• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vik. Vega Desrisaharny Putri Sarasak, S.Th

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vik. Vega Desrisaharny Putri Sarasak, S.Th"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Baca

Buku: Apa Itu Calvinisme? – Christiaan De Jonge

Vik. Vega Desrisaharny Putri Sarasak, S.Th

Sejarah gereja-gereja Protestan di Indonesia merupakan hasil dari pekabaran Injil yang dilakukan oleh para misionaris Eropa (kebanyakan), banyak diantara mereka berasal dari tradisi Calvinis yaitu bentuk Protestantisme yang ditentukan oleh seorang teolog yang bernama Johannes Calvin. Untuk itu sangatlah perlu mengatahui “apa itu Calvinisme?”. Berbicara mengenai Calvisnisme itu berarti menunjuk pada hal yang lebih luas daripada ajaran Calvin, di mana penekanan yang diberikan Calvin telah bergeres, sebab gereja-gereja Calvinis berkembang di zaman yang berberda dengan Calvin. Gereja-gereja Calvinis telah ditantang untuk menghadapi perubahan dalam masyarakat dan Gereja-gereja sendiri, sehingga kata Calvinisme menunjuk pada perkembangan dari ajaran Calvin. Oleh sebab itu seyogianya kita mengetahui apa saja yang berkaitan dengan Calvin, yang meliputi latar belakang seorang Calvin, bagaimana teologi dan ajarannya, organisasi gerejawi, pembinanaan warga, ibadah, sakramen (baptisan dan perjamuan kudus) dan kesalehan sebagai orang Kristiani menurut Calvin. Dengan demikian kita akan mengetahui warisan Calvinis apa saja yang diterima oleh gereja-gereja di Indonesia, khususnya GPIB.

Tradisi Calvinis diperkenalkan oleh seorang teolog yang bernama Johannes Calvin (Jean Cauvin) yang lahir pada tangga 10 Juli 1509 di Prancis Utara dan meninggal pada tanggal 27 Mei 1564. Nama Cauvin dalam kalangan kaum berpendidikan saat itu dilantik menjadi Calvinus. Saat itu Calvin diharapkan oleh keluarga untuk menjadi imam, tetapi karena ayahnya berselisih dengan keuskupan Nayon, maka rencana Calvin untuk masuk dalam fakultas teologi pun dibatalkan. Kemudian Calvin menempuh studi di fakultas hukum di Orleans tahun 1528-1529

(2)

dan di Bourges 1529-1531. Pada tahun 1531 ia kembali ke Paris untuk belajar kesusastraan bahasa-bahasa, yaitu bahasa Latin, Yunani, dan Ibrani. Di sini Calvin menyerap pengaruh Humanisme Kristen (kelompok cendekiawan yang ingin menggali akar kebudayaan Kristen dalam zaman gereja kuno dan kebudayaan Yunani serta Romawi). Ia belajar banyak hal tentang tata ibadah dan organisasi gereja di Strasburg. Calvin menjadi pemimpin terkemuka di dunia reformator internasional melalui hubungan pribadi dan surat-menyurat dengan tokoh-tokoh gerakan Injili di Eropa (terutama di Prancis, Inggris, Skotlandia sampai juga di Polandia dan Hongaria).

Calvin masuk kubu protestan pada saat Reformasi sudah berjalan lebih dari sepuluh tahun dan gagasan Luther telah tersebar di seluruh Eropa Barat. Teologi yang dianut Calvin itu berdasar pada dan bertolak dari teologi Luther. Pembenaran orang berdosa karena iman juga menjadi dasar dalam semua tulisan Calvin: sola gratia (manusia diselamatkan hanya karena kasih karunia/gratia Allah), sola fide (manusia hanya memperoleh keselamatan kalau ia menyerahkan diri dalam iman/fide kepada Allah yang rahmani), dan sola scriptura (keyakinan bahwa Alkitab/scriptura saja yang mengandung kebenaran ilahi). Meski teologinya bertolak dari teologi Luther, namun bukan berarti Calvin hanya mencontoh begitu saja apa yang diterimanya dari Luther. Teologinya tetap memiliki ciri khas tersendiri. Reformasi bagi Calvin ialah merumuskan teologi kembali berdasarkan Alkitab dan membangun gereja kembali yang bertolak dari jemaat mula-mula. Perbedaan pokok antara teologi Calvin dengan Luther ialah terletak pada pemahaman mereka tentang hubungan antara dua tabiat Kristus (konsili Chalcedon (451) mengenai Kristus sebagai oknum dengan dua tabiat: tabiat ilahi dan tabiat manusiawi). Luther bertolak dari kesatuan manusia dan keilahian Kristus, yang berarti kemanusiaan Kristus ditentukan oleh keilahian-Nya, sebab itu dalam penderitaan Kristus pada kayu salib orang bertemu dengan Allah, dan di situlah keilahian Kristus hadir secara penuh. Untuk itu pembenaran karena Kristus dapat menjadi pusat dari teologi Luther yang menentukan segalanya (yang memiliki kristus dalam iman tidak lagi memerlukan sesuatu yang lain). Sedangkan Calvin bertolak dari perbedaan antara tabiat ilahi dan tabiat manusiawi dalam diri Kristus dan menekankan bahwa walaupun dalam Kristus, ke-Allah-an-Nya yang menderita secara penuh (Kol 2:9). Namun itu tidak berarti bahwa keilahian-Nya terbatas pada Yesus sebagai manusia. Pada kayu salib Anak Allah-lah yang menderita, tetapi pada saat itu keilahian –Nya yang mulia tersembunyi. Untuk itu bagi Calvin jika manusia mau mencari Allah, ia harus mengarahkan hati

(3)

kepada-Nya yang di surga. Allah tetap Allah yang melampaui segala pemahaman manusia, sehingga kita tidak dapat memiliki-Nya. Dengan demikian manusia harus menaati perintah-Nya demi kemuliaan nama-Nya. Kemuliaan Allah adalah tujuan utama dari segalanya, di mana Allah menciptakan dunia dan manusia demi kemuliaan-Nya dan manusia tidak mempunyai tugas selain dari memuliakan Allah.

Bagi Calvin sumber ajaran Kristen hanya ada pada Alkitab. Alkitab mengandung Firman Allah, sehingga pengajaran agama Kristen berarti pengajaran Alkitab (Apa Itu Calvinisme, hal 54). Alkitab adalah alat penyataan Allah. Pusat penyataan-Nya adalah Yesus Kristus yang disaksikan dalam Alkitab, jadi dalam Alkitablah orang percaya dapat mengenal kehendak Allah

untuk memuliakan nama-Nya.

Alkitab berisikan Hukum

Taurat sebagai petunjuk untuk hidup

baru. Baik bagi Calvin maupun Luther

Hukum Taurat Perjanjian Lama

dibedakan menjadi tiga macam

hukum, diantaranya: pertama,

ketetapan untuk ibadah Israel disebut

hukum seremonial, yang

diadakan oleh Kristus ketika Ia dengan

korban-Nya pada kayu salib

meniadakan ibadah lama kepada

Allah; kedua, hukum Taurat

mengandung peraturan-peraturan untuk kehidupan masyarakat Israel yang hanya berlaku untuk bangsa Israel; ketiga , hukum kesusilaan yaitu peraturan untuk kelakukan terhadap Allah dan sesama manusia, dengan kesepuluh Hukum sebagai inti (hanya bagian inilah yang tetap berlaku pada segala zaman dan tempat, sebab tercermin kehendak Allah untuk seluruh manusia). Kemudian Calvin menambahkan fungsi ketiga untuk Hukum Taurat (tertius usus legis), yaitu Hukum Taurat dapat menjadi pedoman untuk manusia yang dibenarkan dan dibebaskan dari hukuman Allah, supaya ia dapat mengatur kehidupannya yang baru sesuai dengan kehendak Allah, sehingga Hukum Taurat bukanlah menjadi suatu paksaan tetapi suatu karunia Allah yang diterima dan ditaati dengan rasa gembira dan terima kasih. Melalui pemberian pemaknaan ini

(4)

maka banyak gereja yang menganut tradisi Calvinis, memakai Hukum Taurat untuk dijadikan sebagai petunjuk hidup baru yang dibacakan dalam ibadah Minggu (salah satunya ialah: Gereja Toraja).

Di Jenewa Calvin menciptakan organisasi gerejawi dan menjadi patokan untuk semua gereja Calvinis berikutnya. Saat itu ia berusaha untuk menjadikan gereja-gereja Reformasi sebagai persekutuan-persekutuan yang diatur dengan baik, sehingga kelak dapat menghadapi semua tantangan baik dari luar maupun dari dalam gereja sendiri. Pola dasar tata gereja yang dibentuk Calvin ialah tata gereja presbiterial-sinodal (Apa Itu Calvinisme?, hal 98). Gereja dipahami secara Reformasi sebagai persekutuan yang dikumpulkan Kristus untuk mendengarkan Firman-Nya. Dengan kata lain gereja adalah tempat manusia bertemu dengan Firman Allah, baik melalui pemberitaan Firman (khotbah) maupun melalui sakramen-sakramen yang dianggap sebagai Firman yang kelihatan. Demikian pula dengan Calvin yang melihat gereja sebagai ibu (sarana yang diberikan Allah) yang membina dan memelihara anak-anaknya (persekutuan:warga jemaat) dalam iman. Hal ini dapat dilihat dalam persekutuan orang-orang lemah yang berkumpul untuk mendengarkan Firman Allah yang diberitakan oleh orang-orang lemah yang lain. Calvin mengatakan bahwa Allah menyediakan orang-orang sebagai gembala yang diberi tugas untuk memberitakan Firman dan melayankan sakramen-sakramen, dan yang memimpin serta membina anggota gereja. Hal ini merupakan suatu anugerah besar, karena sebenarnya mustahil bahwa manusia yang lemah dan berdosa dapat menyampaikan sesuatu yang berasal dari Allah. Jadi semakin jelas bahwa keselamatan hanya berasal dari Allah, sehingga tidak perlu lagi imamat khusus untuk menyalurkan keselamatan ini kepada manusia. Hal ini tidak berarti gereja Protestan tidak memerlukan jabatan. Jabatan tetap dipertahankan dengan tugas lain (jabatan dalam Protestan ialah jabatan Firman). Gereja mempunyai pejabat-pejabat yang ditunjuk untuk menyampaikan Firman dan membina orang-orang percaya, di mana pelayanan Firman dan sakramen merupakan pusat dari kehidupan gereja. Dalam gereja ada 4 jabatan yang menurut Calvin ditetapkan oleh Kristus (Apa Itu Calvinisme, hal 103), yakni gembala (pasteur, pastor) atau pendeta, pengajar (docteur, doctor), penatua (ancien: orang yang dituakan), dan diaken atau syamas. Tugas pendeta adalah memberitakan Firman, melayankan sakramen dan bersama para penatua mengawasi kehidupan jemaat serta menegur anggota jika perlu, seorang pendeta tidak punya pangkat lebih tinggi dari pada penatua, hanya tugasnya saja yang berbeda (seperti yang telah diuraikan dalam laporan baca buku “Selamat Bergereja”). Jabatan pengajar mencakup

(5)

semua orang yang terlibar dalam pengajaran iman: guru sekolah sampai dosen teologi. Para syamas/diaken diberi tugas untuk membantu orang miskin dan sakit. Semua pejabat gereja ini mempunyai tanggung jawab yang sama kepada Allah.

Pengawasan hidup dan ajaran kepada anggota gereja sangat ditekankan oleh Calvin dan itu diberlakukan dalam gereja-gereja Calvinis di Belanda dan Indonesia, yang disebut sebagai disiplin atau siasat gereja. Disiplin atau siasat gereja diberikan kepada mereka yang melakukan tindakan yang bertentangan dengan hukum Allah. Hal ini dilatarbelakangi oleh kesadaran akan tugas gereja dan para pejabatnya menyangkut juga tugas untuk mengawasi kelakuan hidup para anggota gereja dan untuk memberikan teguran kalau mereka berdosa. Disiplin atau siasat gereja termasuk pengucilan dari persekutuan Perjamuan Kudus, adalah alat untuk mendorong orang-orang berdosa menyesali dosanya dan bertobat. Pengucilan ini digunakan sebagai sarana melindungi anggota gereja lainnya dan menjaga kekudusan gereje sendiri, di mana gereja adalah kudus karena memberikan hal-hal kudus yakni Firman dan sakramen. Untuk itu gereja mempunyai kuasa (untuk menegur dengan disiplin/siasat) yang berasal dari Allah melalui Firman-Nya. Dengan demikian wewenang para pejabat tidak berasal dari diri mereka sendiri, melainkan dari Allah. Maksud Calvin dengan disiplin atau siasat gereja adalah ketertiban di dalam gereja, dengan melakukan usaha menghindari dan menghilangkan dosa. Jadi disiplin atau siasat gereja ini dapat membantu mereka memperoleh keselamatan.

Ibadah merupakan ungkapan iman jemaat, dan karena ibadah beruhubungan erat dengan ajaran maka para reformator memaksa kaum Protestan untuk menata kembali tata ibadah yang dipakai menggunakan tata ibadah gereja Katolik Roma. Dalam misa Katolik, seluruh ibadah memuncak pada perayaan ekaristi (Perjamuan Kudus) yang dianggap sebagai pengulangan korban Kristus pada kayu salib dengan cara yang tak berdarah. Semua unsur dalam ibadah yang mendahului ekaristi dianggap hanya sebagai pengantar saja termsuk pula khotbah. Asas Reformasi adalah sola gratia yang memberikan pemahaman lain mengenai peranan Perjamuan Kudus dalam jalan manusia untuk memperoleh keselamatan, lebih lanjut mengenai asas sola Scriptura membuat khotbah menjadi bagian yang lebih penting dalam ibadah. Pada akhir Abad Pertengahan, berkembang ibadah-ibadah gereja yang dibatasi pada pemberitaan Firman saja, yang bertujuan untuk mendidik. Unsur liturgi yang dipakai ialah introitus: bisa dalam bentuk mazmur pembukaan atau nyanyian awal ibadah, votum dan salam; pembacaan Dasafirman

(6)

sebagai petunjuk untuk hidup baru; pelayanan Firman/khotbah, yang didahulukan dengan doa Epiklesis (permohonan kedatangan Roh Kudus); doa syafaat; perjamuan kudus; persembahan; pengakuan iman/credo; yang terakhir ialah pemeriksaan tingkah laku (censura morum) terkait dengan pemberitahuan adanya disiplin/siasat gereja. Menurut Calvin, mazmur merupakan nyanyian yang paling layak untuk memuji Allah karena diciptakan oleh Roh Kudus. Dalam Alkitab Roh Kudus berbicara melalui kata-kata manusia, sehingga bila kita menyanyikan mazmur, Roh Kudus juga meletakkan kata-kata dalam mulut kita untuk memuliakan Tuhan (Apa itu Calvinisme?, hal 182). Kemudian dalam ibadah, musik dianggap sebagai pendorong manusia memuliakan Allah, bahkan musik dianggap karunia khusus yang diberikan Allah kepada manusia. Oleh sebab itu pilihan melodi untuk nyanyian gereja harus terjadi dengan hati-hati. Jadi menurut Calvin tidak hanya isi yang membuat suatu nyanyian menjadi nyanyian rohani, tetapi melodinya juga.

Mengenai baptisan Calvin melihat itu sebagai hal yang menandai bahwa orang percaya ikut serta dalam kematian dan kebangkitan Kristus dan bahwa ia telah menjadi satu dalam Kristus. Dengan kata lain sebagai tanda dan materai pengampunan dosa dan kelahiran baru untuk masuk dalam persekutuan dengan-Nya melalui gereja. Calvin melihat hubungan Allah dengan orang percaya (baik orang dewasa maupun anak-anak) sebagai suatu perjanjian. Dari hal itu terdapat kesejajaran antara sunat (dalam Perjanjian Lama) dan Baptisan (Apa Itu Calvinisme?, hal 197), di mana pada zaman Perjanjian Lama anak-anak Israel di sunat karena tercakup dalam perjanjian Allah dengan Israel, dan anak-anak orang percaya dibaptis karena tercakup dalam perjanjian baru dengan Kristus melalui orang tua. Dengan demikian baptisan boleh dan harus dilayankan kepada anak.

Perjamuan Kudus juga masuk bagian terpenting dalam ajaran Calvin. Menurutnya perjamuan Kudus adalah persatuan dengan Kristus. Pemahamannya demikian, Calvin menjelaskan bahwa roti dan anggur merupakan makanan jasmani yang bila dihayati akan menunjuk pada makanan rohani, yang dapat ditafsirkan sebagai penguatan jiwa karena dipersatukan dengan Kristus. Dipersatukan bukan berarti tubuh Kristus turun dari surga untuk memasuki roti dan anggur dalam perjamuan. Tubuh Kristus tetaplah di surga disebelah kanan Bapa sebagai jaminan kebangkitan daging manusia pada akhir zaman. Jadi untuk dipersatukan dengan tubuh dan darah Kristus, manusia bukan harus diangkat secara jasmani ke surga dahulu,

(7)

melainkan diangkat secara rohani dengan hati yang terarah kepada-Nya, ke atas (sursum corda. Apa Itu Calvinisme, hal 224) dengan memohon pertolongan Roh Kudus. Penenakan pada Perjamuan Kudus sebenarnya ada pada bagaiman peranan Roh Kudus yang mengikat manusia pada Kristus. Dengan demikian dalam iman manusia menerima Kristus yang lengkap dengan tabiat ilahi-Nya dan tabiat manusiawi-Nya.

Anggota gereja yang diperbolehkan untuk mengikuti Perjamuan Kudus adalah bagi mereka yang sudah mengikuti katekisasi (pengajaran agama) dan peneguhan sidi/naik sidi. Peneguhan sidi/naik sidi merupakan istilah yang lazim dipakai gereja-gereja Protestan di Indonesia, menunjuk pada saat orang sudah dianggap sebagai anggota gereja yang penuh (dewasa). Mulai saat peneguhan ia bertanggung jawab sendiri atas imannya, boleh masuk dalam Perjamuan Kudus dan ikut dalam pengambilan keputusan, terutama dalam rangka pemilihan pejabat gereja.

Dalam Reformasinya Calvin memberikan warna khusus pada bentuk kesalehan, ia juga memprioritaskan reformasi kehidupan, baik kehidupan gerejawi maupun kehidupan masyarakat secara umum (Apa Itu Calvinisme? Hal. 322). Ajaran Calvin mengenai predestinasi merupakan corak kesalehan Calvinis sejak awal. Ajaran predestinasi dimaksudkan untuk memperkuat keyakinan orang percaya bahwa Allah tetep memeliharanya. Dengan keyakinan ini mau menyatakan bahwa manusia yang dipilih tidak pernah berjuang sendiri, tetapi bersama dengan pertolongan Tuhan. Penekanan pada pendidikan agama melalui khotbah, katekisasi menyebabkan kaum Calvinis diberi kesempatan untuk memperoleh pengetahuan yang dalam mengenai Alkitab dan ajaran-ajaran, yang pada gilirannya mempengaruhi cara mereka menghayati iman. Penting diperhatikan bahwa hidup baru bagi Calvin lebih dari sekedar melawan dosa. Orang-orang percaya diharapkan dapat bekerja keras untuk mengejar kesucian hidup yang nyata. Ketika hal ini tidak diindahkan dan orang percaya jatuh dalam dosa, maka perlu melakukan disiplin/siasat gereja untuk membantu mereka meninggalkan dosa. Kesucian hidup yang dimaksudkan Calvin tidak harus mencapai pada kesempurnaan. Kesalehan yang

(8)

dicita-citakan Calvin yaitu orang percaya mampu merenungkan keadaan hidupnya dan mencoba meningkatkan mutu kelakukannya sebagai orang percaya, sampai betul-betul menyangkal diri dan hidup demi Allah dan sesama manusia. Untuk mencapai itu dibutuhkan latihan yang tidak berhenti untuk melawan dosa dan hidup sesuai kehendak Allah. Calvin sangat menekankan bahwa pedoman untuk kehidupan baru ini hanya terdapat dalam Alkitab. Dengan demikian dalam hal ini peranan Roh Kuduslah yang memampukan setiap orang percaya untuk dapat mengerti kehendak Allah.

Catatan Reflektif:

Bentuk Reformasi yang dibawa dalam tradisi Calvinis merupakan sumbangsi terbesar Calvin bagi kekristenan saat ini, termasuk gereja-gereja di Indonesia, secara khusus bagi GPIB (yang menganut tradisi Calvinis). Ajarannya mengajak umat untuk berprilaku sesuai dengan etika Kristiani yang dijelaskan dalam Alkitab yaitu suatu persekutuan yang terikat oleh kasih Kristus. Hal ini memungkinkan ajaran iman untuk terus ditinjau kembali dalam bingkai penyempurnaan, agar gereja dapat terus bertumbuh dalam pemahaman kebenaran yang disampaikan oleh Allah melalui Alkitab.

Dalam hal ini GPIB nampaknya sudah mengembangkan tradisi Calvinis dengan berbagai perubahan yang ditetapkan, salah satunya ialah tata ibadah (yang tidak lagi memakai mazmur dan pembacaan Dasafirman). Namun disayangkan perubahan yang dilakukan menghilangkan penggunaan disiplin/siasat gereja yang diwariskan Calvin untuk memberi pengawasan dan pemeliharaan bagi warga jemaatnya. Oleh sebab itu, saat ini gereja seolah menjadi logar dalam artian agak mentolerir perbuatan dosa yang dilakukan oleh warga jemaat, contoh: hamil di luar nikah (justru gereja melayankan pernikahannya). Dengan membiarkan hal ini terjadi, gereja jadi kehilangan wibawanya sebagai “ibu” yang membina dan memelihara kehidupan anak-anaknya (persekutuan:warga jemaat) dalam iman. Kekudusan hidup termasuk kekudusan perkawinan (1 Tes 4:3-4) nampaknya masih menjadi perhatian gereja, di mana kita semua perlu ingat bahwa hidup dalam kekudusan merupakan panggilan Tuhan (1 Tes 4:7-8). Oleh sebab itu mengejar kesalehan dalam rangka menjaga kekudusan hidup merupakan suatu reformasi yang harus diperjuangkan oleh tiap orang percaya (Keluaran 20:14), agar kehidupan kita senantiasa memuliakan Tuhan dengan cara memberi terang kepada dunia yang semakin gelap (Mat 5:16).

(9)

Dengan demikian sebagai warga gereja, mari kita bersama berlatih mengupayakan hidup baru untuk meningkatkan kualitas hidup beriman kita, yang tidak hanya mendengar Firman dalam tiap peribadahan tetapi juga melakukannya, sehingga kita menjadi orang yang bijaksana dalam menjalani dan menghadapi berbagai tantangan hidup (Mat 7:24-25). Selamat berlatih, Tuhan memampukan kita dengan Firman-Nya.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis melaksanakan penelitian akhir di Laboratorium Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan judul “ Kajian Pemberian Mineral Kalsium (Ca)

Komitmen dari Manajemen Puskesmas Kecamatan Tebet dalam otonomi penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD dan pendapatan yang diperoleh dan jasa layanan berupa retribusi

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan

Dalam pelaksanaan pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 Subtema Pengalaman Masa Kecilku di SDN 1 Tirem Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan para guru menggunakan media

1 Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah disepakati bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (5) disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui

Program utama pengembangan agribisnis komoditas unggas sangat terkait dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Guna menjamin penyediaan pasokan d.o.c. ayam ras yang

 Pasir beton harus terdiri dari pasir dengan butir – butir yang bersih dan bebas dari bahan – bahan organis, lumpur dan lain sebagainya; serta memenuhi

[r]