• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP DAN PROFESIONAL SEORANG GURU MENGH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SIKAP DAN PROFESIONAL SEORANG GURU MENGH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP DAN PROFESIONAL SEORANG GURU MENGHADAPI PENDIDIKAN DI ERA GLOBAL

KUDU BITA DOPU

Universitas Wisnuwardhana Malang,Jl.Danau Sentani 99 Malang

Surat Elektronik: kudubitadopu@yahoo.com

ABSTRAK: Sikap professional seorang guru sangat diperlukan dalam me nghadapi pendidikan di era global ini. Tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik, mengasuh, membimbing dan membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia. Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya fungsi guru secara perlahan-lahan. Sehingga akan mengakibatkan hubungan antara guru dan siswa yang semula saling membutuhkan akan berubah menjadi hubungan yang saling acuh tak acuh, tidak membahagiakan dan membosankan.

Kata Kunci: professional, guru, pendidikan, era global.

Guru merupakan sosok yang begitu dihormati karena memiliki andil yang sangat besar

terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu

perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Ketika orang tua

(2)

agar anaknya dapat berkembang secara optimal (Mulyasa, 2005:10). Minat, bakat, kemampuan,

dan potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan dapat berkembang secara optimal tanpa bantuan

guru

Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Dalam menuju era globalisasi,

Indonesia harus melakukan reformasi dalam dunia pendidikan, yaitu dengan menciptakan sistem

pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara

efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis. Selain itu, pendidikan harus dapat

menghasilkan lulusan yang bisa memahami, masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat

mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan di dalam

kehidupan bermasyarakat.

Dunia yang seharusnya mencerminkan sikap-sikap intelektual, budi pekerti, dan

menjunjung tinggi nilai moral, justru telah dicoreng oleh segelintir oknum pendidik (guru) yang

tidak bertanggung jawab. Realitas ini mengandung pesan bahwa dunia guru harus segera

melakukan evaluasi ke dalam. Sepertinya, sudah waktunya untuk melakukan pelurusan kembali

atas pemahaman dalam memposisikan profesi guru.

Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya fungsi guru

secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak yang tadinya sama-sama

membawa kepentingan dan salng membutuhkan, yakni guru dan siswa, menjadi tidak lagi saling

membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat memberatkan, membosankan, dan jauh dari

suasana yang membahagiakan. Dari sinilah konflik demi konflik muncul sehingga pihak-pihak

didalamnya mudah frustasi lantas mudah melampiaskan kegundahan dengan cara-cara yang tidak

(3)

Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) menerangkan sikap seseorang pada suatu objek adalah

perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi.

Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak

senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.

Masalah yang dihadapi guru di Indonesia adalah: (1) masalah kualitas guru, di Indonesia

masih sedikit sekali guru Sekolah Dasar yang berijazah sarjana, sehingga berpengaruh pada

kualitas anak didiknya. Apalagi ditambah dengan tugas tambahan guru yang menumpuk,

menyebabkan dalam proses belajar mengajar tidak maksimal karena stamina guru yang merosot,

(2) masalah jumlah guru yang masih kurang. Jumlah guru di Indonesia saat ini masih dirasakan

kurang, apabila dikaitkan dengan jumlah anak didik yang ada. Oleh sebab itu, jumlah murid per

kelas dengan jumlah guru yag tersedia saat ini, dirasakan masih kurang proporsional, sehingga

tidak jarang satu ruang kelas sering di isi lebih dari 30 anak didik. Sebuah angka yang jauh dari

ideal untuk sebuah proses belajar dan mengajar yang di anggap efektif. Idealnya, setiap kelas diisi

tidak lebih dari 15-20 anak didik untuk menjamin kualitas proses belajar mengajar yang maksimal,

(3) masalah distribusi guru yang kurang merata, merupakan masalah tersendiri dalam dunia

(4)

PEMBAHASAN

Tuntutan Professional Seorang Guru.

Seperti kita ketahui dan rasakan bersama-sama, bahwa kita telah memasuki abad 21 yang

dikenal dengan era global, yang mempunyai pengaruh yang amat luas bagi kehidupan tak

terkecuali sector pendidikan. Dikatakan sebagai era global karena pengetahuan dan professional

akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan, utamanya dalam bidang pendidikan, karena

pendidikan merupakan landasan pokok setiap aspek kehidupan.

Era global merupakan suatu era dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Suatu

era dengan spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia pendidikan dan

lapangan kerja. Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena perkembangan teknologi yang

sangat pesat, juga diakibatkan oleh perkembangan yang luar biasa dalam pendidikan, ilmu

pengetahuan, psikologi, dan transformasi nilai-nilai budaya.

Kemerosotan pendidikan kita sudah kita rasakan selama bertahun-tahun. Untuk kesekian

kalinya kurikulum dituding sebagai penyebabnya. hal ini tercermin dengan adanya upaya

mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum 1984, kemudian diganti

lagi dengan kurikulum 1994 dan seterusnya yang sampai terakhir kita kenal kurikulum KTSP.

Banyak faktor yang menyebabkan kurang profesionalismenya seorang guru, sehingga pemerintah

berupaya agar guru yang tampil di era global adalah guru yang benar-benar profesional yang

mampu mengantisipasi tantangan-tantangan dalam dunia pendidikan.

Pendidikan di era global menuntut adanya manajemen pendidikan yang modern dan

profesional dengan bernuansa pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan diharapkan mampu

(5)

belajar mengajar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim sekolah, penilaian diri,

komunikasi, dan keterlibatan orang tua/masyarakat. Tidak kalah pentingnya adalah sosok

penampilan guru yang ditandai dengan keunggulan dalam nasionalisme dan jiwa juang, keimanan

dan ketakwaan, penguasaan iptek, etos kerja dan disiplin, sikap profesional, kerjasama dan belajar

dengan berbagai disiplin, wawasan masa depan, kepastian karir, dan kesejahteraan lahir batin.

Sikap dan professional guru di dalam pendidikan mempunyai peranan yang amat strategis untuk

mempersiapkan generasi muda yang memiliki keberdayaan dan kecerdasan emosional yang tinggi

dan menguasai kemampuan dan keahlian yang mantap.

Mengembangkan Sikap Profesional Guru

Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau

kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Profesionalisme bukan sekadar

pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, mengembangkan

profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi

memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.

Syarat-syarat guru Indonesia yang profesional adalah harus mempunyai; (1) dasar ilmu

yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu

pengetahuan di abad 21; (2) penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan

yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka.

Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan

hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia; (3) pengembangan

kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru merupakan profesi yang berkembang

(6)

Pengembangan professional seorang guru menjadi perhatian secara global, karena guru

memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan

teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era

hiperkompetisi. Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi

terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya terutama

dalam menghadapi era global seperti sekarang ini.

Faktor-faktor penyebab rendahnya sikap profesional guru pada kondisi pendidikan nasional

kita memang tidak secerah di negara-negara maju. Baik institusi maupun isinya masih memerlukan

perhatian ekstra pemerintah maupun masyarakat. Dalam pendidikan formal, selain ada

kemajemukan peserta, institusi yang cukup mapan, dan kepercayaan masyarakat yang kuat, juga

merupakan tempat bertemunya bibit-bibit unggul yang sedang tumbuh dan perlu penyemaian yang

baik.

Dengan dituntutnya guru setiap kali mengajar membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP). maka waktu dan energi guru banyak terbuang, yang seharusnya waktu dan energi yang

terbuang ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya.

Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan profesionalisme guru diantaranya

meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar

mulai tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi. Program penyetaaan Diploma II bagi

guru-guru SD, Diploma III bagi guru-guru-guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru-guru-guru SLTA. Meskipun

demikian penyetaraan ini tidak bermakna banyak, kalau guru tersebut secara entropi kurang

(7)

Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus, agar sikap dan

professional guru benar-benar terbentuk Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan

dalam jabatan termasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja,

penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi,

peningkatan kualitas calon guru, imbalan, dll secara bersama-sama menentukan pengembangan

profesionalisme seseorang termasuk guru.

Dari beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang paling penting

agar sikap dan professional guru dapat meningkat, guru harus mampu mengembangkan kualifikasi

dirinya yaitu dengan menyetarakan banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun yang

akan diterapkan pemerintah tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya guru akan mencari pekerjaan tambahan untuk mencukupi kebutuhannya. Tidak heran

kalau guru-guru di negara maju kualitasnya tinggi atau dikatakan profesional, karena penghargaan

(8)

PENUTUP

Simpulan

Memperhatikan peran guru dan tugas guru sebagai salah satu faktor determinan bagi

keberhasilan pendidikan, terutama dalam menghadapi pendidikan di era global, maka keberadaan

dan peningkatan profesi guru menjadi wacana yang sangat penting.

Kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya

kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa.

Guru yang profesional pada dasarnya ditentukan oleh attitudenya yang berarti pada tataran

kematangan secara intelektual maupun pada kondisi yang prima. Usaha meningkatkan

profesionalisme guru merupakan tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai pencetak guru,

Oleh karena itu Para pendidik, calon pendidik, dan pihak-pihak yang terkait hendaknya mulai

memahami, menerapkan, dan mengembangkan sikap-sikap serta perilaku dalam dunia pendidikan

(9)

DAFTAR RUJUKAN

Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan. (Online) (http://www.suarapembaharuan.com/News/1999/01/220199/ OpEd, diakses 1 Juni 2008). Hlm. 1-2

Azwar Saifuddin, 2000. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyasa, 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Naisbitt, J. 1995. Jakarta: Gramedia.

Nasanius, Y. 1998. Kemerosotan Pendidikan Kita: Guru dan Siswa Yang Berperan Besar, Bukan

Kurikulum. Suara Pembaharuan. (Online)

(http://www.suarapembaharuan.com/News/1998/08/230898, diakses 1 Juni 2008). Hlm. 1-2.

Semiawan, C.R. 1991. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI. Jakarta: Grasindo.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Surya, H.M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru Menghadapi Pendidikan Abad ke-21n (I); Organisasi & Profesi. Suara Guru No. 7/1998. Hlm. 15-17.

Referensi

Dokumen terkait

The material of this text is suitable with students level because the writer of the textbook choose the name, culture action, cultural perspective and individual learners

Struktur organisasi diperlukan perusahaan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan / keterkaitan

Jayawijaya, Kabupaten Nduga, Kabupaten Paniai, Kabupaten.. Puncak, Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Yahukimo),. Taman Nasional Wasur

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL TENTANG PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK PARKIR YANG TERUTANG. KEDUA

spinosum , beberapa produk olahan yang dapat dibuat dari rumput laut tersebut dengan teknologi dan peralatan yang sederhana di ant aranya sirup rumput laut , selai, manisan,

Sumber data sekunder yang akan dapat digunakan untuk penguat fakta dalam penelitian adalah dengan media dokumentasi. yang

Pada pencahayaan alami, hal – hal yang dapat dimaksimalkan pada bangunan untuk meredam panasnya matahari, bangunan dapat dilengkapi teritisan yang lebar, kanopi yang luas, ataupun

Dalam metode penelitian ini, Peneliti menggunakan pendekatan komparatif yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui perbedaan