• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Perkembangan Nilai Tukar Petani, Harga Produsen Gabah dan Harga Beras di Penggilingan

No. 58/11/32/Th. XIX, 1 November 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI,

HARGA PRODUSEN GABAH DAN

HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

BERITA

RESMI

STATISTIK

• Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat pada Oktober 2017 (2012 =100) sebesar 107,36 atau naik sebesar 1,30 persen dibandingkan NTP September 2017 yang tercatat sebesar 105,98. Kenaikan NTP tersebut disebabkan oleh kenaikan Indeks Harga Diterima Petani (IT) sebesar 1,32 persen dan kenaikan Indeks Harga Dibayar Petani (IB) sebesar 0,01 persen.

• Oktober 2017 dari lima Subsektor pertanian ada dua subsektor yang mengalami penurunan NTP, yakni NTP Subsektor Peternakan turun 0,78 persen dari 114,90 menjadi 114,01, dan Subsektor Perikanan yang turun sebesar 0,62 persen dari 101,90 menjadi 101,27. Sementara tiga subsektor lainnya mengalami kenaikan. Kenaikan tertinggi terjadi pada NTP Subsektor Tanaman Pangan, naik 2,91 persen dari 100,58 menjadi 103,50, Diikuti NTP Hortikultura, naik sebesar 1,40 persen dari 111,96 menjadi 113,53, dan Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat juga mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen dari 102,92 menjadi 102,96.

• Di Daerah Perdesaan Jawa Barat Konsumsi Rumah Tangga pada Oktober 2017 terjadi deflasi sebesar 0,01 persen. Dari tujuh kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi hanya Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,36 persen sementara enam kelompok lainnya mengalami inflasi, tertinggi terjadi pada Kelompok Sandang dengan inflasi sebesar 0,32 persen, diikuti Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Rokok, dan Kelompok Kesehatan dengan inflasi masing-masing 0,31 persen. Kelompok Perumahan mengalami inflasi sebesar 0,19 persen. Pendidikan, Rekreasi

Nilai Tukar

Petani Jawa Barat

Oktober 2017

Sebesar 107,36

(2012=100)

(2)

A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

1. Nilai Tukar Petani

Sebagai proxy indikator kesejahteraan petani, Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dengan cara membandingkan dua indeks yaitu Indeks Harga Diterima Petani dengan Indeks Harga Dibayar Petani. Angka NTP menunjukkan kemampuan tukar (term of trade) komoditas hasil pertanian dengan barang dan jasa konsumsi petani baik untuk keperluan rumah tangga petani maupun biaya keperluan proses produksi. Semakin tinggi angka NTP maka ini berarti semakin kuat kemampuan daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga di 18 kabupaten di Provinsi Jawa Barat pada Oktober 2017 NTP Jawa Barat mengalami kenaikan 1,30 persen dibandingkan NTP September 2017 dari 105,98 menjadi 107,36. Hal ini dikarenakan indeks harga hasil produksi pertanian, Indeks Harga Diterima Petani (IT) naik sebesar 1,32 persen sementara indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi petani atau Indeks Harga Dibayar Petani (IB) mengalami sedikit kenaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu 0,01 persen.

Oktober 2017 dari lima Subsektor pertanian ada dua subsektor yang mengalami penurunan NTP, yakni NTP Subsektor Peternakan turun 0,78 persen dari 114,90 menjadi 114,01, dan Subsektor Perikanan yang turun sebesar 0,62 persen. Sementara tiga subsektor lainnya mengalami kenaikan. Kenaikan tertinggi terjadi pada NTP Subsektor Tanaman Pangan, naik 2,91 persen dari 100,58 menjadi 103,50, Diikuti NTP Hortikultura, naik sebesar 1,40 persen dari 111,96 menjadi 113,53, dan Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat juga mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen dari 102,92 menjadi 102,96.

Gambar 1

Perkembangan Indeks Harga di Terima, Indeks Harga di Bayar dan Nilai Tukar Petani

(3)

2. Indeks Harga Diterima Petani (IT)

Perkembangan Indeks Harga Diterima Petani (IT) menunjukkan fluktuasi harga komoditas yang dihasilkan petani. Pada Oktober 2017, IT Gabungan dari lima subsektor pertanian mengalami kenaikan sebesar 1,32 persen dibandingkan IT September 2017 dari 139,21 menjadi 141,05. Bila dirinci menurut subsektor, IT Subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 2,92 persen dari 136,04 menjadi 140,01, IT Subsektor Hortikultura naik sebesar 1,40 persen dari 149,79 menjadi 151,90, dan IT Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 0,10 persen dari 133,84 menjadi 133,97. Sementara IT Subsektor Perikanan turun sebesar 0,59 persen dari 131,24 menjadi 130,47, IT Subsektor Peternakan turun sebesar 0,78 persen dari 140,40 menjadi 139,31.

3. Indeks Harga Dibayar Petani (IB)

Harga barang dan jasa yang dikonsumsi petani baik untuk rumah tangga petani maupun kebutuhan proses produksi pada Oktober 2017 mengalami perubahan tipis sebesar 0,01 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu 131,36 menjadi 131,38. IB dari lima subsektor tertinggi terjadi pada IB Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 0,06 persen. IB subsektor Perikanan naik sebesar 0,03 persen, dan IB Subsektor Tanaman Tanaman Pangan naik sebesar 0,01 persen, Sementara IB Subsektor Peternakan dan Subsektor Hortikultura tidak mengalami perubahan bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Di Daerah Perdesaan Jawa Barat Konsumsi Rumah Tangga pada Oktober 2017 terjadi deflasi sebesar 0,01 persen. Dari tujuh kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi hanya Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,36 persen sementara enam kelompok lainnya mengalami inflasi, tertinggi terjadi pada Kelompok Sandang inflasi sebesar 0,32 persen, diikuti Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau dan Kelompok Kesehatan inflasi masing-masing sebesar 0,31 persen. Kelompok Perumahan mengalami inflasi sebesar 0,19 persen, Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga dengan inflasi sebesar 0,14 persen, Kelompok Transportasi & Komunikasi inflasi sebesar 0,06 persen.

Indeks yang dibayar petani untuk keperluan proses produksi, Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) pada Oktober 2017 mengalami inflasi sebesar 0,08 persen. Berdasarkan kelompok, empat kelompok pengeluaran mengalami inflasi, tertinggi Kelompok Upah Buruh inflasi sebesar 0,16 persen, diikuti Kelompok Pupuk, Obat-obatan & Pakan, dan Kelompok Transportasi yang mengalami inflasi yang sama masing-masing sebesar 0,10 persen. Dan Kelompok Biaya Sewa & Pengeluaran Lainnya mengalami inflasi sebesar 0,05 persen.

4. Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Subsektor Pertanian

a. NTP Tanaman Pangan

NTP Subsektor Tanaman Pangan pada Oktober 2017 mengalami kenaikan sebesar 2,91 persen dari 100,58 menjadi 103,50 hal ini disebabkan oleh indeks yang diterima petani (IT) naik

(4)

b. NTP Hortikultura

Oktober 2017, Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura mengalami kenaikan sebesar 1,40 persen dari 111,96 menjadi 113,53, hal ini disebabkan indeks diterima petani (IT) naik 1,40 persen dan indeks dibayar petani (IB) tidak mengalami perubahan. Naiknya IT Hortikultura akibat IT Subkelompok Sayur-sayuran naik sebesar 1,35 persen, IT Subkelompok Buah-buahan naik sebesar 1,48 persen, dan IT Subkelompok Tanaman Obat naik sebesar 0,95 persen. Di sisi pengeluaran, IB Subsektor Hortikultura tidak mengalami perubahan akibat IB Subkelompok Konsumsi Rumah Tangga inflasi 0,02 persen sedangkan Subkelompok Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal mengalami deflasi sebesar 0,07 persen.

c. NTP Tanaman Perkebunan Rakyat

NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada Oktober 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen dibandingkan September 2017 dari 102,92 menjadi 102,96. Hal ini disebabkan oleh Indeks Diterima Petani (IT) mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen dan Indeks Dibayar Petani (IB) naik sebesar 0,06 persen. Untuk kelompok pengeluaran, IB Subkelompok Konsumsi Rumah Tangga mengalami inflasi sebesar 0,02 persen sedangkan IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal inflasi sebesar 0,13 persen.

d. NTP Peternakan

Oktober 2017, NTP Subsektor Peternakan pada posisi 114,01 tercatat mengalami penurunan sebesar 0,78 persen dari NTP September 2017 sebesar 114,90 menjadi 114,01. Indeks Diterima Petani (IT) turun sebesar 0,78 persen dan Indeks yang Dibayar Petani (IB) tetap sebesar 122,20. Bila dirinci per subkelompok, Subkelompok Ternak Besar turun sebesar 1,14 persen, Subkelompok Ternak Kecil turun sebesar 1,10 persen, Subkelompok Unggas turun sebesar 1,65 persen, sementara Subkelompok Hasil Ternak naik sebesar 1,06 persen. Di sisi pengeluaran petani, Indeks Dibayar Petani (IB) tidak mengalami perubahan akibat IB Konsumsi Rumah Tangga turun sebesar 0,03 persen, dan IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal naik sebesar 0,03 persen.

e. NTP Perikanan

Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan pada Oktober 2017 mengalami penurunan sebesar 0,62 persen dibandingkan September 2017 dari 101,90 menjadi 101,27. Hal ini terjadi akibat indeks Diterima Petani (IT) turun sebesar 0,59 persen sementara Indeks Dibayar Petani (IB) naik sebesar 0,03 persen. Dari sisi pendapatan petani, IT Subkelompok Penangkapan Ikan turun sebesar 0,99 persen sementara IT Subkelompok Budidaya turun 0,55 persen. Dari sisi pengeluaran, Indeks yang dibayar (IB) mengalami kenaikan sebesar 0,03 persen akibat IB Konsumsi Rumah tangga naik 0,01 persen, sementara IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal naik 0,09 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

(5)

Subsektor Indeks Perubahan Oktober 2017 Thd September 2017 (%) September 2017 Oktober 2017

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 136,04 140,01 2,92 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 135,26 135,28 0,01

c. Nilai Tukar Petani (NTP-TP) 100,58 103,50 2,91

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 107,77 110,74 2,75

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 149,79 151,90 1,40 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 133,80 133,80 0,00

c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 111,96 113,53 1,40

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 123,13 124,94 1,47

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 133,84 133,97 0,10 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 130,04 130,12 0,06

c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 102,92 102,96 0,04

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 114,56 114,52 -0,03

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 140,40 139,31 -0,78 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 122,20 122,20 0,00

c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 114,90 114,01 -0,78

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 127,10 126,08 -0,81

5. Perikanan

a. a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 131,24 130,47 -0,59 b. b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 128,79 128,84 0,03 c. c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 101,90 101,27 -0,62 d. d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 115,30 114,52 -0,67 6. Gabungan

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 139,21 141,05 1,32 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 131,36 131,38 0,01

c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 105,98 107,36 1,30

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 115,73 117,16 1,23

Tabel 1

Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jawa Barat per Subsektor Pertanian serta Perubahannya (2012=100), Oktober 2017

(6)

Tabel 2

Indeks Harga Diterima Petani, Indeks Harga Dibayar Petani

per Subkelompok Pengeluaran serta Perubahannya (2012=100) Oktober 2017

Subsektor

Indeks Gabungan Subsektor

September 2017 Oktober 2017 Perubahan Oktober 2017 Thd September 2017 (%)

[1] [2] [3] [4]

1. INDEKS HARGA YANG DITERIMA PETANI 139,21 141,05 1,32

2. INDEKS HARGA YANG DIBAYAR PETANI 131,36 131,38 0,01

2.1 KONSUMSI RUMAH TANGGA 138,12 138,10 -0,01

2.1.1 Bahan Makanan 146,34 145,81 -0,36

2.1.2 Makanan Jadi 140,87 141,31 0,31

2.1.3 Perumahan 128,26 128,50 0,19

2.1.4 Sandang 130,43 130,85 0,32

2.1.5 Kesehatan 123,76 124,14 0,31

2.1.6 Pendidikan, Rekreasi dan

Olahraga 124,80 124,97 0,14

2.1.7 Transportasi dan Komunikasi 127,34 127,41 0,06

2.2 BIAYA PRODUKSI DAN

PENAMBAHAN BARANG MODAL 120,29 120,39 0,08

2.2.1. Bibit 120,11 119,86 -0,20

2.2.2. Pupuk dan Obat-obatan 114,24 114,35 0,10

2.2.3. Biaya Sewa dan Pngeluaran Lain 115,93 115,99 0,05

2.2.4. Transportasi 135,03 135,17 0,10

2.2.5. Penambahan Barang Modal 118,19 118,16 -0,02

2.2.6. Upah Buruh 125,68 125,88 0,16

3. NILAI TUKAR PETANI 105,98 107,36 1,30

4. NILAI TUKAR USAHA PERTANIAN 115,73 117,16 1,23

5. Perbandingan NTP Enam Provinsi di Pulau Jawa

Lima provinsi di Pulau Jawa mengalami kenaikan NTP pada Bulan Oktober 2017. Hanya Provinsi DI Yogyakarta yang mengalami penurunan sebesar 0,96 persen. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Jawa Barat sebesar 1,30 persen. Disusul NTP Jawa Timur yang naik sebesar 0,54 persen, lalu NTP Jawa Tengah yang naik sebesar 0,40 persen, NTP Banten naik sebesar 0,32 persen, dan NTP DKI Jakarta yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,04 persen. Secara Nasional, NTP Oktober 2017 dibandingkan September 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,54 persen dari 101,22 menjadi 102,78.

(7)

Provinsi NTP Perubahan September Thd Agustus 2017 (%) September 2017 Oktober 2017 [1] [2] [3] [4] DKI Jakarta 97,69 97,73 0,04 Jawa Barat 105,98 107,36 1,30 Jawa Tengah 102,56 102,97 0,40 DI Yogyakarta 103,03 102,04 -0,96 Jawa Timur 106,37 106,94 0,54 Banten 100,69 101,01 0,32 Nasional 102,22 102,78 0,54 Tabel 3

Perbandingan NTP Enam Provinsi di Pulau Jawa dan Nasional [2012=100], Oktober 2017

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH

Oktober 2017, harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Petani Jawa Barat sebesar Rp. 4.962,05 per kilogram atau naik 3,24 persen dibandingkan harga GKP September 2017 Rp. 4.806,26. Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani naik 1,01 persen dari Rp. 5.616,67 menjadi Rp. 5.673,35 per kilogram, dan untuk Gabah Kualitas Rendah naik 0,96 persen dari Rp. 3.932,73 menjadi Rp. 3.970,63 per kilogram.

Gambar 2

Perkembangan Harga Rata-rata Gabah di Tingkat Petani Jawa Barat (Rp/Kg)

(8)

Tabel 4

Jumlah Observasi Gabah, Harga Gabah serta

Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas Gabah di Jawa Barat, Oktober 2017

Kelompok

Kualitas Gabah Observasi (%)Jumlah

Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga di Tingkat Penggilingan

HPP Di Tingkat Penggilingan Terendah Tertinggi Rata-Rata

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] GKG 43 (21,83%) 5.100,00 6.400,00 5.673,35 5.781,49 4.600,00 GKP 127 (64,47%) 4.200,00 5.800,00 4.962,05 5.086,54 3.750,00 Rendah 27 (13,71%) 3.500,00 5.150,00 3.970,63 4.129,52 - Jumlah 197 (100%) Keterangan :

GKG (Gabah Kering Giling) : Kadar Air ≤ 14,00 % dan Kadar Hampa/Kotoran ≤ 3,00 %

GKP (Gabah Kering Panen) : Kadar Air (14,01 % - 25,00 %) dan Kadar Hampa/Kotoran (3,01 % - 10,00 %) Rendah (di luar Kualitas) : Kadar Air > 25,00 % dan Kadar Hampa/Kotoran > 10,00 %

2. Kasus Gabah Kualitas Rendah

Transaksi Gabah Kualitas Rendah pada September 2017 terpantau sebanyak 27 observasi dari total transaksi 197 observasi atau 13,71 persen, yaitu dijumpai terjadi di Kabupaten Bogor sebanyak 6 observasi, Kabupaten Sukabumi 16 observasi, dan Kabupaten Bekasi 5 observasi. Harga terendah Gabah Kualitas Rendah di Tingkat Petani sebesar Rp, 3.500,00,- per kilogram terjadi di Kabupaten Bogor (3 observasi), dan Gabah Kualitas Rendah dengan harga tertinggi sebesar Rp, 5.150,00,- dijumpai di Kabupaten Bekasi (3 observasi).

C. PERKEMBANGAN HARGA BERAS DI TINGKAT PENGGILINGAN

Pemantauan harga beras di Tingkat Penggilingan pada September 2017 dilakukan di 17

1. Harga Gabah Tertinggi dan Terendah

Oktober 2017, jumlah transaksi gabah yang terpantau melalui Survei Monitoring Gabah di Jawa Barat sebanyak 197 transaksi, tersebar di 18 Kabupaten Jawa Barat. Diantaranya transaksi GKP sebanyak 127 observasi (64,47 persen), transaksi GKG sebanyak 43 observasi (21,83 persen) dan transaksi Gabah Kualitas Rendah sebanyak 27 observasi (13,71 persen). Dari hasil pengamatan, harga transaksi GKP di Tingkat Petani yang terendah sebesar Rp, 4.200,00 per kilogram terjadi di Kabupaten Cianjur (5 observasi), dengan harga di Tingkat Penggilingan Rp, 4.400,00 akibat adanya ongkos angkut dari lokasi transaksi GKP ke penggilingan terdekat Rp. 200,- per kilogram. Harga transaksi GKP tertinggi di Tingkat Petani sebesar Rp. 5.800,00,- juga dijumpai di Kabupaten Pangandaran (4 observasi), dengan harga di Tingkat Penggilingan sebesar Rp. 5.855,00.

Untuk transaksi GKG di Jawa Barat pada Oktober 2017 harga transaksi di Tingkat Penggilingan secara rata-rata sebesar Rp. 5.781,49 per kilogram, dimana harga GKG Penggilingan yang terendah sebesar Rp. 5.200,00,- per kilogram dijumpai di Kabupaten Kuningan (3 observasi). Harga GKG Penggilingan tertinggi sebesar Rp, 6.500,00,- per kilogram dijumpai di Kabupaten Indramayu (3 observasi).

(9)

rata-rata harga beras di Tingkat Penggilingan sebesar Rp. 10.018,29 per kilogram atau mengalami kenaikan sebesar 2,46 persen dibandingkan harga beras September 2017 yang tercatat sebesar Rp. 9.777,53.

Berdasarkan kualitas beras yang dikelompokkan menurut patahan (broken) beras, Beras Premium naik 2,92 persen dari Rp. 10.066,04 menjadi Rp. 10.360,00, sedangkan Beras Medium naik 1,94 persen dari Rp. 9.524,64 menjadi Rp. 9.709,33, dan Beras kualitas Rendah turun 0,48 persen dari Rp. 9.620,83 menjadi Rp. 9.575,00. Perkembangan harga beras di penggilingan menunjukkan pola yang fluktuatif. Sepanjang Oktober 2016 sampai Oktober 2017, penurunan rata-rata harga terjadi di lima bulan yaitu pada November, Desember 2016, Maret, April, dan Juni 2017 dengan harga terendah sebesar Rp, 9.406,56 per kilogram terjadi pada November 2016.

Gambar 3

Perkembangan Harga Beras di Tingkat Penggilingan Di Jawa Barat (Rp/Kg)

(10)

Diterbitkan oleh:

Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan,

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

Jl. PHH Mustofa No. 43 Bandung 40124 Kelompok

Kualitas

Rata-Rata Harga Beras per Kg Okt

2016 2016Nov 2016Des 2017Jan 2017Feb 2017Mar 2017Apr 2017Mei 2017Juni 2017Juli 2017Ags 2017Sept 2017Okt [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] Premium 9 777 9 924 9 757 9 787 9 936 10 095 9 884 10 066 10 201 10 130 10 142 10 066 10 360 Medium 9 135 9 139 9 171 9 342 9 334 9 019 9 149 9 427 9 265 9 242 9 249 9 525 9 709 Rendah 8 843 8 722 8 950 8 829 8 900 7 943 8 300 8 720 8 485 8 754 9 100 9 621 9 575 Rata-rata 9 407 9 407 9 390 9 474 9 568 9 456 9 377 9 637 9 586 9 591 9 599 9 778 10 018 Keterangan :

Premium : Kadar Broken ≤ 10,00 % Medium : Kadar Broken (10,01 % - 20,00 %) Rendah : Kadar Broken > 20,00 %

Tabel 5

Rata-rata Harga Beras di Tingkat Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas Beras di Jawa Barat

Referensi

Dokumen terkait

(1) Atas surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, Kepala Dinas atau Kepala Suku Dinas bersama-sama dengan penyelenggara pendidikan membentuk Tim Evaluasi Penutupan

instruksi : berikan pendapat anda tentang aroma wangi sedian gel pengharum ruangan yang di uji, kemudian berilah tanda centang (  ) pada salah satu

Berdasarkan uraian di atas mengenai keuntungan dalam ekonomi Islam maka keuntungan yang didapat oleh pedagang bawang merah, yang hasil pertanian di Desa Sengon

Dikotomi dalam proses pencapaian tujuan pendidikan dalam interaksi sehari-hari di lembaga pendidikan, menyebabkan dikotomi abituren pendidikan dalam bentuk kepribadian

55 Alimentarius, bahan tambahan makanan didefinisikan sebagai bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komposisi khas makanan,

Dalam rangka mencapai tujuan yang telah disebutkan sebelumnya, maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menghubungi Kepala Sekolah dan Ketua Musyawarah Guru

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat di ambil konsep tentang Motivasi berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dengan memiliki dorongan dari dalam dan

Agar praktek yang sehat berjalan dengan baik dalam sistem pengendalian intern maka pimpinan perusahaan perlu melakukan pemeriksaaan secara mendadak atas kinerja