Syahiruddin (Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh)

(1)

125 | Syahiruddin, Zakat Sebagai Penopang…

ZAKAT SEBAGAI PENOPANG EKONOMI ISLAM

Syahiruddin

(Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh)

Pendahuluan

Zakat adalah suatu kewajiban bagi umat Islam yang telah ditetapkan dalam AlQur’an, Sunnah Nabi, dan Ijma’ para ulama. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang selalu disebutkan sejajar dengan shalat. Hal ini yang menunjukkan betapa pentingnya zakat sebagai salah satu rukun Islam.

Firman Allah (QS.At-Taubah ayat 34) :”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang bathil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih”.

Zakat merupakan salah satu sebab berpindahnya kepemilikan, karena hak milik tersebut berpindah dari mereka yang mengeluarkan zakat ke tangan mereka yang berhak. Disinilah terwujud manfaat harta untuk kepentingan umum. Keterikatan manusia dengan ibadah yang bersifat keuangan merupakan unsure pendukung langsung yang mendorong umat Islam agar selalu mengusahakan dan mengembangkan harta yang dimilikinya. Zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima dengan hukumnya Fardu’ain atas tiap-tiap orang yang cukup syaratnya.

Di Negara Kesatuan Republik Indonesia masalah zakat relatif masih belum diberdayakan secara maksimal. Pada masa Rasulullah Saw, zakat merupakan salah satu pemasukan keuangan terpenting dalam mengelola

(2)

pemerintahan. Pada waktu itu pelaksanaan zakat sama sekali tidak membabani Negara karena zakat dikelola secara khusus oleh Bait al-Mal, bahkan dana zakat itu membantu Negara dalam memenuhi berbagai kebutuhannya. Pada waktu itu zakat terbukti menjadi sirkulator dalam mewujudkan kepentingan dan terpenuhinya kebutuhan mereka yang mengeluarkannya dan juga bagi mereka yang menerimannya. Selain itu, zakat juga sebagai pemebersih harta yang dimiliki manusia dari kerusakan riba serta dosa mereka ketika bertransaksi.

Pengelompokan Zakat (Zakat

Harta dan Zakat Fitrah)

A. Zakat Harta

Zakat Harta ketika sampai pada nisabnya disyaratkan adanya kelebihan dari kebutuhan dasar dan kehidupan umat Islam, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, alat transportasi, dan alat-alat yang membantu proses profesi serta produksi, dan disyaratkan lewatnya

masa satu tahun dimulai dari awal kepemilikan penuh pada barang-barang tersebut.

Zakat harta memiliki tiga segi : 1. Segi Ibadah, pada sisi ini

disyaratkan niat menurut sebagian para ulama, dan amal bertujuan untuk melaksanakan perintah Allah Swt.

2. Segi Sosial, dari sisi sosial ketika masyarakat dari sebagian keluarga, terutama fakir miskin yang mempunyai hak zakat tersebut. Mereka membutuhkan bantuan dari masyarakat lainnya yang bercukupan.

3. Segi Ekonomi, dari sisi ekonomi peran zakat sebenarnya belum pernah terwujud pada kehidupan masyarakat baik dari kegiatan pendayagunaan harta yang diambil dari harta zakat dan macam-macamnya maupun pengumpulan harta zakat dari tingkatan-tingkatan masyarakat dan membagikannya kepada kelompok yang berhak.

(3)

Sebenarnya dari sini masyarakat dapat bergerak dengan sirkulasi keuangan tersebut, baik segi keuangan maupun kemanusiaan untuk menuju ke kemajuan yang sebenarnya. Hal itu dapat dicapai hanya dengan menunaikan suatu kewajiban yaitu membayar zakat. Allah Swt Mahabenar ketika mengatakan,

ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan

mereka (QS.At-Taubah ayat 103).

Dasar pembebanan zakat kepada umat sebagai berikut ;

Allah Swt berfirman ( QS. At-Taubah ayat 141) : “Makanlah dari buahnya yang bermacam-macam bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya dengan dikeluarkan zakatnya…”

Firman Allah Swt (QS.Al-Isra ayat 26) :”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros.

Allah Swt berfirman (QS.Ar-Rum ayat 38) :”Maka berikanlah pada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian pula pada fakir miskin dan orang-orang dalam perjalanan, itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah, dan merekalah orang-orang yang beruntung.”

Pekerjaan yang tidak sah tanpa adanya niat karena perbuatan ini berdasarkan hak Allah Swt, seperti zakat. Niat yang dimaksud disini adalah niat dengan tujuan melaksanakan perintah Allah Swt. Hak-hak Allah Swt sebenarnya juga untuk kepentingan hamba-hambanya, karena itu tidak perlu perbaikan dan tidak pula perlu penghentian, bahkan penentangan terhadapnya. Zakat walaupun merupakan kewajiban yang dikeluarkan pada harta tetapi tidak mempunyai unsur timbal balik karena kewajiban ini ditetapkan untuk pelipur lara.

Harta yang dikenakan Zakat :

Allah Swt telah menentukan jenis dari harta yang harus dikeluarkan zakat dan memilih diantaranya yang

(4)

terbagus dan terbaik. Dia mewajibkan zakat pada emas dan perak bukan pada besi, alumunium, dan tembaga serta lainnya.

Allah Swt juga mewajibkan zakat pada binatang ternak seperti Unta, sapi, dan kambing bukan pada keledai, dan binatang-binatang yang sedikit manfaatnya serta mudah didapat seperti ayam, kelinci, dan juga burung.

Allah Swt juga mewajibkan zakat pada tanaman-tanaman yang mempunyai jenis terbaik seperti biji-bijian dan buah-buahan bukan pada kacang-kacangan, sayur mayor dan jamur.

Harta yang belum termasuk dalam kewajiban zakat, mempunyai sifat umum, dibutuhkan oleh banyak manusia dan banyak terdapat di seluruh masyarakat disesuaikan dengan harta yang wajib zakat. Sebab jika barang tersebut habis dan kosong di masyarakat akan menyebabkan terhentinya kehidupan mereka serta menyebabkan bahaya yang besar. Hal ini berbeda dengan barang yang jika tidak ada dimasyarakat tidak

menyebabkan bahaya yang besar. Barang ini tidak dimasukkan ke dalam harta wajib zakat, karena dia hanya barang tersier yang tidak membahayakan masyarakat ketika mereka tidak menggunakannya.

Firman Allah Swt (QS.At-Taubah ayat 60) :”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para Muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang yang berhutang untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Imam Malik mengatakan bahwa para Muallaf tidak mempunyai hak atas sebagian harta zakat, Imam Syafei’I dan Abu Hanifah mengatakan bahwa para Muallaf masih mempunyai hak atas sebagian harta zakat jika pemimpin berpendapat demikian. Harta zakat wajib didistribusikan pada tempat yang telah ditentukan, dengan arti tempat harta

(5)

tersebut bukanlah pada pemimpin, kecuali jika dalam keadaan darurat. Dalam ajaran agama Islam, syarat-syarat syah zakat sebagai berikut : 1. Beragama Islam

2. Hamba yang Merdeka

3. Harta yang dimiliki mencapai Nisab

4. Kepemilikan penuh, bukan harta piutang

5. Telah melewati haul (satu tahun) Nisab zakat ditentukan sesuai dengan kadar yang ditetapkan dalam AlQur’an dan Hadist Rasullullah Saw, sebagai berikut :

a. Satu ekor kambing jantan berumur 2 tahun lebih bila jumlah kambing 5 s/d 10 ekor

b. Satu ekor sapi berumur 2 tahun lebih bila jumlah sapi 30 s/d 39 ekor

c. Nisab biji makanan yang mengenyangkan adalah 300 sa’(lebih kurang 930 liter)

d. Nisab emas 20 misqal,berat timbangannya 93,6 gram dengan zakat 2½ %

e. Nisab perak 200 dirham (624 gram) dengan zakatnya 2 ½ %

Allah Swt mengatakan bahwa zakat adalah harta yang dikeluarkan untuk membersihkan harta tersebut, bagaimana dapat dikatakan bahwa harta tersebut sifatnya haram, kecuali setelah dinafkahkan. Jika harta dapat dibersihkan dengan mengeluarkan zakat, harta selebihnya menjadi baik dan tidak haram. Memang benar bahwa dalam harta ada kewajiban selain zakat, tetapi itu tetap tidak menjadikannya sebagai simpanan. Hal ini ditunjukkan oleh Firman Allah Swt,

Dan orang-orang yang dalam

hartanya tersedia bagian tertentu.Bagi orang miskin yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta.(QS.Al-Ma’arij

ayat 24-25)

B. Zakat Fitrah

Pada setiap hari raya Idul Fitri, setiap orang Islam, laki-laki dan perempuan, besar/kecil, merdeka atau hamba diwajibkan membayar zakat fitrah sebanyak 3,1 liter dari makanan yang mengenyangkan menurut tiap-tiap tempat (negeri).

(6)

Rasullullah Saw bersabda :”mewajibkan zakat fitri (berbuka) bulan Ramadhan sebanyak satu sa’ (3,1 liter) kurma atau gandum atas tiap-tiap orang muslim merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan, mereka membayar fitrah itu sehari atau dua hari sebelum hari raya.”(HR Bukhari dan Muslim).

Dari hadist tersebut bahwa yang dimaksudkan oleh Rasullullah Saw, banyaknya fitrah itu ialah satu sa’, sedangkan Sa; menurut arti bahasa Arab adalah nama ukuran sukatan (takaran). Jadi ukuran banyaknya zakat fitrah adalah ukuran takaran bukan ukuran timbangan. Hal ini dibuktikan dari penyelidikan dari para ulama tentang ketentuan banyaknya zakat fitrah dengan timbangan adalah kurang tepat karena berat beras satu sa’ dari beberapa jenis beras tentu tidak sama, apalagi kalau dibandingkan dengan satu sa’ jagung atau lain-lainnya, sudah tentu amat berjauhan timbangannya walaupun takarannya sama.

Syarat-syarat wajib zakat fitrah bagi umat Islam sebagai berikut :

1. Beragama Islam

Orang yang tidak beragama Islam tidak wajib membayar zakat fitrah 2. Waktu kelahiran

Lahir sebelum terbenam matahari pada hari penghabisan bulan Ramadhan. Anak yang lahir sesudah terbenam matahari tidak wajib fitrah. Yang dimaksud “zakat firi” (berbuka) bulan Ramadhan. Yang dinamakan berbuka dari bulan Ramadhan ialah malam hari raya, jadi malam hari raya itulah wajibnya fitrah.

3. Kelebihan makanan

Dia mempunyai kelebihan harta dari keperluan makanan untuk dirinya sendiri, dan untuk yang wajib dinafkahinya pada malam hari raya dan siang harinya.

Berfitrah dengan uang seharga makanan, menurut mazhab Syafei tidak boleh, karena yang diwajibkan dalam hadist ialah sesuatu yang mengenyangkan. Dalam mazhab Hanafi tidak ada halangan, karena fitrah itu hak orang-orang miskin untuk menutup hajat mereka, jadi

(7)

boleh dengan makanan dan boleh dengan uang.

Orang-orang yang berhak menerima zakat hanya mereka yang telah ditentukan Allah Swt yang diretapkan dalam AlQur’an, mereka itu terdiri dari delapan golongan. Firman Allah Swt (QS.At-Taubah ayat 60) :”Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berutang untuk jalan Allah Swt, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai ketetapan yang diwajibkan Allah Swt.”

C. Zakat Rikaz (Harta Terpendam)

Rikaz adalah emas atau perak yang ditanam oleh kaum Jahiliyah

(sebelum Islam). Apabila kita mendapat emas atau perak yang ditanam oleh kaum Jahiliyah itu, wajib kita keluarkan zakat sebanyak 1/5 (20%). Rasullullah Saw bersabda :”Zakat rikaz seperlima.”(HR Bukhari Muslim)

Rikaz tidak disyaratkan sampai satu tahun, tetapi apabila didapat wajib dikeluarkan zakatnya pada waktu itu juga, seperti zakat hasil tambang emas-perak. Rikaz itu menjadi kepunyaan yang mendapatkannya dan ia wajib membayar zakat apabila didapat dari tanah yang tidak dipunyai orang tetapi kalau didapat dari tanah yang dipunyai orang, maka perlu ditanyakan kepada semua orang yang telah memiliki tanah itu. Kalau tidak ada yang mengakuinya maka rikaz itu kepunyaan yang membuka tanah itu.

Hikmah gunanya zakat sungguh penting dan banyak baik terhadap si kaya, si miskin maupun terhadap masyarakat umum, diantaranya adalah 1. Menolong orang yang lemah dan susah agar dia dapat menunaikan

kewajibannya terhadap Allah Swt dan masyarakat.

2. Membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang tercela, serta mendidik diri agar bersifat mulia dan pemurah dengan membiasakan

(8)

membayarkan amanat kepada orang yang berhak dan berkepentingan “Ambillah zakat

dari sebagian harta mereka

dengan zakat itu kamu

membersihkan dan menyucikan mereka.”(QS.At-Taubah ayat 103).

3. Sebagai ucapan syukur dan terima kasih atas nikmat kekayaan yang diberikan kepadanya.

4. Guna menjaga kejahatan-kejahatan yang akan timbul dari si miskin dan yang susah.

5. Guna mendekatkan hubungan kasih saying dan cinta-mencintai antara si miskin dengan si kaya serta berfaedah bagi kedua golongan dalam masyarakat umum.