• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Bandar Lampung dan uji organoleptik dilakukan di Laboratorium Pengawasan Mutu Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – November 2011.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah pisang batu (Musa balbisiana Colla) tua (tetapi belum matang penuh) sebagai bahan dasar pembuatan tepung pisang batu, tepung terigu protein sedang (merk segitiga biru), gula pasir (merk Gulaku), coklat bubuk, Dark Cooking Chocolate (DCC)/coklat masak merk Chollata, minyak goring (merk Sania), telur, ovalet dan bahan-bahan lain untuk keperluan analisis.

Alat-alat yang dipergunakan adalah pengukus, waring blender, loyang, baskom, mixer, kompor gas, termometer, neraca analitik, desikator, penjepit cawan, tanur, pisau stainless stell, kertas label, ayakan 60 mesh, perangkat gelas untuk analisis dan alat-alat untuk uji organoleptik.

(2)

3.3 Metode Penelitian

Metode percobaan yang digunakan adalah metode deskriptif (3 kali ulangan) dengan perlakuan tunggal yang terdiri dari enam taraf yaitu perbandingan tepung pisang batu dan tepung terigu (10:90), (20:80), (30:70), (40:60), (50:50) dan (60:40). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yang ditampilkan dalam bentuk Grafik dan Tabel.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yang meliputi pembuatan tepung pisang batu yang kemudian dianalisis karakteristik sifat fisikokimianya (daya serap air dan daya serap minyak tepung pisang batu) dan pembuatan produk (brownies) yang kemudian dilakukan uji organoleptik dan proksimat untuk perlakuan terbaik.

3.4.1 Pembuatan tepung pisang batu

Pisang dikupas untuk memisahkan buah dari semua kulit dan memisahkannya dari bagian yang rusak. Kemudian pisang ditimbang 1 kg dan dicuci bersih dari semua kotoran. Setelah itu pisang diiris-iris tipis berikut bijinya dan ditata dalam loyang. Irisan pisang yang telah ditata dalam loyang kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 500C selama 24 jam. Pisang yang telah kering kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui bobot keringnya. Pisang yang telah dikeringkan dihancurkan menggunakan waring blender kemudian diayak dengan ayakan berukuran 60 mesh sehingga diperoleh tepung pisang yang halus. Diagram alir pembuatan tepung pisang dapat dilihat pada Gambar 1.

(3)

Gambar 1. Diagram alir pembuatan tepung pisang Sumber : Welly (2003) yang dimodifikasi

3.4.2 Pembuatan brownies

Brownies dibuat dengan menggunakan campuran tepung pisang batu dengan tepung terigu pada perbandingan tertentu. Adapun formulasi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan brownies dapat dilihat pada Tabel 5.

Pisang batu

Penimbangan sebanyak 1 kg

Pengupasan Kulit pisang

Air Pencucian

Pengirisan pisang dan penataan dalam loyang

Pengeringan dalam oven T= 50 0C selama 24 jam

Pisang batu kering

Penghancuran dengan waring blender dan pengayakan dengan ayakan 60 mesh

Tepung pisang batu batu

(4)

Tabel 5. Formulasi pembuatan brownies Formulasi F1 (10:90) F2 (20:80) F3 (30:70) F4 (40:60) F5 (50:50) F6 (60:40) Tepung pisang 12,5 g 25 g 37,5 g 50 g 62,5 g 75 g Tepung terigu 112,5 g 100 g 87,5 g 75 g 62,5 g 50 g Gula pasir 225 g 225 g 225 g 225 g 225 g 225 g Telur 6 btr 6 btr 6 btr 6 btr 6 btr 6 btr Coklat bubuk 50 g 50 g 50 g 50 g 50 g 50 g Coklat masak 100 g 100 g 100 g 100 g 100 g 100 g Minyak goreng 75 ml 75 ml 75 ml 75 ml 75 ml 75 ml Ovalet 1 sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt

Sumber : Modifikasi formula Gusbud, 2011

Setelah didapatkan formulasi yang akan digunakan untuk setiap perlakuan, selanjutnya dilakukan pembuatan brownies. Diagram alir pembuatan brownies dapat dilihat pada Gambar 2. Telur dan gula pasir dikocok sampai mengembang, kemudian ditambahkan ovalet dan dikocok kembali sampai adonan berwarna putih dan mengembang. Tambahkan sedikit demi sedikit coklat bubuk dan formulasi tepung pisang batu dan tepung terigu dengan jumlahnya masing-masing, aduk rata. Dicampurkan coklat masak yang telah dilelehkan beserta minyak goreng kemudian diaduk rata menggunakan spatula. Adonan dituang ke dalam loyang dan dikukus selama ± 30 menit.

(5)

Gambar 2. Diagram alir pembuatan brownies Sumber : Modifikasi metode Gusbud, 2011

3.5 Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu sifat fisikokimia tepung pisang batu yang meliputi daya serap air dan minyak, uji organoleptik produk yang meliputi warna, rasa, aroma, tekstur, penerimaan keseluruhan dan potensi komersialisasi. Brownies dengan hasil organoleptik terbaik kemudian akan dibandingkan dengan brownies komersial, dilakukan uji proksimat (kadar air

6 butir telur

Dikocok dengan mixer selama ± 5-10 menit 225 g gula pasir, 1 sdt ovalet 50 g Coklat bubuk Brownies Pengadukan adonan Proporsi tepung pisang : tepung terigu

(10:90, 20:80, 30:70, 40:60, 50:50 dan

60:40)

Pengadukan kembali adonan menggunakan spatula

Penuangan adonan ke dalam Loyang diikuti dengan pengukusan adonan selama± 30 menit 100 g coklat

masak, 75 ml minyak goreng

(6)

(AOAC, 1990), kadar abu (AOAC, 1990), kadar lemak (AOAC, 1990), kadar protein (AOAC, 1990), kadar karbohidrat (Winarno, 1992), kadar serat pangan (serat larut dan serat tidak larut) dan nilai Glikemik Indeks (Dubois et al., 1956)) dan dikaji aspek finansial produk (Susanto, T dan Saneto, 1994).

3.5.1 Karakteristik sifat fisikokimia tepung pisang batu

3.5.1.1 Daya serap air

Penyerapan air dilakukan dengan metode yang direkomendasikan oleh Rosario and Flores (1981). Sebanyak 1 gram sampel dicampurkan dengan 10 ml air destilat. Campuran tersebut dimasukkan dalam tabung sentrifusi dan diletakkan dalam water bath suhu 300C selama 30 menit, kemudian disentrifusi pada 3.000 rpm selama 20 menit dan setelah itu volume supernatan diukur. Bagian air yang terikat merupakan selisih antara volume air yang ditambahkan dengan supernatan. Kapasitas pengikatan air dinyatakan sebagai air yang terikat per gram sampel.

Air yang terikat (ml) = volume air yang ditambahkan (10 ml) – volume supernatan (ml).

( ) ( )

(7)

Air 10 ml

Supernatan (ml)

Sampel (g) Residu

Gambar 3. Daya serap air pada tepung pisang batu

3.5.1.2 Daya serap minyak

Penyerapan minyak dilakukan dengan metode yang direkomendasikan oleh Rosario and Flores (1981). Sebanyak 1 gram sampel dicampurkan dengan 10 ml minyak. Campuran tersebut dimasukkan dalam tabung sentrifusi dan diletakkan dalam water bath 300C selama 30 menit, kemudian disentrifusi pada 3.000 rpm selama 20 menit dan setelah itu volume supernatan diukur. Bagian minyak yang terikat merupakan selisih antara volume minyak yang ditambahkan dengan supernatan. Kapasitas pengikatan minyak dinyatakan sebagai minyak yang terikat per gram sampel.

Air yang terikat (ml) = volume minyak yang ditambahkan (10 ml) – volume supernatan (ml).

( ) ( )

(8)

Minyak 10 ml

Supernatan (ml)

Sampel (g) Residu

Gambar 4. Daya serap minyak pada tepung pisang batu

3.5.2 Uji organoleptik

Penilaian organoleptik yang dilakukan meliputi warna, rasa, aroma, tekstur, penerimaan keseluruhan dan potensi komersialisasi produk yang dihasilkan. Untuk warna, rasa, aroma dan tekstur akan digunakan uji skoring, sedangkan untuk penerimaan keseluruhan dan potensi komersialisai akan menggunakan uji hedonik. Uji organoleptik dilakukan oleh 20 orang panelis semi terlatih. Skala penilaian dapat dilihat pada Tabel 6.

(9)

Tabel 6. Skala penilaian organoleptik brownies

Parameter mutu Kriteria Skor

Warna Coklat kehitaman 5

Coklat tua 4

Coklat 3

Coklat muda 2

Coklat pudar 1

Rasa Sangat manis 5

Manis 4

Agak manis 3

Tidak manis 2

Sangat tidak manis 1

Aroma Khas brownies 5

Khas coklat 4

Agak langu 3

Langu 2

Sangat langu 1

Tekstur Sangat lembut 5

Lembut 4

Agak lembut 3

Agak keras 2

Keras 1

Penerimaan keseluruhan Sangat suka 5

Suka 4

Agak suka 3

Tidak suka 2

Sangat tidak suka 1

Sangat potensial 5

Potensi komersialisasi Potensial 4

Agak potensial 3

Tidak potensial 2

Sangat tidak potensial 1

(10)

Format kuesioner penilaian panelis dibuat sebagai berikut : 1. Kuesioner Uji Skoring

Gambar 6. Kuesioner uji skoring

Kuesioner Uji Skoring Nama :

NPM :

Telah disajikan 6 sampel brownies. Anda diminta untuk mencicipi dan memberikan nilai terhadap warna, rasa, aroma dan tekstur produk. Berikan penilaian anda pada tabel penilaian berikut :

Penilaian Kode sampel

738 659 400 466 027 170

Warna

Rasa

Aroma

Tekstur

Keterangan untuk penilaian:

Warna Tekstur

Coklat kehitaman : 5 Sangat lembut : 5

Coklat tua : 4 Lembut : 4

Coklat : 3 Agak lembut : 3

Coklat muda : 2 Agak keras : 2

Coklat pudar : 1 Keras : 1

Rasa Aroma

Sangat manis : 5 Khas brownies : 5 Manis : 4 Khas coklat : 4 Agak manis : 3 Agak langu : 3

Tidak manis : 2 Langu : 2

(11)

2. Kuesioner Uji Hedonik

Gambar 7. Kuesioner uji hedonik

Setelah itu, produk dengan hasil uji organoleptik terbaik akan dibandingkan dengan brownies 100% tepung terigu (brownies komersial). Pengujian dilakukan dengan uji perbandingan pembedaan dou trio dengan parameter uji meliputi warna, rasa, aroma, tekstur dan penerimaan keseluruhan. Kuesioner uji dapat dilihat pada gambar 8.

Kuesioner Uji Hedonik Nama :

NPM :

Telah disajikan 6 sampel brownies. Anda diminta untuk mencicipi dan memberikan nilai terhadap penerimaan keseluruhan dan potensialisasi produk. Berikan penilaian anda pada tabel penilaian berikut :

Penilaian Kode sampel

738 659 400 466 027 170

Penerimaan Keseluruhan Potensi

Komersialisasi

Keterangan untuk penilaian:

Penerimaan Keseluruhan Potensi Komersialisasi

Sangat suka : 5 Sangat potensial : 5

Suka : 4 Potensial : 4

Agak suka : 3 Agak suka : 3

Tidak suka : 2 Tidak potensial : 2

(12)

Gambar 8. Kuesioner uji duo trio

3.5.3 Uji proksimat

Uji proksimat yang dilakukan terhadap brownies yang dihasilkan dari perlakuan terbaik dan kontrol, meliputi : kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, kadar serat pangan dan penentuan nilai Glikemik Indeks (GI).

3.5.3.1 Kadar air

Kadar air ditentukan dengan cara pemanasan langsung (Metode Oven AOAC, 1990). Cawan porselin yang dikeringkan dalam oven selama 30 menit, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel yang ada dalam bentuk halus ditimbang sebanyak 2 gram, kemudian dimasukkan ke dalam cawan dan dikeringkan dalam oven bersuhu 100 – 1050C selama 5 jam atau beratnya konstan,

Kuesioner Uji Pembedaan Duo Trio Nama :

NPM :

Telah disajikan 3 sampel berupa brownies yang 1 diantaranya adalah R. Anda diminta untuk membandingkan dua sampel berkode acak dengan R dengan memberi tanda silang pada tabel berikut.

Kode sampel Penilaian

(13)

lalu dinginkan dalam desikator dan ditimbang, lakukan hingga diperoleh berat konstan. Perhitungan kadar air dilakukan dengan menggunakan rumus:

c – (a - b)

Kadar air (%) = x 100%

c keterangan : a = berat cawan dan sampel akhir (g)

b = berat cawan (g) c = berat sampel awal (g)

3.5.3.2 Kadar abu

Pengujian kadar abu dilakukan dengan menggunakan Metode Oven (AOAC, 1990). Cawan porselen dikeringkan dalam oven bersuhu 400 -6000C, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 3 - 5 gram sampel dimasukkan ke dalam cawan porselen, lalu sampel dipijarkan di atas nyala pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi, kemudian pijarkan di dalam tanur listrik pada suhu 400 – 6000C selama 4 - 6 jam atau sampai terbentuk abu berwarna putih. Kemudian sampel didinginkan dalam desikator selanjutnya ditimbang, lakukan hingga diperoleh berat konstan. Perhitungan kadar abu dilakukan dengan menggunakan rumus:

W2 – W

Kadar abu (%) = x 100% W1 - W

keterangan : W = berat cawan kosong (g) W1 = berat cawan dan sampel (g) W2 = berat konstan cawan dan abu (g)

(14)

3.5.3.3 Kadar lemak

Kadar lemak diuji dengan menggunakan metode soxhlet AOAC (1990). Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven bersuhu 100-1100C, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel ditimbang sebanyak 5 gram dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi (soxhlet). Pelarut heksan dituangkan ke atas lubang kondensor sampai jatuh ke dalam labu destilasi. Reflux dilakukan selama minimal 6 jam sampai pelarut yang turun kembali ke labu destilasi berwarna jernih. Pelarut yang bercampur lemak dalam labu didestilasi dan pelarut ditampung kembali. Selanjutnya labu yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 1000C hingga beratnya konstan, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Perhitungan kadar lemak dilakukan dengan menggunakan rumus:

a - b

Kadar lemak (%) = x 100%

c

keterangan : a = berat labu + residu lemak (g) b = berat labu (g)

c = berat sampel awal (g)

3.5.3.4 Kadar protein

Kadar protein diuji dengan metode Mikro Kjeldahl (AOAC,1990). Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 0,2 gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl, lalu tambahkan 1 gram selenium dan 5 ml H2SO4 pekat. Jika sukar didestruksi maka dapat diambahkan 0,1-0,3 gram CuSO4 lalu dikocok. Panaskan

(15)

pada pemanas listrik atau api bunsen dalam lemari asap dan akhiri pemanasan apabila cairan telah menjadi jernih. Buat pula blanko seperti prosedur tetapi tanpa sampel. Setelah labu kjeldahl dan cairannya dingin tambahkan 200 ml aquades serta larutan NaOH 67% sampai cairan bersifat basis. Labu kjeldahl dipasang pada alat destilasi dan dipanaskan sampai amonia menguap semua. Destilat (amonia) ditampung dalam Erlenmeyer yang berisi 100 ml HCL 0,1 N dan diberi indikator PP 1% beberapa tetes. Destilasi diakhiri setelah volume destilat 150 ml atau setelah distilat yang keluar tak bersifat basis. Selanjutnya titrasi destilat dengan NaOH 0,1 %. Penetapan untuk blanko juga dilakukan. Perhitungan kadar protein dilakukan dengan menggunakan rumus:

3.5.3.5 Kadar karbohidrat (by difference)

Penentuan kadar karbohidrat dilakukan dengan cara perhitungan kasar atau yang disebut dengan carbohydrate by difference, yaitu penentuan kadar karbohidrat dengan menggunakan perhitungan bukan analisis. Adapun rumus perhitungan untuk kadar karbohidrat adalah sebagai berikut:

Kadar karbohidrat (%) = 100% - % (air + abu + lemak + protein) Kadar Protein (%) = a x 0,014x 6,25 x N HCl x 100%

(16)

3.5.3.6 Kadar serat pangan

Pengujian kadar serat dilakukan dengan metode enzimatis (Asp et al., 1993). Sampel dihaluskan dan ditimbang sebanyak 1 g, kemudian diekstraksi lemaknya dengan menggunakan petroleum eter, selanjutnya dipindahkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 25 ml buffer fosfat 0,1M pH 6, dan diaduk sampai terdispersi merata. Kemudian ditambah 0,1 ml enzim alfa amilase dan erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil, kemudian diinkubasikan pada suhu 800C dalam waterbath selama 15 menit sambil diaduk sesekali, selanjutnya diangkat dan didinginkan. Setelah itu ditambah 20 ml air aquades dan pH diatur menjadi 1,5 dengan penambahan larutan HCI kemudian elektroda dibersihkan dengan sedikit aquades. Kemudian ditambahkan 0,1 g enzim pepsin, erlenmeyer ditutup kembali dengan alumunium foil dan diinkubasikan dalam shaker waterbath dengan suhu 400C selama 60 menit. Setelah itu ditambah 20 ml air aquades, dan pH diatur menjadi 6,8 dengan larutan NaOH, kemudian elektroda dibersihkan dengan sedikit aquades. Lalu ditambahkan 0,1 g enzim pankreatin, ditutup dengan alumunium foil dan diinkubasikan dalam shaker waterbath dengan suhu 400C selama 60 menit.

Setelah itu pH diatur dengan larutan HCl menjadi 4,5. Kemudian disaring menggunakan kertas saring yang mengandung 0,5 garam celite kering dan telah diketahui bobot tetapnya (KS1) dengan dibantu pompa vakum. Terakhir dicuci dengan 2x10 ml etanol 90%. Residu yang diperoleh (merupakan serat makanan tidak larut/IDF) dicuci dengan 2x10 ml aseton. Kemudian kertas saring beserta residunya dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C, hingga berat konstan (kira-kira 12 jam) dan ditimbang (KS2). Kemudian dimasukkan dalam cawan

(17)

pengabuan yang telah diketahui bobot tetapnya (CW1) lalu diarangkan, kemudian diabukan dalam tanur suhu 5500C sampai menjadi abu (paling sedikit 5 jam), kemudian didinginkan dalam desikator lalu ditimbang beratnya (CW2).

Perhitungan Insoluble Dietary Fiber (IDF):

Keterangan :

KS1 = kertas saring kosong (g) KS2 = kertas saring + residu serat (g) CW1 = cawan pengabuan kosong (g) CW2 = cawan pengabuan + abu (g) B = blanko bebas serat (g)

Sementara filtrat yang diperoleh (berupa serat makanan larut/SDF) diatur volumenya dengan air aquades hingga 100 ml. Tambahkan 400 ml etanol 95% hangat (600C) dan didiamkan semalam, kemudian disaring menggunakan kertas saring yang mengandung 0,5 garam celite kering dan telah diketahui bobot tetapnya (KS3) dengan dibantu pompa vakum. Terakhir dicuci dengan 2xl0 ml etanol 90%, dan 2x10 ml aseton. Kemudian kertas saring beserta residunya dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C hingga beratnya konstan dan ditimbang (KS4). Kemudian dimasukkan dalam cawan pengabuan yang telah diketahui bobot tetapnya (CW3) lalu diarangkan, kemudian diabukan dalam tanur suhu 5500C sampai menjadi abu, kemudian didinginkan dalam eksikator lalu ditimbang beratnya (CW4). Untuk blanko diperoleh dengan cara yang sama tapi tanpa

IDF (% berat sampel kering) = (KS2-KS1)-(CW2-CWr) - B x 100 Berat sampel (g)

(18)

menggunakan sampel dan nilai blanko sesekali perlu diperiksa ulang terutama jika menggunakan enzim dari kemasan yang baru.

Perhitungan Soluble Dietary Fiber (SDF)

Keterangan :

KS 3 = kertas saring kosong (g) KS4 = kertas saring + residu serat (g) CS3 = cawan pengabuan kosong (g) CS4 = cawan pengabuan + abu (g) B = blanko bebas serat (g)

Perhitungan Total Dietary Fiber (TDF)

3.5.3.7 Penentuan nilai Glikemik Indeks (GI)

Penentuan tingkat konversi sampel brownies menjadi glukosa menggunakan metode hidrolisis enzim alfa-amilase, kemudian gula hasil hidrolisis dikuantitatifkan dengan metode fenol-asam sulfat (Dubois et al., 1956). Sampel diliquifikasi dengan pemberian enzim alfa-amilase 1ml/kg sampel pada suhu 1050C dan diletakkan pada shaker water bath selama 0, 30, 60, 90, 120, 150 dan 180 menit. Penentuan sampel glukosa dengan menggunakan metode fenol asam sulfat (Dubois et al., 1956) dengan memasukkan 1 ml larutan sampel ke tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 ml fenol 5% dan asam sulfat pekat 5 ml. Panaskan dengan penangas air pada suhu 300C selama 20 menit. Kemudian

TDF = IDF + SDF

SDF (% berat sampel kering) = ((KS4-KS3) – (CW4 – CW3)) – B X 100 Berat sampel (g)

(19)

inaktivasi enzim dengan mencelupkan sampel ke dalam air mendidih selama 5 menit. Sebelum penentuan glukosa sampel, terlebih dahulu dibuat kurva standar dengan membuat larutan glukosa standar (10 ml glukosa anhidrat/100 ml aquadest).

Hidrolosis glikemik indeks dihitung sebagai persentasi dari total glukosa yang dibebaskan dari sampel dengan menggunakan kurva hidrolisis (0-180 menit). Nilai glikemik indeks dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tinggi jika nilai GI (70-100), menengah (55-69), dan rendah ( < 55) (Miller, 1996). Roti tawar manis dan glukosa dijadikan acuan untuk mengukur nilai gikemik indeks. Roti tawar manis digunakan sebagai kontrol dalam pengukuran nilai glikemik indeks karena roti tawar manis memiliki kandungan glukosa di dalamnya. Jika roti tawar manis digunakan sebagai acuan pengukuran indeks glukosa, konversi ke nilai glikemik (contohnya nilai glycemik indeks glucose = 100) dicapai dengan membagi nilai glikemik indeks roti tawar manis dengan 1,4, karena roti tawar manis memberikan tanggapan niai glikemik indeks 29% kurang dari glukosa. Adapun rumus Hidrolisis Indek adalah :

Kemudian nilai glikemik indeks dihitung dengan cara : HI = Total glukosa sampel Total glukosa roti tawar manis

(20)

3.5.4 Kajian finansial produk

Aspek finansial dikaji dengan memperhatikan kriteria investasi yaitu Harga Pokok Produksi, B/C Ratio. Payback Periode, Internal Of Return dan Break Event Point (Susanto, T dan Saneto, 1994).

Gambar

Gambar 1.  Diagram alir pembuatan tepung pisang  Sumber : Welly (2003) yang dimodifikasi
Tabel 5.  Formulasi pembuatan brownies  Formulasi  F1  (10:90)  F2  (20:80)  F3  (30:70)  F4  (40:60)  F5  (50:50)  F6  (60:40)  Tepung pisang  12,5 g  25 g  37,5 g  50 g  62,5 g  75 g  Tepung terigu  112,5 g  100 g  87,5 g  75 g  62,5 g  50 g  Gula pasir
Gambar 2. Diagram alir pembuatan brownies  Sumber : Modifikasi metode Gusbud, 2011
Gambar 3. Daya serap air pada tepung pisang batu
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian meliputi tiga tahap, tahap pertama yang dilakukan yaitu pembuatan tepung kulit pisang embug, tahap kedua yaitu ekstraksi pektin kulit pisang embug

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas pengamatan komposisi lignoselulosa sebelum dan setelah pretreatment, pengamatan kadar gula reduksi

Pencatatan setiap tahap produksi meliputi kuantitas bahan, spesifikasi alat dan cara serta waktu yang digunakan untuk setiap langkah pengolahan tempe serta pengujian mutu bahan

Tepung ubi jalar ungu yang dihasilkan dari semua perlakuan tersebut kemudian dilanjutkan dengan aplikasinya pada pembuatan beras tiruan instan.. Penentuan metode

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan cookies yaitu tepung jagung jenis jagung pulut yang diproleh dari pasar Landungsari, kec Dau, Kabupaten Malang dan

Tahapan proses yang dilakukan dalam penelitian meliputi pembuatan oleoresin daun kayu manis dua tahap, pembuatan mikrokapsul oleoresin daun kayumanis dua tahap

Empat perlakuan cookies dari tepung terigu serta tepung komposit bekatul dan tepung kacang merah (Tepung Komposit BKM) akan dievaluasi sifat kimia, meliputi serat kasar, protein,

Penelitian dilakukan dalam lima tahap yaitu 1) fermentasi irisan pisang uli dengan perlakuan fermentasi terkendali menggunakan inokulum L. 2) Pembuatan tepung