• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008

TENTANG

TATA CARA PEMBERITAHUAN

DAN PENERBITAN SURAT TANDA TERIMA PEMBERITAHUAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a.

Mengingat : 1.

bahwa Pemilihan Umum merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka keikutsertaan rakyat pada penyelenggaraan pemerintahan negara sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

bahwa salah satu tahapan penyelenggaraan Pemilihan Umum adalah kampanye pemilu calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, anggota Dewan Penwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden;

bahwa kampanye calon Kepala Dabrah dan Wakil Kepala Daerah, calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabu|;j|iten/kota dan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, merupakan salah satu kegiatan politik, sehingga setiap penyelenggara kampanye berkewajiban untuk memberitahukan kegiatannya kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan-huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Tata Pemberitahuan Kampanye dan Penerbitan Surat Tanda Terima Pemberitahuan Kampanye Pemilihan Umum.

Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 93 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4311);

(2)

3.

6.

7.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia; L

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4721);

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801); Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4836);

Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 atas perubahan kedua Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 2002 tanggal 10 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Satuan Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan; PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PEMBERITAHUAN DAN PENERBITAN SURAT TANDA TERIMA PEMBERITAHUAN KAMPANYE PEMIUHAN UMUM.

BABI

KETENTUAN UMUM

Yang dimaksud dengan:

Pasal 1

1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Polri adalah alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

(3)

3.

5.

7.

8.

9.

Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum tebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Iridonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemil^u Presiden dan Wakil Presiden adalah Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut Pemilu anggota DPR. DPD. dan DPRD adalah Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Pemilihan Umum Kepala Daerah adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kapala Daerah, anggota DPR, DPD, DPRD, dan Presiden dan Wakil Presiden, secara langsung oleh rakyat.

Pemilih adalah warga negara Indonesia yang genap telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pemah kawin.

Kampanye Pemilu adalah kegiatan peserta Pemilu untuk meyakinkan para

pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program peserta Pemilu.

Kampanye Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah kegiatan dalam rangka meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi dan program pasangan calon Kepala Daerah.

Kampanye Pemilu Partai Politik adalah kegiatan partai politik peserta Pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi dan program

Partainya. ^

Kampanye Pemilihan Umum calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota adalah kegiatan calon anggota DPR, calon anggota DPD, calon anggota DPRD Provinsi dan calon anggota DPRD Kabupaten/Kota untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi dan program calon.

Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah kegiatan meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan programnya.

(4)

Tim Pelaksana Kampanye yang selanjutnya disebut Tim Kampanye adalah tim yang dibentuk oleh pasangan calon bersama-sama partai politik atau gabungan partai politik yang bertugas membantu penyelenggaraan kampanye serta bertanggung jawab atas pelaksanaaan teknis penyelenggaraan kampanye.

Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah nama pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan atau dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai politik dan telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Peserta Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD adalah Partai Politik dan orang seorang calon anggota DPR, DPD dan DPRD.

Pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang selanjutnya disebut pasangan calon adalah peserta pemilihan yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan dan atau perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang yang memenuhi persyaratan.

Partai Politik adalah Partai Politik Peserta Pemilihan Umum yaitu partai yang telah terdaftar dan telah memenuhi syarat-syarat keikutsertaan dalam pemilihan umum sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008.

21.

Waktu Kampanye adalah awal dimulainya kampanye sampai dengan berakhirnya pelaksanaan kegiatan kampanye.

Masa Tenang adalah keadaan dimana tidak diperbolehkan melakukan kampanye antara tanggal berakhirnya masa kampanye sampai tanggal pelaksanaan pemungutan suara.

Surat Pemberitahuan Kampanye calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Partai Politik peserta Pemilu, calon anggota DPR, DPD, DPRD, calon Presiden dan Wakil Presiden, yang selanjutnya disebut Surat Pemberitahuan Kampanye adalah surat yang diajukan oleh peserta kampanye Pemilu untuk memberitahukan kepada pejabat yang berwenang setempat tentang kampanye yang akan diselenggarakan.

Surat Tanda Terima Pemberitahuan kampanye calon Kepala Daerah dan Wakil Daerah, Partai Politik peserta Pemilu, calon anggota DPR, DPD, DPRD, calon Presiden dan Wakil Presiden yang selanjutnya disebut STTP adalah surat yang diberikan oleh pejabat yang berwenang kepada peserta pemilu untuk penyelenggaraan suatu kampanye sesuai surat pemberitahuan kampanye yang telah diajukan.

Pejabat yang berwenang adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang ditetapkan sebagai petugas yang menerima surat pemberitahuan kampanye, memproses dan menerbitkan Surat Tanda Terima Pemberitahuan kampanye.

(5)

^ngaw asan adalah segala upaya kegiatan dalam rangka memantau

Kapolri ini mengatur Tata Cara Pemberitahuan Kampanye dan Penettitan Surat Tanda Terima Pemberitahuan Kampanye Pemilihan\jmum Presiden dan Wakil Presiden, Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan p f K Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan rakyat Daerah um um ^aiYinyr'^

Pasal 2

P e m t e n S t

''«'"P^nye dan penerbitan Surat Tanda Terima

a.

b. c.

Dilandasi dengan semangat kebersamaan dan bertanggung jawab'

Pasal 3

(1) Peraturan Kapolri ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam oelaksanaan

Presiden dan Wakil Presiden, yang akan melakukan kampanye Pemilu.

® '®«<apat kesamaan pemahaman dan

Dar^^rkT KTprci^s."

S l n k lp a ™ ;e ‘’S . “ '“"

Pasal 4 Ruang lingkup Peraturan Kapolri ini meliputi: a. b. c. d. e. f.

g-persyaratan surat pemberitahuan;

prosedur penyampaian surat pemberitahuan; prosedur penerimaan surat pemberitahuan- prosedur penerbitan STTP; ’ pejabat penerima surat pemberitahuan; pejabat yang menandatangani STTP; dan pengawasan dan pengamanan.

(6)

BAB II PELAKSANAAN

Bagian Kesatu

Persyaratan Surat Pemberitahuan Paragraf 1

Pembuat Surat Pemberitahuan

Pasal 5

Surat pemberitahuan mengenai kegiatan kampanye Pemilu calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, dibuat oleh pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau Tim Kampanye yang telah dibentuk oleh pasangan calon bersama-sama partai politik atau gabungan partai politik atau ketua panitia penyelenggara kampanye.

Pasal 6

Surat pemberitahuan mengenai kegiatan kampanye Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dari calon perseorangan pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dibuat oleh pasangan calon atau Tim Kampanye yang telah dibentuk oleh pasangan calon bersama-sama tim kampanye.

Pasal 7

Surat pemberitahuan mengenai kegiatan kampanye, dibuat oleh;

a. Dewan Pimpinan Partai Politik Tingkat Pusat atau Tim Penyelenggara Kampanye Tingkat Pusat, apabila kampanye dilakukan oleh pengurus partai tingkat pusat;

b. Dewan Pimpinan Partai Politik Tingkat Provinsi atau Tim Penyelenggara Kampanye Tingkat Provinsi, apabila kampanye dilakukan oleh pengurus partai tingkat Provinsi;

c. Dewan Pimpinan Partai Politik Tingkat Kabupaten/Kota atau Tim Penyelenggara Kampanye Tingkat Kabupaten/Kota, apabila kampanye dilakukan oleh pengurus partai tingkat Kabupaten/Kota;

d. Calon anggota DPD atau Tim Penyelenggara Kampanye yang ditunjuk oleh calon anggota DPD yang bersangkutan, apabila kampanye dilakukan oleh perseorangan anggota DPD sesuai daerah pemilihannya.

(7)

Pasal 8

Surat pemberitahuan mengenai kegiatan kampanye Pemilu calon Presiden dan Wakil Presiden dibuat oleh pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden atau Tim Kampanye yang telah dibentuk oleh pasangan calon bersama-sama partai politik atau gabungan partai politik atau ketua panitia penyelenggara kampanye.

Paragraf 2

Penandatangan Surat Pemberitahuan Pasal 9

Surat Pemberitahuan untuk melaksanakan kegiatan kampanye, ditandatangani oleh: a. Pasangan calon perseorangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau

Ketua Tim Kampanye;

b. Ketua Umum bersama Sekjen Dewan Pimpinan Pusat Partai Politik untuk dewan pimpinan partai tingkat pusat;

c. Ketua bersama Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah/Wilayah Partai Politik Tingkat Provinsi untuk dewan pimpinan partai politik tingkat provinsi.

d. Ketua bersama Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah/Cabang Partai Politik Tingkat Kabupaten/Kota untuk dewan pimpinan partai politik tingkat Kabupaten/Kota;

e. calon anggota DPD sesuai daerah pemilihannya;

f. Ketua bersama Sekretaris Tim Penyelenggara Kampanye yang dibentuk dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan atau surat penunjukan yang ditandatangani oleh;

1. Ketua Umum bersama Sekjen Dewan Pimpinan Pusat Partai Politik untuk dewan pimpinan partai tingkat pusat;

2. Ketua bersama Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah/Wilayah Partai Politik Tingkat Provinsi untuk dewan pimpinan partai politik tingkat provinsi;

3. Ketua bersama Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah/Cabang Partai Politik Tingkat Kabupaten/Kota untuk dewan pimpinan partai politik tingkat Kabupaten/Kota;

Pasal 10

Surat pemberitahuan untuk melaksanakan kegiatan kampanye Pemilu calon Presiden dan Wakil Presiden, ditandatangani oleh;

a. pasangan calon Presiden dan wakil Presiden baik secara bersama- sama maupun sendiri-sendiri;

(8)

b. Ketua bersama Sekretaris Tim Kampanye tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota yang dibentuk dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan atau surat penunjukan yang ditandatangani oleh pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.

Dalam hal kampanye dilaksanakan dalam bentuk debat publik atau debat terbuka yang diselenggarakan oleh masyarakat atau lembaga-lembaga lain yang bersifat independen, surat pemberitahuan ditandatangani oleh Ketua Panitia Penyelenggara yang telah dikoordinasikan terlebih dahulu dengan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.

Paragraf 3

Materi Surat pemberitahuan Pasal 11

Materi surat pemberitahuan kegiatan kampanye memuat keterangan mengenai;

a. nama calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah/Partai Politik peserta Pemilu/calon anggota DPR/DPD/DPRD/calon Presiden dan Wakil Presiden;

b. nama penanggung jawab/Ketua Tim Kampanye penyelenggara kampanye;

ben^k kampanye;

waktu dan tanggal kampanye; lokasi/tempat kampanye; pemandu acara;

juru kampanye;

jumlah peserta kampanye yang akan hadir;

jumlah dan jenis kendaraan angkutan peserta kampanye;

titik kumpul massa, rute keberangkatan dari titik kumpul ke lokasi kampanye, dan rute kembali; dan

k. alat peraga yang digunakan.

Surat pemberitahuan kegiatan kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilampiri dengan:

a. jadwal kampanye dari KPU setempat;

b. Surat Keputusan atau surat penunjukan tentang Tim Kampanye yang ditetapkan oleh pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden atau Dewan Pimpinan Partai Politik peserta Pemilu atau calon Anggota DPR, DPD dan DPRD,

c. perincian penggunaan kendaraan angkutan, jumlah massa peserta kampanye, dan rute yang akan dilalui;

susunan acara kampanye;

surat izin pemilik/penghuni bila menggunakan ruang/bangunan milik perorangan/badan hukum;

surat izin dari pemerintah daerah apabila menggunakan fasilitas umum; surat izin dari pimpinan lembaga pendidikan, apabila akan diselenggarakan dalam lingkungan lembaga pendidikan.

c. d. e. f. g h. i. j-d. e. f. g-Paragraf 4.

(9)

Paragraf 4

Alamat Surat Pemberitahuan Pasal 12

Surat pemberitahuan kegiatan kampanye dialamatkan kepada;

a. Kapolri U.p^ Kabaintelkam. untuk kegiatan kampanye yang akan diselenggarakan oleh pasangan calon Presiden dan Wakil P rLiden atau

b. Kapolda U.p. Dir Intelkam, untuk kegiatan kampanye yang akan diselenggarakan oleh calon Kepala Daerah dan Wakil KepLa ^Daerah Propinsi. Dewan Rmpman DaerahWilayah Partai Politik Tingkat Provinsi atau ^ m Kampanye tingkat Provinsi serta kegiatan kampanye yang akan diselenggarakan oleh calon anggota DPD sesuai daerah pemilihannya^

' S a h * p T a satuan

Politik Tingkat Kabupaten/Kota atau Tim Kampanye tingkat Kabupate^otaV

Pasal 13

’ ’ yang dialamatkan kepada Kapolri U p

k e S ^ ^ dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, ditembuskan a. Ketua KPU;

b. Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawasiu)

d G uternw^da^ Departemen Dalam Negeri;

e. Kapolda.

0 Surat Per^beritahuan Kampanye yang dialamatkan Kapolda U.p. Dir Intelkam atau pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b

dan huruf c, ditembuskan kepada: • «ui ui u

a. Ketua KPU Provinsi;

b. Ketua Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwasiu) Provinsi

c. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik/Perlindungan Masyarakat

pemenntah daerah; ^

d. Bupati/Walikota;

e. Kapolwiltabes/Kapoltabes/Kapolres Metro/Kapolresta/Kapolres.

^ Kampanye yang dialamatkan Kapolwiltabes/

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf d, ditembuskan kepada;

(10)

a. Ketua KPU Kabupaten/Kota;

b. Ketua Panitia Panwasiu Kabupaten/Kota;

c. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik/Perlindungan Masyarakat pemerintah daerah;

d. Camat; e. Kapolsek.

Bagian Kedua

Prosedur Penyampaian Surat Pemberitahuan Pasal 14

(1) Surat pemberitahuan kampanye legislatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, disampaikan secara langsung kepada alamat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, oleh pengurus partai politik peserta Pemilu atau calon anggota DPD penyelenggara/pelaksana kampanye atau Ketua/Wakil Ketua/Sekretaris Tim Kampanye yang sah.

(2) Surat pemberitahuan kampanye Pemilu calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, calon Presiden dan Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, disampaikan secara langsung kepada alamat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, oleh calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Presiden dan wakil Presiden atau Ketua/Wakil/Sekretaris Tim Kampanye yang sah.

(3) Surat Pemberitahuan Kampanye disampaikan secara langsung oleh KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota untuk kampanye bersama.

(4) Surat pemberitahuan kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diterima oleh petugas kepolisian paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum penyelenggaraan kegiatan kampanye dimaksud.

Pasal 15

Petugas Kepolisian memberikan surat bukti penerimaan berkas pemberitahuan kepada calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, calon anggota DPD, Pengurus Partai Politik atau Ketua/Wakii Ketua/Sekretaris Tim Kampanye, KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota setelah surat pemberitahuan tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Bagian Ketiga

Prosedur Penerimaan Surat Pemberitahuan Pasal 16

Penerimaan surat pemberitahuan kampanye, dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut;

(11)

I

a. menerima surat pemberitahuan kampanye dari pengurus partai politik atau calon anggota DPD atau Tim Kampanye yang mengajukan surat pemberitahuan kampanye;

b. menerima surat pemberitahuan kampanye dari pasangan calon presiden dan calon wakil presiden atau Tim Kampanye Pemilu Umum Presiden dan wakil Presiden;

c. menerima surat pemberitahuan kampanye dari calon kepala daerah dan wakil kepala daerah atau Tim Kampanye Pemilu Umum Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah;

d. pemeriksaan kelengkapan surat pemberitahuan kampanye.

Pasal 17

Pemeriksaan kelengkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf d, dilakukan terhadap persyaratan surat pemberitahuan kampanye beserta lampirannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

Apabila surat pemberitahuan kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak sesuai dengan ketentuan, maka kepada pemohon diberikan penjelasan untuk penyempurnaannya.

Apabila surat pemberitahuan kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 telah sesuai dengan ketentuan, maka dilakukan pencatatan dalam agenda surat pemberitahuan yang memuat materi keterangan sebagai berikut:

a. nomor urut;

b. waktu penerimaan (hari/tanggal/jam); c. nomor/tanggal surat;

d. penyelenggara kampanye;

e. penanggung jawab/Tim Kampanye; f. bentuk kampanye;

g. waktu kampanye;

h. tempat kampanye dan kapasitas ruang/gedung; i. jumlah peserta kampanye;

j. juru kampanye; dan k. keterangan. Bagian Keempat Prosedur Penerbitan STTP Paragraf 1 Tahapan Penerbitan STTP Pasal 18

Penerbitan STTP dilakukan melalui mekanisme, sebagai berikut; a. tahapan penerbitan STTP;

(12)

b. c. d. e. f. g-h.

b. penelitian surat pemberitahuan kampanye

c. koordinasi; dan '

d. penerbitan dan penyerahan STTP kampanye. Paragraf 2

Penelitian Surat Pemberitahuan Kampanye Pasal 19

S K S n T S p * ! " " " ^«bagaimana dimaksud dalam Pasal 18 a. keabsahan penyelenggara kampanye Partai Politik peserta Pemilu calon

S S Z p a T y ^ ^ P e S T " jadwal dan waktu kampanye;

tempat kampanye; juru kampanye; peserta kampanye;

penggunaan kendaraan angkutan peserta kampanye- dan Pengecekan tempat / lokasi dan route kampanye. ’

Pasal 20

Peneliban terhadap bentuk-bentuk kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b, dilakukan terhadap;

a. kampanye yang memerlukan pemberitahuan kepada oeiabat kepolisian;

b. kampanye yang tidak memerlukan pemberitahuan kepada pejabat kepolisian;

c. kampanye dalam bentuk debat publik atau debat terbuka yang hanya pada dilaksanakan pada kampanye pemilu calon Presiden dan Wakil Presiden;

d. kampanye dalam bentuk Rapat Umum yang hanya dilaksanakan pada kampanye pemilu calon Presiden dan calon Wakil Presiden dan calon anggota legislatif.

^ n tu k kampanye yang memerlukan pemberitahuan kepada pejabat kepolisian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

meliputi-a. pertemuan terbatas; pertemuan tatap muka;

penyebaran bahan kampanye kepada umum; pemasangan alat peraga di tempat umum; rapat umum

debat publik atau debat terbuka; dan

kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan peraturan perundang-undangan;

Bentuk kampanye Pemilu yang tidak memerlukan pemberitahuan kepada pejabat kepolisian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a. penyebaran melalui media massa cetak dan media massa elektronik-b. penyiaran melalui radio dan/atau televisi; ’

Pasal 21... b. c. d. e. f.

(13)

9-Pasal 21

(1) Penelitian terhadap jadual kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, antara lain:

a.

b.

jadwal kampanye peserta Pemilu dilaksanakan selama 9 (sembilan) bulan 7 (tujuh) hari terhitung mulai tanggal 12 Juli 2008 sampai dengan tanggal 5 April 2009, berakhir sampai dengan dimulainya hari tenana tanggal 6 April 2009;

jadwal kampanye Peserta Pemilu dalam bentuk rapat umum dilaksanakan selama 21 (dua puluh satu) hari, berakhir sampai dengan dimulainya hari tenang;

c. jadwal kampanye Pemilu calon Presiden dan calon Wakil Presiden dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan; dan

d. jadwal kampanye Pemilu calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala Daerah dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan; dan Waktu kampanye dalam bentuk rapat umum dimulai pukul 09.00 dan paling lambat berakhir pukul 16.00 waktu setempat.

Pasal 22

Penelitian terhadap tempat kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d, meliputi:

a. kampanye berbentuk rapat umum dilaksanakan di ruangan terbuka yang dihadiri oleh massa dengan memperhatikan kapasitas lokasi kampanye;

b. kampanye berbentuk pertemuan terbatas dilaksanakan dalam ruangan tertutup dengan jumlah peserta paling banyak 250 (dua ratus limapuluh) orang untuk tingkat Kabupaten/Kota, 500 (lima ratus) orang untuk tingkat Provinsi dan 1.000 (seribu) orang untuk tingkat pusat;

dilarangL menggunakan fesilitas pemerintah dan sarana ibadah;

penggunaan tempat kampanye dilengkapi surat persetujuan dari pemilik/ penghuni tempat kampanye.

Pasal 23

Penelitian terhadap juru kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf e, meliputi legalitas sebagai juru kampanye Partai Politik peserta Pemilu, calon anggota DPR, DPD, DPRD, pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, sesuai peraturan perundang-undangan.

c. d.

(14)

b. c. d. e. f. 9-h.

Dalam kegiatan kampanye dilarang mengikutsertakan;

a. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, Hakim Agung pada Mahkamah Agung, Hakim pada semua badan peradilan di bawah Mahkamah Agung, dan Hakim Konstitusi pada Mahkamah Konstitusi:

Ketua, Wakil Ketua dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan;

Gubernur, Deputi Gubernur Senior dan Deputi Guberriur Bank Indonesia;

Pejabat BUMN/BUMD; Pegawai Negeri Sipil; Anggota TNI dan Polri;

Kepala Desa atau sebutan lain; Perangkat desa atau sebutan lain;

i. Anggota Badan Permusyawaratan Desa; dan

j. warga negara Indonesia yang tidak memiliki hak memilih.

(3) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak berlaku apabila yang bersangkutan sebagai calon anggota DPR, DPD, DPRD, pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.

(4) Bagi pejabat negara sesuai peraturan perundang-undangan, yang akan melaksanakan kampanye, harus memenuhi ketentuan sebegai berikut;

a. tidak menggunakan ^silitas yang terkait dengan jabatannya, kecuali fasilitas pengamanan bagi pejabat negara sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan;

b. menjalani cuti di luar tanggungan negara;

c. pengaturan lama cuti dan jadwal cuti dengan memperhatikan keberlangsungan tugas penyelenggaraan negara.

Pasal 24

Penelitian terhadap peserta kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf f, meliputi;

b.

larangan massa Kampanye memasuki wilayah daerah pemilihan lain;

kegiatan kampanye tidak menimbulkan gangguan ketertiban dan keamanan umum.

c. penyesuaian jumlah peserta dengan kapasitas dan daya tampung dari tempat/ruangan yang digunakan untuk menyelenggarakan kampanye;

d. larangan melibatkan anak-anak dibawah umur 7 (tujuh) tahun; Pasal 25

Penelitian terhadap kendaraan angkutan yang akan digunakan peserta kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf g, meliputi;

(15)

b. menggunakan kendaraan bermotor yang disesuaikan jenis dan

peruntukannya; ^

pengguna kendaraan wajib mematuhi waktu dan rute dari titik kumpul sampai kampanye yang telah ditentukan oleh penanggung jawab/Tim Kampanye;

penggunaan kendaraan menuju ke dan kembali dari tempat iselenggarakannya rapat umum dan pertemuan terbatas diatur secara tertib dengan mengutamakan keselamatan peserta kampanye, terpeliharanya Keamanan dan ketertiban umum serta kepentingan umum.

Pasal 26

^ digunakan oleh peserta kampanye Pemilu, sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 huruf h, meliputi:

d.

Penelitian / pengecekan lokasi kampanye, antara lain ; a. Bentuk lokasi;

b. Kapasitas; c. Kondisi tempat;

d. Kondisi lingkungan; dan e. Lokasi alternatif;

(2) Penelitian / pengecekan rute kampanye, antara lain a. wilayah yang dilalui;

b. kondisi lingkungan; c. kondisi jalan;

d. rambu-rambu jalan; dan e. route alternatif.

Paragraf 3 Koordinasi Pasal 27

Sebdum pejabat kepolisian menerbitkan STTP, maka terlebih dahulu dilakukan koordinasi, sesuai dengan tingkat kewenangan, antara lain :

(1) Tingkat Mabes Polri, dengan: a. KPU;

^ w a n Pimpinan Partai Politik atau Tim Kampanye tingkat pusat; Dirjen Kesbang dan politik Depdagri;

Satuan organisasi Polri, meliputi: 1) Babinkam Polri; 2) Sdeops ... b. c. d. e.

(16)

b. c. d. e.

2) Sdeops Polri;

3) Ditintelkam Polda setempat; Tingkat Polda/Polwil, dengan:

a. KPU Provinsi;

DPD/DPW Partai Politik atau Tim Kampanye tingkat Provinsi'

Panwasiu Provinsi; ’

Badan Kesbang dan Linmas Provinsi; satuan organisasi Polri, meliputi: 1) Biroops Polda;

2) Direktorat Opsnal Polda;

3) Bagian/Satuan intelkam Polwiltabes/Poltabes/Polres Metro/Polresta/Polres;

Tingkat^Pdvv^bes/P^bes/Polres Metro/Polresta/Polres, dengan: DPC Partai Politik atau Tim Kampanye tingkat Kabupaten/Kota

Panwasiu Kabupaten/Kota; '

Badan Kesbang dan Linmas Kabupaten/Kota. Satuan organisasi Polri:

1) Bagian Operasional Polwiltabes/Poltabes/Polres Metro/ Polresta/Polres;

2) Fungsi Operasional Polwiltabes/Poltabes/Polres Metro/ Polresta/Polres; 3) Polsek. a. b. c. d. e. Pasal 28

Untuk kelancaran pelaksanaan koordinasi, dibentuk Tim Koordinasi pada tingkat terka1fdengaiT°*^^ Polwil/Polwiltabes dan Polres untuk melakukan langkah-langkah a. b. c. d. e. f. g-h.

Penyusunan rencana kampanye; Tempat dan rute kampanye ; Bentuk kampanye;

Materi kampanye;

Waktu dan jadwal kampanye; Alat peraga kampanye;

Transportasi yang akan digunakan; dan Pelaksanaan rencana kampanye.

Paragraf 4

Penerbitan dan Penyerahan STTP Kampanye Pasal 29

STTP kampanye diterbitkan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum kampanye dilaksanakan berisi keterangan mengenai:

a. penyelenggara kampanye;

b. nama penanggung jawab kampanye/Ketua Tim Kampanye;

(17)

c. bentuk kampanye; d. waktu kampanye; e. tempat kampanye; f. juru kampanye;

g. jumlah peserta kampanye; dan

h. ketentuan-ketentuan lain yang harus dipatuhi.

STTP Kampanye diterbitkan sesuai dengan format yang telah ditentukan. Penerbitan STTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dicatat dalam buku agenda STTP kampanye yang memuat keterangan, sebagai berikut:

a. nomor urut;

b. tanggal diterbitkan;

c. nomor dan tanggal surat pemberitahuan;

d. nama pasangan calon Presiden dan wakil Presiden;

e. nama partai politik, calon anggota DPD /penyelenggara kampanye; f. bentuk kampanye;

g. waktu kampanye (hari/tanggal/jam); h. tempat kampanye; dan

i. keterangan.

Pasal 30

STTP kampanye yang telah diterbitkan diserahkan langsung kepada calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Partai Politik peserta Pemilu, calon anggota DPR, DPD, DPRD, calon Presiden dan Wakil Presiden atau Tim Kampanye dengan tembusan kepada instansi terkait melalui Buku Ekspedisi.

Bagian Kelima

Pejabat Penerima Surat Pemberitahuan Pasal 31

Surat pemberitahuan kegiatan kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, diterima oleh Bidang Pelayanan Administrasi Badan Intelijen Keamanan (Bidyanmin Baintelkam Polri), melalui Sub Bidang Kegiatan Masyarakat Bidyanmin.

Surat pemberitahuan kegiatan kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b, diterima oleh Direktorat Intelkam Polda melalui Seksi Pelayanan Administrasi (Sie Yanmin) Polda.

Surat pemberitahuan kegiatan kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c dan d, diterima oleh Bagian/Satuan Intelkam Polwil/Polwiltabes/ Poltabes/Polres Metro/Polresta dan Polres.

Bagian

(18)

(3)

(4) (2)

Bagian Keenam

Pejabat Yang Menandatangani STTP Pasal 32

Pejabat yang menandatangani STTP Kampanye di tingkat pusat adalah Kepala Badan Intelijen Kemanan Polri atau Wakil Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri.

Pejabat yang menandatangani STTP Kampanye di tingkat provinsi adalah Direktur Intelkam Polda atau Wakil Direktur Intelkam Polda.

Pejabat yang menandatangani STTP Kampanye di tingkat kabupaten/kota adalah Kapolwiltabes/Kapoltabes/ Kapolresta/ Kapolres, atau wakilnya.

Bagi Provinsi yang belum ada Polda, maka STTP Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh Kapolwil atau Wakapolwil.

Bagian Ketujuh

Pengawasan dan Pengamanan Pasal 33

Dalam pelaksanaan kampanye apabila terjadi penyimpangan STTP dan/atau gangguan keamanan, maka pejabat kepolisian dapat mengambil tindakan yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dengan tahapan tindakan sebagai berikut;

a. peringatan tertulis;

b. penghentian kampanye di tempat terjadinya pelanggaran yang dapat menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban;

c. Meminta pertanggungjawaban penyelenggara kampanye atas penyimpangan tersebut;

d. apabila terjadi gangguan keamanan yang berpotensi meluas ke daerah pemilihan lain, kampanye dapat dihentikan dan Polri mengambil langkah-langkah sesuai standar prosedur.

Apabila situasi keamanan di wilayah tempat/lokasi kampanye tidak memungkinkan diselenggarakan kampanye, pejabat kepolisian setempat dapat mengusulkan kepada KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota untuk membatalkan, menunda atau memindahkan tempat pelaksanaan kampanye dengan tembusan kepada peserta Pemilu.

Dalam hal KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota memutuskan pembatalan penundaan atau pemindahan tempat kampanye sesuai dengan usulan pejabat kepolisian sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota memberitahukan kepada Partai Politik peserta Pemilu, calon anggota DPR, DPD, DPRD, pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden dan pejabat kepolisian setempat.

(19)

(4) Dalam hal pejabat kepolisian menghentikan kegiatan kampanye, pemberitahuan penghentian kegiatan tersebut disampaikan kepada KPU, KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dengan disertai alasannya.

BAB III ADMINISTRASI

Pasal 34

Dalam rangka penerimaan pemberitahuan dan penerbitan STTP kampanye

disiapkan administrasi sebagai berikut: ’

a. formulir tanda terima berkas;

b. buku agenda surat pemberitahuan kampanye; c. buku agenda STTP kampanye;

d. buku ekspedisi STTP kampanye; dan e. formulir STTP dan lampirannya.

Pasal 35

Biaya yang dikeluarkan dalam penerbitan STTP dibebankan kepada anggaran dinas. Pasal 36

Pelaksanaan proses penerbitan STTP kampanye pemilihan umum dilaporkan secara berjenjang kepada kasatuan atas dalam bentuk laporan harian, sebagal berikut a. Daftar STTP kampanye yang diterbitkan sesuai dengan surat pemberitahuan

dari calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Dewan Pimpinan Partai Politik, calon Presiden dan Wakil Presiden atau Tim Kampanye Peserta Pemilihan Umum;

b. Daftar Rencana Kegiatan Kampanye Pemilu calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, calon Presiden dan Wakil Presiden, Anggota DPR DPD dan

DPRD; ’

c. d. e. f.

Daftar pelaksanaan kampanye yang telah diberikan STTP kampanye; Daftar pelaksanaan kampanye tanpa pemberitahuan;

Daftar kasus/peristiwa menonjol yang terjadi dalam pelaksanaan kampanye; Surat Tanda Penerimaan berkas kampanye Pemilu;

Pasal 37

Pelaporan tersebut pada pasal 36 dilaksanakan secara berjenjang mulai dari Kapolres kepada Kapolda U.p. Dirintelkam dan selanjutnya dari Dirintelkam Polda kepada Kapolri U.p. Kabaintelkam Polri, selambat-lambatnya pada pukul 21.00 WIB setiap harinya, yang dikirim melalui prosedur dinas, faksimile dan atau E-Mail.

(20)

BAB IV PENUTUP

Pasal 38

Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, semua peraturan mengenai tata cara

Pasal 39

tenM ^cJItetepta. berlaku pada

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Kapolri ini diundangkan denoan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. ^

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 j u i i 2008 k e p a l a k e p o l is ia n n e g a r a REPJ^BLIK INDONESIA, Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 J u li 2008 y Drs. SuVAn t o JENOERAI\POLISI

MENTERI HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA,

ANDI MATTALATTA

(21)

DAFTAR CONTOH FORMAT KAMPANYE PEMILU CALON

KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA. CALON ANGGOTA

DPR. DPD DAN DPRD SERTA CALON PRESIDEN DAN WAKIL

PRESIDEN

1. Surat Tanda Terima Pemberitahuan (STTP) Kampanye :

a. STTP Kampanye Pemilu Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

b. STTP Kampanye Pemilu Calon Anggota DPR, DPD dan DPRD.

c. STTP Kampanye Pemilu Calon Presiden dan Wakil Presiden.

2. Rencana Penggunaan Kendaraan Angkutan Peserta Kampanye 3. Penggunaan Alat Peraga Kampanye Pemilu.

4. Daftar Penerbitan STTP Kampanye Pemilu

5. Daftar Pelaksanaan Kampanye Pemilu yang telah diterbitkan STTP 6. Daftar Pelaksanaan Kampanye Pemilu Tanpa Pemberitahuan 7. Daftar Kasus / Peristiwa Menonjol dalam Pelaksanaan Kampanye. 8. Rengiat Kampanye Pemilu.

(22)

KOP KESATUAN Contoh : STTP Kampanye Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

SU R A T TANDA TERIMA PEM BERITAHUAN K A M P A N Y E

No. Pol.; STTP/ / / 2009 / ...Intelkam

Pertimbangan

D a s a r

Bahwa telah dipenuhi semua ketentuan tentang pemberitahuan kampanye pemilihan umum, sebagaimana dimaksud pasal ... sampai dengan pasal ... Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.

1. Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.

Memperhatikan Surat Pemberitahuan dari ... ... Nomor : ... tanggal ... 2008 perihal

MEMBERIKAN

SURAT TANDA TERIMA PEMBERITAHUAN KAMPANYE

K e p a d a : 1. Nama Pasangan Calon / Tim Kampanye 2. Alamat/Telp. 3. Nama Penanggung- : Jawab /Ketua Tim

Penyelenggara Kampanye

(23)

4. Untuk menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut; a. Bentuk kampanye : ...

Waktu kampanye : 1) Hari 2) Tanggal 3) J a m Tempat kampanye: d. Jumlah peserta kampanye e. Nama jurkam : 1

2

3 4

f. Rencana penggunaan kendaraan peserta kampanye (lihat lampiran)

g. Penggunaan alat peraga kampanye (lihat lampiran)

Dengan ketentuan:

1. Pelanggaran atas ketentuan mengenai larangan pelaksanaan kampanye pemilihan umum dapat berakibat dibubarkan atau diberhentikan pelaksanaannya oleh yang berwenang.

2. Semua pihak harus berpedoman kepada tetap terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa yang berbudaya sesuai moral dan etika politik yang bersumber pada nilai-nilai luhur Pancasila.

3. Peserta pertemuan tidak dibenarkan melakukan pawai kendaraan bermotor di luar rute perjalanan yang telah ditentukan, memasuki wilayah daerah pemilihan lain dan melanggar peraturan lalu lintas.

(24)

Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Dewan pimpinan partai polibk atau Tim Kampanye daiam melaksanakan kampanye pemilihan umum bertanggung jawab terhadap kelancaran, keamanan dan ketertiban jalannya kampanye pemilihan umum.

Apabila dalam pelaksanaan Kampanye Pemilu terjadi gangguan keamanan, Poin setempat dapat mengambil tindakan yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Apabila situasi keamanan di wilayah tempat / lokasi kampanye tidak memungkinkan diselenggarakan kampanye. Polri setempat dapat mengusulkan kepada KPU. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota untuk membatalkan, menunda atau memindahkan tempat pelaksanaan kampanye.

Dikeluarkan d i ; ...

Pada tanggal : ... ... KEPALA ...

(25)

KOP KESATUAN

Contoh ; STTP Kampanye Partai Politik, Calon Anggota DPR, DPD dan DPRD.

K >c

S U R A T TA N D A TER IM A PEM BERITAHUAN K A M PAN YE

No. Pol.: STTP/ / / 2009 / ...Intelkam

Pertimbangan

D a s a r

Memperhatikan

Bahwa telah dipenuhi semua ketentuan tentang pemberitahuan kampanye pemilihan umum, sebagaimana dimaksud pasal 90 sampai dengan pasal 107 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.

1. Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2. Undang - Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.

3. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor .... Tahun 2008 tentang Kampanye Pemilu Calon Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2009.

Surat Pemberitahuan dari ... ... Nomor : ... tanggal ... 2008 perihal ...

MEMBERIKAN

SURAT TANDA TERIMA PEMBERITAHUAN KAMPANYE

K e p a d a ;

1. Nama Partai Politik / Perorangan Calon Anggota DPD/ Tim Kampanye 2. Alamat/Telp.

(26)

Nama Penanggung : ... Jawab /Ketua Tim ... Penyelenggara

Kampanye

Untuk menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut: a. Bentuk kampanye : ...

Waktu kampanye : 1) Hari 2) Tanggal 3) J a m Tempat kampanye; d. Jumlah peserta kampanye e. Nama jurkam ; 1 2 3 4

Rencana penggunaan kendaraan peserta kampanye (lihat lampiran)

Penggunaan alat peraga kampanye (lihat lampiran)

Dengan ketentuan:

1. Pelanggaran atas ketentuan mengenai larangan pelaksanaan kampanye pemilihan umum dapat berakibat dibubarkan atau diberhentikan pelaksanaannya oleh yang berwenang.

(27)

2

,

4.

5.

Semua pihak harus berpedoman kepada tetap terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa yang berbudaya sesuai moral dan etika politik yang bersumber pada nilai-nilai luhur Pancasila.

Peserta pertemuan tidak dibenarkan meiakukan pawai kendaraan bermotor di iuar rute perjalanan yang telah ditentukan, memasuki wilayah daerah pemilihan lain dan melanggar peraturan lalu lintas.

Dewan pimpinan partai politik peserta pemilu atau calon anggota DPR, DPD dan DPRD atau Tim Kampanye dalam melaksanakan kampanye pemilihan umum bertanggung jawab terhadap kelancaran, keamanan dan ketertiban jalannya kampanye pemilihan umum.

Apabila situasi keamanan di wilayah tempat / lokasi kampanye tidak memungkinkan diselenggarakan kampanye. Polri setempat dapat

m e T a te Kabupaten/Kota untuk

membatalkan, menunda atau memindahkan tempat pelaksanaan kampanye. Dikeluarkan d i : ...

Pada tanggal : ... ... KEPALA...

3

(28)

KOP KESATUAN Contoh : STTP Kampanye Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden.

S U R A T TANDA TERIM A PEMBERITAHUAN K AM PANYE

No. Pol.: STTP/ / / 2009 / ...Intelkam

Pertimbangan

D a s a r

Memperhatikan

Bahwa telah dipenuhi semua ketentuan tentang pemberitahuan kampanye pemilihan umum, sebagaimana dimaksud pasal... sampai dengan pasal... Undang-Undang Nomor ...Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

: 1. Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2. Undang - Undang Nomor Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009.

3. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor .... Tahun 2008 tentang Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009.

Surat Pemberitahuan dari ... ... Nomor : ... tanggal ... 2008 perihal ...

MEMBERIKAN

SURAT TANDA TERIMA PEMBERITAHUAN KAMPANYE

K e p a d a : 1. Nama Pasangan : ... Calon / Tim ... Kampanye 2. Alam at/Telp. : ... / 3. Nama

(29)

Nama Penanggung Jawab /Ketua Tim Penyelenggara Kampanye

Untuk menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut: a. Bentuk kampanye : ...

Waktu kampanye ; 1) Hari 2) Tanggal 3) J a m Tempat kampanye; d. Jumlah peserta kampanye Nama jurkam ; 1. 2. 3. 4.

f. Rencana penggunaan kendaraan peserta kampanye (lihat lampiran) g. Penggunaan alat peraga kampanye (lihat lampiran)

Dengan ketentuan:

1. Pelanggaran atas ketentuan mengenai larangan pelaksanaan kampanye

pemilihan umum dapat berakibat dibubarkan atau diberhentikan pelaksanaannya oleh yang berwenang.

(30)

2. Semua pihak harus berpedoman kepada tetap terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa yang berbudaya sesuai moral dan etika politik yang bersumber pada nilai-nilai luhur Pancasila.

3. Peserta pertemuan tidak dibenarkan melakukan pawai kendaraan bermotor di luar rute perjalanan yang telah ditentukan, memasuki wilayah daerah pemilihan lain dan melanggar peraturan lalu lintas.

4. Calon Presiden dan Wakil Presiden, Dewan pimpinan partai politik atau Tim Kampanye dalam melaksanakan kampanye pemilihan umum bertanggung jawab terhadap kelancaran, keamanan dan ketertiban jalannya kampanye pemilihan umum.

5. Apabila dalam pelaksanaan Kampanye Pemilu terjadi gangguan keamanan, Polri setempat dapat mengambil tindakan yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Apabila situasi keamanan di wilayah tempat / lokasi kampanye tidak memungkinkan diselenggarakan kampanye, Polri setempat dapat mengusulkan kepada KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota untuk membatalkan, menunda atau memindahkan tempat pelaksanaan kampanye.

Dikeluarkan di ; ... Pada tanggal ; ... KEPALA ...

(31)

KOP KESATUAN

RENCANA PENGGUNAAN KENDARAAN ANGKUTAN PESERTA KAMPANYE

NO. TEMPAT KUMPUL LOKASI RUTE YANG DILALUI KETERANGAN

1 2 3 4 5

1. Keberangkatan : ... 1. Jumlah peserta ;

.. . orang 2. Kendaraan : a. Roda 4 •. .. 2. Kepulangan ; ... b Roda 2 • 3. Jalan kaki ; ... orang Dikeluarkan di ; Pada tanggal ; KEPALA

(32)

KOP KESATUAN

ALAT PERAGA YANG DIGUNAKAN

NO. BENTUK/JENIS ALAT PERAGA KETERANGAN

Dikeluarkan di ; Pada tanggal ; KEPALA...

(33)

KOP KESATUAN

DAFTAR PENERBITAN STTP KAMPANYE PEMILU

TANGGAL : ... NO. WAKTU PENERIMAAN PARTAI POLITIK/ PASANGAN PILPRES / PASANGAN KADA / CALEG* BENTUK KAMPANYE WAKTU TEMPAT JMLH PESERTA KET 1 2 3 4 5 6 7 8 HARI ; ... HARI ■ . TGL ; ... TGL • NO. S R T : ... JAM ; ... S D . . . TGL... Dikeluarkan di Pada tanggal KEPALA

(34)

KOP KESATUAN

DAFTAR PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILU

YANG TELAH DITERBITKAN STTP

TANGGAL :

NO. PARTAI POLITIK BENTUK KAMPANYE WAKTU TEMPAT JMLH

PESERTA KET 1 2 3 4 5 6 7 HARI ; ... TGL : ... JAM : ... S. D... Dikeluarkan d i ; Pada tanggal ; KEPALA

(35)

KOP KESATUAN

DAFTAR PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILU

TANPA STTP

TANGGAL ;

NO. PARTAI POLITIK BENTUK KAMPANYE WAKTU TEMPAT JMLH

PESERTA KET 1 2 3 4 5 6 7 HARI : ... TGL ; ... JAM : ... S. D... Dikeluarkan di Pada tanggal KEPALA

(36)

KOP KESATUAN

DAFTAR KASUS / PERISTIWA MENONJOL

DALAM PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILU

TANGGAL : ... NO. KASUS/ MASALAH U R A I A N P A R P O L / P A S A N G A N P IL P R E S / P A S A N G A N K A D A / C A LE G P E N A N G G U N G JA W A B * TINDAKAN YANG TELAH DIAMBIL KET 1 2 3 4 5 6 Dikeluarkan di Pada tanggal KEPALA...

(37)

RENCANA KEGIATAN KAMPANYE PEMILU CALON KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA. CALON

ANGGOTA DPR. DPD DAN DPRD SERTA CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN*

TANGGAL : ... TAHUN

KOP KESATUAN

NO. PARPOL/ PASANGAN PILPRES / PASANGAN

KADA / CALEG *

BENTUK KAMPANYE

WAKTU TEMPAT JURKAM / PEMANDU

ACARA JMLH MASSA RENCANA PENGGUNAAN KENDARAAN KET 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dikeluarkan di Pada tanggal KEPALA...

(38)

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

______ MARKAS BESAR

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008

TENTANG

PEDOMAN DASAR STRATEGI DAN IMPLEMENTASI

PEMOLISIAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN TUGAS POLRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

a. Pemolisian Masyarakat (Polmas) merupakan Grand Strategi Poin dalam rangka melaksanakan tugas pokok Polri sebagai pemelihara kamtibmas, penegak hukum, pelindung

pengayom serta pelayan masyarakat; '

nilai-nilai yang terkandung dalam Polmas pada hakekatnya telah diimplementasikan Polri berdasarkan Keamanan Swakarsa dan pembinaan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa melalui program- program fungsi Bimmas yang sesuai dengan kondisi di Indonesia baik di masa lalu maupun di Era Reformasi (demokrasi dan perlindungan HAM);

c. bahwa untuk memberikan pemahaman bagi seluruh jajaran Poin agar Polmas dapat terlaksana dengan efektif maka periu adanya pedoman dasar strategi dan implementasi Polmas yang komprehensif untuk dijadikan pedoman yang jelas bagi para pelaksana Polmas;

^ ^ dirumuskan

pedoman dasar strategi dan implementasi Polmas yang mencakup berbagai model Polmas yang dapat diterapkan di selumh wilayah Indonesia sesuai dengan karakteristik dan kondisi masyarakat setempat;

(39)

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita - Convention of The Elimination of All Forms of Discrimination Against Women

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277):

3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);

4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);

6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419);

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan

International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights - Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi,

Sosial dan Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4557);

10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan

International Covenant on Civil and Political Rights - Kovenan

Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4558):

(40)

11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia;

12. Surat Keputusan Kapolri No. Pol. ; Skep/1673/X/1994 tanggal 13 Oktober 1994 tentang Pokok-pokok Kemitraan Antara Polri dengan Instansi dan Masyarakat;

13. Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan tata Kerja Satuan- satuan Organisasi pada Tingkat Kewilayahan;

14. Keputusan Kapolri No. Pol. ; Kep/37/IX/2004 tanggal 9 September 2004 tentang Rencana Strategis Kepolisian Negara Republik Indonesia (Renstra Polri) TA. 2005-2009; 15. Grand Strategi Polri 2005-2025;

16. Surat Keputusan Kapolri No. Pol. ; Skep/1044/IX/2004 tanggal 6 September 2004 tentang Program Pembangunan Polri Tahun Anggaran 2005-2009;

17. Surat Keputusan Kapolri No.Pol.: Skep/737/X/2005 tanggal 13 Oktober 2005 tentang Kebijakan dan Strategi Penerapan Model Perpolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri;

18. Surat Keputusan Kapolri No. Pol.; Skep/431A/ll/2006 tanggal 1 Juli 2006 tentang Pedoman Pembinaan Personel Pengemban Fungsi Polmas;

19. Surat Keputusan Kapolri No. Pol.; Skep/432A/11/2006 tanggal 1 Juli 2006 tentang Panduan Pelaksanaan Fungsi Operasional Polri dengan Pendekatan Polmas;

20. Surat Keputusan Kapolri No. Pol.; Skep/433A/11/2006 tanggal 1 Juli 2006 tentang Pembentukan dan Operasionalisasi Polmas;

21. Perkap No. Pol. ; 9 Tahun 2007 tentang Rencana Strategis Kepolisian Negara Republik Indonesia 2005-2009 (Perubahan);

22. Kebijakan dan Strategi Kapolri tanggal 8 Desember 2007 tentang Percepatan dan Pemantapan Implementasi Polmas;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan ; PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEDOMAN DASAR STRATEGI DAN IMPLEMENTASI PEMOLISIAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN TUGAS POLRI.

(41)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Kapolri ini yang dimaksud dengan:

1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

2. Pejabat Kepolisian adalah pejabat di lingkungan Polri dari tingkat Pusat sampai tingkat Kewilayahan Kepolisian.

3. Community Policing diterjemahkan Pemolisian Masyarakat atau Perpolisian

Masyarakat atau disingkat Polmas. 4. Policing dapat diartikan sebagai:

a. perpolisian, yaitu segala hai ihwal tentang penyelenggaraan fungsi kepolisian, tidak hanya menyangkut operasionalisasi (taktik/ teknik) fungsi kepolisian tetapi juga pengelolaan fungsi kepolisian secara menyeluruh mulai dari tataran manajemen puncak sampai dengan manajemen lapis bawah, termasuk pemikiran-pemikiran filsafati yang melatarbelakanginya.

b. pemolisian, yaitu pemberdayaan segenap komponen dan segala sumber daya yang dapat dilibatkan dalam pelaksanaan tugas atau fungsi kepolisian guna mendukung penyelenggaraan fungsi kepolisian agar mendapatkan hasil yang lebih optimal.

5. Community yang diterjemahkan komunitas dapat diartikan sebagai:

a. sekelompok warga (laki - laki dan perempuan) atau komunitas yang berada di dalam suatu wilayah kecil yang jelas batas-batasnya

{geographic-community). Batas wilayah komunitas dapat berbentuk

RT, RW, desa, kelurahan, ataupun berupa pasar/pusat belanja/mall, kawasan industri, pusat/ komplek olahraga, stasiun bus/kereta api, dan lain-lainnya.

b. warga masyarakat yang membentuk suatu kelompok atau merasa menjadi bagian dari suatu kelompok berdasar kepentingan {community

of interest), contohnya kelompok berdasar etnis/suku, agama, profesi,

pekerjaan, keahlian, hobi, dan lain-lainnya.

c. Polmas diterapkan dalam komunitas-komunitas atau kelompok masyarakat yang tinggal di dalam suatu lokasi tertentu ataupun lingkungan komunitas berkesamaan profesi (misalnya kesamaan kerja, keahlian, hobi, kepentingan dsb), sehingga warga masyarakatnya tidak harus tinggal di suatu tempat yang sama, tetapi dapat saja tempatnya berjauhan sepanjang komunikasi antara warga satu sama lain berlangsung secara intensif atau adanya kesamaan kepentingan, (misalnya: kelompok ojek, hobi burung perkutut, pembalab motor, hobi komputer dan sebagainya) yang semuanya bisa menjadi sarana penyelenggaraan Polmas.

(42)

6. Masyarakat adalah sekelompok orang/warga yang hidup dalam suatu wilayah dalam arti yang lebih luas misalnya kecamatan, kota, kabupaten atau propinsi atau bahkan yang lebih luas, sepanjang mereka memiliki kesamaan kepentingan, misalnya masyarakat pedesaan, masyarakat perkotaan, masyarakat tradisional, masyarakat modern dsb.

7. Polmas (Pemolisian/ Perpolisian Masyarakat) adalah penyelenggaraan tugas kepolisian yang mendasari kepada pemahaman bahwa untuk menciptakan kondisi aman dan tertib tidak mungkin dilakukan oleh Polri sepihak sebagai subjek dan masyarakat sebagai objek, melainkan harus dilakukan bersama oleh Polisi dan masyarakat dengan cara memberdayakan masyarakat melalui kemitraan Polisi dan warga masyarakat, sehingga secara bersama-sama mampu mendeteksi gejala yang dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat, mampu mendapatkan solusi untuk mengantisipasi permasalahannya dan mampu memelihara keamanan serta ketertiban di lingkungannya.

8. Strategi Polmas adalah implementasi pemolisian proaktif yang menekankan kemitraan sejajar antara polisi dan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penangkalan kejahatan, pemecahan masalah sosial yang berpotensi menimbulkan gangguan Kamtibmas dalam rangka meningkatkan kepatuhan hukum dan kualitas hidup masyarakat.

9. Falsafah Polmas: sebagai falsafah, Polmas mengandung makna suatu model pemolisian yang menekankan hubungan yang menjunjung nilai-nilai sosial/kemanusiaan dalam kesetaraan, menampilkan sikap perilaku yang santun serta saling menghargai antara polisi dan warga sehingga menimbulkan rasa saling percaya dan kebersamaan dalam rangka menciptakan kondisi yang menunjang kelancaran penyelenggaraan fungsi kepolisian dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

10. Pembinaan dalam konteks Polmas adalah upaya menumbuhkembangkan dan mengoptimalkan potensi masyarakat dalam hubungan kemitraan

{partnership and networking) yang sejajar.

11. Pembinaan masyarakat adalah segala upaya yang meliputi komunikasi, konsultasi, penyuluhan, penerangan, pembinaan, pengembangan dan berbagai kegiatan lainnya dalam rangka untuk memberdayakan segenap potensi masyarakat guna menunjang keberhasilan tujuan terwujudnya keamanan, ketertiban dan ketentraman masyarakat.

12. Kemitraan {partnership and networking) adalah segala upaya membangun sinergi dengan potensi masyarakat yang meliputi komunikasi berbasis kepedulian, konsultasi, pemberian informasi dan berbagai kegiatan lainnya demi tercapainya tujuan masyarakat yang aman, tertib dan tenteram.

13. Masalah adalah suatu kondisi yang menjadi perhatian warga masyarakat karena dapat merugikan, mengancam, menggemparkan, menyebabkan ketakutan atau berpotensi menyebabkan terjadinya gangguan ketertiban dan keamanan dalam masyarakat (khususnya kejadian-kejadian yang tampaknya terpisah tetapi mempunyai kesamaan-kesamaan tentang pola, waktu, korban dan/atau lokasi geografis).

(43)

17.

Pemecahan Masalah adalah proses pendekatan permasalahan Kamtibmas dan kejahatan untuk mencari pemecahan suatu permasalahan melalui upaya memahami masalah, analisis masalah, mengusulkan alternatif-alternatif solusi yang tepat dalam rangka menciptakan rasa aman, tentram dan ketertiban (tidak hanya berdasarkan pada hukum pidana dan penangkapan), melakukan evaluasi serta evaluasi ulang terhadap efektifitas solusi yang dipilih.

Potensi Gangguan Kamtibmas adalah endapan permasalahan yang melekat pada sendi-sendi kehidupan sosial yang bersifat mendasar akibat dari kesenjangan akses pada sumber daya ekonomi, sosial, dan politik yang pada akhirnya dapat menjadi sumber atau akar permasalahan gangguan kamtibmas.

Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) adalah wahana komunikasi antara Polri dan warga yang dilaksanakan atas dasar kesepakatan bersama dalam rangka pembahasan masalah Kamtibmas dan masalah-masalah sosial yang perlu dipecahkan bersama oleh masyarakat dan petugas Polri dalam rangka menciptakan kondisi yang menunjang kelancaran penyelenggaraan fungsi kepolisian dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Balai Kemitraan Polri dan Masyarakat (BKPM) adalah tempat berupa bangunan/ balai yang digunakan untuk kegiatan Polisi dan warga dalam membangun kemitraan. Balai ini dapat dibangun baru atau mengoptimalkan bangunan polisi yang sudah ada seperti Polsek dan Pospol atau fasilitas umum lainnya.

Pasal 2 (1) Maksud dari Peraturan Kapolri ini adalah;

a. menjelaskan esensi strategi Polmas agar mudah dipahami oleh anggota pelaksana maupun manajer yang mengendalikan pelaksana di lapangan, baik di tingkat wilayah ataupun di pusat.

b. sebagai pedoman untuk menyamakan persepsi dan pemahaman tentang konsep dan falsalah Community Policing (Polmas) serta sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan dalam rangka penerapan strategi Polmas di seluruh wilayah Indonesia.

(2) Tujuan dari Peraturan Kapolri ini adalah:

a. agar seluruh jajaran Polri mempunyai persepsi yang sama mengenai Strategi Polmas secara komprehensif dan dapat menerapkan metode Polmas di wilayah tugasnya sesuai dengan karateristik wilayah dan masyarakatnya.

b. agar program-program Polmas yang dilaksanakan di seluruh wilayah tugas dalam jajaran Polri dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Pasal 3

Ruang lingkup dan sistematika Peraturan Kapolri ini meliputi: a. ketentuan umum;

(44)

c. model penerapan Polmas;

d. pelaksana/ pengemban tugas Polmas;

e. manajemen perubahan untuk penerapan Polmas; f. manajemen penyelenggaraan Polmas;

g. evaluasi keberhasilan Polmas; h. pengembangan Polmas;

BAB II

DASAR PERTIMBANGAN, MANFAAT DAN PRINSIP PENERAPAN POLMAS Bagian Kesatu

Dasar Pertimbangan Penerapan Polmas Pasal 4

(1) Pola penyelenggaraan pemolisian yang bertumpu kepada konsep peningkatan jumlah Polisi dan/atau peningkatan intensitas kegiatan Polisi (misalnya patroli dan penindakan pelanggaran) tidak mampu mengatasi atau menekan angka gangguan Kamtibmas yang berkembang pesat di dalam masyarakat.

(2) Pemolisian lebih efektif dengan mengalihkan pendekatan konvensional ke pendekatan modem yaitu penerapan Polmas menekankan upaya pemecahan masalah yang terkait dengan kejahatan dan ketidaktertiban secara proaktif bersama-sama dengan masyarakat.

(3) Praktek keterlibatan masyarakat tradisional dalam pemolisian sudah dikenal di Indonesia diantaranya dalam bentuk; ronda kampung, jogo boyo, Jogo tirto,

pecalang dan sebagainya.

(4) Pola-pola penyelesaian masalah masyarakat melalui adat kebiasaan sudah umum diterapkan di dalam masyarakat tradisional, yang kesemuanya merupakan pola-pola pemecahan masalah dan pencegahan serta pembinaan ketentraman dan kerukunan masyarakat yang mendasarkan pada asas kemitraan, kebersamaan dan keharmonisan di dalam masyarakat.

(5) Paradigma Reformasi dalam negara demokrasi yang plural menuntut agar Polri mampu melaksanakan tugas dengan berpegang pada prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia, berperan sebagai pelindung dan pelayan masyarakat, bukan mengambil peran sebagai penguasa. Reformasi juga menghendaki keterbukaan Polri serta kepekaan Polri terhadap aspirasi rakyat serta memperhatikan kepentingan, kebutuhan dan harapan warga.

(6) Penerapan Polmas sebagai falsafah dan strategi merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan kualitas pelayanan Polri kepada masyarakat melalui kemitraan dengan warga masyarakat untuk mewujudkan pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat dalam era demokrasi dan penegakan hak asasi manusia.

(45)

8

Bagian Kedua

Manfaat Penerapan Polmas Pasal 5

(1) Jumlah anggota Polisi di Indonesia bila dibandingkan dengan jumlah penduduk akan selalu tidak berimbang atau bahkan semakin ketinggalan, sehingga untuk mencapai ratio ideal (1:400) akan dibutuhkan waktu yang lama. Sementara, ratio Polisi dan penduduk yang ideal pun tidak merupakan jaminan dapat tenvujudnya Kamtibmas. Membangun kemitraan dengan masyarakat adalah strategi yang tepat untuk mengatasi kesenjangan ini. Menutupi kekurangan personel Polri akan lebih efisien dengan penambahan kekuatan melalui pelibatan warga masyarakat sebagai mitra yang setara. (2) Penerapan Polmas dengan pendekatan proaktif mengutamakan pemecahan

masalah kamtibmas dan masalah sosial berarti mengoptimalkan sumber daya polisi dan masyarakat dengan menggandakan kekuatan sumber daya yang dapat dilibatkan dalam upaya pemeliharaan Kamtibmas. Dengan penggandaan kekuatan tersebut, tugas pemeliharaan kamtibmas tidak hanya dilaksanakan oleh petugas Polri melainkan juga menjadi kepedulian warga masyarakat.

(3) Perkembangan sosial, budaya, ekonomi dan politik yang sangat pesat serta berbagai dampak globalisasi pada masyarakat menimbulkan masalah yang semakin kompleks dan meluas, yang sangat mungkin terjadi di berbagai tempat. Perkembangan ini menuntut pemecahan masalah dan penanganan yang cerdas, kreatif dan cepat yang tidak mungkin dapat diatasi sendiri oleh Polri kecuali dengan partisipasi dan bantuan warga masyarakatnya.

(4) Kemitraan polisi dan masyarakat di dalam Polmas memungkinkan deteksi dini permasalahan karena polisi dapat lebih cepat dan akurat memperoleh informasi tentang Kamtibmas, sehingga memungkinkan tindakan dan penanganan yang tanggap, cepat dan tepat dan baik oleh polisi bahkan dalam keadaan mendesak masyarakat dapat mengambil tindakan yang pertama secara cepat dan tepat sebelum polisi datang.

(5) Penerapan strategi Polmas bagi Indonesia sangat tepat/cocok dengan budaya masyarakat Indonesia yang mengedepankan kehidupan berkomunitas, gotong royong, keseimbangan (harmonis), dan kepedulian serta mendahulukan kepentingan umum.

Bagian Ketiga Prinsip-prinsip Polmas

Pasal 6 Prinsip-prinsip penyelenggaraan Polmas meliputi:

a. komunikasi intensif: praktek pemolisian yang menekankan kesepakatan dengan warga, bukan pemaksaan berarti bahwa Polri menjalin komunikasi intensif dengan masyarakat melalui tatap muka, telekomunikasi, surat, pertemuan-pertemuan, forum-forum komunikasi, diskusi dan sebagainya di kalangan masyarakat dalam rangka membahas masalah keamanan.

Referensi

Dokumen terkait

Guru bahasa arab harus memiliki kompetensi yang mencakup kemampuan memahami prinsip-prinsip pendidikan bahasa arab,mengelola proses belajar mengajar bahsa arab

KETENTUAN PEMERINGKATAN SISWA OLEH SEKOLAH.. KIP-K ALAMAT SBMPTN JADWAL UTBK UTBK PDSS SNMPTN LTMPT DESKRIPSI UTBK-SBMPTN TAHUN 2021 28 PENERIMAAN MAHASISWA BARU 20 21 PTN

Seperti halnya yang telah disampaikan di atas, Pegadaian Syariah Kendal memiliki beberapa produk yaitu: Arrum (Ar-Rahn untuk usaha mikro kecil), Mulia (Murabahah

Penelitian keanekaragaman kumbang lembing herbivora (subfamili EpiJachninae) dan tumbuhan inangnya di ekosistem tropis basah dataran rendah dilakukan di kawasan Taman Nasional

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan gula aren terhadap jumlah mikroba dan ketebalan nata pada teh kombucha serta mengetahui kadar

Hasil penelitian tentang sikap, dipe- roleh bahwa sebagian besar responden mahasiswa kedokteran umum tahap profesi dan mahasiswa program studi keperawatan sudah memiliki sikap yang

Menurut Ruslan dalam bukunya Kampanye Public Relations (2007: 66) definisi kampanye public relations (PR Campaign) dalam arti sempit bertujuan meningkatkan

Dari beberapa kyai/ulama di Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal yang penulis wawancarai berkaitan dengan pengulangan akad nikah dengan wali dibawah umur dapat