• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN UMUM KOTA BANDA ACEH. Tabel 4. Luas dan Persentase Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh NO KECAMATAN LUAS (Km 2 )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEADAAN UMUM KOTA BANDA ACEH. Tabel 4. Luas dan Persentase Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh NO KECAMATAN LUAS (Km 2 )"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KEADAAN UMUM KOTA BANDA ACEH

4.1. Kota Banda Aceh

4.1.1. Letak Geografis

Secara geografis Kota Banda Aceh terletak antara 5°30’ – 05035’ LU dan 95°30’ – 99016’ BT, dengan ketinggian rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut, dengan luas wilayah 61,36 km2. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut : sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka; sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Darul Imarah dan Kecamatan Ingin Jaya (Kabupaten Aceh Besar); sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Peukan Bada (Kabupaten Aceh Besar); sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Barona Jaya dan Kecamatan Darussalam (Kabupaten Aceh Besar).

Wilayah administrasi Kota Banda Aceh meliputi 9 Kecamatan, 70 desa dan 20 kelurahan, luas masing-masing wilayah kecamatan di Kota Banda Aceh.

Tabel 4. Luas dan Persentase Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh NO KECAMATAN LUAS (Km2) PERSENTASE (%) 1. Meuraxa 7.258 11.83 2. Baiturrahman 4.539 7.40 3. Kuta Alam 10.047 16.37 4. Syiah Kuala 14.244 23.21 5. Ulee Kareng 6.150 10.02 6. Banda Raya 4.789 7.80 7. Kuta Raja 5.211 8.49 8. Lueng Bata 5.341 8.70 9. Jaya Baru 3.780 6.16 JUMLAH 61.359 100.00

Sumber: Banda Aceh Dalam Angka, 2006 4.1.2. Topografi

Kota Banda Aceh secara geomorfologi merupakan dataran banjir Krueng Aceh dan 70% wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 10 meter dari permukaan laut. Ke arah hulu dataran ini menyempit dan bergelombang dengan

(2)

ketinggian hingga 50 m di atas permukaan laut. Dataran ini diapit oleh perbukitan terjal di sebelah Barat dan Timur dengan ketinggian lebih dari 500 m, sehingga mirip kerucut dengan mulut menghadap ke laut.

4.1.3. Hidrologi

Ada delapan sungai yang melalui Kota Banda Aceh yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air (Catchment Area) dan sumber air baku, kegiatan perikanan, dan sebagainya.

Tabel. 5 Nama Sungai di Kota Banda Aceh dan Luas Daerah Resapannya Nama Sungai Luas Daerah Resapan (km2)

Krueng Aceh 1712,00

Krueng Daroy 14,10

Krueng Doy 13,17

Krueng Neng 6,55

Krueng Lhueng Paga 18,25

Krueng Tanjung 30,42

Krueng Titi Panjang 7,80

Sumber: URRP Banda Aceh City JICA, 2006.

Wilayah Kota Banda Aceh memiliki air tanah yang bersifat asin, payau dan tawar. Daerah dengan air tanah asin terdapat pada bagian Utara dan Timur kota sampai ke tengah kota. Air payau berada di bagian tengah kota membujur dari Timur ke Barat. Sedangkan wilayah yang memiliki air tanah tawar berada di bagian Selatan kota.

4.1.4. Klimatologi

Banda Aceh memiliki rentang suhu udara mulai dari 18 0C hingga 37 0C dengan rata-rata bulanan antara 25 0C hingga 27 0C dan tekanan (minibar) 1008-1012. Adapun kelembaban udaranya adalah berkisar dari 75-85 % dengan jumlah hari hujan 11 hari dalam 1 bulan. Rata-rata jumlah curah hujan adalah 1.454 mm dengan konsentrasi musim hujan mulai dari bulan Oktober hingga Maret. Kecepatan angin tidak terlalu tinggi, yaitu dengan kecepatan normal rata-rata 13,3 m/detik dan kecepatan maksimum rata-rata sebesar 17,3 m/detik.

(3)

4.1.5. Geologi

Pulau Sumatera dilalui oleh patahan aktif Sesar Semangko yang memanjang dari Banda Aceh hingga Lampung. Patahan ini bergeser sekitar 11 cm/tahun dan merupakan daerah rawan gempa dan longsor.

Kota Banda Aceh diapit oleh dua patahan di Barat dan Timur kota, yaitu patahan Darul Imarah dan Darussalam, dan kedua patahan yang merupakan sesar aktif tersebut diperkirakan bertemu pada pegunungan di Tenggara kota. Sehingga sesungguhnya Banda Aceh adalah suatu dataran hasil amblasan sejak Pliosen, membentuk suatu Graben. Sehingga dataran Banda Aceh ini merupakan batuan sedimen yang berpengaruh kuat apabila terjadi gempa disekitarnya.

4.2.Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kota Banda Aceh sebelum terjadinya bencana tsunami adalah sekitar 263.668 jiwa, dengan mayoritas penduduk beragama dan berbudaya Islam. Sebagai ibukota Provinsi yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi, Kota Banda Aceh memiliki jumlah dan kepadatan penduduk tertinggi dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya dalam lingkup Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Pasca Tsunami di Kota Banda Aceh

NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENGUNGSI PRE-TSUNAMI PASCA TSUNAMI 1. Baiturrahman 37.449 36.783 5.052 2. Kuta Alam 55.062 43.113 23.971 3. Meuraxa 31.218 5.657 867 4. Syiah Kuala 42.779 35.514 6.411 5. Lueng Bata 18.360 18.254 5.229 6. Kuta Raja 20.217 5.122 230 7. Banda Raya 19.071 19.015 9.451 8. Jaya Baru 22.005 11.384 6.163 9. Ulee Kareng 17.510 17.388 8.126 TOTAL 263.668 192.194 65.500

(4)

Pasca terjadinya Tsunami, jumlah penduduk kota Banda Aceh berkurang dengan nyata sekitar 27 %, tereduksi menjadi 192.194 jiwa, dengan jumlah kehilangan (meninggal dunia atau hilang) sebanyak 71.475 jiwa dan jumlah penduduk yang kehilangan tempat tinggal sebanyak 65.500 jiwa.

Perbandingan penurunan jumlah penduduk dan jumlah pengungsi antar kecamatan di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada gambar berikut ini. Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa jumlah kehilangan terbesar terjadi di Kecamatan Meuraxa (82 %), Kecamatan Kuta Raja (75 %), Kecamatan Jaya Baru (49 %), dan Kecamatan Kuta Alam (22 %).

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 Bai turra hm an Ku ta al am Me urax a Syia h K ual a Luen g B ata Kut a Ra ja Band a R aya Jay a Ba ru Ule e Karen g

Jumlah Penduduk Pre-Tsunami Jumlah Penduduk Pasca Tsunami Jumlah Pengungsi

Sumber: Pemerintah Kota Banda Aceh, 2006.

Gambar 4. Grafik Jumlah penduduk sebelum dan sesudah tsunami.

4.2.1. Kepadatan Penduduk

Akibat besarnya penurunan jumlah penduduk yang terjadi pada bencana Tsunami, kepadatan penduduk di Kota Banda Aceh juga mengalami penurunan dari 43 jiwa/ha menjadi hanya 31 jiwa/ha. Data kepadatan penduduk per kecamatan di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 7. Penurunan tingkat kepadatan penduduk yang paling drastis terjadi di Kecamatan Meuraxa (menurun

(5)

sebesar 82 %) dan Kuta Raja (menurun sebesar 75 %) karena memang di kedua wilayah tersebutlah terjadi jumlah kehilangan penduduk yang paling besar. Selain itu, Kecamatan Jaya Baru dan Kuta Alam juga mengalami penurunan kepadatan yang cukup besar. Sedangkan untuk Kecamatan Ulee Kareng, Banda Raya dan Lueng Bata tidak mengalami perubahan kepadatan penduduk. Ketiga wilayah tersebut memang tidak terkena dampak yang besar akibat bencana tsunami. Gambar 5 di bawah ini menunjukkan penurunan kepadatan penduduk di Kota Banda Aceh pasca bencana tsunami.

Tabel 7. Tingkat Kepadatan Pendudukdi Kota Banda Aceh Pasca Tsunami

NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK (Jiwa) LUAS WILAYAH (Ha) KEPADATAN PENDUDUK (Jiwa/Ha) PRE-TSUNAMI PASCA TSUNAMI PRE-TSUNAMI PASCA TSUNAMI 1. Baiturrahman 37.449 36.783 453.90 83 81 2. Kuta Alam 55.062 43.113 1004.70 55 42 3. Meuraxa 31.218 5.657 725.80 43 8 4. Syiah Kuala 42.779 35.514 1424.40 30 25 5. Lueng Bata 18.360 18.254 534.10 34 34 6. Kuta Raja 20.217 5.122 521.10 39 10 7. Banda Raya 19.071 19.015 478.90 40 40 8. Jaya Baru 22.005 11.384 378.00 58 30 9. Ulee Kareng 17.510 17.388 615.00 28 28 TOTAL 263.668 192.194 6135.9 43 31

(6)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Baiturrah man Kuta a lam Meura xa Syiah Kuala Lueng Bata Kuta R aja Banda Raya Jaya B aru Ulee K areng Kepadatan Penduduk Pre-Tsunami Kepadatan Penduduk Pasca Tsunami

Sumber: Pemerintah Kota Banda Aceh, 2006.

Gambar 5. Grafik Penurunan Kepadatan Penduduk di Kota Banda Aceh Pasca Bencana Tsunami.

Kecamatan Ulee Kareng, Lueng Bata, dan Banda Raya

Secara administratif Kecamatan Ulee Kareng, Kecamatan Lueng Bata, dan Kecamatan Banda Raya, termasuk kedalam wilayah administrasi Kota Banda Aceh. Ketiga Kecamatan tersebut terletak di sebelah Selatan Kota Banda Aceh dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Besar. Kecamatan Ulee Kareng terdiri dari 9 desa, Kecamatan Lueng Bata terdiri dari 9 desa, dan Kecamatan Banda Raya terdiri dari 10 desa (lihat Tabel 8)

Tabel 8. Nama Desa / Kelurahan

KECAMATAN KELURAHAN/DESA

Ulee Kareng Pango Raya, Pango Deah, Ilie, Lamteh, Lam Glumpang, Ceurih, Ie Masen Ulee Kareng, Doi, Lambhuk.

Lueng Bata Landom, Cot Mesjid, Batoh, Lueng Bata, Blang Cut, Lampaloh, Sukadamai, Panteriek, Lam Seupeung. Banda Raya Lam Ara, Lampuot, Mibo, Lhong Cut, Lhong Raya,

Peunyeurat, Lam Lagang, Geuceu-Komplek, Geuceu- Iniem, Geuceu Kayee Jato.

(7)

4.4. Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk Kecamatan Ulee Kareng, Lueng, Bata, dan Banda Raya tahun 2006 berturut-turut adalah 22.823 jiwa, 19.339 jiwa, 24.272 jiwa. Dengan rata-rata kepadatan penduduk berturut-turut adalah 2.536 jiwa/desa, 2.149 jiwa/desa, dan 2.427 jiwa/desa dengan penduduk beragama dan berbudaya Islam.

Gambar

Tabel 6. Jumlah Penduduk Pasca Tsunami di Kota Banda Aceh
Gambar 4. Grafik Jumlah penduduk sebelum dan sesudah tsunami.
Gambar 5 di bawah ini menunjukkan penurunan kepadatan penduduk di Kota  Banda Aceh pasca bencana tsunami
Gambar 5. Grafik Penurunan Kepadatan Penduduk di Kota Banda Aceh Pasca   Bencana Tsunami

Referensi

Dokumen terkait

Hendaknya unit surveilans telah melakukan analisis dan interpretasi terhadap data tersebut dan menyajikanya dalam bentuk grafik/diagram sebelum dilaporkan kepada pihak yang

Hanya gurunya yang aktif (berbicara), siswanya pasif. Jika siswa tidak dapat menangkap materi pelajaran, kesalahan cenderung ditimpakan kepada siswa. Dinding kelas dibiarkan

In this study, error analysis is a procedure that includes collecting sample, identifying errors on the cause of the error and giving evaluation about erroneous level on the

Proses transfer uang ini adalah proses yang menggunakan konsep akad wakalah, dimana prosesnya diawali dengan adanya permintaan nasabah sebagai Al-Muwakkil terhadap

Bapak Tatag Muttaqin S.Hut selaku pembimbing skripsi pendamping yang telah memberikan saran, arahan yang tak henti-hentinya dan masukan- masukannya, sehingga

a) Sedangkan sumber data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data penelitian secara langsung. 17 Data primer yaitu data yang diperoleh dari

1) Metode ini merupakan metode yang praktis karena dalam waku yang singkat dapat diperoleh data yang banyak dan dapat dilakukan sekalipun

Abstrak.Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia yang disebut patogen oportunistik, bakteri ini menjadi problema serius pada pasien rumah sakit yang