• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 Salah satu dari tujuan Millenium Development Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita sebesar dua-pertiga, antara tahun 1990 dan 2015. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita saat mereka rentan terhadap penyakit. Secara keseluruhan, kemajuan substansial telah dibuat untuk mencapai MDG 4. Jumlah kematian balita di seluruh dunia telah menurun dari hampir 12 juta pada tahun 1990 menjadi 6,9 juta pada tahun 2011. Penurunan angka kematian anak usia di bawah lima tahun tersebut sebesar 41 persen, dari 87 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 1990 menjadi 51kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2011 (UNICEF, 2012).

Di negara berkembang, anak di bawah tiga tahun mengalami rata-rata tiga episode diare setiap tahun. Setiap episode menghalangi anak dari nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Akibatnya, diare merupakan penyebab utama kekurangan gizi, dan anak-anak dengan gizi kurang lebih mungkin untuk menderita sakit karena diare (WHO, 2004).

(2)

Pada 2004, penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara berpenghasilan rendah, dan menyebabkan 6,9% dari semua kematian. Pada anak-anak dibawah lima tahun, penyakit diare merupakan penyebab kematian terbanyak kedua (setelah pneumonia)(WHO, 2004). Pada saat ini angka kematian yang disebabkan diare menurun selama dua dekade terakhir dari estimasi 5 juta kematian anak di bawah lima tahun menjadi 1,5 juta kematian pada 2004, yang sejajar dengan tren penurunan kematian balita selama periode ini (WHO, 2009).

Di Indonesia, angka kesakitan diare juga masih cukup tinggi walaupun pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan yaitu dari 423 per 1.000 penduduk pada tahun 2006 turun menjadi 411 per 1.000 penduduk pada tahun 2010 (Depkes, 2012).

Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7% dan diikuti dengan kelompok usia anak kurang dari 1 tahun dengan prevalensi 16,5%. Laporan Riskesdas juga menunjukkan bahwa penyakit diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan

(3)

penyebab kematian yang ke empat (13,2%)(Riskesdas, 2007).

Diare akibat infeksi patogen seperti Shigella, Camplybacter, Enterohemorrhagic E. coli (termasuk E. coli O157:H7 dan E. coli produksi toksin shiga) dan E. histolytica paling sering bermanifestasi sebagai diare berdarah/ disenti (Bhutta, Z.A, 2011). Disentri merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas, sekitar 10% dari semua epidose diare pada anak-anak kurang dari 5 tahun adalah disentri, dan menyebabkan 15% dari semua kematian yang disebabkan diare (WHO, 1992). Diare berdarah paling sering disebabkan oleh Shigella (UNICEF dan WHO, 2009).

Komplikasi gastroenteritis umumnya dihubungkan dengan keterlambatan diagnosis dan keterlambatan penentuan terapi yang tepat. Tanpa rehidrasi yang cepat dan sesuai, banyak anak dengan diare akut dehidrasi akan berkembang dan terkait komplikasi. Ini dapat mengancam kehidupan bayi dan anak. Pengobatan yang tidak sesuai akan menyebabkan perpanjangan episode diare, dengan akibat terhadap malnutrisi dan defisiensi mikronutrisi (besi, zinc). Di negara berkembang dan populasi yang terinfeksi HIV, komplikasi sering

(4)

dikaitkan bakteremia pada anak malnutrisi dengan diare (Bhutta, Z.A, 2011).

Terapi antibiotik tepat waktu pada waktu tertentu diare dapat mengurangi durasi dan keparahan diare serta dapat mencegah terjadinya komplikasi. Namun dewasa ini, pengobatan antibiotik terhadap bakteri penyebab diare (utamanya disentri) telah banyak dilaporkan mengalami resistensi. Resistensi antibiotik dapat mengakibatkan beberapa penyakit serius dan sangat sulit untuk diobati (Hamedi, A, 2009).

Penentuan diagnosis yang tepat dan sesuai berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk diperhatikan. Untuk mengetahui gambaran klinis dan laboratoris yang jelas mengenai diare berdarah pada kelompok umur anak <5 tahun, guna memberikan masukan dalam manajemen kasus baik penentuan diagnosis maupun pemilihan terapi diare berdarah yang tepat, maka dipandang perlu meneliti karakteristik diare berdarah pada anak usia <5 tahun.

I.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu :

(5)

1. Bagaimana gambaran klinis dan laboratoris diare berdarah pada kelompok anak usia di bawah lima tahun di RSUP Dr. Sarjito tahun 2008-2012 ?

2. Bagaimana gambaran terjadinya diare berdarah bila dilihat dari segi usia, jenis kelamin, status gizi, jenis makanan dan pengobatan sebelumnya pada pasien dengan diare berdarah kelompok anak usia di bawah lima tahun di RSUP Dr. Sardjito tahun 2008-2012?

I.3.Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran klinis dan gambaran laboratoris pada kelompok anak di bawah usia lima tahun dengan diare berdarah di RSUP Dr. Sardjito.

2. Mengetahui gambaran diare berdarah di RSUP dr. Sarjito berdasarkan segi usia, jenis kelamin, status gizi, jenis makanan dan pengobatan sebelumnya pada kejadian diare berdarah di kelompok anak usia balita

I.4.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai gambaran klinis dan gambaran laboratoris pasien diare berdarah pada anak usia di bawah lima tahun di RSUP Dr. Sardjito, sehingga kelak

(6)

dapat digunakan sebagai masukan dan acuan bagi tenaga kesehatan khususnya di Bagian Anak untuk menegakkan diagnosis sedini mungkin yang akhirnya dapat meningkatkan perawatan dan pelayanan dalam kasus diare berdarah. Selain itu dapat bermanfaat bagi peneliti lain yang tertarik dengan penelitian serupa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya.

I.5.Keaslian Penelitian

Dari penelusuran penulis, belum pernah menemukan atau membaca hasil penelitian dengan judul yang sama. Namun ada tema yang mirip dengan penelitian ini:

1. Penelitian Trisno Agung Wibowo, dkk (2004) yang berjudul “Faktor-faktor Risiko Kejadian Diare Berdarah Balita Di Kabupaten Sleman” menyimpulkan bahwa, jarak sumber air dengan tempat pembuangan tinja kurang dari 10 meter, keluarga yang tidak membuang tinja yang memenuhi syarat sanitasi, pengetahuan orang tua tentang diare yang kurang secara statistik bermakna sebagai faktor risiko terhadap terjadinya diare berdarah pada usia balita di Kabupaten Sleman.

(7)

2. Penelitian Dhia H. Al-Beldawi dkk (2011) yang berjudul "Infectious bloody diarrhea in children 2 month – 5years, Descriptive hospital Based Study”. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa manifestasi klinis tersering pada pasien dengan diare berdarah adalah demam (73,2%), tenesmus (46,3%), muntah (54,9%), prolapse rektum (1,2%), kejang (4,9%), dehidrasi ringan (46,3%), dehidrasi sedang (37,8%), dan dehidrasi berat (15,9%).

3. Penelitian Budi Purnomo (2011) “Intestinal Amebiasis in Children with Bloody Diarrhea” menyimpulkan bahwa amebiasis intestinal sering ditemukan pada anak dengan diare berdarah, terutama bayi. Peningkatan leukosit dan eritrosit dalam tinja sering ditemukan pada amebiasis intestinal.

4. Hakim R, dkk (2013) “Profil Diare Berdarah di Bagian Ilmu Kesehatan Anak BLU.RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode 2008-2011”. Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa diare berdarah ditemukan 61 kasus diare berdarah di RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado selama periode 2008-2011, yang paling banyak terdapat pada anak laki-laki, kelompok usia < 1 tahun, dan status gizi kurang.

(8)

5. Ghaemi E.O dkk (2007) “Epidemiology of Shigella-Assosiated Diarrhea in Gorgan, North of Iran”. Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa gejala klinis dominan pada anak dengan infeksi shigella yang dihubungkan dengan kejadian diare adalah nyeri perut/ tenesmus (67,8%), demam (57,1%), mual (39,3%), muntah (19,6%) dan vertigo (7,1%).

Perbedaan dengan penelitian ini, karakteristik klinis yang diteliti adalah karakteristik diare berdarah pada balita, dengan rancangan penelitian deskriptif observasional. Data diperoleh dari hasil rekam medis di instalasi kesehatan anak RSUP Dr. Sardjito. Variabel yang diteliti penelitian ini antara lain berupa gambaran klinis (lendir feses, frekuensi BAB, tenesmus/nyeri perut, demam, mual/muntah), komplikasi (dehidrasi), penyakit penyerta, dan gambaran laboratoris (leukosit feses, eritrosit feses, kultur feses, tropozoit/kista feses). Variabel lain dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, status gizi, jenis makanan dan riwayat pengobatan diare sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Disain platform menggunakan tiga buah motor servo yang berfungsi sebagai penggerak segitiga yang dihubungkan dengan IMU, seperti yang dapat dilihat pada Gambar

semi terbuka dengan meniadakan dinding pembatas ruang, sehingga ruang akan bersifat fleksibel dan ruang dapat difungsikan lain bila tidak ada pentas dan latihan. adapun besaran

[r]

Format  konten  tidak  dibatasi,  dapat  berupa  teks,  audio,  video  dan  sebagainya  (format  HTML  sebaiknya  tidak  digunakan).  Cakupan  materi  harus 

Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan. Pertama, letak konsentra- si spasial industri manufaktur di Jawa Tengah tertinggi berada di Kabupaten Kudus, Kota

Dari pendapat-pendapat para sarjana maupun dari peraturan Merek itu sendiri, secara umum yang diartikan dengan perkataan merek adalah suatu tanda untuk membedakan

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas XA sebagai kelas eksperimen dan di kelas XB sebagai kelas kontrol dapat diperoleh data sebagai

Berkaitan dengan hal di atas melalui penelitian tindakan kelas, peneliti mencoba menawarkan model pembelajaran langsung untuk dapat diterapkan oleh guru mata pelajaran