Usulan Sistem Persediaan Pada CV. Jasa Venus
dengan Mempertimbangkan Kenaikan Harga
Stefanus Alvin Agusta
1, Yoon Mac Kinley Aritonang
21,2)
Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141
Email: alvin.agusta3893@gmail.com, kinley@unpar.ac.id 3)
Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141
Abstrak
CV. Jasa Venus merupakan perusahaan yang menjual produk kebutuhan sehari-hari seperti sabun dan shampoo. Pada saat ini, perusahaan belum memiliki sistem persediaan yang baik karena belum memiliki metode yang tepat serta masih melakukan pemesanan berdasarkan intuisi saja. Hal ini membuat perusahaan sering mengalami stockout sehingga menyebabkan terjadinya lost of sales. Selain itu, perusahaan ingin meminimasi biaya persediaan yang harus dikeluarkan. Digunakan klasifikasi ABC untuk menentukan produk-produk yang paling berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Untuk mengatasi permasalahan ini, digunakan metode fixed order interval atau metode T secara
joint order sehingga dapat meminimasi biaya persediaan. Pada metode ini, besarnya inventori maksimum dan
interval pemesanan yang dapat meminimasi biaya persediaan dapat ditentukan nilainya.
Kenaikan harga pernah dialami perusahaan pada beberapa jenis produk. Ketika diketahui bahwa suatu produk akan mengalami kenaikan harga, kebijakan yang dapat diambil adalah dengan melakukan pemesanan khusus ketika harga masih normal. Pada saat ini, perusahaan belum memiliki kebijakan terkait mengenai pemesanan produk ketika terjadi kenaikan harga. Penentuan kuantitas pemesanan yang kurang tepat dapat menghasilkan nilai penghematan yang tidak optimal. Untuk mengatasi masalah ini, digunakan metode known price increase. Metode known price increase diterapkan untuk kondisi dimana kenaikan harga terjadi pada satu jenis produk, lebih dari satu jenis produk, dan seluruh jenis produk. Output metode ini adalah kuantitas pemesanan yang paling tepat untuk menghasilkan penghematan yang paling optimal.
Kata kunci: lost of sales, fixed order interval, joint order, known price increase
1.Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan berjalannya waktu, tingkat populasi penduduk khususnya di Jawa Barat semakin meningkat. Meningkatnya tingkat populasi penduduk akan berbanding lurus dengan tingkat permintaan konsumen akan barang-barang yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Barang-barang tersebut bergerak dengan cepat dalam hal penjualan karena barang-barang tersebut dijual dengan harga yang relatif murah dan pada umumnya merupakan barang kebutuhan sehari-hari. Dalam pengertian yang lebih sempit, barang-barang tersebut dikategorikan sebagai
consumer goods. Salah satu contoh consumer goods barang-barang untuk perawatan tubuh
seperti produk-produk sabun, shampoo dll. Dalam rantai pasok bisnis, peran penjual menjadi sangat penting untuk menjual
produk-produk agar sampai ke tangan
konsumen. Dan seperti diketahui, bentuk usaha perdagangan telah menjamur di
Indonesia dan semakin lama semakin bertambah jumlahnya sehingga persaingan antarperusahaan akan semakin kompetitif karena banyaknya kompetitor yang saling berlomba-lomba memenangkan pasar dan mendapat kepercayaan dari konsumen. Maka dari itu, dibutuhkan keseluruhan sistem yang baik agar sebuah perusahaan mampu bersaing dan mampu memenuhi permintaan konsumennya.
Beberapa bagian terpenting dalam perusahaan memasarkan produk-produknya meliputi pembelian, pendistribusian, dan penjualan. Ketiga aktivitas tersebut sangat erat kaitannya terhadap bagian persediaan dalam suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki perencanaan terhadap sistem persediaan yang
baik tentunya akan mendukung dan
melancarkan aktivitas bisnis secara
keseluruhan. Selain itu, sistem persediaan yang baik akan meminimumkan total biaya yang dikeluarkan untuk persediaan produk serta berbanding lurus dengan keuntungan
yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan, jika sistem persediaan yang dimiliki perusahaan tidak terencana dengan baik, maka hal tersebut akan menjadi masalah yang berdampak pada ketersediaan produk yang dimiliki perusahaan. Persediaan yang tidak terencana dengan baik akan mengakibatkan dua macam masalah yakni kelebihan persediaan atau kekurangan persediaan.
Pada umumnya, persediaan ada karena tingkat demand yang tidak dapat diprediksi dengan tepat. Persediaan yang berlebih dalam jumlah besar secara umum akan menghabiskan tempat pada gudang penyimpanan. Tempat pada gudang yang seharusnya dapat dimaksimalkan untuk menyimpan produk yang dipakai menjadi tidak maksimal fungsinya karena terpakai untuk menyimpan produk yang berlebih. Selain itu, kelebihan persediaan akan meningkatkan biaya persediaan. Yang termasuk biaya persediaan yakni biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan serta biaya
stockout.
Kekurangan persediaan akan
mengakibatkan perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen (apabila konsumen tidak dapat menunggu lagi) atau dengan kata lain terjadi lost of sales, sehingga perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk melakukan penjualan yang sebenarnya dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Dampak lainnya akibat kekurangan persediaan ketika terdapat pemesanan dari konsumen yakni menurunnya
service level perusahaan dan berkurangnya
tingkat kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
CV. Jaza Venus merupakan perusahaan yang bergerak di bidang distribusi serta perdagangan untuk produk-produk
cosmetic dan consumer goods seperti sabun,
shampoo, parfum, bedak, deodorant, lipstick, dan berbagai macam alat kecantikan, sehingga tipe inventory perusahaan ini adalah
finished goods atau produk jadi. Perusahaan
ini telah berdiri sejak tahun 1998 dan berlokasi di Jl. Arcamanik Endah No.109, Bandung. Perusahaan ini mendistribusikan dan mejual produk-produknya di wilayah Jawa Barat.
Aktivitas operasional pada perusahaan ini mencangkup aktivitas distribusi dan
aktivitas perdagangan. Untuk aktivitas distribusi, perusahaanmendistribusikan produk-produk dari supplier ke pasarnya seperti super market, mini market, departemen store, toko kosmetik, toko kelontong, salon, dll.
Sedangkan untuk aktivitas trading atau
perdagangan, perusahaan menjual produk-produknya dengan tujuan mendapatkan laba yang lebih besar tanpa adanya ikatan kerja sama dengan supplier.
Strategi yang dijalankan perusahaan selama ini adalah dengan menyimpan produk di gudang karena demand pembeli yang tidak pasti. Setelah melakukan studi lapangan di CV. Jasa Venus, terdapat suatu permasalahan dalam sistem persediaannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik perusahaan dan juga dengan orang yang bekerja di bagian pembelian, permasalahan persediaan ini disebabkan karena pada umumnya mereka melakukan pemesanan produk ke supplier dengan hanya mengandalkan judgement, perkiraan dan intuisi saja. Contoh, jika bagian pembelian memperkirakan bahwa akan terjadi banyak pesanan, maka pemesanan produk dilakukan dalam jumlah yang besar. Namun, jika bagian pembelian memperkirakan bahwa tidak akan banyak pemesanan, maka pemesanan produk dilakukan dalam jumlah yang sedikit.
Selama ini perusahaan tidak menggunakan metode apapun dalam mengelola persediannya. Perkiraan tersebut didasarkan pada trend atau hasil penjualan pada periode sebelumnya atau hanya dengan melihat jumlah stock produk di gudang. Contoh, jika stock produk di gudang tersisa sedikit, maka bagian pembelian akan memesan produk-produk yang dibutuhkan agar ketersediaan produk tersebut di gudang tetap ada. Sebaliknya, jika stock produk di gudang masih banyak, maka bagian pembelian tidak akan memesan produk tersebut. Tingkat demand yang bervariasi serta kebiasaan melakukan perkiraan pada aktivitas yang krusial seperti pemesanan produk seperti ini akan menimbulkan suatu resiko yang akan berdampak buruk pada perputaran uang di perusahaan. Selain itu, resiko lainnya dapat berupa terjadinya penumpukan produk di gudang atau terjadinya kekurangan produk di gudang.
Penelitian ini difokuskan pada aktivitas bisnis perdagangan saja karena berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik perusahaan,
permasalahan persediaan sering terjadi pada aktivitas perdagangan, baik itu masalah produk
yang overstock maupun understock.
Penentuan aktivitas bisnis ini berarti permasalahan yang timbul merupakan fenomena lost sales atau kehilangan penjualan ketika produk mengalami stockout pada saat terdapat demand dari konsumen. Penelitian ini juga difokuskan pada produk-produk yang sering mengalami stockout. Stockout sering terjadi pada produk-produk tertentu karena tingkat pembelian yang sangat banyak serta bervariasi dibandingkan dengan produk-produk lain atau dengan kata lain penelitian difokuskan pada produk-produk yang paling laku dijual di CV. Jasa Venus.
Produk-produk yang menjadi fokus penelitian ini adalah produk sabun dan shampoo. Penentuan produk-produk tersebut didasarkan pada hasil wawancara pada pemilik perusahaan yang mengatakan bahwa produk-produk sabun dan shampoo merupakan produk yang paling laku dalam hal penjualan. Penentuan pemilihan produk sabun dan shampoo juga didukung dengan data persentase demand dalam setahun yang dapat dilihat pada Gambar I.1. Selain itu, penentuan produk-produk sabun dan shampoo yang diteliti juga diputuskan dengan metode klasifikasi ABC untuk mengklasifikasikan persediaan berdasarkan tingkat kepentingannya, baik itu dari segi biaya maupun keuntungannya untuk perusahaan. Dengan kata lain, klasifikasi ABC digunakan untuk mengetahui proporsi setiap produk sabun dan shampoo dalam kontribusinya terhadap perusahaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik perusahaan, produk-produk kelompok A merupakan produk yang memiliki persentase kumulatif mencapai 50% dari nilai demand dalam periode waktu 1 tahun. Produk-produk kelompok B yakni 30% berikutnya dan sisanya merupakan produk-produk kelompok C. Dengan metode klasifikasi ABC, dapat diketahui bahwa produk-produk sabun dan shampoo yang termasuk dalam 50% dari
demand merupakan produk-produk sabun dan
shampoo yang memiliki kontribusi paling besar terhadap perusahaan.
Menurut pihak pengelola perusahaan, terdapat sekitar 15% pembeli pernah melakukan pemesanan produk ketika ketersediaan produk tersebut di gudang sedang stockout. Untuk mengatasi masalah
ini, sistem pemesanan sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan data historis yang ada sehingga dapat meminimasi terjadinya lost
sales serta meminimasi total biaya persediaan.
Untuk mengatasi permasalahan ini, digunakan fixed order interval system atau metode P. Metode ini dapat digunakan untuk mengurangi lost of sales serta expected total
cost persediaan. Pada metode ini, interval
waktu pemesanan (T) selalu sama setiap periode dan kuantitas pemesanan mempertimbangkan besarnya inventori maksimum (R). Pemilihan metode ini juga didasarkan atas pertimbangan terdapat beberapa produk yang dibeli perusahaan di
supplier yang sama, sehingga pemesanan
dapat dilakukan secara joint karena T yang sama untuk meminimasi biaya pemesanan. Dengan adanya metode yang dapat menentukan besarnya kuantitas pemesanan serta dapat menentukan interval waktu pemesanan yang tepat, diharapkan dapat mengurangi jumlah lost of sales yang terjadi.
Selain permasalahan persediaan di CV. Jasa Venus, berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan, terdapat juga permasalahan dalam hal kuantitas pemesanan produk jika diketahui akan terjadi kenaikan harga pada beberapa produk yang biasa dipesan oleh perusahaan. Peningkatan harga produk dapat meningkatkan kerugian dan ketidaktepatan dalam penentuan jumlah persediaan produk. Produk-produk yang mengalami kenaikan harga yakni produk Clear Shampoo Ice Cool Menthol 90 ml, Clear Shampoo Anti Hairfall 90 ml, Clear Shampoo Stong & Soft 90 ml, dan Head & Shoulders Shampoo 80 ml.
Berdasarkan data historis perusahaan, peningkatan harga produk pernah dialami oleh perusahaan pada bulan Mei tahun 2015. Produk-produk tersebut pernah mengalami kenaikan harga sebesar 12% sampai 15% pada periode waktu tersebut. Dalam hal ini, perusahaan belum memiliki kebijakan yang tepat jika terjadi kenaikan harga. Perusahaan belum dapat menentukan apakah melakukan pemesanan khusus atau tidak terkait kenaikan harga yang terjadi. Belum adanya kebijakan tersebut mengakibatkan perusahaan tidak dapat melakukan penghematan yang dapat dihasilkan jika melakukan pemesanan khusus ketika kenaikan harga produk terjadi.
Berdasarkan hal tersebut, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem persediaan yang
sesuai untuk memperbaiki masalah persediaan pada produk sabun dan shampoo di CV. Jasa Venus agar meminimasi expected total cost?
2. Bagaimana kebijakan yang dapat
diterapkan oleh CV. Jasa Venus jika terjadi kenaikan harga terhadap produk sabun dan shampoo?
3. Bagaimana perbandingan sistem
persediaan sekarang dengan sistem persediaan usulan?
1.3 Pembatasan Masalah dan Asumsi
Batasan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Aktivitas perusahaan yang diamati
adalah aktivitas trading atau
perdagangan saja.
2. Produk yang diamati yakni produk yang
dijual selama periode 1 tahun (tahun 2015-2016).
3. Penelitian difokuskan pada
produk-produk sabun dan shampoo yang masuk dalam klasifikasi A pada klasifikasi ABC. Selain pemberian batasan, terdapat beberapa faktor yang diasumsikan. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Supplier CV. Jasa Venus dapat
memenuhi jumlah pemesanan yang dilakukan.
2. Produk-produk yang diterima dan dikirim
oleh perusahaan tidak ada yang cacat dan dikembalikan oleh konsumen.
3. Tidak ada keterbatasan modal yang
dihadapi oleh perusahaan.
4. Tidak ada penambahan jenis produk
selama penelitian dilakukan.
5. Data demand bersifat stationary.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian di perusahaan ini adalah:
1. Merancang sistem persediaan yang
sesuai untuk memperbaiki masalah persediaan pada produk sabun dan shampoo di CV. Jasa Venus agar meminimasi expected total cost.
2. Membuat kebijakan yang dapat
diterapkan oleh CV. Jasa Venus jika terjadi kenaikan harga terhadap produk sabun dan shampoo.
3. Membandingkan sistem persediaan
sekarang dengan sistem persediaan usulan.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian dalam bidang manajemen persediaan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, yaitu:
1. Bagi perusahaan:
a. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk membantu perusahaan menggunakan metode yang dapat diaplikasikan guna mengatasi masalah persediaan di perusahaan.
b. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan atau usulan serta alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan persediaan di perusahaan.
2. Bagi pembaca:
a. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi serta masukan untuk melakukan penelitian yang serupa. b. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan atau wawasan pembaca mengenai ilmu manajemen persediaan yang diterapkan di dunia nyata.
3. Bagi peneliti:
a. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan peneliti mengenai ilmu manajemen persediaan yang telah didapat di bangku perkuliahan.
b. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengalaman peneliti dalam menghadapi masalah persediaan di dunia nyata.
c. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk
membantu peneliti mengaplikasikan pengetahuan serta ilmu yang didapatkan khususnya mengenai manajemen persediaan selama masa perkuliahan.
Penentuan Objek Penelitian Studi Pendahuluan Identifikasi dan Perumusan Masalah Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian Tujuan dan Manfaat
Penelitian Studi Pustaka A Penentuan Metode Pengumpulan Data: -Data Demand -Data Lead Time
-Data Biaya Persediaan Pengolahan Data: -Klasifikasi ABC -Uji Distribusi -Penerapan Metode Fixed Order Interval -Penerapan Metode Known Price Increase Analisis Kesimpulan dan Saran A
Gambar 1. Metodologi penelitian
2. Perancangan Sistem Persediaan
Perancangan ini diawali dengan menentukan produk-produk yang termasuk di dalam kategori A pada klasifikasi ABC. Tabel 1 merupakan produk-produk yang termasuk di dalam kategori A pada klasifikasi ABC.
Tabel 1. Produk Termasuk Kategori A
No. Nama Produk
1 Lux Sabun Cair 250 ml Biru
2 Lux Sabun Cair 250 ml Hijau
3 Lux Sabun Cair 250 ml Orange
4 Lifebuoy Sabun Cair 250 ml Orange
5 Lifebuoy Sabun Cair 250 ml Hijau
6 Clear Shampoo Ice Cool Menthol 90 ml
7 Head & Shoulders Shampoo 100 ml
8 Clear Shampoo Anti Hairfall 90 ml
9 Clear Shampoo Strong & Soft 90 ml
Setelah diketahui produk-produk yang akan diteliti, dilanjutkan dengan melihat distribusi dari data demand. Uji dilakukan dengan
software Minitab (α = 5%). Hasil dari pengujian
ini adalah seluruh data demand berdistribusi normal. Selanjutnya ditentukan komponen-komponen biaya persediaan yaitu biaya pembelian (P), biaya kenaikan harga yang terjadi (k), biaya pemesanan (A), biaya gudang, biaya simpan (H), dan biaya stockout (π).
Perancangan dilakukan dengan fixed order
interval system. Perhitungan diawali dengan individual order. Perhitungan ini dilakukan
untuk 9 jenis produk. Besarnya interval pemesanan, inventori maksimum dan total biaya persediaan pada individual order dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi interval pemesanan (T), inventori maksimum (R) dan total biaya (TC) pada
individual order. Nama Produk T R TC Lux Sabun Cair 250 ml Biru 14 hari 597,130 Rp925.619,24 Lux Sabun Cair 250 ml Hijau 14 hari 540,660 Rp943.166,03 Lux Sabun Cair 250 ml Orange 14 hari 521,453 Rp978.968,62 Lifebuoy Sabun Cair 250 ml Orange 16 hari 568,201 Rp750.826,29 Lifebuoy Sabun Cair 250 ml Hijau 16 hari 538,666 Rp772.163,46 Clear Shampoo Ice Cool Menthol 90 ml 13 hari 981,389 Rp1.046.424,84 Head & Shoulders Shampoo 100 ml 17 hari 989,628 Rp833.558,63 Clear Shampoo Anti Hairfall 90 ml 13 hari 949,655 Rp1.016.495,80 Clear Shampoo Strong & Soft 90 ml
13 hari 923,317 Rp1.010.270,85
Selanjutnya, dilakukan perhitungan dengan menggunakan joint order. Joint order ini hanya dapat dilakukan pada supplier yang bersifat multiproduk atau supplier yang menjual lebih dari 1 jenis produk. Perhitungan joint order ini akan dilakukan dalam beberapa skema yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Skema Perhitungan Joint Order
Supplier Skema Kelas Produk
A
Pertama 1
Lux Sabun Cair 250 ml Biru, Lux Sabun Cair 250 ml Hijau, Lux Sabun Cair 250 ml Orange, Lifebuoy Sabun Cair 250 ml Orange, Lifebuoy Sabun Cair 250 ml Hijau.
Kedua 1
Lux Sabun Cair 250 ml Biru, Lux Sabun Cair 250 ml Hijau, Lux Sabun Cair 250 ml Orange.
2
Lifebuoy Sabun Cair 250 ml Orange, Lifebuoy Sabun Cair 250 ml Hijau.
B
Pertama 1
Clear Shampoo Ice Cool Menthol 90 ml, Head & Shoulders Shampoo 100 ml, Clear Shampoo Anti Hairfall 90 ml, Clear Shampoo Strong & Soft 90 ml.
Kedua 1
Clear Shampoo Ice Cool Menthol 90 ml, Clear Shampoo Anti Hairfall 80 ml, Clear Shampoo Strong & Soft 90 ml.
2 Head & Shoulders Shampoo
Pemilihan skema joint order tersebut dipisahkan menjadi 2, pemesanan secara menyeluruh dan dipisahkan berdasarkan waktu pemesanan yang berdekatan. Perbandingan total biaya untuk individual order dan setiap skema dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi total biaya
Suppli er Produk Individual Order Joint Order Skema Pertama Skema Kedua A Lux Sabun Cair 250 ml Biru Rp4.370.74 3,65 Rp4.689.62 9,42 Rp3.730.04 8,94 Lux Sabun Cair 250 ml Hijau Lux Sabun Cair 250 ml Orange Lifebuo y Sabun Cair 250 ml Orange Lifebuo y Sabun Cair 250 ml Hijau. B Clear Shamp oo Ice Cool Menthol 90 ml Rp3.906.75 0,11 Rp3.791.48 0,14 Rp3.532.57 2,86 Head & Should ers Shamp oo 100 ml Clear Shamp oo Anti Hairfall 90 ml Clear Shamp oo Strong & Soft 90 ml
Sistem persediaan usulan untuk perusahaan adalah menggunakan skenario
joint order terpilih. Untuk mengakomodasi
perubahan demand, pada saat terjadi
perubahan demand akan dilakukan satu kali review sebagai titik waktu nol (0) untuk periode selanjutnya. Review ini akan menggunakan nilai R pada periode demand selanjutnya.
Selain penentuan sistem persediaan usulan, akan dirancang juga kebijakan jika terjadi kenaikkan harga. Sebagai contoh kenaikan harga yang pernah terjadi di perusahaan adalah sebesar 15%. Perhitungan yang digunakan hanya dapat dilakukan pada
supplier B karena hanya supplier tersebut yang
memberitahukan kapan dan besarnya kenaikan harga yang terjadi.
Metode yang akan digunakan adalah metode known price increase. Perhitungan kenaikan harga ini dibuat dalam 3 buah skenario dengan asumsi kenaikan harga pada saat yang bersamaan.
1. Kenaikan pada 1 jenis produk.
2. Kenaikan pada lebih dari 1 jenis produk.
3. Kenaikan harga untuk seluruh jenis produk.
Setelah terjadi adanya kenaikan harga, terjadi perubahan interval waktu pemesanan dan tingkat persediaan maksimum. Tabel 4 merupakan perubahan nilai interval waktu pemesanan dan tingkat persediaan maksimum setelah adanya kenaikan harga.
Tabel 4. Perubahan Pemesanan Setelah Kenaikan Harga Supplier Produk T R TC B Clear Shampoo Ice Cool Menthol 90 ml 13 hari 965 unit Rp1.073.222,70 Head & Shoulders Shampoo 100 ml 17 hari 969 unit Rp859.346,17 Clear Shampoo Anti Hairfall 90 ml 14 hari 933 unit Rp1.041889,26 Clear Shampoo Strong & Soft 90 ml 14 hari 908 unit Rp1.034.953,97
Grafik inventori pada known price increase untuk setiap skenario dapat dilihat pada Gambar 2 hingga Gambar 4.
Tmc T1
Produk 1 dengan
kenaikan harga Joint order produk yang tidak mengalami
kenaikan harga
Joint seluruh produk
Inventori
T3 Tmc
T2
Produk 2 dengan
kenaikan harga Produk 3 dengan kenaikan harga mengalami kenaika Produk 1 tidak harga
Joint seluruh produk
Inventori
Gambar 3. Known price increase Skenario Dua
T3 T2
Tmc Produk 1 dengan
kenaikan harga Produk 2 dengan kenaikan harga Produk 3 dengan kenaikan harga Joint seluruh produk Waktu
Inve
ntori
T1
Gambar 4. Known price increase Skenario Tiga Setiap skenario permasalahan, hal yang perlu dipertimbangkan adalah dengan
menghitung lama waktu siklus (Tmc), yaitu
waktu yang dibutuhkan dari saat kenaikan harga hingga seluruh produk dipesan kembali
secara joint order. Produk yang tidak
mengalami kenaikan harga akan tetap dipesan secara joint order.
Untuk kenaikan harga produk lebih dari 1 jenis, maka produk yang lama penggunaanya lebih lama akan dijadikan sebagai dasar pehitungan waktu siklus. Produk yang memiliki lama penggunaan lebih kecil, akan dilakukan pemesanan secara individual order. Jika terdapat perbedaan antara waktu siklus dengan lama penggunaan pemesanan khusus, maka dihitung besarnya pemesanan secukupnya.
Penentuan lama waktu siklus (Tmc) dapat
dihitung dengan persamaan 1.
𝑇𝑚𝑐= 𝑇𝑜𝑝𝑡𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑗𝑜𝑖𝑛𝑡 𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 𝑥
𝑅𝑜𝑢𝑛𝑑𝑢𝑝 �𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 (𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛)𝑇
𝑜𝑝𝑡𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑗𝑜𝑖𝑛𝑡 𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 � Pers.1
Penentuan frekuensi pemesanan dapat dihitung dengan persamaan 2.
Frekuensi pemesanan
=Roundup �𝑇𝑀𝐶−𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 (𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛)
𝑇𝑜𝑝𝑡𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙 𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 � Pers.2
Penentuan besarnya jumlah pesanan akhir dapat dihitung dengan persamaan 3.
Jumlah pesanan akhir
= (𝑇𝑚𝑐 − Lama pemakaian (bulan) −
Toptimum idividual order x (Frekuensi pemesanan −
1) + τ) 𝑥 12𝜆 Pers.3
Keterangan :
𝑇𝑚𝑐 : Waktu siklus
λ : Rata-rata demand
τ : Lead time
Pada metode ini, akan dicari nilai jumlah
pemesanan spesial �𝑄�∗� yang akan
memberikan penghematan optimum, oleh karena itu, dihitung penghematan (g) yang akan terjadi dengan mengurangi TCn dengan TCs.
Terdapat beberapa proses dalam menentukan kebijakan ini. Pertama, tentukan besarnya inventori pada saat ini (q), kemudian hitung besarnya Q. Tentukan juga berapa lama
q dan 𝑄�∗ akan habis. Produk dengan waktu
penghabisan terlama, waktu tersebut akan menjadi Tmc. Selanjutnya tentukan berapa lama waktu yang diperlukan dari yang
diperlukan dari 𝑄�∗ habis hingga Tmc.
Setelah itu, hitung biaya simpan, biaya pesan dan biaya stockout untuk sisa waktu tersebut. Hitung juga besarnya g. Untuk menghitung besarnya penghematan akhir, kurangi g dengan ketiga komponen biaya
tersebut. Untuk jenis produk dengan
penghematan akhir bernilai negatif, tidak akan dilakukan pemesanan khusus, jika bernilai positif akan dilakukan pemesanan spesial
sebesar 𝑄�∗. Besarnya penghematan yang
terjadi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Known price increase
Kondisi Penghematan Total
1 Rp7.065.923,43
2 Rp16.657.511,37
3 Rp27.623.507,47
3. Analisis
Biaya pembelian tidak diperhitungkan pada
individual order maupun joint order karena
biaya ini tidak dipengaruhi oleh besarnya R dan T. Oleh karena itu, biaya ini akan menjadi biaya tetap.
Perhitungan pada known price increase dengan modifikasi ini akan cocok jika kenaikan harga terjadi pada saat yang bersamaan. Jika terjadi kenaikan harga pada waktu yang berbeda, maka perlu adanya modifikasi pada model persediaan tersebut. Selain itu, besarnya pemesanan khusus bisa saja dapat habis dalam jangka waktu yang cukup lama
karena dapat terjadi penurunan kualitas yang tidak di bahas di dalam penelitian ini.
Perbedaan antara sistem persediaan usulan dengan sistem persediaan sekarang dapat dilihat pada Tabel 6. Perbedaan tersebut meliputi cara penentuan jumlah pemesanan, penentuan interval pemesanan, persentase
stockout, safety stock, dan kebijakan saat
terjadi kenaikan harga
Tabel 6. Perbandingan sistem sekarang dan usulan
Indikator Sistem Sekarang Sistem Usulan
Metode Pemesanan Tidak menggunakan metode tertentu Menggunakan metode Fixed Order
Interval Interval Pemesanan Dilakukan dengan menggunakan intuisi Sesuai dengan interval pemesanan pada skema terpilih
Kuantitas Pemesanan Dilakukan dengan menggunakan intuisi Selisih antara tingkat inventori maksimum dengan tingkat inventori sekarang
Safety Stock Tidak diperhitungkan
Diperhitungkan dengan
mempertimbangkan
lead time, inventori
maksimum, dan interval pemesanan Persentase
stockout
Kurang lebih antara 12-15%
Kurang lebih antara 3-4%
Kebijakan Jika Terjadi Kenaikan Harga
Tidak ada kebijakan tertentu
Dilakukan
pemesanan khusus untuk mendapatkan penghematan
4. Kesimpulan dan Saran
Setelah melakukan peneltian dapat ditarik beberapa kesimpulan, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, kesimpulan tersebut adalah :
1. Sistem persediaan yang diusulkan untuk CV. Jasa Venus adalah sistem persediaan dengan menggunakan metode fixed order
interval. Untuk pemesanan pada supplier A,
digunakan metode joint order skema kedua dengan total biaya sebesar Rp 3.730.048,94. Kemudian untuk pemesanan pada supplier B, digunakan metode joint
order skema kedua dengan total biaya
sebesar Rp 3.532.572,86
2. Kebijakan yang dapat dilakukan perusahaan ketika terjadi kenaikan harga baik itu kenaikan harga pada satu jenis produk, lebih dari satu jenis produk, dan semua jenis produk adalah dengan melakukan pemesanan khusus. Pemesanan khusus ini akan menghasilkan penghematan bagi perusahaan sebesar Rp 7.065.923,43 jika perusahaan melakukan pemesanan khusus ketika terjadi kenaikan harga pada satu jenis produk, sebesar Rp
16.657.511,37 jika perusahaan melakukan pemesanan khusus ketika terjadi kenaikan harga pada lebih dari satu jenis produk, dan sebesar Rp 27.623.507,47 jika perusahaan melakukan pemesanan khusus ketika terjadi kenaikan harga pada semua jenis produk.
3. Kelebihan sistem persediaan yang diusulkan yakni interval serta kuantitas pemesanan sudah dipertimbangkan dengan
metode fixed order interval,
mempertimbangkan safety stock,
persentase stockout berkurang cukup jauh menjadi 3-4% saja, dan terdapat kebijakan untuk melakukan pemesanan khusus yang menghasilkan penghematan yang besar jika terjadi kenaikan harga.
Setelah melakukan peneltian dan menarik kesimpulan, saran yang dapat diberikan bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya adalah: 1. Bagi Perusahaan
a. Perusahaan dapat menerapkan sistem persediaan dengan metode fixed order
interval dan melakukan sistem
pemesanan secara joint order.
b. Perusahaan dapat menerapkan kebijakan jika terjadi kenaikan harga karena akan menghasilkan penghematan yang besar bagi perusahaan.
2. Bagi penelitian selanjutnya
a. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan bagaimana jika terjadi discount pada produk yang dipesan oleh perusahaan..
Daftar Pustaka
Fogarty, D.W., Blackstone, J.H., and Hoffman, T.R. (1991). Production and Inventory
Management, 2nd edition. Cincinnati,
Ohio: South Western Publishing. Hadley, G dan Whitin, T.M. 1963. Analysis Of
Inventory System, Prentice Hall, New
Jersey
Tersine, R.J. (1994). Principles of Inventory
and Material Management, 4th edition.