• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN STANDARD PRECAUTIONS OLEH PERAWAT DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III MANADO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN STANDARD PRECAUTIONS OLEH PERAWAT DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III MANADO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

98

ANALISIS PENERAPAN STANDARD PRECAUTIONS OLEH PERAWAT DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III MANADO

Justitia Lantu*, Tubagus D. E. Abeng**, Grace D. Kandou** *Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

**Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABTRAK

Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Infeksi nosokomial atau saat ini disebut Healthcare-associated Infections (HAIs) merupakan masalah penting di seluruh dunia dan menjadi isu yang menarik untuk diteliti. Banyaknya infeksi nosokomial yang terjadi dan untuk melindungi pasien maupun tenaga kesehatan, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 1996 menetapkan standard precautions sebagai petunjuk atau acuan dalam usaha mengurangi resiko infeksi dari darah yang terpecik dan patogen lain di rumah sakit. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalsis faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan standard precautions oleh perawat (pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana prasarana, dan iklim keselamatan kerja) di Rumah Sakit Bhayangkara Tk. III Manado. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional design. Penelitian ini dilaksanakan di RS Bhayangkara Tk. III Manado. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 77 orang perawat. Alat ukur penelitian ini adalah kuesioner terstruktur yang telah divalidasi. Analisis data menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan standard precautions oleh perawat dengan pengetahuan (p = 0,001), sikap (p = 0,008), ketersediaan sarana prasarana (p = 0,003), iklim keselamatan kerja (p = 0,006), di Rumah Sakit Bhayangkara Tk,III Manado. Hasil analisis multivariat dengan metode regresi logistik menunjukkan bahwa variabel ketersediaan sarana prasarana merupakan variabel yang paling erat berhubungan dengan penerapan standard precautions oleh perawat. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor ketersediaan sarana prasarana merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi penerapan standard precautions oleh perawat.

Kata Kunci: Standard Precautions ABTRACT

Nosocomial infections are infections associated with health care. Nosocomial infections or currently called Healthcare-associated infections (Hais) is an important issue around the world and become an interesting issue to be researched. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) in 1996 set the standard precautions as a guide or reference in an effort to reduce the risk of infection from blood and other pathogens in hospitals. The purpose of this study is to analyz factors related to the application of standard precautions by nurses (knowledge, attitude, availability of instruments and infrastructures, and safety climate) at Tk. III Bhayangkara Hospital Manado.This research is quantitative descriptive analytic using cross sectional design. This research was conducted in Tk. III Bhayangkara Hospital Manado. Total sample of research were 77 nurses. Measurement tools used in this research were structured questionnaire that has been validated. The sampling method used was total sampling. Data were analyzed using chi-square test and multiple logistic regression test. The results showed that there is a significant relationship between the application of standard precautions by nurses with the knowledge (p = 0.001), attitude (p = 0.008), the availability of instruments and infrastructures (p = 0.003), the climate of safety (p = 0.006), in Tk. III Bhayangkara Hospital Manado. Multivariate analysis with logistic regression showed that the variable availability of instruments and infrastructure is the variable most closely associated with the application of standard precautions by nurses. From these results it can be concluded that the availability of instruments and infrastructures is the most dominant factor in influencing the application of standard precautions by nurses.

(2)

99 PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang secara keseluruhan memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap juga perawatan di rumah. Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit dimaksudkan untuk tujuan perawatan atau penyembuhan pasien. Tetapi, apabila tindakan tersebut dilakukan tidak sesuai prosedur maka akan berpotensi untuk menularkan penyakit infeksi baik bagi pasien lain atau bahkan petugas itu sendiri (Anonim, 2008).

Standard precautions berperan penting di rumah sakit dalam pengontrolan infeksi untuk pasien, tenaga profesional, dan mahasiswa yang sedang praktik (Nagliate et al., 2013). Prosedur standard precautions secara umum meliputi bagaimana menjaga kebersihan tangan, penggunaan sarung tangan medis, pemakaian baju yang aman, pemakaian masker, perlindungan terhadap mata, perlindungan terhadap kepala dan perlakuan injeksi yang aman (Harding et al, 2011). Tujuan ditetapkan standard precautions adalah untuk mencegah transmisi silang (Anonim, 2008).

Rumah Sakit Bahayangkara Tk. III Manado merupakan sebuah lembaga yang bergerak di bidang jasa pelayanan

kesehatan yang dikelola oleh kepolisian. Visi dari rumah sakit adalah menjadikan Rumah Sakit Bhayangkara terdepan dalam pelayanan dan menjadi kebanggaan Polri dan masyarakat umum. RS Bahayangkara Tk. III Manado saat ini sedang dalam persiapam akreditasi versi 2012 menuju RS Tingkat II, dan belum lama terbentuk Tim PPI. Program pencegahan dan pengendalian infeksi di RS menjadi salah satu syarat untuk akreditasi RS yang merupakan ukuran kualitas dari pelayanan kesehatan di RS. Sebagai data pembanding, tercatat angka prevalensi infeksi silang di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2015 sebesar 10,6%.

Kepatuhan dalam menerapkan standard precautions berkaitan erat dengan perilaku kesehatan. Perilaku kepatuhan terhadap kewaspadaan standar terdiri dari faktor pekerja/individu, faktor pekerjaan/tugas dan faktor lingkungan/organisasi. Penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan penerapan standard precautions yang masih rendah disebabkan karena keterbatasan fasilitas dalam pencegahan dan pengendalian infeksi, ketersediaan sarana cuci tangan di ruang rawat yang belun tersedia secara merata, jika tersedia terkadang tanpa adanya sabun dan handuk. Ketersediaan air mengalir, pembersih

(3)

100 tangan berbasis alkohol tidak tersedia secara luas dan sering adanya kekurangan sarung tangan, gaun dan masker. Masih banyak rumah sakit yang belum tersedia kontainer untuk pembuangan benda tajam (Duerink, 2006).

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di RS Bhayangkara Tk. III Manado diketahui bahwa diketahui bahwa monitoring dan evaluasi terhadap penerapan standard precautions di RS Bhayangkara Manado belum dilaksanakan. Sudah ada kebijakan dan pedoman berupa standar prosedur operasional. Sarana prasarana dalam upaya penerapan standard precautions belum terdistribusi secara merata di lingkungan rumah sakit.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan pendekatan secara cross sectional study. Penelitian ini akan dilaksanakan di RS Bhayangkara Tk. III Manado.

Populasi penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Rumah Sakit Bhayangkara Tk. III Manado dengan jumlah perawat 83 orang.

Besaran sampel untuk penelitian ini menggunakan teknik total sampling diambil dari keseluruhan populasi dan ditentukan dengan melihat kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penerapan standard precautions.

Variabel bebas penelitian ini yaitu pengetahuan, sikap, sarana prasarana dan iklim keselamatan kerja.

Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariate dan multivariate. untuk menjawab permasalahan penelitian dilakukan dengan beberapa jenis dan menggunakan analisis statistik dengan alat bantu komputer melalui software SPSS 20 (Statistical Packages for Social Science).

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat

a. Karakteristik responden

nilai median dari variabel pengetahuan adalah 24, variabel sikap adalah 58, variabel sarana prasarana adalah 44, variabel iklim keselamatan kerja adalah 27 dan nilai median dari variabel penerapan standard precautions adalah 62. Dari nilai median dapat diambil kategori tiap-tiap variabel penelitian. Apabila nilai total dibawah nilai median kategorinya kurang baik untuk variabel pengetahuan, sikap, iklim keselamatan kerja dan penerapan standard precautions. Apabila nilai total median sama dengan atau lebih dari nilai median

(4)

101 maka kategorinya ialah baik untuk variabel pengetahuan, sikap, iklim keselamatan kerja dan penerapan standard precautions. Apabila nilai total dibawah nilai median kategorinya kurang memadai untuk variabel ketersediaan sarana prasarana. Apabila nilai total median sama dengan atau lebih dari nilai median maka kategorinya ialah memadai untuk variabel variabel ketersediaan sarana prasarana.

b. Pengetahuan

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa sebanyak 27 responden (35,1%) memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang standard precautions, dan sebanyak 50 responden (64,9%) memiliki pengetahun yang baik.

c. Sikap

Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa sebanyak 33 responden (42,9%) memiliki sikap yang kurang baik tentang standard precautions, dan sebanyak 44 responden (57,1%) memiliki sikap yang baik.

d. Ketersediaan Sarana Prasarana Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa sebanyak 31 responden (40,3%) berpendapat bahwa ketersediaan sarana dan prasarana kurang memadai, sedangkan sebanyak 46 responden

(59,7%) berpendapat ketersediaan sarana dan prasarana telah memadai.

e. Iklim Keselamatan Kerja

Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa sebanyak 35 responden (45,5%) berpendapat kurang baik tentang iklim keselamatan kerja, sedangkan sebanyak 42 responden (54,5%) berpendapat iklim keselamatan kerja baik.

f. Penerapan Standard Precautions Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa sebanyak 28 responden (36,4%) kurang baik dalam penerapan standard precautions dan sebanyak 49 responden (63,6%) menerapkan standard precautions dengan baik.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Penerapan Standard Precautions Oleh Perawat Di RS Bhayangkara Tk. III Manado

Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan penerapan standard precautions diperoleh bahwa terdapat sebanyak 17 (63,0%) perawat yang berpengetahuan kurang baik memiliki penerapan standard precautions yang kurang baik. Di antara perawat yang berpengetahuan baik, terdapat 11 (22,0%) perawat yang memiliki penerapan standard

precautions yang kurang baik.

Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p= 0,001

(5)

102 yang memiliki arti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan penerapan standard

precautions oleh perawat di RS

Bhayangkara Tk. III Manado.

Hubungan Sikap Dengan Penerapan Standard Precautions Oleh Perawat Di RS Bhayangkara Tk. III Manado

Hasil analisis hubungan sikap dengan penerapan standard precautions diperoleh bahwa terdapat sebanyak 18 (54,5%) perawat dengan sikap yang kurang baik memiliki penerapan standard precautions yang kurang baik. Di antara perawat dengan sikap yang baik, terdapat 10 (22,7%) perawat yang memiliki penerapan standard

precautions yang kurang baik.

Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p= 0,008 yang memiliki arti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan penerapan standard precautions oleh perawat di RS Bhayangkara Tk. III Manado.

b. Hubungan Ketersediaan Sarana Prasarana Dengan Penerapan Standard Precautions Oleh Perawat Di RS Bhayangkara Tk. III Manado Hasil analisis hubungan antara ketersediaan sarana dan prasarana dengan penerapan standard precautions diperoleh bahwa terdapat sebanyak 18 (58,1%) perawat yang menyatakan

sarana dan prasarana kurang memadai memiliki penerapan standard precautions yang kurang baik. Di antara perawat yang menyatakan sarana dan prasarana memadai, terdapat 10 (21,7%) perawat yang memiliki penerapan standard precautions yang kurang baik. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p= 0,003 yang memiliki arti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan sarana dan prasarana dengan penerapan standard precautions oleh perawat di RS Bhayangkara Tk. III Manado.

c. Hubungan Iklim Keselamatan Kerja Dengan Penerapan Standard Precautions Oleh Perawat Di RS Bhayangkara Tk. III Manado

Hasil analisis hubungan antara iklim keselamatan kerja dengan penerapan standard precautions diperoleh bahwa terdapat sebanyak 19 (54,3%) perawat yang menyatakan iklim keselamatan kerja kurang baik memiliki penerapan standard precautions yang kurang baik. Di antara perawat yang menyatakan iklim keselamatan kerja baik, terdapat 9 (21,4%) perawat yang memiliki penerapan standard precautions yang kurang baik. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p= 0,006 yang memiliki arti bahwa terdapat hubungan yang bermakna

(6)

103 antara iklim keselamatan kerja dengan penerapan standard precautions oleh perawat di RS Bhayangkara Tk. III Manado.

d. Hubungan Iklim Keselamatan Kerja Dengan Penerapan Standard Precautions Oleh Perawat Di RS Bhayangkara Tk. III Manado

Hasil analisis hubungan antara iklim keselamatan kerja dengan penerapan standard precautions diperoleh bahwa terdapat sebanyak 19 (54,3%) perawat yang menyatakan iklim keselamatan kerja kurang baik memiliki penerapan standard precautions yang kurang baik. Di antara perawat yang menyatakan iklim keselamatan kerja baik, terdapat 9 (21,4%) perawat yang memiliki penerapan standard precautions yang kurang baik. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p= 0,006 yang memiliki arti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara iklim keselamatan kerja dengan penerapan standard precautions oleh perawat di RS Bhayangkara Tk. III Manado.

3. Analisis Multivariat

Setelah dilakukan pengujian analisis bivariat, maka data kemudian diuji lanjut menggunakan analisis multivariat. Analisis multivarat dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik untuk

mengetahui variabel independen yang paling dominan terhadap variabel dependen. Bila hasil analisis bivariat menghasilkan nilai p (p value) < 0,05, maka variabel independen tersebut masuk ke tahap kategori analisis multivariat untuk menentukan nilai p (p value) < 0,25. Hasil analisis multivariat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Model Akhir Analisis Mulitivarat Variabel Pengetahuan, Sikap,

Ketersediaan Sarana Prasarana dan Iklim Keselamatan Kerja dengan Penerapan Standard Precautions Variabel Bebas p value OR 95% CI Pengetahuan 0,014 4,528 1,357-15,109 Sarana Prasarana Iklim Keselamatan Kerja 0,003 0,048 5,928 3,301 1,838-19,119 1,010-10,790 Dari analisis multivarat menghasilkan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan penerapan standard precautions adalah variabel sarana prasarana dengan nilai OR terbesar dibanding variabel lainnya. Hasil analisis didapatkan nilai OR dari variabel sarana prasarana adalah 5,928 (95% CI = 1,838-19,119) artinya ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai mempunyai peluang mempunyai peluang 6 kali lebih besar perawat untuk menerapkan standard

(7)

104

precautions dibanding dengan

ketersediaan saran prasarana yang kurang memadai setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan, sikap dan iklim keselamatam kerja. Hal ini berarti bahwa variabel sarana prasarana memiliki pengaruh yang paling besar terhadap penerapan standard precautions.

Hasil analisis didapatkan OR dari variabel pengetahuan adalah 4,528 artinya perawat dengan tingkat pengetahuan yang baik berpeluang 4,528 kali lebih besar untuk menerapkan standard precautions dibanding dengan perawat yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik.

OR dari variabel iklim keselamatan kerja adalah 3,301 artinya perawat yang menyatakan iklim keselamatan kerja telah baik berpeluang 3,301 kali lebih besar untuk menerapkan standard precautions dibanding dengan perawat yang menyatakan iklim keselamatan kerja kurang baik.

KESIMPULAN

1. Terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dengan penerapan standard precautions oleh perawat di RS Bhayangkara Tk. III Manado.

2. Terdapat hubungan antara sikap perawat dengan penerapan standard

precautions oleh perawat di RS Bhayangkara Tk. III Manado. 3. Terdapat hubungan antara

ketersediaan sarana prasarana dengan penerapan standard precautions oleh perawat di RS Bhayangkara Tk. III Manado. 4. Terdapat hubungan antara iklim

keselamatan kerja dengan penerapan standard precautions oleh perawat di RS Bhayangkara Tk. III Manado. 5. Terdapat hubungan antara

pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana prasarana dan iklim keselamatan secara simultan terhadap penerapan standard precautions oleh perawat di RS Bhayangkara Tk. III Manado, namun variabel sarana prasarana merupakan variabel yang paling dominan berhubungan secara signifikan dengan penerapan standard precautions oleh perawat.

SARAN

1. Bagi Pihak Rumah Sakit

a. Perlunya dilakukannya pelatihan, seminar, workshop dan pendidikan berkelanjutan mengenai standard precautions secara berkala dan berkesinambungan sehingga

akan meningkatkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat serta

(8)

105 diharapkan mampu merubah perilaku perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi.

b. Perlu adanya pengewasan dan evaluasi secara berkala sehingga pelaksanaan prinsip kewaspadaan standar atau standard precautions dapat terlaksana secara terus menerus sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.

c. Ketersediaan sarana prasarana penunjang penerapan standard

precautions juga perlu

diperhatikan tidak hanya jumlah namun kenyamanan serta kemudahan aksesbilitas. Memastikan sarana dan alat pelindung diri (APD) yang ada masih layak dan cukup untuk digunakan, dengan cara melakukan inspeksi dan pengecekan rutin.

d. Membuat kebijakan organisasi dengan memberlakukan sistem punish and reward terhadap perilaku perawat dalam mencegah dan mengendalikan infeksi rumah sakit didalamnya

penerapan standard

precautions dan perilaku kerja perawat yang tidak aman

disesuaikan dengan regulasi RS.

2. Bagi Pelayanan Keperawatan Saat Ini

Diharapkan meningkatkan pelayanan keperawatan dengan menerapkan dan menjalankan standard precautions secara baik dan benar untuk melindungi diri dan menciptakan keselamatan baik bagi diri sendiri maupun orang lain khususnya yang berada di ruang rawat RS Bhayangkara Tk. III Manado.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi perawat dalam menerapkan standard precautions yang dilihat dari berbagai aspek yang belum dikaji pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2008. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta: Depkes RI.

Anonimous. 2008. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah

(9)

106 Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya Kesiapan menghadapi Emerging Infectious Disease. Jakarta: Depkes RI. Duerink, D.O., et.al. 2006. Preventing

nosocomial infections: improving compliance with standard precautions in an Indonesian teaching hospital. Journal of Hospital Infection (64). Pp. 35-43. Efstathiou, G et al., 2011, ‘Factors Influencing Nurses’ Compliance with Standard Precautions in Order to Avoid Occupational Exposure to Microorganism: A Focus Group Study’, Biomed Central Nursing, 10(1), 1-12. Khoidrudin A., Pohan V.Y., dan

Riwayati. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Perawat Dalam Menerapkan Prosedur Tindakan Pencegahan Universal Di Instalasi Bedah Snetral RSUP Dr. Kariadi Semarang. FIKkes Jurnal Keperawatan Vol. 4 No. 1 Maret 2011 : 1-17.

Piai-Morais, T. H., F. Orlandi, R. Moralez de Figueiredo. 2015. Factors influencing adherence to standard precautions among nursing professionals in psychiatric hospitals. Journal of School of Nursing Rev Esc Enferm USP 49(3):473-80.

Puspasari, Y. 2015. Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Prakrik Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Diruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Kendal. FIKkes Jurnal Keperawatan Vol. 8 No. 1 Maret 2015 : 23-43.

Wilma. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaa Pencegahan Infeksi Nosokomial Oleh Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar Tahun 2013.Jurnal Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.

Yuliana, C. 2012. Kepatuhan Perawat Terhadap Kewaspadaan Standar Di RSKO Jakarta Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas Indonesia. Depok.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya pengaruh keempat faktor yaitu nilai tukar riil, ketidakpastian nilai tukar riil, tingkat pendapatan, dan

Berdasarkan rata-rata nilai hasil post-test keterampilan vokasional anak tunadaksa SMALB-D YPAC Surabaya yaitu kemampuan mereka dalam keterampilan vokasional membuat

Wahab Mahfudzi tersebut dapat berimplikasi terhadap santri dan masyarakat kearah yang positif, sehingga banyak santri dan masyarakat mengalami perubahan seperti, lebih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara ekstrak legundi ( Vitex trifolia ), sirsak ( Annona muricata ) dan damar ( Agathis borneensis ), ekstrak yang paling

atau widyaiswara agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan profesional (As. Gilcman,1991 dalam Hidayat). Dengan demikian keterampilan dasar

Apabila ditinjau kembali maka pada kenyataannya berdasarkan rumusan dalam undang-undang timbul permasalahan dalam hal dualisme kewenangan penuntutan antara Kejaksaan

Sugini, S.Pd., M.Pd, selaku koordinator skripsi pendidikan luar biasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, serta Pembimbing II,

Bahan bakar juga merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembakaran, karena dapat memberikan energi pada fluida kerja (udara) melaui proses pembakaran didalam