• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU SEBAGAI UPAYA MERAMBAH PASAR BAGI PRODUK USAHA KECIL MENENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU SEBAGAI UPAYA MERAMBAH PASAR BAGI PRODUK USAHA KECIL MENENGAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU SEBAGAI

UPAYA MERAMBAH PASAR BAGI PRODUK

USAHA KECIL MENENGAH

Suparto1) dan Widhy Wahyani2)

1) Teknik Industri ITATS, Jln AR. Hakim 100, Surabaya 60111 e-mail: wrskt_indria@yahoo.com

2) Teknik Industri ITATS, Jln AR. Hakim 100, Surabaya 60111

ABSTRAK

Usaha kecil dan menengah (UKM) telah memberikan kontribusi besar dalam ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. Era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi yang berkembang sangat cepat telah memaksa kita mempersiapkan diri untuk masuk dan menjadi bagian aktif dari masyarakat ekonomi-informasi. Pesatnya perkembangan teknologi khususnya dalam bidang informasi telah menumbuhkan peluang berkreasi dan berinovasi dalam bisnis UKM. Teknologi sebagai media komunikasi menjadi sarana yang sangat efektif dalam dunia pemasaran hingga saat ini. Seiring dengan perubahan perilaku masyarakat yang lebih menaruh perhatian pada internet menjadi tantangan bagi UKM dalam memasarkan produk secara online. IMC (Integrated Marketing Communication) adalah suatu konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi misalnya periklanan umum, penjualan personal, pemasaran langsung, hubungan masyarakat, dan menggabungkan berbagai disiplin ini untuk memberikan kejelasan, konsistensi, dan pengaruh komunikasi yang maksimum melalui integrasi menyeluruh dari pesan-pesan yang berlainan.

Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui bagaimanakah penerapan IMC (Integrated Marketing Communication) atau Komunikasi Pemasaran Terpadu (KPT) dalam upaya merambah pasar bagi produk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Jawa Timur, khususnya di daerah Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik.

Dari hasil survey dan wawancara secara langsung kepada para pelaku UKM di tiga daerah tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan KPT untuk memasarkan produk-produk UKM masih belum secara real dilakukan. Selama ini pemasaran/iklan produk UKM yang banyak dilakukan adalah secara “getok tular” sebanyak 25,6% dan secara penjualan langsung ke konsumen sebanyak 41%. Hal ini dikarenakan beberapa kendala yang mempengaruhi kurang realnya penerapan KPT di tiga daerah tersebut, antara lain; modal terbatas, tidak ada dana khusus untuk promosi dan tingkat pendidikan para pelaku UKM yang cukup rendah, hanya 10% yang berpendidikan diploma/sarjana.

Kata Kunci: Integrated Marketing Communication, KPT, UKM, Pemasaran.

PENDAHULUAN

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi khususnya dalam bidang informasi, telah menumbuhkan peluang berkreasi dan berinovasi dalam bisnis UKM. Dalam konteks pembicaraan bahwa teknologi sebagai media komunikasi dan komunikasi pemasaran (marketing communication) adalah dua hal yang saling berkaitan, bahkan saling bergantung satu sama lain. Dunia pemasaran membutuhkan media sebagai sarana untuk menyampaikan

(2)

pesan kepada masyarakat sebagai audiens. Teknologi membutuhkan pemasaran sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan adanya perkembangan teknologi, atau bagaimana teknologi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mempermudah kehidupan sehari –hari. Teknologi sebagai media komunikasi menjadi sarana yang sangat efektif dalam dunia pemasaran hingga saat ini.

Internet merupakan salah satu contoh nyata hasil perkembangan teknologi. Mengapa internet? Perkembangan teknologi yang pesat, serta mudahnya akses untuk mendapatkan teknologi mendorong penggunaan internet di masyarakat. Seiring dengan perubahan perilaku masyarakat yang lebih menaruh perhatian pada internet menjadi tantangan bagi UKM dalam memasarkan produk. UKM ditantang untuk menemukan cara agar produknya dapat sampai di masyarakat melalui media komunikasi yang berbeda. IMC (Integrated Marketing Communication ) adalah suatu konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang menyadari nilai tambah dari suatu rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi misalnya periklanan umum, penjualan personal, pemasaran langsung, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan menggabungkan berbagai disiplin ini untuk memberikan kejelasan, konsistensi, dan pengaruh komunikasi yang maksimum melalui integrasi menyeluruh dari pesan-pesan yang berlainan. Permasalahan inilah yang mendorong munculnya Integrated Marketing Communication (IMC) atau Komunikasi Pemasaran Terpadu (KPT).

Gambar 1. Bagan Integrated Marketing Communication (IMC)

KPT berkembang dengan pesat ditunjang oleh beberapa alasan dan kebutuhan. Duncan (2002) mengemukakan alasan dasar pengembangan KPT adalah karena adanya peningkatan persaingan merek, maka perusahaan membutuhkan rancangan program komunikasi yang efektif dan efisien untuk membangun hubungan dengan konsumen dan khalayak lainnya, sehingga integrasi menjadi kunci utama dalam komunikasi merek (brand communication). Di sini KPT dipandang mampu membantu perusahaan untuk mengidentifikasi metode yang sesuai dan efektif dalam berkomunikasi atau membangun hubungan dengan konsumen. Beberapa alasan lainnya, seperti terjadinya pergeseran kekuatan pasar yang semula dikuasai produsen beralih ke tangan konsumen,tidak rasionalnya biaya periklanan atau promosi, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, dan globalisasi pasar turut mendorong perkembangan KPT.

Pemikiran sederhana KPT adalah menyamakan persepsi pelanggan, dalam hal ini persepsi mengenai pemahaman terhadap produk atau jasa. Konvergensi penyamaan persepsi ini akan menghasilkan dialog, sehingga memungkinkan produsen mengetahui

(3)

keinginan konsumen, dan sebaliknya (Prisgunanto, 2006). Di sini KPT muncul sebagai adanya kebutuhan untuk menyesuaikan kebutuhan informasi pelanggan dengan komunikasi pemasaran yang dikoordinasikan. Perlunya kesesuaian ini muncul untuk menghilangkan kesan “membludaknya” anggaran percuma dalam merancang komunikasi pemasaran yang ada. Pada prakteknya, konsep seperti ini telah diterapkan oleh banyak perusahaan mulai dari perusahaan besar yang memiliki modal cukup besar sehingga memiliki anggaran promosi yang tidak sedikit dalam memperkenalkan produknya, maupun perusahaan- perusahaan kecil dengan budget seminim mungkin untuk berpromosi atau yang di Indonesia lebih dikenal dengan istilah UKM (Usaha Kecil Menengah). Beberapa perusahaan mulai menggunakan pendekatan KPT ini dikarenakan mereka memahami manfaat dari menyatukan bermacam-macam fungsi komunikasi, dalam hal ini alat-alat komunikasi pemasaran, dibandingkan dengan mempergunakan fungsi-fungsi komunikasi tersebut secara otonom.

Sementara itu, lain halnya dengan penerapan KPT pada produk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ada di Jawa Timur, yang secara umum masih terkendala dengan dana. Hal inilah yang menyebabkan getok tular (word of mouth) masih menjadi satu-satunya cara yang efektif dalam mempromosikan produk UKM, karena tidak mengeluarkan dana yang tinggi. Teknik getok tular sangat sulit jika digunakan untuk mengkomunikasikan produk UKM dalam wilayah yang luas, apalagi bagi produk yang belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Belum nantinya harus dihadapkan dengan competitor baik dalam bidang bisnis yang sama maupun berbeda. Hal ini merupakan tantangan yang berat bagi UKM dalam mengupayakan agar bisnisnya tetap hidup dikarenakan ketatnya persaingan bisnis dan masih kalah dalam hal dana khususnya untuk promosi. UKM harus berlomba untuk bisa menyampaikan pesan produknya yang dalam hal ini adalah promosi untuk bisa merambah pasar.

Sumber: http://www.123rf.com/stock-photo/word_of_mouth.html

Gambar 2. Teknik getok tular “word of mouth”

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian untuk mengetahui bagaimana penerapan KPT (Komunikasi Pemasaran Terpadu) dalam upaya merambah pasar bagi produk Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, khususnya di Jawa Timur. Karena terdapat dugaan terbatasnya dana yang dimiliki UKM sehingga dalam komunikasi pemasaran menyebabkan sering terjadinya hambatan/kendala dalam menjangkau konsumen yang lebih luas, seperti halnya yang mampu dilakukan oleh perusahaan berskala besar. Sehingga muncul berbagai bentuk komunikasi pemasaran yang mempertimbangkan keterbatasan dana yang dimiliki. Meskipun kehadiran teknologi informasi melalui internet telah dilakukan sebagai upaya untuk menjangkau konsumen, namun tetap saja UKM tidak dapat secara maksimal melakukan komunikasi pemasaran akibat keterbatasan dana.

(4)

METODE

Penelitian ini bersifat deskriptif mengenai implementasi Integrated Marketing Communication (IMC) atau Komunikasi Pemasaran Terpadu (KPT) sebagai upaya merambah pasar produk Usaha Kecil Menengah (UKM) di Jawa Timur, ditunjang dengan berbagai literatur yang relevan dengan masalah yang dikaji, kemudian disusun dalam bentuk kajian ilmiah. Dalam penelitian ini yang dijadikan obyek penelitian adalah Usaha Kecil Menengah di Jawa Timur dan yang dijadikan sebagai sampel adalah UKM-UKM yang ada di kota Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik. Data yang disajikan adalah bersumber dari berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, tugas akhir, maupun hasil wawancara dengan pelaku UKM secara langsung (survey). Sebanyak 39 responden yang tersebar di tiga kota tersebut memberikan jawaban terhadap kuisioner yang diberikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengolahan data dari kuisioner yang telah disebar kepada para pelaku UKM di tiga kota yaitu; Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik adalah berupa data yang dapat dikelompokkan kedalam dua bagian. Bagian pertama tentang profil responden (pemilik UKM) dan profil UKM, sedangkan bagian kedua adalah tentang pemasaran produk UKM. Bagian pertama terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang profil pemilik UKM dan profil dari UKM itu sendiri, antara lain; usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, jenis usaha UKM, status badan usaha UKM, omzet UKM perbulan dan kemana pemasaran utama produk UKM selama ini. Sedangkan bagian kedua terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana strategi pemasaran produk UKM selama ini, antara lain; promosi/iklan produk UKM, pengaruh promosi/iklan tersebut terhadap omzet penjualan, kelebihan dan kekurangan promosi/iklan secara online, ada tidaknya bantuan atau kerjasama dengan pemerintah dalam upaya pemasaran produk UKM dan masalah/kendala yang ada dalam pemasaran produk UKM selama ini.

Usia para pelaku UKM pada tiga kota (Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik) adalah bervariasi mulai dari usia 23 tahun sampai 65 tahun. Para pelaku UKM usia muda (≤ 40 tahun) adalah mereka yang memulai usaha UKM sekitar tahun 2004 s.d tahun 2013 (38,5%). Sedangkan para pelaku UKM yang berusia sudah matang (>40 tahun) adalah mereka yang memulai usaha UKM sekitar tahun 1935 s.d tahun 2003 (61,5%). Hasil rekapitulasi pelaku UKM berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Pelaku UKM Menurut Usia

Usia Jumlah (Orang) (%) < = 30 tahun 6 15,4 31 - 40 tahun 6 15,4 41 - 50 tahun 13 33,3 > 50 tahun 14 35,9 Total 39 100

Berdasarkan Tabel 1., dapat dilihat bahwa tingkat usia para pelaku UKM sebagian besar berusia di atas 50 tahun (35,9%). Hal ini bisa jadi karena UKM pada tiga daerah tersebut sudah terkenal sejak lama dan menjadi bagian dari masyarakat daerah tersebut selain itu juga sebagai mata pencaharian (pendapatan) sebagian dari masyarakat. Pada akhirnya

(5)

secara tidak langsung memberikan kontribusi kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada ketiga daerah tersebut.

Pelaku usaha UKM pada ketiga kota tersebut sebagian besar adalah laki-laki (82%) dan yang perempuan sebanyak 18%. Hal ini karena UKM di daerah tersebut menjadi mata pencaharian masyarakat, tentunya bagi kaum Adam. Mereka juga kebanyakan (87%) berstatus menikah sedangkan sisanya (13%) bestatus belum menikah. Dilihat dari tingkat pendidikan, para pelaku UKM didominasi hanya berpendidikan SMU atau sederajat (62%) dan mereka yang berpendidikan diploma atau sarjana hanya sekitar 10%. Untuk lebih jelasnya distribusi profil pelaku UKM berdasarkan pada usia dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 3. Profil Pelaku UKM Menurut Pendidikan

Berdasarkan jenis usaha UKM yang dilakukan oleh masyarakat ketiga daerah (Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik) sangat beragam antara lain; makanan, pakaian, sepatu, sandal, tas, dompet, songkok, percetakan, dan lain-lain. Meskipun demikian dominasi jenis usaha UKM yang ada di Sidoarjo adalah usaha; sepatu sandal tas, usaha UKM yang ada di Mojokerto adalah usaha sepatu dan sandal, sedangkan usaha UKM di Gresik didominasi oleh usaha makanan dan pakaian. Data UKM berdasarkan jenis usaha dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 4. Profil UKM Menurut Jenis Usaha

Dari Gambar 2, dapat dinyatakan bahwa sebagian besar jenis usaha UKM adalah sepatu dan sandal, sebesar 40%., makanan sebesar 21%, pakaian sebesar 10% dan tas

18% 10% 62% 10%

Pendidikan 

SD/sederajat SMP/sederajat SMU/sederajat Sarjana

Makanan Pakaian Sepatu sandal Tas  Kulit Lain‐lain 21 10 40 8 21

Jenis Usaha UKM (%)

(%)

(6)

sebanyak 8%. Omzet penjualan pelaku UKM berkisar dari 20 juta sampai dengan 150 juta. Tabel 2., adalah profil UKM berdasarkan jumlah omzet rata-rata perbulan.

Tabel 2. Profil UKM menurut Omzet Perbulan

Omzet Penjualan  Jumlah  (Orang)   (%)  < 30 juta  10  25,6  30 ‐ 75 juta  15  38,5  76 ‐ 100 juta  12  30,8  100 ‐ 150 juta  2  5,1  Total  39  100 

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa para pelaku UKM sebagian besar mempunyai omzet rata-rata perbulan antara 30 juta – 75 juta (38,5%). Pelaku UKM yang beromzet antara 76 juta sampai dengan 100 juta sebanyak 30,8%. yang memiliki omzet antara 100 juta sampai 150 juta rata-rata perbulan sebesar 5,1%, sedangkan yang beromzet dibawah 30 juta sebanyak 25,6%.

Besar kecilnya omzet yang didapat oleh para pelaku UKM seringkali ada kaitannya dengan pemasaran atau distribusi hasil produk UKM itu dijual dan bagaimana strategi atau cara pemasaran yang dilakukan oleh pelaku UKM agar produknya dikenal konsumen dan laku di jual. Berdasarkan pemasaran utama produk UKM yang selama ini terjadi adalah para pelaku UKM menjual produknya langsung ke konsumen atau rumah tangga sebanyak 33%, ke pedagang/agen sebanyak 62% dan ke koperasi sebanyak 5%. Sedangkan cara memperkenalkan / beriklan produk UKM ke konsumen adalah dengan cara langsung ke pembeli (41%) dan getok tular / mulut ke mulut (26%). Gambar 5 menggambarkan bagaimana pelaku UKM memperkenalkan produknya kepada para konsumen.

Gambar 5. Strategi UKM dalam Beriklan

Berdasarkam Gambar 5, menerangkan bahwa selama ini para pelaku UKM memperkenalkan produknya dengan cara: langsung ke pembeli (konsumen) sebanyak 41%, getok tular 26%, melalui pameran sebanyak 13%, melalui internet (online) sebanyak 18% dan melalui radio/televisi sebanyak 2%.

Sedikitnya para pelaku UKM mengiklankan produknya secara online (18%), didasari karena mereka tidak pernah menggunakan internet atau bahkan tidak mengenal apa itu

41% 13% 2% 26% 18%

Iklan Produk UKM

Langsung ke konsumen Pameran Radio/televisi Getok tular Online (internet)

(7)

internet (72%). Jumlah ini ada kaitannya karena pelaku UKM yang berpendidikan tinggi masih sedikit, hanya 10% yag berpendidikan diploma/sarjana. Sedangkan selebihnya sebesar 90% berpendidikan cukup rendah yaitu; SMU (62%), SMP (10%) dan SD (18%).

Seperti diketahui bahwa cara (strategi) pemasaran akan berpengaruh terhadap omzet penjualan suatu produk, disamping kualitas produk dan pelayanan yang diberikan kepada konsumen/pelanggan. Semakin orang (calon pembeli) mengenal akan suatu produk maka semakin memberikan rasa penasaran terhadap produk tersebut. Seperti kata pepatah “Tak kenal maka tak sayang”. Dengan mengenal suatu barang/produk, maka orang akan timbul rasa ingin tahu terhadap barang tersebut, kemudian mencari info tentang barang itu dan pada akhirnya tidak menutup kemungkinan akan membelinya.

Tak bisa dipungkiri lagi bahwa keberadaan strategi pemasaran menjadi salah satu kunci kesuksesan sebuah usaha. Bahkan saat ini tidak hanya perusahaan besar saja yang membutuhkan cara-cara jitu untuk memasarkan produk maupun jasa mereka. Para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) pun membutuhkan dukungan strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan produknya dan memperluas jangkauan pasar yang dimilikinya. Hal ini penting agar produk atau jasa yang ditawarkan para pelaku UKM bisa dikenal masyarakat luas, dan bisnisnya bisa berkembang pesat.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan para pelaku UKM dalam melakukan pengembangan pasar dan memasarkan produk-produknya, yaitu:

(sumber:http://bisnisukm.com/cara-pemasaran-produk-ukm.html) 1. Menentukan harga jual ke konsumen

Penentuan harga memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan penjualan, biasanya harga yang murah menjadi daya tarik tersendiri bagi para konsumen. Karenanya, usahakan harga jual yang ditawarkan tidak melampaui harga eceran tertinggi (HET) di daerah tersebut. Sehingga harga yang ditawarkan bisa bersaing dengan produk lainnya yang ada di pasaran.

2. Menentukan segmentasi pasar

Sebelum memasarkan sebuah produk, penting untuk menentukan target pasar yang ingin dibidik. Dalam hal ini bisa dengan cara memecah beberapa konsumen menjadi kelompok-kelompok kecil. Misalnya dengan membagi segmentasi pasar sesuai dengan umur konsumen, gaya hidup masyarakat, kebutuhan konsumen, dan lain sebagainya. 3. Menentukan jalur distribusi produk

Selain menentukan harga jual dan segmentasi pasar, harus diperhatikan jalur distribusi produk para pelaku UKM. Hal ini sangatlah penting, agar produk yang dihasilkan bisa sampai ke tangan konsumen. Beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mendistribusikan produk UKM yaitu dengan cara konsinyasi (titip jual), mengenalkannya melalui pameran-pameran, memasarkannya langsung melalui toko online maupun offline, atau bisa juga bekerjasama dengan para agen atau reseller produk dengan memberikan komisi tertentu.

4. Memanfaatkan media iklan

Saat ini sudah banyak media iklan yang bisa dimanfaatkan para pelaku UKM untuk mempromosikan produk atau jasa mereka. Sebut saja media cetak seperti koran, majalah, tabloid, brosur, poster, atau bisa juga memasang iklan melalui media elektronik seperti radio, televisi, hingga pemanfaatan jaringan internet. Semakin sering memanfaatkan media iklan, maka semakin besar pula peluang pasar yang dapat diciptakan untuk mendatangkan penjualan sebanyak-banyaknya.

(8)

Dengan melakukan beberapa hal diatas diharapkan dapat dibangun hubungan antara produsen dengan konsumen, antara penjual dan pembeli dan khalayak lainnya. Sehingga integrasi (keterpaduan) antara empat cara di atas dalam pengembangan pasar dapat menjadi kunci utama dalam komunikasi merek (brand communication). Dalam hal ini KPT (Komunikasi Pemasaran Terpadu) diharapkan mampu membantu pelaku UKM untuk mengidentifikasi metode yang sesuai dan efektif dalam berkomunikasi atau membangun hubungan dengan konsumen. Beberapa alasan lainnya, seperti terjadinya pergeseran kekuatan pasar yang semula dikuasai produsen beralih ke tangan konsumen, tidak rasionalnya biaya periklanan atau promosi, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi serta globalisasi pasar turut mendorong perkembangan KPT.

Beberapa perusahaan mulai menggunakan pendekatan KPT ini dikarenakan mereka memahami manfaat dari menyatukan bermacam-macam fungsi komunikasi, dalam hal ini alat-alat komunikasi pemasaran, dibandingkan dengan mempergunakan fungsi-fungsi komunikasi tersebut secara otonom. Sementara itu, penerapan KPT pada produk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ada di Jawa Timur (khususnya daerah Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik),secara umum masih terkendala dengan dana. Hal inilah yang menyebabkan getok tular (word of mouth) atau penjualan langsung ke para konsumen masih menjadi satu-satunya cara yang efektif dalam mempromosikan produk UKM, karena tidak mengeluarkan dana yang tinggi. Teknik getok tular sangat sulit jika digunakan untuk mengkomunikasikan produk UKM dalam wilayah yang luas, apalagi bagi produk yang belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Belum nantinya harus dihadapkan dengan competitor baik dalam bidang bisnis yang sama maupun berbeda. Hal ini merupakan tantangan yang berat bagi UKM dalam mengupayakan agar bisnisnya tetap hidup dikarenakan ketatnya persaingan bisnis dan masih kalah dalam hal dana khususnya untuk promosi. UKM harus berlomba untuk bisa menyampaikan pesan produknya yang dalam hal ini adalah promosi untuk bisa merambah pasar.

Adanya beberapa kendala yang diungkapkan oleh para pelaku UKM pada tiga daerah yang disurvey, dapat dimungkinkan menjadi penyebab masyarakat daerah tersebut kurang mengenal tentang konsep KPT (Komunikasi Pemasaran Terpadu) untuk memasarkan produk UKM di pasaran. Beberapa kendala tersebut diantaranya; modal terbatas. Ini diungkapkan oleh sebanyak 26% responden (pelaku UKM). Kemudian masalah/kendala tidak adanya dana khusus untuk promosi, yang diungkapkan oleh 10% responden dan harga bahan baku naik, yang diungkapkan oleh sebanyak 13% responden (pelaku UKM).

Gambar 6. Kendala Para Pelaku UKM

Modal  terbatas 26% Tidak ada  dana untuk  promosi 10% Persaingan  dengan  barang impor 13% Permintaan  tidak  menentu % Harga bahan  baku naik 13% Pemasaran 5% Persaingan  antar usaha  sejenis 13% Lainnya 5%

Masalah Yang Ada

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Komunikasi Pemasaran Terpadu (KPT) untuk memasarkan produk UKM-UKM yang ada di Jawa Timur, khususnya daerah Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik masih belum secara real diterapkan.

2. Teknik Getok Tular atau penjualan langsung kepada konsumen menjadi cara yang banyak dilakukan oleh para pelaku UKM di tiga daerah tersebut.

3. Beberapa kendala yang menjadi penyebab kurangnya penerapan KPT antara lain; modal yang terbatas, tidak ada dana khusus untuk promosi dan tingkat pendidikan yang cukup rendah dari para pelaku UKM.

Saran agar penerapan KPT dapat dilaksanakan adalah:

1. Perlu dilakukan kerjasama dengan pemerintah daerah agar para pelaku UKM mengetahui cara pemasaran yang tepat, efektif dan efisien, misal dengan mengadakan pelatihan pembuatan blogspot, website dan aplikasi internet.

2. Memberikan dana bantuan untuk biaya promosi produk-produk UKM yang ada agar lebih dikenal masyarakat secara luas.

DAFTAR PUSTAKA

Asriyani Sagiyanto. (2012). Integrated Marketing Communication. [Diakses 13 Mei 2013].

http://asriyanisagiyanto.wordpress.com/2012/03/09/integrated-marketing-communication/

Belch, G.E. & Belch, M.A. (2004). Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communication Perspective. Boston: McGraw Hill-Irwin.

Damping, A.R. (2008). Bentuk-bentuk Komunikasi Pemasaran Audio Lab Sidoarjo. Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Duncan, T. (2002) IMC: Using Advertising and Promotion to Build Brands. New York: McGraw Hill.

Fill, C. (1999). Marketing Communications: Contexts, Contents, and Strategies. Herthfordshire: Prentice Hall.

Hermana, B. (2007). Internet untuk Usaha Kecil, Kenapa Tidak? [Diakses 18 April 2013]. http://nustaffside.gunadarma.ac.id.

Manurung, A.H. (2006). Wirausaha: Bisnis UKM (Usaha Kecil Menengah). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Mileniawati, P. (2006). Apa itu SME (Small to Medium Enterprise)? [Diakses 28 April 2013]. http://sony-ak.com/articles/6/what_is_sme.php.

Mulyana, D. (2003). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Prayitno, S. (2009). Implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) di Indonesia. Dalam: Ida, dkk (eds). Transformasi Industri Media dan Komunikasi di Indonesia.

Surabaya:Departemen Komunikasi FISIP Universitas Airlangga.

(10)

Siagian, N. & Irawan, G. (2003). Saatnya UKM Memanfaatkan Internet untuk Merambah

Pasar. [Diakses 18 April 2013]. http://sinarharapan.co.id/ekonomi/usaha/2003/.ukm1.html.

Gambar

Gambar 1. Bagan Integrated Marketing Communication (IMC)
Tabel 1. Rekapitulasi Pelaku UKM Menurut Usia  Usia  Jumlah  (Orang)   (%) &lt; = 30 tahun  6  15,4 31 - 40 tahun  6  15,4 41 - 50 tahun   13  33,3 &gt; 50 tahun  14  35,9 Total 39  100
Gambar 4. Profil UKM Menurut Jenis Usaha
Tabel 2. Profil UKM menurut Omzet Perbulan  Omzet Penjualan  Jumlah  (Orang)   (%)  &lt; 30 juta  10  25,6  30 ‐ 75 juta  15  38,5  76 ‐ 100 juta  12  30,8  100 ‐ 150 juta  2  5,1  Total  39  100 
+2

Referensi

Dokumen terkait

kepercayaan, kegiatan pembelajaran meletakkannya pada posisi tersebut.106 Seperti hasil observasi yang peneliti lakukan di MI Almaarif 02 Singosari Malang bahwa setiap ada siswa

Pada penelitian ini, dengan menggunakan Landsat 8 pada bulan September 2014 akan dilakukan validasi algoritma estimasi konsentrasi Chl-a Jaelani terhadap data in-situ di

Tingginya indeks korupsi Indonesia di peringkat ke -100 dari 183 dengan indeks 3,0 (2011) 7 serta masih maraknya kecurangan pada saat diselenggrakannya ujian nasional di

Pengelola Resort Mandalawangi TNGGP memiliki persepsi agak setuju terhadap hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan program wisata yaitu cara pengaturan pengunjung

Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, salah satu paham atau prespektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri

Indikator Kinerja Hasil PembelajaranAspek Yang akan ditingkatkan dalam penelitian ini adalah ³ Hasil Belajar IPA Dikelas V Sekolah Dasar Negeri 21 Reo Behe Kecamatan Kuala

Hegnauer memberikan batasan bahwa alkaloida adalah senyawa bersifat toksik yang bekerja terhadap sistem syaraf pusat, bersifat basa, mengandung nitrogen heterosiklik, disintesa

INDIKA ENERGY Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2015, 2014 DAN 1 JANUARI 2014/ 31 DESEMBER 2013 SERTA UNTUK TAHUN- TAHUN YANG