• Tidak ada hasil yang ditemukan

GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA (SISTEM PERENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL) DALAM KEBIJAKAN POLITIK HUKUM NASIONAL. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA (SISTEM PERENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL) DALAM KEBIJAKAN POLITIK HUKUM NASIONAL. Oleh :"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

107

I Gusti Ayu Suarniati, S.H.,M.H. Garis-Garis …

GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA (SISTEM PERENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL) DALAM KEBIJAKAN POLITIK

HUKUM NASIONAL Oleh :

I Gusti Ayu Suarniati, S.H.,M.H. Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Abstract

National development must be realized in a well-directed, structured, well-planned way, by revealing the noble values of Pancasila and the constitutional foundation of the 1945 Constitution. In the new order MPR through the MPR Tap has the authority to establish a development planning system called the Outline of State Policy (GBHN). During the reform period the task of making the National Development Planning System, which consists of the National Medium-Term Development Plan (RPJM), and the National Long Term Development Plan (RPJPN) are submitted to the president and vice president. This policy is the politics of national law National legal policy is defined as a legal policy (legal policy) that would be applied or implemented nationally by a state government. At this time there is an opinion that requires the direction of future national development planning is returned to GBHN.

Key Note : state Policy, System of Development Planning, Political law Abstrak

Pembangunan nasional harus diwujudkan secara terarah, terstruktur, terencana dengan baik, dengan menjungjung nilai-nilai luhur Pancasila dan landasan konstitusional UUD 1945. Pada masa orde baru MPR melalui Tap MPR memiliki kewenangan untuk menetapkan sistem perencanaan pembangunan yang disebut dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Pada masa reformasi tugas pembuatan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM), dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) diserahkan kepada presiden dan wakil presiden. Kebijakan ini merupakan politik hukum nasional Politik hukum nasional diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan negara . Pada saat ini ada pendapat yang menghendaki arah perencaan pembangunan nasional ke depan dikembalikan ke GBHN .

Kata Kunci: GBHN, Sistem Perencanaan Pembangunan, Politik hukum PENDAHULUAN

Tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu: “melindungi segenap bangsa dan

seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”, diwujudkan melalui pelaksaan

(2)

108

I Gusti Ayu Suarniati, S.H.,M.H. Garis-Garis …

penyelenggara negara yang berkedaulatan rakyat, demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. Pelaksanaan penyelenggara negara melalui pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa, oleh penyelenggara negara, yaitu lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh rakyat Indonesia Pembangunan nasional harus diwujudkan secara terarah, terstruktur, terencana dengan baik, dengan menjungjung nilai-nilai luhur Pancasila dan landasan konstitusional UUD 1945.

Pada masa orde baru yakni pada saat Presiden Suharto berkuasa MPR melalui Tap MPR memiliki kewenangan untuk mengatur sistem perencanaan pembangunan yang disebut dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) merupakan pernyataan dari keinginan seluruh rakyat Indonesia yang ditetapkan oleh MPR untuk jangka waktu 5 (lima) tahun sekali. GBHN adalah visi dan misi tertinggi nomor kedua setelah UUD 1945 yang harus dilaksanakan oleh lembaga eksekutif.

Perubahan sistem politik Indonesia setelah masa orde baru berakhir, merupakan arus besar pemikiran reformasi adalah perubahan sistem kelembagaan Negara dari sistem MPR sebagai lembaga tertinggi negara, berwenang menentukan arah pembangunan bangsa melalui GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) menjadi lembaga tinggi negara sejajar dengan lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. MPR sebagai lembaga permusyawaratan tempat bertemu dua lembaga legislatif DPR RI dan DPD RI, memiki dua wewenang. Pertama wewenang terhadap UUD yaitu menetapkan dan merubah UUD, Kedua wewenang terhadap presiden yaitu melantik dan memberhentikan presiden. Sedangkan wewenang MPR untuk menentukan arah pembangunan nasional dihapus dengan diterimanya amandemen keempat UUD 1945.

Setelah ditetapkanya Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, kebijakan politik hukum nasional mengalami perubahan penyusunan arah dan stategi

(3)

109

I Gusti Ayu Suarniati, S.H.,M.H. Garis-Garis …

pembangunan nasional diserahkan kepada Presiden dan wakil Presiden selama lima tahun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM). RPJM merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presidensiil yang yang berpedoman pada cita-cita luhur dalam Pembukaan UUD 1945 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang ditetapkan dengan UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJM 2005-2025.1 RPJM adalah perencanaan pembangunan Nasional untuk menjamin agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien dan bersasaran (dengan target) yang jelas.

Berdasarkan uraian tersebut diatas apapun bentuk kebijakan politik hukum nasional dalam menyusun Garis-Garis Besar Haluan Negara atau Rencana Pembangunan Nasional harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila sebagai landasan idiil dan landasan konstitusional

1

Siti Marwiyah, Nunuk Nuswardani, 2014, Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai Penentu Arah dan Strategi Rencana Pembangunan Indonesia, Vol.9 No. !, hal. 90, diunduh taggal 15- 4-2017.

Undang Dasar 1945. Sehingga isu hukum terkait dengan rencana pembangunan nasional yang terarah, terstruktur dan terencana muncul apakah setelah masa reformasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah sudah berjalan dengan baik?, dan apakah Garis-Garis Besara Haluan Negara perlu dibangkitkan kembali ?.

PEMBAHASAN

Idealitas sistem hukum nasional pada dasarnya adalah dalam rangka membantu terwujudnya keadilan sosial dan kemakmuran masyarakat sebagaimana tercantum dslsm Pembukasan UUD 1945, 2Salah satu cara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia, Pasal 1 ayat (3) Perubahan Ketiga UUD 1945 menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum” secara eksplisit mengisyaratkan bahwa hukum dalam Negara Indonesia secara normatif mempunyai kedudukan yang sangat mendasar dan tertinggi (supreme). Terkadang dalam realita praktik

2

C.F.G. Sunaryati Hartono, 1991,

Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum,

(4)

110

I Gusti Ayu Suarniati, S.H.,M.H. Garis-Garis …

idealitas tidak terealisasai dengan baik, hal itu merupakan anomali yang harus kita benahi bersama.3

Posisi politik hukum Indonesia yang akan, sedang dan telah diberlakukan di wilayah Indonesia sangatlah penting, karena akan dijadikan sebagai pedoman dasar dalam proses menentukan nilai, penetapan, pembentukan dan pengembangan hukum di Indonesia.Politik hukum yang dimaksud adalah kebijakan dasar penyelenggara negara dalam bidang hukum yang akan, sedang, dan telah berlaku, yang bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara yang dicita-citakan. Sebagai pedoman dasar politik hukum nasional harus dirumuskan pada peraturan perundang-undangan yang bersifat mendasar.

Politik hukum nasional diartikan sebagai kebijakan hukum (legal

policy) yang hendak diterapkan atau

dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan negara tertentu, yang meliputi: pelaksaan hukum

3

Imam Syaukani, A. Ahsin Thohari, 2005, Dasar-Dasar Politik Hukum, Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 83.

yang telah ada secara konsisten, pembangunan/pembaharuan hukum yang dianggap usang, penegasan fungsi lembaga penegak/pelaksana hukum dan pembinaan anggotanya, dan meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.4

Sebagai negara hukum, pengakuan normatif dan empirik terhadap prinsip supremasi hukum, yaitu hukum sebagai pedoman tertinggi yang dituangkan dalam pengaturan dan peraturan. Sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia menurut pasal 7 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan hierarki peraturan adalah sebagai berikut:

a. UUD 1945; b. Ketetapan MPR;

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden;

4

Abdul Hakim Garuda Nusantara,

Politik Hukum Nasional, Makalah

disampaikan pada Karya Latihan Bantuan Hukum (Kalabahu), diselenggarakan Yayasan LBH Indonesia dan LBH Surabaya, September 1985.

(5)

111

I Gusti Ayu Suarniati, S.H.,M.H. Garis-Garis …

f. Peraturan Daerah Provinsi, dan g. Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota.

Posis tertinggi UUD 1945 dalam tata urutan perundang-undangan tidak bisa dilepaskan dari fungsinya sebagai konstitusi negara. UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggraan negara, tempat atau sumber rujukan utama atau guidance bagi proses perumusan dan penetapan peraturan perundangan yang lain.5, Sebagai hukum dasar setiap materi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berada dibawah UUD 1945 tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945.

Ketetapan (Tap MPR) yang terletak di posisi (urutan) kedua setelah UUD 1945, setelah perubahan ketiga UUD 1945, MPR tidak lagi sebagai lembaga tertinggi negara (supreme body), tetapai hanya sidang gabungan (joint session) yang mempertemukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).6

5

Ibid hal. 87.

6

Ibid, hal 115

MPR sebagai lembaga tinggi negara yang setara dengan lembaga tinggi negara yang lainnya dan hanya membuat Tap MPR terkait pengangkatan Presiden satu kali dalam 5 tahun.

Pada masa orde baru MPR melalui Tap MPR memiliki kewenangan untuk mengatur sistem perencanaan pembangunan nasional secara periodik yang disebut Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang dijabarkan melalui REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun). GBHN adalah bentuk catatan rencana pembangunan negara, merupakan keinginan bersama rakyat Indonesi secara menyeluruh (garis besar) .

GBHN (Garis-Garis Besara Haluan Negara) menurut Tap MPR RI No. IV/MPR/1999 adalah haluan negara tentang penyelenggaraan negara dalam garis-garis besar sebagai pernyataan kehendak rakyat secara menyeluruh dan terpadu yang ditetapkan oleh MPR untuk lima tahun guna mewujudkan kesejahtraan rakyan yang bekeadilan.

GBHN ditetapkan dengan maksud memberikan arah

(6)

112

I Gusti Ayu Suarniati, S.H.,M.H. Garis-Garis …

penyelenggaraan negara dengan tujuan mewujudkan kehidupan yang demokratis, berkeaadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat dan bangsa yang beadab, berakhlak mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtra untuk kurun waktu lima tahun kedepan.GBHN disusun atas dasar landasan idiil Pancasila dan landasan konstitusinya Undang-Undang Dasar 1945.

Sebagai landasan idiil berarti bahwa GBHN dijiwai oleh nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa, berdasarkan atas Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, dengan mementingkan persatuan Indonesia, dengan berpedoman kepada Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta untuk mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. 7

Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia serta sebagai dasar negara yang digali dan ditemukan dari nilai-nilai

7

Dardji Darmodihardjo, 1979,

Orientasi Singkat Pancasila, Universitas

Brawijaya, Malang, hal. 89-90.

yang hidup di dalam masyarakat Indonesia Sebagai ideologi nasional, Pancasila berfungsi untuk menggerakkan masyarakat dalam membangun bangsa dengan usaha-usaha yang meliputi semua bidang kehidupan. Sehingga pancasila mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan hidup, pedoman hidup bagi bangsa dan negara Indonesia yang harus dipelihara, dikembangkan dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara oleh seluruh elemen yang ada, merupakan prinsip serta orintasi hidup bernegara yang diyakini mampu menggerakkan bangsa untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan.8 Nilai-nilai Pancasila telah tertuang dalam Pembukaaan UUD 1945.

Landasan kontitusional GBHN adalah UUD 1945, merupakan hukum dasar tertulis yang memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara, tempat atau sumber rujukan utama atau guidance bagi proses perumusan dan penetapan peraturan yang lain. Setiap

8

Teguh Prasetyo, 2014, Arie

Purnomosidi, Membangun hukum

Berdasarkan Pancasila, Nusa Media, Bandung, hal. 31.

(7)

113

I Gusti Ayu Suarniati, S.H.,M.H. Garis-Garis …

materi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berada di bawahnya tidak boleh bertentangan dengan materi-materi yang terdapat dalam UUD 1945.

UUD Tahun 1945 merupakan satu kesatuan rangkaian perumusan hukum dasar Indonesia dimasa depan. Isinya mencakup dasar-dasar normatif yang berfungsi sebagai sarana pengendali (tool of social and

political control) terhadap penyimpangan dan penyelewengan dalam dinamika perkembangan zaman dan sekaligus sarana pembaruan masyarakat (tool of

social and political reform) serta

sarana perekayasaan (tool of social

and political engineering) ke arah

cita-cita kolektif bangsa. Belajar dari kekurangan sistem demokrasi politik diberbagai negara di dunia yang menjadikan Undang-undang Dasar hanya sebagai konstitusi politik, disamping juga berisi dasar-dasar pikiran mengenai demokrasi ekonomi dan demokrasi social (Jimly Asshiddiqie, 2010).9 Ketiga fungsi

9

Syafruddin Muhtamar, et.al., Relevansi Perencanaan Pembangunan Nasional , Konsentrasi HTN, Fakultas

utama UUD Tahun 1945 tersebut, merangkum secara keseluruhan fungsi-fungsi yang biasa diemban sebuah konstitusi, karena tidak jarang, konstitusi hanya difungsikan secara politik saja. Fungsinya sebagai pengendali, pembaharu dan perekayasa. UUD Tahun 1945 sepanjang sejarah ketatanegaraan Indonesia telah mewarnai kehidupannasional bangsa Indonesia lewat kebijakan pembangunan hukum yang diselenggarakan oleh negara.

Dalam rangka penjabaran amanat UUD 1945 untuk mewujudkan kesejahteraan guna mencapai tujuan negara, diperlukan kebijakan pembangunan yang terarah. Pasca amandemen GBHN dihapuskan dan pemerintah merasa perlu membuat kembali pedoman perancangan maupun pelaksanaan pembangunan nasional.

Lamanya kekuasaan Presiden di masa orde baru mengakibatkan adanya pemerintahan yang cendrung otoliter dan absolut, Penyelenggaraan Negara yang

Hukum Uni. Hasanudin, hal 7, diunduh tgl 12-4-2017.

(8)

114

I Gusti Ayu Suarniati, S.H.,M.H. Garis-Garis …

menyimpang dari ideologi Pancasila dan mekanisme Undang-Undang Dasar 1945, telah mengakibatkan ketidakseimbangan kekuasaan diantara lembaga-lembaga Negara dan makin jauh dari cita-cita demokrasi dan kemerdekaan yang ditandai suburnya sistem kurupsi, kolusi dan nepotisme. Sistem ini akan mengakibatkan terjadi krisis multideminsional pada seluruh aspek kehidupan dan konflik sosial menguat. Dibidang ekonomi terjadi monopoli yang dilakukan oleh golongan tertentu. Data lembaga Transparency Internasional Indonesia menunjukkan bahwa penegakan supremasi hukum berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia secara universal mengalami degradasi terutama dibidang hukum. Untuk mengatasi masalah tersebut pada era reformasi terjadi perubahan politik hukum nasional dalam penyusunan rencana pembangunan nasional

Kebijakan arahan pembangunan pada era reformasi ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), sebagai instrumen hukum yang mengatur hal-hal lebih lanjut mengenai penyelenggaraan negara, pemerintahan dan pembangunan dari ketentuan UUD 1945 yang masih bersifat sangat umum. Materi yang diatur dalam undang-undang ini bersifat ketatanegaraan. Dari segi penyusunan undang-undang ini dapat dikatakan konsisten secara intern maupun ekstern. Hal tersebut dapat dilihat dari hubungan sistematik antara kaidah-kaidahnya, kebakuan susunan serta bahasa. 10

Pada era reformasi atau paska orde baru, penyusunan sistem perencanaan pembangunan nasional (SPPN) berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 diserahkan kepada Presiden dan wakil presiden untuk menyusun arah dan strategi pembangunan Nasional selama 5 tahun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM), merupakan penjabaran dari visi, misi

10

Yessi Anggraini, et. al , Perbandingan Rencana Pembangunan al Sebelum Dan Sesudah Amandemen UUD 1945, Fiat Justisia Jurnal Hukum volume 9 No. 1, Januari-Maret 2015, ISSN 1978-5186, diunduh tgl 22 -4-2017

(9)

115

I Gusti Ayu Suarniati, S.H.,M.H. Garis-Garis …

dan program Presidensiil yang berpedoman pada cita-cita luhur dalam Pembukaan UUD 1945 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang telah ditetapkan dengan UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025.

Dari dua kebijakan politik hukum nasional yaitu pada era orde baru dan era reformasi dalam bidang perencanaan pembangunan nasonal GBHN dan RPJM,bersifat jangka panjang, merupakan panduan pembangunan nasional disegala bidang kehidupan masyarakat bangsa Indonesia. Sebagai panduan pembangunan kehidupan masyarakat oleh penyelenggara negara, maka tentu kebijakan tersebut harus dibuat dalam kerangka Indonesia sebagai negara hukum, bahwa 2 (dua) kebijakan pembangunan nasional tersebut dibuat atau disusun dalam bentuk atau format yuridis yang jelas.

Idealnya pembangunan hukum yang diselenggarakan secara sistemik, dalam pengertian dilakukan dengan suatu kerja perencanaan dan pengimplementasian serta evaluasi kinerja secara keseluruhan mengenai

capaian-capaian pembangunan hukum, merupakan penjabaran secara esensial dari amanat konstitusi, sehingga tujuan ideal pembangunan hukum merupakan tujuan yang diinginkan oleh UUD Tahun 1945 sebagai konstitusi tertulis Republik Indonsia.

6 (enam) GBHN di era orde baru dan 1 (satu) GBHN di era transisi dari orde baru menuju era refomasi, serta arah kebijakan pembangunan hukum dalam RPJPN dalam era pasca amandemen UUD Tahun 1945, seharusnya merupakan pengejawantahan dari amanat UUD Tahun 1945, sehingga terjaga konsistensi, relevansi dan kesingkronan antara nilai, kaidah dan norma-norma fundamental yang ada dalam UUD Tahun 1945 dengan formulasi kebijakan yang dibuat oleh sebuah kewenangan negara dan bukan merupakan keinginan-keinginan sebagai hasil kompromi politis segelintir golongan atau pihak tertentu saja, sehingga cenderung merugikan substansi kepentingan nasional yang ada .11

11

Syafrudin Muhtamar, et. al., op. Cit hal. 5.

(10)

116

I Gusti Ayu Suarniati, S.H.,M.H. Garis-Garis …

Perjalanan reformasi yang lebih dari lima belas tahun, telah mengalami banyak scenario. Ada yang menggembirakan untuk disyukuri, tetapi banyak yang membingungkan dan bahkan menyedihkan karena berkembang tanpa arah. Demokrasi yang tumbuh subur di daerah hanya melahirkan politik berbiaya tinggi namun tidak memiliki dampak dalam upaya mengangkat derajat kesejahteraan masyarakat. Sampai saat ini, arah pembangunan Indonesia juga mengalami ketidakjelasan sehingga harus tersalip oleh Negara-negara tetangga yang tidak memiliki sumber daya alam sebanyak Indonesia. 12 PENUTUP

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahawa terjadi perubahan kebijakan politik hukum nasiona dalam penyusunan sitem perencanaan pembangunan nasional yaitu, pada masa orde baru kewenangan untuk mengatur sistem perencaan

12

Muharsono, Pentinggnya GBHN, Fak. Ilmu Sosial Dan Politik, Univ. Tulungagung, Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Vol. 8. No. 1 (2015), ISSN 1979-0295.

pembangunan nasional secara periodik selama lima tahun ada pada MPR sebagai Lembaga Tertinggi Negara melalui Tap MPR yang disebut GBHN dan memerintahkan kepada mandataris (Presiden) untuk melaksanakan.

Pada era reformasi setelah amendemen UUD 1945 penyusunan Sistem Perencanaan pembangunan nasional (SPPN) berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 diserahkan kepada Presiden dan wakil presiden untuk menyusun arah dan strategi pembangunan Nasional selama 5 tahun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM). merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Presidensiil yang berpedoman pada cita-cita luhur dalam Pembukaan UUD 1945 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang telah ditetapkan dengan UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025.

Tingkat keberhasilan upaya-upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan di seluruh aspek kehidupan masyarakat sangat rendah, ada yang berhasil tetapi ada juga yang berkembang

(11)

117

I Gusti Ayu Suarniati, S.H.,M.H. Garis-Garis …

tanpa arah. Sampai saat ini arah pembengunan Indonesia mengalami ketidak jelasan. Evaluasi keadaan demikian perlu disikapi dengan mengembalikan arah dan haluan pembangunan nasional berupa Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) . , mengingat GBHN dalam hirarchi perundang-undangan berada diurutan kedua setelah UUD 1945. Tap MPR dalam bentuk GBHN berfungsi untuk menjabarkan ketentuan UUD 1945. Sudah selayaknya mengembalikan fungsi MPR sebagai lembaga pembentuk GBHN. Perubahan tersebut sudah seharusnya mengamandemen UUD 1945.

DAFTAR BACAAN BUKU :

Abdul Hakim Garuda Nusantara, Politik Hukum Nasional, Makalah disampaikan pada Karya Latihan Bantuan Hukum (Kalabahu), diselenggarakan Yayasan LBH Indonesia dan LBH Surabaya, September 1985. C.F.G. Sunaryati Hartono, 1991,

Politik Hukum Menuju Satu

Sistem Hukum, Alumni,

Bandung.

Dardji Darmodihardjo, 1979,

Orientasi Singkat Pancasila,

Universitas Brawijaya, Malang. Imam Syaukani, A. Ahsin Thohari,

2005, Dasar-Dasar Politik

Hukum, Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Imam Syaukani, A. Ahsin Thohari, 2005, Dasar-Dasar Politik

Hukum, Pt Raja Grafindo. Persada, Jakarta

INTERNET:

Yessi Anggraini, et. al , Perbandingan Rencana Pembangunan al Sebelum Dan Sesudah Amandemen UUD 1945, Fiat Justisia Jurnal Hukum volume 9 No. 1, Januari-Maret 2015, ISSN 1978-5186, diunduh tgl 22 -4-20171

Syafruddin Muhtamar, et.al.,

Relevansi Perencanaan Pembangunan Nasional , Konsentrasi HTN, Fakultas Hukum Uni. Hasanudin, hal 7, diunduh tgl 12-4-2017.

JURNAL :

Muharsono, Pentinggnya GBHN, Fak. Ilmu Sosial Dan Politik, Univ. Tulungagung, Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Vol. 8. No. 1 (2015), ISSN 1979-0295. Siti Marwiyah, Nunuk Nuswardani,

2014, Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai Penentu Arah dan Strategi Rencana Pembangunan Indonesia, Vol.9 No. !, hal. 90, diunduh taggal 15- 4-2017.

Referensi

Dokumen terkait

1, karena titik tumpu berada dian 1, karena titik tumpu berada diantara titik beban tara titik beban dengan titik kuasa. dengan titik

Jika digabungkan dapat menjadi, bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai

Sistem penilaian kinerja karyawan yang saat ini dilakukan oleh PT X hanya berdasarkan penilaian dari satu penilai yaitu manager yang bertanggung jawab kepada

Perbedaan tanggapan tentang implementasi bahasa Indonesia terjadi karena bahasa Indonesia tidak membawa serta sastra, padahal sastra sangat berperan dalam

Objek penelitian adalah Perguruan Tinggi Komputer di pulau Jawa dengan tujuan ingin mendapatkan deskripsi tentang struktur industri jasa pedidikan tinggi komputer di Pulau

Kendala menghasilkan karya tulis ilmiah banyak dihadapi guru karena sejak awal guru kurang melakukan pembiasaan untuk menuangkan ide atau gagasan mereka dalam

Dalam pra penelitian pendahuluan dengan 30 responden kepala SD negeri di kecamatan Mranggen kabupaten Demak, tentang gaya kepemimpinan demokratik kepala sekolah,

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: sekolah perlu melakukan penempatan ruang khusus untuk laboratorium biologi