Disampaikan Oleh : Drs. Hasbullah,M.Si Direktur PKKS Ditjen Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan
ARAH KEBIJAKAN PROGRAM TKSK
RABU, 27 AGUSTUS 2014
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
MASALAH NASIONAL
Kemiskinan
: 28,07 jt jiwa ( 11,37%)
Total Penduduk Indonesia 245.250 jt jiwa
Pengangguran
: 6,5 %
Pertumbuhan
: 5,9 % (pada Triwulan ke 2)
Inflasi
: 8,32 % (Oktober 2013)
IPM
: 0,629 (Tahun 2012) peringkat 121 dari 187
Negara
Laju Pertumbuhan Penduduk : 1,51 % (Tahun 2012)
Geografis
: Sangat Luas
Sabang => Merauke
Miangas => P. Rote
Jumlah Pulau
: 13. 466 Pulau
Tujuh Prioritas Masalah
Kesejahteraan Sosial
Tujuh prioritas masalah sosial berdasarkan Undang Undang No. 11
tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Pasal 5 ayat 2, meliputi:
1.
Kemiskinan;
2.
Ketelantaran;
3.
Kecacatan;
4.
Keterpencilan;
5.
Ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku;
6.
Korban bencana dan/ atau;
7.
Korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
4
4.87 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 1 15 29 43 57 71 85 99 Ann ua l g row th ra te % Percentiles
2008-2012 growth Growth in mean
Miskin Rentan Menengah Atas
29 juta 70 juta 100 juta 50 juta
Penanggulangan
Kemiskinan & Perlindungan Sosial
Perlindungan Sosial, Iklim
Usaha & Akses Pasar Iklim Usaha
12% 40% 80%
+Rp 250.000/kap/bl +Rp 370.000/kap/bl +Rp750.000/kap/bl
Laju Pertumbuhan Pengeluaran Per Kapita, 2008-2012
4.87 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 1 15 29 43 57 71 85 99 A nn ua l g r ow t h r a t e % Percentiles
2008-2012 growth Growth in mean
EMPAT KELOMPOK PENDUDUK
DENGAN KEBUTUHAN
BERBEDA
11,37%
6
PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL
BERDASARKAN KELOMPOK SASARAN TAHUN 2011
Kelompok Sasaran Jenis PMKS Jumlah Sumber Data 1. Kemiskinan Fakir Miskin , Wanita Rawan
Sosial Ekonomi
2,5 juta RTSM Pendataan Program Perlindungan Sosial Tahun 2011, BPS (PPLS 2011)
2. Ketelantaran Anak Telantar, Anak Balita Telantar, Lanjut Usia Telantar
7.191.551 Jiwa BPS, Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2009 3. Kecacatan Orang dengan Kecacatan ,
Anak dengan Kecacatan
2.126.785 Jiwa BPS, Susenas Tahun 2009
4. Keterpencilan Komunitas Adat Tepencil 213.080 KK
Pendataan Dit. PKAT, 2009
5. Ketunaan dan Penyimpangan Perilaku
Tuna Susila, Pengemis, Gelandangan, Bekas Warga Binaan Lapas, ODHA , Korban NAPZA
3.872.287 Jiwa Dinas Sosial Provinsi
6. Korban Bencana Korban Bencana Alam , Korban Bencana Sosial
1.416.744 KK Dinas Sosial Provinsi
7. KTK, Eksploitasi dan Diskriminasi
Korban Tindak Kekerasan, Pekerja Migran Bermasalah Sosial
889.987 Jiwa Dinas Sosial Provinsi
DUA PULUH DUA (22) PMKS
Dari tujuh prioritas masalah sosial diatas terdapat sejumlah
penyandang masalah kesejahteraan sosial, meliputi :
1. Anak balita terlantar
2. Anak terlantar
3. Anak nakal
4. Anak jalanan
5. Wanita rawan sosial ekonomi
6. Korban Tindak kekerasan
7. Lanjut usia terlantar
8. Penyandang cacat
9. Tuna susila
10. Pengemis
13. Korban penyalahgunaan NAPZA
14. Keluarga Fakir miskin
15. Keluarga tinggal di rumah tidak layak huni
16. Keluarga bermasalah sosial psikologis
17. Komunitas adat terpencil
18. Korban bencana alam
19. Korban bencana sosial
20. Pekerja migran terlantar
21. Korban tindak kekerasan
22. Korban eksploitasi dan diskriminasi
Lanjutan . . .
8
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT (PNPM) DALAM RANGKA
PENANGGULANGAN KEMISKINAN TERDIRI DARI 4
KLUSTER
I
II
III
IV
Bantuan dan Perlindungan Sosial Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan/ Kredit Usaha Rakyat Program Pro RakyatBASIS DATA TERPADU
UNTUK PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL
Jamkesma s Subsidi Siswa Miskin Program Keluarga Harapan
Basis Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial
Kriteria Kepesertaan Program Perlindungan Sosial
Ditetapkan oleh K/L atau Pemerintah Daerah penyelenggara Program
Kriteria diterapkan kepada Basis Data Terpadu
Daftar nama dan alamat individu/keluarga/ rumah tangga sasaran masing-masing program
Raskin
Program Perlindungan Sosial lainnya
Dengan Sasaran Individu/Keluarga/Rumah Tangga
P4S Kompensasi Khusus BLSM 1 0
Kriteria dan jumlah sasaran program bantuan sosial ditentukan
oleh Kementerian/Lembaga/Instansi Pemerintah yang
menyelenggarakan program.
BAGAIMANA BASIS DATA TERPADU MEMBANTU
MENCAPAI KOMPLEMENTARITAS PROGRAM?
Total data Basis Data Terpadu
hasil PPLS 2011: + 25 juta rumah tangga
/ + 96 juta jiwa
PKH: + 3 juta rumah tangga Raskin: + 15,5 juta rumah tangga
Jamkesmas: + 86,4 juta jiwa (atau + 19 juta rumah
12
PERSENTASE PENDUDUK DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI
YANG HAMPIR SAMA (25% RTSPM RASKIN
)
Hampir Miskin/
Rentan
60%
Exclusion Error
40% Mencakup 24,7 Juta Rumah Tangga
atau 96,4 juta jiwa
Miskin
Mencakup 15,5 Juta Rumah Tangga atau 65,6 Juta Jiwa
Inclusion error
25%
11.66% Mencakup 5,7 Juta Rumah Tanggaatau 28,6 Juta Jiwa
SUMBER : TNP2KDirektorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan 12
Jamkesmas (PP 111/2012) PBI 86,4 jt jiwa ( 34,56% )
KEBIJAKAN TEKNIS PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
1.
Peningkatan Jangkauan dan Kualitas Pemberdayaan Sosial dan
Penanggulangan Kemiskinan.
2.
Peningkatan upaya mengurangi dan mengendalikan permasalahan
(Kemiskinan perkotaan dan Kemiskinan Perdesaan, Komunitas Adat
Terpencil dan Keluarga)
3.
Peningkatan
jaringan dan peran kelembagaan masyarakat dan
perangkat pelayanan sosial tingkat lokal
4.
Peningkatan Peran Aktif Masyarakat dan Kemitraan Dunia Usaha.
Jumlah Penduduk Miskin
14
Tahun Jumlah Penduduk Miskin (juta) Prosentase
2006 39,30 17,75 2007 37,17 16,58 2008 34,96 15,42 2009 32,53 14,15 2010 31,02 13,33 2011 30,02 12,49 2012 28,59 11,96 Maret 2013 28,07 11,37 September 2013 ? 14
Target Akhir 2014
RPJMN 2009 - 2014
8 s.d. 10%
Sumberdaya dan Sumber Dana
Sumber daya
: tenaga kesejahteraan sosial, pekerja sosial
profesional, relawan sosial, dan tenaga pendamping (UU No. 13
tahun 2011 pasal 33)
Sumber dana
(UU No. 13 tahun 2011, pasal 56):
1.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
2.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
3.
Dana yang disisihkan perusahaan perseroan
4.
Dana hibah baik dari dalam maupun luar negeri dan
STRATEGI PENANGANAN
16
1 6
18
20
•
Bahwa penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
menjadi
tanggung
jawab
pemerintah
dan
pemerintah daerah (pasal 24 ayat 1 UU No. 11
tahun
2009)
dan
masyarakat
mempunyai
kesempatan yang seluas-luasnya untuk beperan
dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
•
Pasal 41 UU No 11 tahun 2009 – Pemerintah
memberikan
penghargaan
dan
dukungan
masyarakat
yang
berperan
dalam
penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
PMKS
PSKS
DUNIA USAHA 1. Kemiskinan 2. Keterlantaran 3. Kecacatan 4. Keterpencilan5. Ketunaan sosial dan penyimpangan prilaku 6. Korban Bencana dan/atau 7. Korban tindak kekerasan,
eksploitasi dan diskriminasi
1. Karang Truna 2. Organisasi Sosial 3. TKSK 4. PSM 5. WKSBM 22 Gugus Tugas Sosial
TKSK (Permensos No. 03 Th 2013) adalah seseorang yang diberi tugas, fungsi, dan
kewenangan oleh Kementerian Sosial dan/atau dinas/instansi sosial provinsi, dinas/instansi sosial kabupaten/kota selama jangka waktu tertentu untuk melaksanakan
dan/atau membantu penyelenggaraan kesejahteraan sosial sesuai dengan wilayah
Seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta
Memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan social/sertifikat (tersertifikasi LSPS)
Kepedulian dalam pekerjaan sosial
Diperoleh melalui pendidikan,
pelatihan dan/atau pengalaman praktik pekerjaan sosial
Untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan
penanganan masalah sosial
Seseorang yang bekerja sukarela baik perorangan, di lembaga pemerintah maupun swasta
Kepedulian dalam pekerjaan sosial
Diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan/atau pengalaman
praktik pekerjaan sosial Untuk melaksanakan
tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial
Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial
1.
Pekerja Sosial Profesional
2.
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
3.
Taruna Siaga Bencana (Tagana)
4.
Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)
5.
Karang Taruna
6.
Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK-3)
7.
Keluarga Pioner (fcu)
8.
Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis
Masyarakat (WKSBM)
9.
Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial
(WPKS)
10.
Penyuluh Sosial (Fungsional dan
Masyarakat)
11.
Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan
(TKSK)
12.
Dunia Usaha
26
(Permensos RI No. 8/2012 : Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data PMKS dan PSKS)
Tujuan
pembentukan
dan
penugasan
TKSK
Meningkatkan peran serta masy dlm penyelenggaraan kesejahteraan sosial di tingkat kecamatan
Terwujudnya koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi program dan kegiatan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial di tingkat kecamatan
Terjalinnya kerja sama dan sinergi antara program penyelenggaraan
kesejahteraan sosial dan program-program
pembangunan lainnya di tingkat kecamatan
•TKSK berkedudukan di tingkat kecamatan yang mempunyai wilayah kerja di satu wilayah kecamatan yang meliputi desa atau kelurahan
Kedudukan
•Melakukan pemetaan sosial berupa pendataan PMKS, PSKS dan/atau data dan informasi lainnya yg dibutuhkan dlm penyelenggaraan kesos
•Melaksanakan dan/atau membantu penyelenggaraan kesos yg
ditugaskan oleh Kemensos, dinas/instansi sosial
provinsi/kab/kota dan kecamatan
•Melakukan koordinasi dengan PSKS dan SDM kesos lainnya dlm penyelenggaraan kesos
•Melakukan sinergi, integrasi, dan sinkronisasi dengan camat
dan/atau perangkat organisasi dibawahnya antara
penyelenggara kesos dan penyelenggara tugas umum
pemerintahan dan/atau pemberdayaan masy di tingkat kecamatan
•Melakukan kegiatan penyuluhan dan bimbingan sosial baik atas inisiatif sendiri maupun atas penugasan dari berbagai pihak
•Mengembangkan partisipasi sosial masyarakat dan jejaring
kerja dengan berbagai pihak dalampenyelenggaraan kesos
Tugas
•Koordinator, yaitu melaksanakan fungsi-fungsi koordinasi yang berkaitan dengan kerjasama, sinergi, integrasi, dan sinkronisasi dengan PSKS, SDM kesos dan berbagai pemangku kepentingan dlm penyelenggaraan kesos di wilayah kecamatan tempat penugasan
•Administrator, yaitu melaksanakan fungsi-fungsi administasi yg berkaitan dengan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pemantauan
penyelenggaraan kesos di wilayah kecamatan tempat penugasan.
•Fasilitator, yaitu melaksanakan fungs-fungsi fasilitasi dan/atau pendampingan sosial secara langsung maupun tdk langsung dlm penyelenggaraan kesos di
wilayah kecamatantempat penugasan.
Fungsi
Tantangan TKSK Dalam Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial
• Jml PMKS yang terus meningkat dan berkembang (Fakir miskin,
keterlantaran, kecatatan, ketunaan)
• Perkembangan teknologi dan informasi komunikasi, menuntut
kesiapan dari TKSK memanfaatkan teknologi tersebut.
• Kesiapan dan profesionalisme SDM TKSK dalam menangani
perkembangan PMKS.
• Jangkauan PMKS yg belum tertangani sampai ke daerah terpencil
sehingga belum seluruh PMKS terlayani
• Keterbatasan anggaran pemerintah (pusat/daerah) sehingga
PSKS
PMKS
Menyelesaikan PMKS dengan mendayagunakan peran
dan fungsi PSKS sebagai penyelenggara kesos
(
PSKS as a center point of solution
).
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
• Memperkuat Keberdayaan dan Kemandirian TKSK
• Memfasilitasi dan Mengadvokasi Dinas/Instansi Sosial dalam memberdayakan TKSK
• Memperkuat sinergitas dan kerjasama Kementerian Sosial dengan
kementerian/lembaga lainnya di tingkat pusat untuk mendukung pemberdayaan TKSK dalam berbagai aspek
• Memperkuat sinergitas dan kerjasama dengan pemerintah provinsi, kabupaten/kota, hingga penyelenggara kesejahteraan sosial di tingkat kecamatan dan desa untuk menjadikan TKSK sebagai bagian integral dari pembangunan nasional di daerahnya
• Meningkatkan kesadaran dan komitmen pemangku kepentingan lain di tingkat nasional, regional dan lokal dalam pemberdayaan TKSK
• Peningkatan kapasitas dan komitmen TKSK secara terarah dan terprogram dalam jangka menengah dan jangka pendek
• Penatakelolaan sistem informasi manajemen TKSK di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota sampai penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat
kecamatan dan desa
• Pengintegrasian dan sinkronisasi pemberdayaan TKSK dengan penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara komprehensif
• Advokasi keberadaan dan pendayagunaan TKSK melalui penggagasan dan
perluasan kesepakatan dan kerjasama dengan instansi/lembaga lain dari tingkat pusat sampai penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat kecamatan dan desa
32
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI PROGRAM
•
Penguatan kapasitas pribadi dan kelembagaan TKSK
•
Pendidikan dan pelatihan/bimbingan teknis secara berjenjang dan
berjangka waktu serta terprogram
•
Asistensi teknis dan pembinaan secara terprogram di tingkat
Kementerian Sosial, Dinas/Instansi Sosial Provinsi, Dinas/Instansi
Sosial Kabupaten/Kota dan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
di tingkat kecamatan
•
Apresiasi atas kinerja TKSK
•
Bantuan atau fasilitasi dan penyediaan alat kerja TKSK
•
Bantuan fasilitas lainnya disesuaikan dengan kemampuan dan
kapasitas yang ada di masing-masing lembaga pembina teknis
fungsional TKSK
STRATEGI
Meningkatkan dan mengembangkan kapasitas TKSK
Mengembangkan sumber daya TKSK
Meningkatkan jenis, jangkauan, dan kualitas program
Mempertajam spesifikasi dan spesialisasi TKSK
Meningkatkan advokasi sosial bagi pengembangan peran TKSK
Memperkuat jaringan kerja koordinasi TKSK, asosiasi dan forum komunikasi
Mendorong tumbuh dan perkembangan prakarsa dan peran aktif pemda, masyarakat dan dunia usaha dalam pemberdayaan, pendayagunaan dan kemitraan dengan
kelembagaan sosial
HAL YANG PERLU DILAKUKAN
Membangun jejaring kerja dan kemitraan dengan sesama TKSK atau
dengan instansi terkait lainnya
Memiliki “data” PMKS di wilayah kerjanya
Azas keseimbangan, tidak pilih kasih dan kesamaan dalam
pemberian bantuan/pelayanan
Meningkatkan dan menggali potensi yang ada di TKSK (SDM,
SDA/sarana dan lain-lain)
Mencatat dan melaporkan setiap aktivitas dan bantuan yang diterima
sebagai wujud akuntabilitas pelayanan
SAJUTA
JUJUR
SABAR
SIAP MELAYANI
SIAP
MEMBANTU
SIAP BEKERJA
Permasalahan Kesejahteraan Sosial yang cenderung meningkat dan semakin kompleks, berdampak pada berbagai aspek kehidupan perlu diimbangi dengan komitmen dan kesiapan pilar-pilar partisipan masyarakat dengan gerak langkah yang lebih teroganisasi dan terintegrasi dalam penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
Pembangunan kesos tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah namun juga menjadi tanggung jawab masyarakat, dunia usaha serta komitmen, dukungan, dan kerjasama regional, Internasional dengan pemerintah negara lain dan lembaga kemanusiaan internasional yang bergerak dibidang kemanusiaan.
Saat ini keberadaan pilar-pilar partisipan baik ditingkat akar rumput/desa, kecamatan, kab/kota dan provinsi diseluruh Indonesia belum didukung dengan database yang memadai serta kurangnya dukungan pemerintah daerah pada alokasi penganggaran APBD untuk program peningkatan kualitas dan penguatan kapasitas kelembagaan bagi penyelenggara kesos
Disisi lain keberadaan pilar-pilar partisipan secara fungsional telah
banyak memberikan dukungan terhadap proses penanggulangan PMKS karenanya keberadaannya masih sangat dibutuhkan dan diharapkan mampu berada pada barisan terdepan ditengah masyarakat.
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 menyebutkan perlunya memperkuat masyarakat sipil untuk menumbuhkan masyarakat tanggap yang mendorong semangat sukarela masyarakat sipil yang dimaksud adalah peran ruang gerak individu-individu dan kelembagaan masyarakat.
Dalam perubahan paradigma pembangunan kesejahteraan sosial
masyarakat tidak lagi menjadi objek tetapi menjadi subjek/pelaku pembangunan dimana masyarakat diharapkan semakin meningkatkan partisipasinya dan mendapatkan kepercayaan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial sehingga kedepannya akan menggeser peran pemerintah kepada masyarakat dalam upaya pengentasan PMKS.