• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu kawasan dilindungi yang pengelolaannya lebih diarahkan untuk melindungi sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa beserta ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya. Namun akhir-akhir ini diduga telah terjadi penurunan kualitas kawasan yang berdampak pada menurunnya fungsi tersebut, diduga disebabkan oleh tumbuhan eksotik yang bersifat invasif (Dephut, 1995).

Secara geografi TNGGP terletak antara 1060511 - 1070021BT dan 60 411 - 60 511 LS, dengan ketinggian mulai dari ekosistem hutan pegunungan bawah (1.000 m dpl.) sampai ekosistem sub alpin (3.019 m dpl.). Menurut Sunaryo dan Tihurua (2010) terdapat sebanyak 74 jenis tumbuhan asing dan invasif di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Dari 74 jenis tumbuhan asing dan invasif tersebut yang terbesar termasuk ke dalam suku Asteraceae (22 jenis), kemudian berturut-turut suku Solanaceae (7 jenis), Caryophyllaceae (5 jenis), Euphorbiaceae dan Lamiaceae (masing-masing 4 jenis), sedangkan 20 suku lainnya kurang dari 4 jenis. Di samping itu tercatat 46 jenis di antaranya sebagai tumbuhan invasif di dunia.

Hasil identifikasi spesies-spesies tumbuhan asing di kawasan hutan Resort Cibodas pada tahun 2011 dalam Rencana Strategis 2012-2016 yang dilakukan oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP) bahwa Kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium) merupakan spesies yang paling mengancam. Spesies ini ditemukan secara menyebar di dalam kawasan, bersifat invasif dari 35 spesies tumbuhan asing, 7 spesies bersifat invasif dan 28 spesies non invasif.

(2)

Penurunan keanekaragaman hayati akibat masuknya spesies asing yang mampu beradaptasi dengan baik di Indonesia dan menjadi invasif mulai menjadi perhatian. Spesies asing invasif merupakan spesies flora ataupun fauna, termasuk mikroorganisme yang hidup di luar habitat alaminya, tumbuh dengan pesat karena tidak memiliki musuh alami, sehingga menjadi, gulma, hama, dan penyakit pada spesies-spesies asli (Kusmana, 2010 diacu dalam Purwono et al., 2002).

Kemampuan adaptasi yang baik telah membuat spesies tumbuhan asing invasif lebih mampu mendapatkan sumberdaya yang lebih baik dari pada spesies lokal sehingga dapat tumbuh dan menjadi invasif (Tabel 1). Masuknya spesies asing perlu diwaspadai untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati Indonesia ataupun merubah habitat dari satwa liar. Spesies asing diintroduksi ke wilayah baru seringkali memangsa spesies asli, menekan pertumbuhan, menginfeksi atau menularkan penyakit, menimbulkan kompetisi, menyerang dan berhibridisasi dalam Wittenberg dan Cock (2001).

Tabel 1. Contoh tumbuhan asing invasif yang menyebabkan kerusakan.

No Jenis Tumbuhan Akibat Kerusakan Keterangan

1. Mantangan (Merremia peltata) Mempersempit habitat satwa liar Asal:

Indonesia, Malaysia, Philippine, Christmas island, PNG, Fiji, Solomon, Guam, dan Tonga

Ditemukan: Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Tidak diintroduksi, tetapi tumbuh cepat dari tepi kawasan yang terbuka

(3)

2. Bambu Cina (Chimonobambusa quadrangularis)

Hilangnya nilai estetika sebagai hutan biodiversiti

Asal:

Jepang dan China Ditemukan: Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Diintroduksi: Kebun Raya Bogor

3. Akasia (Acacia nilotica) Menekan pertumbuhan rumput sebagai pakan satwa Asal: India Ditemukan: Taman Nasional Baluran Diintroduksi: Taman Nasional Baluran 4. Kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium)

Kerusakan ekosistem alami dan perubahan komposisi jenis tumbuhan

Asal:

Amerika Tengah dan Amerika Selatan Ditemukan: Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Diintroduksi: Koleksi herbarium di Lubuk Pakam, Sumut oleh Van Meer Mohr

(4)

Penyebaran spesies asing invasif dapat terjadi secara sengaja melalui pemasukan langsung tumbuhan oleh manusia untuk tujuan tertentu, maupun secara tidak sengaja melalui kontaminasi. Jika penyebaran spesies asing invasif tidak dikendalikan, maka dalam skala besar spesies asing invasif akan dapat mendominasi dan merusak spesies lokal. Dominansi spesies asing invasif dapat menimbulkan homogenisasi keanekaragaman hayati secara menyeluruh dan menurunkan keragaman dan kekhususan spesies lokal (Ujiyani, 2009).

1.2. Perumusan Masalah

Tumbuhan sebagai penyebab invasi tumbuhan asli yang masuk kedalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP) adalah melalui aktivitas manusia baik berupa penanaman secara langsung di dalam kawasan atau secara tidak langsung dari tumbuhan di luar hutan yang menginvasi kawasan hutan melalui biji yang menyebar secara alamiah oleh angin, hewan dan air. Tingginya kecepatan angin dan banyaknya burung yang mencari makan di tepi di wilayah ini dan areal penduduk, mengakibatkan biji-biji dari luar kawasan dapat masuk hingga ke bagian dalam sebagai spesies asing.

Pengendalian invasi biologi menjadi tantangan besar untuk dilakukan peneliti, pemerintah dan masyarakat lainnya. Penelitian tentang spesies-spesies tumbuhan asing invasif sudah banyak dilakukan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, namun data mengenai distribusi spasial tumbuhan invasif yang sangat diperlukan sebagai data dasar dalam pengendalian spesies tersebut masih sangat minim. Pola spasial merupakan sebagian dari informasi ekologis yang dapat memberikan gambaran menyangkut kondisi suatu komunitas tertentu hingga didapatkan cara pengendalian jika mengganggu komunitas lain. 1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

(5)

2. Mengetahui karakteristik biofisik sebaran individu tumbuhan spesies asing invasif yang dominan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi keberadaan spesies invasif dan menjadi bahan pertimbangan dalam upaya-upaya pengelolaan, dan perlindungan kekayaan flora dan fauna asli yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Resort Cibodas khususnya ekosistem sub montana.

1.5. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

Distribusi spasial tumbuhan asing invasif dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan antara lain ketinggian (elevasi) dan kelerengan tempat (slope), suhu, kelembaban dan faktor karakteristik vegetasi yang menyebabkan tingginya jumlah individu spesies pada kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. 1.6. Kerangka Pemikiran

Jenis-jenis asing invasif dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan bersifat kontinyu. Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) saat ini sedang mengalami gangguan habitat, salah satunya diakibatkan oleh adanya perkembangan spesies invasif yang tidak terkendali. Jenis tersebut dapat merusak jenis-jenis asli dan ekosistem dalam skala global, dapat menyebabkan terjadinya degradasi atau hilangnya suatu habitat. Pengenalan terhadap bahaya tumbuhaa asing dan gulma yang berpotensi invasif menjadi penting untuk dilakukan (Waterhouse, 2003).

Pencapaian hasil optimal untuk mendukung strategi pengelolaan tumbuhan asing invasif di TNGGP sangat diharapkan agar memperkecil dampak terhadap ekologi bahkan dapat dituntaskan. Dampak ekologi akan bisa dituntaskan jika terdapat upaya pengurangan individu invasif tersebut diantaranya mengetahui data

(6)

dan informasi titik sebaran yang harus dikendalikan sampai dengan pengontrolan berkala. Selanjutnya dapat ditetapkan peta distribusi spasial melalui data sampel lokasi zona sub montana yang terdapat invasi berdasarkan petak ukur tumbuhan bawah secara systematic dan dapat dikembangkan untuk diterapkan cara pengendalian yang tepat.

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian. 1.7. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran pustaka terkait dengan penelitian penulis ditemukan beberapa judul penelitian dimana memiliki unsur yang sejalan pada beberapa bagian dalam penelitian ini.

Tabel 2. Penelitian terdahulu terkait dengan distribusi tanaman invasif.

No Peneliti Judul Metode Hasil

1. Angga Zaelani Hidayat (2012)

Keanekaragaman dan Pola Penyebaran Spasial Spesies Tumbuhan Asing Invasif di

Analisis vegetasi menggunakan metode petak ganda. Identifikasi Jumlah spesies tumbuhan hasil analisis vegetasi teridentifikasi Invasif Jenis-Jenis Tertentu

dalam Ekosistem Pengelolaan Kurang Optimal

Ekosistem TNGGP

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Distribusi - Penutupan horizontal - Penutupan vertikal - Kepadatan individu - Suhu - Kelembaban - Ketinggian tempat - Kemiringan lereng

Implementasi dan Evaluasi Strategi Pengelolaan dan

Pengendalian

Analisis 1. Keragaman Ekosistem 2. Pola Penyebaran

3. Hubungan faktor karakteristik lingkungan dan karakteristik vegetasi dengan sebaran

(7)

Cagar Alam Kamojang. spesies tumbuhan asing invasif menggunakan buku panduan lapang Webber (2003) dan ISSG (2005). Pengumpulan data penyebaran spasial dilakukan melalui penandaan pada setiap titik plot pengamatan menggunakan GPS kemudian hasil penandaan diinterpolasikan. Sebaran jumlah individu spesies tumbuhan asing invasif yang dominan dianalisis menggunakan analisis regresi linier untuk mendapatkan pengaruhnya terhadap jarak dari jalan.

sebanyak 86 spesies yang terdiri dari 50 famili. Spesies tumbuhan asing invasif teridentifikasi sebanyak 13 spesies yang terdiri dari 8 famili yaitu Ageratum

conyzoides (Asteraceae), Rubus moluccanus (Rosaceae), Clidemia hirta (Melastomaceae), Cynodon dactylon (Poaceae), Panicum repens (Poaceae), Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae), Passiflora edulis (Passifloraceae), Lantana camara (Verbenaceae), Mikania micrantha (Asteraceae), Piper aduncum (Piperaceae)

dan Ageratina riparia (Asteraceae). Pola penyebaran spasial spesies tumbuhan asing invasif berdasarkan indeks Morisita dan hasil interpolasi pada spesies tumbuhan asing invasif cenderung

(8)

spesies A. inulifolium yang menyebar secara merata di Cagar Alam Kamojang. Pengaruh jarak dari jalan terhadap sebaran jumlah individu spesies tumbuhan asing invasif hanya mempengaruhi A.

inulifolium, sedangkan

sebaran jumlah

individu A. riparia dan

L. camara tidak

dipengaruhi oleh jarak dari jalan.

2. Ikhwan Agustian (2013)

Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Resort Ranu Pani, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Analisis vegetasi di tegakan hutan menggunakan metode jalur dan garis berpetak, sedangkan di padang rumput menggunakan metode petak ganda. Sebanyak 7 spesies tumbuhan asing invasif teridentifikasi dalam penelitian ini, nilai indeks Morishita menunjukan bahwa 5 spesies memiliki pola sebaran mengelompok, yaitu Acacia decurrens, Ageratina riparia, Austroeupatorium inulifolium, Imperata cylindrica, dan Tithonia diversifolia.

Selain itu, hasil ekplorasi menemukan 2 spesies tumbuhan asing invasif yaitu

Ricinus communis dan Lantana camara.

3. Marlenni Hasan (2012)

Pemodelan Spasial Sebaran dan Kesesuaian Habitat Spesies Tumbuhan Asing Invasif Kirinyuh (Austroeupatorium Data yang dikumpulkan adalah titik koordinat kehadiran dan Hasil analisis menggunakan ArcGis terhadap sebaran kirinyuh berdasarkan faktor-faktor penentu

(9)

inulifolium (Kunth) R. M.

King & H. Rob) di Resort Mandalawangi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

ketidakhadiran kirinyuh yang berada di dalam plot pengamatan yang dibuat secara sistematis dan titik kehadiran kirinyuh di sepanjang jalur pendakian serta data variabel atau faktor-faktor penentu keberadaan dan kesesuaian habitat kirinyuh yang terdiri dari ketinggian tempat (elevation), kemiringan lereng (slope), arah kemiringan lereng (aspect), penutupan vegetasi (NDVI), kelembaban vegetasi (NDMI), suhu, jarak terdekat dari jalan trail, jarak terdekat dari kebun/aktivitas manusia. kesesuaian habitat menunjukkan bahwa kirinyuh banyak ditemukan pada ketinggian 1.000 mdpl – 1.500 mdpl (sub montana) dibandingkan pada ketinggian montana dan sub alpin. Hasil penilaian terhadap faktor atau peubah jarak kebun

menunjukkan bahwa kirinyuh banyak ditemukan pada kondisi dekat dengan jalan trail dan kebun.

4. Aldira Noval Nasution (2014)

Keanekaragaman dan Pola Sebaran Spesies Tumbuhan Asing Invasif di

Semenanjung Prapat Agung Taman Nasional Bali Barat.

Analisis vegetasi kombinasi jalur berpetak pada hutan musim dan analisis petak ganda pada savana.

Tumbuhan asing invasif di SPA yang teridentifikasi sebanyak 15 spesies termasuk dalam 8 famili yaitu Gliricidia

sepium, Lantana camara, Vernonia cinerea, Chromolaena odorata, Abrus precatorius, Stachytarpeta

(10)

jamaicensis, Ageratum conyzoides, Passiflora foetida, Imperata cylindrica, Amaranthus spinosus, Dactyloctenium aegyptium, Euphorbia hirta, Cassia tora, Hedyotis corymbosa,

dan Eleusine indica. Tumbuhan asing invasif di SPA

memiliki pola sebaran mengelompok.

5. Rudi Hermawan (2014)

Model Sebaran Spasial dan Kesesuaian Habitat Spesies Invasif Mantangan

(Merremia peltata) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Pendugaan sebaran spasial dan kesesuaian habitat mantangan adalah dengan pemodelan berbasis SIG. Analisis statistika yang digunakan adalah regresi logistik biner. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah keberadaan mantangan di lokasi penelitian.

Hasil uji persentase ketepatan klasifikasi (percentage correct) menunjukkan bahwa 72.2% dari model yang dibangun dapat memprediksi kondisi yang terjadi dengan benar. Kesesuaian habitat mantangan dilihat dari tipe

tutupan lahan maka 11 969.29 Ha (66.22%) kawasan Resort Tampang telah terinvasi mantangan. 6. Ratna Sari Simbolon (2013)

Keanekaragaman dan Pola Sebaran Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Cagar Alam Dungus Iwul, Bogor.

Analisis vegetasi menggunakan metode kombinasi jalur dan garis berpetak.

Spesies tumbuhan asing invasif yang teridentifikasi sebanyak 6 spesies dari 4 famili yaitu:

Clidemia hirta (Melastomataceae), Ageratum conyzoides (Asteraceae), Cynodon dactylon (Poaceae), Chromolaena odorata

(11)

(Asteraceae), Mikania

micrantha

(Asteraceae) dan Piper

aduncum (Piperaceae).

Pola sebaran spesies tumbuhan asing invasif berdasarkan indeks Morisita adalah mengelompok

Gambar

Tabel 1. Contoh tumbuhan asing invasif yang menyebabkan kerusakan.
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Pada sistem ini kita membutuhkan sebuah perangkat komputer yang menggunakan sistem operasi Windows untuk menjalankan sistem tersebut, juga sebuah speaker untuk membunyikan

Pada langkah kedua, suatu himpunan inisial solusi dari ukuran HMS dibangkitkan untuk membangun HM. HM digambarkan sebagai suatu matriks 2 dimensi. Baris menunjukan

 Jika Anda menghubungkan banyak perangkat secara bersamaan, gunakan tombol “Sumber” pada remote control atau panel kontrol untuk mengaktifkannya..

Dari simulasi tersebut diketahui bahwa respon kontroler pada SIPMC dengan menggunakan DSMC (Discrete Sliding Mode Control) memiliki settling time yang lebih baik daripada

Menurut Ahmadi (2012), sumber panas berasal dari ayam itu sendiri, sinar.. matahari yang ditransfer secara radiasi, panas dari brooder pada masa brooding dan panas dari

memberikan pemahaman kepadakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dengan apa yang di berikan oleh guru, sebelum mereka saling memberi siswa harus menghafal terlebih dahulu

Hasil ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Rustiarini (2013) dan Rustiarini (2014) yang menyatakan bahwa Kepribadian terbuka dalam hal-hal yang baru (Openness to

KNP mencerminkan bagian atas laba atau rugi dan aset neto dari entitas anak yang tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung pada Perseroan, yang