10
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toxoid pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut
Tahun 2019
Eneng Daryanti
Universitas Bhakti Kencana (UBK)
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK
Pembangunan kesehatan memiliki peran yang sangat besar dalam upaya meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Ini dicapai dengan meningkatkan kualitas dan kesetaraan layanan
kesehatan, meningkatkan status gizi masyarakat, meningkatkan partisipasi masyarakat, dan
meningkatkan manajemen upaya untuk meningkatkan kesehatan. Di Indonesia, masalah
kesehatan ibu dan anak masih akan menjadi prioritas utama di antara masalah kesehatan lainnya.
Wanita hamil sering tidak memanfaatkan fasilitas perawatan kesehatan yang ada secara optimal,
salah satunya terlihat dari rendahnya cakupan imunisasi TT. Metode penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang variabelnya
diamati pada satu waktu dan hanya ditampilkan pada saat pemeriksaan. Variabel independen
adalah: pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, pendapatan, persepsi
penyedia layanan kesehatan dan variabel dependen adalah kelengkapan imunisasi TT untuk
wanita hamil, sampel 54 orang dari populasi 76 orang. Analisis data menggunakan uji chi square
menggunakan SPSS For Windows Versi 17.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, pendapatan dan
persepsi layanan dengan imunisasi TT lengkap. Disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, pendapatan , persepsi layanan
dan kelengkapan imunisasi TT.
Kata kunci: Pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, pendapatan, persepsi
dan kelengkapan imunisasi TT
ABSTRACT
Health development has a very big role in efforts to improve the quality of human resources. This was achieved by improving the quality and equity of health services, improving the nutritional status of the community, increasing community participation, and improving management of efforts to improve health. In Indonesia, maternal and child health problems will still be a top priority among other health problems. Pregnant women often do not make use of existing health care facilities optimally, one of which is seen from the low coverage of TT immunization. The method of this research is quantitative research with cross sectional approach that is research whose variables are observed at one time and only show at the time of examination. The independent variables are: occupation, education, knowledge, attitude, family support, income, perception of health service providers and the dependent variable is completeness of TT immunization for pregnant women, a sample of 54 people from a population of 76 people. Data analysis uses chi square test using SPSS For Windows Version 17.0. The results showed that there was a relationship between work, education, knowledge, attitudes, family support, income and service perceptions with complete TT immunization.It was concluded that there was a relationship between work, education, knowledge, attitudes, family support, income, service perceptions and completeness of TT immunization.
Keywords: Employment, education, knowledge, attitude, family support, income, perception and completeness of TT immunization
11
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan pada dasarnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal perlu diupayakan penyediaan pelayanan kesehatan yang lebih luas merata dan bermutu pada setiap anggota masyarakat pembangunan sektor kesehatan harus direncanakan dan dilaksanakan secara terpadu dan merata untuk dapat memenuhi hak tersebut diatas (1).
Pembangunan kesehatan mempunyai peranan yang sangat besar dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Hal tersebut dicapai dengan peningkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan, peningkatan status gizi masyarakat, peningkatan peran serta masyarakat serta peningkatan manajemen upaya peningkatan kesehatan. Dengan tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal akan memberikan sumbangan besar terhadap kualitas fisik dan rohani insani Indonesia karena derajat kesehatan yang tinggi akan meningkatkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi (2)
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang tersedia terdiri dari pelayanan promotif (berupaya memberikan penyuluhan kesehatan), preventif (pencegahan masalah kesehatan), kuratif (pengobatan masalah kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan derajat kesehatan), sarana yang mendukung untuk dilaksanakannya kegiatan pelayan kesehatan tersebut diantaranya adalah balai pengobatan, puskesmas dan Rumah Sakit.
Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar yang berfungsi sebagai pusat rujukan yang menjembatani masyarakat dan rumah sakit. Puskesmas merupakan penyelenggara upaya pelayanan kesehatan dengan lima program puskesmas yang paling penting diantaranya adalah program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), P2M (Pemberantasan Penyakit Menular),
KB (Keluarga Berencana), Perkesmas (Perawatan Kesehatan Masyarakat), dan Higiene Sanitasi (3)
Upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan salah satunya adalah dengan melalui program pencegahan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Program tersebut dianggap memiliki dampak yang besar terhadap penurunan angka kematian secara nasional (2)
Di Indonesia masalah kesehatan ibu dan anak masih akan jadi prioritas utama diantara masalah kesehatan lainnya. Dewasa ini sebutan untuk kelangsungan hidup anak (child survival) serta kehamilan dan persalinan yang aman (save motherhood) menjadi patokan utama keberhasilan program kesehatan masyarakat di Negara-negara sedang berkembang (4)
Ibu hamil sering tidak memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara optimal. Untuk pemeriksaan antenatal dalam rangka usaha untuk pendeteksian resiko selama kehamilannya dikarenakan kurang memahami pentingnya memeriksa kesehatan selama kehamilannya (3)
Mengingat puskesmas sebagai garis depan dari pelayanan kesehatan berguna bagi pentingnya derajat kesehatan, maka puskesmas perlu orang-orang yang mempunyai kinerja tinggi terhadap pelaksanaan kegiatan puskesmas, sehingga efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dapat terwujud sesuai dengan rencana kerja semula termasuk melaksanakan program-program yang ada dipuskesmas diantaranya adalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), kesehatan lingkungan, promosi kesehatan dan pengobatan (1)
Untuk mencapai berbagai macam tujuan program, berbagai sumber daya yang ada baik dari pemerintah, swasta maupun masyarakat dimanfaatkan dalam upaya pelayanan imunisasi.Dalam upaya meningkatkan cakupan imunisasi pergerakan peran serta masyarakat termasuk organisasi kemasyarakatan dan organisasi social lainnya perlu ditingkatkan dan dibina. Kegiatan lintas program sangat penting dalam peningkatan cakupan seperti
2 misalnya integrasi KIA. Imunisasi dalam upaya meningkatkan cakupan imunisasi TT ibu hamil dan program lain dalam kegiatan Posyandu (3)
Bila ibu hamil sewaktu calon pengantin sudah TT dua kali, maka pada kehamilan pertama cukup mendapatkan TT satu kali, dicatat sebagai TT ulang pada kehamilan berikutnya cukup mendapatkan TT satu kali saja. Bila ibu hamil sewaktu calon pengantin atau hamil sebelumnya baru mendapatkan TT satu kali (status imunisasi belum lengkap/belum mendapat TT sama sekali) maka perlu mendapatkan TT dua kali selama kehamilan. Bila ibu hamil pernah mendapat TT dua kali pada kehamilan sebelumnya, maka kehamilan berikutnya cukup mendapatkan TT satu kali dan dicatat sebagai TT ulang (5)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Terdapat 52 Puskesmas bahwa masih banyak puskesmas-puskesmas yang cakupan kelengkapan imunisasi TT ibu hamil yang belum mencapai target namun ada juga puskesmas-puskesmas yang telah mencapai target (6)(7)
Dari 52 Puskesmas yang ada di Kabupaten Garut Puskesmas Cilimus merupakan Puskesmas yang cakupan kelengkapan imunisasi TT ibu hamilnya belum mencapai target. Pada tahun 2017 cakupan kelengkapan imunisasi TT pertama ibu hamil mencapai 27,10% dan Imunisasi TT kedua ibu hamil mencapai 8,80%, pada tahun 2011 cakupan kelengkapan imunisasi TT pertama ibu hamil mencapai 45,54% dan imunisasi TT kedua ibu hamil mencapai 23,20%, dan Pada tahun 2012 cakupan kelengkapan imunisasi TT pertama ibu hamil mencapai 109,18% dan imunisasi TT kedua ibu hamil mencapai 54,84% (7)
Imunisasi TT kedua merupakan imunisasi pelengkap dari dua pemberian imunisasi TT.Pemberian imunisasi TT penting bagi ibu hamil karena imunisasi tersebut dapat menyempurnakan perlindungan bayi dalam kandungan terhadap Clostridium tetani. Apabila ibu hamil diberikan imunisasi TT lengkap 2 dosis yaitu TT pertama dan TT kedua maka akan terlindungi dari penyakit tetanus sebesar 90% (8)
Hasil wawancara pada saat survei awal bahwa di Desa Tarogong Kaler mempunyai cakupan imunisasi TT yang rendah dibandingkan dengan desa yang lain yang ada di Kecamatan Cilimus yang disebabkan banyak ibu hamil yang belum mengerti mengenai pentingnya imunisasi TT ibu hamil, selain itu juga dikarenakan mereka sudah pernah di imunisasi TT yang pertama sehingga menganggap tidak perlu melaksanakan TT yang kedua.
Salah satu faktor penyebab timbulnya masalah kelengkapan tersebut adalah perilaku ibu hamil terhadap pemeriksaan ibu hamil, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku ibu hamil adalah faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan, pendidikan, umur, kecerdasan, kepercayaan, tradisi, pekerjaan, pengalaman, riwayat masa lalu, persepsi, motivasi, emosi, dan sebagainya sedangkan faktoe ekstern mencakup lingkungan baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia sekitar, pendapatan, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya (9)
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toxoid Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut tahun 2019”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi TT ibu hamil di wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode penelitian survei dengan pendekatan Cross Sectional, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut Sebanyak 76 orang pada bulan Agustus-Oktober tahun 2019,
Sampel dalam penelitian ini
adalah
ibu
hamil
yang
usia
kandungannya >3 bulan sebanyak 54
orang
. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner.3 Analisa data yang digunakan terdiri dari dua analisa yaitu analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa univariat menggunakan rumus mean, simpangan baku dan persentase dan analisis bivariate menggunakan rumus Uji Chi Square, dengan kaidah pengambilan keputusan jika nilai p value < α (005) maka Ho ditolak Ha diterima.
HASIL PENELITIAN
a. Hasil Penelitian1) Pekerjaan
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja
Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden ada pada kategori tidak bekerja yaitu sebanyak 33 orang (61,1%).
2) Pendidikan responden Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 2 sebagian besar tingkat pendidikan responden ada pada kategori rendah yaitu sebanyak 31 orang (57,4%).
3) Pengetahuan responden Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di
Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut
Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan responden tentang imunisasi TT ada pada kategori rendah yaitu sebanyak 28 orang (51,9%)
4) Sikap responden Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Pelaksanaan Imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas
Cilimus Kabupaten Garut Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar sikap responden terhadap pelaksanaan imunisasi TT ada pada kategori baik yaitu sebanyak 44 orang (81,5%) 5) Dukungan Keluarga
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Terhadap Pelaksanaan Imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus
Kabupaten Garut Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan keluarga terhadap pelaksanaan imunisasi TT ada pada kategori kurang yaitu sebanyak 29 orang (53,7%).
6) Pendapatan responden
Pekerjaan Frekuensi Prosentase
Tidak bekerja 33 61,1
Bekerja 21 38,9
Jumlah 54 100
Pendidikan Frekuensi Prosentase
Tinggi 5 9,3
Menengah 18 33,3
Rendah 31 57,4
Jumlah 54 100
Pengetahuan Frekuensi Prosentase Tinggi 14 25,9 Sedang 12 22,2 Rendah 28 51,9 Jumlah 54 100
Sikap Frekuensi Prosentase
Baik 44 81,5
Cukup 10 18,5
Kurang 0 0
Jumlah 54 100
Dukungan Keluarga Frekuensi Prosentase
Baik 7 13,0
Cukup 18 33,3
Kurang 29 53,7
Jumlah 54 100
4 Tabel 6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten
Garut Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan responden ada pada kategori rendah yaitu sebanyak 36 orang (66,7%). 7) Persepsi terhadap petugas kesehatan
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Petugas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Cilimus Kabupaten Garut Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar persepsi terhadap petugas kesehatan ada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 29 orang (53,7%).
8) Kelengkapan Imunisasi TT Tabel 8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi TT
di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut
Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar kelengkapan imunisasi TT ada pada kategori tidak lengkap yaitu sebanyak 36 orang (66,7%).
9) Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara variabel bebas terhadap
variabel terikat. Hasil penelitian akan dijelaskan di bawah ini :
a) Hubungan Pekerjaan dengan Kelengkapan Imunisasi TT
Tabel 9
Tabulasi Silang Antara Pekerjaan dengan Kelengkapan Imunisasi TT di
Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut
Tahun 2019
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p value sebesar 0,000, jika dibandingkan dengan nilai (0,05) maka p value lebih kecil daripada (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut tahun 2019.
b) Hubungan Pendidikan dengan Kelengkapan Imunisasi TT
Tabel 10
Tabulasi Silang Antara Pendidikan dengan Kelengkapan Imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus
Kabupaten Garut Tahun 2019
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p value sebesar 0,000, jika dibandingkan dengan nilai (0,05) maka p value lebih kecil daripada (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara pendidikan dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut tahun 2019.
c) Hubungan Pengetahuan dengan
Pendapatan Frekuensi Prosentase
Tinggi 18 33,3
Rendah 36 66,7
Jumlah 54 100
Persepsi Terhadap
Petugas Kesehatan Frekuensi Prosentase
Baik 29 53,7
Cukup 25 46,3
Jumlah 54 100
Kelengkapan Imunisasi TT Frekuensi Prosentase
Lengkap 18 33,3 Tidak lengkap 36 66,7 Jumlah 54 100 Pekerjaan Kelengkapan Imunisasi TT p value Lengkap Tidak lengkap Total
f % f % f % Tidak bekerja 2 6,1 31 93,9 33 100 0,000 Bekerja 16 76,2 5 23,8 21 100 Jumlah 18 33,3 36 66,7 54 100 Pendidikan Kelengkapan Imunisasi TT p value
Lengkap Tidak lengkap Total
f % f % f % Rendah 2 6,5 29 93,5 31 100 0,000 Menengah 11 61,1 7 38,9 18 100 Tinggi 5 100 0 0 5 100 Jumlah 18 33,3 36 66,7 54 100 1
5 Kelengkapan Imunisasi TT
Tabel 11
Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Kelengkapan Imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus
Kabupaten Garut Tahun 2019
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p value sebesar 0,000, jika dibandingkan dengan nilai (0,05) maka p value lebih kecil daripada (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut tahun 2019.
d) Hubungan Sikap dengan Kelengkapan Imunisasi TT
Tabel 12
Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Kelengkapan Imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus
Kabupaten Garut Tahun 2019
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p value sebesar 0,013, jika dibandingkan dengan nilai (0,05) maka p value lebih kecil daripada (0,013 < 0,05) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara sikap terhadap pelaksanaan imunisasi TT dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut tahun 2019.
e) Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kelengkapan Imunisasi TT
Tabel 13
Tabulasi Silang Antara Dukungan Keluarga dengan Kelengkapan Imunisasi
TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut
Tahun 2019
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p value sebesar 0,001, jika dibandingkan dengan nilai (0,05) maka p value lebih kecil daripada (0,001 < 0,05) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap pelaksanaan imunisasi TT dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut tahun 2019.
f) Hubungan Pendapatan dengan Kelengkapan Imunisasi TT
Tabel 14
Tabulasi Silang Antara Pendapatan dengan Kelengkapan Imunisasi TT di
Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut
Tahun 2019
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p value sebesar 0,000, jika dibandingkan dengan nilai (0,05) maka p value lebih kecil daripada (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara pendapatan dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut tahun 2019.
g) Hubungan Persepsi Terhadap Petugas Kesehatan dengan kelengkapan imunisasi TT Pengetahuan
Kelengkapan Imunisasi TT p value Lengkap Tidak lengkap Total f % f % f % Tinggi 13 92,9 1 7,1 14 100 0,000 Sedang 4 33,3 8 66,7 12 100 Rendah 1 3,6 27 96,4 28 100 Jumlah 18 33,3 36 66,7 54 100 Sikap Kelengkapan Imunisasi TT p value
Lengkap Tidak lengkap Total
f % f % f % Baik 18 40,9 26 59,1 44 100 0,013 Cukup 0 0 10 100 10 100 Jumlah 18 33,3 36 66,7 54 100 Dukungan Keluarga Kelengkapan Imunisasi TT p value
Lengkap Tidak lengkap Total
f % f % f % Tinggi 6 85,7 1 14,3 7 100 0,001 Sedang 8 44,4 10 55,6 18 100 Rendah 4 13,8 25 86,2 29 100 Jumlah 18 33,3 36 66,7 54 100 Pendapatan Kelengkapan Imunisasi TT p value
Lengkap Tidak lengkap Total
f % f % f % Tinggi 13 72,2 5 27,8 18 100 0,000 Rendah 5 13,9 31 86,1 36 100 Jumlah 18 33,3 36 66,7 54 100 1
6 Tabel 15
Tabulasi Silang Antara Persepsi Terhadap Petugas Kesehatan dengan Kelengkapan Imunisasi TT di Wilayah
Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut Tahun 2019
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p value sebesar 0,001, jika dibandingkan dengan nilai (0,05) maka p value lebih kecil daripada (0,001 < 0,05) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara persepsi terhadap petugas kesehatan dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut tahun 2019.
b. Pembahasan
1) Hubungan Antara Pekerjaan dengan Kelengkapan Imunisasi TT
Hasil analisis univariat tentang pekerjaan diperoleh bahwa persentase terbesar adalah tidak bekerja yaitu sebesar 61,1%, sedangkan sebagian kecil yaitu 38,9% bekerja. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut dengan p value sebesar 0,000. Adanya hubungan ini disebabkan karena ibu yang bekerja lebih memperhatikan kesehatan kehamilannya supaya janin yang dikandungnya sehat.
Menurut Thomas yang dikutip oleh (10), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi sutu kebutuhan hidup.
Menurut (11) mengungkapkan bahwa “status ekomomi masyarakat pada umumnya dapat dilihat dari pekerjaan dan penghasilan keluarga perbulan.” Oleh karena itu, status ekonomi rendah mampu cenderung mencari pertolongan ke tenaga non kesehatan karena biaya yang lebih murah.
Berdasarkan dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya suatu pekerjaan dapat mempengaruhi terhadap peran serta masyarakat dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan
2) Hubungan Pendidikan dengan Kelengkapan Imunisasi TT
Hasil analisis univariat diperoleh bahwa sebagian besar pendidikan responden adalah berpendidikan rendah yaitu sebesar 57,4%, dan sebagian kecil ada pada kategori pendidikan tinggi yaitu sebesar 9,3%. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut dengan p value sebesar 0,000.
Hal ini sesuai dengan teori Green (1989) yang dikutip (12) yang menyebutkan bahwa pendidikan merupakan faktor predisposisi yang mempengaruhi terhadap perubahan prilaku individu atau kelompok, selain itu juga pendidikan yang lebih tinggi akan meningkatkan permintaan terhadap pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Menurut (13) pendidikan sendiri mempunyai arti usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan. Dengan pendidikan bisa membentuk dan menambah pengetahuan seseorang dalam mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan lebih tepat. Pendidikan dengan berbagai programnya mempunyai peran penting dalam proses memperoleh dan meningkatkan kualitas kemampuan profesional individu. Persepsi
Kelengkapan Imunisasi TT p value Lengkap Tidak lengkap Total f % f % f % Tinggi 17 58,6 12 41,4 29 100 0,001 Sedang 1 4,0 24 96,0 25 100 Jumlah 18 33,3 36 66,7 54 100 1
7 Melalui pendidikan seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan (14).
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berpendapat bahwa orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi adalah mempunyai wawasan yang lebih luas terutama tentang arti pentingnya kesehatan. Tingginya kesadaran akan pentingnya kesehatan dapat mendorong orang yang bersangkutan untuk melakukan tindakan yang lebih baik.
3) Hubungan Pengetahuan dengan Kelengkapan Imunisasi TT
Hasil analisis univariat diperoleh bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang imunisasi TT ada pada kategori rendah yaitu sebesar 51,9%, dan sebagian kecil ada pada kategori sedang yaitu sebesar 22,2%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi TT dengan p value sebesar 0,000. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin baik perilaku seseorang dalam merawat kesehatannya. Hal ini sejalan dengan pendapat (15) yang menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan dasar pembentukan sikap dan prilaku seseorang, artinya seseorang bersikap dan berprilaku untuk melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Bila dikaitkan dengan tingkatan domain kognitif dalam pengetahuan menurut Notoatmodjo apabila ibu sudah mempunyai pengetahuan tentang gizi pada balita dan juga memahaminya, ibu dapat mengaplikasikan apa yang ibu ketahui tentang pemberian gizi pada anaknya.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu pendengaran, penciuman, penglihatan, raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (16) Menurut (17) pengetahuan merupakan suatu hasil usaha manusia untuk memahami kenyataan sejauh mana kenyataan dapat dijangkau oleh daya pemikiran manusia berdasarkan pengalaman secara empiris. Perubahan perilaku seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Berdasarkan hasil penelitian (9), peneliti berpendapat bahwa jika seseorang mempunyai pengetahuan baik khususnya mengenai imunisasi, maka orang tersebut akan patuh untuk melaksanakan imunisasi TT, semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin baik sikap dan perilaku orang tersebut dalam menjaga kesehatannya selama kehamilannya.
4) Hubungan Sikap Terhadap Pelaksanaan Imunisasi TT dengan Kelengkapan Imunisasi TT
Hasil analisis univariat diperoleh bahwa sebagian besar sikap responden terhadap pelaksanaan imunisasi TT sebagian besar ada pada kategori baik yaitu 81,5%, dan sebagian kecil ada pada kategori sedang sebesar 18,5%. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap terhadap pelaksanaan imunisasi TT dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut dengan p value sebesar 0,013. Hal ini disebabkan karena sikap dapat mempengaruhi terhadap perilaku seseorang, semakin positif sikap yang ditunjukkan responden semakin baik pula perilaku responden dalam melaksanakan 1
8 imunisasi TT.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh (18), Sikap (Attitude) merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai perantara antara responnya dan objek yang bersangkutan.
Sikap positif ibu terhadap pelaksanaan imunisasi TT merupakan salah satu bentuk respons ibu terhadap pengetahuan yang diperolehnya. Hal ini sesuai dengan definisi yang diungkapkan oleh Osgood dalam (19), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau tidak mendukung terhadap suatu objek.
Sikap positif atau sifat negatif seseorang terhadap suatu objek akan dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Dalam hal ini Middlebrook (1974) yang dikutif (20) mengatakan bahwa “ tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut “.
Berdasarkan penelitian, maka peneliti berpendapat bahwa untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Namun demikian, pengalaman tunggal jarang sekali dapat menjadi dasar pembentukan sikap. Jadi pengalaman-pengalaman masa lalu yang relevan yang dialami seseorang akan lebih berpengaruh terhadap pembentukan sikap orang tersebut terhadap suatu objek. Meskipun harus diakui bahwa pembentukan sikap ini, merupakan suatu yang kompleks dalam diri seseorang (21)
5) Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kelengkapan Imunisasi TT Hasil analisis univariat diperoleh bahwa sebagian besar dukungan keluarga ada pada kategori rendah yaitu sebesar 53,7%, dan sebagian kecil ada pada kategori tinggi sebesar 13,0%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut dengan p value sebesar 0,001.
Dukungan keluarga merupakan suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Suami atau keluarga mempunyai peran memberi dukungan dan ketenangan bagi ibu yang sedang hamil terutama dalam mempersiapkan kehamilannya, agar ibu dan bayi yang dikandungnya sehat (22)
Hal ini sejalan dengan pendapat Taufik (2007) yang menyatakan bahwa dukungan atau dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan motivasi suami untuk memberikan sesuatu yang terbaik untuk istrinya. Lingkungan juga dapat mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam merubah tingkah lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi. agar timbul keinginan dan kemampuan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memproleh hasil dan mencapai tujuan (23)
6) Hubungan Pendapatan dengan Kelengkapan Imunisasi TT
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan responden ada pada kategori rendah yaitu sebesar 1
9 66,7%, dan sebagian kecil ada pada kategori tinggi yaitu sebesar 33,3%. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa ada hubungan antara pendapatan dengan kelengkapan imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut dengan p value sebesar 0,000.
Hal ini sesuai dengan pendapat (24) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingginya pendapatan dengan besarnya permintaan akan memanfaatkan pelayanan kesehatan, khususnya dalam hal pelayanan kesehatan modern. (25) menemukan bahwa keluarga dengan pendapatan yang lebih besar akan mempunyai pengeluaran untuk pelayanan medis yang lebih besar, meskipun persentase pendapatan yang dikeluarkan pelayanan medis akan berkurang jika pendapatan bertambah.
Sedangkan menurut (8) menyatakan bahwa pendapatan keluarga berhubungan dengan Kemauan individu atau keluarga tersebut untuk pelayanan kesehatan mereka dan dipertegas kembali oleh teori Aderson dalam Notoatmodjo yang menyatakan bahwa pendapatan keluarga digunakan untuk mengukur kemampuan membayar individu atau keluarga terhadap pelayanan kesehatan. Dan Menurut (12) tingkat pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain seperti pendidikan, perumahan dan kesehatan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti berpendapat bahwa pendapatan keluarga dapat bebrhubungan dengan pelaksanaan imunisasi TT, responden yang tidak mampu dan dengan akses lokasi yang jauh memerlukan biaya yang lebih besar, sehingga kemungkinan ibu
hamil tidak melakukan imunisasi TT.
7) Hubungan Persepsi Terhadap Tenaga Kesehatan dengan Kelengkapan Imunisasi TT
Hasil analisis univariat diperoleh bahwa sebagian besar persepsi responden ada pada kategori tinggi yaitu sebesar 53,7%, dan sebagian kecil ada pada kategori sedang sebesar 46,3%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi terhadap tenaga kesehatan dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut dengan p value sebesar 0,000. Hal ini disebabkan karena jika petugas yang melayani ibu hamil baik maka akan timbul persepsi yang baik pula terhadap pelaksanaan imunisasi TT
Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang obyektif (26). Persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang diinderanya itu. Atkinson dan Hilgard mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi
Lebih lanjut (26) mendefinisikan persepsi sebagai berikut : suatu interprestasi terhadap berbagai sensasi sebagai 1
10 representasi dari objek-objek eksternal. Untuk itu, bisa dijelaskan bahwa persepsi merupakan pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh panca indera. Persepsi mensyaratkan kehadiran objek eksternal untuk ditangkap oleh indera. Dalam hal persektif terhadap diri pribadi, kehadirannya sebagai objek eksternal mungkin kurang nyata tetapi keberadaannya jelas dapat dirasakan.
KESIMPULAN
a. Ada hubungan antara pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut dengan p value sebesar 0,000
b. Ada hubungan antara pendapatan dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut dengan p value sebesar 0,000
c. Ada hubungan antara pendidikan dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut dengan p value sebesar 0,000
d. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut dengan p value sebesar 0,000
e. Ada hubungan antara sikap dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut dengan p value sebesar 0,013
f. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut dengan p value sebesar 0,001
g.
Ada hubungan antara persepsi terhadap petugas kesehatan dengan kelengkapan imunisasi TT di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut dengan p value sebesar 0,000DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin, pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan RI; Situasi kesehatan Reproduksi remaja. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2015.
2. Kemenkes RI. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Data dan Informasi. Kementrian Keseahtan RI; 2018. Jurnal Ilmu Kesehatan. 2018.
3. DEPKES. PROFIL KESEHATAN. BANDUNG: EGC; 2016.
4. Depkes RI. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidan Kesehatan 2005-2025. Jakarta. 2009;25–35. 5. Unicef. Kesehatan Ibu & Anak.
UNICEF Indones. 2012;
6. BPS. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bps. 2012;
7. Dinas Kesehatan Jawa Barat. Dinas Keshatan Jawa Barat. Profil Kesehat Indones. 2012;
8. Yunica JA. Hubungan antara pengetahuan dan umur dengan kelengkapan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil di Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin tahun 2014. J Kedokt dan Kesehat. 2015;
9. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Journal of Chemical Information and
Modeling. 2012.
10. Bahriyah F, Putri M, Jaelani KA. Hubungan Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi. J Endur. 2017;
11. Pepe CK, Krisnani H, A. DHS, S. MB. DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL LANSIA DI PANTI. Share Soc Work J. 2017;
12. Kusumaningtyas K, Wayanti S. Faktor Pendapatan Dan Pendidikan Keluarga Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 3-4 Tahun. J Penelit Suara Forikes. 2016;
13. Baharom Mohamad, Ali Suradin, Za’aBa Helmi Khamisan. Peranan 2
11 Pendidikan Islam dan Pendidikan
Moral dalam Membina Sahsiah Pelajar Berkualiti. Dalam Persidang Pembang Pelajar Peringkat Kebangs Univ Teknol Malaysia. 2008; 14. Saat S. Faktor-faktor determinan
dalam pendidikan. J Al-Ta’dib. 2015;
15. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 2012.
16. Paulus Wahana. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Pustaka Diamond. 2016.
17. Suwarto. Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif dalam Pendidikan. Widyatama. 2010; 18. Wawan. Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Syafni. 2012. 19. Aprida S, Utami S, Hasneli Y.
Efektifitas Pendidikan Kesehatan Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid (Tt) Terhadap Pengetahuan Ibu Hamiltentang Imunisasi Tt. Ef Pendidik Kesehat Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid Terhadap Pengetah Ibu Hamiltentang Imunisasi Tt. 2012;
20. Azwar S. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. 2013. 21. Bukit RBRB. Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Terhadap Imunisasi Tetanus Toksoid. J Midwifery Sci. 2018;
22. Evayanti Y. Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Dukungan Suami Pada Ibu Hamil Terhadap Keteraturan Kunjungan Antenatal Care (ANC) Di Puskesmas Wates Lampung Tengah Tahun 2014. J Kebidanan. 2015;
23. Yanti R, Warsito B. HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT, MOTIVASI, DAN SUPERVISI DENGAN KUALITAS
DOKUMENTASI PROSES ASUHAN KEPERAWATAN. J Manaj Keperawatan. 2013; 24. Brata AG. Investasi Sektor Publik
Lokal, Pembangunan Manusia, Dan Kemiskinan. J Ekon Bisnis. 2005; 25. Anindita P. HUBUNGAN
TINGKAT PENDIDIKAN IBU,
PENDAPATAN KELUARGA, KECUKUPAN PROTEIN & ZINC DENGAN STUNTING (PENDEK) PADA BALITA USIA 6 â 35 BULAN DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA
SEMARANG. J Kesehat Masy Univ Diponegoro. 2012;
26. Rumengan DSS, Umboh JML, Kandou GD. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pada Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado. Jikmu Suplemen. 2015;