• Tidak ada hasil yang ditemukan

POKOK BAHASAN JENIS-JENIS TANAMAN REMPAH DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POKOK BAHASAN JENIS-JENIS TANAMAN REMPAH DI INDONESIA"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

POKOK BAHASAN

(2)

 Tanaman herba tahunan, memanjat.

 Batang bulat, beruas, bercabang, mempunyai

akar pelekat, warna hijau kotor.

 Daun tunggal, bulat telur, pangkal bentuk

jantung, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, pertulangan menyirip, warna hijau.

 Bunga majemuk, bentuk bulir, menggantung,

panjang 3,5-22 cm, warna hijau.

 Buah buni, bulat, buah muda berwarna hijau

dan setelah tua berwarna merah.

(3)
(4)
(5)

 Lada (Piper nigrum L.) disebut sabagai raja

kelompok rempah (King of Spices) --- komoditas paling banyak diperdagangkan.

 Produksi lada Indonesia tahun 2008 mencapai

81.662 ton.

 Daerah sentra produksi lada di Indonesia : Bangka

(lada putih) dan Lampung (lada hitam)

 Di tingkat dunia lada dari Provinsi Lampung dikenal

dengan nama Lampung Black Pepper sedangkan dari Provinsi Bangka dikenal dengan Muntok White Pepper.

(6)

 Beberapa tahun terakhir lada dikembangkan

secara intensif di Kaltim, Kalbar dan Sulawesi Tenggara.

 Jawa Barat : lada mulai diminati petani dan

utk mempercepat masa panen/produktif, ada upaya menangkarkan jenis lada perdu yg

berasal dari Lada Panjat dg perlakuan khusus saat pembibitan (oleh BALITRO Bogor

(7)

 Lada (bijinya), sdh dikenal sejak jaman dahulu

; Theoprastus dari Yunani (372 – 387 SM) sudah mengenal 2 jenis Lada yaitu Piper nigrum dan Piper longum.

 Di Indonesia pd masa penjajahan Belanda Lada

pernah menjadi komoditas ekspor utama :

 Antara tahun 1930 – 1938 rata2 ekspor Indonesia 50.000 ton per tahun.

 Pada tahun berikutnya (1980) s/d skg rata-rata

(8)
(9)

 10 -12 genera (marga)

 1.400 species (jenis) antara lain :

+ Piper betle L. (sirih)

+ Piper cubeba (kemukus).

+ Piper retrofractum (cabe Jawa).

 Varietas Piper nigrum L. a.l. :

+ Varietas Jambi dan Lampung + Varietas Bulok Belantung

(10)
(11)
(12)

International Pepper Community (IPC) :

produksi lada sepanjang 2013 ini turun.

 Dari data IPC, produksi lada diperkirakan

hanya mencapai 61.000 metrik ton, terdiri atas 40.000 metrik ton lada hitam, dan

(13)

 Dengan turunnya produksi, otomatis volume

ekspor akan terpengaruh.

 Sepanjang 2013, ekspor lada sebesar 48.000

metrik ton. Padahal pada 2012, ekspor

(angka prediksi) mencapai 62.600 metrik ton dengan nilai ekspor mencapai 423,5 juta

(14)

 Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional

Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo : Produksi lada sepanjang 2012 mencapai

75.000 metrik ton. "Produksi lada 2012 naik 60 persen dibanding tahun 2011.

 Sebagai informasi, sejak Januari 2012 hingga

Agustus 2013, harga lada mengalami pasang surut, antara Rp 50.000 dan Rp 60.000 per

kilogram untuk lada hitam, dan Rp 75.000-Rp 85.000 per kilogram untuk lada putih.

(15)

 AwalSeptember, harga lada naik menjadi Rp

69.000 / kg untuk lada hitam, dan Rp 92.000 /kg untuk lada putih.

 Kepala Promosi dan Komunikasi Pemasaran

Asosiasi Eksportir Lada Indonesia (AELI) menambahkan, mengingat kenaikan

permintaan lada dunia rata-rata hanya 5%

per tahun, pemerintah perlu mengajak petani fokus pada lada.

(16)

 Syarat Tumbuh :

* Elevasi : 10 – 500 m dpl (dataran rendah). * Curah hujan : 2.000-3.000 mm / tahun dg

hari hujan 110 – 170 hari.

* Musim kemarau hanya 2 – 3 bulan/tahun. * RH berkisar antara 70 – 90% dgn suhu

max 34°C dan min 20° C, opt 25º - 26,5º C. * Ketinggian air tanah : relatif dalam (air

tanah 0,5 M di bwh tanah terutama pd

(17)

* Topografi : Landai, bergelombang dan berbukit. (perlu drainase untuk menghindarkan genangan /

pembusukan akar terutama bagi tanaman muda). * Jenis Tanah : Jenis tanah berpasir gembur, tanah

podsolik atau latosol dan tersedia unsur hara yang memadai, tingkat pH tanah berkisar antara, 5 – 6,5.

(18)

 Tanaman lada dpt diperbanyak dg biji atau

setek batang/sulur, tapi umumnya dgn setek batang/sulur krn relatif lebih mudah, ekonomis dan juga dpt mempertahankan sifat-sifat

keturunannya.

 Perbanyakan dengan biji hanya untuk tujuan

(19)

 Tanaman lada pada dasarnya hanya memiliki dua macam sulur (dimorphic plant) yaitu sulur panjat dan sulur/cabang buah.

 Sulur panjat merupakan bahan tanaman yg paling baik utk tanaman lada yg dibudidayakan dgn

menggunakan tiang panjat/tajar.

 Sulur/cabang buah fungsi utamanya adalah untuk pembentukan buah, selain itu dapat digunakan sbg sumber bahan tanaman lada perdu (tak perlu

(20)

 Sulur panjat adalah sulur yg

tumbuh ke atas melekat pd tiang panjat.

 Sumber bahan tanaman paling baik berupa setek/sulur panjat berasal dr tanaman yg berumur < 2 tahun.

 Bahan setek yg baik adalah tidak

terlalu tua, tapi sdh berkayu (jika terlalu tua, pertumbuhannya

lambat, sedang yg terlalu muda juga tidak baik).

(21)

 Varietas lada yg sudah dilepas adalah :

Petaling-1, Petaling-2, Natar-1, Natar-2, LDK-RS, Chunuk-RS dan Bengkayang-LU.

Merupakan hasil seleksi peneliti Balittro.

 Petaling-1 : produktivitas tinggi

 Petaling-2 : produktivitas tinggi, memiliki

tandan buah plg panjang di antara ke-7 var. tsb ; relatif lbh thn kering drpd Petaling-1

 Chunuk-RS : banyak ditanam di Bangka,

(22)

 Natar-1 : paling toleran terhadap penyakit busuk

pangkal batang

 Natar-2 : memiliki akar lekat yang relaif lebih

kuat dan mudah melekat pada tajar.

 Natar-1 & Natar-2 banyak ditanam di Lampung

dengan menggunakan tiang panjat hidup (tajar).

 Bengkayang-LU : daerah penyebaran Kalbar.

Diduga berasal dari Bangka yg kmd juga

menyebar ke Serawak dan dikenal dengan nama varietas Kucing

(23)

 Perbanyakan tanaman lada menggunakan

setek dpt dilakukan dgn 2 cara:

 (1) menggunakan setek panjang (5 – 7 buku)

dapat langsung ditanam di kebun

 (2) setek satu buku berdaun tunggal yang

harus disemai terlebih dahulu di persemaian.

 Setek panjang digunakan apabila sumber

bahan tanaman cukup banyak dan berasal dari sulur panjat.

(24)

Pembuatan Sungkup

Pembuatan Media Tanam & Penyusunan

Polybag

Pra-perlakuan Pada Stek

Penanaman Stek Dalam Polybag

Pemeliharaan Selama Penyungkupan

(25)

 Sungkup berfungsi utk menciptakan iklim

mikro

 Kerangka atap sungkup dibangun dari bambu

yg dibuat melengkung membentuk setengah lingkaran menyerupai keranda mayat.

 Kerangka berukuran : lebar 1,0 m ; tinggi 0,6

m, sedangkan panjang disesuaikan dgn atap.

 Bila kerangka sungkup dibuat banyak dan

(26)

 Media tanam : Campuran tanah halus + pupuk kandang (2:1) ; diaduk kemudian dimasukkan ke dalam polybag (lebar 15 cm ; tinggi 20-25 cm).

 Polybag yg sudah terisi, disusun di dalam kerangka sungkup secara teratur dan rapi.

 Selanjutnya dilakukan penyiraman dgn larutan

fungsida berbahan aktif mankozeb 0,2% agar media menjadi steril dan stabil.

 Media dibiarkan beberapa hari sebelum ditanami atau sampai tumbuh gulma-gulma kecil.

(27)

 Setek cabang buah yg diambil dipotong-potong mjd

setek berbentuk setek lada perdu bertapak.

 Bagian mata tidur dibuang agr tak tumbuh sulur

panjat.

 Panjang setek bertapak antara 20-30 cm, mempunyai

2-3 buah cabang sekunder yg berdaun.

 Setek dicuci dgn air mengalir kmd dikeringanginkan.  Untuk memacu pertumbuhan akar, bagian pangkal

setek dicelup cepat dlm 2.000 ppm IBA, atau dioles dgn Rootone F

(28)

 Membuat lubang pd media tanam

polybag sebesar batang pensil sedalam 5 - 10 cm.  Memasukkan batang stek kedalamnya tegak lurus

kmd menekan tanah agar tjd kontak antara setek dgn media tumbuh dan tdk terdapat kantong udara di antaranya.

 Sebelum sungkup ditutup lakukan penyemprotan

larutan fungisida 0,2% utk menjaga kelembapan

udara dalam sungkup dan menghindarkan stek dari serangan jamur.

(29)

 Persemaian dijaga agar kelembapan relatif

sekitar 70-80% dan suhu antara 25º-27ºC.

 Bila dlm beberapa hari setelah ditutup pada

plastik bagian dalam sungkup terdapat uap air maka kelembapan udara di dalam

sungkup cukup baik. Namun, jika tidak, maka sungkup dibuka dan media tanam diperiksa. Bila kering, perlu penyiraman dan setelah itu ditutup kembali.

(30)

 Setelah perlakuan penyungkupan selama 7

minggu, pemeliharaan berupa penyiangan

dan penyiraman serta penyemprotan

dengan fungisida berbahan aktif mankozeb 0,15% dilakukan.

(31)

 Satu bulan setelah setek ditanam, tumbuh tunas2 yang selanjutnya akan menjadi sulur2 panjat.

 Apabila sulur telah membentuk 2 – 3 daun baru, maka setiap tanaman diberi tegakan dari bambu, agar pd bagian bukunya tumbuh akar dan melekat pada tegakan bambu.

 Secara bertahap sungkup dibuka agar setek beradaptasi dengan,lingkungan tumbuhnya

 Setelah 3 – 4 bulan, setek telah tumbuh menjadi bibit lada (7 – 9 buku) dan siap ditanam di lapang.

(32)

1. Pembukaan Tanah

2. Pengolahan Tanah dan Pembuatan Lubang Tanam

Dilakukan pengajiran dgn jarak 2,5 x 2,5 m.

Lubang tanam dibuat dgn ukuran panjang x lebar x dalam (80x60x60 cm / 40x40x40 cm) Tanah galian dicampur pupuk kandang (5 – 10

kg) dan 0,5 kg dolomit serta dibuat mjd

guludan berukuran pjg x lbr x tinggi : 90 x 60 x 25 – 30 cm

(33)

 Pada tanah miring (+15 o) sebaiknya dibuat

teras-teras atau menanam tanaman penutup tanah sepanjang kontur (penyengkedan

mengikuti garis kontur) dan tidak membuat saluran drainase searah kemiringan tanah.

 Air yg berlebihan harus dialirkan/dibuang

melalui saluran drainase 30 x 20 cm (lebar x dalam) dan parit keliling berukuran 40x30 cm

(34)

1. Penanaman Tajar Panjat Hidup. 2. Penanaman Lada

3. Pemeliharaan

a. Pengikatan Sulur Panjat Pembentuk kerangka Tanaman

b. Pemangkasan Sulur Gantung dan Sulur Cacing/Tanah

c. Pemupukan dan Pemangkasan Tajar d. Penyiangan Terbatas/Bobokor

(35)

 Untuk tanaman lada panjat, di salah satu sisi

lubang (± 10 cm sebelah barat), ditanam tnm

panjatan / tajar tempat merambatnya tanaman Lada, a.l. Kapok, Dadap, Lamtoro dan Kalikiria atau Cebreng/gamal (Glyrisidia maculate) dan

dadap cangkring (Erythrina fusca Lour) atau bisa dengan panjatan mati berupa tiang kayu (kayu ulin) atau tiang beton.

 Panjatan hidup bisa ditanam beberapa bulan

sebelum penanaman Lada ; diperbanyak melalui setek batang (pjg setek 1,5 m, φ 5 cm) ; dengan menancapkan pangkalnya sedalam 15 – 20 cm.

(36)

 Pada tahun ke-1 tajar diwiwil (dibuang

tunas-tunasnya), kemudian pada tahun ke-2

dilakukan pemangkasan 2 x /tahun (untuk dadap cangkring; untuk gliricidia 3 x /tahun.

 Pemangkasan dilakukan 7 – 10 hari sebelum

(37)

 Setek 7 ruas dpt langsung ditanam dgn cara

letakkan setek miring (30 – 45°) ke arah tajar, 4 ruas setek bagian pangkalnya (tanpa daun) dibenamkan kedalam tanah, sedang 3 ruas sisanya (berdaun) disandarkan pada tajar .

 Hal yang sama juga dilakukan apabila

menggunakan bibit lada dalam polybag.

 Bibit harus dilindungi dari teriknya sinar

(38)

Sulur lada yang telah disandarkan pada tajar, diikat agar melekat pada tajar.

Apabila setek telah 8 -9 buku dr permukaan tanah, dilakukan pemangkas pada ketinggian 25 – 30 cm dari

permukaan tanah (di atas 2 buku yang telah melekat kuat pada tajar ). Tujuan : agar terbentuk 3 sulur panjat baru. Sulur baru tersebut harus diletakan pada tajar dengan cara mengikatnya ke tajar.

Pemangkasan berikutnya dilakukan apabila telah

mencapai 7-9 buku (+ 3 bulan ) yaitu pada buku yang tidak mengeluarkan cabang buah.

(39)

Selanjutnya pemangkasan dilakukan

secara rutin sampai umur produktif (2 tahun) .

Hasil pangkasan tersebut dapat digunakan

sebagai sumber bahan tanaman.

Pemangkasan rutin tersebut akan memacu

pembentukan percabangan produktif yang lebih banyak dan membentuk kerangka

(40)

 Pembungaan sebelum tanaman berumur 2

tahun sebaiknya dibuang, karena akan mengganggu pertumbuhan vegetatif

tanaman yang mengakibatkan nantinya tidak dapat berproduksi secara optimal.

 Tanaman dibiarkan berbunga setelah

(41)

 Sulur gantung adalah sulur panjat yang

tumbuhnya tidak melekat pada tajar, karena tidak dilakukan pengikatan, sehingga

tumbuh menggantung. Sulur cacing atau sulur tanah adalah sulur panjat yang tidak melekat pada tajar dan tumbuh menjalar di permukaan tanah (Gambar 7).

(42)

 Sulur gantung dan sulur cacing merupakan

sulur yang bersifat parasit atau turut menguras nutrisi/makanan tapi tidak

produktif, oleh sebab itu sulur tersebut harus selalu dibuang/dipangkas. Pemangkasan

kedua sulur tersebut harus dilakukan secara rutin.

(43)

 Cabang-cabang yang menutupi tanah pada

pangkal batang yang menghalangi sinar

matahari dan sirkulasi udara harus dipangkas, untuk mengurangi kelembaban pangkal

batang yang dapat memicu berjangkitnya penyakit busuk pangkal batang.

(44)

Untuk tanaman belum berproduksi :

(a) Umur 0 – 12 bulan diberikan 1/8 dosis (200 g/tnm/tahun), 4 x dgn interval 3 bulan sekali (20, 40, 60, dan 80 g/pemberian).

 Perlu diperhatikan saat memupuk masih ada

hujan dan waktu pemberian ke-1 ditambah 5 kg pupuk kandang.

(45)

(b) Umur 13 – 24 bulan diberikan 1/4 dosis – 400 g/tnm/tahun dg interval 3 bulan sekali dan

agihan pupuk 1 : 2 : 3 : 4 (40, 80, 120 dan 160 g) selama ada hujan, ditambah 5 kg pupuk kandang.

 Pupuk diberikan ± 30 cm dari pangkal batang,

tidak terlalu dekat akar, dengan ditugal 6 – 8 lubang kiri-kanan pangkal batang.

(46)

Untuk tanaman umur produktif :

 Jumlah pupuk anorganik yg diperlukan

adalah 1.600 g NPKMg (12- 12-17-2) /tnm/tahun untuk tanaman.

 Tajar dipangkas 7 – 10 hari sebelum dilakukan

pemupukan. Pupuk diberikan dengan cara displit 3 – 4 kali sbb :

(47)

 Split I : pd awal musim hujan diberikan 0,4 dosis (640 g NPKMg) + 0,5 g dolomit, tajar dipangkas berat

(seluruh cabang pd tinggi 3,5 m dibuang).

 Split II : 40 hari setelah pemberian I sebanyak 0,3 dosis (480 g NPKMg), tajar dipangkas dan membiarkan 2-3 cabang

 Split III : 40 hari kemudian sebanyak 0,2 dosis (320 g NPKMg), & tajar dipangkas menyisakan 2-3 cabang.

 Split IV: dilakukan 40 hari kemudian sebanyak 0,1 dosis (160 g NPKMg) ditambah 5 kg pupuk kandang dan

(48)

 Penyiangan/bobokor dilakukan secara rutin yaitu membersihkan sekitar pangkal batang tanaman lada .

 Pada awal musim kemarau setiap guludan diberi mulsa daun-daunan setebal 5 – 10 cm untuk

mengurangi penguapan dan menghindari

kekeringan berlebihan, tetapi tidak membuat kondisi yg terlalu lembab yg bisa memicu

(49)

Jenis hama dan penyakit tanaman lada

Hama penggerek batang (Lophobaris piperis) Hama penghisap bunga (Diconocoris hewetti)Hama penghisap buah (Dasynus piperis)

Penyakit busuk Pangkal batang (BPB)  Penyakit kerdil/keriting

(50)

Pengendalian hama dan penyakit

 Pengendalian Hama Terpadu/PHT yang

ramah lingkungan dan berkesinambungan

 Tujuannya untuk menekan perkembangan

hama dan patogen secara cepat, diikuti aplikasi pengendalian secara hayati

(51)

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat disimpulkan siswa telah mampu memenuhi KKM yang telah di tetapkan dengan presentase ketuntasan 100%.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

mati, hukum bacaan qalqalah, hukum bacaan lam-ra, hukum bacaan mad dan mati, hukum bacaan qalqalah, hukum bacaan lam-ra, hukum bacaan mad dan waqaf hukum bacaan

 Gereja yang Bersaksi dan Melayani di Dunia  Gereja yang Memuridkan  Gereja yang Melayani  Gereja yang Bersaksi  Pelayanan Sosial Gereja dan

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui, Bupati atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan

(1)  Salah  satu  asumsi  teori  makna  asali  adalah  bahwa  makna  tidak  dapat  dideskripsikan  tanpa  memakai  perangkat  “makna  asali”.  Makna  asali 

Menonton televisi merupakan media peniruan dan penanaman nilai negatif, padahal anak-anak belum mampu membedakan mana yang baik dan buruk serta mana yang pantas

Usaha industri kreatif merupakan salah satu kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat desa Panggung Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.Di desa

Sementara itu, akademisi Cina mengembangkan sastra bandingan kepada kajian lintas peradaban disebabkan adanya kesadaran konteks yang berubah di dalam dialog antara Barat dan