• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adaptasi Makhluk Hidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Adaptasi Makhluk Hidup"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Adaptasi Makhluk Hidup

Cetakan: tahun 2010

ISBN: 978-979-053-048-5

CV. PAMULARSIH

Jl. Srengseng Raya No. 126 Kembangan - Jakarta Barat Telp/Fax. (021) 5842613

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Penyusun :

Editor :

Perancang Sampul:

Perwajahan :

Setting & Layout :

Sudarti Usman Sucipto Ahsan

(4)

Bumi sebagai tempat tinggal makhluk hidup mengalami perubahan yang dapat terjadi setiap waktu. Perubahan-perubahan itu disebabkan oleh proses alam yang berlangsung terus menerus. Seluruh wilayah atau daerah (udara, darat, dan air) mengalami perubahan secara langsung atau tak langsung, berjangka panjang atau pendek, dan dalam waktu cepat maupun lambat. Proses perubahan alam yang berbeda-beda cara, waktu, dan tempatnya menyebabkan penghuni bumi melakukan usaha mempertahankan hidup. Berbagai usaha ditempuh hingga menemukan suatu cara yang cocok dan menguntungkan makhluk itu. Salah satu usaha tersebut adalah dengan beradaptasi.

(5)

Penyusun berharap buku yang berjudul “Adaptasi Makhluk Hidup” ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pelajar pada khususnya. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penyusun harapkan, guna perbaikan di kemudian hari.

Penyusun mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan YME dan semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku ini.

(6)

Kata Pengantar ....

iii

Daftar Isi ...

iv

Pendahuluan ....

1

Adaptasi Morfologi ....

5

Adaptasi Fisiologi ....

25

Adaptasi Tingkah Laku ....

37

(7)
(8)

Pendahuluan

B

umi sebagai tempat tinggal makhluk hidup mengalami perubahan yang dapat terjadi setiap waktu. Perubahan-perubahan itu disebabkan oleh proses alam yang berlangsung terus-menerus. Seluruh wilayah atau daerah (udara, darat, dan air) mengalami perubahan secara langsung atau tak langsung, berjangka panjang atau pendek, dan dalam waktu cepat maupun lambat. Proses perubahan alam yang berbeda-beda cara, waktu, dan tempatnya menyebabkan penghuni bumi melakukan usaha mempertahankan hidup. Berbagai usaha ditempuh hingga menemukan suatu cara yang cocok dan menguntungkan makhluk itu. Salah satu usaha tersebut adalah dengan beradaptasi.

(9)

A. Pengertian Adaptasi

Setiap mahkluk yang hidup di bumi diberi kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan di sekitarnya. Beradaptasi berarti kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap alam di mana ia hidup dan tinggal.

Kemampuan beradaptasi dapat timbul pada masing-masing makhluk, ketika mereka menghadapi kondisi yang mau tidak mau harus dihadapi dan memang benar-benar tidak dapat keluar dari kondisi dan lingkungan itu. Beradaptasi seperti tersebut bersifat permanen karena dilakukan dalam jangka waktu yang panjang, bahkan hingga seumur hidup. Sedangkan beradaptasi yang bersifat sementara dapat timbul dan dilakukan di saat menemui bahaya dan kondisi alam yang hanya terjadi beberapa saat saja.

Mahkhuk yang hidup lama di suatu tempat menunjukkan bahwa dirinya dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya. Makhluk itu memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki di antaranya adalah bentuk tubuh yang sesuai, fisik yang kuat, dan cerdas. Bentuk tubuh yang sesuai berarti bentuk tubuhnya memiliki sistem penyesuaian khusus yang siap menghadapi kondisi dan keadaan alam di sekitarnya. Makhluk yang fisiknya kuat tubuhnya memiliki kekuatan yang dapat dikeluarkan untuk beraktivitas, melindungi diri, dan

(10)

menghindar dari kondisi alam yang bagaiman pun bentuknya. Apalagi jika makhluk hidup tersebut memiliki kecerdasan, maka ia akan mampu menemukan berbagai cara untuk mengembangkan, mencegah, dan bertahan dari kondisi alam yang berubah-ubah. Apabila ketiga faktor pendukung tersebut ada pada makhluk, maka secara otomatis makhluk tersebut akan mampu menyesuaikan diri, membaur, dan bertahan hidup dengan alam dan makhluk hidup lainnya.

Bagi makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi, ia akan memilih salah satu dari 3 hal yaitu berpindah tempat, tidak bisa bertahan hidup, atau punah. Makhluk hidup yang tidak dapat beradaptasi, namun mempunyai kekuatan untuk bermigrasi akan berusaha untuk berpindah tempat, menjauh dari lingkungan yang dianggap tidak cocok. Sedangkan makhluk hidup yang tidak mempunyai kekuatan untuk bermigrasi, ia tidak akan dapat bertahan hidup dan tidak mampu melakukan perkembangbiakkan , hingga mengalami kepunahan.

B. Macam-Macam Adaptasi

Dalam ilmu biologi ada beberapa jenis adaptasi makhluk hidup terhadap alam dan lingkungan sekitarnya, di antaranya adalah sebagai berikut.

(11)

1. Adaptasi Morfologi 2. Adaptasi Fisiologi 3. Adaptasi Tingkah Laku

Ketiga adaptasi tersebut dialami oleh hewan, tumbuhan, dan manusia. Namun demikian, tidak semua makhluk melakukan ketiga adaptasi secara bersamaan. Kadang hanya melakukan adaptasi morfologi saja atau hanya melakukan adaptasi tingkah laku saja, dan mungkin juga hanya melakukan adaptasi fisiologi saja. Bagi makhluk hidup yang memiliki kemampuan adaptasi yang besar mungkin saja dapat melakukan dua macam adaptasi atau bahkan ketiga macam adaptasi tersebut secara bersamaan. Untuk mengetahui lebih jelas tentang ketiga adaptasi tersebut, bacalah uraian pada bab berikutnya.

(12)

Adaptasi Morfologi

A. Pengertian Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi adalah kemampuan menyesuaikan diri berdasarkan perubahan bentuh tubuh atau alat-alat tubuh makhluk hidup. Adaptasi morfologi terjadi karena menyesuaikan dengan kebutuhan. Kebutuhan hidup yang beraneka ragam, disesuaikan dengan kemampuan dan keinginan menyebabkan makhluk hidup merubah bentuk tubuh dan alat-alat tubuhnya. Setiap perubahan tersebut diikuti dengan fungsi khusus yang memiliki manfaat dan keuntungan bagi makhluk itu sendiri. Penyesuaian bentuk tubuh dan alat-alat tubuh mudah dilihat walaupun mereka masih satu jenis.

2

(13)

Habitat hidup makhluk juga berperan penting mewujudkan adaptasi morfologi, seperti habitat di darat dan di air. Dari habitat tersebut, adaptasi morfologi digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Adaptasi morfologi di darat, 2. Adaptasi morfologi di air.

B. Adaptasi Morfologi di Darat

Makhluk hidup yang tinggal di daratan akan melakukan penyesuaian diri dengan kebutuhannya di darat. Penyesuaian struktur tubuh makhluk terhadap lingkungan di darat disebut sebagai adaptasi morfologi di darat. Adaptasi seperti ini tampak sekali pada hewan dan tumbuhan yang hidup di darat. Untuk lebih jelasnya simak uraian di bawah ini.

1. Adaptasi morfologi di darat pada hewan

Adaptasi morfologi di darat adalah bentuk penyesuaian diri oleh makhluk hidup berdasarkan bentuk tubuh yang disesuaikan dengan kondisi darat. Hewan melalukan adaptasi morfologi di darat biasanya disebabkan karena adanya makanan dan habitat (tempat tinggalnya).

(14)

a. Adapatasi morfologi terhadap makanan

Banyaknya jenis makanan yang tersedia di bumi bagi hewan darat dan karena membutuhkan makanan yang cocok sesuai dengan selera maupun kebutuhan tubuhnya, menyebabkan hewan melakukan adaptasi morfologi. Perhatikan beberapa bentuk adaptasi yang dilakukan oleh hewan darat karena menyesuaikan dengan makanannya. 1) Bentuk paruh burung

Apabila diamati, paruh burung tampak berbeda-beda bentuknya. Hal itu dapat terjadi karena burung menyesuaikan dirinya dengan makanan yang menjadi pilihannya. Makanan yang dikonsumsi burung di antaranya adalah biji, buah, serangga, ikan, dan madu.

Berikut ini contoh bentuk-bentuk paruh burung.

Paruh burung pelikan

Paruh burung pelikan berbentuk panjang dan lebar. Paruh ini digunakan untuk mencari dan memakan ikan yang ada di dalam air.

(15)

Paruh burung nuri

Paruh burung nuri yang berbentuk pendek, runcing, dan kuat digunakan untuk memakan biji-bijian.

Paruh burung kolibri

Paruh burung kolibri berbentuk kecil dan pan-jang digunakan untuk makan madu.

Paruh itik

Paruh itik berbentuk seperti sisir digunakan untuk me-makan hewan yang ada di rawa-rawa seperti alga dan udang-udang kecil.

Sumber:

wulandaridiyah.files.wordpress.com

Sumber:

(16)

Paruh burung elang

Paruh burung elang ber-bentuk runcing, kuat, dan tajam digunakan untuk me-robek dan memakan daging mangsanya.

Paruh burung kiwi

Paruh burung kiwi berbentuk agak runcing untuk memakan serangga kecil yang menjadi santapannya.

2) Bentuk mulut serangga

Berbagai jenis serangga memiliki bentuk mulut yang berbeda-beda. Seperti halnya dengan burung mulut serangga berbeda juga karena menyesuaikan jenis makanannya.

Sumber:

bunga-kehidupan.files.wordpress.com

Sumber:

(17)

Mulut nyamuk

Nyamuk memiliki mulut seperti penusuk dan penghisap.

Mulut lalat

Lalat memiliki mulut sebagai penjilat.

Mulut belalang

Belalang mempunyai mulut seperti penggigit.

Mulut lebah

Lebah memiliki alat seperti penjilat dan penghisap. Sumber: mablu-files.wordpress.com Sumber: mablu-files. wordpress.com Sumber: mablu-files.wordpress.com Sumber: www.daun-salam.net

(18)

3) Bentuk gigi hewan darat

Gigi hewan karnivora

Hewan karnivora adalah pemakan daging. Untuk menyesuaikan dengan makanannya, bentuk gigi hewan karnivora adalah runcing dan besar. Gigi seperti ini disebut taring. Gigi taring berguna untuk menangkap dan mengoyak mang-sanya.

Gigi hewan mamalia

Hewan mamalia mem-punyai gigi geraham depan dan geraham belakang. Bentuknya lebar dan datar. Gigi ini berfungsi untuk meng-unyah dan menggilas makanannya, seperti daun dan rumput.

Sumber:

www.2mdek12m.sus

Sumber:

(19)

b. Adaptasi morfologi terhadap habitat

Perbedaan lingkungan tempat tinggal (habitat), menyebabkan makhluk berusaha menyesuaikan diri dan berharap dapat memenuhi segala kebutuhannya. Berikut ini beberapa contoh adaptasi morfologi terhadap habitat.

Bila diamati burung mempunyai kaki yang berbeda-beda. Kaki burung dibedakan dalam beberapa jenis yaitu sebagai berikut.

Kaki burung pemanjat

Burung yang memiliki kaki pemanjat salah satunya adalah burung kakatua. Kaki burung kakatua mempunyai dua jari di depan dan dua jari di belakang. Kaki ini berguna untuk memanjat.

Kaki burung perenang

Jenis burung yang mem-punyai kaki berenang salah satunya adalah bebek. Di antara jari kaki bebek terdapat selaput. Selaput inilah yang dapat membantu bebek berenang di air.

Sumber:

lh6ggpht.com

Sumber:

(20)

Kaki burung petengger

Burung yang mem-punyai jenis kaki pe-tengger salah satunya adalah burung pipit. Jarinya panjang-pan-jang, terletak pada bidang yang datar. Dengan kaki seperti itu burung pipit dapat bertengger di ranting-ranting pohon.

Kaki burung pejalan

Ayam salah satu jenis burung yang masuk dalam kaki pejalan. Kakinya berbentuk panjang dan tegap. Dengan kakinya tersebut ia dapat berjalan di darat tanpa mengalami kesulitan.

Sumber:

synaps.files.wordpress.com

(21)

Kaki perenang anjing laut dan kura-kura

Anjing laut dan kura-kura selain hidup di laut juga dapat hidup di darat. Kura-kura dan anjing melakukan adaptasi terhadap habitatnya. Kemampuan adaptasinya itu dapat dilihat pada kakinya. Kaki kura-kura dan anjing laut seperti sirip ikan yang panjang dan lebar. Dengan bentuk kaki seperti itu kura-kura dapat berenang di laut dengan cepat.

Saat berenang di laut kakinya tidak perlu mengeluarkan tenaga yang besar. Karena kakinya memang khusus uuntuk berenang.

Sumber:

(22)

Berbeda ketika ia berada di pantai atau di daratan, kura-kura tak dapat berjalan dengan cepat. Langkahnya begitu berat dan mengeluarkan tenaga yang banyak dibandingkan dengan hewan yang hidup di darat.

Kaki pemanjat dan perayap (cicak, tokek, laba-laba, semut)

Beberapa hewan mempunyai kaki yang berfungsi untuk menyesuaikan tempat-tempat yang tinggi. Kaki mereka dapat memanjat dengan cepat tanpa jatuh, bahkan tampak menempel pada tempat yang tinggi tersebut. Pada kaki hewan-hewan ini terdapat alat penancap yang banyak dan mirip seperti bulu. Jumlah bulu pada

kaki tersebut ba-nyak dan runcing, namun halus. Sa-ngat halusnya ka-dang bulu-bulu ini

Sumber:

images.google.co.id

Sumber:

(23)

tak dapat dilihat dengan mata biasa. Ia harus dilihat dengan kaca pembesar. Contoh hewan-hewan pemilik kaki pemanjat seperti tersebut di atas adalah cicak, tokek, dan laba-laba, semut.

Cicak, tokek, laba-laba, semut dan lain-lainya dapat memanjat dan

merayap di dinding sam-ping maupun di bagian atas. Ia dengan mudah mudah merayap atau berjalan di dinding dengan sudut 90 derajat, bahkan hingga sudut 180 derajat yaitu dengan posisi terbalik pun ia tidak jatuh.

Kaki peloncat

Di alam semesta ini terdapat pula yang menyesuaikan diri terhadap habitatnya dengan memiliki kaki peloncat. Ukuran kaki belakang hewan ini lebih panjang dibanding dengan ukuran kaki depannya. Dengan kakinya ini ia dapat berjalan Sumber:

ronnyfch.files.wordpress.com

Sumber:

(24)

dengan cara melompat. Dengan lompatan yang kuat, maka ia akan lebih dapat mencapai tempat yang ia tuju dengan cepat. Dengan lompatan yang kuat dan jauh ia juga dapat mengejar mangsanya yang jauh dan di posisi yang tinggi. Contoh hewan yang memiliki kaki peloncat ini adalah katak, belalang, dan jangkrik.

Sumber:

(25)

2. Adaptasi morfologi di darat pada tumbuhan

Adaptasi morfologi tidak hanya terjadi pada hewan, tumbuhan pun dapat melakukannya. Tumbuhan melakukan adaptasi morfologi karena faktor habitat (tempat tinggalnya). Bila diamati berdasarkan habitatnya, tumbuhan dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut.

a. Xerofit

Xerofit adalah tumbuhan yang hidup di daerah yang kering. Tumbuhan ini sering ditemukan di daerah gurun dan gersang. Contoh tumbuhan ini adalah pohon kaktus. Ciri-ciri tumbuhan yang termasuk dalam xerofit adalah sebagai berikut.

Sumber:

www.justsimplycactus. com

(26)

- Daunnya kecil, tebal, dan berlapis lilin berfungsi untuk mengurangi proses penguapan melalui daun.

- Batangnya berbentuk seperti spon yang berfungsi untuk menahan air dalam batang.

- Akarnya panjang dan banyak, berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan.

b. Higrofit

Higrofit adalah tumbuhan yang hidup di tanah yang lembab. Contoh tumbuhan yang hidup di daerah yang lembab salah satunya adalah talas. Tumbuhan yang termasuk dalam higrofit mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

(27)

- Daunnya lebar, tipis, dan mempunyai banyak stomata, berfungsi untuk memperbanyak penguapan.

- Batangnya berongga udara, berfungsi untuk saluran udara serta mengurangi kadar air dalam batang.

- Akarnya pendek, berfungsi untuk mempersempit bidang penyerapan.

c. Hidrofit

Hidrofit adalah tumbuhan yang hidup di air. Tumbuhan yang termasuk dalam hidrofit sering ditemukan di danau, rawa, dan daerah berair lainnya. Contoh tumbuhan hidrofit adalah teratai dan kangkung. Berikut ini ciri-cirinya.

- D a u n n y a lebar, tipis, dan banyak stomata. - Batangnya b e r o n g g a udara. - A k a r n y a pendek Sumber: images.google.co.id

(28)

C. Adaptasi Morfologi di Air

Morfologi di air adalah bentuk penyesuaian diri oleh makhluk berdasarkan stuktur bentuk tubuh yang menyesuaikan dengan kondisi air. Berikut ini beberapa contoh adaptasi morfologi yang dilakukan oleh makhluk di air.

1. Salvinia molesta, monochoria vaginalis, dan limnocharis flava, memiliki ronga antarsel yang berisi udara yang digunakan untuk mengapungkan tubuhnya.

(29)

2. Vallisneria, Cabomba, dan Hydrilla. Seluruh bagian tubuhnya terbenam di dalam air. Oleh karena itu, tumbuh-tumbuhan tersebut mempunyai dinding sel yang tebal untuk membatasi osmosis dalam air.

Sumber:

www.michigang.ov, chmthaion.epg.oth

Sumber:

(30)

3. Teratai, talas, padi, dan kangkung, daunnya di atas permukaan air, sedangkan akarnya melekat di dasar air. Tumbuh-tumbuhan tersebut, batangnya mempunyai saluran udara, umumnya bentuk daun lebar dan banyak mempunyai stomata.

Sumber:

riva-fauziah.files.wordpress.com

(31)

4. Ikan mempunyai bentuk tubuh yang menyerupai torpedo (streamline) sehingga ikan dapat menjaga keseimbangan di dalam air. Ikan juga mempunyai sirip yang digunakan untuk berenang.

Sumber:

(32)

Adaptasi Fisiologi

Pengertian Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah kemampuan menyesuaikan diri yang dilakukan oleh makhluk dengan menggunakan fungsi alat-alat tubuhnya.

Adaptasi fisiologi tidak mudah dilihat begitu saja seperti halnya dengan adaptasi morfologi. Adapatasi ini lebih rumit karena berhubungan dengan fungsi faal dalam tubuh, misalnya reaksi-reaksi biokimia dalam tubuh. Alat-alat tubuh makhluk menghasilkan zat kimia dari reaksi biokimia yang mempunyai fungsi khusus dan sangat penting untuk dapat melangsungkan

3

(33)

hidupnya. Zat-zat kimia yang berfungsi khusus dari alat-alat tubuh manusia digunakan untuk menyesuaikan diri dari makanannya maupun habitatnya.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh-contoh adaptasi fisiolagi yang dilakukan oleh makhluk-makhluk hidup di bawah ini.

1. Teredo navalis

Teredo Navalis adalah sejenis udang yang menyerupai cacing. Ia mempunya kemampuan beradaptasi fisiologi

Sumber:

(34)

terhadap makanannya. Alat tubuhnya mempunyai enzim selulase untuk mencerna makanan yang berupa kayu kapal di pelabuhan atau tiang-tiang kayu di dermaga.

2. Ikan di laut

Ikan-ikan yang hidup di air laut mempunyai kemampuan beradaptasi fisiologi terhadap habitatnya. Ia mengeluarkan urine yang lebih pekat dibanding dengan ikan-ikan di air tawar. Hal ini dilakukan karena berusaha menyesuaikan diri dari tekanan osmososis air terhadap tekanan osmosis dalam tubuh.

(35)

3. Makhluk herbivora

Kemampuan beradaptasi fisiologi oleh makhluk herbivora digunakan saat mencerna makanannya. Ia menggunakan alat tubuhnya untuk menghasilkan enzim selulase. Enzim ini berfungsi dan membantu mencerna makanan yang dibutuhkan oleh makhluk herbivora.

4. Unta

Di padang pasir yang gersang dan tandus terdapat berbagai hewan yang dapat bertahan hidup. Mereka Sumber:

(36)

mempunyai cara menyesuaikan diri yang berbeda-beda. Salah satu hewan yang dapat hidup di kawasan gurun adalah unta.

Hewan ini dapat melakukan adaptasi fisiologi. Pada tubuhnya terdapat punuk yang tampak menonjol. Alat tubuh ini mempunyai fungsi sebagai penyimpan air . Saat unta minum, air tidak langsung masuk ke dalam bagian pencernaan, tetapi air itu disimpan terlebih dahulu di dalam punuk. Oleh karena itu, unta merupakan salah satu hewan yang paling lama bertahan di padang pasir. Kebutuhan air di padang yang panas dan berdebu dapat dihadapi dan dilalui dengan memanfaatkan air sebaik-baiknya.

Sumber:

(37)

5. Manusia

Manusia melakukan adaptasi fisiologi terhadap habitatnya. Kadar hemoglobin manusia yang hidup di dataran tinggi lebih banyak dibandingkan dengan hemoglobin manusia yang hidup di dataran rendah. Di dataran tinggi kadar oksigennya rendah, oleh karena itu untuk menyeimbangkan kondisi, maka manusia yang hidup di dataran tinggi memerlukan butiran darah dan hemoglobin yang lebih banyak.

Sumber:

(38)

6. Laba-laba

Untuk memenuhi kebutuhan makannya, laba-laba melakukan adapatasi fisiologi. Tubuhnya yang kecil dan kekuatan yang terbatas membuatnya memerlukan suatu alat bantu untuk mendapatkan mangsa yang lebih besar dan kuat darinya. Di dalam tubuhnya memproses suatu zat yang digunakan untuk membentuk jaring-jaring yang fleksibel namun kuat. Jaring-jaring inilah yang menjadi alat bantu laba-laba untuk menjebak lawannya tanpa suatu perlawanan. Mangsa yang tidak mampu merobek jaring-jaring laba-laba akan terus melekat dan akhirnya dengan mudah dimakan oleh laba-laba.

(39)

7. Ular

Ular melakukan adaptasi fisiologi untuk melindungi diri dan mencerna makanannya. Di dalam tubuhnya ular memproses zat dan menghasilkan cairan bernama bisa. Bisa ini mampu untuk melumpuhkan musuhnya hingga tewas. Cairan bisa dikeluarkan melalui taring-nya. Saat menancap ditubuh mangsa secara otomatis cairan bisa lang-sung masuk ke aliran darah musuh dan efeknya musuh menjadi tak ber-daya.

Ular mempunyai kemampuan menelan mangsa yang besar. Walaupun tulang mangsanya besar dan keras tubuh ular yang memiliki enzim dapat mencerna tulang-tulang itu. Namun

demikian proses mencerna tulang sangat lama.

Sumber:

www.planetepassion.com

Sumber:

(40)

8. Belut

Belut adalah hewan yang suka hidup di dalam lumpur. Untuk dapat menyesuaikan diri dari lingkungannya, belut melakukan adaptasi fisiologi. Tubuh belut mengeluarkan cairan di tubuhnya. Cairan itu membuat tubuh belut menjadi licin bila dipegang. Tubuh belut yang diselimuti cairan tampak tetap

bersih walaupun hidupnya di lumpur. Cairan itu juga memudahkan belut meluncur dengan cepat di dalam lumpur. Sumber:

(41)

9. Beruang Kutub

Beruang kutub yang hidup di daerah dingin mempunyai kemampuan beradaptasi fisiologi terhadap habitatnya. Kulit tubuhnya berbulu tebal dan di telapak kakinya terdapat bantalan bulu yang sangat tebal. Bulu tebal dan bantalan berbulu yang tebal di kaki mempunyai fungsi menghangatkan tubuh dari udara di luar yang sangat dingin.

Kemampuan beradaptasi fisiologi beruang kutub terhadap lingkungannya juga diperlihatkan saat mengolah zat lemak dalam tubuhnya. Lemak yang terdapat di dalam tubuh beruang Sumber:

(42)

10. Lebah

Sarang lebah sering kita lihat di tempat-tempat yang tinggi, seperti pohon dan atap rumah. Mereka membuat sarang untuk tempat tinggal dan berkembang biak. Untuk lebah madu, berguna untuk periode hibernasi. Selama 7 bulan lemak yang ada di tubuh beruang dirubah menjadi protein. Dengan kemampuan seperti itu beruang dapat bertahan lama.

sarangnya juga digunakan untuk menyimpan madu yang Sumber:

(43)

11. Kalajengking

Kalajengking memempunyai kemampuan beradapatasi terhadap makanannya dan musuhnya. Jenis adaptasi yang ia lakukan adalah adaptasi fisiologi. Pada ujung ekor kalajengking terdapat bisa racun yang berbahaya dan memati-kan. Organ tubuh kala-jengking yang mem-proses za-zat protein dan zat lainnya dalam tubuh untuk dibuat sebuah zat cair yang dapat me-lumpuhkan mangsa dan musuhnya. Penyengat pada ujung ekor yang telah menancap pada musuhnya secara cepat menyalurkan racun ke dalam tubuh musuh. Tubuh musuh yang tidak kuat terhadap sengatan ini akan segera lumpuh hingga menemui ajal.

pohon. Sarang-sarang itu ternyata terbuat dari lilin yang terbuat dari zat dalam tubuh lebah. Lebah yang membuat sarang dari zat dalam tubuhnya merupakan kemampuan beradaptasi fisiologi. Ia memanfaatkan zat dalam tubuhnya untuk membuat suatu tempat habitat hidup bagi kelompoknya.

Sumber:

(44)

Adaptasi

Tingkah Laku

Pengertian Adaptasi Tingkah Laku

Selain melakukan adaptasi morfologi dan adaptasi fsiologi, makhhluk juga melakukan adaptasi tingkah laku. Adaptasi tingkah laku mudah dilihat atau diamati, sepertinya halnya dengan adaptasi morfologi. Adaptasi tingkah laku merupakan kemampuan makhluk hidup menyesuaikan diri berdasarkan tingkah lakunya.

Adaptas tingkah laku dilakukan oleh makhluk terhadap perubahan kondisi alam atau habitatnya Selain itu makhluk

4

(45)

juga melakukan adaptasi tingkah laku untuk menyesuaikan dengan jenis makanannya. Mereka melakukan penyesuaian demi mempertahankan hidup dan melangsungkan hidup.

Berikut ini contoh-contoh adaptasi tingkah laku yang dilakukan makhluk hidup baik di darat maupun di air.

1. Rayap

Dalam mempertahankan hidup dan melangsungkan hidup, rayap melakukan adaptasi tingkah laku terhadap makanannya. Rayap mempunyai kebiasaan tingkah laku memakan kulitnya yang mengelupas. Makanan rayap yang sudah dewasa sebenarnya adalah kayu atau batang-batang pohon.

Saat mencerna kayu, rayap menggunakan enzim selulase. Enzim ini dikeluarkan oleh flagellata, yaitu hewan bersel satu yang hidup di dalam usus rayap. Pada saat tertentu kulit rayap mengelupas hingga usus bagian belakangnya. Terkelupasnya kulit hingga usus bagian belakang menyebabkan keluarnya flagellata. Nah, flagellata inilah yang sebenarnya juga menjadi makanan favorit rayap. Karena flagellata masih berada pada kulit yang terkelupas, maka kulit itu juga dimakannya. Hal itu dilakukan karena tidak mungkin memakan satu per satu flagellata yang sangat kecil dan banyak.

(46)

Anak rayap juga melakukan adaptasi tingkah laku terhadap makanannya. Makanan favoritnya juga flagellata seperti induknya. Namun, dalam usaha mendapatkan flagellata tingkah laku yang dilakukan berbeda dengan induknya. Anak rayap sering menjilati dubur induknya. Hal itu dilakukan untuk memperoleh flagellata yang hidup di usus hingga bagian belakang dan kadang keluar melalui dubur induknya.

2. Bunglon

Bunglon melakukan adaptasi tingkah laku terhadap Sumber:

(47)

menghindari bahaya yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Ia berusaha mengecoh mata makhluk yang ingin menangkap atau membunuhnya.

Caranya mengecoh yaitu kulit bunglon menyesuaikan dengan warna tempat di mana ia berpijak. Bila ia berada di sebuah daun yang berwana hijau, maka warna kulitnya dengan perlahan akan berubah menjadi hijau pula. Jika ia berada di batang pohon yang berwarna cokelat, ia pun merubah kulitnya secara perlahan menjadi berwarna cokelat. Begitu pula saat ia berada di tanah yang berwarna hitam, maka dengan perlahan kulit bunglon berwarna hitam pula. Tingkah laku bunglon seperti yang disebutkan tadi disebut dengan mimikri.

(48)

Begitu pula saat ia mencoba mencari makan. Kulitnya yang dapat berubah-ubah sesuai dengan tempat yang ia pijak digunakan untuk menyamar. Mangsa tidak dapat melihat bunglon, namun bunglon dapat melihat mangsanya. Mangsa yang tidak mengetahui posisi bunglon secara pasti akan merasa biasa saja, tidak khawatir bahaya mengancam dirinya. Nah, saat itulah bunglon segera menangkap dan menyantap mangsanya yang sudah dekat pada dirinya. Berbeda dengan hewan yang tidak dapat menyamar. Mangsa tersebut pasti akan merasa khawatir adanya bahaya yang mengancamnya, sebab hewan sangat peka terhadap lawan yang mendekatinya.

3. Pohon Jati

Pada musim kemarau udara sangat panas. Untuk menghadapi musim kemarau, pohon jati melakukan adaptasi tingkah laku. Bentuk dari adaptasi itu adalah menggugurkan daun-daunnya. Cara penyesuaian diri seperti itu memang hanya terjadi di musim kemarau saja. Penyesuaian itu dilakukan bertujuan untuk mengurangi penguapan air. Dengan bergugurnya daun-daun, maka pohon jati dapat menghemat kandungan air yang ada padanya. Pohon jati akan tetap bisa bertahan lama di musim kemarau yang panjang dan gersang.

Sebaliknya, jika daun-daunnya tidak digugurkan, maka pohon jati akan melakukan proses penguapan air yang banyak

(49)

sekali. Padahal musim kemarau jumlah air yang terkandung di tanah berkurang. Musim kemarau yang panjang akan membuat tanah menjadi gersang, sehingga kandungan air pun bisa saja habis. Pohon jati menjadi kekurangan air dan selanjutnya pohon jati tidak akan mampu bertahan hidup di musim kemarau.

4. Kerbau

Kerbau melakukan adaptasi tingkah laku terhadap kondisi tubuhnya. Pembakaran zat-zat makanan dalam tubuhnya telah membuat suasana atau rasa pada tubuhnya menjadi panas.

Sumber:

(50)

Dalam usaha mengurangi rasa panas pada tubuhnya, kerbau melakukan tingkah laku berkubang di air atau lumpur. Air yang mempunyai suhu agak dingin akan mengurangi hawa panas pada tubuh kerbau. Makanya sering kita lihat kerbau berlama-lama di dalam kubangan air atau lumpur. Hal itu untuk menetralisir dan menyesuaikan diri dengan kondisi tubuh yang bersuhu tinggi.

5. Pinguin

Habitat pinguin berada di daerah dingin. Pinguin mempunyai kemampuan beradaptasi pada suhu di bawah 0o

celcius. Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang bersuhu dingin salah satunya adalah dengan menghangatkan tubuh.

(51)

Pinguin sering berkumpul bersama-sama. Cara ini sangat disukai mereka. Dengan berkumpul saling mendekatkan tubuh antara satu dengan yang lainnya, akan memberikan kehangatan yang dapat mengurangi rasa dingin. Tubuh mereka yang berbulu tebal akan menjadi selimut yang panjang dan hangat jika menyatu dalam satu tempat. Berkumpulnya pinguin dalam satu tempat juga dapat menjadi sarang yang aman bagi anak-anak pinguin yang masih kecil dan belum mampu mencari makanan sendiri. Di dalam kumpulan itu mereka juga saling memberi perlindungan dari bahaya binatang lainnya.

6. Paus dan Lumba-lumba

Paus dan lumba-lumba adalah jenis hewan mamalia yang hidup di laut. Mereka tidak bernapas dengan insang seperti halnya dengan ikan. Paus dan lumba-lumba bernapas dengan paru-paru. Untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di laut mereka melakukan adaptasi tingkah laku.

Dalam usahanya menghirup oksigen untuk keperluan bernapas, paus dan lumba-lumba keluar dari dalam air laut menuju ke permukaan untuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Kemudian oksigen yang mereka hirup disimpan dalam paru-paru dan digunakan sesuai kebutuhan di dalam air, kira-kira hingga mencapai setengah jam.

(52)

Oksigen yang telah digunakan akan berubah menjadi zat karbondioksida dan uap air. Dalam usahanya mengeluarkan uap air tersebut, paus dan lumba-lumba kembali keluar dari dalam laut menuju ke permukaan laut. Setelah itu, mereka menghembuskan sisa-sisa pernafasan melalui lubang hidung yang letaknya berada di atas tubuh ikan paus dan lumba-lumba.

Sumber: Sumber:

(53)

7. Cumi-cumi dan Gurita

Dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya di laut cumi-cumi dan gurita melakukan adaptasi tingkah laku terhadap habitatnya. Mereka berusaha menghindar dari musuh-musuh yang ingin memangsa mereka.

Musuh cumi-cumi dan gurita yang ingin memangsa mereka, ditutupi pandang-annya. Pandangan musuh ditutupi dengan cairan hitam yang membuat air laut menjadi gelap. Walaupun efek kegelapan-nya bersifat sementara, namun sangat berarti bagi cumi-cumi dan

Sumber:

wb3indo-work.com

Sumber:

(54)

gurita. Kesempatan itu dapat digunakan untuk melarikan diri sejauh-jauhnya dari serangan musuh yang mereka sendiri tidak sanggup melawannya.

8. Kadal dan Cicak

Kadal dan cicak mempunyai kemampuan beradaptasi tingkah laku terhadap makhluk lainnya. Tujuannya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Mereka berusaha menghindar dan mengelabui musuhnya.

Kadal dan cicak mengelabui musuhnya dengan cara yang unik. Ekor yang mereka miliki digunakan sebagai alat mengalihkan perhatian musuh. Mereka melepas ekornya ketika bahaya b e n a r - b e n a r mengancamnya. Saat ekor cicak lepas, ekor itu masih tetap bergerak-gerak. Bagi pemangsa

yang terkelabui, mereka Sumber:

(55)

akan menangkap dan memangsa ekornya saja. Sedangkan kadal atau cicak masih hidup dan selamat terhindar dari sergapan musuhnya.

Ekor kadal dan cicak walaupun lepas mereka tidak terluka. Bahkan ekor tersebut dapat tumbuh kembali. Namun, per-t u m b u h a n n y a memerlukan waktu yang agak lama. Oleh karena itu, penggunaan cara autotomi oleh cicak digunakan apabila benar-benar menghadapi musuh atau ancaman yang sangat berbahaya dan sekiranya dirinya tidak mampu melakukan perlawanan atau menghindar dengan cepat.

9. Ular

Kulit ular bila diamati tampak bersisik. Ular melakukan adaptasi tingkah laku terhadap tubuhnya. Adaptasi yang dilakukan ular adalah kulit ular yang lama mengelupas Sumber:

(56)

(nglungsungi; bahasa Jawa) berganti dengan kulit baru. Seperti halnya pakaian yang dikenakan manusia. Setiap tubuhnya bertambah besar ukuran kulitnya pun berganti dengan yang besar pula. Dengan berganti kulit tubuhnya akan lebih mudah atau leluasa saat bergerak .

10. Semut

Pernah kita lihat seekor kecoak yang sudah mati dapat berpindah tempat. Ternyata kecoak itu diangkut atau dibawa oleh beberapa semut kecil menuju ke sarangnya. Semut yang kecil juga dapat membawa benda-benda yang lebih besar dari tubuh mereka, contohnya daun yang berserakan. Daun itu

(57)

dibawa bersama-sama untuk dijadikan sarang tempat mereka hidup. Benda-benda yang besar dan berat selalu diangkut atau dibawa bersama-sama. Di kehidupan manusia perilaku mereka ini disebut dengan gotong royong. Mereka melakukan adaptasi tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

11. Zebra

Zebra sering dilihat di hutan yang mempunyai padang rumput yang luas. Mereka selalu berpindah tempat untuk mencari tempat yang penuh dengan makanan. Dalam Sumber:

(58)

menempuh perjalanan saat bermigrasi, zebra selalu bergerombol. Saat makan dan minumpun mereka selalu bersama- sama. Perilaku ini merupakan wujud dari adaptasi tingkah laku. Tujuan mereka bergerombol dalam satu tempat ke manapun mereka berada adalah untuk menghindari kontak dengan hewan lainnya. Dengan bergerombol mereka dapat menghindar dari bahaya yang mengancam. Zebra satu dengan yang lainnya dapat memberi isyarat untuk bersama-sama menghindar dari bahaya.

Sumber:

(59)

13. Lebah

Lebah juga mempunyai kemampuan untuk beradapatasi tingkah laku. Adaptasi ini ia lakukan terhadap teman-teman-nya. Setelah terbang berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain, ia akan kembali ke sarang-nya setelah menemukan sumber makanan. Untuk memberitahu

keberadaan tempat yang dipenuhi makanan, ia melakukan

12. Ikan pembersih kaca

Ikan pembersih kaca adalah jenis ikan hias. Untuk memenuhi kebutuhan makannya, ikan jenis ini melakukan adaptasi tingkah laku. Ikan pembersih kaca selalu menempel di kaca. Bila bergerak pun ia terus mengikuti kaca akuarium, yang jelas ikan ini tidak pernah lepas dari kaca akuarium. Ikan pembersih kaca hanya mau berenang jika ia ingin bergerak secara cepat.

Perilaku ikan ini ternyata dilakukan untuk mengambil hewan-hewan kecil yang hidup di dalam air dan menempel di kaca akuarium.

Sumber:

(60)

tarian. Tarian ini memberikan isyarat letak dan seberapa jauh sumber makanan tersebut. Setelah selesai melakukan tarian, dengan cepat teman-temannya akan terbang menyerbu sumber makanan tersebut.

14. Kanguru

Kanguru melakukan adaptasi tingkah laku terhadap anaknya. Pada tubuh kanguru terdapat sebuah kantung. Dengan kantung itu

ia menggendong anaknya. Di dalam kantung itu kebutuh-an kebutuh-anaknya ter-cukupi selama190 hari. Kebutuhan anak kanguru di dalam kantung di antaranya adalah suhu udara yang hangat, nutrisi, dan p e r l i n d u n g a n . Setelah 190 hari anak kanguru

di-lepaskan dari kantung itu, untuk berjalan sendiri.

Sumber:

(61)

15. Kura-kura dan Penyu

Kura-kura dan penyu memiliki cangkang yang keras di tubuhnya. Cangkang itu selalu dibawa ke mana saja ia pergi. Saat di darat atau di laut cangkang itu selalu saja melakat pada tubuhnya.

Dalam usahanya mempertahankan hidup kura-kura dan penyu juga melakukan adapatasi tingkah laku. Saat berhadapan dengan lawan, penyu dan kura-kura melakukan tingkah laku unik. Mereka tidak lari dan berlindung pada suatu tempat, namun mereka langsung menenggelamkan atau memasukkan kepala dan kaki mereka ke dalam cangkang yang keras itu.

Sumber:

(62)

Cangkang yang keras itu tidak mudah dipecahkan kecuali dilemparkan dari ketinggian yang luar biasa. Atau dipukul dengan benda yang tajam dan keras.

16. Kadal Anola

Kadal Anola melakukan adaptasi tingkah laku saat ia merasa terancam oleh bahaya. Dalam usahanya menggertak dan menakut-nakuti musuhnya, ia mempunyai kemampuan menggelembungkan kerongkongannya. Dengan keadaan seperti itu, kadal anola tampak lebih ganas dan berbahaya bagi musuhnya. Adaptasi seperti ini dapat dilakukan dalam waktu berjam-jam.

(63)

17. Ular Cobra

Seperti halnya dengan kadal anola, ular cobra juga mempunya tingkah laku yang selalu dilakukan saat menghadapi musuhnya. Bila merasa terancam oleh musuh atau dalam keadaan marah, ular cobra melakukan posisi siaga. Posisi siaga yang dilakukan adalah menegakkan kepalanya lebih tinggi dan lehernya tampak mengembang. Posisi ini juga merupakan peringatan bagi musuh-musuhnya, bahwa ia tidak segan-segan untuk mematuk dan mengeluarkan bisa racun yang sangat berbahaya.

Sumber:

(64)

18. Buaya

Buaya hidup di daerah rawa dan sungai yang besar. Saat berada di darat, buaya sering berjemur. Bila dilihat dengan saksama, mulut buaya sering terbuka dalam waktu yang sangat lama. Kebiasaannya ini juga termasuk adaptasi tingkah laku. Buaya menyesuaikan diri dengan cara seperti itu untuk menjaga kondisi tubuhnya. Ia berusaha mengeluarkan udara panas yang ada dalam tubuhnya dengan membuka lebar-lebar mulutnya.

Sumber:

(65)

Daftar Pustaka

Sujiranto, Widianto, Yulius Supriyanan. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam Biologi 3 untuk SMP/MTs Kelas IX. Semarang, Penerbit Aneka Ilmu.

Delik Iskandar, dkk. 2008. Ensiklopedia Jelajah Ilmu Pengetahuan Seri Serangga dan Laba-Laba, Jilid 1. Semarang, Penerbit Aneka Ilmu.

Tim Sainducation. 2008. Ensiklopedia Seri Hewan. Semarang, Penerbit Aneka Ilmu.

Delik Iskandar, dkk. 2008. Ensiklopedia Jelajah Ilmu Pengetahuan Alam, Jilid 1. Seri Reptil dan Amphibi. Semarang, Penerbit Aneka Ilmu.

Delik Iskandar, ddk. 2008. Ensiklopedia Jelajah Ilmu Pengetahuan Alam Seri Burung, Jilid 2. Semarang. Penerbit Aneka Ilmu

Delik Iskandar, dkk. 2008. Ensiklopedia Jelajah Ilmu Pengetahuan Alam Seri Mamalia, Jilid 2. Semarang. Penerbit Aneka Ilmu.

(66)

Referensi

Dokumen terkait

dapat diatasi sehingga dala m kurun waktu lima t m kurun waktu lima t ahun mendatang, menci ahun mendatang, menciptakan konten televisi ptakan konten televisi dan radio yang

Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah amonia cair dan larutan formalin dengan konsentrasi 37 %. Untuk mempertahankan suhu digunakan pendingin

Peraturan daerah sebagai subsistem Perundang undangan nasional. Hal demikian tercermin dalam kemandirian berotonomi, tidak berarti daerah dapat membuat peraturan

Sebagai induk dari lembaga-lembaga bidang pertanian yang dinaunginya, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan kehutanan ( BP4K ) dalam kurun waktu 6 tahuan telah

[r]

Ds.Rejosari Kec.Kebonsari Telp. Madiun yang bersumber dana dari APBN Tahun 2012 dengan Harga Perkiraan Sendiri GPS) sebesar

Oleh karena itu, sebagai usaha untuk mengurangi dampak negatif dari mengonsumsi mie instan, maka labu kuning menjadi satu pilihan bahan untuk membuat mie instan, karena labu

Kadar lignin yang tinggi pada substrat akan menghambat proses hidrolisis untuk menghasil- kan xilosa dikarenakan komponen serat seperti hemiselulosa sebagai komponen