam dalam air dingin akibat refleks vagal. Pada umumnya alkohol
dan makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus pada kejadian ini15
2.3.3. Mekanisme Drowning
Pemahaman terhadap mekanisme drowning menurut Brouardel yang
dikutip Tedeschi dkk (1977) ditemukan lima tahapan seperti berikut :
1. Tahap surprise (terkejut) yang berlangsung selama 5 sampai 10 detik.
2. Tahap pertama respiratory arrest (pernafasan tertahan) yang berlangsung
3. Tahap deep respiration (pernafasan dalam) yang berlangsung sekitar satu
menit.
4. Tahap kedua respiratory arrest (pernafasan tertahan) yang berlangsung
sekitar satu menit.
5. Tahap terminal gasps (hembusan nafas terakhir) yang berlangsung sekitar
30 detik.6,8,16
2.3.4. Diagnosa drowning
Masalah diagnosa adalah jelas dan sederhana. Penyebab utama kematian,
apakah ini berupa hipoksia atau kombinasi hipoksia dengan fibrilasi ventricular
atau beberapa gangguan fungsi lainnya tidak menjadi perhatian dalam hal ini.
Mayat yang ditemukan dari air dengan segera yaitu tidak lebih dari 24 jam,
setelah kematian, diagnosis drawning tidak sulit. Kesulitan muncul ketika lama
terendam meningkat. Ketika akhirnya pembusukkan terjadi dan berlanjut,
tanda-tanda anatomi drowning, sekecil apapun akan hilang. Tidak ada tanda-tanda-tanda-tanda
anatomi patognomonik dari drowning. Lebih lanjut, tidak ada tanda-tanda anatomi
yang dapat membantu membedakan antara drowning di air tawar dan drowning
pada air laut. Secara khusus dalam kasus ini bahwa test drowning dibutuhkan.
Selama beberapa tahun perhatian ditujukan pada demonstrasi materi particular
dari air drowning dalam paru dan organ lain.
Mayat yang ditemukan dari air dengan segera yaitu tidak lebih dari 24 jam,
setelah kematian, diagnosis drawning tidak sulit. Kesulitan muncul ketika lama
terendam meningkat. Ketika akhirnya pembusukkan terjadi dan berlanjut,
tanda-tanda anatomi drowning, sekecil apapun akan hilang. Tidak ada tanda-tanda-tanda-tanda
anatomi patognomonik dari drowning. Lebih lanjut, tidak ada tanda-tanda anatomi
yang dapat membantu membedakan antara drowning di air tawar dan drowning
pada air laut. Secara khusus dalam kasus ini bahwa test drowning dibutuhkan.
Selama beberapa tahun perhatian ditujukan pada demonstrasi materi particular
dari air drowning dalam paru dan organ lain.4
2.3.5. Drowning akibat kecelakaan
Drowning adalah seringkali terjadi sebagai akibat kecelakaan dengan
kasus yang terjadi hampir tak terhitung jumlahnya. Drowning di kolam renang
dapat saja terjadi ketika korban melompat ke dalam air yang terlalu dangkal dan
kepalanya mengenai dasar kolam. Fraktur pada tulang belikat dapat terjadi dengan
luka pada syaraf punggung dan mengalami drowning. Tipe lain adalah kematian
hiperventilasi lainnya. Bila perenang berencana berenang di bawah air, maka dia
dapat melakukannya sepanjang waktu dari keadaan normal, bila dia mengalami
hiperventilasi sebelum melompat ke dalam air, dalam melakukan hal itu, dia
menurunkan tegangan karbon dioksida pada level di bawah normal. Sementara
berenang di bawah air, dia memanfaatkan oksigennya dan menghasilkan karbon
dioksida tetapi tekanan karbon dioksida tidak naik hingga level yang cukup yang
mengganggu pusat pernafasan dan menyebabkan kekurangan udara karena titik
awal yang terlalu rendah diluar batas normal. Untuk itu dia kehilangan kesadaran
dan mengalami drowning.
Drowning ketika berada di bawah pengaruh alkohol adalah hal yang lebih
umum. Diperkirakan bahwa 20 persen dari semua drowning di Norwegia,
termasuk drowning pada anak-anak terjadi selama mabuk alkohol. Secara
karakteristik, orang ini akan tenggerlam menjauh atau berenang beberapa gerakan
sebelum mereka tenggelam. Penulis lain juga mencatat nilai insidensi yang tinggi
dari intokiaksi alkohol dalam orang yang mengalami drowning. Keatinge dkk
yang dipicu oleh reseptor dingin pada kulit, dan mengarah pada hiperventilasi
yang tidak dapat dikontrol, peningkatan tekanan vena dan tekanan darah sitemik,
peningkatan tekanan denyut dan laju denyut dan ekstrasistole ventricular. Reaksi
ini tentu memungkinkan untuk menghirup air atau kolaps cardiovascular.
2.3.6.Drowning bunuh diri
Bunuh diri dengan drowning adalah jarang ditemukan, Kadangkala
seseorang menghadapi kecelakaan seperti mengemudi kendaraan di luar jalan dan
kemudian masuk ke dalam danau atau masuk ke dalam dermaga, kemungkinan
karena bunuh diri sulit dibuktikan. Dalam kenyataannya, sering kali sejumlah
kasus drowning diklasifikasikan sebagai kecelakaan walaupun sebenarnya bunuh
diri oleh karena kurangnya bukti yang tersedia.
Dalam drowning bunuh diri, seseorang umumnya berpakaian penuh atau
tidak. Seseorang akan memilih untuk melompat dari ketinggian (jembatan) atau
dari dermaga. Dalam sejumlah kasus drowning bunuh diri, pada otopsi
menunjukkan kematian di bawah pengaruh alkohol atau obat pada saat kematian.
Dalam beberapa kasus seseorang akan mengikat dirinya dan meningkatkan beban
di tubuhnya, atau melukai dirinya sendiri seperti menyayat urat nadinya atau
kerongokangannya sendiri.
Dalam kaitannya dengan hal ini, harus disebutkan bahwa gas yang
terbentuk di tubuh selama pembusukkan akan meningkatkan daya apungnya
hingga beberapa derajat sehingga tubuhnya dapat naik ke permukaan meskipun
telah diikat beban seberat 25 kg.
16
Kasus berikut ini adalah salah satu kasus dengan menyayat
kerongkongannya dalam kasus drowning bunuh diri. Noda darah ditemukan pada
polisi menemukan segumpal darah pada jarak 50 m dari jembatan. Polisi ingin
mengetahui apakah wanita itu telah menyayat kerongkongannya sendiri di tempat
ini dan berjalan serta melompat ke dalam sungai setelah itu. Otopsi
memperlihatkan bahwa penyebab kematian drowning dan luka tumpul pada
semua tubuhnya dari tubrukan dengan batu di dasar sungai. Kerongkongan yang
tersayat menghasilkan dua sayatan dan hanya vena jugular yang cukup parah.
Kematian di bak mandi juga adalah kasus bunuh diri. Wanita itu
mengambil sejumlah dosis tranquilizer dan setelah itu masuk ke dalam bak air.
Perlu dicatat bahwa dia berpakaian utuh, dan sebagian diantaranya berada di
bawah pengaruh alkohol atau barbiturasi atau keduanya.
12
2.3.7.Drowning pembunuhan
Kemungkinan tidak mudah untuk memaksakan drown seorang yang sehat
dan sadar yang mampu melakukan perlawanan. Dalam kasus yang diuraikan oleh
Kosa dan Viragos Kis, suami yang mencoba membunuh istrinya dengan secara
paksa memasukkan kepala istrinya ke dalam air. Ini terbukti sangat sulit dan dia
letih. Ketika dia menangkap kakinya dan menariknya ke udara. Istrinya itu tidak
mampu mengangkat kepalanya di atas permukaan air. Metode yang sama
digunakan pada kasus penganten di dalam bak mandi. Seorang laki-laki
membunuh tiga orang istrinya ketika mereka sedang mandi dengan mendorong
kaki mereka ke udara dan mendorong kepalanya ke dalam air.
Pada pemeriksaan korban yang diduga tenggelam, bila keadaan jasadnya
sudah mengalami pembusukan lanjut, pemeriksaan dan pengambilan kesimpulan
menjadi sulit. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan yang
benda asing yang ikut terinhalasi bersama air. Benda asing dalam trakea dapat
tampak secara makroskopis misalnya : pasir, lumpur, binatang air, tumbuhan air
dan lainnya, sedangkan yang tampak secara mikroskopis diantaranya telur cacing
dan diatom.6
Keterangan Gambar : Fase-fase tenggelam, pada fase III korban mencoba untuk bernafas sehingga air dan isinya ikut masuk kedalam paru-paru dan jika korban menelan maka air dan isinya akan terdapat didalam lambung.
Pembunuhan dengan drowning adalah mudah dilakukan bila korbannya
tidak mendapatkan bantuan atau bahkan tidak sadarkan diri akibat pengaruh obat
atau karena kelemahan fisik. Dalam kasus insulin, suami, perawat laki-laki
yang diinjeksikan menghasilkan aborsi, tetapi dalam kenyataannya sejumlah
besar dosis insulin. Ketika dia tidak sadar diri oleh karena hipoglikemia, suami
memasukannya ke dalam bak dimana dia drowning.
Dalam pembunuhan dengan drowning dalam bak mandi seseorang
berharap ketika ditemukan mayat yang mati telanjang seolah kecelakaan untuk
mengaburkan pembunuh.
Kecurigaan yang kuat terhadap pembunuhan muncul ketika seseorang
ditemukan drowning pada air yang dangkal. Timperman merujuknya sebagai
kasus wanita yang mengalami ketidaksadaran oleh suaminya setelah dia menahan
kepalanya di dalam air hingga drowning.
2.4 Diatom dan Drowning
Diatom ini dipakai sebagai alat bantu diagnostik untuk menginvestigasi
kasus tenggelam. Oleh karena hal tersebut maka pemeriksaan diatom bertujuan :
a. Memastikan apakah seseorang tersebut mati karena tenggelam / bukan
b. Mengetahui, apakah orang tersebut masih hidup sewaktu tenggelam
c. Mengetahui lokasi tempat tenggelamnya mayat sebelum meninggal,
dengan cara membandingkan diatom yang terdapat di tubuh korban
dengan diatom air tempat mayat tersebut ditemukan atau diduga sebagai
tempat mati tenggelam.
Patofisiologi bagaimana orang yang mati tenggelam bisa ditemukan diatom
di dalam tubuhnya adalah melalui media air, pada dasarnya ketika orang yang
masih hidup tenggelam ke dalam air yang mengandung diatom maka sebagian
dalam air dapat masuk ke dalam paru-paru dan system peredaran darah serta
organ-organ dalam lainnya seperti otak, ginjal, hati, dan sum-sum tulang.
Sesudah dilakukana autopsy, sampel dari organ-organ tersebut dapat dicerna
dengan asam kuat untuk melarutkan jaringan lunak, sehingga meninggalkan
skleton yang resisten dan ini dapat diidentifikasi di bawah mikroskop.
Ketika orang yang sudah meninggal masuk ke dalam air atau saat mati di
dalam air bukan karena tenggelam, walaupun begitu diatom masih mungkin
mencapai paru melalui perembesan secara pasif tetapi tidak ke dalam
peredaran darah dan tidak adanya kontraksi jantung mencegah sirkulasi diatom
ke organ-organ jauh.
2.5 Metode Tes Diatom
Untuk mengambil diatom dari tubuh seseorang, organ dan cairan tubuh dapat
diambil sebagai sampel seperti hati, ginjal, sumsum tulang, otak, darah, juga paru
- paru. Untuk mengisolasi diatom, dapat dipakai beberapa metode yang telah
diketahui. Metode yang biasa digunakan yaitu dengan menggunakan bahan kimia
(biasanya dengan melarutkan organ dengan asam nitrat), sedangkan metode
lainnya misalnya menggunakan metode enzim pencernaan, ultrasonic radiation,
dan physical method.
Pada keadaan korban sudah sedemikian busuknya yaitu korban dimana, baik
kulit maupun organ-organ telah hancur, maka pemeriksaan diatom diambil dari
sumsum tulang panjang dan selanjutnya dilakukan proses yang sama.
Untuk jasad yang ditemukan belum didapatkan keadaan yang membusuk atau
bahkan masih cukup baru, kita dapat lakukan dengan tes getah paru. Yaitu dengan
cairan perasan dari jaringan perifer paru, taruh pada gelas objek, tutup dengan
kaca penutup dan lihat dengan mikroskop.
Dicari apakah terdapat diatom, ganggang, atau plankton lainnya.
Adanya salah satu saja dari plankton- plankton tersebut menunjukkna adanya
cairan yang masuk ke alveoli paru.
Untuk keadaan jasad yang sudah membusuk dan tidak bisa teridentifikasi
dengan pemeriksaan luar , maka baru dilakukan tes diatom atau pemeriksaan
destruksi atau metode digesti asam , yaitu dengan cara;
Ambil jaringan paru sebanyak 150-200 gram, bersihkan lalu masukkan ke
dalam labu Erlenmeyer, masukkan H2SO4
Panaskan dengan api yang kecil sampai mendidih sehingga semuanya
hancur betul.
pekat sampai menutup seluruh
jaringan paru dan biarkan selama 24 jam sehingga seluruh jaringan paru
hancur dan seperti bubur hitam.
Tuangkan ke dalamnya beberapa tetes HNO3
Cairan disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 2000-4000 rpm. pekat, sampai warnanya
kuning jernih.
Sedimennya (endapan) dicuci dengan akuades kemudian disentrifuge lagi.
Sedimennya (endapan) dilihat dibawah mikroskop.
Pemeriksaan diatom dikatakan positif bila dari sediaan paru-paru dapat
ditemukan diatom sebanyak 4-5 per lapang pandang besar (LPB) atau 10-20 per
satu sediaan ; atau bila dari sumsum tulang sebanyak 1 per lapang pandang besar
(LPB).
Jenis diatom juga perlu diperhatikan dengan teliti karena ini dapat
digunakan untuk menentukan tempat korban itu mati tenggelam. Air tempat
tenggelam perlu diambil dan diperiksa jenis diatomnya. Pemeriksaan diatom
pada air sungai :
1. Air sungai diambil
2. Kemudian, dituang ke dalam plankton net (jaring plankton)
3. Sampel plankton yang terjaring akan terkumpul dalam bucket yang
kemudian dituang ke dalam botol sebanyak 20 ml dan diawetkan dengan
larutan lugol sebanyak 3 tetes.
4. Sampel air yang diambil dibawa ke laboratorium untuk diperiksa dengan
mikroskop.
5. Periksa bentuk diatom yang ditemukan, lalu lakukan identifikasi.
2.6 Penelitian Terdahulu
1. Amri Amir (2007) Medan –Sumatera Utara mengkaji tentang kasus
tenggelam. Sehubungan dengan kasus tenggelam menjelaskan korban mati
tenggelam hampir selalu didapati dari waktu ke waktu. Ha ini tidak
mengherankan karena disekeliling kita ada selokan, sumur, kolam, sungai,
danau atau laut, bahkan ember berisi air atau bak kamar mandi. Diagnosa
kematian akibat tenggelam kadang-kadang sulit ditegakkan, bila tidak
dijumpai trends yang khas baik pada pemeriksaan luar atau dalam. Pada
mayat yang ditemukan terbenam dalam air, perlu pula diingat bahwa
mungkin korban sudah meninggal sebelum masuk ke dalam air. Keadaan
sekitar individu dalam hal ini penting. Tenggelam tidak hanya berbatas
didalam air dalam seperti laut, sungai, danau atau kolam renang.
2. Penelitian Augustiza Haarcorryati (2005) Jakarta-Indonesia mengkaji
limbah penduduk. pencemaran air berdampak meningkatnya konsentrasi
senyawa Nitrogen dan Fosfor oleh karena belum sempurnanya pengolahan
berbagai air limbah sehingga konsentrasi zat pencemar termasuk hara N
dan P tetap tinggi yang merusak ekosistem perairan secara keseluruhan.
Disini ekoteknologi dengan system wetland merupakan teknologi
alternative dan ramah lingkungan yang dapat digunakan untuk mengolah
air limbah. Teknologi ini berlangsung secara ilmiah hanya mengandalkan
kemampuan dari berbagai jenis tumbuhan air (makrofita) dan mikroba
(ganggang/ fitoplankton dan bakteri).serta memanfaatkan sinar matahari
dalam proses pengolahannya. Disini dilakukan penilaian populasi mikroba
terutama populasi plankton yang ditemukan /hidup dalam kolam
percobaan ekoteknologi.
3. Marojahan Simanjuntak (2002) Jakarta –Indonesia mengkaji pengaruh
suhu, salinitas dan silikat terhadap kelimpahan fitoplankton di perairan
Digul laut Arafura, Papua, dengan melakukan penelitian kualitas air
perairan Belitung Barat (kelimpahan fitoplankton) dalam kaitannya
dengan budidaya biota laut.
4. Supono (2008) meneliti tentang diatom epipelic sebagai indikator
kualitas lingkungan. Diatom epipelic dapat dijadikan sebagai indikator
kualitas lingkungan yang dapat dilihat dari hubungan diatom epipelic
dengan kualitas air dan sedimen. Keragaman diatom epipelic dipengaruhi
oleh alkalinitas, TOM dan nitrat sedangkan kualitas sedimen yang
berpengaruh terhadap keragaman diatom epipelic antara lain KPK tanah,
5. Yeanny (2011) Medan–Sumatera Utara mengkaji komunitas
fitoplankton sebagai bioindikator kualitas air sungai Belawan,
menyatakan bahwa sungai Belawan merupakan sungai yang sangat
penting bagi warga Medan dan sekitarnya. Salah satu pendekatan dengan
konsep bioindikator dengan mengetahui kelimpahan, frekuensi
kehadiran, keseragaman, dominansi dan keanekaragaman fitoplankton
serta pengukuran kualitas air yaitu suhu, penetrasi cahaya, intensitas
cahaya, pH, DO, BOD5 dan COD.
6. Hikmah Thoha (1999) mengkaji tentang struktur komunitas diatom pada
dinoflagellata di perairan sekitar pulau Pari, kepulaan Seribu. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa ditemukan 31 jenis diatom yang
tergolong dalam 20 marga dan 14 suku. Jenis yang paling dominan dan
mempunyai sebaran luas adalah Thalassoithrix nitschioides pada musim
kemarau dan chaetoceros nitschioides pada musim peralihan dan musim
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Jenis Diatom di - Sungai Belawan - Sungai Badera - Sungai Sikambing
- Sungai Putih Sungai Kota Medan - Sungai Babura
- Sungai Deli
- Sungai Sulang Saling - Sungai Tuntungan - Sungai Kera
3.2 Definisi Operasional
No Variabel Operasional Definisi. Parameter Alat Ukur Cara Kerja Ukur Hasil
1 Sungai Aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut yang ada di kota Medan.
a.Hulu
b.Hilir
c.Tengah
Peta Wilayah Kota Medan dengan batas selatan, timur dan barat dengan kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka.
Ujung selatan masing masing sungai
Ujung utara masing-masing sungai
Daerah yang berada diantara ujung selatan dengan utara masing-masing sungai
Sampel air 1 meter dan 2 meter dari permukaan diambil dengan plankton net. Sampel plankton yang terjaring akan terkumpul dalam bucket, selanjutnya dituang kedalam botol sebanyak 20 ml dan awetkan dengan larutan lugol sebanyak 3 tetes dan diberi label J E N I S D I A T O M E s2. Diatom Gangang yang
tumbuh didalam air yang tidak kelihatan dengan mata telanjang Diatom bulat, oval, memanjang, segiempat.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan secara deskriptif yaitu untuk mengetahui
jenis diatom pada sungai-sungai di kota Medan .
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sungai Belawan, Sungai Badera, Sungai
Sikambing, Sungai Putih, Sungai Babura, Sungai Deli, Sungai Sulang Saling,
Sungai Kera dan Sungai Tuntungan yang ada di kota Medan , secara geografis
wilayah Kota Medan berada antara 3”30’– 3”43’ LU dan 98”35’-98”44’ BT,
dengan luas wilayah 265,10 km2, dengan batas wilayah sebagai berikut: Batas
utara dengan Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka. Batas Selatan dengan
Kabupaten Deli Serdang . Batas Timur dengan Kabupaten Deli Serdang. Batas
Barat dengan Kabupaten Deli Serdang. Topografi Kota Medan cenderung miring
ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut.
4.2.2 Waktu Penelitian
DEN AH ALI RAN SU N GAI M EDAN
Keterangan :
Jl. Platina Raya
Jl . Y os Sudar so
Simp. Jl. Rumah Potong Hewan
Jl. Sukoharjo
Jl. Karya (Jembatan Sei Agul Ujung )
Jl. Karya dalam (RS Supina Azis)
Jl.
Pembangunan Jl. Sei Batang Hari
Jl. Perjuangan
Jl. Bunga Asoka (Jembatan)
Jl. Gereja
Jl. Sei Besitang (Jembatan
Jl.Abdullah Jl.Bioteknologi Jl.Abdullah
Jl.Titi Bobrok (Jembatan)
Jl.Bunga Asoka Jl.Kenanga Raya
Jl. Guru Patimpus
Jl. Palang Merah
Jl. Ir. Juanda Jl. Pintu Air
Jl. Suka Cita
Jl. Sumber Tani
Jl. Cemara
Jl. Gurila
Jl. Pelajar Timur
Lokasi Penelitian
Sungai Belawan
Hulu
Tengah
Hilir
Jl. Sukoharjo
Jl. Yos Sudarso/Simp.
Jl.Rumah Potong Hewan
Jembatan Jl. Platina raya
Sungai Badera
Hulu
Tengah
Hilir
Jembatan Jl. Pembangunan
Jl. Karya Dalam
(Rs. Supina Azis)
Jembatan Sei Agul Jl. Karya
Sungai Sikambing
Hulu
Tengah
Hilir
Jembatan Jl. Bunga Asoka
Jembatan Jl. Perjuangan
Jembatan Jl. Sei Batang Hari
Sungai Putih
Hulu
Tengah
Hilir
Jembatan Jl. Abdullah Lubis/
Jl. Bioteknologi
Jembatan Jl. Sei Besitang
Jembatan Jl. Gereja
Sungai Babura
Hulu
Tengah
Hilir
Jembatan Jl. Karya Tani
Jembatan Jl. Mongonsidi
Jembatan Jl. Maulana Lubis
Sungai Deli
Hulu
Tengah
Hilir
Jembatan Jl. Ir. Juanda
Jembatan Jl. Palang Merah
Jembatan Jl. Guru Patimpus
Sungai Sulang Saling Hulu
Tengah
Hilir
Jembatan Jl. Sumber Tani
Jembatan Jl. Suka Cita
Jembatan Jl. Pintu Air
Sungai Kera
Hulu
Tengah
Hilir
Jembatan Jl. Pelajar Timur
Jembatan Jl. Gurila
Jembatan Jl. Cemara
Sungai Tuntungan
Hulu
Tengah
Hilir
Jl.Flamboyan Raya
JADWAL PENELITIAN
Kegiatan
Tahun 2011
September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Referensi x
Pengajuan Judul x
Konsul Judul X X
ACC Judul x
Draft Proposal I - III X x x
Konsul x X
perbaikan x x
Seminar Proposal x x
Penelitian x x
Konsul Bab IV-V
Bimbingan
ACC akhir penelitian
Seminar Penelitian
4.3 Biaya Penelitian
Biaya penelitian diperkirakan sekitar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah) dengan rincian sebagai berikut :
NO PENGELUARAN BIAYA
1 Lab.Cost Rp. 1.000.000
2 Printing Cost Rp. 1.000.000
3 A T K Rp. 1.000.000
4 Copy Material Rp. 1.000.000
5 Referensi Rp. 4.000.000
6 Seminar Proposal Rp. 1.000.000
7 Seminar Hasil Penelitian Rp. 1.000.000
Jumlah Rp.10.000.000
4.4 Populasi Penelitian
4.5 Sampel Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air sungai yang diambil
pada 9 sungai yang ada di kota medan di lokasi yang berbeda yaitu pada daerah
hulu, tengah dan hilir pada kedalaman 1 meter dan 2 meter dari permukaan , yang
diambil pada 9 sungai yang ada di kota Medan . Pada satu tempat di sungai
dilakukan 2 kali pengambilan air sehingga di bagian Hulu 4 sampel, bagian
Tengah 4 sampel dan bagian Hilir 4 sampel. Dalam hal ini 1 sungai diambil 12
sampel sehingga untuk 9 sungai diperoleh 108. Jadi, jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 108.
4.6 Teknik Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan stratified
random sampling di bagian hulu, tengah dan hlir untuk jenis-janis diatom yang
ada pada sungai di kota Medan dijadikan sebagai sampel
4.7 Kriteria Inklusi
Dalam penelitian ini kriteria inklusi adalah semua sungai yang ada di
Kota Medan .
4.8 Kriteria Eksklusi
Untuk kepentingan penelitian ini, kriteria eksklusi adalah sebagai
berikut :
a. Banjir
4.9 Variabel Penelitian
Parameter penelitian ini adalah jenis-jenis diatom yang ditemukan di
sungai yang ada di kota Medan
4.10 Cara Kerja
Ambil air dari sungai pada kedalaman 1 meter dan 2 meter dari permukaan
air dengan plankton net (jaring plankton), kemudian sample plankton yang
terjaring akan terkumpul dalam bucket yang selanjutnya dituang kedalam botol
sebanyak 20 ml dan diawetkan dengan menggunakan larutan lugol sebanyak 3
tetes dan diberi label, lalu dibawa ke laboratorium untuk diperiksa dengan
mikroskop dengam pembesaran 100 kali. Perhatikan bentuk diatom yang
ditemukan, lalu identifikasi dengan menggunakan buku (Edmondson (1963), Bold
dan Wyne (1985) dan Pennak (1989)
4.11 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang diperlukan adalah botol dengan kapasitas 20 ml, label, pena,
pipet tets, kaca objek, mikroskop, kamera, blangko data, plankton net.
Bahan yang diperlukan adalah larutan Lugol
Sungai
4.12 Pengolahan dan Analisa Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dengan cara sebagai berikut :
a. Proses editing : yang dilakukan untuk memeriksa blangko data dengan tujuan
agar data yang masuk dapat diolah secara benar, sehingga pengolahan data
dapat memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti, kemudian
data dikelompokan menggunakan aspek pengukuran.
b. Proses coding : dengan membuat kode dalam rangka mempermudah
perhitungan
c. Proses tabulating : yaitu mengelompokan data dalam master tabel untuk
mempermudah pendistribusian dan berdasarkan variabel.
4.13 Analisis Data
Analisa data menggunakan distribusi frekuensi untuk mengetahui evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Yunus, Faisal 2007. Tenggelam dan Permasalahannya. Jurnal GERAI, 2007.
2. Shepherd, Suzanne (2009). Drowning, http//www.eMedicine.com, diakses 14
Agustus 2009.
3. Knight, Bernard, 1996. Forensic Pathology. Oxford University Press.
4. Gani, Husni. 2002. Diagnosa Drowning, Penerbit Erlangga. Jakarta
5. Teddesh C.G et.al 1977. Forensic Medicine. W.B Saunder Company.
London
6. Amri A. 2007. Tenggelam (Drowning), in Amri A.Eds. Ilmu Kedokteran
Forensik. Edisi 2. Medan.
7. M.G Forero et at, 2009. Analysis and screening of diatoms by Shape from
Contour. Spanyol.
8. Maneul dkk, 2009. Automatic screening and multifocus fusion m ethods for
diatom identification. Republik Ceko.
9. Reece Jane B dan Lawrence G. Mitchell. 2003. Biologi. Terjemahan
Mahameru Jakarta.
10.Yeanny, Mayang Sari 2011. Komunitas Fitoplankton sebagai Bioindikator
kualitas air sungai Belawan. USU Medan.
11.Harrcorryyati, Augustiza, 2005. Populasi Plaknton Pada Ekoteknologi -
Wetland Buatan Dalam Pengolahan Air Limbah Penduduk. Jurnal Buletin
Pusair. Jakarta.
12.Simanjuntak, Marojahan. 2007. Pengaruh Suhu, Salinitas dan Silikat
Terhadap Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Digul Laut Arafura, Jurnal
13.Baker. Jeffery J and Garland E.Allen, 1982. The Study of Biology. Addison
–Wesley Publishing Company. New York
14.Knight, Bernard, 2000. Forensic Pathology. Oxford University Press. New
York.
15.Campbell. Neil dkk, 2003. Biologi. Penerbit Erlangga. Jakarta
16.Camps, E. et al. 1976. Operational Deaths and Complications (Including Those
Under Anaesthesia). In : Gradwohl’s Legal Medicine Third Edition, Great
Britain.
17.Curran, J. et al. 1980. Deaths Related to Medical Care. In : Modern Legal
Medicine, Psychiatry, and Forensic Science, Philadelphia.
18.Gonzales TA, Vance M, Helper M, Umberger CJ. Legal Medicine Phatology
and Toxicology–Appleton – Century – Crofts, INC. New York; 1954.
19.Knight, B. 1996. Deaths Associated With Surgical Procedures. In : Forensic
Pathology Second Edition, Oxford University Press, USA.
20.Kodoatie, Robert. Dan Roestam Sjartief, 2010. Tata Ruang Air. Penerbit
Andi Yogyakarta.
21.Hamdani J. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Ed. 2nd
22.Irianto K. Mirkobiologi, Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid 2 Penerbit.
Yrama Widya, Bandung. 2007, Hal. 152.
. Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama Jakarta ; 1992.
23.Mader Sylvia S. 2007. Biology. Higher Education. New York
24.Mario, D. et al. 1998. Intraoperative Deaths. In : Handbook of forensic
Pathology, USA.
25.Mulyanto H.R. 2007. Sungai : Fungsi dan Sifat-sifatnya. Graha Ilmu.
26.Otto, James.H. 1965. Modern Biology. Rinehart and Winston Inc. New
York
27.Persatuan Dokter Forensik Indonesia. Draf Pedoman Pelayanan Forensik dan
Medikolegal di RS. PDFI, 2010 H.1.
28.Raven , Peter H et al., 2002. Biology. Higher Education. New York
29.Rout. 1998. Anaesthetic Related Deaths. Available from :
30.Sastroemarwoto I dkk. Pola-Pola Kehidupan Dalam Air. Biologi Umum II.
Cetakan Ketujuh. Percetakan Gramedia, Jakarta. 1990. Hal. 73-75, 84-87,
93-96.
31.Suriawiria Unus, 2005. Air Dalam Kehidupan dan Lingkungan Yang
Sehat. PT.Alumni Bandung
32.Sayman, G. 2006. The Medico-Legal Investigation of Anasthetic and/or
Procedure Related Deaths. Available from :
Accessed : 2008 Dec 26.
33.Shianne, et al. 2006. Kematian Akibat Anestesi. Available from :
http://www.freewebs. com/.Accessed:2008 Des 26
34.Syahrom AW. Kematian Anaestesi dan Kecuaian Perbuatan. Patologi
Forensik. Cetakan Pertama. Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. Selangor.
1993. Hal. 412-27.
.
35.Wibisono M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Gramedia Widisarana
Indonesia Jakarta