• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Imajinasi Terhadap Pembentuk Ide Cerita Dalam Buku Kumpulan Cerpen Berlayar Bersama Ibnu Batuta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor Imajinasi Terhadap Pembentuk Ide Cerita Dalam Buku Kumpulan Cerpen Berlayar Bersama Ibnu Batuta"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor Imajinasi Terhadap Pembentuk Ide Cerita Dalam Buku

Kumpulan Cerpen Berlayar Bersama Ibnu Batuta

Redite Kurniawan1, Helga Indri Rahma Kuswandani2, Rahma Putri Andiah3 1,2,3Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Ar-Roihan Lawang Malang

Abstract

The purpose of this paper is to analyze the factors for shaping story ideas in the anthology of Sailing with Ibnu Batuta, an anthology short story by the participants of the creative writing extracurricular at the Ar-Roihan Lawang Integrated Islamic Elementary School. Ideas in forming fiction can be developed from imagination, personal experiences, experiences of others, and observation. Investigation of story forming ideas is important to get an idea of how creative writing extracurricular students construct a story, so that it becomes a guide for other students to be able to write a short story again through the easiest ideas they can develop into writing. Research in this paper uses a qualitative approach to the type of case study research. Data obtained from interviews, documents, and questionnaire with respondents of 6 students. Based on data analysis, it is found that 50% of respondents use imagination in developing writing, 50% of respondents use personal experience in forming ideas, 50% of respondents find it easier to use imagination to write something, and 83% of respondents will write again using imagination. The conclusion of this research is that imagination is still the main idea in forming fiction, besides personal experience. Students who will write are advised to often read short stories and novels so that imagination through characters, plots, and story settings can be formed in the mind.

Keywords: imagination, story ideas, an anthology Sailing with Ibn Batutah

Abstrak

Tujuan karya tulis ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor pembentuk ide cerita dalam buku kumpulan cerpen Berlayar Bersama Ibnu Batuta, buku antologi karya peserta ekstrakurikuler creative writing di Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Ar-Roihan Lawang. Ide dalam pembentuk cerita fiksi dapat dikembangkan dari imajinasi, pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, maupun observasi. Penelitian dalam karya tulis ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Data didapatkan dari hasil wawancara, dokumen, dan angket questioner dengan responden sebanyak 6 siswa. Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa sebesar 50% responden menggunakan imajinasi dalam mengembangkan tulisan, 50% responden menggunakan pengalaman pribadi dalam pembentuk ide, 50% responden lebih mudah menggunakan imajinasi untuk menuliskan sesuatu, dan 83% responden akan menulis lagi dengan menggunakan imajinasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah imajinasi masih merupakan ide utama dalam pembentuk cerita fiksi, disamping pengalaman pribadi. Siswa yang akan menulis disarankan untuk sering membaca cerpen maupun novel sehingga imajinasi melalui karakter, plot, dan latar cerita dapat terbentuk dalam pikiran.

Kata kunci: imajinasi, ide cerita, kumpulan cerpen Berlayar Bersama Ibnu

(2)

Pendahuluan

Menulis adalah sebuah keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa. Bahkan di jenjang sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah, menulis juga sudah diajarkan. Menulis bukan hanya digunakan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, namun juga mendukung seluruh mata pelajaran dan juga pekerjaan yang akan ditekuni suatu saat nanti (Nasanti, 2012).

Salah satu keterampilan menulis yang sering dilakukan di sekolah dasar adalah menulis fiksi. Cerita fiksi diikuti dengan tulisan narasi dengan kronologis waktu. Juga diikuti dengan pertanyaan apa, bagaimana, mengapa, dimana, kapan, apa, dan siapa, seperti halnya dalam dunia jurnalistik (Widarso, 1994). Menulis fiksi dilakukan dengan mereka-reka sesuatu yang tidak nyata untuk sebuah tujuan tertentu (Nurmina, 2016). Sehingga menulis fiksi lebih dekat pada anak-anak SD/MI.

Menulis cerita fiksi juga membutuhkan ide-ide dalam pembentuk sebuah cerita. Ide-ide itu biasanya berasal dari imajinasi, pengalaman (pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain), dan observasi (Kurniawan et al., 2019). Ide merupakan gasagan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Seringkali ide atau gagasan yang muncul pada anak bersifat apa adanya dan jujur (Rahayu, 2010).

Terdapat dua macam cara pembelajaran yang ada di sekolah. Pertama, cara mendapatkan ide, dan kedua cara bagaimana ide dituliskan (Kurniawan et al., 2019). Cara mendapatkan ide selain dengan imajinasi, pengalaman, dan observasi, terkadang juga muncul dengan tiba-tiba pada saat tidak sedang menulis (Kadafi, 2016). Namun tentu ide harus dipikirkan sebelum penulis memulai untuk menentukan tema besar cerita yang akan ditulisnya.

Daya imajinasi masih dipandang sebagai pembentuk ide utama dalam menulis (Srinugraheni & Dhyajeng, 2016). Imajinasi bagi siswa adalah sarana untuk berselancar mendapatkan pengetahuan tentang diri dan lingkungannya (Wicaksono, 2014).

Imajinasi dapat dikembangkan melalui berbagai cara, antara lain melalui bantuan gambar (Firdausi, 2016), melalui penerapan fakta dan opini (Sumirat, 2018), melalui sugesti lagu ((Falestina, 2009), serta dari mind mapping (Damanik, 2016).

(3)

Sementara itu, pengalaman (baik pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain) juga dapat menjadi ide pembentuk dalam sebuah cerita (Sagusman, 2016). Pengalaman pribadi dapat menjadi ide yang mudah untuk dapat dikembangkan menjadi sebuah tulisan narasi karena berasal dari pengalaman yang sudah pernah dilalui oleh penulis.

Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengembangkan ide melalui pengalaman antara lain: dengan berbagi pengalaman (Christiana, 2017), melalui metode aktif reflektif (Noprianti, 2013), dan menggunakan metode kuantum (Prabawanti, 2013).

Observasi adalah melakukan pengamatan dan peninjauan langsung pada tempat dan waktu tertentu untuk mendapatkan ide yang dapat disusun menjadi tulisan (Ishak, 2014). Melalui observasi siswa akan mendapatkan ide melalui indra mereka untuk dapat secara langsung ditulis menjadi sebuah tulisan, baik fiksi maupun non fiksi.

Pada penelitian ini akan menganalisis 3 faktor pembentuk ide cerita (imajinasi, pengalaman, dan observasi) dari buku kumpulan cerpen Berlayar Bersama Ibnu Batuta (Mumtazah et al., 2018). Sebuah antologi kumpulan cerpen yang ditulis oleh peserta didik di MI Terpadu Ar-Roihan lawang, Malang.

Penelitian ini penting karena untuk mengetahui cara termudah bagi peserta didik jenjang SD/MI dalam menentukan ide yang akan dikembangkan dalam sebuah tulisan fiksi, sehingga mempermudah untuk meningkatkan faktor pembentuk ide tersebut melalui cara-cara yang membuat peserta didik fokus dan senang.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus (Creswell, 2014). Data diambil dari dokumen, wawancara, dan angket. Dokumen berasal dari buku kumpulan cerpen yang dianalisis.

Wawancara dilakukan pada 6 penulis kumpulan cerpen Berlayar Bersama Ibnu Batuta dari kelas 4 hingga kelas 6, 1 anak lelaki dan 5 anak perempuan. Pertanyaan wawancara antara lain: a. Alasan memilih judul cerpen, b. Asal dari ide yang didapatkan untuk menulis, c. Seberapa jauh pengalaman masuk dalam tulisan, d. Ide dalam menulis lagi di waktu mendatang. Sedangkan angket diberikan pada penulis buku untuk menuliskan opini dan fakta tentang cerpen yang sudah ditulis. Pertanyaan angket

(4)

berbentuk pilihan ganda dengan pertanyaan: a. Faktor yang menentukan ide dalam ceritamu (imajinasi, pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, observasi), b. Manakah yang lebih mudah dikembangkan menjadi ide cerita (imajinasi, pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, observasi), c. Jika menulis lagi, manakah ide yang akan dipakai (imajinasi, pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, observasi).

Selanjutnya data dianalisis model Miles dan Huberman dengan reduksi data dan display data sebelum melakukan kesimpulan (Sugiyono, 2015).

Hasil

Buku kumpulan cerpen Berlayar Bersama Ibnu Batuta adalah antologi 1 dari tulisan peserta didik ekstrakurikuler creative writing di Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Ar-Roihan Lawang Malang.

Gambar 1. Cover Antologi Berlayar Bersama Ibnu Batuta

Diatas merupakan buku dengan judul “Berlayar Bersama Ibnu Batuta”. Secara ringkas antologi buku ini terdiri dari 8 cerpen dari anak-anak yang berumur 10 hingga 12 tahun, seorang anak laki-laki dan 5 anak perempuan. Dua anak lelaki yang lain sudah masuk jenjang SMP sehingga tidak terhitung sebagai responden dalam penelitian ini.

(5)

Tabel 1. Judul Karya dan Penulis Buku

No Judul Cerita Penulis

1. Berlayar Bersama Ibnu Batuta Nandika M. Achsan Umar

2. Jalan Setapak di Tengah Hutan Kamiliya Mumtazah 3. Masuk Dunia Mainan yang

Fantastik

Carisa Rahmanda Riyanti

4. Pelajaran dari Seorang Nenek Aura Cantika Putri 5. Permata Hatiku Nenek Shirin Nayla Zahra 6. Persahabatan dalam semangkok

Mie Sehat

Kamiliya Mumtazah

7. Seorang Pilot Aura Cantika Putri

8. Teman Baruku Nediva Quinsha M.

Beberapa judul di atas sudah menyiratkan tentang imajinasi. Judul-judul tersebut antara lain: 1. Berlayar Bersama Ibu Batuta, 2. Jalan Setapak di tengah Hutan, 3. Masuk Dunia Mainan yang Fantastik, 4. Seorang Pilot. Sementara itu cerita-cerita pada judul tadi sudah menandakan imajinasi dari penulisnya.

Tabel 2. Inti Cerita Judul Imajinasi

No Judul Cerita Inti Cerita

1. Berlayar Bersama Ibnu Batuta

Seorang anak yang

bermimpi dapat berkeliling dunia bersama Ibnu Batuta 2. Jalan Setapak di Tengah Rumah misterius di tengah

(6)

Hutan hutan dengan seorang anak perempuan yang tersesat di hutan tersebut.

3. Masuk Dunia Mainan yang Fantastik

Seorang anak perempuan yang dapat berbicara dengan mainannya.

4. Seorang Pilot Seorang pilot perempuan yang dapat mengendalikan pesawatnya.

Berdasarkan cerita dalam antologi tersebut, dapat diketahui bahwa imajinasi siswa terdapat dalam 4 cerita dari 8 cerita yang ada di dalam buku antologi tersebut.

Sementara itu, dalam wawancara didapatkan bahwa imajinasi masih menjadi ide yang paling banyak diuraikan oleh responden.

Saya lebih suka berimajinasi dalam membuat cerita karena lebih luas dan bebas (Kamiliya Mumtazah).

Imajinasi dapat membuat siswa merasa lebih bebas untuk mengekspresikan karya mereka dalam bentuk tulisan. Tak hanya itu, imajinasi juga dapat memberikan ide-ide yang luas untuk bisa diceritakan.

Setiap ide datang, saya selalu menulis. Ide itu berasal dari hayalan atau imajinasi saya (Aura Cantika).

Selain imajinasi, pengalaman pribadi juga menjadi ide bagi siswa untuk dituliskan menjadi karya fiksi.

Selama ini neneklah yang merawat saya, karena itu saya menulis tentang cinta nenek pada saya dalam cerita ini (Shirin Nayla).

Pengalaman pribadi penulis lebih mengalir untuk dituliskan karena kejadian yang mereka tulis adalah benar-benar pernah terjadi dalam kehidupan mereka.

(7)

Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada partisipan, dapat diketahui bahwa sebesar 50% siswa memilih imajinasi dalam menentukan ide cerita, sedangkan 50% memilih pengalaman pribadi sebagai penentu ide cerita. Sebanyak 50% menyatakan bahwa imajinasi lebih mudah untuk dikembangkan menjadi sebuah cerita fiksi yang utuh, 33% memilih pengalaman pribadi, dan 17% memilih pengalam orang lain. Sebesar 83% responden masih akan menggunakan imajinasi dalam menyusun cerita fiksi di masa mendatang, sedangkan 17% memilih pengalaman pribadi dalam menuliskan cerita fiksi pada cerita fiksinya yang akan datang.

Berdasarkan analisis dokumentasi, wawancara, serta angket, dapat dilihat tentang penentu ide cerita dari penulis buku antologi Berlayar Bersama Ibnu Batuta di bawah ini.

Tabel 3. Penggunaan Ide Cerita

Judu l Imajin asi Pengala man Pribadi Pengala man Orang lain Observ asi 1. √ √ 2. √ √ 3. √ √ 4. √ √ 5. √ 6. √ √ 7. √ 8. √

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa porsi imajinasi dan pengalaman pribadi masih bersar dari pada pengalaman orang lain dalam ide pembentuk cerita.

(8)

Sementara para siswa tidak menggunakan observasi dalam mengembangkan tulisan fiksinya.

Pembahasan

Pada dasarnya seorang anak pasti memiliki imajinasi. Imajinasi tersebut akan terus dibawa sebagai bagian proses berpikir untuk dikembangkan dalam tulisan (Nurmina, 2016). Meskipun demikian, ide yang tersimpan di dalam kepala itu harus dituangkan dalam bentuk tulisan.

Anak-anak setingkat SD/MI dalam penelitian ini juga lebih memilih imajinasi sebagai pembentuk ide dalam menuliskan gagasan dan cerita mereka. Meskipun jalur yang ditempuh dalam mendapatkan ide ini kebanyakan dari membaca. Membaca memang dapat meningkatkan keterampilan menulis (Lusanti et al., 2013). Melalui perbendaharaan kata yang banyak, imajinasi akan mudah dituangkan dalam susunan cerita yang utuh.

Imajinasi berguna bagi seluruh tulisan dalam bentuk deskripsi (Amrolani et al., 2014), narasi (Hariadi, 2018), pantun (Srinugraheni & Dhyajeng, 2016), maupun puisi (Safitri & Mukhidin, 2018), yang semuanya dapat ditingkatkan melalui berbagai metode.

Di lain pihak, pengalaman juga mendapatkan porsi yang sama dengan imajinasi dalam pembentuk ide sebuah cerita. Pengalaman dapat merangsang anak untuk dapat menuangkan idenya (Siki et al., 2017). Pengalaman juga cara termudah untuk diekspresikan dalam bentuk tulisan karena si penulis telah mengalami sendiri pengalaman tersebut.

Sementara itu, meskipun observasi dianggap sebagai pencetus dalam pembentukan ide, namun dalam penelitian ini tidak satu pun anak yang merasa bahwa observasi dapat dengan mudah membangkitkan ide dalam menulis. Ini bertentangan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa pembelajaran konstektual dapat meningkatkan pembelajaran di sekolah dasar (Zulela, 2014), kecuali untuk tulisan jenis eksplanasi dan laporan.

Ekstrakurikuler juga berhasil menjadi wadah bagi para siswa yang ingin menekuni bidang menulis. Seperti ekstrakurikuler creative writing di MIT Ar-Roihan Lawang yang menyediakan tempat bagi pengembangan bakat minat menulis siswa. Penelitian serupa juga menunjukkan bahwa ekstra menulis dapat menjadi wahana siswa untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa (Apriliyandari & Imron, 2014).

Kesimpulan

Pada penelitian ini akan menganalisis 3 faktor pembentuk ide cerita (imajinasi, pengalaman, dan observasi) dari buku kumpulan cerpen Berlayar Bersama Ibnu Batuta. Sebuah antologi kumpulan cerpen yang ditulis oleh peserta didik di MI Terpadu Ar-Roihan

(9)

lawang, Malang. Berdasarkan hasil dari penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik ekstrakurikulum creative writing di MIT Ar-Roihan Lawang menggunakan imajinasi sebagai pembentuk ide utama dalam menulis cerita pendek dalam buku mereka Berlayar Bersama Ibnu Batuta. Sedangkan pengalaman pribadi mendapat tempat kedua sebagai pembentuk ide dalam menulis. Membaca cerpen dan novel disarankan sebagai pemantik dalam mengembangkan diksi, teknik, dan mekanik dalam menulis cerita pendek untuk siswa di jenjang sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah.

Daftar Pustaka

Amrolani, A., Muslihah, N. N., & Noermanzah, N. (2014). Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi melalui Teknik Imajinasi Siswa Kelas IV SD Negeri 51 Lubuklinggau. Jurnal Perspektif Pendidikan, 8(1), 1–15.

Apriliyandari, R., & Imron, A. (2014). Pengelolaan Ekstrakurikuler Jurnalistik untuk Meningkatan Keterampilan Menulis Siswa. Manajemen Pendidikan, 24(4). Christiana, C. (2017). Penerapan Metode Berbagi Pengalaman dalam Pembelajaran

Menulis Teks Cerita Pendek: Penelitian eksperimen semu pada siswa kelas IX SMPK kalam kudus tahun ajaran 2017/2018 [PhD Thesis]. Universitas Pendidikan Indonesia.

Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mix Method Approaches (4th ed.).

Damanik, L. (2016). Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerita Pendek dengan Bermain Imajinasi dan Mind Map. Edukasi Kultura: Jurnal Bahasa, Sastra Dan Budaya, 1(1).

Falestina, A. (2009). Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Metode Sugesti-Imajinasi Media Lagu Siswa Kelas X MA Salafiyah Karang Tengah Kabupaten Pemalang [PhD Thesis]. Universitas Negeri Semarang.

(10)

Firdausi, I. A. (2016). Pengembangan Wordless Picture Books Berbantu Media Kartu Dalam Pembelajaran Menulis Kreatif pada Dialog Kelas V Sekolah Dasar [PhD Thesis]. University of Muhammadiyah Malang.

Hariadi, S. (2018). Strategi Pembelajaran ADA TAWA CERIA dalam Menulis Teks Narasi Cerita Imajinatif. Hasta Wiyata, 1(1).

Ishak, S. (2014). Cara Menulis Mudah. Elex Media Komputindo.

Kadafi, K. T. (2016). Di Balik Sebuah Cerita: Cara Cepat dan Tepat Menulis Buku. Universitas Brawijaya Press.

Kurniawan, R., Wahyuni, E. N., & Yaqin, Z. N. (2019). Pengembangan Buku Ajar Visual Menulis Kreatif untuk Peserta Didik Madrasah Ibtidaiyah. Al-Aulad: Journal of Islamic Primary Education, 2(2), 54–63.

Lusanti, R., Daimun, H., & Hasnawati, H. (2013). Hubungan Minat Baca dengan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas V SDN 71 Kota Bengkulu [PhD Thesis]. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu. Mumtazah, K., Hafidz, M., & dkk. (2018). Berlayar Bersama Ibnu Batuta. Mujahid

Press.

Nasanti, K. (2012). Menulis Cerita untuk Anak-Anak. PT Balai Pustaka (Persero). Noprianti, M. (2013). Penerapan Metode Aktif-Reflektif dalam Pembelajaran Menulis

Pengalaman Pribadi Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Palembang. Jurnal FKIP.

Nurmina, N. (2016). Menulis Kreatif Cerita Fiksi Anak. Jurnal Pendidikan Dasar (JUPENDAS), 1(2).

Prabawanti, A. (2013). Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi dengan Metode Kuantum pada Siswa Kelas IX SMP N 11 Purworejo. Surya Bahtera, 1(01).

(11)

Rahayu, T. P. (2010). Pemetaan Diksi, Gaya Bahasa, dan Latar Belakang Penulis Cerita Anak di Solopos dalam Kajian Psikolinguistik [PhD Thesis]. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Safitri, L. A., & Mukhidin, M. (2018). Penerapan Metode Sugesti-Imajinatif Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas III SD Negeri Sukasari I. Jurnal PGSD STKIP Subang, 4(1), 131–146.

Sagusman, A. D. (2016). Keefektifan Metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) dalam Pembelajaran Menulis Teks Cerita Pendek pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Kalasan. Pend. Bahasa Dan Sastra Indonesia-S1, 5(4).

Siki, F., Sunoto, S., & Roekhan, R. (2017). Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi dengan Strategi Pemodelan. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 2(12), 1679–1682.

Srinugraheni, A., & Dhyajeng, A. S. (2016). Peningkatan Daya Imajinasi Melalui Menulis Kreatif Pantun Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kebondalem Kidul I Klaten. Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 1(2), 15– 26.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta.

Sumirat, R. (2018). Penerapan Strategi Fakta, Opini, Imajinasi, dan Sinopsis (FOIS) dalam Pembelajaran Menulis Cerpen. Tajdidukasi: Jurnal Penelitian Dan Kajian Pendidikan Islam, 7(2), 101–112.

Wicaksono, A. (2014). Menulis Kreatif Sastra: Dan Beberapa Model Pembelajarannya. PenerbitGarudhawaca.

(12)

Zulela, M. S. (2014). Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Menulis Di Sekolah Dasar (Action Research Di Kelas Tinggi Sekolah Dasar). Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), 83–91.

Gambar

Gambar 1. Cover Antologi Berlayar Bersama Ibnu Batuta
Tabel 1. Judul Karya dan Penulis Buku
Tabel 3. Penggunaan Ide Cerita Judu l Imajinasi Pengalaman Pribadi PengalamanOrang lain Observasi 1

Referensi

Dokumen terkait

2.961 dengan tingkat koefisien 0,004. Dengan kata lain, fasilitas belajar dan pengelolaan kelas ikut mempengaruhi minat belajar siswa dalam proses pembelajaran siswa kelas X di

- Bagi para YWAMers, gereja dan organisasi lainnya untuk bekerja sama mengakhiri kemisikan Alkitab di Chiang Rai, Thailand dan daerah lainnya yang juga belum menerima

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

Korban kekerasan dalam rumah tangga lebih cinderung dialami oleh wanita tetapi dalam UU PKDRT korban mencakup siapa saja yang terdapat dalam sebuah keluarga. pasal 1 ayat 3 UU

Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu mengukur kinerja teknologi CUDA menggunakan algoritma DCT 8x8 blok untuk melakukan proses

Pemberian intervensi dalam bentuk memberikan buku Disayang Suami sampai Mati: Tujuh Prinsip Melanggengkan Pernikahan yang dapat Dipelajari Suami dan Istri akan memberikan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui adakah hubungan antara status sosial dengan hasil belajar siswa kelas V, (2)

Secara umum adopsi teknologi peternakan ayam broiler di Kecamatan Sungai Gelam yang meliputi penggunaan bibit, pakan, perkandangan, pemeliharaan serta program vaksinasi telah