• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2015"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

No. 22/05/36/Th.IX, 4 Mei 2015

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

D

AN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

BULAN

APRIL

2015

A.

PERKEMBANGAN

NILAI

TUKAR

PETANI

NILAI

TUKAR

PETANI

(NTP)

APRIL

2015

SEBESAR

102,79

ATAU

TURUN

2,19

PERSEN

NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten pada April 2015, NTP secara umum turun 2,19 persen dibandingkan NTP Maret 2015, yaitu dari 105,09 menjadi 102,79. Penurunan NTP pada April 2015 disebabkan laju penurunan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang sebesar 2,28 persen, lebih cepat daripada laju penurunan pada Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang sebesar 0,09 persen.

 NTP Banten April 2015 sebesar 102,79 atau turun 2,19 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Penurunan NTP dikarenakan laju penurunan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang sebesar 2,28 persen, lebih cepat daripada laju penurunan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang sebesar 0,09 persen.

 Pada April 2015 terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Banten sebesar 0,28 persen terutama disebabkan oleh turunnya indeks kelompok bahan makanan yang turun sebesar 1,40 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Banten April 2015 sebesar 106,40 atau turun 2,81 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

Pada Bulan April 2015 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 15 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Bangka Belitung dengan nilai indeks sebesar 104,70 yang diikuti oleh Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 103,58 dan Provinsi Bali sebesar 103,05. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Bengkulu sebesar 94,32.

(2)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan Maret April

(1) (2) (3) (4)

Gabungan / Banten

a. Indeks yang diterima (It) 122,22 119,43 -2,28

b. Indeks yang d dibayar (Ib) 116,29 116,19 -0,09

c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117,96 117,63 -0,28

d. Indeks BPPBM 111,63 112,24 0,54

e. Nilai Tukar Petani (NTP) 105,09 102,79 -2,19

Penurunan NTP April 2015 terutama disebabkan oleh turunnya NTP dua subsektor yakni Subsektor Tanaman Pangan sebesar 6,23 persen dan Subsektor Peternakan sebesar 0,39 persen. Namun penurunan NTP tersebut menjadi tidak terlalu besar karena dihambat oleh naiknya NTP tiga Subsektor lainnya yakni Hortikultura naik sebesar 1,34 persen, Perkebunan naik sebesar 2,36 persen dan Perikanan naik sebesar 0,77 persen.

1. Indeks Harga yang Diterima Petani (I

t

)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas

pertanian yang dihasilkan petani. Pada April 2015, It Banten mengalami penurunan sebesar 2,28 persen dibanding It Maret 2015, yaitu turun dari 122,22 menjadi 119,43. Penurunan It pada April 2015 disebabkan turunnya It pada dua Subsektor yakni It subsektor Tanaman Pangan turun 6,30 persen dan It Subsektor Peternakan turun sebesar 0,43 persen. Sedangkan It pada tiga subsektor lainnya mengalami kenaikan, yakni subsektor hortikultura naik sebesar 1,25 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,14 persen dan subsektor perikanan sebesar 0,91 persen.

1.57 0.08 -1.51 -0.18 0.13 0.41 -6.30 1.25 2.14 -0.43 0.91 -2.28 -8.00 -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00

T. pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan

(3)

2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (I

b

)

Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu konsumsi rumah tangga (KRT) dan

biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib)

dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada April 2015 indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,09 persen. Hal ini terjadi karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga mengalami penurunan sebesar 0,28 persen atau turun dari 117,96 menjadi 117,63. Sedangkan Indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,54 persen dari 111,63 menjadi 112,24. Kenaikan ini disebabkan naiknya indeks pada seluruh kelompok pada BPPBM yaitu kelompok bibit sebesar 0,04 persen, kelompok pupuk, obat-obatan, dan pakan naik 0,11 persen, kelompok biaya sewa dan pengeluaran lain naik 0,08 persen, kelompok transportasi naik 2,71 persen, kelompok penambahan barang modal naik 0,12 persen, dan kelompok upah buruh naik 0,60 persen.

3.

Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P)

Pada bulan April 2015 NTP-P mengalami penurunan indeks sebesar 6,23 persen atau turun dari 109,48 menjadi 102,66, hal ini karena laju penurunan pada indeks harga yang diterima petani yang sebesar 6,30 persen, lebih cepat daripada laju penurunan pada indeks harga yang di bayar petani yang sebesar 0,08 persen. Penurunan It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena turunnya indeks pada subkelompok padi sebesar 6,73 persen, sedangkan kelompok palawija mengalami kenaikan sebesar 2,30 persen. Penurunan indeks subkelompok padi dipengaruhi oleh turunnya harga gabah sebesar 6,73 persen, sedangkan kenaikan indeks pada subkelompok palawija terutama disebabkan naiknya harga jagung sebesar 18 persen, kacang tanah sebesar 4,89 persen, kacang hijau sebesar 2,30 persen dan ketela pohon sebesar 2,01 persen. Di sisi lain indeks harga dibayar petani (Ib) mengalami penurunan juga sebesar 0,08 persen karena pengaruh turunnya indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,18 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,45 persen. Untuk BPPBM kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh naiknya indeks pada empat kelompok yakni kelompok pupuk dan obat-obatan naik sebesar 0,08 persen, kelompok transportasi naik 1,24 persen, kelompok penambahan barang modal naik 0,16 persen, dan kelompok upah buruh naik 0,81 persen. Sedangkan kelompok bibit serta biaya sewa dan pengeluaran lain tidak mengalami perubahan indeks.

-0.08 -0.09 -0.21 -0.04 0.14 -0.09 -0.18 -0.45 -0.35 -0.21 -0.44 -0.28 0.45 0.98 0.54 0.16 1.09 0.54 -0.60 -0.40 -0.20 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20

T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan

Ib

Konsumsi RT BPPBM

(4)

Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok

Bulan

Februari 2015 Maret 2015 April 2015

Persentase perubahan April 2015 thd

Maret 2015

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 126.41 128,40 120,32 -6,30

- Padi 126.77 128,89 120,21 -6,73

- Palawija 119.80 119,47 122,21 2,30

b. Indeks Dibayar Petani 116.71 117,28 117,19 -0,08

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 117.59 118,12 117,91 -0,18

- Indeks BPPBM 112.38 113,14 113,64 0,45

c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 108.31 109,48 102,66 -6,23 2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 113.83 113,93 115,35 1,25

- Sayur-sayuran 113.62 111,24 113,78 2,28

- Buah-buahan 114.00 115,71 116,48 0,67

- Tanaman Obat 112.83 113,27 111,35 -1,69

b. Indeks Dibayar Petani 115.10 115,66 115,55 -0,09

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 117.06 117,66 117,13 -0,45

- Indeks BPPBM 109.70 110,14 111,22 0,98

c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 98.90 98,50 99,82 1,34 3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 123.50 121,64 124,25 2,14

- Tanaman Perkebunan Rakyat 123.50 121,64 124,25 2,14

b. Indeks Dibayar Petani 116.26 116,89 116,65 -0,21

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 117.32 117,99 117,58 -0,35

- Indeks BPPBM 111.12 111,59 112,19 0,54

c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 106.23 104,06 106,52 2,36 4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 116,69 116,48 115,98 -0,43

- Termak Besar 120,83 120,40 120,53 0,11

- Ternak Kecil 118,44 119,07 118,72 -0,29

- Unggas 114,32 113,48 112,54 -0,83

- Hasil Ternak 114,77 115,59 115,09 -0,44

b. Indeks Dibayar Petani 113,12 113,70 113,66 -0,04

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 117,03 117,85 117,61 -0,21

- Indeks BPPBM 108,95 109,29 109,46 0,16

c. Nilai Tukar Petani (NTP-T) 103,16 102,44 102,04 -0,39 5. Perikanan

a. Indeks Diterima Petani 120,09 120,24 121,33 0,91

- Penangkapan 132,98 132,04 133,74 1,29

- Budidaya 110,04 111,05 111,67 0,55

b. Indeks Dibayar Petani 114,95 115,62 115,78 0,14

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 117,09 117,81 117,30 -0,44

- Indeks BPPBM 111,58 112,17 113,40 1,09

(5)

b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)

Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan April 2015 mengalami kenaikan sebesar 1,34 persen dari 98,50 menjadi 99,82. Hal ini terjadi karena terjadinya kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,25 persen dan turunnya indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,09 persen. Kenaikan It pada subsektor hortikultura disebabkan karena naiknya indeks pada kelompok sayur-sayuran dan buah-buahan masing-masing sebesar 2,28 persen dan 0,67 persen, sementara kelompok tanaman obat mengalami penurunan 1,69 persen. Kenaikan indeks pada kelompok sayur-sayuran teruatama disebabkan oleh naiknya harga buncis, tomat, petai, melinjo dan cabe merah yangmasing-masing mencapai lebih dari 5 persen. Sedangkan kenaikan indeks pada kelompok buah-buahan disebabkan naiknya harga pisang, sawo, belimbing dan nanas. Sementara itu penurunan indeks pada kelompok tanaman obat dipengaruhi oleh penurunan harga lengkuas, jahe dan kunyit.. Di sisi lain kenaikan indeks pada Ib dipengaruhi oleh kenaikan Indeks BPPBM yakni sebesar 0,98 persen dan penurunan pada IKRT sebesar 0,45 persen.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R)

Pada Bulan April 2015 NTP-R sebesar 106,52 mengalami kenaikan sebesar 2,36 persen dibanding bulan lalu yang disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 2,14 persen dan penurunan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,21 persen. Kenaikan It terjadi karena adanya kenaikan indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,14 persen yakni dari 121,64 menjadi 124,25 yang dipengaruhi oleh naiknya harga kelapa sawit, lada/merica, kakao, kelapa, cengkeh dan karet. Di sisi lain penurunan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,35 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,54 persen.

d. Subsektor Peternakan (NTP-T)

Pada bulan April 2015 NTP-T mengalami penurunan sebesar 0,39 persen yang disebabkan karena laju penurunan indeks harga yang diterima petani yakni sebesar 0,43 persen lebih cepat dibanding laju penurunan indeks harga yang dibayar petani yaitu sebesar 0,04 persen. Penurunan yang terjadi pada It karena turunnya indeks pada kelompok ternak kecil sebesar 0,29 perse, hasil ternak yang turun 0,44 persen serta kelompok unggas yang turun sebesar 0,83 persen. Penurunan indeks pada kelompok ternak kecil dipengaruhi oleh turunnya harga kambing sebesar 0,81 persen. Pada kelompok hasil ternak yang mengalami penurunan harga adalah telur ayam ras, dan pada kelompok unggas, yang mengalami penurunan harga adalah pada ayam ras pedaging dan ayam buras. Sedangkan yang mempengaruhi penurunan indeks pada Ib yang sebesar 0,04 persen adalah turunnya IKRT sebesar 0,21 persen dan naiknya indeks pada BPPBM sebesar 0,16 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

NTNP pada bulan April 2015 mengalami kenaikan indeks sebesar 0,77 persen yang disebabkan karena laju kenaikan pada indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,91 persen lebih cepat dari laju kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,14 persen. Kenaikan yang terjadi pada It karena naiknya indeks pada kelompok penangkapan sebesar 1,29 persen dan kelompok budidaya mengalami kenaikan sebesar 0,55 persen. Di sisi

(6)

lain Ib mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen disebabkan BPPBM naik 1,09 persen dan indeks KRT mengalami penurunan sebesar 0,44 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada April 2015, NTN naik sebesar 1,06 persen dari 114,06 menjadi 115,27. Hal ini terjadi karena laju kenaikan It yang sebesar 1,29 persen lebih cepat dibanding laju kenaikan pada Ib yang sebesar 0,23 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga di sebagian besar ikan pada kelompok tangkap antara lain: ikan gulamah, selar, kurisi, tongkol dan lain-lain. Sedangkan pada Ib terjadi kenaikan indeks yang disebabkan oleh naiknya indeks kelompok BPPBM sebesar 1,30 persen dan indeks kelompok KRT yang turun sebesar 0,43 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada April 2015, NTPi naik sebesar 0,48 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan It yang sebesar 0,55 persen, lebih cepat dari laju kenaikan Ib yang sebesar 0,07 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga ikan pada kelompok budidaya air tawar sebesar 1 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan yakni ikan mujair dan lele. Sedangkan kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan pada kelompok BPPBM terjadi kenaikan yakni sebesar 0,93 dan terjadi penurunan pada kelompok KRT 0,44 persen.

4.

Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di pedesaan. Pada bulan April 2015 dari pantauan di empat Kabupaten di Provinsi Banten, terjadi deflasi di perdesaan sebesar 0,28 persen. Pemicu deflasi terbesar adalah kelompok bahan makanan sebesar 1,40 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,02 persen. Sebaliknya, kelompok transportasi dan komunikasi mengalami kenaikan 1,66 persen; pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami kenaikan sebesar 0,83 persen; kelompok perumahan dan kelompok sandang masing-masing naik 0,52 persen dan kelompok kesehatan naik 0,42 persen.

KELOMPOK IKRT IKRT Maret IKRT April Inflasi Perdesaan (persen)

UMUM 117,96 117,63 -0,28

1. Bahan Makanan 120,44 118,75 -1,40

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 115,27 115,24 -0,02

3. Perumahan 120,04 120,67 0,52

4. Sandang 112,24 112,83 0,52

5. Kesehatan 115,31 115,80 0,42

6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga 113,21 114,15 0,83

7. Transportasi & Komunikasi 120,34 122,33 1,66

5.

Perbandingan antar Provinsi di Indonesia

Pada Bulan April 2015 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 15 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Bangka Belitung dengan nilai indeks sebesar 104,70 yang diikuti Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 103,58 dan Provinsi Bali sebesar 103,05.

(7)

Provinsi Banten menempati peringkat tertinggi keenam di Indonesia. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Bengkulu sebesar 94,32. NTP nasional sebesar 100,14 mengalami penurunan sebesar 1,37 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,53.

Provinsi NTP Rangking Provinsi NTP Rangking

Bangka Belitung 104,70 1 Kalimantan Tengah 98,69 18

Sulawesi Selatan 103,58 2 Kepulauan Riau 98,69 19

Bali 103,05 3 Kalimantan Timur 98,68 20

Sulawesi Barat 102,87 4 Sumatera Utara 98,57 21

Jawa Timur 102,82 5 Sumatera Selatan 97,84 22

Banten 102,79 6 Jawa Tengah 97,84 23

Jawa Barat 102,78 7 Sulawesi Tenggara 97,80 24

Maluku Utara 102,13 8 Sumatra Barat 97,71 25

Lampung 101,43 9 Kalimantan Barat 97,14 26

NTB 101,15 10 Papua 96,81 27

Papua Barat 100,59 11 Sulawesi Utara 96,55 28

Maluku 100,54 12 Sulawesi Tengah 96,52 29

NTT 100,54 13 NAD 96,48 30

Gorontalo 100,26 14 Riau 96,44 31

Kalimantan Selatan 100,04 15 Jambi 94,72 32

DKI 98,89 16 Bengkulu 94,32 33

Yogyakarta 98,71 17 Nasional 100,14

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Pada April 2015 terjadi penurunan NTUP sebesar 2,81 persen. Hal ini dipengaruhi oleh turunnya It sebesar 2,28 persen dan naiknya indeks BPBBM yang sebesar 0,54 persen. Penurunan NTUP disebabkan oleh turunnya NTUP pada tiga subsektor penyusun NTUP terutama subsektor tanaman pangan yang turun 6,72 persen, subsektor peternakan yang turun 0,59 persen dan subsektor perikanan yang turun sebesar 0,19. Sementara itu dua subsektor yang lain mengalami kenaikan indeks, yakni subsektor hortikultura naik 0,27 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat yang naik 1,60 persen.

)

Subsektor Maret 2015 April 2015 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 113,49 105,87 -6,72

2. Hortikultura 103,44 103,71 0,27

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 109,00 110,75 1,60

4. Peternakan 106,58 105,95 -0,59

5. Perikanan 107,20 107,00 -0,19

a. Tangkap 117,33 117,31 -0,02

b. Budidaya 99,25 98,88 -0,37

(8)

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH

Pada April 2015, survei harga produsen gabah yang masuk berasal dari 62 observasi di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Pandeglang, Serang dan Lebak. Pemantauan harga ini dilakukan melalui pencacahan rutin bulanan. Observasi yang dilakukan ditemukan kelompok kualitas GKG sebanyak 4 observasi (6,45 persen), GKP sebanyak 31 observasi (50 persen), dan kualitas rendah sebanyak 27 observasi (43,55 persen). Rincian selengkapnya dapat dilihat padaTabel 1.

Kelompok Kualitas

Jumlah

Obser-vasi

Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (RP/Kg) Harga Pembelian Pemerintah (HPP)* (Rp./Kg.) Terendah Tertinggi Rata-Rata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) G K G 4 6,45% 4600 (Kec. Cipanas Kab.Lebak) 4600 (Kec. Cipanas Kab.Lebak) 4600 4.700 4.600 G K P 31 3700 4600 3915 4.024 Petani 3.700 50,00% (Kec. Malingping &Wanasalam, Kab. Lebak dan Ciruas&Kramatwatu Kab. Serang (Kec. Cipanas Kab.Lebak) Penggilingan 3.750 Gabah Kualitas Rendah 27 3100 3800 3647 3.755 - 43,55% (Kecamatan Warunggunung Kab. Lebak) (Kecamatan Saketi&Cimanuk Kab. Pandeglang dan Ciruas&Kramatwatu Kab. Serang) Keterangan:

GKG: kadar air ≤14 persen dan kadar lain ≤3 persen.

GKP: kadar air (14,01-25persen) dan kadar lain (3,01-15persen).Kualitas rendah: kadar air > 25 persen atau kadar lain > 15persen * HPP di tingkat penggilingan berdasarkan INPRES NOMOR 5 TAHUN 2015 TANGGAL 17 APRIL 2015

 Berdasarkan observasi sebanyak 62 transaksi gabah di 3 Kabupaten (Pandeglang, Serang dan Lebak),

rata-rata harga gabah di tingkat petani pada April 2015 dibandingkan keadaan Maret 2015 untuk Gabah Kering Giling (GKG) turun sebesar 13,79 persen, Gabah Kering Panen (GKP ) turun sebesar 21,16 persen, dan gabah kualitas rendah turun sebesar 8,13 persen.

 Rata-rata harga gabah bulan April 2015 di tingkat penggilingan untuk kualitas GKG Rp 4.700,- per kg, kualitas GKP Rp. 4.024,- per kg dan gabah kualitas rendah rata-rata Rp. 3.755,- per kg.

 Harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp 3.100 per kg dijumpai di Kecamatan Warunggunung

Kabupaten Lebak dengan kualitas rendah (varietas ciherang dan mekongga), sedangkan harga tertinggi sebesar Rp. 4.600,- per kg dijumpai di Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak untuk kualitas GKG dan GKP (varietas ciherang).

(9)

2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata – rata Komponen Mutu

Pada Bulan April 2015, dari 62 observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 3.100,- per kg untuk kualitas rendah dijumpai di Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak dengan varietas Ciherang dan Mekongga.

Harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 4.600,- per kg untuk kualitas GKG dan GKP di Kec. Cipanas Kabupaten Lebak (varietas Ciherang).

Untuk rata – rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar hampa/kotoran (KH), yaitu untuk gabah dengan kualitas GKG KA nya sebesar 11,90 persen dan KH sebesar 2,30 persen. Untuk kualitas GKP KA nya sebesar 16,28 persen dan KH nya 7,02 persen sedangkan untuk Kualitas Rendah KA nya 23,16 persen dan KH 12,03 persen.

Kelompok Kualitas Kadar Air (persen) Kadar Hampa/Kotoran (persen) Februari’15 Maret’15 April’15 Februari’15 Maret’15 April’15

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

GKG 10,76 11,59 11,90 2,06 2,48 2,30

GKP 14,34 16,22 16,28 6,13 7,07 7,02

Kualitas Rendah 20,30 22,93 23,16 13,01 11,70 12,03

3. Persentase Jumlah Observasi harga Gabah di bawah HPP di Tingkat Penggilingan

Pada Bulan April 2015 ini tidak ditemukan observasi harga gabah di bawah HPP, sedangkan observasi gabah kualitas rendah sebesar 43,55 persen.

Rincian Di Tingkat Penggilingan (persen)

November’14 Desember’14 Januari’14 Februari’15 Maret’15 April’15

Observasi Di bawah HPP - - - -

Obs. Gabah Kualitas Rendah 10,81 15,38 15,38 16,67 54,72 43,55

4. Rata – rata Harga Gabah Menurut Kualitas

Rata-rata harga gabah kualitas kering giling (GKG) di Provinsi Banten sebesar Rp. 4.700,- per kg di tingkat penggilingan mengalami penurunan sebesar 13,54 persen dibanding Bulan Maret 2015 dan di tingkat petani sebesar Rp. 4.600,- per kg. Rata-rata harga gabah kualitas panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar Rp.4.024,- per kg atau turun sebesar 20,67 persen sementara di tingkat petani rata-rata harga GKP sebesar Rp. 3.915,- per kg atau turun 21,16 persen. Untuk gabah kualitas rendah di tingkat penggilingan mengalami penurunan rata-rata harga sebesar 9,18 persen sementara di tingkat petani juga mengalami penurunan rata-rata harga yakni sebesar 8,13 persen.

(10)

Kualitas

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)

Feb’15 Mar’15 Apr’15

persen Perubahan

Kol (4)thd(3) Feb’15 Mar’15 Apr’15

persen Perub. Kol (8) thd (7) (1) (4) (3) (4) (5) (8) (7) (8) (9) GKG 5.100 5.436 4700 -13,54 5.000 5.336 4600 -13,79 GKP 4.742 5.073 4024 -20,67 4.638 4.965 3915 -21,16 Kualitas rendah 4.367 4.134 3755 -9,18 4.117 3.970 3647 -8,13 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 GKG GKP Non Kwalitas HPP GKG HPP GKP

(11)

C. PERKEMBANGAN UPAH BURUH

UPAH NOMINAL HARIAN BURUH TANI PROVINSI BANTEN APRIL 2015 SEBESAR Rp 39.065,-

*) Perubahan upah riil menggambarkanperubahan daya beli dari pendapatan yang diterima buruh seperti: buruh tani, buruh informal perkotaan, buruh industri yaitu kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Semakin tinggi upah riil maka semakin tinggi daya beli upah buruh dan sebaliknya

1.

Perkembangan Upah Buruh Pertanian

Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada April 2015 dibanding upah buruh tani Maret 2015 mengalami kenaikan 1,11 persen atau naik dari Rp. 38.638,- menjadi Rp. 39.065,- per hari. Secara riil mengalami kenaikan sebesar 1,39 persen dibanding Maret 2015 yaitu dari Rp. 32.755,- menjadi Rp. 33.210,- per hari.

Rincian Jenis Upah

Bulan % Perubahan April

2015 thd Maret 2015

Februari 2015 Maret 2015 April 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Provinsi Upah Nominal 38.997 38.638 39.065 1,11

Upah Riil *) 33.234 32.755 33.210 1,39

*) Upah riil = upah nominal/indeks konsumsi rumah tangga perdesaan (2012=100)

2.

Perkembangan Upah Buruh Informal

a. Upah Buruh Bangunan (konstruksi) Per hari

Secara nominal, rata-rata upah buruh bangunan di Provinsi Banten pada Bulan April 2015 tidak mengalami perubahan, yakni sebesar Rp. 73.878,- per hari. Secara riil, upah April 2015 dibanding Maret 2015 turun sebesar 0,71 persen, yaitu dari Rp. 59.894,- menjadi Rp. 59.468,- per hari.

b. Upah Pembantu Rumah Tangga Per Bulan

Secara nominal, rata-rata upah pembantu rumah tangga di Provinsi Banten pada April 2015 juga tidak mengalami perubahan yakni sebesar Rp. 510.732,- per bulan. Sedangkan secara riil, upah April 2015 dibanding Maret 2015 mengalami penurunan sebesar 0,71 persen, yaitu turun dari Rp. 414.061,- menjadi Rp. 411.118,- per bulan.

 Upah nominal buruh tani pada April 2015 dibanding upah buruh tani Maret 2015 mengalami kenaikan

sebesar 1,11 persen atau naik dari Rp. 38.638,- menjadi Rp. 39.065,- per hari. Secara riil*) mengalami kenaikan sebesar 1,39 persen.

 Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada April 2015 tidak mengalami perubahan nilai, yakni sebesar Rp. 73.878,- per hari. Secara riil, upah April 2015 dibanding Maret turun sebesar 0,71 persen, yaitu dari Rp. 59.894,- menjadi Rp. 59.468,- per hari.

(12)

Rincian Jenis Upah Bulan April 2015 thd Maret % Perubahan 2015

Februari Maret April

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Bangunan per hari Upah Nominal 73.878 73.878 73.878 0,00

Upah Riil *) 60.107 59.894 59.468 -0,71

Pembantu rumah tangga Upah Nominal 505.181 510.732 510.732 1,10

per bulan Upah Riil*) 411.017 414.061 411.118 -0,71

(13)
(14)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Dr. Syech Suhaimi, SE.,M.Si Kepala BPS Provinsi Banten

Telepon: 0254-267027

E-mail : bps3600@bps.go.id; pst3600@bps.go.id

Website : banten.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui

Foto rontgen toraks adalah pemeriksaan radiologi yang paling sering dilakukan. Untuk pemeriksaan rutin biasa dilakukan foto PA, dan bila perlu, dila perlu dapat

Dulu masyarakat tidak mengetahui cara mengelolah ikan-ikan yang ada di tambak tersebut, Jadi yang dilakukan oleh masyarakat adalah hanya menjual ikan-ikan tersebut pada waktu

Hal ini mengakibatkan keutamaan dan kemuliaan yang khusus dikarunia oleh Allah SWT untuk ahlul bait dan keturunannya tidak dapat disandang oleh anak cucu

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa perolehan minyak tertinggi dari pirolisis sampah plastik PP diperoleh pada suhu 400 o C sebesar 50,08% berat sedangkan sampah plastik jenis

Tulisan ini akan membahas lebih lanjut mengenai pemantauan dosis eksterna pekerja radiasi menggunakan dosimeter perorangan dengan menitikberatkan pada upaya

Penampang tahanan jenis J-21 pada Gambar 7 terlihat bahwa ketebalan Formasi Genteng yang tersusun atas batupasir tufaan secara umum memiliki dengan ketebalan

bahwa sehubungan dengan rnaksud pada huruf a terse but di atas, dan dalam rangka kelancaran untuk memberikan rasa aman dan kenyamanan dalam pemberangkatan dan