• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PEMAHAMAN MAHASISWA MENGENAI KATA TABU DAN EUFEMISME DALAM BUDAYA CINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA PEMAHAMAN MAHASISWA MENGENAI KATA TABU DAN EUFEMISME DALAM BUDAYA CINA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PEMAHAMAN MAHASISWA

MENGENAI KATA TABU DAN EUFEMISME

DALAM BUDAYA CINA

Jeane Clinton, Fu Ruomei

Jurusan Sastra China Binus University,

Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, 021 – 5345830, Jeanneclinton@hotmail.com;rosemary@binus.edu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman mahasiswa terhadap kata tabu dan eufemisme

dalam budaya Cina. Metode penelitian adalah kuantitatif melalui desain kuesioner. Data yang

dikumpulkan melalui kuesioner dianalisis menggunakan diagram batang, serta diklasifikasikan

berdasarkan IPK. Analisisnya adalah karena bahasa yang berbeda, maka sulit bagi siswa untuk

memahami tabu Cina yang memiliki homonim, dan juga kurangnya pemahaman untuk tabu yang bersifat

historis. Mahasiswa paling memahami eufemisme untuk kekurangan fisik, dan sulit untuk memahami

eufemisme untuk luka, penyakit dan hal buruk. Untuk tabu yang paling dipahami adalah tabu seksual dan

tabu negara, sedangkan yang paling tidak dipahami adalah tabu untuk nama. Disimpulkan bahwa

kesulitan terbesar terletak pada kata tabu yang memiliki lebih dari satu eufemisme.Selain itu terdapat

pula perbedaan latar belakang budaya yang menyebabkan kurangnya pengetahuan untuk tabu yang

berasal dari homonim.

Kata Kunci : Tabu, Eufemisme, Budaya Cina, Pemahaman Mahasiswa

ABSTRACT

This study aims to analyze the students' understanding of taboo words and euphemisms in Chinese culture.

Quantitative research method is through the questionnaire design. Data were collected through

questionnaires were analyzed using bar charts, and classified based on GPA. Analysis is due to a

different language, it is difficult for students to understand the Chinese taboos that have homonyms, and

also a lack of understanding for the historical taboo. Most students understand the euphemism for

physical deficiencies, and hard to understand euphemism for injuries, illnesses and bad thing. For the

most understandable taboo are sex and national taboo, while most do not understanable is taboo of name.

Concluded that the greatest difficulty lies in the taboo word that has more than one eufemism. Beside

there are also differences in cultural background which leads to a lack of knowledge of the taboo that

comes from the homonym.

(2)

Pendahuluan

Bahasa dan budaya telah dipahami sejak lama sebagai dua elemen yang berkaitan erat. Koentjaraningrat misalnya dalam bukunya Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (1983: 2) menjelaskan bahasa sebagai salah satu dari tujuh unsur universal kebudayaan. Selain itu, Dahler (1995: 88) menyatakan bahwa language barrier (rintangan berkomunikasi karena bahasa) merupakan cultural barrier.

Apa yang dimaksud oleh Dahler sebagai language barrier adalah perbedaan dalam cara pengungkapan diri, cara berpikir, cara menafsirkan realitas, ataupun dalam sikap hidup (Dahler, 1995: 88). Rintangan berkomunikasi ini terjadi ketika dua komunikan memiliki bahasa yang berbeda.

Dalam budaya berkomunikasi, orang China memiliki budayanya sendiri. Dalam hal ini, orang China sangat terpengaruh oleh ajaran Konfusianisme. Dalam ajarannya, Konfusianisme mengajarkan untuk bertutur kata secara lembut dan menjunjung tinggi kesopan santunan. Oleh karena prinsip ajaran Konfusianisme ini, ada beberapa kata, frase dan istilah yang menjadi tabu untuk dibicarakan dalam percakapan karena merusak keindahan dalam berbicara. Dalam perkembangan pesat ekonomi yang tengah melanda China, gelombang untuk belajar bahasa mandarin semakin besar, banyak lowongan pekerjaan yang memungkinkan untuk bersosialisasi dengan orang China dan keturunannya pun semakin besar.

Sebagai mahasiswa Sastra China, tentu kata-kata tabu yang harus dihindarkan saat berhubungan dengan orang China harus diketahui. Pengetahuan mengenai kata-kata tabu dan eufemismenya harus dipahami agar kelak tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Seperti pepatah China mengatakan : “入境问俗,入乡随俗”, yang berarti masuk ke daerah orang hendaklah menanyakan kulturnya, masuk ke kampung orang lain hendaklah mengikuti kulturnya. Kata tabu pun merupakan bagian dari kultur budaya China yang wajib diketahui oleh mahasiswa Sastra China. Oleh karena itu, penulis merasa topik ini menarik untuk diteliti.

Liu Dongmei di "Eufemisme Kematian Budaya Cina" menyatakan bahwa dalam budaya Cina ide yang menonjol adalah "moderat", tidak bisa mengatakan kata-kata terlalu mutlak, terlalu langsung, tetapi banyak hal masih harus mengungkapkannya, sehingga orang-orang dalam mengungkapkan tabu menggunakan eufemisme. Penulis menggunakan metode studi pustaka untuk mengidentifikasi eufemisme kematian yang ada dalam budaya Cina.Eufemisme kematian di Cina terbagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan tingkat kasta orang yang meninggal. Sedangkan Liu Jiao "Atas dasar psikologis Cina eufemisme" eufemisme dalam mengkoordinasikan hubungan yang memainkan peran penting. Cina memiliki mengatakan: "Orang-orang tidak menyalahkan" orang terlalu sopan tidak akan menyalahkan. Oleh karena itu, menjadi eufemisme sopan menghasilkan landasan psikologis yang penting. Metode Penelitian

Di dalam menulis proposal skripsi ini, penulis menggunakan metode kuantitatif. Seperti menurut Sugiyonno, penelitian dengan metode kuantitatif adalah penelitian yang menitik beratkan pada data matematis, teori-teori, serta hipotesis mengenai fenomena alam.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berdasarkan pada data kuantitatif dan statistik objektif. Data ilmiah penelitian ini didapat melalui perhitungan ilmiah yang berdasarkan pada sampel mahasiswa tingkat tiga Sastra China Binus University yang diminta untuk menjawab atas sejumlah pertanyaan dalam survei untuk mengetahui presentase dan frekuensi tanggapan mereka.

Penulis akan membagikan kuesioner yang berisikan pertanyaan yang secara garis besar meliputi :

1. Pertanyaan isian dengan pilihan isian untuk menentukan kata tabu dari kata eufemisme yang digaris. (15 pertanyaan)

2.

Pernyataan mengenai fakta mengenai kata tabu yang mengharuskan mahasiswa

untuk menentukan benar atau salah.(10 pertanyaan)

(3)

3.

Pertanyaan mengenai kata eufemisme dalam pilihan ganda untuk menentukan

dalam kalimat yang mana kata tersebut berperan sebagai kata eufemisme. (5

pertanyaan)

4.

Memasangkan kata tabu dengan kata eufemismenya. (6 pertanyaan)

Pertanyaan tersebut dibuat dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda. Jumlah pilihan jawaban adalah empat

pilihan dan responden harus menjawab hanya salah satu dari pilihan jawaban tersebut.

Kuesioner tersebut dibagikan kepada responden yang berjumlah minimal 30% dari total mahasiswa

tingkat tiga Sastra China Binus University. Setelah kuesioner berhasil dikumpul, maka data akan

ditabulasi untuk mengetahui pemahaman mahasiswa Sastra China Binus University terhadap kata

eufemisme dan konteks penggunaannya.

Hasil dan Bahasan

Kata Tabu

1. Tabu Nasional

Gambar 1 Pemahaman Mahasiswa Terhadap Tabu Nasional

Dari grafik di atas kita dapat melihat bahwa lebih dari 80 persen siswa dalam setiap kelompok dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Ini berarti bahwa, keberadaan tabu nasional sangat umum, sehingga siswa memiliki pemahaman yang bai. Bagian pertanyaan isilah, masing-masing kelompok telah mencapai tingkat yang benar dari 100%, yang berarti bahwa mereka sangat menyadari hal ini tabu.

Dalam budaya Indonesia, kematian adalah hal yang tabu, tetapi perbedaannya adalah dengan orang Cina Orang Indonesia menjadikan kematian sebagai tabu bukan karena taku. Orang Indonesia berpikir bahwa kematian adalah tabu, terutama untuk menghindari rasa sakit dari kematian yang disebabkan oleh perasaan sedih bukannya takut. Mahasiswa menyadari hal ini tabu, oleh karena itu sangat mudah untuk memahami.

(4)

2. Tabu Regional

Gambar 2 Pemahaman Mahasiswa Terhadap Tabu Regional

Dalam tabu ini, mahasiswa memiliki pengetahuan yang kurang untuk tabu regional.Dapat terlihat dari persentase jawaban benar tiap kelompok yang tak lebih dari 60 persen. Masalah yang menjadi kendala mahasiswa adalah, banyak tabu regional yang berasal dari aksen dan dialek masing-masing daerah. Mahasiswa yang tidak terlalu banyak berkomunikasi dengan orang masing-masing daerah tidak mengerti dialek daerah tersebut. Oleh karena itu sulit untuk mahasiswa memahami tabu di setiap wilayah di Cina.

3. Tabu Pemerintah

Gambar 3 Pemahaman Mahasiswa Terhadap Tabu Pemerintah

Melalui penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tabu pemerintah kurang begitu dipahami oleh mahasiswa karena memiliki latar belakang historis. Tabu ini hanya untuk penyebutan nama pejabat yang menjabat dalam dinasti tertentu, setelah dinasti runtuh maka tabu ini tidak berguna lagi. Oleh sebab itu, karena kurangnya pengetahuan mengenai sejarah, mahasiswa tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai hal ini.

(5)

4. Tabu Masyarakat

Gambar 4 Pemahaman Mahasiswa Terhadap Tabu Masyarakat

Tabu ini merupakan tabu yang beredar di pekerjaan dan tabu untuk diri sendiri. Tabu untuk diri sendiri beraasal dari larang keluarga untuk menyebutkan nama anggota keluarga yang lebih senior, dan dalam pekerjaan tertentu. Mahasiswa memiliki kesulitan karena dalam tiap keluarga memiliki tabu yang berbeda-beda sehingga sulit untuk disamakan, selain itu untuk tabu perkerjaan, karena tabu tersebut jarang ditemui di lingkungan mahasiswa, sehingga minim pengetahuan.

5. Tabu Nama

Gambar 5 Pemahaman Mahasiswa Terhadap Tabu Masyarakat

Tabu nama sangat berkaitan erat dengan waktu. Jika dalam suatu kurun waktu tabu tersebut berlaku, maka setelah lewat masanya tabu tersebut tidak berlaku lagi.Oleh karena itu, tabu-tabu nama ini hanya berlaku pada masa lalu sehingga membuat mahasiswa kesulitan untuk memahami. Tabu ini sudah tidak berlaku sekarang, sehingga jarang dijumpai.

(6)

6. Tabu Seksual

Gambar 6 Pemahaman Mahasiswa Terhadap Tabu Seksual

Tabu ini dipahami cukup baik oleh mahasiswa.Dalam budaya Indonesia sendiri tabu ini juga eksis dalam masyarakat, sehingga memudahkan mahasiswa untuk memahami. Mereka yang menjawab salah umumnya karena keterbatasan dalam kemampuan berbahasa mandarin.

Kata Eufemisme

1. Eufemisme Kekurangan Fisik

Gambar 7 Pemahaman Mahasiswa Terhadap Eufemisme Kekurangan Fisik

Dalam eufemisme untuk kekurangan fisik, mahasiswa sangat memiliki pemahaman yang sangat baik. Hal ini disebabkan dalam budaya Indonesia sendiri sangat mengutamakan untuk menjaga perasaan orang lain sehingga muncul pula eufemisme untuk hal ini. Dikarenakan adanya kesamaan budaya oleh karena itu lebih mudah untuk memahaminya. 75% 100% 93% 96% 92% 95% 100% 100% 100% 90% 100% 100% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% A B C D 1 2 1

(7)

2. Eufemisme Keadaan Ekonomi

Gambar 8 Pemahaman Mahasiswa Terhadap Eufemisme Keadaan Ekonomi

Menurut hasil penelitian, untuk eufemisme keadaan ekonomi, pada dasarnya mahasiswa sudah memiliki pengetahuan dasar mengenai eufemisme ini, namun hal yang berbeda adalah persepsi orang Indonesia dengan orang China. Orang Indonesia lebih mengutamakan kejujuran, sedangkan orang China mengutamakan gengsi, sehingga membuat mahasiswa menganggap hal tersebut tidak perlu untuk diperhalus.

3. Eufemisme Pekerjaan 75% 90% 100% 100% 83% 100% 93% 92% 100% 95% 100% 100% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% A B C D 1 2

Gambar 9 Pemahaman Mahasiswa Terhadap Eufemisme Pekerjaan

Dalam eufemisme ini, tidak ada kesulitan berarti untuk mahasiswa, hal ini dikarenakan mereka sudah sering mendengar istilah-istilah pekerjaan tersebut. Namun,mereka justru tidak tahu istilah tersebut merupakan eufemisme, dan tidak mengerti kata tabu apa yang digantikan oleh eufemisme dalam bagian ini.

(8)

4. Eufemisme Kematian

Gambar 10 Pemahaman Mahasiswa Terhadap Eufemisme Kematian

Eufemisme kematian dalam bahasa Cina merupakan eufemisme yang terbanyak. Mahasiswa sebenarnya mengetahui akan eufemisme ini karena dalam budaya Indonesia juga merupakan sebuah hal yang harus diperhalus. Namun, karena banyaknya eufemisme, pemahaman mahasiswa berbeda-beda, mereka yang menjawab salah karena tidak tahu eufemisme dalam kuesioner namun tidak menutup kemungkinan mereka tahu eufemisme kematian dalam ungkapan yang lain.

5. Eufemisme Hal Negatif

Gambar 11 Pemahaman Mahasiswa Terhadap Eufemisme Hal Negatif

Dapat disimpulkan dari analisis di atas, pengetahuan mahasiswa mengenai eufemisme didapat dari lingkungan sekitar. Orang Indonesia dan orang China yang memiliki mental yang sama, mereka akan merasa bahwa hal tersebut memiliki dampak negative dan dapat mempermalukan orang lain, oleh karena itu harus menggunakan eufemisme.

58% 75% 87% 88% 67% 95% 100% 92% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% A B C D

(9)

6. Eufemisme Cacat, Penyakit dan Hal Buruk

Gambar 12 Pemahaman Mahasiswa Terhadap Eufemisme Cacat, Penyakit dan Hal Buruk

Dari analisis di atas kita bisa mengetahui mahasiswa memahami eufemisme ini karena adanya kesamaan psikologis. Dalam kehidupan sehari-hari mereka mungkin sudah mengerti hal tersebut, namun karena dalam dialek, maka mereka tidak menyadari hal tersebut merupakan tabu yang diujikan dalam kuesioner.

7. Eufemisme Seksual

Gambar 13 Pemahaman Mahasiswa Terhadap Eufemisme Seksualitas

Permasalahan utama dalam bagian ini adalah mahasiswa terlalu memfokuskan pada makna dasar kata eufemisme tersebut. Dengan demikian, maka banyak pertanyaan yang dijawab kurang tepat. Namun, banyak mahasiswa yang melihat konteks pembicaraan dan dapat menjawab dengan baik. Eufemisme seksual ini sangat bergantung pada konteks pembicaraan.

(10)

Simpulan dan Saran

Melalui analisis di atas menunjukkan bahwa mahasiswa menguasai beberapa tabu Cina umum dan eufemisme. Mahasiswa dapat memahami beberapa kata tabu dalam budaya Cina dikarenakan tabu tersebut juga ada dalam budaya Indonesia. Ada hubungan antara tingkat kemampuan berbahasa mandarin dengan pengetahuan terhadap kata tabu dan eufemisme. Hal ini disebabkan banyak sumber-sumber yang menggunakan bahasa mandarin sehingga diperlukan kemampuan untuk membaca dan mengerti. Pengetahuan mahasiswa terhadap eufemisme lebih baik, namun tidak begitu mengerti konteks penggunaannya. Mahasiswa paling mangerti untuk tabu kematian dan paling tidak memahami tabu yang berhubungan dengan sejarah. Untuk eufemisme, mereka paling mengerti eufemisme kekurangan fisik.

Untuk beberapa mahasiswa yang tidak memahami tabu dan eufemisme karena sedikit dibahas dalam perkuliahan. Selain itu mahasiswa tidak memiliki kesempatan kontak dengan orang-orang Cina dari latar belakang yang berbeda. Satu-satunya masalah adalah bahwa beberapa mahasiswa menebak untuk menjawab sesuai dengan konteksnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka tidak memahami kata-kata tabu dan eufemisme itu sendiri, tetapi dengan kemampuan untuk berspekulasi sesuai dengan konteksnya. peserta tidak perlu memahami semua kata tabu, selama mereka bisa menggunakan kata-kata tabu dan eufemisme, dengan memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk berspekulasi dalam konteks pembicaraan.

Melalui membaca lebih, maka akan lebih memahami kata-kata tabu yang ada umum dan eufemisme yang dapat membantu mereka membangun hubungan komunikatif. Memahami beberapa eufemisme dan penggunaan yang tepat akan membantu meningkatkan kualitas hubungan.

Referensi

Referensi Bahasa Mandarin

[1]

白东升.民俗文化:中华传统文书系[M].内蒙古:内蒙古人民出版社,2008

[2]

陈波先.汉语禁忌语的分类及替代形式[J]广东技术师范学院学报 , 2012, 1

[3]

葛本儀.语言学概论[

M

].

五南图书出版社, 2002

[4]

韩敬礼.语文应用漫谈[

M

].

台湾: 台湾商务印书馆, 2002

[5]

江晓原.

《性》在古代中国

:

对一种文化现象的探索[M].

陕西:陕西科学技术出版社, 1988

[6] 李强. 古代典章礼仪百问[M]上海:上海古籍出版社,2004

[7] 刘冬梅.汉语中的“死亡”委婉语[J].nn, nd

[8] 刘海莉.浅谈汉语委婉语的心理基础[J].语文学刊.高等教育版 , 2010,(1)

[9] 刘月萍.论汉语委婉语在中学语文教学的应用[D].廊坊:廊坊示范学院中文系, 2008

(11)

[10] 邵丹.从社会语言学角度解析委婉语的成因[J].Journal of Juamjusi Education Institute ,

2011,(1) :355-356

[11] 舒燕.中国民俗[M

M

M].北京:北京语言大学出版社,2007

M

[12] 孙向华.汉语死亡委婉语的文化解读[J].焦作师范高等专科学校学报 , 2005, 21(1) :14-16

[13] 田贵森.从社会语言学角度看中外禁忌语与避讳语[J].河北师范大学学报 , 1989,2 :108-112

[14] 王珏.古汉语委婉语的等级色彩[J].洛阳大学学报 , 1995,10(1) :40-42

[15] 王丽坤.民俗文化中的禁忌语初探[J].辽宁教育行政学院学报, 2008, 25(3) :79-81

[16] 严婧.论汉语委婉语对跨文化交际的影响[J].大理学院学报 , 2012,11(2) :44-47

[17] 杨劼,李芳.国际商务谈判中的委婉表达[J].湖南科技学院学报 , 2006, 27(2) :260-262

[18] 张向阳.语言禁忌现象的立体透视[J].解放军外国语学院学报 , 1999,22(4) :39-42

Refeerensi Bahasa Indonesia dan Inggris

[1] Allan, K. & Burridge, K. (2006). Forbidden Words: Taboo and The Cencoring of Language. Inggris:

Cambridge.

[2] Arikunto, S. (2002). Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

[3] Cheong, Philip. (2005). Tabu-Tabu Cina Kuno. Malaysia: The Academy of Feng Shui.

[4] Lilimiwirdi. (2011). Eufemisme Dalam Masyarakat Minangkabau Di Kota Padang. Tesis S2.

Linguistik. Universitas Andalas.

[5] Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & R&D. Bandung : Alfabeta.

[6] Sulistyo-Basuki. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

RIWAYAT PENULIS

Jeane Clinton lahir di Jakarta pada tanggal 30 Januari 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Jurusan Sastra Cina pada 2013 dan S1 di Universitas Tarumangara dalam bidang Ilmu Komunikasi atau menamatkan pendidikan SMA di SMA Internasional Bina Bangsa Jakarta pada tahun 2009.

(12)

Fu Ruomei lahir di China. Penulis menamatkan pendidikan S2 Huaqiao University di China pada tahun 2012. Saat ini bekerja sebagai Dosen Sastra China di Universitas Bina Nusantara.

Gambar

Tabu ini merupakan tabu yang beredar di pekerjaan dan tabu untuk diri sendiri. Tabu untuk diri sendiri beraasal dari  larang  keluarga  untuk  menyebutkan  nama  anggota  keluarga  yang  lebih  senior,  dan  dalam  pekerjaan  tertentu
Gambar 6 Pemahaman Mahasiswa Terhadap Tabu Seksual

Referensi

Dokumen terkait

Det vi ønsker med denne bacheloroppgaven er å belyse hvor viktig det er for en sykepleier å være bevist sin egen kommunikasjon for dermed å skape en god relasjon i møte med

Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai F hitung sebesar 12,656 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa model regresi dapat digunakan untuk

PGN mengadopsi pengertian Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana didefinisikan secara jelas dalam UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 1 (3),

1 tahun di posisi yang sama dan dibidang usaha yang sama ● Memiliki sales skill dan bersedia bekerja dengan target. ● Penempatan di seluruh DIY

Dari berbagai pengertian diare diatas dapat disimpulkan bahwa, diare merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali

Tidak jauh berbeda dengan konsep iman, Allah harus diyakini dengan hati tentang kehadiran-Nya, diucapkan dengan lisan melalui lantunan dzikir, dan menjadi ruh

Setiap tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik berkewajiban untuk mematuhi standar profesi ,standar pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional... 38 Tahun 2014

Pada penelitian utama dodol nanas yang telah dibuat kemudian dikemas dengan edible film tapioka, digunakan plastik PP dan kertas minyak sebagai kontrol, masing-masing dari